SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia 
( Beberapa waktu terakhir ) 
Kasus-Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia 
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud 
dengan pelanggaran hak asasi manusia setiap perbuatan 
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik 
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara 
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut 
hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin 
oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan 
tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar 
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. 
Hampir dapat dipastikan dalam kehidupan sehari-hari dapat 
ditemukan pelanggaran hak asasi manusia, baik di Indonesia 
maupun di belahan dunia lain. Pelanggaran itu, bisa dilakukan 
oleh pemerintah maupun masyarakat, baik secara perorangan 
ataupun kelompok. 
Kasus pelanggaran HAM ini dapat dikategorikan dalam dua 
jenis, yaitu : 
a. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi : 
1. Pembunuhan masal (genisida) 
2. Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar 
putusan pengadilan 
3. Penyiksaan 
4. Penghilangan orang secara paksa 
5. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan 
secara sistematis 
b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi : 
1. Pemukulan 
2. Penganiayaan 
3. Pencemaran nama baik 
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan 
pendapatnya 
5. Menghilangkan nyawa orang lain 
Setiap manusia selalu memiliki dua keinginan, yaitu keinginan 
berbuat baik, dan keinginan berbuat jahat. Keinginan berbuat 
jahat itulah yang menimbulkan dampak pada pelanggaran hak 
asasi manusia, seperti membunuh, merampas harta milik orang 
lain, menjarah dan lain- lain. 
Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi 
antara aparat pemerintah dengan masyarakat dan antar warga
masyarakat. Namun, yang sering terjadi adalah antara aparat 
pemerintah dengan masyarakat. 
Apabila dilihat dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia, ada 
beberapa peristiiwa besar pelanggaran hak asasi manusia yang 
terjadi dan mendapat perhatian yang tinggi dari pemerintah dan 
masyarakat Indonesia, seperti : 
a. Kasus Tanjung Priok (1984) 
Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan 
warga sekitar yang berawal dari masalah SARA dan unsur 
politis. Dalam peristiwa ini diduga terjadi pelanggaran HAM 
dimana terdapat rarusan korban meninggal dunia akibat 
kekerasan dan penembakan. 
b. Kasus terbunuhnya Marsinah, seorang pekerja wanita PT 
Catur Putera Surya Porong, Jatim (1994) 
Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivitas yang 
hak-hak pekerja di PT Catur Putera Surya, Porong Jawa Timur. 
Dia meninggal secara mengenaskan dan diduga menjadi korban 
pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan dan 
pembunuhan. 
c. Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum bernas 
(1996) 
Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang 
wartawan dari harian Bernas yang diduga diculik, dianiaya oleh 
orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan sudah tewas. 
d. Peristiwa Aceh (1990) 
Peristiwa yang terjadi di Aceh sejak tahun 1990 telah banyak 
memakan korban, baik dari pihak aparat maupun penduduk sipil 
yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh diduga dipicu oleh unsur 
politik dimana terdapat pihak-pihak tertentu yang menginginkan 
Aceh merdeka. 
e. Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998) 
Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa 
(penculikan) terhadap para aktivis yang menurut catatan Kontras 
ada 23 orang (1 orang meninggal, 9 orang dilepaskan, dan 13 
orang lainnya masih hilang). 
f. Peristiwa Trisakti dan Semanggi (1998) 
Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 (4 mahasiswa 
meninggal dan puluhan lainnya luka- luka). Tragedi Semanggi I 
terjadi pada 11-13 November 1998 (17 orang warga sipil 
meninggal) dan tragedi Semanggi II pada 24 September 1999 (1
orang mahasiswa meninggal dan 217 orang luka-luka). 
g. Peristiwa kekerasan di Timor Timur pasca jejak pendapat 
(1999) 
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia menjelang dan pasca 
jejak pendapat 1999 di timor timur secara resmi ditutup setelah 
penyerahan laporan komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) 
Indonesia - Timor Leste kepada dua kepala negara terkait. 
h. Kasus Ambon (1999) 
Peristiwa yang terjadi di Ambon ni berawal dari masalah sepele 
yang merambat kemasala SARA, sehingga dinamakan perang 
saudara dimana telah terjadi penganiayaan dan pembunuhan 
yang memakan banyak korban. 
i. Kasus Poso (1998 – 2000) 
Telah terjadi bentrokan di Poso yang memakan banyak korban 
yang diakhiri dengan bentuknya Forum Komunikasi Umat 
Beragama (FKAUB) di kabupaten Dati II Poso. 
j. Kasus Dayak dan Madura (2000) 
Terjadi bentrokan antara suku dayak dan madura (pertikaian 
etnis) yang juga memakan banyak korban dari kedua belah 
pihak. 
k. Kasus TKI di Malaysia (2002) 
Terjadi peristiwa penganiayaan terhadap Tenaga Kerja Wanita 
Indonesia dari persoalan penganiayaan oleh majikan sampai gaji 
yang tidak dibayar. 
m. Kasus-kasus lainnya 
Selain kasusu-kasus besar diatas, terjadi juga pelanggaran Hak 
Asasi Manusia seperti dilingkungan keluarga, dilingkungan 
sekolah atau pun dilingkungan masyarakat. 
Contoh kasus pelanggaran HAM dilingkungan keluarga antara 
lain: 
1. Orang tua yang memaksakan keinginannya 
kepada anaknya (tentang masuk sekolah, memilih 
pekerjaan, dipaksa untuk bekerja, memilih jodoh). 
2. Orang tua menyiksa/menganiaya/membunuh 
anaknya sendiri. 
3. Anak melawan/menganiaya/membunuh 
saudaranya atau orang tuanya sendiri. 
4. Majikan dan atau anggota keluarga 
memperlakukan pembantunya sewenang-wenang
dirumah. 
Contoh kasus pelanggaran HAM di sekolah antara lain : 
1. Guru membeda-bedakan siswanya di sekolah 
(berdasarkan kepintaran, kekayaan, atau perilakunya). 
2. Guru memberikan sanksi atau hukuman kepada 
siswanya secara fisik (dijewer, dicubit, ditendang, 
disetrap di depan kelas atau dijemur di tengah lapangan). 
3. Siswa mengejek/menghina siswa yang lain. 
4. Siswa memalak atau menganiaya siswa yang lain. 
5. Siswa melakukan tawuran pelajar dengan teman 
sekolahnya ataupun dengan siswa dari sekolah yang lain. 
Contoh kasus pelanggaran HAM di masyarakat antara lain : 
1. Pertikaian antarkelompok/antargeng, atau 
antarsuku(konflik sosial). 
2. Perbuatan main hakim sendiri terhadap seorang 
pencuri atau anggota masyarakat yang tertangkap basah 
melakukan perbuatan asusila. 
3. Merusak sarana/fasilitas umum karena kecewa 
atau tidak puas dengan kebijakan yang ada. 
Bom Bali I ( 12 Oktober 2002 ) 
Bom Bali terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002 di kota kecamatan Kuta di pulau 
Bali, Indonesia, mengorbankan 202 orang dan mencederakan 209 yang lain, kebanyakan 
merupakan wisatawan asing. Peristiwa ini sering dianggap sebagai peristiwa terorisme terparah 
dalam sejarah Indonesia. 
Beberapa orang Indonesia telah dijatuhi hukuman mati karena peranan mereka dalam 
pengeboman tersebut. Abu Bakar Baashir, yang diduga sebagai salah satu yang terlibat dalam 
memimpin pengeboman ini, dinyatakan tidak bersalah pada Maret 2005 atas konspirasi serangan 
bom ini, dan hanya divonis atas pelanggaran keimigrasian. 
Korban Bom Bali I 
* Australia 88 
* Indonesia 38 (kebanyakan suku Bali) 
* Britania Raya 26 
* Amerika Serikat 7 
* Jerman 6 
* Swedia 5 
* Belanda 4 
* Perancis 4
* Denmark 3 
* Selandia Baru 3 
* Swiss 3 
* Brasil 2 
* Kanada 2 
* Jepang 2 
* Afrika Selatan 2 
* Korea Selatan 2 
* Ekuador 1 
* Yunani 1 
* Italia 1 
* Polandia 1 
* Portugal 1 
* Taiwan 1 
Pelaku Bom Bali I 
* Abdul Goni, didakwa seumur hidup 
* Abdul Hamid (kelompok Solo) 
* Abdul Rauf (kelompok Serang) 
* Abdul Aziz alias Imam Samudra, terpidana mati 
* Achmad Roichan 
* Ali Ghufron alias Mukhlas, terpidana mati 
* Ali Imron alias Alik, didakwa seumur hidup 
* Amrozi bin Nurhasyim alias Amrozi, terpidana mati 
* Andi Hidayat (kelompok Serang) 
* Andi Oktavia (kelompok Serang) 
* Arnasan alias Jimi, tewas 
* Bambang Setiono (kelompok Solo) 
* Budi Wibowo (kelompok Solo) 
* Dr Azahari alias Alan (tewas dalam penyergapan oleh polisi di Kota Batu tanggal 9 November 
2005) 
* Dulmatin 
* Feri alias Isa, meninggal dunia 
* Herlambang (kelompok Solo) 
* Hernianto (kelompok Solo) 
* Idris alias Johni Hendrawan 
* Junaedi (kelompok Serang) 
* Makmuri (kelompok Solo) 
* Mohammad Musafak (kelompok Solo) 
* Mohammad Najib Nawawi (kelompok Solo) 
* Umar Kecil alias Patek 
* Utomo Pamungkas alias Mubarok, didakwa seumur hidup 
* Zulkarnaen 
Bom Bali II ( 1 Oktober 2005 )
Pengeboman Bali 2005 adalah sebuah seri pengeboman yang terjadi di Bali pada 1 Oktober 
2005. Terjadi tiga pengeboman, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang 
tewas dan 196 lainnya luka-luka. 
Pada acara konferensi pers, presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan telah 
mendapat peringatan mulai bulan Juli 2005 akan adanya serangan terorisme di Indonesia. Namun 
aparat mungkin menjadi lalai karena pengawasan adanya kenaikan harga BBM, sehingga 
menjadi peka. 
Tempat-tempat yang dibom: 
* Kafé Nyoman 
* Kafé Menega 
* Restoran R.AJA’s, Kuta Square 
Menurut Kepala Desk Antiteror Kantor Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan 
(Menko Polhukam), Inspektur Jenderal (Purn.) Ansyaad Mbai, bukti awal menandakan bahwa 
serangan ini dilakukan oleh paling tidak tiga pengebom bunuh diri dalam model yang mirip 
dengan pengeboman tahun 2002. Serpihan ransel dan badan yang hancur berlebihan dianggap 
sebagai bukti pengeboman bunuh diri. Namun ada juga kemungkinan ransel-ransel tersebut 
disembunyikan di dalam restoran sebelum diledakkan. 
Komisioner Polisi Federal Australia Mick Keelty mengatakan bahwa bom yang digunakan 
tampaknya berbeda dari ledakan sebelumnya yang terlihat kebanyakan korban meninggal dan 
terluka diakibatkan oleh shrapnel (serpihan tajam), dan bukan ledakan kimia. Pejabat medis 
menunjukan hasil sinar-x bahwa ada benda asing yang digambarkan sebagai "pellet" di dalam 
badan korban dan seorang korban melaporkan bahwa bola bearing masuk ke belakang tubuhnya 
Korban Bom Bali II 
23 korban tewas terdiri dari: 
* 15 warga Indonesia Flag of Indonesia.svg 
* 1 warga Jepang Flag of Japan.svg 
* 4 warga Australia Flag of Australia.svg 
* tiga lainnya diperkirakan adalah para pelaku pengeboman. 
Pelaku Bom Bali II 
Inspektur Jenderal Polisi Ansyaad Mbai, seorang pejabat anti-terorisme Indonesia melaporkan 
kepada Associated Press bahwa aksi pengeboman ini jelas merupakan "pekerjaan kaum teroris". 
Serangan ini "menyandang ciri-ciri khas" serangan jaringan teroris Jemaah Islamiyah, sebuah 
organisasi yang berhubungan dengan Al-Qaeda, yang telah melaksanakan pengeboman di hotel 
Marriott, Jakarta pada tahun 2003, Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada tahun 2004, Bom
Bali 2002, dan Pengeboman Jakarta 2009. Kelompok teroris Islamis memiliki ciri khas 
melaksanakan serangan secara beruntun dan pada waktu yang bertepatan seperti pada 11 
September 2001. 
Pada 10 November 2005, Polri menyebutkan nama dua orang yang telah diidentifikasi sebagai 
para pelaku: 
* Muhammad Salik Firdaus, dari Cikijing, Majalengka, Jawa Barat - pelaku peledakan di Kafé 
Nyoman 
* Misno alias Wisnu (30), dari Desa Ujungmanik, Kecamatan Kawunganten, Cilacap, Jawa 
Tengah - pelaku peledakan di Kafé Menega 
Kemudian pada 19 November 2005, seorang lagi pelaku bernama Ayib Hidayat (25), dari 
Kampung Pamarikan, Ciamis, Jawa Barat diidentifikasikan. 
Tragedi Semanggi 
Tragedi Semanggi menunjuk kepada dua kejadian protes masyarakat terhadap pelaksanaan dan 
agenda Sidang Istimewa yang mengakibatkan tewasnya warga sipil. Kejadian pertama dikenal 
dengan Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998, masa pemerintah transisi 
Indonesia, yang menyebabkan tewasnya 17 warga sipil. Kejadian kedua dikenal dengan Tragedi 
Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 yang menyebabkan tewasnya seorang mahasiswa 
dan sebelas orang lainnya di seluruh jakarta serta menyebabkan 217 korban luka - luka. 
Jumlah masyarakat dan mahasiswa yang bergabung diperkirakan puluhan ribu orang dan sekitar 
jam 3 sore kendaraan lapis baja bergerak untuk membubarkan massa membuat masyarakat 
melarikan diri, sementara mahasiswa mencoba bertahan namun saat itu juga terjadilah 
penembakan membabibuta oleh aparat ketika ribuan mahasiswa sedang duduk di jalan. Saat itu 
juga beberapa mahasiswa tertembak dan meninggal seketika di jalan. Salah satunya adalah 
Teddy Wardhani Kusuma, mahasiswa Institut Teknologi Indonesia yang merupakan korban 
meninggal pertama di hari itu. 
Mahasiswa terpaksa lari ke kampus Universitas Atma Jaya untuk berlindung dan merawat 
kawan-kawan seklaligus masyarakat yang terluka. Korban kedua penembakan oleh aparat adalah 
Wawan, yang nama lengkapnya adalah Bernardus Realino Norma Irmawan, mahasiswa Fakultas 
Ekonomi Atma Jaya, Jakarta, tertembak di dadanya dari arah depan saat ingin menolong 
rekannya yang terluka di pelataran parkir kampus Universitas Atma Jaya, Jakarta[2]. Mulai dari 
jam 3 sore itu sampai pagi hari sekitar jam 2 pagi terus terjadi penembakan terhadap mahasiswa 
di kawasan Semanggi dan penembakan ke dalam kampus Atma Jaya. 
Semakin banyak korban berjatuhan baik yang meninggal tertembak maupun terluka. Gelombang 
mahasiswa dan masyarakat yang ingin bergabung terus berdatangan dan disambut dengan peluru 
dan gas airmata. Sangat dahsyatnya peristiwa itu sehingga jumlah korban yang meninggal 
mencapai 17 orang. Korban lain yang meninggal dunia adalah: Sigit Prasetyo (YAI), Heru 
Sudibyo (Universitas Terbuka), Engkus Kusnadi (Universitas Jakarta), Muzammil Joko 
(Universitas Indonesia), Uga Usmana, Abdullah/Donit, Agus Setiana, Budiono, Doni Effendi,
Rinanto, Sidik, Kristian Nikijulong, Sidik, Hadi. 
Jumlah korban yang didata oleh Tim Relawan untuk Kemanusiaan berjumlah 17 orang korban, 
yang terdiri dari 6 orang mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta, 2 orang pelajar 
SMA, 2 orang anggota aparat keamanan dari POLRI, seorang anggota Satpam Hero Swalayan, 4 
orang anggota Pam Swakarsa dan 3 orang warga masyarakat. Sementara 456 korban mengalami 
luka-luka, sebagian besar akibat tembakan senjata api dan pukulan benda keras, tajam/tumpul. 
Mereka ini terdiri dari mahasiswa, pelajar, wartawan, aparat keamanan dan anggota masyarakat 
lainnya dari berbagai latar belakang dan usia, termasuk Ayu Ratna Sari, seorang anak kecil 
berusia 6 tahun, terkena peluru nyasar di kepala. 
Pada 24 September 1999, untuk yang kesekian kalinya tentara melakukan tindak kekerasan 
kepada aksi-aksi mahasiswa. 
Kala itu adanya pendesakan oleh pemerintahan transisi untuk mengeluarkan Undang-Undang 
Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB) yang materinya menurut banyak kalangan sangat 
memberikan keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan negara sesuai kepentingan 
militer. Oleh karena itulah mahasiswa bergerak dalam jumlah besar untuk bersama-sama 
menentang diberlakukannya UU PKB. 
Mahasiswa dari Universitas Indonesia, Yun Hap meninggal dengan luka tembak di depan 
Universitas Atma Jaya. 
Kasus Marsinah 
Marsinah (10 April 1969?–Mei 1993) adalah seorang aktivis dan buruh pabrik PT. Catur Putra 
Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 
8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari. Mayatnya ditemukan di hutan di Dusun Jegong 
Kecamatan Wilangan Nganjuk, dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat. 
Dua orang yang terlibat dalam otopsi pertama dan kedua jenazah Marsinah, Haryono (pegawai 
kamar jenazah RSUD Nganjuk) dan Prof. Dr. Haroen Atmodirono (Kepala Bagian Forensik 
RSUD Dr. Soetomo Surabaya), menyimpulkan, Marsinah tewas akibat penganiayaan berat. 
Marsinah memperoleh Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang sama. 
Kasus ini menjadi catatan ILO (Organisasi Buruh Internasional), dikenal sebagai kasus 1713. 
Awal tahun 1993, Gubernur KDH TK I Jawa Timur mengeluarkan surat edaran No. 50/Th. 1992 
yang berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan 
memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Himbauan tersebut tentunya disambut 
dengan senang hati oleh karyawan, namun di sisi pengusaha berarti tambahannya beban 
pengeluaran perusahaan. Pada pertengahan April 1993, Karyawan PT. Catur Putera Surya (PT. 
CPS) Porong membahas Surat Edaran tersebut dengan resah. Akhirnya, karyawan PT. CPS 
memutuskan untuk unjuk rasa tanggal 3 dan 4 Mei 1993 menuntut kenaikan upah dari Rp 1700 
menjadi Rp 2250.
Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Perkasa yang aktif dalam aksi unjuk 
rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain terlibat dalam rapat 
yang membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di Tanggul Angin Sidoarjo. 
3 Mei 1993, para buruh mencegah teman-temannya bekerja. Komando Rayon Militer (Koramil) 
setempat turun tangan mencegah aksi buruh. 
4 Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk perusahaan harus 
menaikkan upah pokok dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250. Tunjangan tetap Rp 550 per 
hari mereka perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen. 
Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya dalam 
kegiatan unjuk rasa dan perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah seorang dari 15 
orang perwakilan karyawan yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan. 
Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa 
digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka dipaksa 
mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah 
karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan 
keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 
10 malam, Marsinah lenyap. 
Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya 
ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993. 
Tanggal 30 September 1993 telah dibentuk Tim Terpadu Bakorstanasda Jatim untuk melakukan 
penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah. Sebagai penanggung jawab Tim 
Terpadu adalah Kapolda Jatim dengan Dan Satgas Kadit Reserse Polda Jatim dan beranggotakan 
penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya. 
Delapan petinggi PT CPS ditangkap secara diam-diam dan tanpa prosedur resmi, termasuk 
Mutiari selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya perempuan yang ditangkap, 
mengalami siksaan fisik maupun mental selama diinterogasi di sebuah tempat yang kemudian 
diketahui sebagai Kodam V Brawijaya. Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku telah 
membuat skenario dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah. Pemilik PT CPS, Yudi 
Susanto, juga termasuk salah satu yang ditangkap. 
Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di tahanan Polda Jatim 
dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah. Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi, 
mengungkap adanya rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh 
Marsinah. 
Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang diduga terlibat 
pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan 
tersebut adalah Anggota TNI.
Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian kontrol CPS) 
menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu 
dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya. 
Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya. 
Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain itu 
dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan 
Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah 
Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni). 
Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan sejumlah 
pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah "direkayasa". 
Kasus Munir ( Pejuang HAM ) 
Munir Said Thalib (lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965 – meninggal di Jakarta 
jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004 pada umur 38 tahun) adalah pria keturunan Arab yang 
juga seorang aktivis HAM Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga 
Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. 
Saat menjabat Koordinator Kontras namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang 
hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi 
korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus. Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi 
alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota tim Mawar. 
Jenazah Munir dimakamkan di Taman Pemakaman Umum, Kota Batu. 
Istri Munir, Suciwati, bersama aktivis HAM lainnya terus menuntut pemerintah agar 
mengungkap kasus pembunuhan ini. 
Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin melaporkan kepada pilot 
Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir yang duduk di kursi nomor 40 G 
menderita sakit. Munir bolak balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor 
kondisi Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan 
berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya. Penerbangan menuju Amsterdam 
menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum mendarat 7 September 2004, pukul 08.10 
waktu Amsterdam di bandara Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah meninggal dunia. 
Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik 
Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi 
oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang 
menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya. 
Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun hukuman penjara 
atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan bahwa Pollycarpus, seorang pilot Garuda 
yang sedang cuti, menaruh arsenik di makanan Munir, karena dia ingin mendiamkan pengkritik
pemerintah tersebut. Hakim Cicut Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan Pollycarpus 
menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen 
senior, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Selain itu Presiden Susilo juga membentuk tim 
investigasi independen, namun hasil penyelidikan tim tersebut tidak pernah diterbitkan ke publik. 
Pada 19 Juni 2008, Mayjen (purn) Muchdi Pr, yang kebetulan juga orang dekat Prabowo 
Subianto dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, ditangkap dengan dugaan kuat bahwa dia 
adalah otak pembunuhan Munir. Beragam bukti kuat dan kesaksian mengarah padanya.Namun 
demikian, pada 31 Desember 2008, Muchdi divonis bebas. Vonis ini sangat kontroversial dan 
kasus ini tengah ditinjau ulang, serta 3 hakim yang memvonisnya bebas kini tengah diperiksa 
Kasus Babeh Baekuni 
Nama Bakeuni alias Babe, mendadak terkenal. Setelah ditangkap polisi, lelaki berusia 50 tahun 
itu diduga menjadi pelaku pembunuhan dan mutilasi anak-anak jalanan di Jakarta. Ada yang 
dibuang di Jakarta, sebagian “dikubur” di sawah milik keluarganya di tepi Kali Gluthak Desa 
Mranggen, Magelang, Jawa Tengah. Babe memang berasal dari desa itu. 
Sebelum namanya terkenal karena kasus pembunuhan itu, nama Babe sebetulnya hanya dikenal 
di kalangan terbatas: Anak-anak jalanan dan beberapa penggiat anak-anak jalanan. Di mata anak-anak 
itu, yang sebagian kini beranjak dewasa, Babe adalah dewa penolong. Bukan saja dia 
menyediakan tempat menginap di kontrakannya di Gang Mesjid RT 06/02, Pulogadung, Jakarta 
Timur tapi Babe juga melindungi anak-anak itu. “Pernah suatu hari, teman saya bernama Diki, 
dipalak laki-laki bernama Gomgom. Laki-laki itu lebih tua dan lebih besar dibandingkan Diki. 
Ketika Diki mengadu ke Babe, Gomgom langsung didatangi Babe dan diancam,” kata Anggi 
Setiawan, 17 tahun, yang pernah ikut dan tinggal bersama Babe. Perkenalan Anggi dengan Babe 
terjadi 10 tahun silam, saat usia Anggi baru tujuh tahun. Anggi ingat, saat itu dia sedang 
mengamen di pintu tol Cakung, ketika melihat banyak anak-anak pengamen lainnya akrab 
dengan seorang pria penjual rokok. “Anak-anak itu memanggilnya Babe,” kenang Anggi. 
Sejak itu Anggi kemudian tinggal di rumah Babe. Di kontrakan itu, setiap hari empat hingga 
lima anak jalanan menginap. Kalau akhir pekan, jumlahnya bisa bertambah hingga 15 anak. Kata 
Anggi, semua anak diperlakukan sama. Anggi ingat, Babe selalu memotong pendek, rambut 
anak-anak jalanan itu. Potongannya seragam: Bagian depan dibiarkan panjang, dan dipangkas 
habis di bagian belakang. Karena air untuk mandi terbatas, bergiliran anak-anak itu dimandikan 
Babe. 
Biasanya kata Anggi, dimulai dengan guyuran dari atas lalu tangan anak-anak itu direntangkan. 
Babe kemudian menyabuni tubuh anakanak dengan deterjen. Sabun cuci itu juga digunakan 
sebagai sampo. “Nunduk, nunduk,” Anggi masih ingat kata-kata Babe saat 10 tahun lalu 
memandikannya. Ketika anak-anak itu sudah terlelap, jam dua pagi, Babe biasanya bangun dan 
mencuci baju anakanak. Dia keluar rumah sekitar jam lima pagi untuk berjualan rokok, dan 
kembali ke rumah sekitar jam 10 pagi untuk membangunkan anakanak. Sarapan pagi sudah 
disediakan Babe.
Menunya menu ikan cuek goreng, sayur sawi dan satu baskom sambal. Malam hari, Babe 
mengajak patungan membeli mi instan. “Dia juga memasok nasi goreng untuk kami,” kata 
Anggi. Begitu seterusnya, setiap hari. Kalau misalnya ada anak yang sakit, Babe pula yang 
mengobati mereka. Biasanya, kata Anggi, Babe ngerokin anak-anak itu. “Dia disayangi 
anakanak, dan saya menganggap sebagai orang tua sendiri,” kata Anggi yang masih punya orang 
tua, dan tinggal di Tanjung Priok. Sumber Unicef Deni 13 tahun yang juga pernah tinggal di 
kontrakan Babe bercerita, Babe selalu mengajarkan anak-anak itu agar uang hasil mengamen 
dikumpulkan dan diberikan kepada orang tua masing-masing. 
Sebagian anak-anak jalanan yang tinggal di rumah Babe, memang masih memiliki orang tua, 
termasuk Anggi. Kalau anak-anak itu tidak menurut, misalnya, Babe mengancam mereka agar 
tidak tinggal bersamanya. Sering pula Babe mengajak anakanak itu ke Magelang, tempat asal 
Babe. Sebelum berangkat, Babe meminta mereka menabung, untuk bekal ongkos. Sehari lima 
ribu rupiah. “Saya pernah ikut Babe, Desember lalu, setelah menabung selama satu bulan,” kata 
Deni. 
Mungkin karena semua perhatiannya kepada anak-anak itu, beberapa tahun lalu Babe pernah 
menjadi sumber Unicef. Badan PBB itu mencoba mengangkat kehidupan anakanak jalanan 
termasuk yang ada di Jakarta dan di tempat Babe. Kini semua berubah. Babe ditangkap polisi 
dan diduga sebagai pelaku pembunuhan terhadap anak-anak jalanan itu. Kepada polisi, Babe 
mengaku membunuh 10 anak sejak 1995 tapi Arist Merdeka Sirait meragukan keterangannya. 
Sekretaris Jenderal Komnas Perlindungan Anak itu menduga korban Babe bisa lebih 15 orang. 
Alasan Arist, ada sekitar 15 foto anak jalanan yang dikoleksi Babe. 
“Menurut keterangan anak jalanan, foto-foto yang disimpan itu yang disenangi dia (Babe),” kata 
Arist. Benarkah Babe yang melakukan semua pembunuhan sadis itu? “Polisi menunjukkan foto-foto 
korban. Babe enggak mengakui kalau memang tidak kenal. Dia akan bilang enggak kenal,” 
kata Rangga B. Rikuser, pengacara Babe. Mengutip keterangan Babe, Rangga bercerita, Babe 
membunuh anakanak itu dengan cara dijerat menggunakan tali plastik. Biasanya, Babe 
membelakangi korban, lalu leher mereka dikalungi tali plastik. Tangan kanan Babe kemudian 
mendorong kepala korban ke depan, dan tangan kirinya menarik tali ke belakang. 
“Dia menikmati erangan bocah-bocah yang dijerat lehernya itu. Detik-detik bocah itu meregang 
nyawa menjadi sensasi tersendiri bagi Babe,” kata Rangga. Jika korban sudah meninggal, 
barulah Babe menggauli bocah-bocah itu. “Korbannya pasti berkulit bersih dan putih, karena 
sewaktu anak-anak, kulit Babe juga bersih,” kata Rangga. Babe bukan tidak menyesal 
melakukan pembunuhan itu. Masih menurut Rangga, usai memotong tubuh korbannya, Babe 
selalu menyesal tapi dia juga sulit menghentikan nafsunya. Babe, karena itu, juga seolah selalu 
memberi tanda ke polisi agar kelakuannya segera terungkap. 
Caranya, setiap korban yang dibunuh, selalu dia letakkan dalam kardus air mineral. “Sehari-hari 
dia kan berdagang rokok, dan air mineral,” kata Rangga. Dan tanda dari Babe itu baru diketahui 
polisi, awal Januari silam: Sebuah kardus air mineral ditemukan berisi potongan tubuh seorang 
bocah, yang belakangan diketahui bernama Ardiansyah 10 tahun. Babe atau yang dikenal juga 
dengan sebutan Bungkih ditangkap dan diduga sebagai pelakunya. Dari mulut Babe, belakangan 
muncul pengakuan, jumlah korban yang dibunuhnya bisa lebih 10 orang. Semuanya dimasukkan
dalam kardus air mineral. “Saya percaya dan tidak percaya dia jadi pembunuh,” kata Anggi. _ 
rangga prakoso. 
KASUS – KASUS YANG LAIN SEPERTI : 
1. PELANGGARAN HAM OLEH TNI 
Umumnya terjadi pada masa pemerintahan PresidenSuharto, dimana (dikemudian hari berubah 
menjadi TNI dan Polri) menjadi alat untuk menopang kekuasaan. Pelanggaran HAM oleh TNI 
mencapai puncaknya pada akhir masa pemerintahan Orde Baru, dimana perlawanan rakyat 
semakin keras. 
2. KASUS PELANGGARAN HAM YANG TERJADI DI MALUKU 
Konflik dan kekerasan yang terjadi di Kepulauan Maluku sekarang telah berusia 2 tahun 5 bulan; 
untuk Maluku Utara 80% relatif aman, Maluku Tenggara 100% aman dan relatif stabil, 
sementara di kawasan Maluku Tengah (Pulau Ambon, Saparua, Haruku, Seram dan Buru) 
sampai saat ini masih belum aman dan khusus untuk Kota Ambon sangat sulit diprediksikan, 
beberapa waktu yang lalu sempat tenang tetapi sekitar 1 bulan yang lalu sampai sekarang telah 
terjadi aksi kekerasan lagi dengan modus yang baru ala ninja/penyusup yang melakukan 
operasinya di daerah – daerah perbatasan kawasan Islam dan Kristen (ada indikasi tentara dan 
masyarakat biasa). 
Penyusup masuk ke wilayah perbatasan dan melakukan pembunuhan serta pembakaran rumah. 
Saat ini masyarakat telah membuat sistem pengamanan swadaya untuk wilayah pemukimannya 
dengan membuat barikade-barikade dan membuat aturan orang dapat masuk/keluar dibatasi 
sampai jam 20.00, suasana kota sampai saat ini masih tegang, juga masih terdengar suara 
tembakan atau bom di sekitar kota. 
Akibat konflik/kekerasan ini tercatat 8000 orang tewas, sekitar 4000 orang luka – luka, ribuan 
rumah, perkantoran dan pasar dibakar, ratusan sekolah hancur serta terdapat 692.000 jiwa 
sebagai korban konflik yang sekarang telah menjadi pengungsi di dalam/luar Maluku. 
Masyarakat kini semakin tidak percaya dengan dengan upaya – upaya penyelesaian konflik yang 
dilakukan karena ketidak-seriusan dan tidak konsistennya pemerintah dalam upaya penyelesaian 
konflik, ada ketakutan di masyarakat akan diberlakukannya Daerah Operasi Militer di Ambon 
dan juga ada pemahaman bahwa umat Islam dan Kristen akan saling menyerang bila Darurat 
Sipil dicabut. 
Banyak orang sudah putus asa, bingung dan trauma terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di 
Ambon ditambah dengan ketidak-jelasan proses penyelesaian konflik serta ketegangan yang 
terjadi saat ini. 
Komunikasi sosial masyarakat tidak jalan dengan baik, sehingga perasaan saling curiga antar 
kawasan terus ada dan selalu bisa dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang menginginkan konmflik 
jalan terus. Perkembangan situasi dan kondisis yang terakhir tidak ada pihak yang menjelaskan 
kepada masyarakat tentang apa yang terjadi sehingga masyrakat mencari jawaban sendiri dan 
membuat antisipasi sendiri. 
Wilayah pemukiman di Kota Ambon sudah terbagi 2 (Islam dan Kristen), masyarakat dalam 
melakukan aktifitasnya selalu dilakukan dilakukan dalam kawasannya hal ini terlihat pada 
aktifitas ekonomi seperti pasar sekarang dikenal dengan sebutan pasar kaget yaitu pasar yang 
muncul mendadak di suatu daerah yang dulunya bukan pasar hal ini sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan riil masyarakat; transportasi menggunakan jalur laut tetapi sekarang sering terjadi 
penembakan yang mengakibatkan korban luka dan tewas; serta jalur – jalur distribusi barang ini 
biasa dilakukan diperbatasan antara supir Islam danKristen tetapi sejak 1 bulan lalu sekarang 
tidak lagi juga sekarang sudah ada penguasa – penguasa ekonomi baru pasca konflik. 
Pendidikan sangat sulit didapat oleh anak – anak korban langsung/tidak langsung dari konflik 
karena banyak diantara mereka sudah sulit untukmengakses sekolah, masih dalam keadaan 
trauma, program PendidikanAlternatif Maluku sangat tidak membantu proses perbaikan mental 
anak malah menimbulkan masalah baru di tingkat anak (beban belajar bertambah) selain itu 
masyarakat membuat penilaian negatif terhadap aktifitas NGO (PAM dilakukan oleh NGO). 
Masyarakat Maluku sangat sulit mengakses pelayanan kesehatan, dokter dan obat – obatan tidak 
dapat mencukupi kebutuhan masyarakat dan harus diperoleh dengan harga yang mahal; 
puskesmas yang ada banyak yang tidak berfungsi. 
Belum ada media informasi yang dianggap independent oleh kedua pihak, yang diberitakan oleh 
media cetak masih dominan berita untuk kepentingan kawasannya (sesuai lokasi media), ada 
media yang selama ini melakukan banyak provokasi tidak pernah ditindak oleh Penguasa Darurat 
Sipil Daerah (radio yang selama ini digunakan oleh Laskar Jihad (radio SPMM/Suara Pembaruan 
MuslimMaluku). 
3. PELANGGARAN HAM ATAS NAMA AGAMA 
Kita memiliki banyak sejarah gelap agamawi, entah itu dari kalangan gereja Protestan maupun 
gereja Katolik, entah dari aliran lainnya. Bahwa kadang justru dengan simbol agamawi, kita 
melupakan kasih, yaitu kasih yang menjadi ‘atribut’ Tuhan kita Yesus Kristus.Hal-hal ini dicatat 
dalam buku sejarah dan beberapa kali kisah-kisah tentang kekejaman gereja difilmkan. Salah 
satu contohnya dalam film The Scarlet Letter, film tentang hyprocricy Gereja Potestan yang 
‘menghakimi’ seorang pezinah dan kelompok-kelompok yang dianggap bidat, adalagi filmThe 
Magdalene Sisters, juga film A Song for A Raggy Boy, The Headman, “The Name of the Rose” , 
dan masih banyak lainnya. Kini, telah hadir film yang lumayan baru, yang diproduksi oleh Saul 
Zaentz dan disutradarai oleh Milos Forman, dua nama ini cukup memberi jaminan bahwa film 
yang dibuat mereka selalu bagus yaitu film GOYA’s GOST. 
Mungkin saja film GOYA’s GOST ini akan membuat ‘marah’ sebagian kelompok, namun apa 
yang dikemukakan oleh Zaentz dan Forman, sebagaimana kekejaman “Inkuisisi” telah tercatat 
dalam sejarah hitam Gereja. Kisah-kisah kekejamannya juga terekam dalam lukisan- lukisan 
karya Seniman Spanyol Francisco Goya (1746–1828 ), yang menjadi tokoh sentral dari film 
GOYA’s GOST ini. 
Kita telah mengenal banyak sekelompok manusia dengan atribut agama, berlindung dalam 
lembaga agama, mereka justru melakukan kejahatan kemanusiaan (crimes against humanity) 
entah itu Kristen, Islam atau agama apapun. Atas nama ‘agama yang suci’ mereka melakukan 
‘pelecehan yang tidak suci’ kepada sesamanya manusia. Akhir abad 20 atau awal abad 21, akhir-akhir 
ini kita disuguhi sajian-sajian berita akan kebobrokan manusia yang beragama melanggar 
hak asasi manusia, misalnya kelompok Al-Qaeda dan sejenisnya menteror dengan bom, dan 
olehnya mungkin sebagian dari kita telah prejudice menempatkan orang-orang Muslim di sekitar 
kita sama jahatnya dengan kelompok ‘Al-Qaeda’. Di sisi lain Amerika Serikat (AS) sebagai 
‘polisi dunia’ sering memakai ‘isu terorisme yang dilakukan Al-Qaeda’ untuk melancarkan 
macam-macam agendanya. Invasi AS ke Iraq, penyerangan ke Afganistan dan negara-negara lain 
yang disinyalir ‘ada terorisnya’. Namun kehadiran pasukan AS dan sekutunya di Iraq tidak
berdampak baik, mungkin pada awalnya terlihat AS dengan sejatanya yang super-canggih 
menguasai Iraq dalam sekejap, namun pasukan mereka babak-belur dalam ‘perang-kota’, ini 
mengingatkan kembali sejarah buruk, dimana mereka juga kalah dalam perang gerilya di 
Vietnam. Kegagalan pasukan AS mendapat kecaman dari dalam negeri, bahkan sekutunya, 
Inggris misalnya. Tekanan-tekanan ini membuat PM Inggris Tony Blair memilih mengakhiri 
karirnya sebelum waktunya baru-baru ini. Karena ia berada dalam posisi yang sulit : menuruti 
tuntutan dalam negeri ataukah menuruti tuan Bush. 
Memang kita akui banyak kebrutalan yang dilakukan oleh para teroris kalangan Islam 
Fundamentalis, contoh Bom Bali dan sejenisnya di seluruh dunia. Tapi tidak menutup 
kemungkinan Presiden Amerika Serikat, George Bush adalah juga seorang ‘Fundamenalis’ 
dalam ‘Agama’ yang dianutnya, karena gaya Bush yang sering ‘secara implisit’ terbaca dimana 
ia menempakan dirinya sebagai penganut Kristiani yang memerangi terorisme dari para teroris 
Muslim Fundamentalis. Tentu saja apa-apa yang mengandung “fundamentalis” entah itu 
Islam/ Kristen/ agama yang lain, bermakna tidak baik. 
Sebelumnya, ditengah-tengah ‘isu anti terorisme (Islam)’, sutradara Inggris, Ridley Scott 
memproduksi film The Kingdom of Heaven, barangkali bisa juga digunakan untuk 
menyindir Presiden Bush yang sering menggunakan kata“crusades” dalam pidatonya. Film 
The Kingdom of Heaven adalah sebuah ‘otokritik’ bagi Kekristenan, dan sajian ‘ironisme’ dari 
ajaran Kristus yang penuh kasih. Bahwa perang Salib yang telah terjadi selama 4 abad itu 
bukanlah suatu kesaksian yang baik, tetapi lebih merupakan sejarah hitam. 
Dibawah ini review dari sebuah film, tentang kejahatan dibawah payung Agama, bukan berniat 
melecehkan suatu Agama/ Aliran tertentu, melainkan sebagai perenungan apakah perlakuan 
seseorang melawan/menindas orang lain yang tidak ‘seagama’ itu tujuannya membela Allah? 
membela tradisi? membela doktrin, ataukah membela diri sendiri? 
4. PELANGGARAN HAM OLEH MANTAN GUBERNUR TIM-TIM 
Abilio Jose Osorio Soares, mantan Gubernur Timtim, yang diadili oleh Pengadilan Hak Asasi 
Manusia (HAM) ad hoc di Jakarta atas dakwaan pelanggaran HAM berat di Timtim dan dijatuhi 
vonis 3 tahun penjara. Sebuah keputusan majelis hakim yang bukan saja meragukan tetapi juga 
menimbulkan tanda tanya besar apakah vonis hakim tersebut benar-benar berdasarkan rasa 
keadilan atau hanya sebuah pengadilan untuk mengamankan suatu keputusan politik yang dibuat 
Pemerintah Indonesia waktu itu dengan mencari kambing hitam atau tumbal politik. Beberapa 
hal yang dapat disimak dari keputusan pengadilan tersebut adalah sebagai berikut ini. 
Pertama, vonis hakim terhadap terdakwa Abilio sangat meragukan karena dalam Undang- 
Undang (UU) No 26/2000 tentang Pengadilan HAM Pasal 37 (untuk dakwaan primer) 
disebutkan bahwa pelaku pelanggaran berat HAM hukuman minimalnya adalah 10 tahun 
sedangkan menurut pasal 40 (dakwaan subsider) hukuman minimalnya juga 10 tahun, sama 
dengan tuntutan jaksa. Padahal Majelis Hakim yang diketuai Marni Emmy Mustafa menjatuhkan 
vonis 3 tahun penjara dengan denda Rp 5.000 kepada terdakwa Abilio Soares. 
Bagi orang yang awam dalam bidang hukum, dapat diartikan bahwa hakim ragu-ragu dalam 
mengeluarkan keputusannya. Sebab alternatifnya adalah apabila terdakwa terbukti bersalah 
melakukan pelanggaran HAM berat hukumannya minimal 10 tahun dan apabila terdakwa tidak 
terbukti bersalah ia dibebaskan dari segala tuduhan.
Kedua, publik dapat merasakan suatu perlakuan “diskriminatif” dengan keputusan terhadap 
terdakwa Abilio tersebut karena terdakwa lain dalam kasus pelanggaran HAM berat Timtim dari 
anggota TNI dan Polri divonis bebas oleh hakim. Komentar atas itu justru datang dari Jose 
Ramos Horta, yang mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kemungkinan hanya rakyat Timor 
Timur yang akan dihukum di Indonesia yang mendukung berbagai aksi kekerasan selama jajak 
pendapat tahun 1999 dan yang mengakibatkan sekitar 1.000 tewas.Horta mengatakan, “Bagi saya 
bukan fair atau tidaknya keputusan tersebut. Saya hanya khawatir rakyat Timor Timur yang akan 
membayar semua dosa yang dilakukan oleh orang Indonesia” 
5. Kontroversi G30S 
Di antara kasus-kasus pelanggaran berat HAM, perkara seputar peristiwa G30S bagi KKR bakal 
menjadi kasus kontroversial. Dilema bisa muncul dengan terlibatnya KKR untuk memangani 
kasus pembersihan para aktivis PKI. 
Peneliti LIPI Asvi Marwan Adam melihat, kalau pembantaian sebelum 1 Oktober 1965 yang 
memakan banyak korban dari pihak Islam, karena pelakunya sama-sama sipil, lebih mudah 
rekonsiliasi. ”Anggaplah kasus ini selesai,” jelasnya. Persoalan muncul ketika KKR mencoba 
menyesaikan pembantaian yang terjadi pasca G30S. 
Asvi menjelaskan, begitu Soeharto pada 1 Oktober 1965 berhasil menguasai keadaan, sore 
harinya keluar pengumuman Peperalda Jaya yang melarang semua surat kabar terbit –kecuali 
Angkatan Bersenjata (AB) dan Berita Yudha. Dengan begitu, seluruh informasi dikuasai tentara. 
Berita yang terbit oleh kedua koran itu kemudian direkayasa untuk mengkambinghitamkan PKI 
sebagai dalang G30S yang didukung Gerwani sebagai simbol kebejatan moral. Informasi itu 
kemudian diserap oleh koran-koran lain yang baru boleh terbit 6 Oktober 1965. 
Percobaan kudeta 1 Oktober, kemudian diikuti pembantaian massal di Indonesia. Banyak sumber 
yang memberitakan perihal jumlah korban pembantaian pada 1965/1966 itu tidak mudah 
diketahui secara persis. Dari 39 artikel yang dikumpulkan Robert Cribb (1990:12) jumlah korban 
berkisar antara 78.000 sampai dua juta jiwa, atau rata-rata 432.590 orang. 
Cribb mengatakan, pembantaian itu dilakukan dengan cara sederhana. ”Mereka menggunakan 
alat pisau atau golok,” urai Cribb. Tidak ada kamar gas seperti Nazi. Orang yang dieksekusi juga 
tidak dibawa ke tempat jauh sebelum dibantai. Biasanya mereka terbunuh di dekat rumahnya. 
Ciri lain, menurutnya, ”Kejadian itu biasanya malam.” Proses pembunuhan berlangsung cepat, 
hanya beberapa bulan. Nazi memerlukan waktu bertahun-tahun dan Khmer Merah 
melakukannya dalam tempo empat tahun. 
Cribb menambahkan, ada empat faktor yang menyulut pembantaian masal itu. Pertama, budaya 
amuk massa, sebagai unsur penopang kekerasan. Kedua, konflik antara golongan komunis 
dengan para pemuka agama islam yang sudah berlangsung sejak 1960-an. Ketiga, militer yang 
diduga berperan dalam menggerakkan massa. Keempat, faktor provokasi media yang 
menyebabkan masyarakat geram. 
Peran media militer, koran AB dan Berita Yudha, juga sangat krusial. Media inilah yang semula 
menyebarkan berita sadis tentang Gerwani yang menyilet kemaluan para Jenderal. Padahal, 
menurut Cribb, berdasarkan visum, seperti diungkap Ben Anderson (1987) para jenazah itu 
hanya mengalami luka tembak dan memar terkena popor senjata atau terbentur dinding tembok 
sumur. Berita tentang kekejaman Gerwani itu memicu kemarahan massa. 
Karena itu, Asvi mengingatkan bahwa peristiwa pembunuhan massal pada 1965/66 perlu 
dipisahkan antara konflik antar masyarakat dengan kejahatan yang dilakukan oleh negara.
Pertikaian antar masyarakat, meski memakan banyak korban bisa diselesaikan. Yang lebih parah 
adalah kejahatan yang dilakukan negara terhadap masyarakat, menyangkut dugaan keterlibatan 
militer (terutama di Jawa Tengah) dalam berbagai bentuk penyiksaan dan pembunuhan. 
Menurut Cribb, dalam banyak kasus, pembunuhan baru dimulai setelah datangnya kesatuan elit 
militer di tempat kejadian yang memerintahkan tindakan kekerasan. ”Atau militer setidaknya 
memberi contoh,” ujarnya. Ini perlu diusut. Keterlibatan militer ini, masih kata Cribb, untuk 
menciptakan kerumitan permasalahan. Semakin banyak tangan yang berlumuran darah dalam 
penghancuran komunisme, semakin banyak tangan yang akan menentang kebangkitan kembali 
PKI dan dengan demikian tidak ada yang bisa dituduh sebagai sponsor pembantaian. 
Sebuah sarasehan Generasi Muda Indonesia yang diselenggarakan di Univesitas Leuwen Belgia 
23 September 2000 dengan tema ”Mawas Diri Peristiwa 1965: Sebuah Tinjauan Ulang Sejarah”, 
secara tegas menyimpulkan agar dalam memandang peristiwa G30S harus dibedakan antara 
peristiwa 1 Oktober dan sesudahnya, yaitu berupa pembantaian massal yang dikatakan tiada 
taranya dalam sejarah modern Indonesia, bahkan mungkin dunia, sampai hari ini. 
Peritiwa inilah, simpul pertemuan itu, merupakan kenyataan gamblang yang pernah disaksikan 
banyak orang dan masih menjadi memoar kolektif sebagian mereka yang masih hidup. 
Hardoyo, seorang mantan anggota DPRGR/MPRS dari Fraksi Golongan Karya Muda, satu ide 
dengan hasil pertemuan Belgia. ”Biar adil mestinya langkah itu yang kita lakukan.” 
Mantan tahanan politik 1966-1979 ini kemudian bercerita. “saya pernah mewawancarai seorang 
putera dari sepasang suami-isteri guru SD di sebuah kota di Jawa Tengah. Sang ayah yang 
anggota PGRI itu dibunuh awal November 1965. Sang ibu yang masih hamil tua sembilan bulan 
dibiarkan melahirkan putera terakhirnya, dan tiga hari setelah sang anak lahir ia diambil dari 
rumah sakit persalinan dan langsung dibunuh.” 
Menurut pengakuan sang putera yang pada 1965 berusia 14 tahun, keluarga dari pelaku 
pembunuhan orang tuanya itu mengirim pengakuan bahwa mereka itu terpaksa melakukan 
pembunuhan karena diperintah atasannya. Sedangkan Ormas tertentu yang menggeroyok dan 
menangkap orang tuanya mengatakan bahwa mereka diperintah oleh pimpinannya karena jika 
tidak merekalah yang akan dibunuh. Pimpinannya itu kemudian mengakui bahwa mereka hanya 
meneruskan perintah yang berwajib. 
Hardoyo menambahkan: kemudian saya tanya, ”Apakah Anda menyimpan dendam?” Sang anak 
menjawab, ”Semula Ya.” Tapi setelah kami mempelajari masalahnya, dendam saya hilang. 
”Mereka hanyalah pelaksana yang sebenarnya tak tahu menahu masalahnya.” Mereka, tambah 
Hardoyo, juga bagian dari korban sejarah dalam berbagai bentuk dan sisinya. 
Bisa jadi memang benar, dalam soal G30S atau soal PKI pada umumnya, peran KKR kelak harus 
memilah secara tegas, pasca 1 Oktober versus sebelum 1 Oktober

More Related Content

What's hot

PELANGGARAN HAM DI INDONESIA
PELANGGARAN HAM DI INDONESIAPELANGGARAN HAM DI INDONESIA
PELANGGARAN HAM DI INDONESIAYanaKusdiana1
 
PKN KELAS XII Tugas kelompok 4.1 + uji kompetensi (kelompok 4)
PKN KELAS XII Tugas kelompok 4.1 + uji kompetensi (kelompok 4)PKN KELAS XII Tugas kelompok 4.1 + uji kompetensi (kelompok 4)
PKN KELAS XII Tugas kelompok 4.1 + uji kompetensi (kelompok 4)Mellisaayu
 
Tugas Upaya Perlindungan Hak Warga Negara
Tugas Upaya Perlindungan Hak Warga NegaraTugas Upaya Perlindungan Hak Warga Negara
Tugas Upaya Perlindungan Hak Warga Negararoy apr
 
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di IndonesiaJenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di IndonesiaAisyah Salsabilla Rositha
 
Kelompok reo kelas_x_perawat
Kelompok reo kelas_x_perawatKelompok reo kelas_x_perawat
Kelompok reo kelas_x_perawatapotek agam farma
 
Pelanggaran Hak dan Kewajiban sebagai Warga Negara
Pelanggaran Hak dan Kewajiban sebagai Warga NegaraPelanggaran Hak dan Kewajiban sebagai Warga Negara
Pelanggaran Hak dan Kewajiban sebagai Warga NegaraFanny Fayu Laksono
 
Hak kebebasan berpendapat
Hak kebebasan berpendapatHak kebebasan berpendapat
Hak kebebasan berpendapatkeluargacemara
 
Kasus kasus ham timtim
Kasus kasus ham timtimKasus kasus ham timtim
Kasus kasus ham timtimNoti Setiani
 
Bab 1 ham xi kur 13
Bab 1 ham  xi kur 13Bab 1 ham  xi kur 13
Bab 1 ham xi kur 13nwk_ws
 
Kasus-Kasus Pelanggaran HAM Dalam Perspektif Pancasila
Kasus-Kasus Pelanggaran HAM Dalam Perspektif PancasilaKasus-Kasus Pelanggaran HAM Dalam Perspektif Pancasila
Kasus-Kasus Pelanggaran HAM Dalam Perspektif PancasilaIrfan Yusuf
 
Ham(hak asasi manusia) pkn
Ham(hak asasi manusia) pknHam(hak asasi manusia) pkn
Ham(hak asasi manusia) pknAli Must Can
 
HAM(HAK ASASI MANUSIA)
HAM(HAK ASASI MANUSIA)HAM(HAK ASASI MANUSIA)
HAM(HAK ASASI MANUSIA)Ali Must Can
 

What's hot (19)

Kasus pelanggaran ham
Kasus pelanggaran hamKasus pelanggaran ham
Kasus pelanggaran ham
 
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaHak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia
 
PELANGGARAN HAM DI INDONESIA
PELANGGARAN HAM DI INDONESIAPELANGGARAN HAM DI INDONESIA
PELANGGARAN HAM DI INDONESIA
 
Pelanggaran HAM Berat
Pelanggaran HAM BeratPelanggaran HAM Berat
Pelanggaran HAM Berat
 
Rangkuman ppkn uts genap
Rangkuman ppkn uts genapRangkuman ppkn uts genap
Rangkuman ppkn uts genap
 
Bom bali
Bom bali Bom bali
Bom bali
 
PKN KELAS XII Tugas kelompok 4.1 + uji kompetensi (kelompok 4)
PKN KELAS XII Tugas kelompok 4.1 + uji kompetensi (kelompok 4)PKN KELAS XII Tugas kelompok 4.1 + uji kompetensi (kelompok 4)
PKN KELAS XII Tugas kelompok 4.1 + uji kompetensi (kelompok 4)
 
Tugas Upaya Perlindungan Hak Warga Negara
Tugas Upaya Perlindungan Hak Warga NegaraTugas Upaya Perlindungan Hak Warga Negara
Tugas Upaya Perlindungan Hak Warga Negara
 
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di IndonesiaJenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
 
Kelompok reo kelas_x_perawat
Kelompok reo kelas_x_perawatKelompok reo kelas_x_perawat
Kelompok reo kelas_x_perawat
 
Modul 4 kb 2
Modul 4 kb 2Modul 4 kb 2
Modul 4 kb 2
 
Pelanggaran Hak dan Kewajiban sebagai Warga Negara
Pelanggaran Hak dan Kewajiban sebagai Warga NegaraPelanggaran Hak dan Kewajiban sebagai Warga Negara
Pelanggaran Hak dan Kewajiban sebagai Warga Negara
 
Hak kebebasan berpendapat
Hak kebebasan berpendapatHak kebebasan berpendapat
Hak kebebasan berpendapat
 
Kasus kasus ham timtim
Kasus kasus ham timtimKasus kasus ham timtim
Kasus kasus ham timtim
 
Pelanggaran ham
Pelanggaran hamPelanggaran ham
Pelanggaran ham
 
Bab 1 ham xi kur 13
Bab 1 ham  xi kur 13Bab 1 ham  xi kur 13
Bab 1 ham xi kur 13
 
Kasus-Kasus Pelanggaran HAM Dalam Perspektif Pancasila
Kasus-Kasus Pelanggaran HAM Dalam Perspektif PancasilaKasus-Kasus Pelanggaran HAM Dalam Perspektif Pancasila
Kasus-Kasus Pelanggaran HAM Dalam Perspektif Pancasila
 
Ham(hak asasi manusia) pkn
Ham(hak asasi manusia) pknHam(hak asasi manusia) pkn
Ham(hak asasi manusia) pkn
 
HAM(HAK ASASI MANUSIA)
HAM(HAK ASASI MANUSIA)HAM(HAK ASASI MANUSIA)
HAM(HAK ASASI MANUSIA)
 

Viewers also liked

MS PowerPoint Bab 3
MS PowerPoint Bab 3 MS PowerPoint Bab 3
MS PowerPoint Bab 3 sabelanr9h
 
Παγκόσμιο Συμβούλιο Εκκλησιών σε σχέση με το ''υπέρ της των πάντων ενώσεως''
Παγκόσμιο Συμβούλιο Εκκλησιών σε σχέση με το ''υπέρ της των πάντων ενώσεως''Παγκόσμιο Συμβούλιο Εκκλησιών σε σχέση με το ''υπέρ της των πάντων ενώσεως''
Παγκόσμιο Συμβούλιο Εκκλησιών σε σχέση με το ''υπέρ της των πάντων ενώσεως''JohnMour1
 
Driving B2B Brand Relationships- Olivier Legrand at TechConnect Bangalore
Driving B2B Brand Relationships- Olivier Legrand at TechConnect BangaloreDriving B2B Brand Relationships- Olivier Legrand at TechConnect Bangalore
Driving B2B Brand Relationships- Olivier Legrand at TechConnect BangaloreLinkedIn India
 
Trends in Technology Marketing- Kelly Kyer at TechConnect Bangalore
Trends in Technology Marketing- Kelly Kyer at TechConnect BangaloreTrends in Technology Marketing- Kelly Kyer at TechConnect Bangalore
Trends in Technology Marketing- Kelly Kyer at TechConnect BangaloreLinkedIn India
 
The 2015 state of the nation address pp
The 2015 state of the nation address ppThe 2015 state of the nation address pp
The 2015 state of the nation address ppNEXUSKE
 
Bila hari raya pada hari jumat, apa yang kita lakukan
Bila hari raya pada hari jumat, apa yang kita lakukanBila hari raya pada hari jumat, apa yang kita lakukan
Bila hari raya pada hari jumat, apa yang kita lakukanMuhsin Hariyanto
 
El campo y las ciudades en la república
El campo y las ciudades en la repúblicaEl campo y las ciudades en la república
El campo y las ciudades en la repúblicaMmendieta1981
 
Reinventing DB - Share and Collaborative Economy
Reinventing DB - Share and Collaborative EconomyReinventing DB - Share and Collaborative Economy
Reinventing DB - Share and Collaborative EconomyThomas Doennebrink
 
Postura y sobrecarga postural power
Postura y sobrecarga postural powerPostura y sobrecarga postural power
Postura y sobrecarga postural powerteran2015
 
Colonial America and Christianity
Colonial America and Christianity Colonial America and Christianity
Colonial America and Christianity CloverRichard
 

Viewers also liked (19)

MS PowerPoint Bab 3
MS PowerPoint Bab 3 MS PowerPoint Bab 3
MS PowerPoint Bab 3
 
Base de Datos I
Base de Datos IBase de Datos I
Base de Datos I
 
Παγκόσμιο Συμβούλιο Εκκλησιών σε σχέση με το ''υπέρ της των πάντων ενώσεως''
Παγκόσμιο Συμβούλιο Εκκλησιών σε σχέση με το ''υπέρ της των πάντων ενώσεως''Παγκόσμιο Συμβούλιο Εκκλησιών σε σχέση με το ''υπέρ της των πάντων ενώσεως''
Παγκόσμιο Συμβούλιο Εκκλησιών σε σχέση με το ''υπέρ της των πάντων ενώσεως''
 
Driving B2B Brand Relationships- Olivier Legrand at TechConnect Bangalore
Driving B2B Brand Relationships- Olivier Legrand at TechConnect BangaloreDriving B2B Brand Relationships- Olivier Legrand at TechConnect Bangalore
Driving B2B Brand Relationships- Olivier Legrand at TechConnect Bangalore
 
6259011363006604641
62590113630066046416259011363006604641
6259011363006604641
 
Portals
Portals Portals
Portals
 
Divisibilidad
DivisibilidadDivisibilidad
Divisibilidad
 
CertificatePdfServlet2
CertificatePdfServlet2CertificatePdfServlet2
CertificatePdfServlet2
 
Francy leonor chitiva quintero actividad individual
Francy leonor chitiva quintero actividad individualFrancy leonor chitiva quintero actividad individual
Francy leonor chitiva quintero actividad individual
 
Trends in Technology Marketing- Kelly Kyer at TechConnect Bangalore
Trends in Technology Marketing- Kelly Kyer at TechConnect BangaloreTrends in Technology Marketing- Kelly Kyer at TechConnect Bangalore
Trends in Technology Marketing- Kelly Kyer at TechConnect Bangalore
 
A & E TRAIAGE
A & E TRAIAGEA & E TRAIAGE
A & E TRAIAGE
 
The 2015 state of the nation address pp
The 2015 state of the nation address ppThe 2015 state of the nation address pp
The 2015 state of the nation address pp
 
Bila hari raya pada hari jumat, apa yang kita lakukan
Bila hari raya pada hari jumat, apa yang kita lakukanBila hari raya pada hari jumat, apa yang kita lakukan
Bila hari raya pada hari jumat, apa yang kita lakukan
 
Social media publishing
Social media publishingSocial media publishing
Social media publishing
 
El campo y las ciudades en la república
El campo y las ciudades en la repúblicaEl campo y las ciudades en la república
El campo y las ciudades en la república
 
Reinventing DB - Share and Collaborative Economy
Reinventing DB - Share and Collaborative EconomyReinventing DB - Share and Collaborative Economy
Reinventing DB - Share and Collaborative Economy
 
Yo-go verbs
Yo-go verbsYo-go verbs
Yo-go verbs
 
Postura y sobrecarga postural power
Postura y sobrecarga postural powerPostura y sobrecarga postural power
Postura y sobrecarga postural power
 
Colonial America and Christianity
Colonial America and Christianity Colonial America and Christianity
Colonial America and Christianity
 

Similar to Ham (20)

Pelanggaran dan Penanganan Kasus HAM
Pelanggaran dan Penanganan Kasus HAM Pelanggaran dan Penanganan Kasus HAM
Pelanggaran dan Penanganan Kasus HAM
 
Kasus
KasusKasus
Kasus
 
Smk negeri 4 kota bekasi
Smk negeri 4 kota bekasiSmk negeri 4 kota bekasi
Smk negeri 4 kota bekasi
 
Kasus pelanggaran ham di indonesia
Kasus pelanggaran ham di indonesiaKasus pelanggaran ham di indonesia
Kasus pelanggaran ham di indonesia
 
Kasus pelanggaran ham
Kasus pelanggaran hamKasus pelanggaran ham
Kasus pelanggaran ham
 
Hak asasi manusia dan implikasinya
Hak asasi manusia dan implikasinyaHak asasi manusia dan implikasinya
Hak asasi manusia dan implikasinya
 
Hak asasi manusia dan implikasinya
Hak asasi manusia dan implikasinyaHak asasi manusia dan implikasinya
Hak asasi manusia dan implikasinya
 
Ham kls x
Ham kls x Ham kls x
Ham kls x
 
Jenis-jenis pelanggaran ham.pptx
Jenis-jenis pelanggaran ham.pptxJenis-jenis pelanggaran ham.pptx
Jenis-jenis pelanggaran ham.pptx
 
PPT KASUS-KASUS PELANGGARAN HAM
PPT KASUS-KASUS PELANGGARAN HAMPPT KASUS-KASUS PELANGGARAN HAM
PPT KASUS-KASUS PELANGGARAN HAM
 
Kelompok 2 ppt kasus pelanggaran ham di indonesia
Kelompok 2 ppt kasus pelanggaran ham di indonesiaKelompok 2 ppt kasus pelanggaran ham di indonesia
Kelompok 2 ppt kasus pelanggaran ham di indonesia
 
Makalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran hamMakalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran ham
 
Makalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran hamMakalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran ham
 
Makalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran hamMakalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran ham
 
TUGAS PPKN Munir.pptx
TUGAS PPKN Munir.pptxTUGAS PPKN Munir.pptx
TUGAS PPKN Munir.pptx
 
Kasus pelanggaran ham
Kasus pelanggaran hamKasus pelanggaran ham
Kasus pelanggaran ham
 
Makalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran hamMakalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran ham
 
Ham makalah
Ham makalahHam makalah
Ham makalah
 
Dampakpostfnegtfpolekorba 1601251620401-160129002504
Dampakpostfnegtfpolekorba 1601251620401-160129002504Dampakpostfnegtfpolekorba 1601251620401-160129002504
Dampakpostfnegtfpolekorba 1601251620401-160129002504
 
Kasus Pelanggaran HAM
Kasus Pelanggaran HAMKasus Pelanggaran HAM
Kasus Pelanggaran HAM
 

Ham

  • 1. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia ( Beberapa waktu terakhir ) Kasus-Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Hampir dapat dipastikan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan pelanggaran hak asasi manusia, baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain. Pelanggaran itu, bisa dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, baik secara perorangan ataupun kelompok. Kasus pelanggaran HAM ini dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu : a. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi : 1. Pembunuhan masal (genisida) 2. Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan 3. Penyiksaan 4. Penghilangan orang secara paksa 5. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi : 1. Pemukulan 2. Penganiayaan 3. Pencemaran nama baik 4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya 5. Menghilangkan nyawa orang lain Setiap manusia selalu memiliki dua keinginan, yaitu keinginan berbuat baik, dan keinginan berbuat jahat. Keinginan berbuat jahat itulah yang menimbulkan dampak pada pelanggaran hak asasi manusia, seperti membunuh, merampas harta milik orang lain, menjarah dan lain- lain. Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi antara aparat pemerintah dengan masyarakat dan antar warga
  • 2. masyarakat. Namun, yang sering terjadi adalah antara aparat pemerintah dengan masyarakat. Apabila dilihat dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia, ada beberapa peristiiwa besar pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi dan mendapat perhatian yang tinggi dari pemerintah dan masyarakat Indonesia, seperti : a. Kasus Tanjung Priok (1984) Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar yang berawal dari masalah SARA dan unsur politis. Dalam peristiwa ini diduga terjadi pelanggaran HAM dimana terdapat rarusan korban meninggal dunia akibat kekerasan dan penembakan. b. Kasus terbunuhnya Marsinah, seorang pekerja wanita PT Catur Putera Surya Porong, Jatim (1994) Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivitas yang hak-hak pekerja di PT Catur Putera Surya, Porong Jawa Timur. Dia meninggal secara mengenaskan dan diduga menjadi korban pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan dan pembunuhan. c. Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum bernas (1996) Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang wartawan dari harian Bernas yang diduga diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan sudah tewas. d. Peristiwa Aceh (1990) Peristiwa yang terjadi di Aceh sejak tahun 1990 telah banyak memakan korban, baik dari pihak aparat maupun penduduk sipil yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh diduga dipicu oleh unsur politik dimana terdapat pihak-pihak tertentu yang menginginkan Aceh merdeka. e. Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998) Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa (penculikan) terhadap para aktivis yang menurut catatan Kontras ada 23 orang (1 orang meninggal, 9 orang dilepaskan, dan 13 orang lainnya masih hilang). f. Peristiwa Trisakti dan Semanggi (1998) Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 (4 mahasiswa meninggal dan puluhan lainnya luka- luka). Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998 (17 orang warga sipil meninggal) dan tragedi Semanggi II pada 24 September 1999 (1
  • 3. orang mahasiswa meninggal dan 217 orang luka-luka). g. Peristiwa kekerasan di Timor Timur pasca jejak pendapat (1999) Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia menjelang dan pasca jejak pendapat 1999 di timor timur secara resmi ditutup setelah penyerahan laporan komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) Indonesia - Timor Leste kepada dua kepala negara terkait. h. Kasus Ambon (1999) Peristiwa yang terjadi di Ambon ni berawal dari masalah sepele yang merambat kemasala SARA, sehingga dinamakan perang saudara dimana telah terjadi penganiayaan dan pembunuhan yang memakan banyak korban. i. Kasus Poso (1998 – 2000) Telah terjadi bentrokan di Poso yang memakan banyak korban yang diakhiri dengan bentuknya Forum Komunikasi Umat Beragama (FKAUB) di kabupaten Dati II Poso. j. Kasus Dayak dan Madura (2000) Terjadi bentrokan antara suku dayak dan madura (pertikaian etnis) yang juga memakan banyak korban dari kedua belah pihak. k. Kasus TKI di Malaysia (2002) Terjadi peristiwa penganiayaan terhadap Tenaga Kerja Wanita Indonesia dari persoalan penganiayaan oleh majikan sampai gaji yang tidak dibayar. m. Kasus-kasus lainnya Selain kasusu-kasus besar diatas, terjadi juga pelanggaran Hak Asasi Manusia seperti dilingkungan keluarga, dilingkungan sekolah atau pun dilingkungan masyarakat. Contoh kasus pelanggaran HAM dilingkungan keluarga antara lain: 1. Orang tua yang memaksakan keinginannya kepada anaknya (tentang masuk sekolah, memilih pekerjaan, dipaksa untuk bekerja, memilih jodoh). 2. Orang tua menyiksa/menganiaya/membunuh anaknya sendiri. 3. Anak melawan/menganiaya/membunuh saudaranya atau orang tuanya sendiri. 4. Majikan dan atau anggota keluarga memperlakukan pembantunya sewenang-wenang
  • 4. dirumah. Contoh kasus pelanggaran HAM di sekolah antara lain : 1. Guru membeda-bedakan siswanya di sekolah (berdasarkan kepintaran, kekayaan, atau perilakunya). 2. Guru memberikan sanksi atau hukuman kepada siswanya secara fisik (dijewer, dicubit, ditendang, disetrap di depan kelas atau dijemur di tengah lapangan). 3. Siswa mengejek/menghina siswa yang lain. 4. Siswa memalak atau menganiaya siswa yang lain. 5. Siswa melakukan tawuran pelajar dengan teman sekolahnya ataupun dengan siswa dari sekolah yang lain. Contoh kasus pelanggaran HAM di masyarakat antara lain : 1. Pertikaian antarkelompok/antargeng, atau antarsuku(konflik sosial). 2. Perbuatan main hakim sendiri terhadap seorang pencuri atau anggota masyarakat yang tertangkap basah melakukan perbuatan asusila. 3. Merusak sarana/fasilitas umum karena kecewa atau tidak puas dengan kebijakan yang ada. Bom Bali I ( 12 Oktober 2002 ) Bom Bali terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002 di kota kecamatan Kuta di pulau Bali, Indonesia, mengorbankan 202 orang dan mencederakan 209 yang lain, kebanyakan merupakan wisatawan asing. Peristiwa ini sering dianggap sebagai peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia. Beberapa orang Indonesia telah dijatuhi hukuman mati karena peranan mereka dalam pengeboman tersebut. Abu Bakar Baashir, yang diduga sebagai salah satu yang terlibat dalam memimpin pengeboman ini, dinyatakan tidak bersalah pada Maret 2005 atas konspirasi serangan bom ini, dan hanya divonis atas pelanggaran keimigrasian. Korban Bom Bali I * Australia 88 * Indonesia 38 (kebanyakan suku Bali) * Britania Raya 26 * Amerika Serikat 7 * Jerman 6 * Swedia 5 * Belanda 4 * Perancis 4
  • 5. * Denmark 3 * Selandia Baru 3 * Swiss 3 * Brasil 2 * Kanada 2 * Jepang 2 * Afrika Selatan 2 * Korea Selatan 2 * Ekuador 1 * Yunani 1 * Italia 1 * Polandia 1 * Portugal 1 * Taiwan 1 Pelaku Bom Bali I * Abdul Goni, didakwa seumur hidup * Abdul Hamid (kelompok Solo) * Abdul Rauf (kelompok Serang) * Abdul Aziz alias Imam Samudra, terpidana mati * Achmad Roichan * Ali Ghufron alias Mukhlas, terpidana mati * Ali Imron alias Alik, didakwa seumur hidup * Amrozi bin Nurhasyim alias Amrozi, terpidana mati * Andi Hidayat (kelompok Serang) * Andi Oktavia (kelompok Serang) * Arnasan alias Jimi, tewas * Bambang Setiono (kelompok Solo) * Budi Wibowo (kelompok Solo) * Dr Azahari alias Alan (tewas dalam penyergapan oleh polisi di Kota Batu tanggal 9 November 2005) * Dulmatin * Feri alias Isa, meninggal dunia * Herlambang (kelompok Solo) * Hernianto (kelompok Solo) * Idris alias Johni Hendrawan * Junaedi (kelompok Serang) * Makmuri (kelompok Solo) * Mohammad Musafak (kelompok Solo) * Mohammad Najib Nawawi (kelompok Solo) * Umar Kecil alias Patek * Utomo Pamungkas alias Mubarok, didakwa seumur hidup * Zulkarnaen Bom Bali II ( 1 Oktober 2005 )
  • 6. Pengeboman Bali 2005 adalah sebuah seri pengeboman yang terjadi di Bali pada 1 Oktober 2005. Terjadi tiga pengeboman, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka. Pada acara konferensi pers, presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan telah mendapat peringatan mulai bulan Juli 2005 akan adanya serangan terorisme di Indonesia. Namun aparat mungkin menjadi lalai karena pengawasan adanya kenaikan harga BBM, sehingga menjadi peka. Tempat-tempat yang dibom: * Kafé Nyoman * Kafé Menega * Restoran R.AJA’s, Kuta Square Menurut Kepala Desk Antiteror Kantor Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Inspektur Jenderal (Purn.) Ansyaad Mbai, bukti awal menandakan bahwa serangan ini dilakukan oleh paling tidak tiga pengebom bunuh diri dalam model yang mirip dengan pengeboman tahun 2002. Serpihan ransel dan badan yang hancur berlebihan dianggap sebagai bukti pengeboman bunuh diri. Namun ada juga kemungkinan ransel-ransel tersebut disembunyikan di dalam restoran sebelum diledakkan. Komisioner Polisi Federal Australia Mick Keelty mengatakan bahwa bom yang digunakan tampaknya berbeda dari ledakan sebelumnya yang terlihat kebanyakan korban meninggal dan terluka diakibatkan oleh shrapnel (serpihan tajam), dan bukan ledakan kimia. Pejabat medis menunjukan hasil sinar-x bahwa ada benda asing yang digambarkan sebagai "pellet" di dalam badan korban dan seorang korban melaporkan bahwa bola bearing masuk ke belakang tubuhnya Korban Bom Bali II 23 korban tewas terdiri dari: * 15 warga Indonesia Flag of Indonesia.svg * 1 warga Jepang Flag of Japan.svg * 4 warga Australia Flag of Australia.svg * tiga lainnya diperkirakan adalah para pelaku pengeboman. Pelaku Bom Bali II Inspektur Jenderal Polisi Ansyaad Mbai, seorang pejabat anti-terorisme Indonesia melaporkan kepada Associated Press bahwa aksi pengeboman ini jelas merupakan "pekerjaan kaum teroris". Serangan ini "menyandang ciri-ciri khas" serangan jaringan teroris Jemaah Islamiyah, sebuah organisasi yang berhubungan dengan Al-Qaeda, yang telah melaksanakan pengeboman di hotel Marriott, Jakarta pada tahun 2003, Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada tahun 2004, Bom
  • 7. Bali 2002, dan Pengeboman Jakarta 2009. Kelompok teroris Islamis memiliki ciri khas melaksanakan serangan secara beruntun dan pada waktu yang bertepatan seperti pada 11 September 2001. Pada 10 November 2005, Polri menyebutkan nama dua orang yang telah diidentifikasi sebagai para pelaku: * Muhammad Salik Firdaus, dari Cikijing, Majalengka, Jawa Barat - pelaku peledakan di Kafé Nyoman * Misno alias Wisnu (30), dari Desa Ujungmanik, Kecamatan Kawunganten, Cilacap, Jawa Tengah - pelaku peledakan di Kafé Menega Kemudian pada 19 November 2005, seorang lagi pelaku bernama Ayib Hidayat (25), dari Kampung Pamarikan, Ciamis, Jawa Barat diidentifikasikan. Tragedi Semanggi Tragedi Semanggi menunjuk kepada dua kejadian protes masyarakat terhadap pelaksanaan dan agenda Sidang Istimewa yang mengakibatkan tewasnya warga sipil. Kejadian pertama dikenal dengan Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998, masa pemerintah transisi Indonesia, yang menyebabkan tewasnya 17 warga sipil. Kejadian kedua dikenal dengan Tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 yang menyebabkan tewasnya seorang mahasiswa dan sebelas orang lainnya di seluruh jakarta serta menyebabkan 217 korban luka - luka. Jumlah masyarakat dan mahasiswa yang bergabung diperkirakan puluhan ribu orang dan sekitar jam 3 sore kendaraan lapis baja bergerak untuk membubarkan massa membuat masyarakat melarikan diri, sementara mahasiswa mencoba bertahan namun saat itu juga terjadilah penembakan membabibuta oleh aparat ketika ribuan mahasiswa sedang duduk di jalan. Saat itu juga beberapa mahasiswa tertembak dan meninggal seketika di jalan. Salah satunya adalah Teddy Wardhani Kusuma, mahasiswa Institut Teknologi Indonesia yang merupakan korban meninggal pertama di hari itu. Mahasiswa terpaksa lari ke kampus Universitas Atma Jaya untuk berlindung dan merawat kawan-kawan seklaligus masyarakat yang terluka. Korban kedua penembakan oleh aparat adalah Wawan, yang nama lengkapnya adalah Bernardus Realino Norma Irmawan, mahasiswa Fakultas Ekonomi Atma Jaya, Jakarta, tertembak di dadanya dari arah depan saat ingin menolong rekannya yang terluka di pelataran parkir kampus Universitas Atma Jaya, Jakarta[2]. Mulai dari jam 3 sore itu sampai pagi hari sekitar jam 2 pagi terus terjadi penembakan terhadap mahasiswa di kawasan Semanggi dan penembakan ke dalam kampus Atma Jaya. Semakin banyak korban berjatuhan baik yang meninggal tertembak maupun terluka. Gelombang mahasiswa dan masyarakat yang ingin bergabung terus berdatangan dan disambut dengan peluru dan gas airmata. Sangat dahsyatnya peristiwa itu sehingga jumlah korban yang meninggal mencapai 17 orang. Korban lain yang meninggal dunia adalah: Sigit Prasetyo (YAI), Heru Sudibyo (Universitas Terbuka), Engkus Kusnadi (Universitas Jakarta), Muzammil Joko (Universitas Indonesia), Uga Usmana, Abdullah/Donit, Agus Setiana, Budiono, Doni Effendi,
  • 8. Rinanto, Sidik, Kristian Nikijulong, Sidik, Hadi. Jumlah korban yang didata oleh Tim Relawan untuk Kemanusiaan berjumlah 17 orang korban, yang terdiri dari 6 orang mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta, 2 orang pelajar SMA, 2 orang anggota aparat keamanan dari POLRI, seorang anggota Satpam Hero Swalayan, 4 orang anggota Pam Swakarsa dan 3 orang warga masyarakat. Sementara 456 korban mengalami luka-luka, sebagian besar akibat tembakan senjata api dan pukulan benda keras, tajam/tumpul. Mereka ini terdiri dari mahasiswa, pelajar, wartawan, aparat keamanan dan anggota masyarakat lainnya dari berbagai latar belakang dan usia, termasuk Ayu Ratna Sari, seorang anak kecil berusia 6 tahun, terkena peluru nyasar di kepala. Pada 24 September 1999, untuk yang kesekian kalinya tentara melakukan tindak kekerasan kepada aksi-aksi mahasiswa. Kala itu adanya pendesakan oleh pemerintahan transisi untuk mengeluarkan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB) yang materinya menurut banyak kalangan sangat memberikan keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan negara sesuai kepentingan militer. Oleh karena itulah mahasiswa bergerak dalam jumlah besar untuk bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB. Mahasiswa dari Universitas Indonesia, Yun Hap meninggal dengan luka tembak di depan Universitas Atma Jaya. Kasus Marsinah Marsinah (10 April 1969?–Mei 1993) adalah seorang aktivis dan buruh pabrik PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari. Mayatnya ditemukan di hutan di Dusun Jegong Kecamatan Wilangan Nganjuk, dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat. Dua orang yang terlibat dalam otopsi pertama dan kedua jenazah Marsinah, Haryono (pegawai kamar jenazah RSUD Nganjuk) dan Prof. Dr. Haroen Atmodirono (Kepala Bagian Forensik RSUD Dr. Soetomo Surabaya), menyimpulkan, Marsinah tewas akibat penganiayaan berat. Marsinah memperoleh Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang sama. Kasus ini menjadi catatan ILO (Organisasi Buruh Internasional), dikenal sebagai kasus 1713. Awal tahun 1993, Gubernur KDH TK I Jawa Timur mengeluarkan surat edaran No. 50/Th. 1992 yang berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Himbauan tersebut tentunya disambut dengan senang hati oleh karyawan, namun di sisi pengusaha berarti tambahannya beban pengeluaran perusahaan. Pada pertengahan April 1993, Karyawan PT. Catur Putera Surya (PT. CPS) Porong membahas Surat Edaran tersebut dengan resah. Akhirnya, karyawan PT. CPS memutuskan untuk unjuk rasa tanggal 3 dan 4 Mei 1993 menuntut kenaikan upah dari Rp 1700 menjadi Rp 2250.
  • 9. Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Perkasa yang aktif dalam aksi unjuk rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain terlibat dalam rapat yang membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di Tanggul Angin Sidoarjo. 3 Mei 1993, para buruh mencegah teman-temannya bekerja. Komando Rayon Militer (Koramil) setempat turun tangan mencegah aksi buruh. 4 Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk perusahaan harus menaikkan upah pokok dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250. Tunjangan tetap Rp 550 per hari mereka perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen. Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya dalam kegiatan unjuk rasa dan perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah seorang dari 15 orang perwakilan karyawan yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan. Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka dipaksa mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap. Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993. Tanggal 30 September 1993 telah dibentuk Tim Terpadu Bakorstanasda Jatim untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah. Sebagai penanggung jawab Tim Terpadu adalah Kapolda Jatim dengan Dan Satgas Kadit Reserse Polda Jatim dan beranggotakan penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya. Delapan petinggi PT CPS ditangkap secara diam-diam dan tanpa prosedur resmi, termasuk Mutiari selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya perempuan yang ditangkap, mengalami siksaan fisik maupun mental selama diinterogasi di sebuah tempat yang kemudian diketahui sebagai Kodam V Brawijaya. Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku telah membuat skenario dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah. Pemilik PT CPS, Yudi Susanto, juga termasuk salah satu yang ditangkap. Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di tahanan Polda Jatim dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah. Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi, mengungkap adanya rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh Marsinah. Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI.
  • 10. Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian kontrol CPS) menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya. Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya. Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni). Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan sejumlah pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah "direkayasa". Kasus Munir ( Pejuang HAM ) Munir Said Thalib (lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965 – meninggal di Jakarta jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004 pada umur 38 tahun) adalah pria keturunan Arab yang juga seorang aktivis HAM Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. Saat menjabat Koordinator Kontras namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus. Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota tim Mawar. Jenazah Munir dimakamkan di Taman Pemakaman Umum, Kota Batu. Istri Munir, Suciwati, bersama aktivis HAM lainnya terus menuntut pemerintah agar mengungkap kasus pembunuhan ini. Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit. Munir bolak balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya. Penerbangan menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum mendarat 7 September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di bandara Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah meninggal dunia. Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya. Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan bahwa Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh arsenik di makanan Munir, karena dia ingin mendiamkan pengkritik
  • 11. pemerintah tersebut. Hakim Cicut Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Selain itu Presiden Susilo juga membentuk tim investigasi independen, namun hasil penyelidikan tim tersebut tidak pernah diterbitkan ke publik. Pada 19 Juni 2008, Mayjen (purn) Muchdi Pr, yang kebetulan juga orang dekat Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, ditangkap dengan dugaan kuat bahwa dia adalah otak pembunuhan Munir. Beragam bukti kuat dan kesaksian mengarah padanya.Namun demikian, pada 31 Desember 2008, Muchdi divonis bebas. Vonis ini sangat kontroversial dan kasus ini tengah ditinjau ulang, serta 3 hakim yang memvonisnya bebas kini tengah diperiksa Kasus Babeh Baekuni Nama Bakeuni alias Babe, mendadak terkenal. Setelah ditangkap polisi, lelaki berusia 50 tahun itu diduga menjadi pelaku pembunuhan dan mutilasi anak-anak jalanan di Jakarta. Ada yang dibuang di Jakarta, sebagian “dikubur” di sawah milik keluarganya di tepi Kali Gluthak Desa Mranggen, Magelang, Jawa Tengah. Babe memang berasal dari desa itu. Sebelum namanya terkenal karena kasus pembunuhan itu, nama Babe sebetulnya hanya dikenal di kalangan terbatas: Anak-anak jalanan dan beberapa penggiat anak-anak jalanan. Di mata anak-anak itu, yang sebagian kini beranjak dewasa, Babe adalah dewa penolong. Bukan saja dia menyediakan tempat menginap di kontrakannya di Gang Mesjid RT 06/02, Pulogadung, Jakarta Timur tapi Babe juga melindungi anak-anak itu. “Pernah suatu hari, teman saya bernama Diki, dipalak laki-laki bernama Gomgom. Laki-laki itu lebih tua dan lebih besar dibandingkan Diki. Ketika Diki mengadu ke Babe, Gomgom langsung didatangi Babe dan diancam,” kata Anggi Setiawan, 17 tahun, yang pernah ikut dan tinggal bersama Babe. Perkenalan Anggi dengan Babe terjadi 10 tahun silam, saat usia Anggi baru tujuh tahun. Anggi ingat, saat itu dia sedang mengamen di pintu tol Cakung, ketika melihat banyak anak-anak pengamen lainnya akrab dengan seorang pria penjual rokok. “Anak-anak itu memanggilnya Babe,” kenang Anggi. Sejak itu Anggi kemudian tinggal di rumah Babe. Di kontrakan itu, setiap hari empat hingga lima anak jalanan menginap. Kalau akhir pekan, jumlahnya bisa bertambah hingga 15 anak. Kata Anggi, semua anak diperlakukan sama. Anggi ingat, Babe selalu memotong pendek, rambut anak-anak jalanan itu. Potongannya seragam: Bagian depan dibiarkan panjang, dan dipangkas habis di bagian belakang. Karena air untuk mandi terbatas, bergiliran anak-anak itu dimandikan Babe. Biasanya kata Anggi, dimulai dengan guyuran dari atas lalu tangan anak-anak itu direntangkan. Babe kemudian menyabuni tubuh anakanak dengan deterjen. Sabun cuci itu juga digunakan sebagai sampo. “Nunduk, nunduk,” Anggi masih ingat kata-kata Babe saat 10 tahun lalu memandikannya. Ketika anak-anak itu sudah terlelap, jam dua pagi, Babe biasanya bangun dan mencuci baju anakanak. Dia keluar rumah sekitar jam lima pagi untuk berjualan rokok, dan kembali ke rumah sekitar jam 10 pagi untuk membangunkan anakanak. Sarapan pagi sudah disediakan Babe.
  • 12. Menunya menu ikan cuek goreng, sayur sawi dan satu baskom sambal. Malam hari, Babe mengajak patungan membeli mi instan. “Dia juga memasok nasi goreng untuk kami,” kata Anggi. Begitu seterusnya, setiap hari. Kalau misalnya ada anak yang sakit, Babe pula yang mengobati mereka. Biasanya, kata Anggi, Babe ngerokin anak-anak itu. “Dia disayangi anakanak, dan saya menganggap sebagai orang tua sendiri,” kata Anggi yang masih punya orang tua, dan tinggal di Tanjung Priok. Sumber Unicef Deni 13 tahun yang juga pernah tinggal di kontrakan Babe bercerita, Babe selalu mengajarkan anak-anak itu agar uang hasil mengamen dikumpulkan dan diberikan kepada orang tua masing-masing. Sebagian anak-anak jalanan yang tinggal di rumah Babe, memang masih memiliki orang tua, termasuk Anggi. Kalau anak-anak itu tidak menurut, misalnya, Babe mengancam mereka agar tidak tinggal bersamanya. Sering pula Babe mengajak anakanak itu ke Magelang, tempat asal Babe. Sebelum berangkat, Babe meminta mereka menabung, untuk bekal ongkos. Sehari lima ribu rupiah. “Saya pernah ikut Babe, Desember lalu, setelah menabung selama satu bulan,” kata Deni. Mungkin karena semua perhatiannya kepada anak-anak itu, beberapa tahun lalu Babe pernah menjadi sumber Unicef. Badan PBB itu mencoba mengangkat kehidupan anakanak jalanan termasuk yang ada di Jakarta dan di tempat Babe. Kini semua berubah. Babe ditangkap polisi dan diduga sebagai pelaku pembunuhan terhadap anak-anak jalanan itu. Kepada polisi, Babe mengaku membunuh 10 anak sejak 1995 tapi Arist Merdeka Sirait meragukan keterangannya. Sekretaris Jenderal Komnas Perlindungan Anak itu menduga korban Babe bisa lebih 15 orang. Alasan Arist, ada sekitar 15 foto anak jalanan yang dikoleksi Babe. “Menurut keterangan anak jalanan, foto-foto yang disimpan itu yang disenangi dia (Babe),” kata Arist. Benarkah Babe yang melakukan semua pembunuhan sadis itu? “Polisi menunjukkan foto-foto korban. Babe enggak mengakui kalau memang tidak kenal. Dia akan bilang enggak kenal,” kata Rangga B. Rikuser, pengacara Babe. Mengutip keterangan Babe, Rangga bercerita, Babe membunuh anakanak itu dengan cara dijerat menggunakan tali plastik. Biasanya, Babe membelakangi korban, lalu leher mereka dikalungi tali plastik. Tangan kanan Babe kemudian mendorong kepala korban ke depan, dan tangan kirinya menarik tali ke belakang. “Dia menikmati erangan bocah-bocah yang dijerat lehernya itu. Detik-detik bocah itu meregang nyawa menjadi sensasi tersendiri bagi Babe,” kata Rangga. Jika korban sudah meninggal, barulah Babe menggauli bocah-bocah itu. “Korbannya pasti berkulit bersih dan putih, karena sewaktu anak-anak, kulit Babe juga bersih,” kata Rangga. Babe bukan tidak menyesal melakukan pembunuhan itu. Masih menurut Rangga, usai memotong tubuh korbannya, Babe selalu menyesal tapi dia juga sulit menghentikan nafsunya. Babe, karena itu, juga seolah selalu memberi tanda ke polisi agar kelakuannya segera terungkap. Caranya, setiap korban yang dibunuh, selalu dia letakkan dalam kardus air mineral. “Sehari-hari dia kan berdagang rokok, dan air mineral,” kata Rangga. Dan tanda dari Babe itu baru diketahui polisi, awal Januari silam: Sebuah kardus air mineral ditemukan berisi potongan tubuh seorang bocah, yang belakangan diketahui bernama Ardiansyah 10 tahun. Babe atau yang dikenal juga dengan sebutan Bungkih ditangkap dan diduga sebagai pelakunya. Dari mulut Babe, belakangan muncul pengakuan, jumlah korban yang dibunuhnya bisa lebih 10 orang. Semuanya dimasukkan
  • 13. dalam kardus air mineral. “Saya percaya dan tidak percaya dia jadi pembunuh,” kata Anggi. _ rangga prakoso. KASUS – KASUS YANG LAIN SEPERTI : 1. PELANGGARAN HAM OLEH TNI Umumnya terjadi pada masa pemerintahan PresidenSuharto, dimana (dikemudian hari berubah menjadi TNI dan Polri) menjadi alat untuk menopang kekuasaan. Pelanggaran HAM oleh TNI mencapai puncaknya pada akhir masa pemerintahan Orde Baru, dimana perlawanan rakyat semakin keras. 2. KASUS PELANGGARAN HAM YANG TERJADI DI MALUKU Konflik dan kekerasan yang terjadi di Kepulauan Maluku sekarang telah berusia 2 tahun 5 bulan; untuk Maluku Utara 80% relatif aman, Maluku Tenggara 100% aman dan relatif stabil, sementara di kawasan Maluku Tengah (Pulau Ambon, Saparua, Haruku, Seram dan Buru) sampai saat ini masih belum aman dan khusus untuk Kota Ambon sangat sulit diprediksikan, beberapa waktu yang lalu sempat tenang tetapi sekitar 1 bulan yang lalu sampai sekarang telah terjadi aksi kekerasan lagi dengan modus yang baru ala ninja/penyusup yang melakukan operasinya di daerah – daerah perbatasan kawasan Islam dan Kristen (ada indikasi tentara dan masyarakat biasa). Penyusup masuk ke wilayah perbatasan dan melakukan pembunuhan serta pembakaran rumah. Saat ini masyarakat telah membuat sistem pengamanan swadaya untuk wilayah pemukimannya dengan membuat barikade-barikade dan membuat aturan orang dapat masuk/keluar dibatasi sampai jam 20.00, suasana kota sampai saat ini masih tegang, juga masih terdengar suara tembakan atau bom di sekitar kota. Akibat konflik/kekerasan ini tercatat 8000 orang tewas, sekitar 4000 orang luka – luka, ribuan rumah, perkantoran dan pasar dibakar, ratusan sekolah hancur serta terdapat 692.000 jiwa sebagai korban konflik yang sekarang telah menjadi pengungsi di dalam/luar Maluku. Masyarakat kini semakin tidak percaya dengan dengan upaya – upaya penyelesaian konflik yang dilakukan karena ketidak-seriusan dan tidak konsistennya pemerintah dalam upaya penyelesaian konflik, ada ketakutan di masyarakat akan diberlakukannya Daerah Operasi Militer di Ambon dan juga ada pemahaman bahwa umat Islam dan Kristen akan saling menyerang bila Darurat Sipil dicabut. Banyak orang sudah putus asa, bingung dan trauma terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di Ambon ditambah dengan ketidak-jelasan proses penyelesaian konflik serta ketegangan yang terjadi saat ini. Komunikasi sosial masyarakat tidak jalan dengan baik, sehingga perasaan saling curiga antar kawasan terus ada dan selalu bisa dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang menginginkan konmflik jalan terus. Perkembangan situasi dan kondisis yang terakhir tidak ada pihak yang menjelaskan kepada masyarakat tentang apa yang terjadi sehingga masyrakat mencari jawaban sendiri dan membuat antisipasi sendiri. Wilayah pemukiman di Kota Ambon sudah terbagi 2 (Islam dan Kristen), masyarakat dalam melakukan aktifitasnya selalu dilakukan dilakukan dalam kawasannya hal ini terlihat pada aktifitas ekonomi seperti pasar sekarang dikenal dengan sebutan pasar kaget yaitu pasar yang muncul mendadak di suatu daerah yang dulunya bukan pasar hal ini sangat dipengaruhi oleh
  • 14. kebutuhan riil masyarakat; transportasi menggunakan jalur laut tetapi sekarang sering terjadi penembakan yang mengakibatkan korban luka dan tewas; serta jalur – jalur distribusi barang ini biasa dilakukan diperbatasan antara supir Islam danKristen tetapi sejak 1 bulan lalu sekarang tidak lagi juga sekarang sudah ada penguasa – penguasa ekonomi baru pasca konflik. Pendidikan sangat sulit didapat oleh anak – anak korban langsung/tidak langsung dari konflik karena banyak diantara mereka sudah sulit untukmengakses sekolah, masih dalam keadaan trauma, program PendidikanAlternatif Maluku sangat tidak membantu proses perbaikan mental anak malah menimbulkan masalah baru di tingkat anak (beban belajar bertambah) selain itu masyarakat membuat penilaian negatif terhadap aktifitas NGO (PAM dilakukan oleh NGO). Masyarakat Maluku sangat sulit mengakses pelayanan kesehatan, dokter dan obat – obatan tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat dan harus diperoleh dengan harga yang mahal; puskesmas yang ada banyak yang tidak berfungsi. Belum ada media informasi yang dianggap independent oleh kedua pihak, yang diberitakan oleh media cetak masih dominan berita untuk kepentingan kawasannya (sesuai lokasi media), ada media yang selama ini melakukan banyak provokasi tidak pernah ditindak oleh Penguasa Darurat Sipil Daerah (radio yang selama ini digunakan oleh Laskar Jihad (radio SPMM/Suara Pembaruan MuslimMaluku). 3. PELANGGARAN HAM ATAS NAMA AGAMA Kita memiliki banyak sejarah gelap agamawi, entah itu dari kalangan gereja Protestan maupun gereja Katolik, entah dari aliran lainnya. Bahwa kadang justru dengan simbol agamawi, kita melupakan kasih, yaitu kasih yang menjadi ‘atribut’ Tuhan kita Yesus Kristus.Hal-hal ini dicatat dalam buku sejarah dan beberapa kali kisah-kisah tentang kekejaman gereja difilmkan. Salah satu contohnya dalam film The Scarlet Letter, film tentang hyprocricy Gereja Potestan yang ‘menghakimi’ seorang pezinah dan kelompok-kelompok yang dianggap bidat, adalagi filmThe Magdalene Sisters, juga film A Song for A Raggy Boy, The Headman, “The Name of the Rose” , dan masih banyak lainnya. Kini, telah hadir film yang lumayan baru, yang diproduksi oleh Saul Zaentz dan disutradarai oleh Milos Forman, dua nama ini cukup memberi jaminan bahwa film yang dibuat mereka selalu bagus yaitu film GOYA’s GOST. Mungkin saja film GOYA’s GOST ini akan membuat ‘marah’ sebagian kelompok, namun apa yang dikemukakan oleh Zaentz dan Forman, sebagaimana kekejaman “Inkuisisi” telah tercatat dalam sejarah hitam Gereja. Kisah-kisah kekejamannya juga terekam dalam lukisan- lukisan karya Seniman Spanyol Francisco Goya (1746–1828 ), yang menjadi tokoh sentral dari film GOYA’s GOST ini. Kita telah mengenal banyak sekelompok manusia dengan atribut agama, berlindung dalam lembaga agama, mereka justru melakukan kejahatan kemanusiaan (crimes against humanity) entah itu Kristen, Islam atau agama apapun. Atas nama ‘agama yang suci’ mereka melakukan ‘pelecehan yang tidak suci’ kepada sesamanya manusia. Akhir abad 20 atau awal abad 21, akhir-akhir ini kita disuguhi sajian-sajian berita akan kebobrokan manusia yang beragama melanggar hak asasi manusia, misalnya kelompok Al-Qaeda dan sejenisnya menteror dengan bom, dan olehnya mungkin sebagian dari kita telah prejudice menempatkan orang-orang Muslim di sekitar kita sama jahatnya dengan kelompok ‘Al-Qaeda’. Di sisi lain Amerika Serikat (AS) sebagai ‘polisi dunia’ sering memakai ‘isu terorisme yang dilakukan Al-Qaeda’ untuk melancarkan macam-macam agendanya. Invasi AS ke Iraq, penyerangan ke Afganistan dan negara-negara lain yang disinyalir ‘ada terorisnya’. Namun kehadiran pasukan AS dan sekutunya di Iraq tidak
  • 15. berdampak baik, mungkin pada awalnya terlihat AS dengan sejatanya yang super-canggih menguasai Iraq dalam sekejap, namun pasukan mereka babak-belur dalam ‘perang-kota’, ini mengingatkan kembali sejarah buruk, dimana mereka juga kalah dalam perang gerilya di Vietnam. Kegagalan pasukan AS mendapat kecaman dari dalam negeri, bahkan sekutunya, Inggris misalnya. Tekanan-tekanan ini membuat PM Inggris Tony Blair memilih mengakhiri karirnya sebelum waktunya baru-baru ini. Karena ia berada dalam posisi yang sulit : menuruti tuntutan dalam negeri ataukah menuruti tuan Bush. Memang kita akui banyak kebrutalan yang dilakukan oleh para teroris kalangan Islam Fundamentalis, contoh Bom Bali dan sejenisnya di seluruh dunia. Tapi tidak menutup kemungkinan Presiden Amerika Serikat, George Bush adalah juga seorang ‘Fundamenalis’ dalam ‘Agama’ yang dianutnya, karena gaya Bush yang sering ‘secara implisit’ terbaca dimana ia menempakan dirinya sebagai penganut Kristiani yang memerangi terorisme dari para teroris Muslim Fundamentalis. Tentu saja apa-apa yang mengandung “fundamentalis” entah itu Islam/ Kristen/ agama yang lain, bermakna tidak baik. Sebelumnya, ditengah-tengah ‘isu anti terorisme (Islam)’, sutradara Inggris, Ridley Scott memproduksi film The Kingdom of Heaven, barangkali bisa juga digunakan untuk menyindir Presiden Bush yang sering menggunakan kata“crusades” dalam pidatonya. Film The Kingdom of Heaven adalah sebuah ‘otokritik’ bagi Kekristenan, dan sajian ‘ironisme’ dari ajaran Kristus yang penuh kasih. Bahwa perang Salib yang telah terjadi selama 4 abad itu bukanlah suatu kesaksian yang baik, tetapi lebih merupakan sejarah hitam. Dibawah ini review dari sebuah film, tentang kejahatan dibawah payung Agama, bukan berniat melecehkan suatu Agama/ Aliran tertentu, melainkan sebagai perenungan apakah perlakuan seseorang melawan/menindas orang lain yang tidak ‘seagama’ itu tujuannya membela Allah? membela tradisi? membela doktrin, ataukah membela diri sendiri? 4. PELANGGARAN HAM OLEH MANTAN GUBERNUR TIM-TIM Abilio Jose Osorio Soares, mantan Gubernur Timtim, yang diadili oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) ad hoc di Jakarta atas dakwaan pelanggaran HAM berat di Timtim dan dijatuhi vonis 3 tahun penjara. Sebuah keputusan majelis hakim yang bukan saja meragukan tetapi juga menimbulkan tanda tanya besar apakah vonis hakim tersebut benar-benar berdasarkan rasa keadilan atau hanya sebuah pengadilan untuk mengamankan suatu keputusan politik yang dibuat Pemerintah Indonesia waktu itu dengan mencari kambing hitam atau tumbal politik. Beberapa hal yang dapat disimak dari keputusan pengadilan tersebut adalah sebagai berikut ini. Pertama, vonis hakim terhadap terdakwa Abilio sangat meragukan karena dalam Undang- Undang (UU) No 26/2000 tentang Pengadilan HAM Pasal 37 (untuk dakwaan primer) disebutkan bahwa pelaku pelanggaran berat HAM hukuman minimalnya adalah 10 tahun sedangkan menurut pasal 40 (dakwaan subsider) hukuman minimalnya juga 10 tahun, sama dengan tuntutan jaksa. Padahal Majelis Hakim yang diketuai Marni Emmy Mustafa menjatuhkan vonis 3 tahun penjara dengan denda Rp 5.000 kepada terdakwa Abilio Soares. Bagi orang yang awam dalam bidang hukum, dapat diartikan bahwa hakim ragu-ragu dalam mengeluarkan keputusannya. Sebab alternatifnya adalah apabila terdakwa terbukti bersalah melakukan pelanggaran HAM berat hukumannya minimal 10 tahun dan apabila terdakwa tidak terbukti bersalah ia dibebaskan dari segala tuduhan.
  • 16. Kedua, publik dapat merasakan suatu perlakuan “diskriminatif” dengan keputusan terhadap terdakwa Abilio tersebut karena terdakwa lain dalam kasus pelanggaran HAM berat Timtim dari anggota TNI dan Polri divonis bebas oleh hakim. Komentar atas itu justru datang dari Jose Ramos Horta, yang mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kemungkinan hanya rakyat Timor Timur yang akan dihukum di Indonesia yang mendukung berbagai aksi kekerasan selama jajak pendapat tahun 1999 dan yang mengakibatkan sekitar 1.000 tewas.Horta mengatakan, “Bagi saya bukan fair atau tidaknya keputusan tersebut. Saya hanya khawatir rakyat Timor Timur yang akan membayar semua dosa yang dilakukan oleh orang Indonesia” 5. Kontroversi G30S Di antara kasus-kasus pelanggaran berat HAM, perkara seputar peristiwa G30S bagi KKR bakal menjadi kasus kontroversial. Dilema bisa muncul dengan terlibatnya KKR untuk memangani kasus pembersihan para aktivis PKI. Peneliti LIPI Asvi Marwan Adam melihat, kalau pembantaian sebelum 1 Oktober 1965 yang memakan banyak korban dari pihak Islam, karena pelakunya sama-sama sipil, lebih mudah rekonsiliasi. ”Anggaplah kasus ini selesai,” jelasnya. Persoalan muncul ketika KKR mencoba menyesaikan pembantaian yang terjadi pasca G30S. Asvi menjelaskan, begitu Soeharto pada 1 Oktober 1965 berhasil menguasai keadaan, sore harinya keluar pengumuman Peperalda Jaya yang melarang semua surat kabar terbit –kecuali Angkatan Bersenjata (AB) dan Berita Yudha. Dengan begitu, seluruh informasi dikuasai tentara. Berita yang terbit oleh kedua koran itu kemudian direkayasa untuk mengkambinghitamkan PKI sebagai dalang G30S yang didukung Gerwani sebagai simbol kebejatan moral. Informasi itu kemudian diserap oleh koran-koran lain yang baru boleh terbit 6 Oktober 1965. Percobaan kudeta 1 Oktober, kemudian diikuti pembantaian massal di Indonesia. Banyak sumber yang memberitakan perihal jumlah korban pembantaian pada 1965/1966 itu tidak mudah diketahui secara persis. Dari 39 artikel yang dikumpulkan Robert Cribb (1990:12) jumlah korban berkisar antara 78.000 sampai dua juta jiwa, atau rata-rata 432.590 orang. Cribb mengatakan, pembantaian itu dilakukan dengan cara sederhana. ”Mereka menggunakan alat pisau atau golok,” urai Cribb. Tidak ada kamar gas seperti Nazi. Orang yang dieksekusi juga tidak dibawa ke tempat jauh sebelum dibantai. Biasanya mereka terbunuh di dekat rumahnya. Ciri lain, menurutnya, ”Kejadian itu biasanya malam.” Proses pembunuhan berlangsung cepat, hanya beberapa bulan. Nazi memerlukan waktu bertahun-tahun dan Khmer Merah melakukannya dalam tempo empat tahun. Cribb menambahkan, ada empat faktor yang menyulut pembantaian masal itu. Pertama, budaya amuk massa, sebagai unsur penopang kekerasan. Kedua, konflik antara golongan komunis dengan para pemuka agama islam yang sudah berlangsung sejak 1960-an. Ketiga, militer yang diduga berperan dalam menggerakkan massa. Keempat, faktor provokasi media yang menyebabkan masyarakat geram. Peran media militer, koran AB dan Berita Yudha, juga sangat krusial. Media inilah yang semula menyebarkan berita sadis tentang Gerwani yang menyilet kemaluan para Jenderal. Padahal, menurut Cribb, berdasarkan visum, seperti diungkap Ben Anderson (1987) para jenazah itu hanya mengalami luka tembak dan memar terkena popor senjata atau terbentur dinding tembok sumur. Berita tentang kekejaman Gerwani itu memicu kemarahan massa. Karena itu, Asvi mengingatkan bahwa peristiwa pembunuhan massal pada 1965/66 perlu dipisahkan antara konflik antar masyarakat dengan kejahatan yang dilakukan oleh negara.
  • 17. Pertikaian antar masyarakat, meski memakan banyak korban bisa diselesaikan. Yang lebih parah adalah kejahatan yang dilakukan negara terhadap masyarakat, menyangkut dugaan keterlibatan militer (terutama di Jawa Tengah) dalam berbagai bentuk penyiksaan dan pembunuhan. Menurut Cribb, dalam banyak kasus, pembunuhan baru dimulai setelah datangnya kesatuan elit militer di tempat kejadian yang memerintahkan tindakan kekerasan. ”Atau militer setidaknya memberi contoh,” ujarnya. Ini perlu diusut. Keterlibatan militer ini, masih kata Cribb, untuk menciptakan kerumitan permasalahan. Semakin banyak tangan yang berlumuran darah dalam penghancuran komunisme, semakin banyak tangan yang akan menentang kebangkitan kembali PKI dan dengan demikian tidak ada yang bisa dituduh sebagai sponsor pembantaian. Sebuah sarasehan Generasi Muda Indonesia yang diselenggarakan di Univesitas Leuwen Belgia 23 September 2000 dengan tema ”Mawas Diri Peristiwa 1965: Sebuah Tinjauan Ulang Sejarah”, secara tegas menyimpulkan agar dalam memandang peristiwa G30S harus dibedakan antara peristiwa 1 Oktober dan sesudahnya, yaitu berupa pembantaian massal yang dikatakan tiada taranya dalam sejarah modern Indonesia, bahkan mungkin dunia, sampai hari ini. Peritiwa inilah, simpul pertemuan itu, merupakan kenyataan gamblang yang pernah disaksikan banyak orang dan masih menjadi memoar kolektif sebagian mereka yang masih hidup. Hardoyo, seorang mantan anggota DPRGR/MPRS dari Fraksi Golongan Karya Muda, satu ide dengan hasil pertemuan Belgia. ”Biar adil mestinya langkah itu yang kita lakukan.” Mantan tahanan politik 1966-1979 ini kemudian bercerita. “saya pernah mewawancarai seorang putera dari sepasang suami-isteri guru SD di sebuah kota di Jawa Tengah. Sang ayah yang anggota PGRI itu dibunuh awal November 1965. Sang ibu yang masih hamil tua sembilan bulan dibiarkan melahirkan putera terakhirnya, dan tiga hari setelah sang anak lahir ia diambil dari rumah sakit persalinan dan langsung dibunuh.” Menurut pengakuan sang putera yang pada 1965 berusia 14 tahun, keluarga dari pelaku pembunuhan orang tuanya itu mengirim pengakuan bahwa mereka itu terpaksa melakukan pembunuhan karena diperintah atasannya. Sedangkan Ormas tertentu yang menggeroyok dan menangkap orang tuanya mengatakan bahwa mereka diperintah oleh pimpinannya karena jika tidak merekalah yang akan dibunuh. Pimpinannya itu kemudian mengakui bahwa mereka hanya meneruskan perintah yang berwajib. Hardoyo menambahkan: kemudian saya tanya, ”Apakah Anda menyimpan dendam?” Sang anak menjawab, ”Semula Ya.” Tapi setelah kami mempelajari masalahnya, dendam saya hilang. ”Mereka hanyalah pelaksana yang sebenarnya tak tahu menahu masalahnya.” Mereka, tambah Hardoyo, juga bagian dari korban sejarah dalam berbagai bentuk dan sisinya. Bisa jadi memang benar, dalam soal G30S atau soal PKI pada umumnya, peran KKR kelak harus memilah secara tegas, pasca 1 Oktober versus sebelum 1 Oktober