SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
AULIA NOVA KUSUMANINGTYAS 1906338365
SARASWATI RAMADHANI PRIYONO 1906338522
ATIKA MUTIARA SARI 1906408693
ATIKA MUTIARA SARI 1906408693
 Kromatografi penukar ion (ion
exchange) : proses pemisahan
senyawa berdasarkan
pertukaran/penyerapan ion antara fase
gerak dengan ion pada fase diam,
berdasarkan perbedaan nilai muatan
permukaan antar senyawa
 Prinsip pemisahan : perbedaan kecepatan
migrasi ion-ion di dalam kolom penukar ion.
Proses pertukaran ion dengan pembebanan ion
pada kolom penukar ion, ion akan terikat dalam
resin dan dialiri eluen
 Kation exchange
Solid-H+ + M+ Solid-M+ + H+
(solution) (solution)
 Anion exchange
Solid-OH- + A- Solid-A- + OH-
(solution) (solution)
Contoh reaksi pertukaran ion
 Pengambilan ion Ca2+, Fe2+, Mg2+ dari
air yang ditukar dengan ion sodium Na+
dari resin (proses pelunakan air di
rumah)
 Pemurnian air
 Pemekatan larutan
 Pemisahan logam
 Penyisihan amoniak
 Pengolahan radio aktif
tingkat tinggi dan rendah
 Pada proses softening air, pertukaran ion terjadi pada saat air dengan
kandungan ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) melewati gugusan resin
kation. Pada awalnya molekul resin mengikat lemah ion sodium (Na+), dan
karena ion molekul resin memiliki gaya tarik-menarik yang lebih kuat dengan ion
kalsium dan magnesium, maka terjadilah proses pertukaran ion. Molekul resin
melepas ion sodium ke dalam air, diikuti dengan pengikatan ion kalsium dan
magnesium ke molekul resin
 Sedikit berbeda dengan proses demineralisasi air, pada ujung rangkaian, molekul
resin berikatan dengan ion H+ dan OH–. Pada saat air melewati gugusan resin,
akan terjadi pengikatan ion-ion mineral yang terlarut di dalam air karena molekul
resin memiliki gaya tarik-menarik lebih besar dengan ion molekul daripada ion H+
dan OH–. Jika R, K2+, dan A2- adalah berturut-turut molekul ion resin, ion mineral
positif, dan ion mineral negatif. Nampak pada reaksi di atas bahwa pada proses
demineralisasi air, resin akan mengikat ion-ion mineral dan melepas ion-ion H+
dan OH–. Selanjutnya ion-ion tersebut akan salin berikatan untuk membentuk
molekul H2O baru.
 pada proses softening air dibutuhkan larutan garam NaCl pekat yang dialirkan
melewati resin. pada proses demineralisasi digunakan larutan asam kuat seperti
H2SO4 dan juga larutan basa kuat seperti NaOH untuk meregenerasi resin
demineralisasi air
Penukar ion
 Resin penukar ion
 Zeolit
 Clay
 Tanah humus
 Monmorilonit
Resin penukar ion
Ion exchange chromatography and its applications, Ozlem Bahadir A,
Tahapan ion exchange separation
Ion exchange chromatography, principle methode. GE Health care
Tahapan ion exchange separation
 Equilibration : dengan menetapkan fase stasioner yang
diinginkan. Ketika kesetimbangan tercapai semua fase
stasioner akan terikat dengan ion counter (klorida dan
natrium). pH dan kekuatan ion buffer awal dipilh untuk
memastikan sample dimuat, protein akan menarik dan
mengikat medium dan partikel lain yang tidak terikat.
 Aplikasi sample dan pencucian : tujuannya adalah untuk
mengikat target molekul dan mencuci semua bahan yang
tidak terikat. Buffer sample harus memiliki pH yang sama
dan kekuatan ion sebagai penyangga awal untuk
mengikat semua protein target yang terisi. Protein yang
tidak bermuatan atau yang bermuatan sama dengan
gugus ionik melewati kolom pada kecepatan yang sama
dengan aliran buffer, elusi tergantung pada total volume
sample.
 Elusi : sample dimuat dan dicuci dengan
start buffer sehingga kondisi diubah
untuk mengelusi protein terikat. Protein
dielusi dengan meningkatkan kekuatan
ionik (garam konsentrasi) buffer atau
dengan mengubah pH. Kekuatan ion
meningkat Na+/Cl- bersaing dengan
komponen terikat pada permukaan
medium mulai mengelusi dan bergerak
ke bawah kolom. Semakin tinggi muatan
protein kekuatan ion yang dibutuhkan
untuk elusi semakin tinggi.
 Regenerasi : pencucian akhir dengan buffer
ionik tinggi yang meregenerasi kolom dan
menghilangkan molekul yang masih terikat.
Kolom disetimbangkan kembali dengan start
buffer sebelum memulai proses selanjutnya.
analit masuk ke kolom ion exchange, akan berikatan
dengan situs ionik yang bermuatan berlawanan pada
fase stasioner dengan gaya Coulombic. Hukum
Coloumb, dimana interaksi ion dalam zat terlarut dan
ligan yang bermuatan berlawanan pada matriks
disebabkan gaya elektrostatik.
f = q1q2 / εr2
f : Interaksi gaya elektrostatik
q1q2 : muatan pada ion
ε : konstanta dielektrik media
r : jarak antar muatan
Mekanisme pertukaran anion dan kation
 Jika muatan pada kedua ion sama maka
gaya tolak, tetapi jika muatan kedua ion
berbeda maka akan saling menarik.
Saat ikatan ion meningkat dan ketika
konstanta dielektrik menurun maka
interaksi akan meningkat.
Komponen ion exchange chromatography
Ion exchange chromatography and its applications, Ozlem Bahadir A,
 Pompa tekana
tinggi dengan
indikator tekanan
dan aliran untuk
menghasilkan
eluen
 Injektor untuk
memasukkan
sampel ke aliran
eluen dan ke
kolom
 Kolom untuk
memisahkan
campuran sample
ke dalam masing-
masing komponen
 Oven (opsional)
 Detektor untuk
mengukur puncak
analit sebagai
eluen dari kolom
 Sistem data untuk
mengumpulkan
dan mengatur
kromatogram dan
data
Faktor yang mempengaruhi pertukaran ion
 pH
 Kecepatan alir
 Konsentrasi ion terlarut
 Tinggi / jumlah media penukar ion
 Suhu
Tipe ion yang dapat diikat ke penukar ion
 H+ (proton) dan OH- (hidroksida)
 Ion monoatomik bermuatan tunggal (Na+, K+
atau Cl-)
 Ion monoatomik bermuatan dua (Ca2+ atau
Mg2+)
 Ion anorganik poliatomik (SO4
2- atau PO4
3-)
 Basa organik (molekul yang mengandung
gugus fungsi amino –NR2H+)
 Asam organik (molekul yang mengandung
gugus fungsi COO-/asam karboksilat)
 Biomolekul yang dapat diionisasi (asam
amino, protein)
Penggunaan
 Pemurnian : pembebasan ion yang
berasal dari garam dalam air. (aqua
deminelarization)
 Pemekatan (pemekatan unsur renik air
laut)
 Pemisahan analitik (pemisahan anion
dan ion logam alkali dan alkali tanah)
Keuntungan
 Waktu pengerjaan relatif singkat
 Memberikan hasil yang reproducible
 Menghasilkan bentuk peak yang tajam
 Dapat langsung memperoleh hasil
pemisahan analit terionisasi dan tidak
terionisasi
 Pemilihan zat tambahan (berupa
reagen tau larutan buffer) lebih
beragam untuk meningkatkan proses
pemisahan. Kemurnian 4at tambahan
pada eluen
mempengaruhireprodusibilitas dan
keakuratan hasil percobaan.
 Jika dibandingkan dengan kromatograti
cair, teknik ini mempunyai kelebihan
untuk medukung pemisahan spesies
ion dan molekul
 Dapat memisahkan senyawa ionik dan
non ionik dalam sampel yang sama
Kerugian
 Larutan ionik seringkali
bersifat korosif dan
mengakibatkan kolom
tidak bertahan lama
 Beberapa larutan ionik
mengabsorbsi pada
panjang gelombang UV
tetapi membatasidetektor
UV
 Bahan berdasar silika
terbatas pada pH di
bawah 7,5
 Fase gerak tidak boleh
dibiarkan semalaman
tetapi diganti dengan air
Aulia Nova
Kusumaningtyas
Pendahuluan
 Arsen adalah salah satu unsur yang paling banyak di bumi. Dalam beberapa senyawa, Arsen bersifat
karsinogenik. Dan paparan kronis Arsen dalam kadar tertentu dapat menyebabkan kanker paru, kulit,
kandung kemih, hipertensi dan gangguan kardiovaskular.
 Toksisitas dan bioavailabilitas Arsen tergantung pada sifatnya bentuk kimia. Sebagian besar kasus
keracunan Arsen kronis disebabkan oleh konsumsi Arsen anorganik, arsenit (As (III)) dan arsenate (As (V))
 Dalam tubuh, Arsen anorganik dimetabolisme menjadi beberapa senyawa dan diduga lebih beracun
daripada senyawa awal. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi paparan Arsen dan metabolitnya dalam tubuh
dengan mengembangkan metode analisis yang sensitif.
 Dalam penelitian ini, dilakukan determinasi Arsen dalam urin dengan mengembangkan metode analisis
menggunakan kolom ion exchange (Anion-Kation) tandem ICP-MS
Alat dan Bahan
 Air Deionisasi
 Na meta-arsenit (As (III)); Na arsenat
(As(V)); MMA (V); DMV (V); MMA (III); DMA
(III)
 NIST SRM 2670a, Gaithers-burg, MD, USA)
 NaOH dan Asam Nitrat
 Acrodisc 0.45m syringe filter (Pall
Corporation, East Hills, NY, USA),
Instrumentasi
 IC Separation, Dionex GS50
 Kolom digunakan dalam percobaan ini:
Kolom analitik IonPac AS11 (4 mm ×
250 mm)
kolom IonPac AG11 (4mm × 50 mm,
Dionex Co.)
polimer PCX-500 (4mm × 250mm)
kolom (4 mm × 50mm, Dionex Co.)
 IC-ICP-MS
 PlasmaQuad 3 (VG Elemental, USA)
Instrumental
Operating
Parameter
25
Preparasi sampel
Sampel urin (dari
subyek di New
Jersey, minum
air sumur)
Semua sampel
disimpan di 40C
(minimalkan
cahaya)
sampel disaring
melalui Acrodisc
Filter
diencerkan
dengan
penambahan 1-
10 DI
Analisis di IC –
ICP-MS
Results
Anion exchange
chromatography
Cation
exchange
chromatography
Analytical
figures
Study on the
matrix effects
Method
validation
Analysis of urine
samples
Anion exchange
chromatography
28
 Nilai pH dan kekuatan ion dari fase gerak adalah
parameter utama yang mempengaruhi t retensi
Arsen
 Ketika pH lebih tinggi dari pKa analit → analit
membentuk anion. Jika tidak, analit membawa
sedikit atau tidak ada muatan negatif
 Nilai pKa As (III), As (V), MMA (V), DMA (V) dan AsB
adalah 9.28, 11.6, 8.2, 6.3 dan 2.18
 Karena pKa nilai Arsen yang paling lebih rendah →
11, kolom pertukaran anion, Dionex AS11 digunakan
untuk pemisahan
dan NaOH dengan konsentrasi mulai dari 5 hingga
50mM (pH 11.3-12.7) dipilih sebagai fase gerak
 Kekuatan ion adalah faktor yang mempengaruhi
waktu retensi. Ini dipengaruhi konsentrasi dari fase
gerak. Semakin besar kekuatan ionik, semakin
29
Cation exchange
chromatography
30
In order to achieve good separation and a short elution time for all the species,
70mM nitric acid was chosen as the mobile phase for an isocratic elution in
these experiments.
Analytical figures
31
 Analytical performance using the IC–ICP-MS system was characterized by the linearity of the
calibration curves, detection limits and repeatability
 Kurva kalibrasi lima titik untuk tujuh senyawa Arsen diperoleh dengan memplot area puncak
terhadap konsentrasi masing-masing 0-20 ng/mL. Kurva kalibrasi untuk setiap senyawa Arsen
memiliki linieritas yang baik.
 Dalam studi ini, batas deteksi spesiasi didefinisikan sebagai tiga kali standar deviasi dari tujuh
pengukuran ulangan (larutan standar)
 Dalam percobaan ini, larutan 0,1 ng/mL digunakan untuk mengevaluasi batas deteksi As (III), As
(V), MMA (V) dan DMA (V) menggunakan pertukaran anion IC-ICP-MS
 Untuk menentukan batas deteksi AsB, MMA (III) dan DMA (III) digunakan larutan standar yang
mengandung 0,5 ng/mL (Arsen) dengan pertukaran kation metode IC-ICP-MS
32
Analytical figures
Study on the matrix effects
33
Study on the matrix effects
34
 Identifikasi MMA (V) dan As (V) tidak terpengaruh oleh matriks
(waktu retensi sama dengan di air DI)
 Kromatogram yang dihasilkan menunjukkan bahwa DMA (V),
As (III), MMA (V) dan As (V) terpisah (Gbr. 6 (b)).
 Sensitivitas dan batas deteksi yang rendah dari metode ini telah
memberikan dasar untuk analisis kuantitatif Arsen dalam urin
 Efek matriks pada pemisahan dalam kolom pertukaran kation
(PCX-500) juga dipelajari dengan menganalisis urin spiked
melalui pertukaran kation IC-ICP-MS
 Matriks dalam urin memiliki efek lebih sedikit pada pemisahan
senyawa Arsen pada kolom PCX-500 karena pemisahan dan
waktu retensi sama dengan di air DI
 Nilai recovery untuk senyawa Arsen dalam urin spiked
tercantum dalam Tabel 3. Rerata recovery antara 90 dan 110%,
(berada dalam kisaran yang dapat diterima)
 Recovery yang baik dari semua senyawa Arsen menunjukkan
bahwa tidak ada inter-konversi yang signifikan antara senyawa
atau hilangnya spesies Arsen tsb selama analisis IC-ICP-MS
Study
on
the
matrix
effects 35
Method validation
36
Method validation
37
 Validasi metode IC-ICP-MS ini, dilakukan analisis standar NIST 2670a
(logam beracun dalam urin frozendried)
 hasil analisis ditunjukkan pada Tabel 3, bersama dengan nilai referensi
 Jumlah konsentrasi senyawa Arsen yang ditentukan oleh kromatografi
pertukaran anion dan kation dihitung → identik dengan nilai referensi
yang diberikan oleh NIST
 Karena NIST hanya memberikan nilai referensi untuk total Arsen dalam
bahan referensi, tidak ada nilai referensi untuk setiap spesies
 Recovery yang baik untuk semua senyawa Arsen dalam urin spiked
telah dicapai melalui metode ini (Tabel 3)
dan dapat memvalidasi metode ini
Analysis
of
urine
samples
38
Analysis of urine samples
39
 Sampel urin 101, 102 dan 103 diperoleh dari subjek penelitian yang sama
 Sebelum remediasi, urin (sampel 101) memiliki konsentrasi Arsen yang tinggi, terutama Arsen anorganik.
Setelah remediasi, konsentrasi Arsen dalam urin (sampel 102) menurun. Sampel urin 103 memiliki konsentrasi
AsB yang tinggi (Kromatogram ditampilkan pada Gambar. 7 (b)), karena subjek mengonsumsi lobster
Kesimpulan
 Untuk menentukan senyawa Arsen dalam urin, digunakan metode kromatografi
penukar ion dan ICP-MS
 Karena As (V), As (III), MMA (V) dan DMA (V) membawa muatan negatif pada
pH tinggi, kolom pertukaran anion digunakan untuk proses pemisahan dari
senyawa Arsen lain
 MMA (III), DMA (III) dan AsB dipisahkan secara selektif oleh kolom pertukaran
kation karena muatan positifnya pada pH rendah
 Penggunaan ICP-MS sebagai detektor memberikan hasil batas deteksi ng/mL
 Sampel urin spiked dianalisis dengan metode ini untuk mengevaluasi efek
matriks pada analisis. Hasilnya menunjukkan satu hingga sepuluh pengenceran
harus diterapkan pada sampel urin sebelum analisis pertukaran anion. Metode
ini sebagian divalidasi dengan menganalisis bahan baku standar SRM 2670a
dan sampel urin spiked
 Konsentrasi spesies arsenik yang ditentukan dengan metode ini memiliki hasil
dan nilai yang hampir sama dengan yang dilaporkan dalam referensi, dan
jumlah semua senyawa sesuai dengan nilai referensi yang diberikan oleh NIST
untuk arsenik total
 Sampel urin dari subjek yang tinggal di New Jersey, konsumsi minum air sumur
yang awalnya terkontaminasi arsenik, dianalisis, dan hasil spesiasinya konsisten
dengan perawatan remediasi air sumur
 Selain itu, metabolit penting MMA (III) dan DMA (III), ditemukan dalam analisis
sampel urin menggunakan metode ini (sebelumnya jarang dilaporkan)
Daftar Pustaka
41
 Xie, R., Johnson, W., Spayd, S., Hall, G. S., & Buckley, B. (2006). Arsenic
speciation analysis of human urine using ion exchange chromatography
coupled to inductively coupled plasma mass spectrometry. Analytica
Chimica Acta, 578(2), 186–194. https://doi.org/10.1016/j.aca.2006.06.076

More Related Content

Similar to Ion exchange cromatography compile.pptx

Power Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptx
Power Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptxPower Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptx
Power Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptxMuhammadSubhiRitonga
 
Percobaan Elektrolisis
Percobaan ElektrolisisPercobaan Elektrolisis
Percobaan Elektrolisisrinandani
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationwd_amaliah
 
Power Point PR Kimia12 Ed. 2020 pertenuan ke10.pptx
Power Point PR Kimia12 Ed. 2020  pertenuan ke10.pptxPower Point PR Kimia12 Ed. 2020  pertenuan ke10.pptx
Power Point PR Kimia12 Ed. 2020 pertenuan ke10.pptxDwiPrayogi7
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformqlp
 
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.pptpembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.pptrainahalimah
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutRizki Ramadhan
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutRizki Ramadhan
 
Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhana
Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi SederhanaPemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhana
Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhanafirst last
 
Laporan Kimia Elektrolisis Larutan NaNO3
Laporan Kimia Elektrolisis Larutan NaNO3Laporan Kimia Elektrolisis Larutan NaNO3
Laporan Kimia Elektrolisis Larutan NaNO3Jeny Safitri
 
titrasi asidimetri
titrasi asidimetrititrasi asidimetri
titrasi asidimetriPT. SASA
 
Larutan Elektrolit dan Reaksi Redoks
Larutan Elektrolit dan Reaksi RedoksLarutan Elektrolit dan Reaksi Redoks
Larutan Elektrolit dan Reaksi Redokskintan ayu siva
 
Kimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometriKimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometriAziz_Kurniawan
 
Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)
Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)
Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)Rivaldi Julian
 
Kimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometriKimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometriAziz_Kurniawan
 

Similar to Ion exchange cromatography compile.pptx (20)

Power Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptx
Power Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptxPower Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptx
Power Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptx
 
Percobaan Elektrolisis
Percobaan ElektrolisisPercobaan Elektrolisis
Percobaan Elektrolisis
 
Transkrip pka 1
Transkrip pka 1Transkrip pka 1
Transkrip pka 1
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kation
 
Power Point PR Kimia12 Ed. 2020 pertenuan ke10.pptx
Power Point PR Kimia12 Ed. 2020  pertenuan ke10.pptxPower Point PR Kimia12 Ed. 2020  pertenuan ke10.pptx
Power Point PR Kimia12 Ed. 2020 pertenuan ke10.pptx
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
 
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.pptpembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
pembelajaran Voltametri bagi mahasiswa farmasi.ppt
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Modul praktikum elektrometri
Modul praktikum elektrometriModul praktikum elektrometri
Modul praktikum elektrometri
 
Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhana
Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi SederhanaPemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhana
Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhana
 
anorganik
anorganikanorganik
anorganik
 
Penukar_Ion.ppt
Penukar_Ion.pptPenukar_Ion.ppt
Penukar_Ion.ppt
 
Basic & Preview HPLC
Basic & Preview HPLCBasic & Preview HPLC
Basic & Preview HPLC
 
Laporan Kimia Elektrolisis Larutan NaNO3
Laporan Kimia Elektrolisis Larutan NaNO3Laporan Kimia Elektrolisis Larutan NaNO3
Laporan Kimia Elektrolisis Larutan NaNO3
 
titrasi asidimetri
titrasi asidimetrititrasi asidimetri
titrasi asidimetri
 
Larutan Elektrolit dan Reaksi Redoks
Larutan Elektrolit dan Reaksi RedoksLarutan Elektrolit dan Reaksi Redoks
Larutan Elektrolit dan Reaksi Redoks
 
Kimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometriKimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometri
 
Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)
Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)
Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)
 
Kimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometriKimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometri
 

Recently uploaded

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxmagfira271100
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaBtsDaily
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 

Recently uploaded (11)

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 

Ion exchange cromatography compile.pptx

  • 1. AULIA NOVA KUSUMANINGTYAS 1906338365 SARASWATI RAMADHANI PRIYONO 1906338522 ATIKA MUTIARA SARI 1906408693
  • 2. ATIKA MUTIARA SARI 1906408693
  • 3.  Kromatografi penukar ion (ion exchange) : proses pemisahan senyawa berdasarkan pertukaran/penyerapan ion antara fase gerak dengan ion pada fase diam, berdasarkan perbedaan nilai muatan permukaan antar senyawa
  • 4.  Prinsip pemisahan : perbedaan kecepatan migrasi ion-ion di dalam kolom penukar ion. Proses pertukaran ion dengan pembebanan ion pada kolom penukar ion, ion akan terikat dalam resin dan dialiri eluen  Kation exchange Solid-H+ + M+ Solid-M+ + H+ (solution) (solution)  Anion exchange Solid-OH- + A- Solid-A- + OH- (solution) (solution)
  • 5. Contoh reaksi pertukaran ion  Pengambilan ion Ca2+, Fe2+, Mg2+ dari air yang ditukar dengan ion sodium Na+ dari resin (proses pelunakan air di rumah)  Pemurnian air  Pemekatan larutan  Pemisahan logam  Penyisihan amoniak  Pengolahan radio aktif tingkat tinggi dan rendah
  • 6.  Pada proses softening air, pertukaran ion terjadi pada saat air dengan kandungan ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) melewati gugusan resin kation. Pada awalnya molekul resin mengikat lemah ion sodium (Na+), dan karena ion molekul resin memiliki gaya tarik-menarik yang lebih kuat dengan ion kalsium dan magnesium, maka terjadilah proses pertukaran ion. Molekul resin melepas ion sodium ke dalam air, diikuti dengan pengikatan ion kalsium dan magnesium ke molekul resin  Sedikit berbeda dengan proses demineralisasi air, pada ujung rangkaian, molekul resin berikatan dengan ion H+ dan OH–. Pada saat air melewati gugusan resin, akan terjadi pengikatan ion-ion mineral yang terlarut di dalam air karena molekul resin memiliki gaya tarik-menarik lebih besar dengan ion molekul daripada ion H+ dan OH–. Jika R, K2+, dan A2- adalah berturut-turut molekul ion resin, ion mineral positif, dan ion mineral negatif. Nampak pada reaksi di atas bahwa pada proses demineralisasi air, resin akan mengikat ion-ion mineral dan melepas ion-ion H+ dan OH–. Selanjutnya ion-ion tersebut akan salin berikatan untuk membentuk molekul H2O baru.  pada proses softening air dibutuhkan larutan garam NaCl pekat yang dialirkan melewati resin. pada proses demineralisasi digunakan larutan asam kuat seperti H2SO4 dan juga larutan basa kuat seperti NaOH untuk meregenerasi resin demineralisasi air
  • 7. Penukar ion  Resin penukar ion  Zeolit  Clay  Tanah humus  Monmorilonit
  • 8. Resin penukar ion Ion exchange chromatography and its applications, Ozlem Bahadir A,
  • 9. Tahapan ion exchange separation
  • 10. Ion exchange chromatography, principle methode. GE Health care
  • 11. Tahapan ion exchange separation  Equilibration : dengan menetapkan fase stasioner yang diinginkan. Ketika kesetimbangan tercapai semua fase stasioner akan terikat dengan ion counter (klorida dan natrium). pH dan kekuatan ion buffer awal dipilh untuk memastikan sample dimuat, protein akan menarik dan mengikat medium dan partikel lain yang tidak terikat.  Aplikasi sample dan pencucian : tujuannya adalah untuk mengikat target molekul dan mencuci semua bahan yang tidak terikat. Buffer sample harus memiliki pH yang sama dan kekuatan ion sebagai penyangga awal untuk mengikat semua protein target yang terisi. Protein yang tidak bermuatan atau yang bermuatan sama dengan gugus ionik melewati kolom pada kecepatan yang sama dengan aliran buffer, elusi tergantung pada total volume sample.
  • 12.  Elusi : sample dimuat dan dicuci dengan start buffer sehingga kondisi diubah untuk mengelusi protein terikat. Protein dielusi dengan meningkatkan kekuatan ionik (garam konsentrasi) buffer atau dengan mengubah pH. Kekuatan ion meningkat Na+/Cl- bersaing dengan komponen terikat pada permukaan medium mulai mengelusi dan bergerak ke bawah kolom. Semakin tinggi muatan protein kekuatan ion yang dibutuhkan untuk elusi semakin tinggi.
  • 13.  Regenerasi : pencucian akhir dengan buffer ionik tinggi yang meregenerasi kolom dan menghilangkan molekul yang masih terikat. Kolom disetimbangkan kembali dengan start buffer sebelum memulai proses selanjutnya.
  • 14. analit masuk ke kolom ion exchange, akan berikatan dengan situs ionik yang bermuatan berlawanan pada fase stasioner dengan gaya Coulombic. Hukum Coloumb, dimana interaksi ion dalam zat terlarut dan ligan yang bermuatan berlawanan pada matriks disebabkan gaya elektrostatik. f = q1q2 / εr2 f : Interaksi gaya elektrostatik q1q2 : muatan pada ion ε : konstanta dielektrik media r : jarak antar muatan Mekanisme pertukaran anion dan kation
  • 15.  Jika muatan pada kedua ion sama maka gaya tolak, tetapi jika muatan kedua ion berbeda maka akan saling menarik. Saat ikatan ion meningkat dan ketika konstanta dielektrik menurun maka interaksi akan meningkat.
  • 16. Komponen ion exchange chromatography Ion exchange chromatography and its applications, Ozlem Bahadir A,  Pompa tekana tinggi dengan indikator tekanan dan aliran untuk menghasilkan eluen  Injektor untuk memasukkan sampel ke aliran eluen dan ke kolom  Kolom untuk memisahkan campuran sample ke dalam masing- masing komponen  Oven (opsional)  Detektor untuk mengukur puncak analit sebagai eluen dari kolom  Sistem data untuk mengumpulkan dan mengatur kromatogram dan data
  • 17. Faktor yang mempengaruhi pertukaran ion  pH  Kecepatan alir  Konsentrasi ion terlarut  Tinggi / jumlah media penukar ion  Suhu
  • 18. Tipe ion yang dapat diikat ke penukar ion  H+ (proton) dan OH- (hidroksida)  Ion monoatomik bermuatan tunggal (Na+, K+ atau Cl-)  Ion monoatomik bermuatan dua (Ca2+ atau Mg2+)  Ion anorganik poliatomik (SO4 2- atau PO4 3-)  Basa organik (molekul yang mengandung gugus fungsi amino –NR2H+)  Asam organik (molekul yang mengandung gugus fungsi COO-/asam karboksilat)  Biomolekul yang dapat diionisasi (asam amino, protein)
  • 19. Penggunaan  Pemurnian : pembebasan ion yang berasal dari garam dalam air. (aqua deminelarization)  Pemekatan (pemekatan unsur renik air laut)  Pemisahan analitik (pemisahan anion dan ion logam alkali dan alkali tanah)
  • 20. Keuntungan  Waktu pengerjaan relatif singkat  Memberikan hasil yang reproducible  Menghasilkan bentuk peak yang tajam  Dapat langsung memperoleh hasil pemisahan analit terionisasi dan tidak terionisasi  Pemilihan zat tambahan (berupa reagen tau larutan buffer) lebih beragam untuk meningkatkan proses pemisahan. Kemurnian 4at tambahan pada eluen mempengaruhireprodusibilitas dan keakuratan hasil percobaan.  Jika dibandingkan dengan kromatograti cair, teknik ini mempunyai kelebihan untuk medukung pemisahan spesies ion dan molekul  Dapat memisahkan senyawa ionik dan non ionik dalam sampel yang sama Kerugian  Larutan ionik seringkali bersifat korosif dan mengakibatkan kolom tidak bertahan lama  Beberapa larutan ionik mengabsorbsi pada panjang gelombang UV tetapi membatasidetektor UV  Bahan berdasar silika terbatas pada pH di bawah 7,5  Fase gerak tidak boleh dibiarkan semalaman tetapi diganti dengan air
  • 22. Pendahuluan  Arsen adalah salah satu unsur yang paling banyak di bumi. Dalam beberapa senyawa, Arsen bersifat karsinogenik. Dan paparan kronis Arsen dalam kadar tertentu dapat menyebabkan kanker paru, kulit, kandung kemih, hipertensi dan gangguan kardiovaskular.  Toksisitas dan bioavailabilitas Arsen tergantung pada sifatnya bentuk kimia. Sebagian besar kasus keracunan Arsen kronis disebabkan oleh konsumsi Arsen anorganik, arsenit (As (III)) dan arsenate (As (V))  Dalam tubuh, Arsen anorganik dimetabolisme menjadi beberapa senyawa dan diduga lebih beracun daripada senyawa awal. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi paparan Arsen dan metabolitnya dalam tubuh dengan mengembangkan metode analisis yang sensitif.  Dalam penelitian ini, dilakukan determinasi Arsen dalam urin dengan mengembangkan metode analisis menggunakan kolom ion exchange (Anion-Kation) tandem ICP-MS
  • 23. Alat dan Bahan  Air Deionisasi  Na meta-arsenit (As (III)); Na arsenat (As(V)); MMA (V); DMV (V); MMA (III); DMA (III)  NIST SRM 2670a, Gaithers-burg, MD, USA)  NaOH dan Asam Nitrat  Acrodisc 0.45m syringe filter (Pall Corporation, East Hills, NY, USA),
  • 24. Instrumentasi  IC Separation, Dionex GS50  Kolom digunakan dalam percobaan ini: Kolom analitik IonPac AS11 (4 mm × 250 mm) kolom IonPac AG11 (4mm × 50 mm, Dionex Co.) polimer PCX-500 (4mm × 250mm) kolom (4 mm × 50mm, Dionex Co.)  IC-ICP-MS  PlasmaQuad 3 (VG Elemental, USA)
  • 26. Preparasi sampel Sampel urin (dari subyek di New Jersey, minum air sumur) Semua sampel disimpan di 40C (minimalkan cahaya) sampel disaring melalui Acrodisc Filter diencerkan dengan penambahan 1- 10 DI Analisis di IC – ICP-MS
  • 27. Results Anion exchange chromatography Cation exchange chromatography Analytical figures Study on the matrix effects Method validation Analysis of urine samples
  • 28. Anion exchange chromatography 28  Nilai pH dan kekuatan ion dari fase gerak adalah parameter utama yang mempengaruhi t retensi Arsen  Ketika pH lebih tinggi dari pKa analit → analit membentuk anion. Jika tidak, analit membawa sedikit atau tidak ada muatan negatif  Nilai pKa As (III), As (V), MMA (V), DMA (V) dan AsB adalah 9.28, 11.6, 8.2, 6.3 dan 2.18  Karena pKa nilai Arsen yang paling lebih rendah → 11, kolom pertukaran anion, Dionex AS11 digunakan untuk pemisahan dan NaOH dengan konsentrasi mulai dari 5 hingga 50mM (pH 11.3-12.7) dipilih sebagai fase gerak  Kekuatan ion adalah faktor yang mempengaruhi waktu retensi. Ini dipengaruhi konsentrasi dari fase gerak. Semakin besar kekuatan ionik, semakin
  • 29. 29
  • 30. Cation exchange chromatography 30 In order to achieve good separation and a short elution time for all the species, 70mM nitric acid was chosen as the mobile phase for an isocratic elution in these experiments.
  • 31. Analytical figures 31  Analytical performance using the IC–ICP-MS system was characterized by the linearity of the calibration curves, detection limits and repeatability  Kurva kalibrasi lima titik untuk tujuh senyawa Arsen diperoleh dengan memplot area puncak terhadap konsentrasi masing-masing 0-20 ng/mL. Kurva kalibrasi untuk setiap senyawa Arsen memiliki linieritas yang baik.  Dalam studi ini, batas deteksi spesiasi didefinisikan sebagai tiga kali standar deviasi dari tujuh pengukuran ulangan (larutan standar)  Dalam percobaan ini, larutan 0,1 ng/mL digunakan untuk mengevaluasi batas deteksi As (III), As (V), MMA (V) dan DMA (V) menggunakan pertukaran anion IC-ICP-MS  Untuk menentukan batas deteksi AsB, MMA (III) dan DMA (III) digunakan larutan standar yang mengandung 0,5 ng/mL (Arsen) dengan pertukaran kation metode IC-ICP-MS
  • 33. Study on the matrix effects 33
  • 34. Study on the matrix effects 34  Identifikasi MMA (V) dan As (V) tidak terpengaruh oleh matriks (waktu retensi sama dengan di air DI)  Kromatogram yang dihasilkan menunjukkan bahwa DMA (V), As (III), MMA (V) dan As (V) terpisah (Gbr. 6 (b)).  Sensitivitas dan batas deteksi yang rendah dari metode ini telah memberikan dasar untuk analisis kuantitatif Arsen dalam urin  Efek matriks pada pemisahan dalam kolom pertukaran kation (PCX-500) juga dipelajari dengan menganalisis urin spiked melalui pertukaran kation IC-ICP-MS  Matriks dalam urin memiliki efek lebih sedikit pada pemisahan senyawa Arsen pada kolom PCX-500 karena pemisahan dan waktu retensi sama dengan di air DI  Nilai recovery untuk senyawa Arsen dalam urin spiked tercantum dalam Tabel 3. Rerata recovery antara 90 dan 110%, (berada dalam kisaran yang dapat diterima)  Recovery yang baik dari semua senyawa Arsen menunjukkan bahwa tidak ada inter-konversi yang signifikan antara senyawa atau hilangnya spesies Arsen tsb selama analisis IC-ICP-MS
  • 37. Method validation 37  Validasi metode IC-ICP-MS ini, dilakukan analisis standar NIST 2670a (logam beracun dalam urin frozendried)  hasil analisis ditunjukkan pada Tabel 3, bersama dengan nilai referensi  Jumlah konsentrasi senyawa Arsen yang ditentukan oleh kromatografi pertukaran anion dan kation dihitung → identik dengan nilai referensi yang diberikan oleh NIST  Karena NIST hanya memberikan nilai referensi untuk total Arsen dalam bahan referensi, tidak ada nilai referensi untuk setiap spesies  Recovery yang baik untuk semua senyawa Arsen dalam urin spiked telah dicapai melalui metode ini (Tabel 3) dan dapat memvalidasi metode ini
  • 39. Analysis of urine samples 39  Sampel urin 101, 102 dan 103 diperoleh dari subjek penelitian yang sama  Sebelum remediasi, urin (sampel 101) memiliki konsentrasi Arsen yang tinggi, terutama Arsen anorganik. Setelah remediasi, konsentrasi Arsen dalam urin (sampel 102) menurun. Sampel urin 103 memiliki konsentrasi AsB yang tinggi (Kromatogram ditampilkan pada Gambar. 7 (b)), karena subjek mengonsumsi lobster
  • 40. Kesimpulan  Untuk menentukan senyawa Arsen dalam urin, digunakan metode kromatografi penukar ion dan ICP-MS  Karena As (V), As (III), MMA (V) dan DMA (V) membawa muatan negatif pada pH tinggi, kolom pertukaran anion digunakan untuk proses pemisahan dari senyawa Arsen lain  MMA (III), DMA (III) dan AsB dipisahkan secara selektif oleh kolom pertukaran kation karena muatan positifnya pada pH rendah  Penggunaan ICP-MS sebagai detektor memberikan hasil batas deteksi ng/mL  Sampel urin spiked dianalisis dengan metode ini untuk mengevaluasi efek matriks pada analisis. Hasilnya menunjukkan satu hingga sepuluh pengenceran harus diterapkan pada sampel urin sebelum analisis pertukaran anion. Metode ini sebagian divalidasi dengan menganalisis bahan baku standar SRM 2670a dan sampel urin spiked  Konsentrasi spesies arsenik yang ditentukan dengan metode ini memiliki hasil dan nilai yang hampir sama dengan yang dilaporkan dalam referensi, dan jumlah semua senyawa sesuai dengan nilai referensi yang diberikan oleh NIST untuk arsenik total  Sampel urin dari subjek yang tinggal di New Jersey, konsumsi minum air sumur yang awalnya terkontaminasi arsenik, dianalisis, dan hasil spesiasinya konsisten dengan perawatan remediasi air sumur  Selain itu, metabolit penting MMA (III) dan DMA (III), ditemukan dalam analisis sampel urin menggunakan metode ini (sebelumnya jarang dilaporkan)
  • 41. Daftar Pustaka 41  Xie, R., Johnson, W., Spayd, S., Hall, G. S., & Buckley, B. (2006). Arsenic speciation analysis of human urine using ion exchange chromatography coupled to inductively coupled plasma mass spectrometry. Analytica Chimica Acta, 578(2), 186–194. https://doi.org/10.1016/j.aca.2006.06.076

Editor's Notes

  1. Pada proses softening air, pertukaran ion terjadi pada saat air dengan kandungan ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) melewati gugusan resin kation. Pada awalnya molekul resin mengikat lemah ion sodium (Na+), dan karena ion molekul resin memiliki gaya tarik-menarik yang lebih kuat dengan ion kalsium dan magnesium, maka terjadilah proses pertukaran ion. Molekul resin melepas ion sodium ke dalam air, diikuti dengan pengikatan ion kalsium dan magnesium ke molekul resin Sedikit berbeda dengan proses demineralisasi air, pada ujung rangkaian, molekul resin berikatan dengan ion H+ dan OH–. Pada saat air melewati gugusan resin, akan terjadi pengikatan ion-ion mineral yang terlarut di dalam air karena molekul resin memiliki gaya tarik-menarik lebih besar dengan ion molekul daripada ion H+ dan OH–. Jika R, K2+, dan A2- adalah berturut-turut molekul ion resin, ion mineral positif, dan ion mineral negatif. Nampak pada reaksi di atas bahwa pada proses demineralisasi air, resin akan mengikat ion-ion mineral dan melepas ion-ion H+ dan OH–. Selanjutnya ion-ion tersebut akan salin berikatan untuk membentuk molekul H2O baru. pada proses softening air dibutuhkan larutan garam NaCl pekat yang dialirkan melewati resin. pada proses demineralisasi digunakan larutan asam kuat seperti H2SO4 dan juga larutan basa kuat seperti NaOH untuk meregenerasi resin demineralisasi air