SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
Download to read offline
Modul ke:
Fakultas
Program Studi
REKAYASA
TRANSPORTASI
Hirarki Jalan,
Arus Lalu Lintas,
Karakteristik dan Parameter Lalu Lintas
Ir Widodo Budi Dermawan , MSCE
Teknik
Teknik Sipil
02
Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan rekayasa dan manajemen Lalu lintas
✓PP No. 74 Tahun 2014 : Angkutan Jalan
✓PP No. 79 Tahun 2013 : Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
✓PP No. 32 Tahun 2011 : Tentang Management dan Rekayasa, Analisis Dampak Serta
Management Kebutuhan Lalu Lintas.
✓PP No. 37 Tahun 2011 : Tentang Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan.
✓PP No. 72 Tahun 2009 : Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api
Peratuan Menteri yang berkaitan dengan rekayasa dan manajemen Lalu lintas
✓No. 96 Tahun 2015 Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
✓No. 75 Tahun 2015 Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas
✓No. 26 Tahun 2014 Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
✓No. 13 Tahun 2014 Rambu Lalu Lintas
UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ
✓Bab VI Jaringan Lalu Lintas dan angkutan Jalan
✓Bab IX Lalu lintas
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
Dasar Hukum Pengaturan Lalu Lintas
UU No. 22 tahun 2009
Bertujuan :
• Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan
yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu
dengan moda angkutan lain
• Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa
• Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum
bagi masyarakat
Hirarki Jalan
JALAN
(dari UU-38/2004, tentang Jalan)
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel. (pasal 1 ayat 4)
SISTEM JARINGAN JALAN
(dari UU-38/2004, tentang Jalan)
Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang
saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat
pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis
RTRW
N/P/K/K
SISTRANAS
(Sistem Transportasi Nasional)
Transportasi DARAT Transportasi UDARA
Transportasi LAUT
Moda
KERETA API
Moda
JALAN RAYA
Moda
FERI &
SUNGAI
JARINGAN
JALAN
SISTEM JARINGAN JALAN
(PROSES PENETAPAN)
SISTEM JARINGAN JALAN
(UU-38/2004 tentang Jalan)
Pengelompokkan Jalan : (pasal 6)
Menurut PERUNTUKANNYA → Jalan Umum dan Jalan Khusus
Jalan Umum :
• jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
• jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status dan kelas.
Jalan Khusus :
• jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau
kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri;
• jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka
distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.
yang dimaksud dengan jalan khusus, antara lain, adalah jalan di dalam
kawasan pelabuhan, jalan kehutanan, jalan perkebunan, jalan inspeksi
pengairan, jalan di kawasan industri, dan jalan di kawasan permukiman yang
belum diserahkan kepada pemerintah.
1. Menurut SISTEM (pasal 7) : - Sistem Primer
- Sistem Sekunder
2. Menurut FUNGSI (pasal 8) : - Jalan Arteri
- Jalan Kolektor
- Jalan Lokal
- Jalan Lingkungan
3. Menurut STATUS (pasal 9) : - Jalan Nasional
- Jalan Provinsi
- Jalan Kabupaten
- Jalan Kota
- Jalan Desa
4. Menurut KELAS (pasal 10) : - Jalan Bebas Hambatan (freeway)
- Jalan Raya (highway)
- Jalan Sedang (road)
- Jalan Kecil (street)
Kelas jalan berdasarkan
spesifikasi penyediaan
prasarana jalan
Pengelompokkan Jalan (Jalan Umum)
SISTEM JARINGAN JALAN
(UU-38/2004 tentang Jalan)
Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa di dalam kawasan
perkotaan.
Yang dimaksud dengan kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta kegiatan ekonomi.
Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder.
Sistem jaringan jalan primer merupakan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan bersifat menerus yang memberikan
pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk ke dalam kawasan perkotaan.
Pusat-pusat kegiatan adalah kawasan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan nasional,
wilayah, dan lokal
SISTEM JARINGAN JALAN
(UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Sistem)
SISTEM JARINGAN JALAN
(UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Fungsi)
KRITERIA ARTERI KOLEKTOR LOKAL
Angkutan
yang dilayani
Jarak
Perjalanan
Kecepatan
Rata-rata
Jumlah
jalan masuk
Simpul yang
dihubungkan
Utama
Jauh
Tinggi
Dibatasi
Pengumpul
Sedang
a. antar-PKN,
b. antara PKN dan PKW,
dan/atau
c. PKN dan/atau PKW dengan
bandar udara pusat pelayanan
skala primer/sekunder/tersier *)
dan pelabuhan laut
internasional/nasional.
Setempat
Dekat
Tidak Dibatasi
Rendah
Dibatasi
Sedang
a. ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan.
b. antar ibukota kecamatan.
c. ibukota kabupaten dengan
PKL.
d. antar-PKL.
a. antar-PKW,
dan
b. Antara
PKW dan
PKL.
*) Bandara di Ibu Kota Provinsi
FUNGSI MOBILITAS
FUNGSI AKSESIBILITAS
JALAN
ARTERI
JALAN
KOLEKTOR
JALAN
LOKAL
LALULINTAS
UTAMA
TRANSISI
DISTRIBUSI
KOLEKSI
AKSES
FUNGSI MOBILITAS
FUNGSI AKSESIBILITAS
JALAN
ARTERI
JALAN
KOLEKTOR
JALAN
LOKAL
LALULINTAS
UTAMA
TRANSISI
DISTRIBUSI
KOLEKSI
AKSES
▪ Klasifikasi fungsi jalan pada
dasarnya dilakukan dengan
alasan bahwa fungsi
aksesibilitas ruang dan
mobilitas/lalulintas tidak dapat
diperankan secara sempurna
oleh satu ruas jalan yang sama.
▪ Suatu ruas yang mempunyai
fungsi akses ruang yang tinggi
akan mempunyai fungsi
mobilitas /lalulintas rendah,
sebaliknya suatu ruas yang
mempunyai fungsi mobilitas
tinggi akan mempunyai fungsi
akses yang rendah.
Klasifikasi Fungsi Jalan diperlukan
karena :
Ketebalan garis
menunjukkan
besaran lalu lintas
MOBILITAS
AKSEBILITAS
Lalu lintas
utama
transisi
distribusi
koleksi
akses
JALAN
LOKAL
JALAN
KOLEKTOR
JALAN
ARTERI
SISTEM JARINGAN JALAN
(UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Fungsi)
MATRIKS HUBUNGAN ANTARA SIMPUL DAN FUNGSI JALAN
(Dalam Sistem Jaringan Primer)
( UU-38 / 2004 + PP-34/2006, tentang Jalan dan PP-26/2008 tentang RTRWN)
SIMPUL PKN
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
PKW
(i.k. Prov.)
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
PKW
(i.k. Kab.)
PKL Bandara
P/S/T *)
PKSN
Pelabuhan
Nas./Int.
PKN
PKW
(i.k. Prov.)
PKW
(i.k. Kab.)
PKL
Bandara
P/S/T *)
Pelabuhan
Nas./Int.
PKSN
Arteri
Arteri Arteri
Arteri
Arteri
Arteri Arteri
Arteri
Arteri
Arteri
Arteri
Arteri
Arteri
Arteri Arteri
Arteri
Arteri
Kolektor-1
Kolektor-2
Kolektor-4
Kolektor-2
Lokal Kolektor-4
Kolektor-4
Kolektor-4
Kolektor-3
Lokal Lokal Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
-
-
-
-
Keterangan : - i.k. Prov. : ibukota provinsi
- i.k. Kab. : ibukota kabupaten
- Bandara Primer : Badar Udara penyebaran primer/sekunder/tersier. *)
- Pelabuhan Nas/Int.: Pelabuhan laut Nasional/Internasional
13
JALAN KOLEKTOR
PRIMER (JKP)
PKL
JALAN
LOKAL
PRIMER
JALAN LINGKUNGAN PRIMER
(JLP)
JALAN LOKAL
PRIMER
JALAN
LOKAL
PRIMER
JALAN LOKAL PRIMER (JLP)
JALAN LOKAL
PRIMER (JLP)
JALAN
KOLEKTOR
PRIMER (JKP)
JALAN
KOLEKTOR
PRIMER (JKP)
JALAN ARTERI
PRIMER (JAP)
JALAN ARTERI
PRIMER (JAP)
JALAN ARTERI PRIMER (JAP)
PKW
PKW
PKN
Persil
PK
Lingkungan
PKL
PKN
SISTEM
JARINGAN JALAN PRIMER
PKN = Pusat Kegiatan Nasional
(Kota Jenjang 1)
PKW = Pusat Kegiatan Wilayah
(Kota Jenjang 2)
PKL = Pusat Kegiatan Lokal
(Kota Jenjang 3)
MATRIKS HUBUNGAN ANTARA SIMPUL DAN FUNGSI JALAN
(Dalam Sistem Jaringan Sekunder)
( F1 ) (F2.3)
(F2.2)
Sekunder
Kawasan
Primer
(F2.1)
Primer (F1)
Sekunder I (F2.1)
Perumahan
-
Arteri
-
-
- Lokal
Kolektor Kolektor
Arteri
Lokal
- -
-
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
Lingkungan
I II III
Sekunder II (F2.2)
Sekunder III (F2.3)
Arteri
Kolektor
-
Arteri
Arteri
Lokal
Perumahan
-
15
SISTEM
JARINGAN JALAN
SEKUNDER
JALAN ARTERI
SEKUNDER (JAS)
F1
Kawasan
Primer
JALAN ARTERI SEKUNDER (JAS)
F2,1
Kawasan
Sekunder
I
JALAN ARTERI
SEKUNDER (JAS)
F2,1
Kawasan
Sekunder
I
JALAN ARTERI
SEKUNDER (JAS)
F2,2
Kawasan
Sekunder
II
JALAN KOLEKTOR
SEKUNDER (JKS)
JALAN ARTERI SEKUNDER (JAS)
F2,2
Kawasan
Sekunder
II
JALAN KOLEKTOR SEKUNDER (JKS)
F2,3
Kawasan
Sekunde
r
III
JALAN LOKAL
SEKUNDER (JLS)
F2,3
Kawasan
Sekunde
r
III
Perumahan
Perumahan
JALAN
LINGKUNGAN
SEKUNDER (JLS)
JALAN LOKAL SEKUNDER (JLS)
JALAN LOKAL
SEKUNDER
(JLS)
JALAN LOKAL
SEKUNDER
(JLS)
Bandar Udara
Pergudangan
Kawasan
Industri
Terminal
Angkutan
Barang
Kawasan
Perdagangan
Regional
Pelabuhan &
Pergudangan
Perumahan
Kawasan Sekunder
Kawasan Primer
Batas Perkotaan
Jaringan Jalan Primer
Jalan Arteri Sekunder
Jalan Kolektor Sekunder
Jalan Lokal Sekunder
Jalan Lingkungan Sekunder
SKETSA HIPOTESIS HIRARKI JALAN PERKOTAAN
SISTEM J ARINGAN JALAN
(UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Status)
Jalan Nasional terdiri atas :
a. Jalan arteri primer
b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi
c. Jalan tol dan
d. Jalan strategis nasional.
Yang dimaksud dengan jalan strategis nasional adalah jalan yang melayani
kepentingan nasional atas dasar kriteria strategis yaitu:
1. mempunyai peranan membina kesatuan dan keutuhan nasional,
2. melayani daerah-daerah rawan,
3. bagian dari jalan lintas regional atau lintas internasional,
4. melayani perbatasan antar negara, serta
5. dalam rangka pertahanan dan keamanan.
SISTEM J ARINGAN JALAN
(UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Status)
Jalan Provinsi terdiri atas :
a. Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten atau kota
b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten / kota
c. Jalan strategis provinsi dan
d. Jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26
Yang dimaksud dengan jalan strategis provinsi adalah jalan yang
diprioritaskan untuk melayani kepentingan provinsi berdasarkan
pertimbangan untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan, dan keamanan provinsi.
SISTEM J ARINGAN JALAN
(UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Status)
Jalan kabupaten terdiri atas :
a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi
b. Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota
kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antaribukota kecamatan,
ibukota kecamatan dengan desa, dan antardesa;
c. Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder dalam
kota
d. Jalan strategis kabupaten
Yang dimaksud dengan jalan strategis kabupaten adalah jalan
yang diprioritaskan untuk melayani kepentingan kabupaten
berdasarkan pertimbangan untuk membangkitkan pertumbuhan
ekonomi, kesejahteraan, dan keamanan kabupaten.
SISTEM J ARINGAN JALAN
(UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Status)
Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekunder di dalam kota.
Jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang
tidak termasuk jalan kabupaten di dalam kawasan perdesaan, dan
merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar
permukiman
Jumlah kendaraan yang melintasi suatu titik pada
ruas jalan tertentu pada interval waktu tertentu
dan diukur dalam satuan kendaraan persatuan
waktu tertentu.
Arus Lalu Lintas (traffic flow)
Jenis Arus Lalu Lintas
Arus Lalu Lintas Tidak Terganggu (Uninterrupted flow)
• Suatu kondisi arus lalu lintas yang tidak mengalami gangguan
karena faktor dari luar.
• Dalam hal ini biasanya terjadi pada jalan bebas hambatan
(jalan tol) yang fasilitas akses keluar masuknya sangat dibatasi
serta tidak terdapat lampu lalu lintas, rambu STOP maupun
YIELD, atau pertemuan sebidang yang akan mengganggu.
Arus Lalu Lintas Terganggu (Interrupted flow)
Makroskopis
Arus lalu lintas secara makroskopis merupakan suatu parameter
secara keseluruhan dalam suatu lalu lintas yang dapat
digambarkan dengan 3 parameter, yaitu
▪ Kecepatan rata-rata (average speeds), v
▪ Tingkat arus (flow rates)/volume, q
▪ Tingkat kepadatan/kerapatan (density rates), k
Mikroskopis
Merupakan parameter perilaku dari kendaraan secara sendiri di
dalam lalu lintas dan dengan lainnya
▪ Headway, gap (detik)
▪ Clearance, spacing (meter)
Parameter Arus Lalu Lintas
Karakteristik Arus Lalu Lintas
• Headway (h)
• Gap (g)
• Spacing (s)
• Clearance (c)
• Volume Lalu Lintas (q)
• Kepadatan/Density (k)
• Kecepatan/Speed (v)
Mikroskopis
Makroskopis
adalah waktu (detik) antara kedatangan satu
kendaraan dengan kendaraan berikutnya pada
suatu titik tinjau
contoh : headway bus/transit, kereta LRT, MRT
titik tinjau
Headway/Waktu Antara (h)
Gap (g)
adalah waktu (detik) antara keberangkatan
kendaraan pertama (bumper belakang) dengan
kedatangan kendaraan kedua (bumper depan)
pada suatu titik tinjau (rear to front).
Spacing/Jarak Antara (s)
adalah jarak fisik (m) antara bumper depan
kendaraan yang berturutan.
Clearance (c)
adalah jarak (m, ft) antara bumper belakang
kendaraan pertama dengan bumper depan
kendaraan berikutnya
Time Space Diagram
Time
Distance
0 t2 t5 t6
h3-4
s2-3
Time Space Diagram dsiebut juga Diagram Trayektori
Pergerakan Kendaraan
Data-data hasil survey
diplot pada suatu diagram
trayektori dengan
menggunakan hubungan
antara panjang jarak dan
waktu tempuh perjalanan
sebagaimana pada
gambar berikut
• Adalah jumlah kendaraan yang melewati satu titik
tinjau selama suatu perioda waktu.
• Biasanya volume langsung dikonversikan ke
arus/flow (q) sebagai parameter yang lebih berarti.
• Flow adalah laju kendaraan yang melewati satu titik
( kendaraan per jam).
Jumlah kendaraan yang melewati satu titik selama 15 menit
disebut volume 15 menit. Volume 15 menit dapat dikonversi
menjadi flow dengan mengalikan empat.
Bila volume 15 menit sebesar 100 mobil, maka flow adalah
100 x 4 = 400 kendaraan/jam.
Volume Lalu Lintas (q)
Rumus untuk Volume :
dimana :
q = volume
T = interval waktu pengamatan
n = jumlah kendaraan yang melewati titik pengamatan
T
n
q =
Volume Lalu Lintas
Volume Lalu Lintas
Rate of Flow atau Flow Rate adalah volume yang
diperoleh dari pengamatan yang lebih kecil dari satu
jam, akan tetapi kemudian dikonversikan menjadi
volume 1 jam secara linear.
Contoh q60 = 4 x q15
Maximum Flow Rate
Volume dalam jangka waktu 15 menit yang paling tinggi
kemudian di konversikan menjadi volume 1 jam.
Waktu Volume ( kendaraan )
06.00-06.15 200
06.15-06.30 250
06.30-06.45 250
06.45-07.00 300
07.00-07.15 325
07.15-07.30 350
07.30-07.45 325
07.45-08.00 325
Volume Lalu Lintas
Maximum Flow Rate :
350 X 4 = 1400 kend/jam
Volume Lalu Lintas
Faktor Jam Sibuk /Peak Hour Factor (PHF) adalah
perbandingan volume satu jam penuh dengan puncak
dari flow rate pada jam tersebut, sehingga PHF dapat
dihitung dengan rumus berikut :
Volume 1 jam
Maksimum Flow Rate
PHF =
Volume Lalu Lintas
Waktu Volume ( kendaraan )
06.00-06.15 400
06.15-06.30 450
06.30-06.45 550
06.45-07.00 600
07.00-07.15 625
07.15-07.30 525
07.30-07.45 475
07.45-08.00 575
Contoh soal :
Pengamatan dilakukan dengan interval
waktu 15 menit. Berapa PHF?
Jawaban :
Volume 1 jam = 550 + 600 + 625 + 525
= 2300 kend/jam
Maximum flow rate = 625 x 4
PHF = 2300/2500
= 0.92
PHF =
Volume 1 jam
Maksimum Flow Rate
Latihan
Waktu Volume ( kendaraan )
06.00-06.15 620
06.15-06.30 630
06.30-06.45 645
06.45-07.00 630
07.00-07.15 625
07.15-07.30 625
07.30-07.45 620
07.45-08.00 625
Pengamatan dilakukan dengan interval
waktu 15 menit. Berapa PHF?
Kepadatan/Kerapatan/Density (k)
• Kepadatan adalah jumlah kendaraan yang ada
dalam suatu ruas jalan (kendaraan/km atau
kendaraan/mil).
• Kepadatan tinggi menunjukkan jarak antar
kendaraan cukup dekat.
• Kepadatan rendah berarti jarak antar kendaraan
cukup jauh.
• Jam Density /Kepadatan Macet (kj)
Kepadatan (k) eksterm tinggi dapat menyebabkan
lalu lintas pada keadaan berhenti total. Kepadatan
pada keadaan ini disebut kepadatan macet
Rumus dari Kepadatan (k) :
dimana :
k = kerapatan (kend/km)
n = jumlah kendaraan pada lintasan
L = panjang lintasan
Kepadatan/Kerapatan/Density (k)
L
n
k =
Speed (kecepatan) = v
• Kecepatan adalah jarak per satuan waktu.
• Tiap kendaraan di jalan raya mempunyai kecepatan
yang berbeda.
• Karena begitu beragamnya kecepatan individual
dalam aliran lalu lintas, maka kita biasanya
menggunakan kecepatan rata-rata.
• Sehingga jika waktu tempuh t1, t2, t3,…..,tn diamati
unuk n kendaraan yang melalui suatu ruas jalan
sepanjang l, maka kecepatan tempuh rata-ratanya
adalah :
Kecepatan / Speed (v)
Dimana :
v = kecepatan tempuh rata-rata atau kecepatan rata-rata ruang (km/jam)
l = panjang ruas jalan (km)
ti = waktu tempuh dari kendaraan i untuk melalui panjang jalan l (jam)
n = jumlah waktu tempuh yang diamati
Kecepatan / Speed (v)
Kecepatan perjalanan rata-rata dapat dinyatakan
sebagai :
• Space Mean Speed (SMS)
kecepatan rata-rata dari semua kendaraan yang menempati
suatu segmen jalan pada waktu tertentu
Kecepatan / Speed (v)
dimana :
d = jarak (pengamatan )
n = jumlah kendaraan yang diamati
ti = waktu tempuh
• Time Mean Speed (TMS)
Kecepatan rata-rata semua kendaraan yang melewati sebuah
titik pada jalan pada waktu tertentu
dimana :
d = jarak (pengamatan )
n = jumlah kendaraan yang diamati
ti = waktu tempuh
SMS selalu lebih rendah dari TMS
Kecepatan / Speed (v)
Contoh Soal
Kendaraan No Jarak (d) WaktuTempuh (t) Kecepatan
1 80 1,8 44,44
2 80 2 40,00
3 80 1,9 42,11
 5,7  126,55
TMS = 126.55 /3 = 42.18
SMS = 80 / (5.7/3) = 42.11
Basic Measurements (TMS, SMS)
◼ Time mean speed (spot or instantaneous speed)
◼ Space mean speed (harmonic mean)
Basic Measurements (TMS, SMS)
CE 436_KSU_Prof.AlGadhi 14
6
Hubungan Antar Variabel
Hubungan antara peubah arus, kepadatan dan
kecepatan lalu lintas ditunjukkan dalam rumusan
berikut:
q = k.v
Dimana : q = flow (kend/jam)
v = speed (km/jam, mil/jam)
k = density (kend/km, kend/mil)
Hubungan Antar Variabel
Speed vs. Density
Density (veh/mile)
Speed
(mile/hr)
kj
Jam Density
vf
Free Flow Speed
Flow vs. Density
Density (veh/mile)
FLow
(veh/hr)
kj
Jam Density
Optimal flow,
capacity, qm
km
Optimal density
Uncongested Flow
Congested Flow
Speed vs. Flow
Speed vs. Flow
Flow (veh/hr)
Speed
(mph)
vf
Free Flow Speed
Optimal flow,
capacity, qm
Uncongested Flow
Congested Flow
vm
Speed vs. Flow vs. Density
Kurva hubungan antara kecepatan dan kepadatan, arus lalu lintas
dapat didefinikan sebagai berikut:
1. Arus bebas terjadi pada kepadatan lalu lintas rendah, dimana
kendaraan dapat dengan bebas memilih kecepatan.
2. Arus stabil terjadi pada volume yang meningkat dan
kecepatan berkurang karena pengemudi tidak bebas lagi
memilih kecepatannya mengingat kendaraan sudah saling
menghalangi.
3. Arus tidak stabil terjadi pada saat volume mencapai
kapasitasnya, pertambahan volume lalu litas dapat
mengurangi kecepatan rata-rata yang besar.
4. Arus dipaksakan terjadi pada saat lebih banyak kendaraan
yang mencoba memakai jalan.
Hubungan Antar Variabel
kecepatan
kecepatan
arus
arus
kepadatan
Terima Kasih

More Related Content

What's hot

Contoh perhitungan drainase perkotaan
Contoh perhitungan drainase perkotaanContoh perhitungan drainase perkotaan
Contoh perhitungan drainase perkotaanSyahrul Ilham
 
panduan penentuan klasifikasi fungsi jalan di wilayah perkotaan
 panduan penentuan klasifikasi fungsi jalan di wilayah perkotaan panduan penentuan klasifikasi fungsi jalan di wilayah perkotaan
panduan penentuan klasifikasi fungsi jalan di wilayah perkotaanDa' Chai
 
Contoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupContoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupEqi Arzaqi
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalJulia Maidar
 
Dasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanDasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanArtdian Hudaya
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongYahya M Aji
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDmuhamad ulul azmi
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp0187280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01Yosep Kristiawan
 
Soal uas geometrik jalan YPKP
Soal uas geometrik jalan YPKPSoal uas geometrik jalan YPKP
Soal uas geometrik jalan YPKPAsep Mulyadi
 
2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanahahmad fuadi
 
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanesPerkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanesrakesword
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYAAristo Amir
 
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseDasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseinfosanitasi
 
Sistem transportasi pertemuan ke 1
Sistem transportasi pertemuan ke 1Sistem transportasi pertemuan ke 1
Sistem transportasi pertemuan ke 1Lampung University
 
Analisa lalu lintas harian rata
Analisa lalu lintas harian rataAnalisa lalu lintas harian rata
Analisa lalu lintas harian rataPawanto Atmajaya
 
Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...
Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...
Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...Syukri Ghazali
 
06 GEOMETRIK JALAN (A1).pptx
06 GEOMETRIK JALAN (A1).pptx06 GEOMETRIK JALAN (A1).pptx
06 GEOMETRIK JALAN (A1).pptxIRWAN995695
 
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.Ganisa Elsina Salamena
 

What's hot (20)

Geometrik jalan presentasi
Geometrik jalan presentasiGeometrik jalan presentasi
Geometrik jalan presentasi
 
Contoh perhitungan drainase perkotaan
Contoh perhitungan drainase perkotaanContoh perhitungan drainase perkotaan
Contoh perhitungan drainase perkotaan
 
panduan penentuan klasifikasi fungsi jalan di wilayah perkotaan
 panduan penentuan klasifikasi fungsi jalan di wilayah perkotaan panduan penentuan klasifikasi fungsi jalan di wilayah perkotaan
panduan penentuan klasifikasi fungsi jalan di wilayah perkotaan
 
Contoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupContoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutup
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
 
Dasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanDasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalan
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp0187280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
 
Soal uas geometrik jalan YPKP
Soal uas geometrik jalan YPKPSoal uas geometrik jalan YPKP
Soal uas geometrik jalan YPKP
 
2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah2007 07-pekerjaan tanah
2007 07-pekerjaan tanah
 
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanesPerkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
 
Teknik Perkerasan Jalan
Teknik Perkerasan JalanTeknik Perkerasan Jalan
Teknik Perkerasan Jalan
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseDasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
 
Sistem transportasi pertemuan ke 1
Sistem transportasi pertemuan ke 1Sistem transportasi pertemuan ke 1
Sistem transportasi pertemuan ke 1
 
Analisa lalu lintas harian rata
Analisa lalu lintas harian rataAnalisa lalu lintas harian rata
Analisa lalu lintas harian rata
 
Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...
Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...
Pd t 05-2005-b - perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan meto...
 
06 GEOMETRIK JALAN (A1).pptx
06 GEOMETRIK JALAN (A1).pptx06 GEOMETRIK JALAN (A1).pptx
06 GEOMETRIK JALAN (A1).pptx
 
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
 

Similar to Sistem Jaringan Jalan dan Fungsinya

Tn 2012 sisjar fungsi status jalan
Tn 2012 sisjar fungsi status jalanTn 2012 sisjar fungsi status jalan
Tn 2012 sisjar fungsi status jalanHendro Widagdo
 
Tn 2012 sisjar fungsi status jalan
Tn 2012 sisjar fungsi status jalanTn 2012 sisjar fungsi status jalan
Tn 2012 sisjar fungsi status jalanhendro51
 
a57e2_6._UU_Jalan.ppt
a57e2_6._UU_Jalan.ppta57e2_6._UU_Jalan.ppt
a57e2_6._UU_Jalan.pptmelky28
 
Ekspose masterplan transportasi tangsel dishub
Ekspose masterplan transportasi tangsel dishubEkspose masterplan transportasi tangsel dishub
Ekspose masterplan transportasi tangsel dishubdwianto23
 
Arahan Ttg Fungsi Jalan.pptx
Arahan Ttg Fungsi Jalan.pptxArahan Ttg Fungsi Jalan.pptx
Arahan Ttg Fungsi Jalan.pptxMuhammadAswal
 
Aspek ekonomi tentang jalan
Aspek ekonomi tentang jalanAspek ekonomi tentang jalan
Aspek ekonomi tentang jalanRijal Poebe
 
Sistem Jaringan Jalan
Sistem Jaringan JalanSistem Jaringan Jalan
Sistem Jaringan Jalanindra aprian
 
01 Darmadji=Bhn Seminar Di Pu Samarinda082006
01 Darmadji=Bhn Seminar Di Pu Samarinda08200601 Darmadji=Bhn Seminar Di Pu Samarinda082006
01 Darmadji=Bhn Seminar Di Pu Samarinda082006guesteb3210c
 
Perancangan Geometrik Jalan - Jalan
Perancangan Geometrik Jalan - JalanPerancangan Geometrik Jalan - Jalan
Perancangan Geometrik Jalan - JalanOkitanawa Everrobert
 
Permen pu03 2012
Permen pu03 2012Permen pu03 2012
Permen pu03 2012samadbjb
 
02dasar2-geometrik-jalan.pptx
02dasar2-geometrik-jalan.pptx02dasar2-geometrik-jalan.pptx
02dasar2-geometrik-jalan.pptxIekORlando
 
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang JalanPeraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang JalanPenataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah no 34 tahun 2006 tentang jalan.pdf
Peraturan Pemerintah no 34 tahun 2006 tentang jalan.pdfPeraturan Pemerintah no 34 tahun 2006 tentang jalan.pdf
Peraturan Pemerintah no 34 tahun 2006 tentang jalan.pdfMuhammadAswal
 
Sistem informasi prasarana jalan
Sistem informasi prasarana jalanSistem informasi prasarana jalan
Sistem informasi prasarana jalanShahnaz Acrydiena
 
Kriteria pengendalian pemanfaatan ruang
Kriteria pengendalian pemanfaatan ruangKriteria pengendalian pemanfaatan ruang
Kriteria pengendalian pemanfaatan ruangRahmi Yunianti
 

Similar to Sistem Jaringan Jalan dan Fungsinya (20)

Tn 2012 sisjar fungsi status jalan
Tn 2012 sisjar fungsi status jalanTn 2012 sisjar fungsi status jalan
Tn 2012 sisjar fungsi status jalan
 
Tn 2012 sisjar fungsi status jalan
Tn 2012 sisjar fungsi status jalanTn 2012 sisjar fungsi status jalan
Tn 2012 sisjar fungsi status jalan
 
a57e2_6._UU_Jalan.ppt
a57e2_6._UU_Jalan.ppta57e2_6._UU_Jalan.ppt
a57e2_6._UU_Jalan.ppt
 
UU_Jalan.ppt
UU_Jalan.pptUU_Jalan.ppt
UU_Jalan.ppt
 
Ekspose masterplan transportasi tangsel dishub
Ekspose masterplan transportasi tangsel dishubEkspose masterplan transportasi tangsel dishub
Ekspose masterplan transportasi tangsel dishub
 
Arahan Ttg Fungsi Jalan.pptx
Arahan Ttg Fungsi Jalan.pptxArahan Ttg Fungsi Jalan.pptx
Arahan Ttg Fungsi Jalan.pptx
 
Aspek ekonomi tentang jalan
Aspek ekonomi tentang jalanAspek ekonomi tentang jalan
Aspek ekonomi tentang jalan
 
Sistem Jaringan Jalan
Sistem Jaringan JalanSistem Jaringan Jalan
Sistem Jaringan Jalan
 
02_pertemuan_2.ppt
02_pertemuan_2.ppt02_pertemuan_2.ppt
02_pertemuan_2.ppt
 
01 Darmadji=Bhn Seminar Di Pu Samarinda082006
01 Darmadji=Bhn Seminar Di Pu Samarinda08200601 Darmadji=Bhn Seminar Di Pu Samarinda082006
01 Darmadji=Bhn Seminar Di Pu Samarinda082006
 
Perancangan Geometrik Jalan - Jalan
Perancangan Geometrik Jalan - JalanPerancangan Geometrik Jalan - Jalan
Perancangan Geometrik Jalan - Jalan
 
Permen pu03 2012
Permen pu03 2012Permen pu03 2012
Permen pu03 2012
 
02dasar2-geometrik-jalan.pptx
02dasar2-geometrik-jalan.pptx02dasar2-geometrik-jalan.pptx
02dasar2-geometrik-jalan.pptx
 
Pp no 34_2006
Pp no 34_2006Pp no 34_2006
Pp no 34_2006
 
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang JalanPeraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
 
Peraturan Pemerintah no 34 tahun 2006 tentang jalan.pdf
Peraturan Pemerintah no 34 tahun 2006 tentang jalan.pdfPeraturan Pemerintah no 34 tahun 2006 tentang jalan.pdf
Peraturan Pemerintah no 34 tahun 2006 tentang jalan.pdf
 
Sistem informasi prasarana jalan
Sistem informasi prasarana jalanSistem informasi prasarana jalan
Sistem informasi prasarana jalan
 
1 pengantar perkerasan jalan
1 pengantar perkerasan jalan1 pengantar perkerasan jalan
1 pengantar perkerasan jalan
 
Kriteria pengendalian pemanfaatan ruang
Kriteria pengendalian pemanfaatan ruangKriteria pengendalian pemanfaatan ruang
Kriteria pengendalian pemanfaatan ruang
 
Pp34 06
Pp34 06Pp34 06
Pp34 06
 

Sistem Jaringan Jalan dan Fungsinya

  • 1. Modul ke: Fakultas Program Studi REKAYASA TRANSPORTASI Hirarki Jalan, Arus Lalu Lintas, Karakteristik dan Parameter Lalu Lintas Ir Widodo Budi Dermawan , MSCE Teknik Teknik Sipil 02
  • 2. Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan rekayasa dan manajemen Lalu lintas ✓PP No. 74 Tahun 2014 : Angkutan Jalan ✓PP No. 79 Tahun 2013 : Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ✓PP No. 32 Tahun 2011 : Tentang Management dan Rekayasa, Analisis Dampak Serta Management Kebutuhan Lalu Lintas. ✓PP No. 37 Tahun 2011 : Tentang Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan. ✓PP No. 72 Tahun 2009 : Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Peratuan Menteri yang berkaitan dengan rekayasa dan manajemen Lalu lintas ✓No. 96 Tahun 2015 Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas ✓No. 75 Tahun 2015 Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas ✓No. 26 Tahun 2014 Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ✓No. 13 Tahun 2014 Rambu Lalu Lintas UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ ✓Bab VI Jaringan Lalu Lintas dan angkutan Jalan ✓Bab IX Lalu lintas UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan Dasar Hukum Pengaturan Lalu Lintas
  • 3. UU No. 22 tahun 2009 Bertujuan : • Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain • Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa • Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat
  • 5. JALAN (dari UU-38/2004, tentang Jalan) Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. (pasal 1 ayat 4) SISTEM JARINGAN JALAN (dari UU-38/2004, tentang Jalan) Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis
  • 6. RTRW N/P/K/K SISTRANAS (Sistem Transportasi Nasional) Transportasi DARAT Transportasi UDARA Transportasi LAUT Moda KERETA API Moda JALAN RAYA Moda FERI & SUNGAI JARINGAN JALAN SISTEM JARINGAN JALAN (PROSES PENETAPAN)
  • 7. SISTEM JARINGAN JALAN (UU-38/2004 tentang Jalan) Pengelompokkan Jalan : (pasal 6) Menurut PERUNTUKANNYA → Jalan Umum dan Jalan Khusus Jalan Umum : • jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum; • jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status dan kelas. Jalan Khusus : • jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri; • jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan. yang dimaksud dengan jalan khusus, antara lain, adalah jalan di dalam kawasan pelabuhan, jalan kehutanan, jalan perkebunan, jalan inspeksi pengairan, jalan di kawasan industri, dan jalan di kawasan permukiman yang belum diserahkan kepada pemerintah.
  • 8. 1. Menurut SISTEM (pasal 7) : - Sistem Primer - Sistem Sekunder 2. Menurut FUNGSI (pasal 8) : - Jalan Arteri - Jalan Kolektor - Jalan Lokal - Jalan Lingkungan 3. Menurut STATUS (pasal 9) : - Jalan Nasional - Jalan Provinsi - Jalan Kabupaten - Jalan Kota - Jalan Desa 4. Menurut KELAS (pasal 10) : - Jalan Bebas Hambatan (freeway) - Jalan Raya (highway) - Jalan Sedang (road) - Jalan Kecil (street) Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan Pengelompokkan Jalan (Jalan Umum) SISTEM JARINGAN JALAN (UU-38/2004 tentang Jalan)
  • 9. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa di dalam kawasan perkotaan. Yang dimaksud dengan kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta kegiatan ekonomi. Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan bersifat menerus yang memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk ke dalam kawasan perkotaan. Pusat-pusat kegiatan adalah kawasan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan nasional, wilayah, dan lokal SISTEM JARINGAN JALAN (UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Sistem)
  • 10. SISTEM JARINGAN JALAN (UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Fungsi) KRITERIA ARTERI KOLEKTOR LOKAL Angkutan yang dilayani Jarak Perjalanan Kecepatan Rata-rata Jumlah jalan masuk Simpul yang dihubungkan Utama Jauh Tinggi Dibatasi Pengumpul Sedang a. antar-PKN, b. antara PKN dan PKW, dan/atau c. PKN dan/atau PKW dengan bandar udara pusat pelayanan skala primer/sekunder/tersier *) dan pelabuhan laut internasional/nasional. Setempat Dekat Tidak Dibatasi Rendah Dibatasi Sedang a. ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan. b. antar ibukota kecamatan. c. ibukota kabupaten dengan PKL. d. antar-PKL. a. antar-PKW, dan b. Antara PKW dan PKL. *) Bandara di Ibu Kota Provinsi
  • 11. FUNGSI MOBILITAS FUNGSI AKSESIBILITAS JALAN ARTERI JALAN KOLEKTOR JALAN LOKAL LALULINTAS UTAMA TRANSISI DISTRIBUSI KOLEKSI AKSES FUNGSI MOBILITAS FUNGSI AKSESIBILITAS JALAN ARTERI JALAN KOLEKTOR JALAN LOKAL LALULINTAS UTAMA TRANSISI DISTRIBUSI KOLEKSI AKSES ▪ Klasifikasi fungsi jalan pada dasarnya dilakukan dengan alasan bahwa fungsi aksesibilitas ruang dan mobilitas/lalulintas tidak dapat diperankan secara sempurna oleh satu ruas jalan yang sama. ▪ Suatu ruas yang mempunyai fungsi akses ruang yang tinggi akan mempunyai fungsi mobilitas /lalulintas rendah, sebaliknya suatu ruas yang mempunyai fungsi mobilitas tinggi akan mempunyai fungsi akses yang rendah. Klasifikasi Fungsi Jalan diperlukan karena : Ketebalan garis menunjukkan besaran lalu lintas MOBILITAS AKSEBILITAS Lalu lintas utama transisi distribusi koleksi akses JALAN LOKAL JALAN KOLEKTOR JALAN ARTERI SISTEM JARINGAN JALAN (UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Fungsi)
  • 12. MATRIKS HUBUNGAN ANTARA SIMPUL DAN FUNGSI JALAN (Dalam Sistem Jaringan Primer) ( UU-38 / 2004 + PP-34/2006, tentang Jalan dan PP-26/2008 tentang RTRWN) SIMPUL PKN Strategis Nasional Strategis Nasional Strategis Nasional Strategis Nasional Strategis Nasional Strategis Nasional Strategis Nasional Strategis Nasional Strategis Nasional Strategis Nasional PKW (i.k. Prov.) Strategis Nasional Strategis Nasional Strategis Nasional PKW (i.k. Kab.) PKL Bandara P/S/T *) PKSN Pelabuhan Nas./Int. PKN PKW (i.k. Prov.) PKW (i.k. Kab.) PKL Bandara P/S/T *) Pelabuhan Nas./Int. PKSN Arteri Arteri Arteri Arteri Arteri Arteri Arteri Arteri Arteri Arteri Arteri Arteri Arteri Arteri Arteri Arteri Arteri Kolektor-1 Kolektor-2 Kolektor-4 Kolektor-2 Lokal Kolektor-4 Kolektor-4 Kolektor-4 Kolektor-3 Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal - - - - Keterangan : - i.k. Prov. : ibukota provinsi - i.k. Kab. : ibukota kabupaten - Bandara Primer : Badar Udara penyebaran primer/sekunder/tersier. *) - Pelabuhan Nas/Int.: Pelabuhan laut Nasional/Internasional
  • 13. 13 JALAN KOLEKTOR PRIMER (JKP) PKL JALAN LOKAL PRIMER JALAN LINGKUNGAN PRIMER (JLP) JALAN LOKAL PRIMER JALAN LOKAL PRIMER JALAN LOKAL PRIMER (JLP) JALAN LOKAL PRIMER (JLP) JALAN KOLEKTOR PRIMER (JKP) JALAN KOLEKTOR PRIMER (JKP) JALAN ARTERI PRIMER (JAP) JALAN ARTERI PRIMER (JAP) JALAN ARTERI PRIMER (JAP) PKW PKW PKN Persil PK Lingkungan PKL PKN SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER PKN = Pusat Kegiatan Nasional (Kota Jenjang 1) PKW = Pusat Kegiatan Wilayah (Kota Jenjang 2) PKL = Pusat Kegiatan Lokal (Kota Jenjang 3)
  • 14. MATRIKS HUBUNGAN ANTARA SIMPUL DAN FUNGSI JALAN (Dalam Sistem Jaringan Sekunder) ( F1 ) (F2.3) (F2.2) Sekunder Kawasan Primer (F2.1) Primer (F1) Sekunder I (F2.1) Perumahan - Arteri - - - Lokal Kolektor Kolektor Arteri Lokal - - - Lokal Lokal Lokal Lokal Lingkungan I II III Sekunder II (F2.2) Sekunder III (F2.3) Arteri Kolektor - Arteri Arteri Lokal Perumahan -
  • 15. 15 SISTEM JARINGAN JALAN SEKUNDER JALAN ARTERI SEKUNDER (JAS) F1 Kawasan Primer JALAN ARTERI SEKUNDER (JAS) F2,1 Kawasan Sekunder I JALAN ARTERI SEKUNDER (JAS) F2,1 Kawasan Sekunder I JALAN ARTERI SEKUNDER (JAS) F2,2 Kawasan Sekunder II JALAN KOLEKTOR SEKUNDER (JKS) JALAN ARTERI SEKUNDER (JAS) F2,2 Kawasan Sekunder II JALAN KOLEKTOR SEKUNDER (JKS) F2,3 Kawasan Sekunde r III JALAN LOKAL SEKUNDER (JLS) F2,3 Kawasan Sekunde r III Perumahan Perumahan JALAN LINGKUNGAN SEKUNDER (JLS) JALAN LOKAL SEKUNDER (JLS) JALAN LOKAL SEKUNDER (JLS) JALAN LOKAL SEKUNDER (JLS)
  • 16. Bandar Udara Pergudangan Kawasan Industri Terminal Angkutan Barang Kawasan Perdagangan Regional Pelabuhan & Pergudangan Perumahan Kawasan Sekunder Kawasan Primer Batas Perkotaan Jaringan Jalan Primer Jalan Arteri Sekunder Jalan Kolektor Sekunder Jalan Lokal Sekunder Jalan Lingkungan Sekunder SKETSA HIPOTESIS HIRARKI JALAN PERKOTAAN
  • 17. SISTEM J ARINGAN JALAN (UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Status) Jalan Nasional terdiri atas : a. Jalan arteri primer b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi c. Jalan tol dan d. Jalan strategis nasional. Yang dimaksud dengan jalan strategis nasional adalah jalan yang melayani kepentingan nasional atas dasar kriteria strategis yaitu: 1. mempunyai peranan membina kesatuan dan keutuhan nasional, 2. melayani daerah-daerah rawan, 3. bagian dari jalan lintas regional atau lintas internasional, 4. melayani perbatasan antar negara, serta 5. dalam rangka pertahanan dan keamanan.
  • 18. SISTEM J ARINGAN JALAN (UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Status) Jalan Provinsi terdiri atas : a. Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten / kota c. Jalan strategis provinsi dan d. Jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Yang dimaksud dengan jalan strategis provinsi adalah jalan yang diprioritaskan untuk melayani kepentingan provinsi berdasarkan pertimbangan untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan keamanan provinsi.
  • 19. SISTEM J ARINGAN JALAN (UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Status) Jalan kabupaten terdiri atas : a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi b. Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antaribukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antardesa; c. Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder dalam kota d. Jalan strategis kabupaten Yang dimaksud dengan jalan strategis kabupaten adalah jalan yang diprioritaskan untuk melayani kepentingan kabupaten berdasarkan pertimbangan untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan keamanan kabupaten.
  • 20. SISTEM J ARINGAN JALAN (UU-38/2004 tentang Jalan - Menurut Status) Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekunder di dalam kota. Jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk jalan kabupaten di dalam kawasan perdesaan, dan merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman
  • 21. Jumlah kendaraan yang melintasi suatu titik pada ruas jalan tertentu pada interval waktu tertentu dan diukur dalam satuan kendaraan persatuan waktu tertentu. Arus Lalu Lintas (traffic flow)
  • 22. Jenis Arus Lalu Lintas Arus Lalu Lintas Tidak Terganggu (Uninterrupted flow) • Suatu kondisi arus lalu lintas yang tidak mengalami gangguan karena faktor dari luar. • Dalam hal ini biasanya terjadi pada jalan bebas hambatan (jalan tol) yang fasilitas akses keluar masuknya sangat dibatasi serta tidak terdapat lampu lalu lintas, rambu STOP maupun YIELD, atau pertemuan sebidang yang akan mengganggu. Arus Lalu Lintas Terganggu (Interrupted flow)
  • 23. Makroskopis Arus lalu lintas secara makroskopis merupakan suatu parameter secara keseluruhan dalam suatu lalu lintas yang dapat digambarkan dengan 3 parameter, yaitu ▪ Kecepatan rata-rata (average speeds), v ▪ Tingkat arus (flow rates)/volume, q ▪ Tingkat kepadatan/kerapatan (density rates), k Mikroskopis Merupakan parameter perilaku dari kendaraan secara sendiri di dalam lalu lintas dan dengan lainnya ▪ Headway, gap (detik) ▪ Clearance, spacing (meter) Parameter Arus Lalu Lintas
  • 24. Karakteristik Arus Lalu Lintas • Headway (h) • Gap (g) • Spacing (s) • Clearance (c) • Volume Lalu Lintas (q) • Kepadatan/Density (k) • Kecepatan/Speed (v) Mikroskopis Makroskopis
  • 25. adalah waktu (detik) antara kedatangan satu kendaraan dengan kendaraan berikutnya pada suatu titik tinjau contoh : headway bus/transit, kereta LRT, MRT titik tinjau Headway/Waktu Antara (h)
  • 26. Gap (g) adalah waktu (detik) antara keberangkatan kendaraan pertama (bumper belakang) dengan kedatangan kendaraan kedua (bumper depan) pada suatu titik tinjau (rear to front).
  • 27. Spacing/Jarak Antara (s) adalah jarak fisik (m) antara bumper depan kendaraan yang berturutan.
  • 28. Clearance (c) adalah jarak (m, ft) antara bumper belakang kendaraan pertama dengan bumper depan kendaraan berikutnya
  • 29. Time Space Diagram Time Distance 0 t2 t5 t6 h3-4 s2-3 Time Space Diagram dsiebut juga Diagram Trayektori Pergerakan Kendaraan Data-data hasil survey diplot pada suatu diagram trayektori dengan menggunakan hubungan antara panjang jarak dan waktu tempuh perjalanan sebagaimana pada gambar berikut
  • 30. • Adalah jumlah kendaraan yang melewati satu titik tinjau selama suatu perioda waktu. • Biasanya volume langsung dikonversikan ke arus/flow (q) sebagai parameter yang lebih berarti. • Flow adalah laju kendaraan yang melewati satu titik ( kendaraan per jam). Jumlah kendaraan yang melewati satu titik selama 15 menit disebut volume 15 menit. Volume 15 menit dapat dikonversi menjadi flow dengan mengalikan empat. Bila volume 15 menit sebesar 100 mobil, maka flow adalah 100 x 4 = 400 kendaraan/jam. Volume Lalu Lintas (q)
  • 31. Rumus untuk Volume : dimana : q = volume T = interval waktu pengamatan n = jumlah kendaraan yang melewati titik pengamatan T n q = Volume Lalu Lintas
  • 32. Volume Lalu Lintas Rate of Flow atau Flow Rate adalah volume yang diperoleh dari pengamatan yang lebih kecil dari satu jam, akan tetapi kemudian dikonversikan menjadi volume 1 jam secara linear. Contoh q60 = 4 x q15 Maximum Flow Rate Volume dalam jangka waktu 15 menit yang paling tinggi kemudian di konversikan menjadi volume 1 jam.
  • 33. Waktu Volume ( kendaraan ) 06.00-06.15 200 06.15-06.30 250 06.30-06.45 250 06.45-07.00 300 07.00-07.15 325 07.15-07.30 350 07.30-07.45 325 07.45-08.00 325 Volume Lalu Lintas Maximum Flow Rate : 350 X 4 = 1400 kend/jam
  • 34. Volume Lalu Lintas Faktor Jam Sibuk /Peak Hour Factor (PHF) adalah perbandingan volume satu jam penuh dengan puncak dari flow rate pada jam tersebut, sehingga PHF dapat dihitung dengan rumus berikut : Volume 1 jam Maksimum Flow Rate PHF =
  • 35. Volume Lalu Lintas Waktu Volume ( kendaraan ) 06.00-06.15 400 06.15-06.30 450 06.30-06.45 550 06.45-07.00 600 07.00-07.15 625 07.15-07.30 525 07.30-07.45 475 07.45-08.00 575 Contoh soal : Pengamatan dilakukan dengan interval waktu 15 menit. Berapa PHF? Jawaban : Volume 1 jam = 550 + 600 + 625 + 525 = 2300 kend/jam Maximum flow rate = 625 x 4 PHF = 2300/2500 = 0.92 PHF = Volume 1 jam Maksimum Flow Rate
  • 36. Latihan Waktu Volume ( kendaraan ) 06.00-06.15 620 06.15-06.30 630 06.30-06.45 645 06.45-07.00 630 07.00-07.15 625 07.15-07.30 625 07.30-07.45 620 07.45-08.00 625 Pengamatan dilakukan dengan interval waktu 15 menit. Berapa PHF?
  • 37. Kepadatan/Kerapatan/Density (k) • Kepadatan adalah jumlah kendaraan yang ada dalam suatu ruas jalan (kendaraan/km atau kendaraan/mil). • Kepadatan tinggi menunjukkan jarak antar kendaraan cukup dekat. • Kepadatan rendah berarti jarak antar kendaraan cukup jauh. • Jam Density /Kepadatan Macet (kj) Kepadatan (k) eksterm tinggi dapat menyebabkan lalu lintas pada keadaan berhenti total. Kepadatan pada keadaan ini disebut kepadatan macet
  • 38. Rumus dari Kepadatan (k) : dimana : k = kerapatan (kend/km) n = jumlah kendaraan pada lintasan L = panjang lintasan Kepadatan/Kerapatan/Density (k) L n k =
  • 39. Speed (kecepatan) = v • Kecepatan adalah jarak per satuan waktu. • Tiap kendaraan di jalan raya mempunyai kecepatan yang berbeda. • Karena begitu beragamnya kecepatan individual dalam aliran lalu lintas, maka kita biasanya menggunakan kecepatan rata-rata. • Sehingga jika waktu tempuh t1, t2, t3,…..,tn diamati unuk n kendaraan yang melalui suatu ruas jalan sepanjang l, maka kecepatan tempuh rata-ratanya adalah : Kecepatan / Speed (v)
  • 40. Dimana : v = kecepatan tempuh rata-rata atau kecepatan rata-rata ruang (km/jam) l = panjang ruas jalan (km) ti = waktu tempuh dari kendaraan i untuk melalui panjang jalan l (jam) n = jumlah waktu tempuh yang diamati Kecepatan / Speed (v)
  • 41. Kecepatan perjalanan rata-rata dapat dinyatakan sebagai : • Space Mean Speed (SMS) kecepatan rata-rata dari semua kendaraan yang menempati suatu segmen jalan pada waktu tertentu Kecepatan / Speed (v) dimana : d = jarak (pengamatan ) n = jumlah kendaraan yang diamati ti = waktu tempuh
  • 42. • Time Mean Speed (TMS) Kecepatan rata-rata semua kendaraan yang melewati sebuah titik pada jalan pada waktu tertentu dimana : d = jarak (pengamatan ) n = jumlah kendaraan yang diamati ti = waktu tempuh
  • 43. SMS selalu lebih rendah dari TMS Kecepatan / Speed (v)
  • 44. Contoh Soal Kendaraan No Jarak (d) WaktuTempuh (t) Kecepatan 1 80 1,8 44,44 2 80 2 40,00 3 80 1,9 42,11  5,7  126,55 TMS = 126.55 /3 = 42.18 SMS = 80 / (5.7/3) = 42.11
  • 45. Basic Measurements (TMS, SMS) ◼ Time mean speed (spot or instantaneous speed)
  • 46. ◼ Space mean speed (harmonic mean) Basic Measurements (TMS, SMS) CE 436_KSU_Prof.AlGadhi 14 6
  • 47. Hubungan Antar Variabel Hubungan antara peubah arus, kepadatan dan kecepatan lalu lintas ditunjukkan dalam rumusan berikut: q = k.v Dimana : q = flow (kend/jam) v = speed (km/jam, mil/jam) k = density (kend/km, kend/mil)
  • 49. Speed vs. Density Density (veh/mile) Speed (mile/hr) kj Jam Density vf Free Flow Speed
  • 50. Flow vs. Density Density (veh/mile) FLow (veh/hr) kj Jam Density Optimal flow, capacity, qm km Optimal density Uncongested Flow Congested Flow
  • 52. Speed vs. Flow Flow (veh/hr) Speed (mph) vf Free Flow Speed Optimal flow, capacity, qm Uncongested Flow Congested Flow vm
  • 53. Speed vs. Flow vs. Density Kurva hubungan antara kecepatan dan kepadatan, arus lalu lintas dapat didefinikan sebagai berikut: 1. Arus bebas terjadi pada kepadatan lalu lintas rendah, dimana kendaraan dapat dengan bebas memilih kecepatan. 2. Arus stabil terjadi pada volume yang meningkat dan kecepatan berkurang karena pengemudi tidak bebas lagi memilih kecepatannya mengingat kendaraan sudah saling menghalangi. 3. Arus tidak stabil terjadi pada saat volume mencapai kapasitasnya, pertambahan volume lalu litas dapat mengurangi kecepatan rata-rata yang besar. 4. Arus dipaksakan terjadi pada saat lebih banyak kendaraan yang mencoba memakai jalan.