BPUPKI dibentuk oleh pemerintah Jepang pada 29 April 1945 untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia dalam mempertahankan sisa kekuasaannya. Sidang pertama BPUPKI diadakan pada 28-1 Juni 1945, dimana Ir. Soekarno mengusulkan 5 asas Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yaitu: kebangsaan Indonesia, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebij
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MAKALAH PKN KELOMPOK 3 MATERI 1 IE-B
1. MAKALAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“Pembentukan BPUPKI, PPKI, dan Panitia Sembilan”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Bakhrul Huda, M.E.I
Disusun oleh:
1. Anita Dewi Anggraini (G91219064)
2. Cindy Aprilia Palupi (G71219037)
3. Firsa Asha Sabita (G71219045)
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
FEBRUARI, 2020
2. i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan cepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca supaya makalah ini nantinya akan menjadi makalah yang lebih
baik lagi.
Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penyusun sendiri dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya.
Surabaya, 27 Februari 2020
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
A. Sejarah pembentukan BPUPKI ................................................................................................... 3
1. Sidang Pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945)...................................................................... 4
2. Sidang Kedua BPUPKI (10-17 Juli 1945)............................................................................. 10
3. Anggota–Anggota BPUPKI .................................................................................................. 11
4. Tugas BPUPKI...................................................................................................................... 12
5. Fungsi BPUPKI..................................................................................................................... 12
6. Tujuan BPUPKI .................................................................................................................... 12
B. Sejarah Pembentukan Panitia Kecil........................................................................................... 13
C. Sejarah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) ...................................................... 16
1. Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)................................................. 17
2. Tugas Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)..................................................... 18
3. Peristiwa Rengasdengklok .................................................................................................... 18
4. Perumusan Teks Proklamasi.................................................................................................. 20
5. Proklamasi Berkumandang.................................................................................................... 21
BAB III.................................................................................................................................................. 23
PENUTUP............................................................................................................................................. 23
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 23
B. Saran.......................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................ 25
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama jaman pendudukan Jepang, pemipin–pemimpin Pergerakan Nasional
Indonesia memutuskan untuk melakukan kerja sama dengan resim asing yang menguasai
negeri kita pada waktu itu, sementara sekaligus mempersiapkan rakyat guna merebut dan
mempertahankan kemerdekaan apabila saatnya tiba. Sesuai dengan keputusan itu,
sebagian besar daripada pemimpin –pemimpin Pergerakan Nasional dibawah pimpinan 2
orang tokoh kawakan yaitu Ir. Soekarno dan Moh. Hatta bergerak di dalam rangka
pemerintahan militer Jepang sejak tahun 1942 hingga tahun 1945.
Mula–mula Pergerakan Nasional Indonesia praktis dibekukan sama sekali, bendera
Merah Putih dilarang berkibar dan lagu Indonesia Raya tidak boleh dinyanyikan.
Tindakan–tindakan itu diambil segera setelah kekuasaan Jepang terkonsolidasi menyusuli
menyerahnya Angkatan Perang Belanda dan Sekutu di Kalijati pada tanggal 8 Maret
1942. Tetapi pada akhir tahun 1942 perang kilat Angkatan Perang Jepang di seluruh
daerah Pasifik telah dapat dihentikan oleh Angkatan Perang Sekutu dan pihak Jepang
mulai beralih kepada strategi defensif. Pada tahun 1943, situasi mereka semakin lama,
semakin memburuk, karena pasukan–pasukannya pada umumnya terdesak di semua front,
sedangkan “man power” nya sudah habis. Dalam keadaan demikian, terpaksa pihak
Jepang merangkul rakyat–rakyat Asia yang mereka duduki negerinya dengan menjanjikan
“kemerdekaan” kepada mereka. Meskipun “kemerdekaan” berada di dalam “lingkungan
kemakmuran bersama di Asia Timur Raya di bawah pimpinan Dai Nippon”. Sesuai
dengan garis kebijaksanaan tersebut, beberapa bangsa Asia yang tadinya terjajah,
memperoleh “kemerdekaan” dari tangan Jepang.
Dalam rangka janji “kemerdekaan” tersebut pihak Jepang memberikan keleluasaan
bergerak yang agak banyak kepada pemimpin–pemimpin Pergerakan Nasional Indonesia.
Dan pada akhirnya, pada bulan Mei 1945, dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha–Usaha Panitia Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsi Zunbi Coosakai. Ketua
BPUPKI adalah Dr. K. R. T. Radjiman Wedyodiningrat dengan R.P Soeroso dan seorang
5. 2
Jepang yang bernama Ichibangase selaku wakil–wakil ketua. Jumlah anggotanya adalah
60 orang termasuk didalamnya Ir. Soekarno dan Mr. Moh.Yamin1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pembentukan BPUPKI?
2. Bagaimana sejarah pembentukan panitia 9?
3. Bagaimana sejarah pembentukan PPKI?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan sejarah pembentukan BPUPKI
2. Untuk menjelaskan sejarah pembentukan panitia 9
3. Untuk menjelaskan sejarah pembentukan PPKI
1
Nugroho Notosutanto. Nakah Proklamasi Yang Otentik dan Rumusan Pancasila Yang Otentik. PN Balai
Pustaka. (Jakarta : 1979). Hal 18
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah pembentukan BPUPKI
Pada tanggal 30 April, satu hari setelah diumumkan susunan anggota – anggota
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha - Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau
Dokuritsu Zunbi Coosakai. Orang – orang Jepang yang mengepalai biro – biro dari bagian
operasi umum yang mempunyai wewenang atas persoalan kemerdekaan Indonesia,
bertemu di Singapura. Dan disana, untuk pertama kalinya Nishimura yang mewakili
Tentara ke 16, dengan sangat mendesak mengatakan bahwa “tidak ada jalan lain untuk
memperoleh kepercayaan rakyat kecuali menepati janji kemerdekaan. Dengan ini, maka
berakhirlah periode siasat mengulur – ulur waktu dan kegiatan kaum nasionalis yang sejak
25 April sudah dapat menerbitkan jurnal mereka sendiri, tidak lagi dibatasi sebelumnya.
Dan dapat dipastikan bahwa Ir. Soekarno telah menyusun pidatonya yang kelak akan
menjadi dasar negara baru Indonesia. Yang dimaksud adalah pidatonya mengenai
Pancasila, “kelima prinsip dasar” negara Indonesia atau Waltanchauung Indonesia2
.
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau dalam bahasa
Jepang disebut Dookoritsu Junbi Coosakai adalah suatu badan bentukan pemerintah
Jepang pada masa penjajahan di Indonesia. BPUPKI dibentuk pada 29 April 1945 dan
bertujuan untuk mendapatkan dukungan bangsa Indonesia dengan memberikan janji akan
membantu proses terealisasikannya kemerdekaan Indonesia. BPUPKI diketuai oleh Dr.
Radjiman Wedyodiningrat.
Upacara peresmian BPUPKI dilangsungkan di gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon
(Sekarang gedung Departemen Luar Negeri), Jakarta, pada tanggal 28 mei 1945. Upacara
peresmian BPUPKI itu juga dihadiri oleh dua orang pejabat Jepang, yaitu Jendral Itagaki
dan Letnan Jendral Nagano. Pada upacara itu bendera jepang dikibarkan oleh Mr. A. G.
Pringgodigdo, kemudian pengibaran bendera merah putih oleh Royohiko Masuda.
Latar belakang pembentukan BPUPKI secara tertulis termuat dalam Maklumat
Gunseikan nomor 23 tanggal 29 Mei 1945. Sebab dikeluarnya Maklumat No. 23 itu
adalah karena kedudukan Jepang yang sudah semakin terancam pada perang melawan
sekutu. Sehingga dapat dikatakan kebijaksanaan Pemerintah Jepang sesungguhnya dengan
membentuk BPUPKI bukanlah atas kebaikan hati yang murni, tetapi Jepang ingin
2
Bernhard Dahm. Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan. LP3ES. (Jakarta : 1987). Hal 358
7. 4
memikat hati rakyat Indonesia untuk mempertahankan sisa-sisa kekuatannya3
Selain itu
juga untuk melaksanakan politik kolonialnya.
1. Sidang Pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945)
Sidang pertama BPUPKI diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6
Jakarta (sekarang gedung Pancasila). Sidang dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan
pembahasan dimulai pada tanggal 29 Mei 1945. Ada tiga puluh tiga pembicara pada
sidang pertama yang membahas perumusan dasar negara Indonesia ini. Adapun tokoh-
tokoh yang menyumbangkan pendapat tentang usulan dasar negara, antara lain: Mr.
Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
1) Mr. Mohammad Yamin (29 Mei 1945)
Moh. Yamin mengusulkan dasar negara dalam pidato singkatnya pada sidang hari
pertama, yaitu:
1) Peri Kebangsaan.
2) Peri Kemanusiaan.
3) Peri Ketuhanan.
4) Peri Kerakyatan.
5) Kesejahteraan Rakyat.
Moh. Yamin juga menyampaikan usulan rumusan 5 dasar secara tertulis, yaitu:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3) Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab.
4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia4
3
Daniel Dhakidae. Soekarno Membongkar Sisi – Sisi Hidup Putra Sang Fajar. PT Kompas Media Nusantara.
(Jakarta : 2013). Hal 28
4
Ibid.
8. 5
2) Mr. Soepomo (31 Mei 1945)
Dalam penyampaian pendapatnya, Mr. Soepomo menerangkan 3 teori tentang
negara, yaitu:
1) Negara individualistik, yaitu negara yang disusun dengan mengutamakan
kepentingan individu sebagaimana yang diajarkan oleh Thomas Hobbes, John
Locke, Jean Jacques Rousseau, Hebert Spencer, dan H. J. Laski.
2) Negara golongan (class theori), yaitu negara yang terdiri atas golongan yang
diajarkan Marx, Engels, dan Lenin.
3) Negara Integralistik, yaitu negara yang tidak memihak pada golongan-golongan
tertentu, tetapi berdiri di atas kepentingan bersama sebagaimana diajarkan oleh
Spinoza, Adam Muller, dan Hegel.
Mr. Soepomo mengusulkan negara integralistik (negara persatuan) diterapkan
pada negara Indonesia, yaitu negara satu untuk semua orang. Sementara itu, rumusan
dasar negara yang dikemukakan oleh Mr. Soepomo antara lain:5
1) Persatuan.
2) Kekeluargaan.
3) Keseimbangan lahir batin
4) Musyawarah
5) Keadilan rakyat.6
3) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Pada tanggal 1 Juni 1945, hari terakhir sidang pertama BPUPKI yang dimulai
tanggal 28 Mei. Pidato ini benar – benar puncak sidang dan dampaknya ke- 62
anggota yang mewakili semua lapisan masyarakat. Dalam pidatonya itu, Ir. Soekarno
mengatakan bahwa negara Indonesia yang akan dibentuk nanti, akan didasarkan atas 5
asas :
1) Kebangsaan Indonesia
Baik saudara–saudara yang bernama kaum kebangsaan yang disini, maupun
saudara–saudara yang dinamakan kaum Islam semuanya telah mufakat. Kita
hendak mendirikan suatu negara “semua buat semua”. Bukan buat satu orang,
bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya
5
Nugroho Notosutanto. Nakah Proklamasi Yang Otentik dan Rumusan Pancasila Yang Otentik. PN
Balai Pustaka. (Jakarta : Tahun 1979). Hal 19
6
Daniel Dhakidae. Soekarno Membongkar Sisi – Sisi Hidup Putra Sang Fajar. PT Kompas Media Nusantara.
(Jakarta : 2013). Hal 24
9. 6
tetapi “semua buat semua”. “Dasar pertama yang baik dijadikan dasar Negara
Indonesia ialah dasar kebangsaan”. Kebangsaan yang kita anjurkan bukan
kebangsaan yang menyendiri, bukan chauvinism. Kita harus menuju persatuan
dunia, persaudaraan dunia Kita bukan saja harus mendirikan Negara Indonesia
merdeka, tetapi kita harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa–bangsa.
2) Prinsip Internasionalisme
Prinsip Internasionalisme harus berjiwa gotong royong (yang berperi
kemanusiaan dan berperikeadilan), bukan internasionalisme yang menjajah dan
eksploitatif
3) Mufakat atau Demokrasi
Dasar itu ialah dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan. Kita
mendirikan negara “semua buat semua”, satu buat semua, semua buat satu. Saya
yakin, bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya Negara Indonesia ialah
permusyawaratan, perwakilan. Apa – apa yang belum memuaskan, kita bicarakan
di dalam permusyawaratan.
4) Kesejahteraan Sosial
Kalau kita mencari demokrasi, hendaknya bukan demokrasi Barat, tetapi
permusyawaratan yang memberi hidup yakni politiek economische democratie
yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, jika memang
kita betul-betul mengerti, mengingat, mencintai rakyar Indonesia, marilah kita
terima prinsip hal sociale rechtvaardigheid yaitu bukan saja persamaan politiek.
Tetapi di atas lapangan ekonomi kita harus mengadakan persamaan artinya
kesejahteraan bersama–sama yang sebaik–baiknya.
5) Ketuhanan yang Berkebudayaan
Prinsip Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
bahwa prinsip kelima daripada negara kita ialah Ketuhanan yang Berkebudayaan,
Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, Ketuhanan yang hormat–menghormati satu
sama lain. 7
Kelima prinsip itu disebut dengan Panca Sila. Istilah “Panca” artinya lima dan “Sila”
artinya azas atau dasar. Urutan kelima sila disebut urutan Sequential bukan urutan
prioritas. Bahwa dalam suatu majelis yang terdiri keragaman elemen, seruan kea rah titik
persetujuan itu harus dimulai dengan mengangkat keragaman itu ke dalam sutu kode
7
Situmorang Jonar. Bung Karno Biografi Putra Sang Fajar. Ar-Ruzz Media. (Yogyakarta: 2015) hal 24
10. 7
komunitas politik bersama yaitu entitas kebangsaan, tetapi tidak lantas berarti sila – sila
berikutnya merupakan derivasi dari sila kebangsaan. Masing – masing sila Pancasila
merupakan satu kesatuan integral yang saling mengandaikan dan saling mengunci.
Dengan kata lain, dasar dari semua sila Pancasila adalah gotong royong8
Argumen–argumen dan gagasan – gagasan yang diuraikan oleh Ir. Soekarno akan
dibahas sebentar lagi. Disini hanya perlu dicatat, bahwa pidato itu tidak menyiratkan
tentangan terhadap dominasi Jepang, seperti yang dengan sangat mudah disimpulkan dari
catatan–catatan pengantar kata editor - editor Indonesia dalam berbagai edisi yang
kemudian dari pidato itu, yang semuanya menandaskan adanya “sensor yang ketat” dan
“kontras yang menyolok dengan semangat dan sifat zaman itu” melainkan sesuai dengan
keinginan dan maksud yang jelas dari orang–orang yang jelas dari orang–orang Jepang,
yang mengharap bahwa justru karena itu panitia akan terlibat dalam perdebatan yang
sengit sehingga akan mengulur – ngulur waktu. Tetapi berkat peran yang dimainkan oleh
Ir. Soekarno dalam sidang–sidang, yang dapat mengatasi itu semua, harapan Jepang itu
tidak kesampaian.
Setelah BPUPKI mengadakan sidang yang pertama yang terbatas pada pokok–pokok
persoalan yang lebih bersifat umum, diusulkan agar ke-62 anggota membicarakan secara
mendetail di daerah masing–masing tema–tema berikut ini, untuk kemudian diambil
resolusi–resolusi dalam sidang berikutnya: 9
a. Bentuk Pemerintah negara yang didirikan
b. Wilayah
c. Masalah Kebangsaan
d. Kebijaksanaan Ekonomi dan Keuangan
e. Pertahanan
f. Pendidikan
g. Rancangan UUD
h. Tempat agama dalam negara
8
Ibid
9
Mavis Rose. Indonesia Merdeka Biografi Poilitik Mohammad Hatta. PT Gramedia Pustaka Utama (Jakarta:
1991). Hal 180
11. 8
Pernyataan yang diberikan oleh Ichibangase, orang Jepang yang menjabat wakil ketua
BPUPKI, dalam bulan November 1945, menunjukkan bahwa pihak Jepang percaya tema–
tema itu akan menimbulkan cukup banyak bahan perdebatan yang akan menyebabkan
berlarut-larut nya pembicaraan antara golongan nasionalis, islam, dan priyayi, serta
berbagai lapisan masyarakat.
Tetapi dalam persidangan BPUPKI berikutnya, dari 10–17 Juli, kelihatan bahwa
pekerjaan yang begitu banyak itu akan dapat diselesaikan dalam tempo satu minggu saja.
Disini tampak jelas adanya pekerjaan pendahuluan yang telah dilakukan sementara itu.
Dan mengenai persoalan yang sifatnya menentukan, yakni asal tempat agama dalam
negara, pekerjaan pendahuluan itu terutama sekali dilakukan oleh Ir. Soekarno.
Dengan mengikuti argument yang sama seperti yang di dalam artikel yang ditulisnya
dari Bengkulu dalam tahun 1940, Ir. Soekarno–di dalam pidatonya tentang Pancasila–
menyarankan agar melalui propaganda yang giat untuk Islam hendaknya menjadikan
parlemen Indonesia suatu tempat dimana melalui mufakat, hokum – hokum Islam dapat
menjadi hokum negara, jika hal itu memang dikehendaki. Begitu pula, seperti dalam 1940,
ia mengatakan bahwa negara Indonesia haruslah “bagi semua”, dan bahwa tak boleh
diberikan hak–hak istimewa kepada golongan yang manapun dari penduduk yang
merugikan golongan lain. Tak ada protes dikemukakan oleh golongan Islam dalam
BPUPKI, tetapi pada umumnya dirasakan bahwa keberhasilan penyelidikan, yang hasil –
hasilnya dikirimkan ke Tokyo untuk dinilai, tergantung untuk soal apakah yang akan
dibentuk itu negara Islam atau negara Sekuler.
Sebelum BPUPKI mengadakan rapatnya yang pertama, pemerintah militer Jepang
menyatakan bahwa sikapnya mengenai soal tempat agama dalam negara adalah bagaikan
“sehelai kertas yang kosong”. Menurut pendapat Belanda, pernyataan itu menandakan
berakhirnya dukungan Jepang kepada golonngan Islam terhadap golongan Nasional
“sekuler”. Ia berpendapat bahwa pernyataan–pernyataan pemimpin–pemimpin Islam,
yang pada waktu itu mengutamakan persatuan bangsa diatas segala–galanya, merupakan
akibat situasi baru itu. Tetapi penelitian yang sekarang menunjukkan bahwa ketegangan
anta ra golongan Islam dan golongan nasionalis di jaman pendudukan tidaklah setajam
seperti yang diduga Belanda. Di kalangan berbagai aliran, keinginan untuk bersatu selalu
diutamakan. Karena itu pernyataan Masyumi, Wachid Hasyim bahwa “yang terutama kita
perlukan pada waktu ini adalah persatuan bangsa yang tak terpecahkan”, dalam hal ini
12. 9
tidak memerlukan komentar lebih lanjut. Tetapi hal itu menunjukkan bahwa golongan
Islam, bahkan pada saat nasib negara Islam–yang sejak berpuluh–puluh tahun merupakan
cita–cita mereka–menjadi taruhan, mereka pada prinsipnya besedia untuk berkompromi10
Dan golongan Nasionalis tidak membiarkan persoalan itu melalui pemungutan suara,
yang sebetulnya dapat mereka menangkan dengan mudah mengingat mereka jelas–jelas
merupakan mayoritas dalam BPUPKI. Mereka pun mencari kompromi untuk menemukan
suatu penyelesaian bersama dengan pergerakan Islam yang akan memungkinkan setiap
orang menyetujui negara Indonesia yang akan dibentuk itu. Untuk tujuan itu, maka
dibentuklah panitia khusus yang diketuai Ir. Soekarno dimana duduk wakil–wakil
golongan Nasionalis dan golongan Islam dalam jumlah yang sama. Panitia itu berhasil
menyusun suatu kompromi. Di dalam apa yang dinamakan Piagam Jakarta yang akan
merupakan pembukaan UUD Indonesia, Pancasila dinyatakan sebagai dasar negara dan
kewajiban menjalankan Syari’at Islam hanya berlaku bagi pemeluk–pemeluknya.
Walaupun demikian, dalam persidangan kedua BPUPKI itu masih berlangsung
perdebatan yang panas mengenai rumusan itu, dimana golongan nasionalis yang
bersikeras menghendaki suatu kompromi nyaris menderita kekalahan. Setelah perdebatan
yang sengit itu, yang berlangsung sepanjang malam, golongan Islam mendapat satu
konsesi lagi yakni bahwa presiden negara yang akan dibentuk itu harus beragama Islam.
Keesokan harinya, Ir. Soekarno sambil mencucurkan air mata memohon dengan
sangat agar sidang memberikan mufakatnya kepada pemecahan itu dan golongan
nasionalis dengan suara bulat menyetujui seruannya yang berkobar – kobar itu. Yang
tidak mau menyetujui pemecahan itu yang dicapai dalam semangat Indonesia yang sejati,
hanyalah 4 wakil golongan China.
Hasilnya merupakan satu kemenangan yang gemilang bagi Ir. Soekarno dan bagi
gagasan yang telah dibelanya sejak 1927. Yakni bahwa hanya mufakat yang dibulat di
kalangan semua aliran dapat membuka jalan yang bisa diterima oleh seluruh rakyat
Indonesia. Dan tidak hanya pemecahan soal negara dan agama dalam pembukaan UUD
Indonesia, tetapi juga UUD itu sendiri, secara mencolok mencerminkan pandangan –
pandangan Ir. Soekarno dari masa – masa yang lampau.
10
Bernhard Dahm. Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan. LP3ES. (Jakarta : 1987). Hal 361
13. 10
Walaupun dalam tahun 1945 bagian terbesar dari anggota – anggota BPUPKI menolak
pembentukan negara yang menganut demokrasi parlementer menurut pola Barat, dan
semua pihak mengutamakan sistem musyawarah dan mufakat yang asli Indonesia. Banyak
usul UUD telah dikemukakan dan pada tanggal 11 Juli 1945, usul – usul itu diteruskan
kepada sebuah panitia yang juga diketuai oleh Ir. Soekarno. Mr. Soepomo memiliki tugas
menyusun konsep final UUD secara terinci11
2. Sidang Kedua BPUPKI (10-17 Juli 1945)
Sidang kedua BPUPKI membahas tentang bentuk negara, wilayah negara,
kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan
negara, pendidikan dan pengajaran. Dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar
beranggotakan 19 orang dengan Ir. Soekarno sebagai ketua, Panitia Pembelaan Tanah Air
dengan Abikoesno Tjokrosoejoso sebagai ketua, dan Panitia Ekonomi dan Keuangan
dengan Mohammad Hatta sebagai ketua. Melalui hasil pemungutan suara, ditentukan
wilayah Indonesia merdeka meliputi wilayah Hindia Belanda, Borneo Utara, Papua,
Timor-Portugis, dan pulau-pulau sekitarnya.
Pada 11 Juli 1945, Panitia Perancang UUD membentuk panitia kecil beranggotakan 7
orang yaitu: Prof. Dr. Mr. Soepomo, Mr. Wongsonegoro, Mr. Achmad Soebardjo, Mr.
A.A. Maramis, Mr. R.P. Singgih, H. Agus Salim, dan Dr. Soekiman untuk membuat
laporan rancangan UUD. Selanjutnya pada 13 Juli 1945, Panitia Perancang UUD
melakukan sidang pembahasan hasil kerja panitia kecil beranggota 7 orang tersebut.
Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang BPUPKI menerima hasil laporan Panitia Perancang
UUD yang disampaikan oleh Ir. Soekarno selaku ketua. Laporan tersebut berisi rancangan
UUD, yaitu:
1) Pernyataan mengenai kemerdekaan Indonesia
2) Pembukaan Undang-Undang Dasar atau preambule
3) Batang tubuh Undang-Undang Dasar atau isi
Setelah selesai melaksanakan tugas, BPUPKI kemudian dibubarkan pada tanggal 7
Agustus 1945 dan sebagai gantinya dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia). PPKI bertugas melanjutkan tugas mencapai kemerdekaan Indonesia, yaitu
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan tujuan utama mengesahkan dasar negara
dan UUD 1945.
11
Ibid. Hal 363
14. 11
3. Anggota–Anggota BPUPKI
BPUPKI mempunyai jumlah anggota sebanyak 67 orang. Beberapa diantaranya yaitu :
1. K. R. T. Radjiman Wedyodiningrat
2. R. P. Soeroso
3. Ichibangase Yoshio
4. Ir. Soekarno
5. Drs. Moh. Hatta
6. Moh. Yamin
7. Mr. Soepomo
8. K.H. Wachid Hasyim
9. Abdul Kahar Muzakir
10. A. A. Maramis
11. Abikoesno Tjokrosoejo
12. H. Agus Salim
13. Achmad Soebarjo
14. Prof. Dr. P. A. A. Hoesein Djajadiningrat
15. Ki Bagoes Hadikusumo
16. A. R. Baswedan
17. Soekiman
18. Abdoel Kaffar
19. R. A. A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
20. K.H. Ahmad Sanusi
21. K.H. Abdul Salim
22. Liem Koe Han
23. Tang Eng Hoa
24. Oey Tiang Tjoe
25. Oey Tjong Hauw
26. Yap Tjwan Bing12
12
Nugroho Notosutanto. Nakah Proklamasi Yang Otentik dan Rumusan Pancasila Yang Otentik. PN Balai
Pustaka. (Jakarta : Tahun 1979). Hal 20
15. 12
4. Tugas BPUPKI
Tugas utama BPUPKI yaitu untuk mempelajari serta menyelidiki hal – hal penting
yang berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut pembentukan Negara Indonesia.
Tugas – tugas BPUPKI yang lainnya yaitu :
1) Membahas mengenai Dasar Negara
2) Membentuk Panitia Kecil (panitia Sembilan) bertugas menampung saran – saran dan
konsepsi dari para anggota
3) Bertugas untuk membantu Panitia Sembilan dalam sidang BPUPKI sehingga
menghasilkan Piagam Jakarta (Jakarta Charter)
5. Fungsi BPUPKI
a. Mempersiapkan kemerdekaan Republik Indonesia
b. Untuk membubarkan Gerakan G / 30S PKI di Indonesia
c. Untuk Menyelidiki Persiapan Kemerdekaan Indonesia
6. Tujuan BPUPKI
a. Bertujuan untuk menarik simpati rakyat Indonesia supaya membantu Jepang dalam
perang melawan sekutu dengan cara memberikan janji kemerdekaan kepada
Indonesia, melaksanakan politik kolonialnya didirikan pada tanggal 1 Maret 1945
b. Bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki hal penting berhubungan dengan
pembentukan negara Indonesia merdeka atau mempersiapkan hal–hal penting
mengenai tata pemerintahan Indonesia merdeka13
13
Nugroho Notosutanto. Nakah Proklamasi Yang Otentik dan Rumusan Pancasila Yang Otentik. PN Balai
Pustaka. (Jakarta : Tahun 1979). Hal 21
16. 13
B. Sejarah Pembentukan Panitia Kecil
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk
membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk
dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota
diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal
20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:
1) Ir. Soekarno
2) Ki Bagus Hadikusumo
3) K.H. Wachid Hasjim
4) Mr. Muh. Yamin
5) M. Sutardjo Kartohadikusumo
6) Mr. A.A. Maramis
7) R. Otto Iskandar Dinata
8) Drs. Muh. Hatta
Telah menyampaikan pendapat dan asal-usul sebenyak 40 (empat puluh) orang anggota.
Setelah dibahas oleh panitia delapan, pendapat dan usul tersebut berjumlah 32 soal, tetapi
jika digolong-golongkan bolehlah menjadi 9 (Sembilan) pendapat/usul, yaitu
1) Golongan usul yang minta Indonesia Merdeka selekas-lekasnya
2) Golongan usul yang mengenai dasar negara
3) Golongan usul mengenai soal unificatie atau federatie
4) Golongan usul mengenai bentuk negara dan kepala negara
5) Golongan usul mengenai warga Negara
6) Golongan usul mengenai daerah
7) Golongan usul mengenai soal agama dan Negara
8) Golongan usul yang mengenai pembelaan
9) Golongan usul mengenai keuangan.14
14
Drs. Safiyudin Sastrawijaya, SH, Sekitar Pancasila, Proklamasi & Konstitusi,(Bandung:Penerbit
Alumni,1980), hal 14-15
17. 14
Untuk memecahkan perbedaan pandangan tersebut, diluar sidang-sidang resmi
BPUPKI, telah diadakan pertemuan antara panitia delapan dengan anggota BPUPKI
lainnya diantaranya yang telah mengajukan usul dan pendapat. Hadir 38 orang anggota.
Rapat memutuskan membentuk lagi panitia kecil yaitu panitia Sembilan yang terdiri atas:
1) Ir. Soekarno
2) Drs. Muh. Hatta
3) Mr. A.A. Maramis
4) K.H. Wachid Hasyim
5) Abdul Kahar Muzakkir
6) Abikusno Tjokrosujoso
7) H. Agus Salim
8) Mr. Ahmad Subardjo
9) Mr. Muh. Yamin.15
Sembilan adalah panitia kecil yang dibentuk untuk mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia. Untuk mempersiapkan kemerdekaan, Jepang dan para tokoh pergerakan
membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (
BPUPKI). Salah satu tugas BPUPKI yakni merumuskan dasar negara. Pada sidang
pertama, perumusan dasar negara berjalan alot. Untuk menetapkan dasar negara yang
mewakili semua golongan, maka dibentuklah Panitia Sembilan.16
Setelah Panitia kecil Sembilan ini, mengadakan pembicaraan yang matang, maka pada
tanggal 22 Juni 1945berhasil mencapai satu modus, satu persetujuan antara pihak islam
dan pihak kebangsaan. Persetujuan tersebut berupa rancangan pembukaan hukum dasar
(Preambule hukum dasar).
Hasil panitia kecil Sembilan ini kemudian disampaikan pada sidang paripurna
BPUPKI tanggal 10 Juli 1945 oleh Ketua Paitia Kecil Delapan Ir. Soekarno. Sidangpun
menerima dengan aklamasi.
15
Safiyudin Sastrawijaya. Sekitar Pancasila, Proklamasi & Konstitusi,(Bandung: Penerbit Alumni,1980), hal 16
16
Sri Hartati. Pendidikan Bela Negara (Jakarta:Erlangga, 2018) hal 7
18. 15
Adapun hasil Panitia Sembilan itu adalah apa yang oleh Moh.Yamin dinamakan “Piagam
Jakarta (Jakarta Charter)”
Piagam Jakarta
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan
dan peri keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia, dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia Merdeka
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan
kepada: Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-
perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jakarta, 22 Juni 1945
19. 16
C. Sejarah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai) atau PPKI adalah
Panitia yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia ini dibentuk pada tanggal 7 Agustus 194517
. PPKI dibentuk
sesaat setelah BPUPKI dibubarkan oleh Jepang, Karena BPUPKI terlalu cepat
mewujudkan kehendak Indonesia merdeka. PPKI secara simbolis dilantik oleh Jendral
Terauchi dengan mendatangkan Soekarno-Hatta ke Saigon pada 9 Agustus 1945. Ikut
serta ke Saigon, Rajiman Wedyodiningrat, bekas ketua BPUPKI. Dalam pidato
pelantikannya Terauchi menerangkan bahwa cepat lambatnya kemerdekaan bisa diberika
tergantung kepada kerja PPKI. Namun perkembangan cepat terjadi setelah bom atom
dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki masing-masing pada tanggal 6 dan 9 Agustus
1945. Dalam pertemuan Terauchi dengan pemimpin-pemimpin Indonesia yang
diselenggarakan di Saigon pada tanggal 11 Agustus 1945, Terauchi menentukan tanggal
24 sebagai tanggal pemberian kemerdekaan.
Setelah dilantik Soekarno-Hatta pulang ke tanah air pada tanggal 14 Agustus 1945
dengan singgah di Singapura dan berjumpa dengan anggota PPKI dari Sumatera. Dari
pertemuan dengan kol. Nomura di Saigon, Soekarno-Hatta mengetahui bahwa kekalahan
Jepang akan terjadi dalam waktu yang pendek setelah diketahui pihak Rusia telah
menyatakan perang melawan Jepang pada tanggal 9 Agustus.
Segera setelah Soekarno-Hatta tiba di Jakarta, Syahrir menemui mereka untuk saling
menukar informasi. Syahrir yang memimpin Gerakan perlawanan tanpa kompromi dengan
Jepang, telah sejak tanggal 10 Agustus mendengar dari radio gelapnya bahwa Jepang telah
minta damai dengan sekutu. Namun rupa-rupanya pihak sekutu hanya mau menerima
penyerahan tanpa syarat. Karena itu, mumpung perang masih berlangsung, Syahrir
mendesak agar kedua pemimpin itu segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
keesokan harinya (tanggal 15 Agustus 1945). Maksud Syahrir kalua proklamasi
kemerdekaan itu terjadi sebelum Jepang menyerah, maka kedudukan Indonesia di dalam
perundingan-perundingan sesudah perang selesai akan menjadi lebih kuat karena jelas
kemerdekaan itu bukan hadiah Jepang, di samping itu proklamasi itu berarti pola
sumbangan Indonesia kepada sekutu melawan Jepang. Namun Soekarno-Hatta yang di
tuduh oleh golongan Syahrir dan lebih-lebih golongan pemuda sebagai kolaborator tidak
berani mengambil resiko, karena bagaimanapun juga Jepang masih dalam keadaan utuh
kekuatannya (saat itu umumnya orang belum yakin kalua penyerahan akan terjadi pada
17
Modul Pengayaan Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA/ dan SMK/MAK. (Araminta Sains:2016 Jakarta) hal 18
20. 17
tanggal 15 Agustus 1945). Suatu tindakan terang-terangan memusuhi Jepang bisa
berakibat fatal bagi perjuangan.
Golongan pemuda yang merasa tidak bisa mengabaikan Soekarno-Hatta juga
mendesak supaya proklamasi kemerdekaan dan perebutan kekuasaan segera dilakukan.
Ketidaksabaran mereka mengancam Soekarno. Namun Soekarno tetap pada pendiriannya
bahwa Jepang de facto masih kuasa, karena itu sikap hati-hati agar tujuan perjuangan
dapat dicapai tanpa pengorbanan yang tidak perlu harus dipegang teguh. Soekarno dan
Hatta menginsyafkan para pemuda bahwa musuh mereka bukan lagi Jepang, tetapi
Belanda yang pasti segera akan dating sesudah Jepang menyerah.18
1. Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Anggota PPKI berjumlah 21 orang yang mewakili seluruh lapisan masyarakat
Indonesia. Mereka adalah 12 orang wakil dari Jawa, 3 wakil dari Sumatera, 2 wakil dari
Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Sunda kecil, 1 orang dari Maluku, dan 1
orang lagi penduduk Tionghoa. Selanjutnya oleh pemimpin Indonesia keanggotaan PPKI
ditambah 6 orang lagi tanpa sepengetahuan Jepang. Enam orang anggota tambahan itu
adalah Wiranata Kusuma, Ki Hajar Dewantara, Mr. Kasman Singodimejo, Sajoeti Melik,
Iwa Kusumasumantri, dan Achmad Soebardjo. Ditunjuk sebagai ketua PPki adalah Ir.
Soekarno dan wakilnya adalah Drs. Moh. Hatta. Tokoh Achmad Soebardjo dipercaya
sebagai penasihatnya. Para anggota PPKI ini diizinkan melakukan kegiatannya menurut
pendapat dan kesanggupan bangsa Indonesia sendiri, tetapi dengan syarat harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a) Menyelesaikan perang yang sekarang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
bangsa Indonesia harus mengerahkan tenaga sebesar-besarnya dan bersama-sama
dengan pemerintah Jepang dalam meneruskan perjuangan untuk memperoleh
kemenangan dalam Perang Asia Timur.
b) Negara Indonesia itu merupakan anggota lingkungan kemakmuran bersama Asia
Timur Raya.
18
G. Modjianto. Indonesia Abab Ke-20 1 dari Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati, (Penerbit
Kanisius:1998, Yogyakarta) hal 85-86
21. 18
2. Tugas Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Tugasnya melanjutkan pekerjaan BPUPKI dan mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan karena akan diadakannya pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada bangsa
Indonesia. Tugas utama PPKI adalah menyusun rencana kemerdekaan Indonesia;
meneliti, dan menyempurnakan hasil kerja BPUPKI.19
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang. Dalam persidangan tersebut
mereka menyepakati pentingnya rumusan wilayah Negara. Rakyat yang menjadi warga
negaranya, pemerintahan yang menjalankan amanat rakyat, serta upaya untuk memperoleh
pengakuan internasional. Melalui sidang tersebut, disepakati tiga hal penting bagi
kehidupan kenegaraan bangsa Indonesia, yaitu sebagai berikut.
a) Menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal
sebagai UUD 1945.
b) Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden.
c) Pembentukan Komite Nasional untuk membantu presiden yaitu Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). 20
3. Peristiwa Rengasdengklok
Kepulangan ketiga tokoh (Soekarno, Hatta, Rajiman) ternyata ditunggu oleh para
pemuda Indonesia. Para pemuda Indonesia mengetahui bahwa Jepang telah kalah dan
menyerah kepada sekutu melalui radio. Kekalahan Jepang terhadap sekutu memang
sengaja disembunyikan oleh pemerintah militer Jepang agar dapat menstabilkan keadaan
politik di Indonesia. Pada saat mendengar bahwa Soekarno telah tiba di Jakarta, Soetan
Syahrir (pemuda Indonesia) langsung bergegas menemui Hatta dan memintanya agar
segera untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa harus menunggu dari
pemerintahan Jepang. Namun Hatta tidak dapat memutuskannya. Oleh sebab itu Syahrir
diajak kerumah Soekarno untuk mendiskusikan permintaannya. Namun hal tersebut
ditolak oleh Soekarno, karena ia hanya mau memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
jika sudah diadakan pertemuan dengan anggota-anggota PPKI lainnya.
Syahrir yang merasa kecewa, kemudian pergi ke Menteng Raya (markas besar
pemuda) untuk mengadakan pertemuan membahas penjelasan Soekarno dan Hatta. Dalam
pertemuan tersebut dihadiri oleh beberapa pemuda, seperti Soekarni, B.M Diah, Sajuti
Melik, Chareul Saleh, dan lain-lainnya. Pada pertemuan tersebut disepakati bahwa
19
Syahid Wibowo Apriyanto. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMP/MTs, (CV. Pilar Pustaka:2013 Solo) hal 39
20
Kurikulum. Modul Pengayaan Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA/ dan SMK/MAK. (Araminta Sains:2013
Jakarta) hal 27
22. 19
proklamasi kemerdekaan harus segera dilaksanakan. Menurut kelompok muda, tidak
seharusnya para pejuang kemerdekaan Indonesia menunggu-nunggu berita resmi dari
pemerintah militer Jepang, karena Bangsa Indonesia harus segera mengambil inisiatifnya
sendiri untuk menentukan strategi mencapai kemerdekaan. Golongan muda kemudian
mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur,
Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20.30. hadir antara lain Chaerul Saleh,
Djihar Nur, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Rapat itu dipimpin oleh Chareul Saleh,
dengan menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan
bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri. Segala
ikatan, hubungan, dan janji kemerdekaan harus diputus dan sebaliknya perlu mengadakan
rundingan dengan Soekarno dan Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam
menyatakan proklamasi.
Setelah diadakan pertemuan antar kelompok pemuda, maka tindakan selanjutnya
adalah mendesak sSoekarno dan Hatta segera mungkin untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Oleh sebab itu, harus ada orang pilihan pergi ke rumah Soekarno,
yakni Wikana dan Darwis. Pada jam 22.30, kedua pemuda tersebut menemui Soekarno di
tempat kediamannya, yakni Jl. Pegangsaan Timur, N0. 56, Jakarta. Pada pertemuan
tersebut, Soekarno tetap pada pendiriannya untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia tanpa PPKI. Inilah yang menyebabkan perdebatan yang sangat keras antara
Wikana dan Darwis dengan Soekarno. Perbedaan sifat, karakter, cara bergerak, dan
mempunyai dunia sendiri membuat seakan-akan perdebatan tersebut menjurus pemaksaan
terhadap Ir. Soekarno.
Agar dapat menjauhkan Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang, maka diputuskan
untuk membawa atau menculik kedua tokoh tersebut. Tempat yang dipilih adalah
Rengasdengklok yang letaknya terpencil sejauh 15 km kea rah jalan raya Jakarta-Cirebon.
Agar dapat menyakinkan Soekarno dan Hatta untuk meninggalkan Jakarta, maka para
pemuda menggunakan dahlibahwa melindungi mereka bilamana Meletus suatu
pemberontakan yang dilakukan oleh PETA dan Heiho. Adapun, pemilihan
Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno-Hatta didasarkan pada
perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta danDaidan Jakarta terdapat
hubungan erat sejak mereka mengadakan latihan Bersama. Secara geografis
Rengasdengklok tempatnya terpencil. Dengan demikian, akan dapat dilakukan deteksi
dengan mudah terhadap setiap Gerakan tantara Jepang yang hendak datang ke
Rengasdengklok. pada pukul 00.30 waktu Jawa zaman Jepang (24.00 WIB) tanggal 16
23. 20
Agustus 1945, memutuskan akan mengdakan penculikan terhadap Soekarno dan Hatta
dalam rangka upaya pengamanan. Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 (waktu
Jepang) atau pukul 04.00 WIB penculikan (menurut golongan tua) dilaksanakan. Tidak
diketahui secara jelas siapakah yang memulai peristiwa ini. Ada yang mengatakan
Soekarni-lah yang membawa Soekarno-Hatta dini hari ke Rengasdengklok. Menurut
Soekarno, Syahrir-lah yang menjadi pemimpin penculikan dirinya dengan Hatta.21
Sementara itu di Jakarta, telah terjadi kesepakatan antara golongan tua, yakni Achmad
Soebardjo dengan Wikana dari golongan muda untuk mengadakan proklamasi di Jakarta.
Laksamana Madya Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di
rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu, Jusuf Kunto dari pihak pemuda dan Soebardjo
Bersama sekretaris pribadinya Mbah Diro (Soediro) menuju Rengasdengklok untuk
menjemput Soekarno. Rombongan yang terdiri dari Achmad Soebardjo, Soediro, dan
Jusuf Kunto segera berangkat menuju Rengasdengklok pada jam 19.30 (waktu Tokyo)
atau 18.00 (waktu Jawa Jepang) atau pukul 17.30 WIB, dan bermaksud untuk menjemput
dan segera membawa Soekarno-Hatta pulang ke Jakarta. Perlu ditambahkan juga, di
samping Soekarno dan Hatta ikut serta pula Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra. Watu
di rumah Laksamana Maeda-lah titik-titik awal pembuatan Teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dan titik awal tonggak sejarah bangsa Indonesia.
4. Perumusan Teks Proklamasi
Sekitar pukul 20.00 WIB, rombongan Bung Karno dan Bung Hatta telah kembali ke
Jakarta. Mereka tiba dengan selamat. Setibanya di Jakarta, para pemuda sibuk mencari
tempat pertemuan yang aman untuk membahas proklamasi. Atas usaha Soebardjo,
diperolehkan tempat yang aman untuk mengadakan pertemuan yaitu rumah Laksamana
Maeda. Laksamana Maeda adalah Wakil Komandan Angkatan Laut Jepang. Ia banyak
menaruh simpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Rumah itu terletak di Jl. Imam
Bonjol No. 1 Jakarta Pusat. Dipilihnya rumah Laksamana Maeda, antara lain agar
pembicaraan tentang proklamasi kemerdekaan berjalan aman dari ganggunan tantara
Jepang. Sejak berita menghilangnya Bung Karno dan Bung Hatta, memang mereka sibuk
mencari kedua tokoh bangsa Indonesia tersebut.
Di rumah Laksamana Maeda berkumpul tokoh-tokoh pemuda dan beberapa orang
anggota PPKI. Sebelum pertemuan dimulai, Soekarno-Hatta mendatangi Jendral
Nisyimura. Maksudnya untuk menjajaki sikap dan garis kebijaksanaan Panglima Tentara
21
Syahid Wibowo Apriyanto. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMP/MTs, (CV. Pilar Pustaka:2013 Solo) hal 39-
41
24. 21
Jepang terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ternyata, sikapnya tidak
menghendaki adanya pengalihan kekuasaan. Berdasarkan kenyataan itu, Soekarno-Hatta
kemudian memutuskan untuk mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tanpa
perlu berhubungan lagi dengan Jepang.22
Soekarno menuliskan konsep proklamasi dengan sumbangan pemikiran dari Soebardjo
dan Hatta. Kalimat pertama berbunyi “kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia” berasal dari Soebardjo. Kalimat kedua oleh Soekarno yang
berbunyi “hal-hal yang mengenai pemindahan kesuasaan dan lain-lain akan
diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya”. Kedua kalimat ini kemudian digabung dan disempurnakan oleh Hatta
sehingga berbunyi teks proklamasi yang dimiliki bangsa Indonesia sekarang. Naskah
proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno dibacakan di hadapan peserta rapat.23
Penyusunan kata dan kalimat teks yang sudah selesai ternyata masih menimbulkan
masalah, yakni siapa yang menandatangani teks proklamasi kemerdekaan. Soekarno
menyarankan agar semua orang yang hadir dalam penulisan naskah mau menandatangani
teks proklamasi selaku “wakil-wakil Bangsa Indonesia”. Usulan tersebut ternyata
mendapat tantangan dari pemuda. Atas usul Soekarni, penandatangan teks proklamasi
diserahkan kepada Soekarno-Hatta dengan mengatakan “atas nama Bangsa Indonesia”.
Usul yang dilontarkan oleh Soekarni tersebut mendapat persetujuan oleh semua peserta
dan Soekarno meminta kepada Sajoeti Melik untuk mengetik naskah yang masih
berbentuk tulisan tangan tersebut.24
5. Proklamasi Berkumandang
Proklamasi dilakukan di rumah Soekarno yang beralamat di Jalan Pegangsaan Timur,
Jakarta pada pukul 10.00 WIB. Sukarni melaporkan bahwa Lapangan Ikada (sekarang
Monas) sebagai tempat yang telah disiapkan untuk pembacaan teks proklamasi. Namun,
setelah mendengar kabar bahwa lapangan ikada telah dijaga oleh tantara Jepang, Soekarno
mengusulkan agar upacara proklamasi dilakukan di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur
No. 56, Jakarta. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi bentrokan dengan pihak militer
22
Kurikulum. Modul Pengayaan Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA/ dan SMK/MAK. (Araminta Sains:2013
Jakarta) hal 25
23
Lilik Harisuprianto. Modul Pengayaan Sejarah Peminatan untuk SMA dan MA Kelas XII, (CV GRAHADI:
Surakarta) hal 8
24
Syahid Wibowo Apriyanto. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMP/MTs, (CV. Pilar Pustaka:2013 Solo) hal 41
25. 22
Jepang. Usul ini disetujui dan akhirnya berlangsunglah upacara pembacaan naskah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.25
Peristiwa yang paling bersejarah di Indonesia tersebut kejadiannya tidak kurang dari 1
jam. Namun dampak yang ditumbulkan sangat besar bagi kehidupan bangssa Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia bukan hanya sebagai pertandakemerdekaan Indonesia
saja. Namun di sisi lain juga merupakan detik penjebolan tertib hokum colonial dan
sekaligus detik pembangunan hukum nasional, suatu tertib hukum Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan merupakan salah satu sarana untuk merealisasikan
masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur, serta untuk ikut
membentuk dunia baru yang damai dan abadi, bebas dari segala penghisapan manusia
oleh manusia dan bangsa oleh bangsa lain.26
25
Kurikulum. Modul Pengayaan Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA/ dan SMK/MAK. (Araminta Sains:2013
Jakarta) hal 26
26
Syahid Wibowo Apriyanto. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMP/MTs, (CV. Pilar Pustaka:2013 Solo) hal 42
26. 23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau dalam bahasa
Jepang disebut Dookoritsu Junbi Coosakai adalah suatu badan bentukan pemerintah
Jepang pada masa penjajahan di Indonesia. BPUPKI dibentuk pada 29 April 1945 dan
bertujuan untuk mendapatkan dukungan bangsa Indonesia dengan memberikan janji akan
membantu proses terealisasikannya kemerdekaan Indonesia. BPUPKI diketuai oleh Dr.
Radjiman Wedyodiningrat. BPUPKI mempunyai jumlah anggota sebanyak 67 orang.
Tugas utama BPUPKI yaitu untuk mempelajari serta menyelidiki hal – hal penting yang
berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut pembentukan Negara Indonesia.
Fungsi BPUPKI yaitu mempersiapkan kemerdekaan Republik Indonesia, Untuk
membubarkan Gerakan G / 30S PKI di Indonesia, Untuk Menyelidiki Persiapan
Kemerdekaan Indonesia.
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk
membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk
dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota
diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal
20 Juni 1945.
Sembilan adalah panitia kecil yang dibentuk untuk mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia. Untuk mempersiapkan kemerdekaan, Jepang dan para tokoh pergerakan
membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Salah satu tugas Panitia Sembilan dalam sidang BPUPKI yaitu untuk membantu
menetapkan dasar negara. Adapun hasil Panitia Sembilan itu adalah apa yang oleh
Moh.Yamin dinamakan “Piagam Jakarta (Jakarta Charter)”
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai) atau PPKI adalah
Panitia yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia ini dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945. PPKI dibentuk sesaat
setelah BPUPKI dibubarkan oleh Jepang, Karena BPUPKI terlalu cepat mewujudkan
kehendak Indonesia merdeka. PPKI secara simbolis dilantik oleh Jendral Terauchi dengan
mendatangkan Soekarno-Hatta ke Saigon pada 9 Agustus 1945. Anggota PPKI berjumlah
21 orang yang mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Mereka adalah 12 orang
27. 24
wakil dari Jawa, 3 wakil dari Sumatera, 2 wakil dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1
orang dari Sunda kecil, 1 orang dari Maluku, dan 1 orang lagi penduduk Tionghoa.
Selanjutnya oleh pemimpin Indonesia keanggotaan PPKI ditambah 6 orang lagi tanpa
sepengetahuan Jepang. Tugas utama PPKI adalah menyusun rencana kemerdekaan
Indonesia; meneliti, dan menyempurnakan hasil kerja BPUPKI
B. Saran
Penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya pada pembaca
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun kekeliruan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu, saran dan kritikan dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan
pengetahuan kita terutama mengenai Sejarah pembentukan BPUPKI, Panitia 9, dan PPKI
28. 25
DAFTAR PUSTAKA
Dahm, Bernhard.1987. Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan. Jakarta: LP3ES.
Dhakida, Daniel e.2013. Soekarno Membongkar Sisi–Sisi Hidup Putra Sang Fajar. Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara.
Harisuprianto, Lilik.2013. Modul Pengayaan Sejarah Peminatan untuk SMA dan MA Kelas
XII. Surakarta: Grahadi
Hartati, Sri.2018. Pendidikan Bela Negara. Jakarta: Erlangga.
Jonar, Situmorang.2015. Bung Karno Biografi Putra Sang Fajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Modjianto, G.1998. Indonesia Abab Ke-20 1 dari Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Kurikulum.2013. Modul Pengayaan Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA/ dan SMK/MAK.
Jakarta: Araminta Sains
Notosutanto, Nugroho.1979. Nakah Proklamasi Yang Otentik dan Rumusan Pancasila Yang
Otentik. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Rose, Mavis.1991. Indonesia Merdeka Biografi Poilitik Mohammad Hatta. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Sastrawijaya, Safiyudin.1980. Sekitar Pancasila, Proklamasi & Konstitusi. Bandung: Penerbit
Alumni.
Wibowo Apriyanto, Syahid.2013. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMP/MTs. Solo: CV. Pilar
Pustaka.