3. Pengertian hadis maudhu’ secara kebahasaan mempunyai hubungan kesinambungan cakupan makna dan
sasaran antara pengertian keadaannya.
1. Al-hiththah berarti bahwa hadis maudhu’ adalah hadis yang terbuang dan terlempar dari
kebahasaan yang tidak memiliki dasar sama sekali untuk diangkat sebagai landasan hujjah.
2. Al-isqath berarti bahwa hadis maudhu adalah hadis yang gugur, tidak boleh diangkat sebagai
dasar istidal.
3. Al-islaq berarti bahwa hadis maudhu’ adalah hadis yang ditempelkan (diklaimkan) kepada Nabi
Muhammad agar dianggap berasal dari Nabi, padahal bukan berasal dari Nabi.
4. Al-ikhtilaq berarti bahwa hadis maudhu’ adalah hadis yang dibuat-buat sebagai ucapan,
perbuatan atau ketetapan yang berasal dari Nabi, padahal bukan berasal dari Nabi.
Pengertian hadis maudhu’ secara istilah
Jadi hadis maudhu’ itu adalah bukan hadis yang bersumber dari Rasul, akan tetapi suatu perkataan
atau perbuatan seseorang atau pihak-pihak tertentu dengan suatu alasan kemudian dinisbatkan kepada
Rasul. Untuk hadis palsu, ulama biasanya menyebutnya dengan istilah hadis maudhu', hadis munkar, hadis
bathil, dan yang semacamnya
5. • Faktorpolitik
Perpecahan umat Islam yang diakibakan politik yang terjadi pada masa khalifah ’Al bin Abi Thalib besar sekali
pengaruhnya terhadap perpecahan umat kedalam beberapa golongan dan kemudian muncul hadist palsu. Masing-
masing kelompok berusaha mencari dalilnya kedalam Al-Qur;an dan Hadist(Sunnah) untuk mengunggulkan
kelompok mereka masing-masing. Dan jika tidak menemukan dalilnya, Maka disini lah Hadist palsu mulai
berkembang yang mereka dasarkan atas perkataan Rasul. Dan Hadist palsu yang pertama tentang keunggulan
seseorang dan kelompoknya.
Menurut Ibnu Abi Al-Haddad dalam ’Syarah Nahj Al-balaghah’. Bahwa yang pertama-tama membuat hadist palsu
dalah golongan syi’ah.
• Usaha Kaum Zindik( Musuh Islam)
Setelah islam meruntuhkan dua negara adikuasa yakni kerajaan Romawi dan Persia. Islam tersebar ke segala
penjuru dunia, sementara musuh-musuh islam tidak mampu melawannya secara terang-terangan, maka mereka
meracuni islam melalui ajarannya dengan memasukkan beberapa hadits maudhu’ kedalamnya yang dilakukan oleh
kaum zindiq. Hal ini dilakukan karena agar umat islam lari daripadanya dan agar mereka melihat bahwa ajaran islam
itu menjijikkan.
ةَق َدَص ِلْيِمَجْال ِهْج َلوْا ىَلِا ُرَظَّنلَا
Artinya: “Melihat wajah cantik termaksud Ibadah”
6. • Perbedaan Ras dan Fanatik Golongan
Mereka ingin membuat hadist palsu (Maudhu’) karena didorong oleh sikap ego dan fanatik buta serta
ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok atau yang lainnya. Golongan Al-Syu’ubiyah yang fanatik
terhadap bahasa persiamengatakan yang Artinya:
” Apabila Allah murka, maka Dia menurunkan Wahyu dengan bahasa Arab dan apabilah senang maka
akan menurunkannya dengan bahasa Persia”
Untuk mengimbangi hadits maudhu’ di atas muncullah dari lawannya yang fanatik bahasa Arab:
ُةَيِب َرَعال ِةَّنَجال ِلْهَأ مَالَكو ُةَّيَس ِارَفال ِ ه
لّلا يَلِا ِمَالَكُلا َُضغْبَأ
ِ
Artinya :”Bahasa yang paling dimurkai Allah swt adalah bahasa Persia dan bahasa penghuni surga
adalah bahasa Arab”.
• Mendekatkan dengan kebodohan
Banyak para ulama yang membuat hadits palsu dengan dan bahkan mengira usahanya itu benar dan
merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah serta menjunjung tinggih Agamanya.
7. • Menjilat penguasa
Mendekati penguasa dengan cara membuat hadits palsu yang sesuai dengan apa yang di lakukannya
untuk mencari legalitas, bahwa ungkapan itu hadits Rasulullah saw.
• Perbedaan dalam madzhab
Munculnya Hadits-hadist palsu dalam masalah fiqih dan ilmu kalam ini berasal dari para pengikut
Mazhab. Mereka berani melakukan pemalsuan Hadits karena didorong sifat fanatik dan ingi menguatkan
mazhabnya masing-masing. Diantara hadits-hadits palsu tentang masalah ini adalah:
“Siapa yang mengangkat kedua tanggannya dalam shalat, maka shalatnya tidak sah.”
“Jibril menjadi imamku dalam shalat di ka’ba, ia(jibril) membaca basmalah dengan nyaring.”
• Keinginan mearik minat para pendengar dengan kisah kisah pengajaran dan hikayat-hikayat yang
menarik.
9. • Memelihara sanad hadits
Muhammad bin Sirin mengatakan:”Para ulama semula tidak bertanya tentang sanad sunnah”. Tetapi
setelah pemalsuan hadits, mereka pun berkata kepada yang meriwayatkannya: Sebutkan kepada kami para
perawinya. Maka mereka memang ahli sunnah yang diambil haditsnya dan dilihat ahli bid’ah tidak di ambil
ahli haditsnya.
• Meningkatkan kesungguhan penelitian
Jika hadits mereka terima itu meragukan atau datang bukan dari sahabat yang langsung terlibat dalam
permasalahan hadits, segera mereka mengadakan rihlah(perjalanan) sekalipun dalam jarak jauh untuk
mengecek kebenarannya kepada para sahabat senior atau yang terlibat dalam kejadian hadits.
• Mengisolir para pendusta hadits .
Para ulama berhati-hati dalam menerima dan meriwayatkan hadits. Orang-orang yang dikenal sebagai
pendusta hadits dijauhi dan masyarakat pun dijauhkan dari padanya. Semua ahli ilmu juga menyampaikan
hadits-hadits maudhu’ dan pembuatnya itu kepada murid-muridnya, agar mereka menjauhi dan tidak
meriwayatkan hadits dari padanya.
10. • Menerangkan keadaan para perawi
Dalam membasmi hadits maudhu’ para ahli hadits berusaha menelusuri
sejarah kehidupan baik mulai dari lahir hangga wafat ataupun dari segi sifat-sifat
para perawi hadits.
• Memberikan kaidah-kaidah hadits
Para ulama meletakkan dasar-dasar atau kaidah-kaidah secara metodologis
tentang penelitian hadits untuk menganalisa otensitasnya, sehingga dapat
diketahui mana yang shahih, hasan, dha’if dan maudhu’.