2. HISTORIS
[EVOLUSI DAN KECENDERUNGAN]
• Perencanaan kota telah berkembang sebagi
suatu seni dan ilmu selama hampi 6000 tahun.
• Dari kota-negara Asiria hingga pembangunan
kembali kota-kota sentral masa kini, terdapat
evolusi dalam pemikiran dan praktek yang
dibangun berdasarkan suatu tuntutan
sederhana-orang harus dapat merencanakan
kota
3. • Dari evolusi timbul pelajaran, pengalaman, tradisi, dan
kecenderungan
• Kecenderungan berarti, apa yang akan kita lakukan berasal
dari apa yang telah kita lakukan
• Cara-cara yang baru dalam merencanakan kota harus
didasarkan atas analisis dan pengertian historis
• Perencanaan kota mengharuskan kita untuk memulai dari di
mana kita berada dan di mana kita telah berada, hanya
dengan cara ini kita dapat memilih secara efektif ke mana kita
harus melangkah
4. Asiria
• Niniwe (Akkadia: Ninua; Aramaik: ܐ ܵܢܘܸܢ
; bahasa Ibrani: נינוה
, Nīnewē; bahasa
Yunani: Νινευη; bahasa Latin: Nineve; Arab: نينوى
, Naīnuwa), adalah kota kuna
yang disebut "kota yang luar biasa agung" dalam Kitab Yunus. Kota ini terletak
di tepian timur sungai Tigris dan merupakan ibu kota kerajaan Asiria purba.
Situs kota purbakala ini terletak tepat di seberang kota Mosul, di Provinsi
Ninawa, Irak.
• Reruntuhan utama di Niniwe adalah timbunan gundukan Kouyunjik dan Nabī
Yūnus yang terletak pada kawasan dataran rata tempat bertemunya sungai
Tigris dengan sungai Khosr dalam kawasan seluas 1.800-acre (7 km²) yang
dikelilingi tembok bata berukuran 12-kilometer (7.5 mil). Kawasan seluas ini
kini merupakan kawasan reruntuhan yang sebagian wilayahnya kini menjadi
kawasan pinggiran permukiman kota Mosul.
• Niniwe adalah tempat persimpangan jalur perniagaan yang melalui sungai
Tigris. Kota purba ini menempati posisi tengah antara Laut Tengah dengan
Samudra Hindia, maka kota ini menghubungkan timur dan barat. Berkat posisi
pentingnya bagi perdagangan; berbagai komoditas perdagangan, uang, dan
kekayaan mengalir dari berbagai tempat ke Niniwe. Akibatnya kota ini menjadi
salah satu kota terbesar dan terkaya pada zaman purba di Mesopotamia.[1]
8. Warisan Masa Lalu, Dunia Zaman Dahulu
Pengetahuan dasar dan praktek perencanaan kota di dunia barat telah menjalani
proses yng panjang, mulai dari kota-kota terencana paling tua di Mesir dan di lembah
Tigris-Efrat, sampai kepada kota-kota baru di Inggris pada pertengahan abad ke -12
Proses urbanisasi sudah berlangsung sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi, di daerah
yang dikenal sebagai Daerah Bulan-Sabit Yang Subur (Fertile Crescent), yang
membentang dari Lembah Sungai Nil sampai ke daratan alluvial sungai Tigris dan
Efrat. Perencanaan kota dimulai dengan perkembangan bentuk-bentuk kerajaan-kota
yang didirikan oleh bangsa Sumeria dari Assiria. Para raja yang juga merangkap
panglima perang membangun kota-kota yang berfungsi sebagai benteng dan
sekaligus pusat perdagangan hasil pertanian dari lahan di sekitarnya; kota-kota
tersebut juga memiliki beberapa tempat pembuatan barang-barang manufaktur dan
kesenian yang merupakan ciri khas bagi Zaman Perunggu (4.000 sampai 3.000 SM).
Kebanyakan kota-kota itu memiliki penduduk cukup banyak (untuk ukuran waktu itu),
sekitar 3.000 sampai 5.000 orang.
[Anthony J. Catanese, James C. Snyder, Perencanaan Kota, 1988, 1992, Penerbit Erlangga]
9. Timbulnya Urbanisasi
• Definisi paling sederhana dari urbanisme atau daerah perkotaan adalah persekutuan
atau penyatuan suku-suku yang bertetangga yang berkumpul ke suatu pusat yang
digunakan sebagai tempat pertemuan bersama untuk maksud pemujaan, perlindungan,
dan semacamnya : dan karenanya urbanisme adalah lembaga politik atau kedaulatan
yang dibentuk oleh masyarakat demikian.
• Suatu daerah perkotaan dapat juga didefinisikan sebagai gabungan sel lingkungan
perumahan, atau tempat di mana orang bekerja bersama untuk kepentingan umum.
Jenis daerah perkotaan bisa beragam sebesar beragamnya berbagai kegiatan yang
dilakukan di sana: alat-alat produksi dan bermacam-macam barang, perdagangan,
transportasi, pengadaan barang dan jasa, atay gabungan dari semua aktivitas tersebut.
• Definisi ketiga menyatakan bahwa daerah perkotaan adalah lokasi-lokasi di mana
terdapat kemungkinan adanya suatu lingkungan kehidupan yang beraneka-ragam dan
gaya-hidup yang berbeda-beda. Manusia tinggal, bekerja, dan menikmati hidup dalam
hubungan-hubungan sosial dan budaya yang diberikan oleh kedekatan jarak di daerah
perkotaan.
• Daerah perkotaan bisa sederhana dan bisa juga kompleks. Daerah perkotaan bisa
berukuran kecil dan mudah dipelihara, ataupun sangat besar dan dipenuhi dengan
masalah-masalah ekonomi dan pertentangan.
[Arthur B. Gallion, Simon Eisner, 1986, 1992, Pengantar Perancangan Kota, Penerbit
Erlangga]
13. Pola Perencanaan Kota Dunia Zaman Dahulu-
Mesopotamia
•Kota-kota di jaman Mesopotamia merupakan kota yang terencana. Masing-
masing dibangun mengitari sebuah bangunan berbentuk piramida stinggi 100
kaki yang disebut ziggurat, yang berfungsi sebagai kuil maupun observatorium
astronomi. Di dalam rencana dasarnya, suatu tembok tebal mengelilingi seluruh
kota, dan ditengah-tengah kota itu berdiri ziggurat, istana, dan berbagai
bangunan untuk kepentingan umum. Dinding bagian bawah dari bangunan
umum tersebut dipenuhi dengan dekorasi yang merupakan contoh kesenian
masyarakat yang paling tua.
•Salah-satu dari kota-kota tertua adalah kota Babilon (sekitar 55 mil sebelah
selatan kota Bagdad modern, Irak). Kota Babilon semula dibangun sama seperti
kota-kota Sumeria yang lain dari Zaman Perunggu, kota ini mencapai puncak
kejayaannya yang legendaris ketika Nebukadnezar II membangunnya kembali
pada abad ke-6 Sebelum Masehi. Kota Babilon baru ini dibangun mengikuti
perencanaan jalan yang teratur, kuil dan menaranya tetap berdiri di tengah kota,
dan Istana Taman-taman Bergantung yang termasyur itu tembok utaranya ada
di Sungai Efrat. Pada puncak kebesarannya sebagai ibukota imperium Babilonia,
kota Babilon berpenduduk sebanyak 10.000 jiwa dan barangkali merupakan
kota paling besar di zaman itu.
14. Ziggurats (Akkadian ziqqurat, D-stem of zaqāru "to build on a raised area") were
massive structures built in the ancient Mesopotamian valley and western Iranian
plateau, having the form of a terraced step pyramid of successively receding stories or
levels. Ziggurats (Akkadian ziqqurat, D-stem of zaqāru "to build on a raised area")
were massive structures built in the ancient Mesopotamian valley and western Iranian
plateau, having the form of a terraced step pyramid of successively receding stories or
levels.
The reconstructed facade of the Neo-Sumerian Great Ziggurat
of Ur, near Nasiriyah, Iraq
CAD rendering of Sialk's largest ziggurat based on archeological
evidence.
15. Pola Perencanaan Kota Dunia Zaman Dahulu-Mesir
Peradaban Mesir pada jaman perunggu juga berkembang subur dan berorientasi
pada kota-kota, tetapi ukuran kota-kotanya umumnya kecil-kecil kecuali kota-kota
yang dibangun bersamaan dengan pembangunan piramida, misalnya kota yang paling
tua di mesir, Kahun, yang dibangun untuk para pekerja dan para seniman yang
mengerjakan suatu piramida besar Al-Lahun, di hulu Sungai Nil , di selatan Kairo,
dekat Bendungan Aswan. Orang yang tinggal bisa mencapai 20.000 orang, ketika
piramida dibangun. Setelah piramida selesai dibangun, kota ditinggalkan, orang tidak
pernah mengganggap sebagai kota permanen, lebih cocok dianggap sebagai
necropolis, atau kota untuk orang mati.
Kahun, ancient Egyptian town, its site lying in modern Al-Fayyūm muḥāfaẓah (governorate). It
was erected for the overseers and workmen employed in constructing the nearby pyramid of Al-
Lāhūn, built by Sesostris II (reigned 1844–37 bce), and it was abandoned when the pyramid was
completed. Excavated by the English archaeologist Sir Flinders Petrie (1888–90), it revealed a
crisscross of streets laid out in a regular pattern, with houses built of mud brick having beamed,
flat mud roofs, open courts and porticoes, and the earliest examples of a supporting wooden
column, fluted and on a raised base. Cretan polychrome Kamáres ware and Cypriot black ware
were also found at the site.
18. Pola Perencanaan Kota Dunia Zaman Dahulu- Yunani
•Peradaban barat dimulai pi pulau-pulau di Lautan Aegea dan
berkembang sejak orang-orang dari utara mendiami tanah Yunani dan
berbaur dengan penduduk asli. Pada abad kelima sebelum Masehi,
Pericles mulai memperkenalkan suatu bentuk kewarganegaraan
berazasken moral dan politik, yang disebut demokrasi.
•Karena penduduk mengadakan pertemuan-pertemuan mereka di kuil
Athena, maka tempat persidangan demokrasi ini menggantikan
kedudukan istana sang penguasa sebagai pusat kota didalam disain
perkotaan.
•Dengan berkembanganya demokrasi demokrasi, maka rumah-rumah
dan fasilitas masyarakat menjadi unsur yang paling penting pada
perencanaan kota.
•Bersamaan dengan meningkatnya kesadaran tentang tata tertib dan
struktur perkotaan di abad kelima S.M., maka muncul seorang
perencana kota yang sangat menonjol- Hippodamus.
20. Hippodamus_1
• Hippodamus berpendidikan sebagai arsitek, mengembangkan dasar teoritis yang
pertama tentang perencanaan fisik kota-kota. Sesudah mempelajari kota-kota
Sumeria dan Mesir, ia mengemukakan perlunya sistem jalan yang sejajar dan
membentuk persegi panjang (atau pola Gridiron), agar tercipta bentuk geometris
pada ruang perkotaan. Sedangkan blok-blok perumahan dirancang supaya
memudahkan pelayanan bagi perumahan tersebut dan agar tersedia sarana
pencapaian yang menuju ke bangunan-bangunan dan lapangan-lapangan umum.
Di samping itu, perumahan tersebut diatur sedemikian rupa, sehingga terasa
adanya suasana pribadi, suatu unsur yang sangat penting dalam demokrasi Yunani.
• Hippodamus menciptakan ide tentang apa yang disebut agora, suatu pusat
perdagangan yang diatur dalam bentuk persegi panjang. Kegiatan perdagangan
suatu kota dilakukan di agora itu, yang nampak berbeda sekali dengan tempai ini di
mana rakyat mengadakan pertemuan politik – yang disebut pynx, atau forum
lapangan terbuka – tetapi letaknya seringkali berdekatan. Terdapat bukti bahwa
peraturan bangunan sudah dibuat untuk mencegah penyerobotan tempat-tempat
umum dan jalur hijau lainnya demi kepentingan pribadi.
21. Hippodamus_2
• Hippodamus merancang Kota Piraeus (kota pelabuhan Athena) dan Kota Rhodes.
Filsafat dan pola perencanaannya juga digunakan secara luas di kota-kota koloni dan
di berbagai kota-besar Yunani, seperti Miletus dan Priene (keduanya terletak di
barat-daya Turki) dan Thurii ( di bagian selatan Italia).
• Sekitas tahun 400 S.M., Athena sudah tumbuh menjadi sebuah kota yang
berpenduduk 40.000 orang, ditambah dengan 100.000 budak dan orang-orang
asing. 1)
• Hippodamus berpendirian bahwa hanya Athena saja, sebagai ibukota, yang boleh
menjadi sebesar itu; ia mengemukakan teori bahwa kota-kota lain sebaiknya jangan
berpenduduk lebih dari 10.000 orang. Teori Hippodamus ini terutama didasarkan
atas keyakinannya tentang masalah kesehatan, dan tentang kemampuan sebuah
kota untuk menyediakan bahan makanan dan kebutuhan air. Ini merupakan contoh
pertama yang diketahui orang tentang pembatasan pertumbuhan fisik sebuah kota
di dalam perencanaan perkotaan.
• 1) Catatan :Athena ketika itu mungkin merupakan kota terbesar di dunia. Tetapi ada juga kemungkinan
bahwa Teotihuacan, di dekat Mexico City sekarang, berpenduduk 100.000 pada waktu yang sama. Bukti-
bukti tidak lengkap, tetapi ada jejak-jejak tentang bangsa yang mendirikan kota itu)
23. Miletus Kota Kuno Yunani
Miletus (mī lē' təs) (Ancient Greek:
Μίλητος, Milētos; Latin: Miletus) was
an ancient Greek city[1] on the western
coast of Anatolia (in what is now Aydin
Province, Turkey), near the mouth of
the Maeander River in ancient Caria.
Before the Persian invasion in the
middle of the 6th century BC, Miletus
was considered the greatest and
wealthiest of Greek cities.[2][3]
Evidence of first settlement at the site
has been made inaccessible by the rise
of sea level and deposition of
sediments from the Maeander. The
first available evidence is of the
Neolithic. In the early and middle
Bronze age the settlement came under
Minoan influence. Legend has it that
an influx of Cretans occurred
displacing the indigenous Leleges. The
site was renamed Miletus after a place
in Crete.
24.
25.
26. Peringatan Socrates, Plato dan Aristoteles
• Sekitar tahun 400 SM, Socrates memperingatkan bahwa apabila peradaban Yunani tidak berkembang,
maka akan terjadi kemerosotan. Tidak lama kemudian, Plato dan Aristoteles memperingatkan bahwa
orang-orang kaya yang menganggap sulit untuk menerima peningktan peradaban seperti itu, akan pergi
meninggalkan kota menuju tanah-tanah dan villa mereka di luar kota, dan hal itu akan membahayakan
demokrasi. Dengan kata lain, akan terjadi kekosongan kepemimpinan di kota-kota, apabila orang-orang
kaya dan para pemimpin yang telah menjadi orang-kaya-baru semuanya meninggalkan kota, untuk
menghindari perdebatan dan keharusan turun tangan dalam masalah kepentingan warga, karena ingin
hidup senang tanpa bersusah payah. Memang ketika semakin banyak orang kaya dan para pemimpin mulai
pindah ke luar kota, maka yang tertinggal adalah pemimpin-pemimpin kerdil dan politisi yang serakah,
yang merampas harta dan kekayaan kota tanpa ada yang mengawasi. Kondisi kota-kota semakin
memburuk, ketika Yunani terlibat dalam serangkaian peperangan yang betul-betul membawa bencana dan
Yunani kalah perang. Begitu Besarnya kerugian akibat peperangan itu, sehingga Yunani menjadi sekedar
sebuah propinsi Romawi pada tahun 146 sebelum Masehi.
• Arus perpindahan warga kota yang kaya-raya ke daerah pedalaman ini agaknya merupakan contoh
pertama tentang proses penghancuran kota akibat suburbanisasi. Sebab ketika para warga dan para
pemimpin yang kaya beramai-ramai pindah ke luar kota, mereka meninggalkan berbagai masalah besar
yang tidak dapat dipecahkan tanpa adanya kepemimpinan. Suatu lingkaran setan yang merusak mulai
berkembang di pusat kota. Sementara daerah-saerah di sekelilingnya juga akan terjangkit oleh masalah
tersebut. Manakala terjadi krisis nasional yang besar, seperti perang atau kemunduran ekonomi, maka
kota berikut daerah-daerah di sekelilingnya tidak akan dapat bertahan. Demokrasi yang didasarkan atas
kehidupan kota membutuhkan kepemimpinan.
27. Zaman HELLENISME ( tiga abad terakhir sebelum Masehi)
• Banyak desain dan proporsi arsitektur bangunan di kota-kota Yunani kuno dalam tiga abad terakhir
sebelum Masehi – zaman Hellenisme – mempunyai apa yang disebut gaya klasik. Konsep-konsepnya masih
jelas kelihatan pada desain sejumlah bangunan di zaman sekarang. Jika diingat bahwa arsitektur di zaman
kuno sangat diutamakan, maka zaman Hellenisme merupakan peralihan kepada perencanaan Romawi
yang berorientasikan kemiliteran dan pertahanan.
• Anehnya, orang Yunani tidak memadukan teori dan filsafat tentang perencanaan dan desain untuk zaman
Hellenisme. Ahli teori dan organisator terkemuka tentang arsitektur gaya klasik Yunani adalah Vitruvius,
seorang arsitek dan insinyur Romawi dari abad pertama sebelum Masehi, yang banyak berkarya di Afrika
Utara. Vitruvius mempelajari gaya klasik dan menyususn 10 buku tentang arsitektur, yang diterbitkan
dengan judul De Architectura. Pokok-pokok pemikirannya tentang desain klasik dapat diketahui dengan
jelas dari uraiannya tentang bangunan-bangunan yang memiliki sifat-sifat “kokoh, nyaman, dan
menyenangkan”.
30. Mitos Yunani ke Romawi
• Romawi menurut mitos ('The Aineid' ditulis oleh
Virgil (30 SM-19 SM) ) didirikan keturunan seorang
pangeran Troya yang selamat ketika kota Troya
diserang Yunani (karena seorang ratu Sparta, Helen,
istri raja Menelaus dilarikan pangeran muda Troya,
bernama Paris). Ketika pasukan Yunani membumi
hanguskan Troy, Aeneas dan sebagian penduduk Troy
menyelamatkan diri, berlayar mencari negeri baru.
Sampai di sebuah negeri, Lavinium di Italy. Di sinilah
Aeneas mendirikan bangsa baru, kelak kemudian
berkembang dan memimpin dunia, bangsa Romawi.
31. Pola Perencanaan Kota Dunia Zaman Dahulu-Romawi_1
Roma menggantikan Athena sebagai pusat dunia barat selama
zaman Kekaisaran Romawi (27 S.M. Hingga tahun 324). Sejak tahun
509 S.M. , yaitu sejak tersingkirnya raja asing terakhir yang
memerintahnya, Roma menjadi republik yang diperintahkan oleh
kaum aristrokrat, yang menjelang kematian Julius Caesar pada
tahun 44 S.M., Republik Romawi sudah menyebarkan kekuasaannya
di seluruh Italia dan wilayah-wilayah di sekitarnya. Sejak Caesar
Augustus pada tahun 27 S.M., Kekaisaran Romawi mulai
melanjutkan ekspansinya. Setiap kaesar berusaha dengan jalan
meneklukan negeri lain untuk menjaga ketertiban dunia, menurut
pandngan Roma – Pax Romano, atau Perdamaian Romawi – suatu
pemikiran tentang satu dunia terdiri dari berbagai macam bangsa
yang mematuhi undang-undang yang sama, di bawah satu orang,
pemimpin besar.
32. Pola Perencanaan Kota Dunia Zaman Dahulu-Romawi_2
• Ketika Kekaisaran Romawi bertambah kuat dan kaya, jumlah penduduk Roma
meningkat dengan cepat; ada bermacam-macam perkiraan, mulai dari 250.000
sampai 2 juta penduduk tetap menjelang abad ketiga sesudah masehi.
Pertumbuhan ini menyebebkan penyediaan perumahan yang sangat tidak
mencukupi dan berbagai masalah transportasi. Perkembangan kota tersebut
sedemikian cepatnya pada abad ketiga, sehingga di Roma perlu dibangun lebih
dari 45.000 blok apartemen, di samping 2.000 rumah pribadi yang sudah ada.
[Menarik sekali untuk diperhatikan bahwa beberapa bengunan bertingkat delapan
telah dibangun di Roma sampai abad pertama sesudah Masehi, yaitu ketika Caesar
Augustus membatasi tinggi bangunan sampai maksimum 70 kaki ( 24 m) – contoh
pertama yang diketahui tentang pembatasan bangunan]. Roma juga sangat
menderita karena kekurangan suplai air, sehingga mengakibatkan pembuatan
akuaduk yang berfungsi untuk mengalirkan air tawar ke kota.
33. Resume Pola Perencanaan Kota Dunia Zaman Dahulu_Romawi_3
• Selama masa itu, para pemimpin Roma yang kaya raya membangun berbagai
monumen raksasa dan bangunan-bangunan umum sebagai tanda kebesaran
dirinya dan kebesaran Roma, dan setiap kaisar baru akan membangun sebuah
forum (tempat pertemuan umum) yang lebih besar daripada yang dibuat oleh
pendahulunya. Forum-forum ini menjadi pusat kehidupan politik dan bisnis di kota
Roma.
• Bangsa romawi telah menyadari pentingnya transportasi sehingga, dalam hal ini,
bangsa Romawi muncul sebagai perencana wilayah yang pertama. Mereka
merancang dan membangun jalan-jalan di seluruh imperium yang membentang
dari Inggris sampai ke Babilon dan dari Spanyol sampai ke Mesir, berfungsi untuk
menghubungkan kota-kotanya. Jaringan jalan tersebut memungkinkan arus
komunikasi dan perniagaan mengalir dari Roma dan kota-kota lainnya, dan
merupakan sarana agar pasukan-pasukan pemerintah bisa bergerak cepat guna
memelihara ketertiban dan menumpas pemberontakan.
42. Akuaduk
The Romans constructed numerous aqueducts to serve any large city in their
empire, as well as many small towns and industrial sites. The city of Rome had
the largest concentration of aqueducts, with water being supplied by eleven
aqueducts constructed over a period of about 500 years. They served drinking
water and supplied the numerous baths and fountains in the city, as well as
finally being emptied into the sewers, where the once-used gray water
performed its last function in removing waste matter.
The first Roman aqueduct was the Aqua Appia, built in 312 BC during the Roman
Republic. The methods of construction are described by Vitruvius in his work De
Architectura written in the 1st century BC. His book would have been of great
assistance to Frontinus, a general who was appointed in the late 1st century AD
to administer the many aqueducts of Rome. He discovered a discrepancy
between the intake and supply of water caused by illegal pipes inserted into the
channels to divert the water, and reported on his efforts to improve and regulate
the system to the emperor Trajan at the end of the 1st century AD. The report of
his investigation is known as De aquaeductu. In addition to masonry aqueducts,
the Romans built many more leats — channels excavated in the ground, usually
with a clay lining. They could serve industrial sites such as gold mines, lead and
tin mines, forges, water-mills and baths or thermae. Leats were much cheaper
than the masonry design, but all aqueducts required good surveying to ensure a
regular and smooth flow of water.
44. Resume Pola Perencanaan Kota Dunia Zaman Dahulu_Romawi_4
• Dalam upaya menduduki wilayah-wilayah baru, menekan migrasi penduduk ke kota Roma, dan
menegakkan citra tentang hukum dan ketertiban Romawi, orang Romawi membangun sejumlah kota
militer di seluruh Imperium. Kebanyakan dari kota-kota itu mengikuti suatu rencana-induk dengan
perbedaan-perbedaan yang sedikit sekali, sehingga memungkinkan adanya standarisasi. Dibangun dengan
pola yang hampir bujur-sangkar, kota-kota koloni tersebut didominasi oleh bangunan-bangunan untuk
kepentingan masyarakat, yang terletak di persilangan dua buah jalan utama. Rumah-rumah pada
umumnya berupa apartemen kecil, tetapi ada juga rumah-rumah bergaya-altrium, milik orang kaya;
altrium merupakan ruang terbuka tidak beratap di tengah rumah, dapat berupa pasio atau hall.
• Runtuhnya Kekaisaran Romawi terjadi secara berangsur-angsur. Penduduk lebih suka bersenang-senang
dan menjadi malas, sedangkan kepemimpinan terpecah-pecah karena sering bertengkar. Perkembangan
agama Nasrani juga menggerogoti akar-akar kekuasaan Romawi, dan berbagai golongan serta pihak-pihak
di dalam negeri yang saling berperang ikut juga mempercepat keruntuhannya. Suku barbar mulai
menyerang, dan untuk pertama kalinya dalam masa lima abad Kekaisaran Romawi melihat musuh di
depan pintunya sendiri. Dengan adanya invasi suku barbar, Roma dan kota-kota lain di dalam imperium itu
dihancurkan. Monumen-monumen yang didirikan oleh para kaisar dibongkar orang untuk dijadikan bahan
bangunan. Tempat-tempat pertemuan masyarakat seperti forum dirusak oleh massa yang bertempur.
Kekaisaran Romawi runtuh pada akhir abad ketiga. Konstantinus I menjadi kaisar Kristen pertama yang
memerintah Romawi pada tahun 307, dan memindahkan ibukotanya ke Konstantinopel (Istambul, Turki)
pada tahun 303.
• Pada abad kelima mulaialh Zaman Kegelapan. Kota-kota yang semula direncanakan sebagai lambang
kekuasaan kaisar, digantikan oleh kota-kota abad pertengahan, yang berlandaskan kekuasan para
penguasa feodal atas para budak mereka, dan bukan berlandaskan prinsip-prinsip demokrasi ataupun
imperialisme.
45. Resume Pola Perencanaan Kota Dunia Zaman Dahulu
• Hal yang menarik dari zaman purba adalah bahwa di zaman itu telah diterapkan
pola perencanaan kota yang tetap bertahan sampai lama sekali. Menurut pola itu,
sebuah kota haruslah dibangun atas empat dasar . Dasar fisik sebuah kota adalah
wujud yang kelihatan berupa bangunan-bangunan, jalan, taman, dan benda-benda
lain yang menciptakan bentuk kota tersebut. Dasar ekonomi sebuah kota
memberikan alasan bagi eksistensinya. Dasar politik sebuah kota sangat penting
bagi ketertiban. Dan akhirnya, dasar sosial sangat penting supaya kota ada artinya.
Perencanaan kota-kota di jaman kuno merupakan pelopor bagi apa yang sekarang
disebut sebagai perencanaan kota.
• Dasar fisik kota terutama terlihat dengan jelas pada kota-kota klasik di zaman
kuno. Pola jaringan jalan yang vteratur selalu diterapkan, berbeda dengan jalan
yang berkelok-kelok dan dibuat tanpa rencana di kota-kota non-klasik. Pusat kota-
kota klasik biasanya didominasi oleh bangunan-bangunan tempat ibadah,
bangunan pemerintah, dan bisnis – intinya, kekuasaan terpusat di tengah kota
klasik.
46. Resume Pola Perencanaan Kota Dunia Zaman Dahulu
• Perumahan menempati bagian-bagian yang lainnya; jarang sekali perumahan
memberikan bobot pada bentuk kota klasik. Para perencana kota klasik
menciptakan berbagai desain yang sesuai dengan keinginan pihak-pihak dan para
pemimpin yang erkuasa, bukan untuk kepuasan artistik atau cita-cita mereka
pribadi. Para perencana tersebut merupakan ahli teknik yang bekerja untuk
memecahkan masalah-masalah perkotaan, yang disebabkan oleh kendala-kendala
politik, ekonomi, sosial, dan fisik
47. REFERENSI
[Anthony J. Catanese, James C. Snyder, Perencanaan Kota, 1988, 1992, Penerbit Erlangga]
Arthur B. Gallion, Simon Eisner, 1986, 1992, Pengantar Perancangan Kota, Penerbit Erlangga