SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
UNDANG-UNDANG
Nomor 37 Tahun 2014
Tentang
KONSERVASI TANAH DAN AIR
DIREKTORAT PERENCANAAN & EVALUASI PENGENDALIAN DAS
DITJEN PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
2015
• Konsep awal Naskah Akademis dan RUU Konservasi Tanah dan Air
disusun oleh Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI)
bekerjasama dengan Departemen Kehutanan dan beberapa pakar
dalam waktu cukup lama, dimulai tahun 1988.
• RUU Konservasi Tanah dan Air masuk 3x dalam Program Legislasi
Nasional (PROLEGNAS) 2000-2004, 2005-2009, dan 2010-2014.
• Dengan Keputusan Ketua DPR-RI Nomor 41/DPR RI/2009-2010
tanggal 1 Desember 2009 tentang PROLEGNAS, RUU tentang
Konservasi Tanah dan Air ditetapkan dalam PROLEGNAS No. 153.
• Keputusan Ketua DPR RI No. 04.A/DPR RI/II/ 2012-2013 tentang
PROLEGNAS RUU Prioritas Th. 2013, RUU Konservasi Tanah dan Air
ditetapkan No. 61.
• Keputusan DPR RI 2010-2014 menyetujui UU Tentang Konservasi
Tanah dan Air tanggal 29 September 2014 (rapat paripurna hari
terakhir).
• Pengesahan UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air
oleh Presiden RI tanggal 17 Oktober 2014.
• Pengundangan UU No. 37 Tahun 2014 tentang KTA dalam Lembaran
Negara RI tahun 2014 No. 299 tanggal 17 Oktober 2014
Penyusunan, Penetapan, Pengesahan dan Pengundangan
UU No.37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air
TANAH & AIR
 Merupakan anasir
sistem penyangga
kehidupan
 SDA yang tak terbarukan
 Strategis sebagai modal
dasar pembangunan yg
berkelanjutan
5 FUNGSI TANAH
Habitat organisme tanah
Media
Tumbuh
Siklus unsur hara
Media bangunan
Penyedia & pemurni air
FAKTA
 Pembentukan tanah perlu ribuan tahun
 Kehilangan (erosi ) lapisan tanah subur (top soil)
berlangsung terus menerus, bisa setiap hari
ketika musim hujan
 Luas lahan kritis 28 Juta Ha (2011), tanpa upaya
nyata degradasi lahan akan terus berlanjut :
- menimbulkan bencana kekeringan, longsor dan banjir
- tingginya konversi lahan prima (pertanian
menjadi non pertanian) > 100 ribu Ha/thn
- kerugian ekonomi dan sosial sangat tinggi
- kita akan mewariskan tanah rusak kepada anak cucu
 Indonesia komitmen telah meratifikasi Konvensi
PBB: “Penanggulangan Penggurunan/Degradasi
Lahan (UNCCD) dalam Keppres
 UU No. 37 Th. 2014 tentang Konservasi Tanah dan
Air mengatur konservasi tanah dan air. Air yang
dimaksud, yang melekat pada butiran tanah yang
berfungsi menumbuhkan tanaman (green water).
Tidak tumpang tindih dengan UU No. 7 Tahun
2004 tentang Sumberdaya Air, mengatur
konservasi air (blue water) : sungai, danau.
waduk, bendungan, situ, rawa dll.
PENGATURAN DALAM UU No.37 Th.2014 Ttg KTA
 Terdiri dari 17 BAB, 69 Pasal
 Mengamanatkan 12 Peraturan Pemerintah (PP)
 Pokok-pokok Pengaturan :
 Asas dan tujuan;
 Ruang lingkup : perencanaan, penyelenggaraan,
pembinaan dan pengawasan;
 Konservasi Tanah dan Air : upaya pelindungan,
pemulihan, peningkatan dan pemeliharaan fungsi
lahan sesuai kemampuan dan peruntukan lahan
 Penyelenggaraan KTA di Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya, di setiap jenis penggunaan lahan meliputi
pertanian, perkebunan, kehutanan, padang penggembalaan,
peternakan, perikanan, pertambangan, perindustrian,
pariwisata, permukiman, jalan
 Penggolongan lahan berdasarkan kualitasnya :
- Lahan Prima;
- Lahan Kritis;
- Lahan Rusak
 Hak dan kewajiban Setiap Orang, Badan Hukum/ Badan
Usaha, Pemerintah, Pemda
 Pendanaan, imbal jasa lingkungan
 Pemerintah, Pemda, dan Setiap Orang dalam
penyelenggaraan KTA berhak atas Bantuan, Insentif,
Ganti Kerugian, dan Kompensasi dari Pemerintah, Pemda
dan setiap orang
 Pembinaan dan pengawasan, pemberdayaan
masyarakat, dan peran serta masyarakat;
 Penyelesaian sengketa (di pengadilan atau
luar pengadilan), hak gugat, penyidikan, sanksi
administratif, ketentuan pidana, ketentuan peralihan
dan ketentuan penutup
lanjutan
DENGAN DITETAPKANNYA UU No. 37 Th. 2014
tentang KTA :
 Kewajiban pelaksanaan KTA mengikat secara
hukum bagi pemerintah, pemda, badan
hukum/usaha, dan perorangan
 Upaya KTA dilakukan secara sistematis,
terintegrasi dan menerapkan teknik dan
metode yang tepat
 Pelanggaran hukum berat di bidang KTA
termasuk kejahatan luar biasa (extra ordinary
crime)
DENGAN DITETAPKANNYA UU KTA (lanjutan)
 Fungsi tanah dan air terlindungi, infiltrasi air
kedalam tanah meningkat, aliran air permukaan
diminimalisir;
 Menjamin fungsi lahan yg mampu mendukung
kehidupan masyarakat;
 Optimalisasi fungsi lahan utk manfaat sosek &
lingkungan secara seimbang & lestari;
 Daya dukung DAS meningkat;
 Manfaat KTA adil dan merata
Leading sector KTA adalah Kementerian Kehutanan
BAB I
KETENTUAN UMUM
BAB IV
PERENCANAAN KTA
BAB V
PENYELENGGARAAN
KTA
BAB XIV
SANKSI ADMINISTRATIF
BAB XIII
PENYIDIKAN
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
BAB XI
PERANSERTA MASYARAKAT
Main
Substa
nce
Support
ing
Element
General
Law
Enforce
ment
Additio
nal
Regulati
on
BAB III
PENGUASAAN DAN
PELAKSANAAN WEWENANG
BAB VIII
BANTUAN, INSENTIF, GANTI
KERUGIAN DAN KOMPENSASI
BAB XII
PENYELESAIAN
SENGKETA
BAB X
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
BAB VII
PENDANAAN
BABIII
PENGUASAANDANPELAKSANAANWEWENANG
Hak menguasai negara atas tanah, air, dan
kekayaan alam
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota
mengatur dan menyelenggarakan konservasi tanah dan air
Pemerintah
menyelenggarakan sendiri
melimpahkan sebagian
kepada perangkat Pemerintah
atau wakil Pemerintah di
daerah
menugaskan kepada
Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah
kabupaten/kota
menyelenggarakan sendiri
pelimpahan sebagian dari
Pemerintah
penugasan dari Pemerintah
BABIV
PERENCANAANKTA
Perencanaan
Jangka Panjang
PERENCANAAN
TINGKAT
NASIONAL PERENCANAAN
TINGKAT
PROVINSI PERENCANAAN
TINGKAT
KAB/KOTA
Perencanaan
Tahunan
Perencanaan Jangka
Menengah
Perencanaan
Jangka Panjang
Perencanaan
Tahunan
Perencanaan Jangka
Menengah
Perencanaan
Jangka Panjang
Perencanaan
Tahunan
Perencanaan Jangka
Menengah
Memperhatikan RTRW dan RPN/D
BABV
PENYELENGGARAANKTA
KTA
Perlindungan
fungsi lahan →
menjaga dan
mempertahankan
lahan prima agar
tidak rusak dan tetap
berfungsi secara
optimal sebagai
unsur produksi,
media pengatur tata
air, dan sebagai
unsur perlindungan
alam lingkungan.
Pemulihan fungsi
lahan →
mengembalikan
kemampuan dan
fungsi lahan kritis
dan lahan rusak.
Peningkatan
fungsi lahan →
meningkatkan
kemampuan lahan
kritis dan lahan
rusak yang sudah
diperbaiki, agar
fungsinya sebagai
media produksi
dan/atau pengatur
tata air, dan sebagai
unsur perlindungan
alam lingkungan
dapat meningkat.
Pemeliharaan
fungsi lahan →
memelihara lahan
prima, serta lahan
kritis dan lahan
rusak yang sudah
diperbaiki, guna
menjamin
kelestarian fungsi
lahan.
Kecuali kawasan cagar alam dan
zona inti taman nasional.
Bagian Kesatu
KTA
LAHAN
Tanggung jawab
Pemerintah,
pemerintah daerah
provinsi, pemerintah
daerah
kabupaten/kota,
pemegang hak atas
tanah, pemegang
kuasa atas tanah,
pemegang izin,
dan/atau pengguna
lahan.
a. di kawasan lindung; dan
b. di kawasan budidaya.
(berdasarkan unit DAS,
ekosistem, dan satuan lahan)
Dilaksanakan oleh Menteri dan
menteri yang tugas dan fungsinya
terkait dengan urusan
pemerintahan di bidang
konservasi tanah dan air.
Inventarisasi
Lahan
a. Lahan prima;
b. Lahan kritis; dan
c. Lahan rusak.
Lahan gambut,
savana,, dan pesisir
(metoda tersendiri→
PP)
Bagian Kedua
Pengamanan
menjamin perlindungan
fungsi lahan
sosialisasi; penyuluhan;
pembinaan; pengawasan;
pengendalian; dan penegakan
hukum.
Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, pemegang hak,
pemegang kuasa, pemegang izin,
dan/atau pengguna lahan.
Penataan kawasan
Pendeliniasian/
Penandaan batas
Pemerintah,
pemerintah daerah
provinsi, dan
pemerintah daerah
kabupaten/kota
Perlindungan Fungsi Lahan
lahan kawasan lindung dan lahan
kawasan budidaya.
Pengendalian konversi
penggunaan lahan prima
Kawasan budidaya
pemberian izin
konversi
penggunaan
lahan
Kawasan lindung
upaya maksimal
untuk
mempertahankan
fungsi utama
kawasan lindung
dilakukan
oleh
Pemerintah
untuk
kepentingan
umum.
a. vegetatif;
b. agronomi;
dan/atau
c. sipil teknis.
Kawasan
budidaya
Metoda
vegetatif
Kawasan
lindung
Pemulihan Fungsi Lahan
dilakukan pada lahan kritis dan lahan
rusak dalam kawasan budidaya dan
kawasan lindung kecuali cagar alam dan
zona inti taman nasional.
Bagian Ketiga
Agronomi
a. pemberian mulsa;
b. pengaturan pola tanam;
c. pemberian amelioran;
d. pengayaan tanaman;
e. pengolahan tanah konservasi
f. penanaman mengikuti kontur
(contour planting).
g. pemupukan;
h. Pemanenan; dan/atau
i. kegiatan lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Vegetatif
penanaman
tanaman
konservasi
tanah dan air
Sipil teknis
pembuatan
bangunan
konservasi
tanah dan air
Peningkatan Fungsi Lahan
lahan kritis dan
lahan rusak yang
sudah dipulihkan
Bagian Keempat
lahan prima, lahan kritis, dan lahan
rusak yang telah dipulihkan dan
ditingkatkan fungsinya
a. metoda agronomi;
b. bangunan sipil teknis
Bagian Kelima
Pemeliharaan
Fungsi Lahan
BABVI
HAK DAN KEWAJIBAN
Hak dan
Kewajiban
Setiap Orang
berhak:
Memperoleh manfaat atas fungsi tanah pada lahan;
Terlibat perencanaan KTA;
Berperan serta dalam penyelenggaraan KTA;
Pengawasan terhadap penyelenggaraan KTA;
Mendapatkan pendampingan, advokasi, dan pelayanan;
Mengajukan keberatan, laporan, dan pengaduan; dan
Melakukan gugatan.
wajib melaksanakan konservasi tanah dan air pada
setiap jenis penggunaan lahan di kawasan lindung
dan kawasan budidaya
Pemerintah,
pemerintah daerah
provinsi dan
pemerintah daerah
kabupaten/kota
wajib melaksanakan KTA di kawasan hutan konservasi dan
hutan lindung.
BABVII
PENDANAAN
TANGGUNG JAWAB:
- PEMERINTAH,
- PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI,
- PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN/KOTA,
- PEMEGANG HAK ATAS
TANAH,
- PEMEGANG KUASA ATAS
TANAH,
- PEMEGANG IZIN,
DAN/ATAU
- PENGGUNA LAHAN,
Baik sendiri-sendiri maupun
bekerjasama.
SUMBE
R
• APBN,
• APBD,
• PEMERINTAH/LEMBAGA
ASING,
• BADAN USAHA,
• PERORANGAN,
DAN/ATAU
• SUMBER LAINNYA YANG
SAH DAN TIDAK
MENGIKAT
BERDASARKAN
PERATURAN
PERUNDANG-
UNDANGAN
Pengelolaan Pendanaan dilakukan
secara transparan dan akuntabel
ImbalJasaLingkungan
dalamPenyelenggaraanKTA
Pembayaran imbal jasa lingkungan dalam penyelenggaraan KTA pada
prinsipnya merujuk pada
KONSEP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN
(PAYMENT FOR ENVIRONMENTAL SERVICES)
yang mengacu pada 2 (dua) prinsip:
Sepanjang terkait kewajiban
pelayanan publik yang
menyangkut hajat hidup
orang banyak, Pemerintah/
pemerintah daerah
provinsi/kabupaten/kota
mendanai kegiatan
konservasi tanah dan air
serta pengelolaan DAS
(government pay principle)
Penerima manfaat atas
sumber daya alam tanah
dan air harus membayar
untuk kepentingan
konservasi, rehabilitasi,
restorasi dan pelestarian
tanah dan air
(beneficiaries pay
principle).
BABVIII
BANTUAN,INSENTIF,GANTIKERUGIAN,
DANKOMPENSASI
WAJIB
MEMBERIKAN
BANTUAN -> setiap orang
yang mempunyai kemauan
untuk menyelenggarakan
KTA tetapi tidak mampu
secara teknik atau ekonomi
GANTI KERUGIAN ->
pemilik, penguasa dan/atau
pengguna lahan terhadap
pengalihan hak atas tanah
dalam penyelenggaraan KTA
Pemerintah dan
pemerintah
daerah
Pemerintah dan
pemerintah
daerah
DAPAT
MEMBERIKAN
INSENTIF -> setiap orang yang
menyelenggarakan KTA
KOMPENSASI -> setiap orang
yang telah menyelenggarakan KTA
secara swadaya di kawasan
lindung
Setiap
orang
GANTI KERUGIAN DAN
KOMPENSASI
kepada pemerintah dan atau
pemerintah daerah yang
menyelenggarakan konservasi
tanah dan air;
BANTUAN, INSENTIF, GANTI
KERUGIAN DAN KOMPENSASI
kepada setiap orang yang
menyelenggarakan konservasi
tanah dan air
DAPAT
MEMBERIKAN
BABIX
PEMBINAANDAN PENGAWASAN
• Kebijakan Nasional (norma, standar,
pedoman, dan kriteria)
Pemerintah
(Menteri dan Menteri
Terkait)
• Penetapan Juklak Penyelenggaraan
KTA
Pemda Provinsi
(Gubernur)
• Pelaksanaan kebijakan nasional dan
Juklak Penyelenggaraan KTA
Pemda
Kabupaten/Kota
(Bupati/Walikota)
Tindak Lanjut
PEMBINAAN
Diklat dan Penyuluhan
Sosialisasi
Advokasi
Supervisi
PENGAWASAN
Pemantauan
Evaluasi
Pelaporan
BABX
PEMBERDAYAANMASYARAKAT
Pemerintah
Pemda Provinsi
Pemda Kab/Kota
• Pengakuan legalitas hasil
KTA
• Pengembangan
kelembagaan
• Bantuan modal
• Bimtek
• Penyuluhan
• Diklat
BABXI
PERANSERTAMASYARAKAT
PERAN SERTA MASYARAKAT
Perorangan
Kelompok
(Forum)
Bentuk
• memberikan
informasi
• mengajukan usul
• memberikan
pertimbangan atau
pendapat
• mengajukan
keberatan
- Perencanaan
- Perumusan kebijakan
- Pelaksanaan
- Pemungutan manfaat
Memperhatikan
kearifan lokal
BABXII
PENYELESAIANSENGKETA
Penyelesaian Sengketa
Pengadilan
Hak Gugat Pemerintah
dan Pemerintah Daerah
Hak Gugat Masyarakat
Hak Gugat Organisasi
Hak Gugat Administrasi
Luar Pengadilan
jasa mediator dan/atau
arbiter
lembaga penyedia jasa
penyelesaian sengketa
BAB XIII
PENYIDIKAN
Penyidik Pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
konservasi tanah dan air
WEWENANG
a. Melakukan pemeriksanaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak
pidana di bidang konservasi tanah dan air;
b. Melakukan pemanggilan terhadap seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersngka atau
sebagai saksi dalam tindak pidana di bidang konservasi tanah dan air;
c. Melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana di bidang konservasi tanah dan
air;
d. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak
pidana di bidang konservasi tanah dan air;
e. Membuat dan menandatangani berita acara; dan
f. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana di
bidang konservasi tanah dan air.
memberitahukan
dimulainya penyidikan dan
melaporkan hasil
penyidikannya kepada
penuntut umum melalui
Pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia
BABXIV
SANKSIADMINISTRATIF
Orang Perseorangan
Badan Usaha
a. peringatan lisan;
b. peringatan tertulis;
c. penghentian sementara
kegiatan;
d. penghentian sementara
pelayanan umum;
e. penutupan lokasi kegiatan;
f. pencabutan insentif;
g. denda administratif;
h. pelaksanaan tindakan
tertentu;
i. pencabutan izin; dan/atau
j. denda.
Pejabat
Pemerintah
Ketentuan
peraturan
perundang-
undangan
PENGECUALIAN SANKSI
Pasal 18
(1) Setiap Orang dilarang melakukan konversi penggunaan
Lahan Prima di Kawasan Lindung.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) tidak
termasuk konversi yang dilakukan oleh pemerintah untuk
kepentingan umum.
Pasal 19
(1) Pelindungan Fungsi Tanah pada Lahan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 12 huruf a di Kawasan Budi Daya dilakukan
dengan metode manajemen berupa: a. pengendalian konversi
penggunaan Lahan prima; b. pengamanan; dan c. penataan
kawasan.
(2) Pengendalian konversi penggunaan Lahan prima sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a di Kawasan Budi Daya
dilakukan dengan pembatasan pemberian izin konversi
penggunaan Lahan prima sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang_undangan.
Pasal 29
(1) Setiap Orang yang memiliki hak atas tanah Lindung dan/atau di
Kawasan Budi melaksanakan Konservasi Tanah dan Air jenis
penggunaan Lahan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) tidak berlaku pada
Lahan yang dikelola masyarakat hukum adat atau masyarakat
lradisional yang melaksanakan kearifan lokal.
PENGECUALIAN SANKSI
BAB XV
KETENTUANPIDANA
Terhadap tindak
pidana dalam
ketentuan UU
ini dikenai:
• pidana penjara
dan/atau
• pidana denda
Pidana tambahan atau tindakan tata tertib
berupa:
• perampasan keuntungan yang diperoleh
dari tindak pidana
• penutupan seluruh atau sebagian tempat
usaha dan/atau kegiatan
• perbaikan akibat tindak pidana
• kewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan
tanpa hak; dan/atau
• penempatan perusahaan di bawah
pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun
NO Tindak pidana
ANCAMAN PIDANA KONVERSI
KETERANGAN
Petani (< 2ha) Perorangan Badan usaha
1 Di kawasan
lindung
a. Konversi
penggunaa
n lahan
prima
Lalai= 6 bulan
atau 10 jt
Lalai= 2 tahun
dan/atau 1 M
Lalai= 2-5 tahun
dan denda 1-3 M
Sengaja = 1
tahun
atau = 20 jt
Sengaja = 3
tahun
Dan/atau = 2 M
Sengaja = 3-9
tahun
Dan denda = 1,5-5
M
a. Degradasi
lahan berat
Lalai= 1 tahun
atau= 25 jt
Lalai= 4 tahun
dan/atau 3 M
Lalai= 4-12 tahun
dan denda 2-7M
Sengaja = 2
tahun
atau 30 jt
Sengaja = 5
tahun
Dan/atau = 7 M
Sengaja = 5-15
tahun
Dan denda 3-10 M
a. Bencana Lalai=2 tahun
atau= 30 jt
Lalai= 6 tahun
dan/atau 5 M
Lalai= 6-15tahun
dan denda 13 M
Sengaja = 3
tahun
atau 50 jt
Sengaja= 7 tahun
Dan/atau = 10 M
Sengaja = 7-18
tahun
Dan denda = 5-15
M
NO Tindak pidana ANCAMAN PIDANA KONVERSI
KETERANGAN
Petani (< 2ha) Perorangan Badan usaha
2 Di kawasan
budidaya
a. Konversi
penggunaa
n lahan
prima
tidak dipidana Lalai=1 tahun
dan/atau 500jt
Lalai= 1-3 tahun
dan denda 1 M
Sengaja = 6
bulan
atau = 5 jt
Sengaja = 2
tahun
Dan/atau = 1 M
Sengaja = 2-4
tahun
Dan denda = 750
jt-2 M
a. Degradasi
lahan berat
Lalai= 6 bulan
atau= 15 jt
Lalai= 3 tahun
dan/atau 2 M
Lalai= 3-6 tahun
dan denda 1,5-5 M
Sengaja = 1
tahun
Dan/atau 20 jt
Sengaja = 4
tahun
Dan/atau = 3 M
Sengaja = 4-8 tahn
Dan denda 2-7 M
a. Bencana
Lalai= 2 tahun
dan/atau= 30 jt
Lalai= 4 tahun
dan/atau 3 M
Lalai= 4-9 tahun
dan denda 3-10 M
Sengaja = 3
tahun
Dan/atau 40 jt
Sengaja= 5 tahun
Dan/atau =5 M
Sengaja = 5-10
tahun
Dan denda = 4-13
M
NO Tindak pidana ANCAMAN PIDANA
KETERANGA
N
Petani
(< 2ha)
Perorangan Badan usaha
Tidak
menyelenggarakan
KTA mengakibatkan
degradasi lahan
berat yang
melampaui ambang
kekritisan lahan
(Pasal 30)
Lalai : 1 th
dan atau
denda
Rp.50 jt
Lalai : 2 tahun
dan atau
denda
Rp.500 jt.
Lalai : 5 tahun
dan/atau
Rp.50 milliar
Sengaja =
1 tahun
atau =
Rp.100 jt
Sengaja = 4
tahun
Dan/atau =
Rp.1 M
Sengaja = 7
tahun
Dan denda =
Rp.100 M
Sanksi karena tidak menyelenggarakan KTA (Pasal 30)
BAB XVI
KETENTUANPERALIHAN
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku semua peraturan perundang-
undangan yang mengatur KTA tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-Undang ini.
Badan usaha yang izinnya masih berlaku setelah ditetapkannya Undang-
Undang ini wajib menyelenggarakan konservasi tanah dan air selambat-
lambatnya 2 (dua) tahun setelah tanggal ditetapkan
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Peraturan pelaksanaan dari UU ini harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun
terhitung sejak UU ini diundangkan.
UU ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Sosialisasi UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air - Ditjen BPDASPS.ppt

More Related Content

Similar to Sosialisasi UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air - Ditjen BPDASPS.ppt

UU Nomor 01 Tahun 2014
UU Nomor 01 Tahun 2014UU Nomor 01 Tahun 2014
UU Nomor 01 Tahun 2014Parja Negara
 
UU Nomor 01 Tahun 2014 (2).pdf
UU Nomor 01 Tahun 2014 (2).pdfUU Nomor 01 Tahun 2014 (2).pdf
UU Nomor 01 Tahun 2014 (2).pdfssuserd809ef
 
Uu no.272007
Uu no.272007Uu no.272007
Uu no.272007bachrisb
 
UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau KecilUU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau KecilPenataan Ruang
 
Uu 27 2007 Wilayah Pesisir Ppk
Uu 27 2007  Wilayah Pesisir PpkUu 27 2007  Wilayah Pesisir Ppk
Uu 27 2007 Wilayah Pesisir Ppkguest6887f0
 
Uu 27 2007 Wilayah Pesisir Ppk
Uu 27 2007  Wilayah Pesisir PpkUu 27 2007  Wilayah Pesisir Ppk
Uu 27 2007 Wilayah Pesisir Ppkguest6887f0
 
Undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pula...
Undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pula...Undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pula...
Undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pula...Rizki Fitrianto
 
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...Penataan Ruang
 
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kRencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kdenny KARWUR
 
SKB Menteri PU, Menhut dan Mendagri No. 19/1984, KH.059/KPTS-II/1984 dan PU 1...
SKB Menteri PU, Menhut dan Mendagri No. 19/1984, KH.059/KPTS-II/1984 dan PU 1...SKB Menteri PU, Menhut dan Mendagri No. 19/1984, KH.059/KPTS-II/1984 dan PU 1...
SKB Menteri PU, Menhut dan Mendagri No. 19/1984, KH.059/KPTS-II/1984 dan PU 1...infosanitasi
 
UU Nomor 27 Tahun 2007 (1).pdf
UU Nomor 27 Tahun 2007 (1).pdfUU Nomor 27 Tahun 2007 (1).pdf
UU Nomor 27 Tahun 2007 (1).pdfssuserd809ef
 
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2007
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2007Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2007
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2007JalinKrakatau
 
10 kuliah pa bab x. undang2 sda
10 kuliah pa bab x. undang2 sda10 kuliah pa bab x. undang2 sda
10 kuliah pa bab x. undang2 sdaAndrew Hutabarat
 
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang RawaPeraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawainfosanitasi
 
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim globalPengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim globalpariatmono
 
Penjelasan uu 27 2007 -pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Penjelasan uu 27 2007 -pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilPenjelasan uu 27 2007 -pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Penjelasan uu 27 2007 -pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilrafieraine02
 
Rpp pengelolaan das terpadu
Rpp pengelolaan das terpaduRpp pengelolaan das terpadu
Rpp pengelolaan das terpaduwalhiaceh
 
Perda air tanah kalsel 2018
Perda air tanah kalsel 2018Perda air tanah kalsel 2018
Perda air tanah kalsel 2018Fikri Azwari Hyt
 
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)ridwantobukublogspot
 

Similar to Sosialisasi UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air - Ditjen BPDASPS.ppt (20)

UU Nomor 01 Tahun 2014
UU Nomor 01 Tahun 2014UU Nomor 01 Tahun 2014
UU Nomor 01 Tahun 2014
 
UU Nomor 01 Tahun 2014 (2).pdf
UU Nomor 01 Tahun 2014 (2).pdfUU Nomor 01 Tahun 2014 (2).pdf
UU Nomor 01 Tahun 2014 (2).pdf
 
Uu no.272007
Uu no.272007Uu no.272007
Uu no.272007
 
UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau KecilUU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
 
Uu 27 2007 Wilayah Pesisir Ppk
Uu 27 2007  Wilayah Pesisir PpkUu 27 2007  Wilayah Pesisir Ppk
Uu 27 2007 Wilayah Pesisir Ppk
 
Uu 27 2007 Wilayah Pesisir Ppk
Uu 27 2007  Wilayah Pesisir PpkUu 27 2007  Wilayah Pesisir Ppk
Uu 27 2007 Wilayah Pesisir Ppk
 
1 uu-2014-1
1 uu-2014-11 uu-2014-1
1 uu-2014-1
 
Undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pula...
Undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pula...Undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pula...
Undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pula...
 
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
 
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kRencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
 
SKB Menteri PU, Menhut dan Mendagri No. 19/1984, KH.059/KPTS-II/1984 dan PU 1...
SKB Menteri PU, Menhut dan Mendagri No. 19/1984, KH.059/KPTS-II/1984 dan PU 1...SKB Menteri PU, Menhut dan Mendagri No. 19/1984, KH.059/KPTS-II/1984 dan PU 1...
SKB Menteri PU, Menhut dan Mendagri No. 19/1984, KH.059/KPTS-II/1984 dan PU 1...
 
UU Nomor 27 Tahun 2007 (1).pdf
UU Nomor 27 Tahun 2007 (1).pdfUU Nomor 27 Tahun 2007 (1).pdf
UU Nomor 27 Tahun 2007 (1).pdf
 
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2007
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2007Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2007
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2007
 
10 kuliah pa bab x. undang2 sda
10 kuliah pa bab x. undang2 sda10 kuliah pa bab x. undang2 sda
10 kuliah pa bab x. undang2 sda
 
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang RawaPeraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
 
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim globalPengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
 
Penjelasan uu 27 2007 -pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Penjelasan uu 27 2007 -pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilPenjelasan uu 27 2007 -pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Penjelasan uu 27 2007 -pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
 
Rpp pengelolaan das terpadu
Rpp pengelolaan das terpaduRpp pengelolaan das terpadu
Rpp pengelolaan das terpadu
 
Perda air tanah kalsel 2018
Perda air tanah kalsel 2018Perda air tanah kalsel 2018
Perda air tanah kalsel 2018
 
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)
 

Sosialisasi UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air - Ditjen BPDASPS.ppt

  • 1. UNDANG-UNDANG Nomor 37 Tahun 2014 Tentang KONSERVASI TANAH DAN AIR DIREKTORAT PERENCANAAN & EVALUASI PENGENDALIAN DAS DITJEN PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2015
  • 2. • Konsep awal Naskah Akademis dan RUU Konservasi Tanah dan Air disusun oleh Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) bekerjasama dengan Departemen Kehutanan dan beberapa pakar dalam waktu cukup lama, dimulai tahun 1988. • RUU Konservasi Tanah dan Air masuk 3x dalam Program Legislasi Nasional (PROLEGNAS) 2000-2004, 2005-2009, dan 2010-2014. • Dengan Keputusan Ketua DPR-RI Nomor 41/DPR RI/2009-2010 tanggal 1 Desember 2009 tentang PROLEGNAS, RUU tentang Konservasi Tanah dan Air ditetapkan dalam PROLEGNAS No. 153. • Keputusan Ketua DPR RI No. 04.A/DPR RI/II/ 2012-2013 tentang PROLEGNAS RUU Prioritas Th. 2013, RUU Konservasi Tanah dan Air ditetapkan No. 61. • Keputusan DPR RI 2010-2014 menyetujui UU Tentang Konservasi Tanah dan Air tanggal 29 September 2014 (rapat paripurna hari terakhir). • Pengesahan UU No. 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air oleh Presiden RI tanggal 17 Oktober 2014. • Pengundangan UU No. 37 Tahun 2014 tentang KTA dalam Lembaran Negara RI tahun 2014 No. 299 tanggal 17 Oktober 2014 Penyusunan, Penetapan, Pengesahan dan Pengundangan UU No.37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air
  • 3. TANAH & AIR  Merupakan anasir sistem penyangga kehidupan  SDA yang tak terbarukan  Strategis sebagai modal dasar pembangunan yg berkelanjutan 5 FUNGSI TANAH Habitat organisme tanah Media Tumbuh Siklus unsur hara Media bangunan Penyedia & pemurni air
  • 4. FAKTA  Pembentukan tanah perlu ribuan tahun  Kehilangan (erosi ) lapisan tanah subur (top soil) berlangsung terus menerus, bisa setiap hari ketika musim hujan  Luas lahan kritis 28 Juta Ha (2011), tanpa upaya nyata degradasi lahan akan terus berlanjut : - menimbulkan bencana kekeringan, longsor dan banjir - tingginya konversi lahan prima (pertanian menjadi non pertanian) > 100 ribu Ha/thn - kerugian ekonomi dan sosial sangat tinggi - kita akan mewariskan tanah rusak kepada anak cucu  Indonesia komitmen telah meratifikasi Konvensi PBB: “Penanggulangan Penggurunan/Degradasi Lahan (UNCCD) dalam Keppres  UU No. 37 Th. 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air mengatur konservasi tanah dan air. Air yang dimaksud, yang melekat pada butiran tanah yang berfungsi menumbuhkan tanaman (green water). Tidak tumpang tindih dengan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, mengatur konservasi air (blue water) : sungai, danau. waduk, bendungan, situ, rawa dll.
  • 5. PENGATURAN DALAM UU No.37 Th.2014 Ttg KTA  Terdiri dari 17 BAB, 69 Pasal  Mengamanatkan 12 Peraturan Pemerintah (PP)  Pokok-pokok Pengaturan :  Asas dan tujuan;  Ruang lingkup : perencanaan, penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan;  Konservasi Tanah dan Air : upaya pelindungan, pemulihan, peningkatan dan pemeliharaan fungsi lahan sesuai kemampuan dan peruntukan lahan  Penyelenggaraan KTA di Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya, di setiap jenis penggunaan lahan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, padang penggembalaan, peternakan, perikanan, pertambangan, perindustrian, pariwisata, permukiman, jalan  Penggolongan lahan berdasarkan kualitasnya : - Lahan Prima; - Lahan Kritis; - Lahan Rusak
  • 6.  Hak dan kewajiban Setiap Orang, Badan Hukum/ Badan Usaha, Pemerintah, Pemda  Pendanaan, imbal jasa lingkungan  Pemerintah, Pemda, dan Setiap Orang dalam penyelenggaraan KTA berhak atas Bantuan, Insentif, Ganti Kerugian, dan Kompensasi dari Pemerintah, Pemda dan setiap orang  Pembinaan dan pengawasan, pemberdayaan masyarakat, dan peran serta masyarakat;  Penyelesaian sengketa (di pengadilan atau luar pengadilan), hak gugat, penyidikan, sanksi administratif, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup lanjutan
  • 7. DENGAN DITETAPKANNYA UU No. 37 Th. 2014 tentang KTA :  Kewajiban pelaksanaan KTA mengikat secara hukum bagi pemerintah, pemda, badan hukum/usaha, dan perorangan  Upaya KTA dilakukan secara sistematis, terintegrasi dan menerapkan teknik dan metode yang tepat  Pelanggaran hukum berat di bidang KTA termasuk kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)
  • 8. DENGAN DITETAPKANNYA UU KTA (lanjutan)  Fungsi tanah dan air terlindungi, infiltrasi air kedalam tanah meningkat, aliran air permukaan diminimalisir;  Menjamin fungsi lahan yg mampu mendukung kehidupan masyarakat;  Optimalisasi fungsi lahan utk manfaat sosek & lingkungan secara seimbang & lestari;  Daya dukung DAS meningkat;  Manfaat KTA adil dan merata Leading sector KTA adalah Kementerian Kehutanan
  • 9. BAB I KETENTUAN UMUM BAB IV PERENCANAAN KTA BAB V PENYELENGGARAAN KTA BAB XIV SANKSI ADMINISTRATIF BAB XIII PENYIDIKAN BAB XVI KETENTUAN PERALIHAN BAB XVII KETENTUAN PENUTUP BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN BAB XI PERANSERTA MASYARAKAT Main Substa nce Support ing Element General Law Enforce ment Additio nal Regulati on BAB III PENGUASAAN DAN PELAKSANAAN WEWENANG BAB VIII BANTUAN, INSENTIF, GANTI KERUGIAN DAN KOMPENSASI BAB XII PENYELESAIAN SENGKETA BAB X PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BAB XV KETENTUAN PIDANA BAB II ASAS DAN TUJUAN BAB VII PENDANAAN
  • 10. BABIII PENGUASAANDANPELAKSANAANWEWENANG Hak menguasai negara atas tanah, air, dan kekayaan alam Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur dan menyelenggarakan konservasi tanah dan air Pemerintah menyelenggarakan sendiri melimpahkan sebagian kepada perangkat Pemerintah atau wakil Pemerintah di daerah menugaskan kepada Pemerintah Daerah Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan sendiri pelimpahan sebagian dari Pemerintah penugasan dari Pemerintah
  • 11. BABIV PERENCANAANKTA Perencanaan Jangka Panjang PERENCANAAN TINGKAT NASIONAL PERENCANAAN TINGKAT PROVINSI PERENCANAAN TINGKAT KAB/KOTA Perencanaan Tahunan Perencanaan Jangka Menengah Perencanaan Jangka Panjang Perencanaan Tahunan Perencanaan Jangka Menengah Perencanaan Jangka Panjang Perencanaan Tahunan Perencanaan Jangka Menengah Memperhatikan RTRW dan RPN/D
  • 12. BABV PENYELENGGARAANKTA KTA Perlindungan fungsi lahan → menjaga dan mempertahankan lahan prima agar tidak rusak dan tetap berfungsi secara optimal sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, dan sebagai unsur perlindungan alam lingkungan. Pemulihan fungsi lahan → mengembalikan kemampuan dan fungsi lahan kritis dan lahan rusak. Peningkatan fungsi lahan → meningkatkan kemampuan lahan kritis dan lahan rusak yang sudah diperbaiki, agar fungsinya sebagai media produksi dan/atau pengatur tata air, dan sebagai unsur perlindungan alam lingkungan dapat meningkat. Pemeliharaan fungsi lahan → memelihara lahan prima, serta lahan kritis dan lahan rusak yang sudah diperbaiki, guna menjamin kelestarian fungsi lahan. Kecuali kawasan cagar alam dan zona inti taman nasional.
  • 13. Bagian Kesatu KTA LAHAN Tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, pemegang hak atas tanah, pemegang kuasa atas tanah, pemegang izin, dan/atau pengguna lahan. a. di kawasan lindung; dan b. di kawasan budidaya. (berdasarkan unit DAS, ekosistem, dan satuan lahan) Dilaksanakan oleh Menteri dan menteri yang tugas dan fungsinya terkait dengan urusan pemerintahan di bidang konservasi tanah dan air. Inventarisasi Lahan a. Lahan prima; b. Lahan kritis; dan c. Lahan rusak. Lahan gambut, savana,, dan pesisir (metoda tersendiri→ PP)
  • 14. Bagian Kedua Pengamanan menjamin perlindungan fungsi lahan sosialisasi; penyuluhan; pembinaan; pengawasan; pengendalian; dan penegakan hukum. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, pemegang hak, pemegang kuasa, pemegang izin, dan/atau pengguna lahan. Penataan kawasan Pendeliniasian/ Penandaan batas Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota Perlindungan Fungsi Lahan lahan kawasan lindung dan lahan kawasan budidaya. Pengendalian konversi penggunaan lahan prima Kawasan budidaya pemberian izin konversi penggunaan lahan Kawasan lindung upaya maksimal untuk mempertahankan fungsi utama kawasan lindung dilakukan oleh Pemerintah untuk kepentingan umum.
  • 15. a. vegetatif; b. agronomi; dan/atau c. sipil teknis. Kawasan budidaya Metoda vegetatif Kawasan lindung Pemulihan Fungsi Lahan dilakukan pada lahan kritis dan lahan rusak dalam kawasan budidaya dan kawasan lindung kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional. Bagian Ketiga
  • 16. Agronomi a. pemberian mulsa; b. pengaturan pola tanam; c. pemberian amelioran; d. pengayaan tanaman; e. pengolahan tanah konservasi f. penanaman mengikuti kontur (contour planting). g. pemupukan; h. Pemanenan; dan/atau i. kegiatan lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Vegetatif penanaman tanaman konservasi tanah dan air Sipil teknis pembuatan bangunan konservasi tanah dan air Peningkatan Fungsi Lahan lahan kritis dan lahan rusak yang sudah dipulihkan Bagian Keempat
  • 17. lahan prima, lahan kritis, dan lahan rusak yang telah dipulihkan dan ditingkatkan fungsinya a. metoda agronomi; b. bangunan sipil teknis Bagian Kelima Pemeliharaan Fungsi Lahan
  • 18. BABVI HAK DAN KEWAJIBAN Hak dan Kewajiban Setiap Orang berhak: Memperoleh manfaat atas fungsi tanah pada lahan; Terlibat perencanaan KTA; Berperan serta dalam penyelenggaraan KTA; Pengawasan terhadap penyelenggaraan KTA; Mendapatkan pendampingan, advokasi, dan pelayanan; Mengajukan keberatan, laporan, dan pengaduan; dan Melakukan gugatan. wajib melaksanakan konservasi tanah dan air pada setiap jenis penggunaan lahan di kawasan lindung dan kawasan budidaya Pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota wajib melaksanakan KTA di kawasan hutan konservasi dan hutan lindung.
  • 19. BABVII PENDANAAN TANGGUNG JAWAB: - PEMERINTAH, - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI, - PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA, - PEMEGANG HAK ATAS TANAH, - PEMEGANG KUASA ATAS TANAH, - PEMEGANG IZIN, DAN/ATAU - PENGGUNA LAHAN, Baik sendiri-sendiri maupun bekerjasama. SUMBE R • APBN, • APBD, • PEMERINTAH/LEMBAGA ASING, • BADAN USAHA, • PERORANGAN, DAN/ATAU • SUMBER LAINNYA YANG SAH DAN TIDAK MENGIKAT BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN Pengelolaan Pendanaan dilakukan secara transparan dan akuntabel
  • 20. ImbalJasaLingkungan dalamPenyelenggaraanKTA Pembayaran imbal jasa lingkungan dalam penyelenggaraan KTA pada prinsipnya merujuk pada KONSEP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (PAYMENT FOR ENVIRONMENTAL SERVICES) yang mengacu pada 2 (dua) prinsip: Sepanjang terkait kewajiban pelayanan publik yang menyangkut hajat hidup orang banyak, Pemerintah/ pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota mendanai kegiatan konservasi tanah dan air serta pengelolaan DAS (government pay principle) Penerima manfaat atas sumber daya alam tanah dan air harus membayar untuk kepentingan konservasi, rehabilitasi, restorasi dan pelestarian tanah dan air (beneficiaries pay principle).
  • 21. BABVIII BANTUAN,INSENTIF,GANTIKERUGIAN, DANKOMPENSASI WAJIB MEMBERIKAN BANTUAN -> setiap orang yang mempunyai kemauan untuk menyelenggarakan KTA tetapi tidak mampu secara teknik atau ekonomi GANTI KERUGIAN -> pemilik, penguasa dan/atau pengguna lahan terhadap pengalihan hak atas tanah dalam penyelenggaraan KTA Pemerintah dan pemerintah daerah
  • 22. Pemerintah dan pemerintah daerah DAPAT MEMBERIKAN INSENTIF -> setiap orang yang menyelenggarakan KTA KOMPENSASI -> setiap orang yang telah menyelenggarakan KTA secara swadaya di kawasan lindung Setiap orang GANTI KERUGIAN DAN KOMPENSASI kepada pemerintah dan atau pemerintah daerah yang menyelenggarakan konservasi tanah dan air; BANTUAN, INSENTIF, GANTI KERUGIAN DAN KOMPENSASI kepada setiap orang yang menyelenggarakan konservasi tanah dan air DAPAT MEMBERIKAN
  • 23. BABIX PEMBINAANDAN PENGAWASAN • Kebijakan Nasional (norma, standar, pedoman, dan kriteria) Pemerintah (Menteri dan Menteri Terkait) • Penetapan Juklak Penyelenggaraan KTA Pemda Provinsi (Gubernur) • Pelaksanaan kebijakan nasional dan Juklak Penyelenggaraan KTA Pemda Kabupaten/Kota (Bupati/Walikota)
  • 24. Tindak Lanjut PEMBINAAN Diklat dan Penyuluhan Sosialisasi Advokasi Supervisi PENGAWASAN Pemantauan Evaluasi Pelaporan
  • 25. BABX PEMBERDAYAANMASYARAKAT Pemerintah Pemda Provinsi Pemda Kab/Kota • Pengakuan legalitas hasil KTA • Pengembangan kelembagaan • Bantuan modal • Bimtek • Penyuluhan • Diklat
  • 26. BABXI PERANSERTAMASYARAKAT PERAN SERTA MASYARAKAT Perorangan Kelompok (Forum) Bentuk • memberikan informasi • mengajukan usul • memberikan pertimbangan atau pendapat • mengajukan keberatan - Perencanaan - Perumusan kebijakan - Pelaksanaan - Pemungutan manfaat Memperhatikan kearifan lokal
  • 27. BABXII PENYELESAIANSENGKETA Penyelesaian Sengketa Pengadilan Hak Gugat Pemerintah dan Pemerintah Daerah Hak Gugat Masyarakat Hak Gugat Organisasi Hak Gugat Administrasi Luar Pengadilan jasa mediator dan/atau arbiter lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa
  • 28. BAB XIII PENYIDIKAN Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang konservasi tanah dan air WEWENANG a. Melakukan pemeriksanaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang konservasi tanah dan air; b. Melakukan pemanggilan terhadap seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersngka atau sebagai saksi dalam tindak pidana di bidang konservasi tanah dan air; c. Melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana di bidang konservasi tanah dan air; d. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang konservasi tanah dan air; e. Membuat dan menandatangani berita acara; dan f. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana di bidang konservasi tanah dan air. memberitahukan dimulainya penyidikan dan melaporkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
  • 29. BABXIV SANKSIADMINISTRATIF Orang Perseorangan Badan Usaha a. peringatan lisan; b. peringatan tertulis; c. penghentian sementara kegiatan; d. penghentian sementara pelayanan umum; e. penutupan lokasi kegiatan; f. pencabutan insentif; g. denda administratif; h. pelaksanaan tindakan tertentu; i. pencabutan izin; dan/atau j. denda. Pejabat Pemerintah Ketentuan peraturan perundang- undangan
  • 30. PENGECUALIAN SANKSI Pasal 18 (1) Setiap Orang dilarang melakukan konversi penggunaan Lahan Prima di Kawasan Lindung. (2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) tidak termasuk konversi yang dilakukan oleh pemerintah untuk kepentingan umum.
  • 31. Pasal 19 (1) Pelindungan Fungsi Tanah pada Lahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf a di Kawasan Budi Daya dilakukan dengan metode manajemen berupa: a. pengendalian konversi penggunaan Lahan prima; b. pengamanan; dan c. penataan kawasan. (2) Pengendalian konversi penggunaan Lahan prima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a di Kawasan Budi Daya dilakukan dengan pembatasan pemberian izin konversi penggunaan Lahan prima sesuai dengan ketentuan peraturan perundang_undangan.
  • 32. Pasal 29 (1) Setiap Orang yang memiliki hak atas tanah Lindung dan/atau di Kawasan Budi melaksanakan Konservasi Tanah dan Air jenis penggunaan Lahan. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) tidak berlaku pada Lahan yang dikelola masyarakat hukum adat atau masyarakat lradisional yang melaksanakan kearifan lokal. PENGECUALIAN SANKSI
  • 33. BAB XV KETENTUANPIDANA Terhadap tindak pidana dalam ketentuan UU ini dikenai: • pidana penjara dan/atau • pidana denda Pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa: • perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana • penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan • perbaikan akibat tindak pidana • kewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau • penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun
  • 34. NO Tindak pidana ANCAMAN PIDANA KONVERSI KETERANGAN Petani (< 2ha) Perorangan Badan usaha 1 Di kawasan lindung a. Konversi penggunaa n lahan prima Lalai= 6 bulan atau 10 jt Lalai= 2 tahun dan/atau 1 M Lalai= 2-5 tahun dan denda 1-3 M Sengaja = 1 tahun atau = 20 jt Sengaja = 3 tahun Dan/atau = 2 M Sengaja = 3-9 tahun Dan denda = 1,5-5 M a. Degradasi lahan berat Lalai= 1 tahun atau= 25 jt Lalai= 4 tahun dan/atau 3 M Lalai= 4-12 tahun dan denda 2-7M Sengaja = 2 tahun atau 30 jt Sengaja = 5 tahun Dan/atau = 7 M Sengaja = 5-15 tahun Dan denda 3-10 M a. Bencana Lalai=2 tahun atau= 30 jt Lalai= 6 tahun dan/atau 5 M Lalai= 6-15tahun dan denda 13 M Sengaja = 3 tahun atau 50 jt Sengaja= 7 tahun Dan/atau = 10 M Sengaja = 7-18 tahun Dan denda = 5-15 M
  • 35. NO Tindak pidana ANCAMAN PIDANA KONVERSI KETERANGAN Petani (< 2ha) Perorangan Badan usaha 2 Di kawasan budidaya a. Konversi penggunaa n lahan prima tidak dipidana Lalai=1 tahun dan/atau 500jt Lalai= 1-3 tahun dan denda 1 M Sengaja = 6 bulan atau = 5 jt Sengaja = 2 tahun Dan/atau = 1 M Sengaja = 2-4 tahun Dan denda = 750 jt-2 M a. Degradasi lahan berat Lalai= 6 bulan atau= 15 jt Lalai= 3 tahun dan/atau 2 M Lalai= 3-6 tahun dan denda 1,5-5 M Sengaja = 1 tahun Dan/atau 20 jt Sengaja = 4 tahun Dan/atau = 3 M Sengaja = 4-8 tahn Dan denda 2-7 M a. Bencana Lalai= 2 tahun dan/atau= 30 jt Lalai= 4 tahun dan/atau 3 M Lalai= 4-9 tahun dan denda 3-10 M Sengaja = 3 tahun Dan/atau 40 jt Sengaja= 5 tahun Dan/atau =5 M Sengaja = 5-10 tahun Dan denda = 4-13 M
  • 36. NO Tindak pidana ANCAMAN PIDANA KETERANGA N Petani (< 2ha) Perorangan Badan usaha Tidak menyelenggarakan KTA mengakibatkan degradasi lahan berat yang melampaui ambang kekritisan lahan (Pasal 30) Lalai : 1 th dan atau denda Rp.50 jt Lalai : 2 tahun dan atau denda Rp.500 jt. Lalai : 5 tahun dan/atau Rp.50 milliar Sengaja = 1 tahun atau = Rp.100 jt Sengaja = 4 tahun Dan/atau = Rp.1 M Sengaja = 7 tahun Dan denda = Rp.100 M Sanksi karena tidak menyelenggarakan KTA (Pasal 30)
  • 37. BAB XVI KETENTUANPERALIHAN Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku semua peraturan perundang- undangan yang mengatur KTA tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini. Badan usaha yang izinnya masih berlaku setelah ditetapkannya Undang- Undang ini wajib menyelenggarakan konservasi tanah dan air selambat- lambatnya 2 (dua) tahun setelah tanggal ditetapkan
  • 38. BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Peraturan pelaksanaan dari UU ini harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak UU ini diundangkan. UU ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan