Laporan praktikum ini membahas tentang sifat fisik mineral, dengan tujuan untuk mengenali genesa mineral halite, asosiasi mineral limonite, dan sifat fisik mineral kuarsa. Praktikan melakukan pengujian terhadap beberapa sampel mineral untuk mengetahui sifat fisiknya seperti bentuk, warna, kilauan, kekerasan, dan lain sebagainya.
1. LAPORAN PRAKTIKUM
KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
SIFAT FISIK MINERAL
NAMA : BONARDO OLOAN PANGARIBUAN
NIM : 2309086055
KELOMPOK : 10 (SEPULUH)
NAMAASISTEN : MUHAMMAD RIZKY
NIM : 1909086009
LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mineral merupakan unsur pembentuk batuan yang berada dalam kerak bumi dan bersifat
homogen, fisik maupun kimiawi. Mineral merupakan persenyawaan anorganik asli, serta
mempunya susunan kimia yang tetap. Sebagian bersar dari mineral ini terdapat dalam
keadaan padat, akan tetapi dapat juga berada dalam keadaan setengah padat, gas, ataupun
cair. Mineral padat tersebut biasanya terdapat dalam bentuk kristal yang pada sisinya
dibatasi oleh bidang datar. Saat ini telah dikenal lebih dari 2000 mineral. Sebagian
merupakan mineral- mineral utama yang dikelompokkan sebagai Mineral Pembentuk
Batuan. Mineral- mineral tersebut terutama mengandung unsur-unsur yang menempati
bagian terbesar di bumi, antara lain unsur Oksigen (O), Silikon (Si), Aluminium (AL),
Besi (Fe), Kalsium (Ca), Sodium (Na), Potasium (K) dan Magnesium (Mg). Mineral
dapat dikenal dengan menguji sifat fisik umum yang dimilikinya.
Secara khusus, mineral merujuk kepada substansi padat dan anorganik yang memiliki
karakteristik unik, yakni memiliki struktur kristal yang teratur dan komposisi kimia yang
tetap. Struktur kristal ini terbentuk melalui proses kristalisasi ketika mineral mengendap
dari larutan atau cairan. Mineral-mineral yang lain dapat terlihat dari sifat fisik seperti
bentuk kristal, sifat belahan atau warna, atau dengan peralatan yang sederhana seperti
pisau atau potongan gelas dengan mudah diuji kekerasannya. Mineral dapat dipelajari
dengan seksama dengan memeriksa dari bentuk potongan (hand specimen) dari mineral,
atau batuan dimana dia terdapat, dengan menggunakan lensa pembesar (hand lens/loupe),
dan mengujinya dengan alat lain, seperti pisau, kawat baja, potongan gelas atau porselen
dan cairan asam (misalnya HCL). Pengetahuan tentang “mineral” merupakan syarat
mutlak untuk dapat mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan.
Oleh karena itu, dilakukannya praktikum geologi dasar, dengan maksud dan tujuan agar
praktikan mengetahui bagaimana sifat – sifat fisik dari sebuah mineral. Selain itu
bertujuan agar praktikan mengetahui cara mengidentifikasi mineral-mineral pada batuan.
3. 1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini yaitu;
a. Untuk mengetahui genesa mineral halite
b. Untuk mengetahui asosiasi mineral limonite
c. Untuk mengetahui sifat fisik dari mineral kuarsa
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mineral didefinisikan sebagai suatu benda padat homogen yang terdapat di alam,
terbentuk secara anorganik, memiliki komposisi kimia pada batas – batas tertentu dan
memiliki atom – atom yang tersusun secara teratur. Mineral – mineral adalah komponen
batuan yang membentuk lapisan kerak bumi. Berdasarkan definisi tersebut, gas dan cairan
seperti air dan minyak tidak termasuk ke dalam mineral karena tidak bersifat padat.
Kristal – kristal yang dibuat di laboratorium juga dan pabrik juga tidak disebut sebagai
mineral, misalnya amethis sintetis, rubi sintetis, spinel sintetis, dan intan sintetis.
Demikian juga benda – benda padat dan homogen yang dihasilkan, misalnya oleh kulit
tiram atau mutiara tidak termasuk mineral, ataupun secara kimia dan fisika tidak berbeda
dengan aragonit, yaitu terdiri atas unsur karbonat. Mineral – mineral yang berada dalam
keadaan mengkristal pada umumnya terdapat dalam bentuk bangun yang tidak teratur
(amorf). Setiap mineral memiliki bentuk kristal yang hampir lebih (lebih – kurang)
konstan (tetap), bergantung pada struktur internal unsurnya (spatial lattice-nya). Mineral
memiliki berbagai sifat, di antaranya sifat fisik, sifat optik, sifat magnet, sifat listrik, sifat
permukaan, dan sifat radioaktif. Sifat fisik mineral di antaranya kekerasan, belahan,
kilap, warna, goresan, luminescence, fluorescence, densiti, berat jenis, dan bentuk kristal
Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana
atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral dapat kita
jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang
diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai
nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan
untuk ditambang seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat,
bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur
didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-
bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai
“kristal”. Dengan demikian, kristal secara umum dapat di-definisikan sebagai bahan padat
yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang
5. khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat
tersebut dinamakan kristalografi.
Pengetahuan tentang “mineral” merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari bagian
yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar yang padat dari Bumi ini
disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari batuan, dengan mengambil “lithos”
dari bahasa latin yang berarti batu, dan “sphere” yang berarti selaput. Tidak kurang dari
2000 jenis mineral yang kita ketahui sekarang. Beberapa daripadanya merupakan benda
padat dengan ikatan unsur yang sederhana. Contohnya adalah mineral intan yang hanya
terdiri dari satu jenis unsur saja yaitu “Karbon”. Garam dapur yang disebut mineral halit,
terdiri dari senyawa dua unsur “Natrium” dan “Chlorit” dengan simbol NaCl. Setiap
mineral mempunyai susunan unsur-unsur yang tetap dengan perbandingan tertentu. Studi
yang mempelajari segala sesuatunya tentang mineral disebut “Mineralogi”, didalamnya
juga mencakup pengetahuan tentang “Kristal”, yang merupakan unsur utama dalam
susunan mineral.
Mineral adalah padatan homogen yang terbentuk secara alamiah dari material anorganik
dengan komposisi kimia yang spesifik dan sifat fisik tertentu. Suatu mineral tersusun oleh
unsur-unsur dalam berbagai bentuk ikatan atom (atomic bonds) yang meliputi ikatan
kovalen, ikatan ionik, ikatan logam, ikatan van der Waals, dan ikatan hidrogen. Mineral-
mineral tersebut terutama mengandung unsur-unsur yang menempati bagian terbesar di
bumi.
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral Silikat
dan mineral Non-silikat. Namun ternyata hanya beberapa jenis saja yang terlibat dalam
pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut dinamakan “Mineral pembentuk batuan”,
atau “Rock-forming minerals”, yang merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan
mantel Bumi. Mineral pembentuk batuan dikelompokan menjadi empat:
1. Mineral Silikat
Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan
persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Silikat
6. merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku
maupun batuan malihan. Berikut ini adalah Mineral Silikat :
- Kuarsa ( SiO )
- Felspar Alkali ( KAlSiO )
- Felspar Plagiklas (Ca,Na)AlSiO)
- Mika Muskovit (KAl(SiAlO)(OH,F)
- Mika Biotit K(Mg,Fe)SiO(OH)
- Pyroksen (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)SiO
- Olivin (Mg,Fe)SiO
2. Mineral Ferromagnesium
Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar.
- Olivine : dikenal karena warnanya yang “olive”. Berat jenis berkisar antara 3.27
– 3.37, tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang
sempurna.
- Augite : warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar antara 3.2 –
3.4 dengan bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus. Bidang belah ini
sangat penting untuk membedakannya dengan mineral hornblende.
- Hornblende : warnanya hijau hingga hitam; BD. 3.2 dan mempunyai bidang
belah yang berpotongan dengan sudut kira-kira 56 dan 124 yang sangat
membantu dalam cara mengenalnya.
- Biotite : adalah mineral “mika” bentuknya pipih yang dengan mudah dapat
dikelupas. Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam; BD
2.8 – 3.2.
3. Mineral Non-Ferromagnesium
- Muskovit : Disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning muda,
coklat , hijau atau merah. BD. berkisar antara 2.8 – 3.1.
- Feldspar : Merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak namanya
juga mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap lapangan.
- Orthoklas : mempunyai warna yang khas yakni putih abu-abu atau merah jambu.
BD. 2.57
7. - Kuarsa : Kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk
batuan yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen.
4. Mineral Oksida
Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu.
Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah “es” (H2O), korondum (Al2O3),
hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
5. Mineral Sulfida Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur
tertentu dengan sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan
merkuri. Beberapa dari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai
nilai ekonomis, atau bijih, seperti “pirit” (FeS3), “chalcocite” (Cu2S), “galena”
(PbS), dan “sphalerit” (ZnS).
6. Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2, dan disebut “karbonat”,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3
dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen.
Mineral adalah komponen dasar yang menyusun planet bumi dan studi mengenai mineral
adalah salah satu inti dari ilmu geosains. Menurut Klein, mineral adalah padatan yang
terbentuk di alam dalam suatu susunan atom yang teratur dan komposisi kimia tertentu.
Mineral umumnya terbentuk dari proses anorganik. Kualifikasi terbentuk di alam ini
membedakan mineral dengan material yang disintesis di laboratorium, sebagaimana saat
ini telah terdapat teknologi untuk memproduksi intan dan batumulia sintetis lainnya.
Mineral harus berbentuk padatan, sehingga air yang berbentuk kristal es dapat dikatakan
sebagai mineral tetapi air itu sendiri bukan mineral. Susunan atom mengindikasikan
adanya kerangka struktur penyusun mineral dalam pola geometri yang teratur. Sifat ini
dinamakan sifat kristalin, sehingga material yang susunan atomnya tidak teratur
dibedakan sebagai amorf atau gelasan. Suatu material yang terbentuk di alam dengan
kenampakan eksternal mirip dengan mineral, namun tidak memiliki struktur internal
kristalin sering disebut sebagai mineraloid. Contoh mineraloid adalah gelas vulkanik
seperti obsidian, amber, opal, bitumen, dan mutiara. Setiap mineral memiliki komposisi
kimia tertentu, namun tidak selalu pasti. Maksud dari definisi ini adalah bahwa tiap
8. mineral dapat berkomposisi murni maupun memiliki pengotor di dalamnya. Komposisi
kimia dalam mineral terkadang dikontrol pula oleh proporsi dua unsur yang saling
berikatan. Sebagai contoh, dolomit CaMg(CO3)2, seringkali memiliki pengotor atau
impurities berupa Fe dan Mn yang menggantikan Mg. Dolomit murni maupun dolomit
dengan pengotor dapat terbentuk secara alami, namun tetap harus memiliki proporsi unsur
yang tertentu.
Mineral dapat sangat bernilai ekonomi, dapat juga tidak bernilai ekonomi. Mineral yang
kelimpahannya di alam sangat besar, tidak memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Sebaliknya, semakin jarang mineral ditemui di alam, semakin tinggi nilai ekonominya.
Namun, tidak semua wilayah memiliki potensi mineral yang sama; kadang-kadang
beberapa mineral dapat dijumpai melimpah dalam suatu wilayah tertentu, tetapi tidak atau
kurang melimpah di wilayah yang lain. Kelimpahan mineral tersebut dapat
mempengaruhi keberagaman nilai ekonominya. Sebagai contoh adalah piroksen,
plagioklas dan horenblenda melimpah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),
namun tidak melimpah di Kalimantan, sehingga nilai ekonomi mineral-mineral tersebut
di DIY lebih rendah dibandingkan di Kalimantan. Sebaliknya, kuarsa, apatit dan ortoklas
melimpah di Kalimantan dan Bangka, namun tidak melimpah di Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Tengah; maka nilai ekonomi kuarsa, apatit dan ortoklas lebih tinggi
di Jawa apabila dibandingkan di Kalimantan dan Bangka. Intan dan emas adalah dua jenis
mineral yang sangat jarang dijumpai di mana pun, kedua mineral tersebut dikenal sangat
luas memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Hasil rekayasa mineral juga akan
mempengaruhi nilai ekonominya; sebagai contoh adalah kuarsa, ortoklas dan corundum
yang belum direkayasa mungkin tidak akan bernilai ekonomi jika hanya dijumpai dalam
besaran contoh 11 setangan.
9. BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1.1 Alat dan Bahan
1.1.1 Alat
Alat Tulis
Senter handphone
Kamera handphone
Magnet
Amplas
Paku
Kaca
Tisu
1.1.2 Bahan
Lembar deskripsi mineral
Kertas HVS A4
Kertas Foto
1.2 Prosedur Percobaan
1.2.1 Prosedur Percobaan
Disiapkan mineral mineral yang akan di-identifikasi
Dilakukan inspeksi dan identifikasi mineral
Ditentukan bentuk dari mineral tersebut dan dituliskan hasil identifikasi ke lembar
deskripsi
Ditentukan warna dari mineral tersebut dan dituliskan hasil identifikasi ke lembar
deskripsi
Digoreskan mineral terhadap amplas untuk menentukan warna dari cerat tersebut
dan dituliskan hasil identifikasi ke lembar deskripsi
Disinari mineral dengan senter untuk menentukan jenis kilap dan transparency
dari mineral tersebut. Kemudian dituliskan hasil identifikasi ke lembar deskripsi
10. Dilakukan penggoresan mineral terhadap ujung kuku, paku, dan kaca untuk
menentukan tingkat kekerasan dari mineral tersebut. Kemudian dituliskan hasil
identifikasi ke lembar deskripsi
Dilakukan identifikasi Kembali terhadap bentuk dan tekstur mineral untuk
menentukan belahan, pecahan, serta ketahanan dari mineral tersebut. kemudian
dituliskan hasil identifikasi ke lembar deskripsi
Dilakukan pengujian sifat kemagnetan mineral dengan menggunakan magnet dan
dituliskan hasil identifikasi ke lembar deskripsi
Ditentukan nama dan jenis dari mineral berdasarkan hasil dari identifikasi sifat
fisik mineral sebelumnya. Kemudian dituliskan hasil identifikasi ke lembar
deskripsi
Dilakukan dokumentasi berupa foto dari mineral yang telah diidentifikasi untuk
dilampirkan.
11. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Fisik Mineral
Bentuk Kristal adalah padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya tersusun secara
teratur dan mempunyai pola yang berulang dalam tiga dimensi. Oleh karena itu, kristal
dibatasi oleh permukaan yang mencerminkan struktur internal mineral. Dalam kondisi
yang tepat, kristal dapat tumbuh dengan bidang kristal sempurna dan bentuk geometris
tertentu. Bentuk khas suatu mineral ditentukan oleh bidang-bidang yang menyusunnya,
termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut.
Warna mineral adalah warna yang bisa ditangkap oleh mata ketika mineral tersebut
terkena sinar. Warna ini penting untuk membedakan antara warna yang disebabkan oleh
campuran dan warna asli elemen – elemen utama pada mineral tersebut. Banyak mineral
yang dinamakan berdasarkan warna. Misalnya warna asli dari elemen – elemen utama
pada mineral, yaitu warna yang tetap dan khas.
Kilap merupakan sifat optik dari mineral. Kilap dari sebuah mineral dapat dilihaat dengan
menggunakan flash hp yang diarahkan ke permukaan mineral. Kilap dapat dibagi menjadi
3 (tiga), yaitu kilap logam, kilap sub-logam, dan kilap non-logam. Kilap logam (metallic
luster) adalah kilap yang dihasilkan dari mineral – mineral logam. Kilap sub -logam (sub-
metallic luster) terdapat pada mineral – mineral semi opak sampai opak atau kilap yang
dihasilkan dari mineral hasil alterasi. Kilap non-logam biasanya terlihat pada mineral-
mineral yang berwarna muda.
Cerat dapat untuk membedakan dua jenis mineral yang warnanya tampak sama tetapi
warna ceratnya (warna dalam keadaan menjadi bubuk) berbeda. Gores atau cerat lebih
dapat dipercaya daripada warna yang ditampilkan oleh mineral karena warna cerat lebih
stabil.
Belahan adalah sifat fisik mineral yang mampu membelah disebabkan oleh tekanan dari
luar atau pemukulan menggunakan palu. Belahan terjadi bila mineral dipukul tidak
12. hancur tetapi terbelah – belah mengikuti bidang belah yang licin. Tidak semua mineral
mempunyai sifat ini, sehingga dipakai istilah mudah dibelah, sukar dibelah, atau tidak
dapat dibelah. Belahan terbagi menjadi sempurna (perfect), baik (good), jelas (distinct),
tidak jelas (indistinct), dan tidak sempurna (imperfect).
Pecahan (fracture) adalah cara mineral yang pecah tapi tidak melalui bidang yang lemah.
Pecahnya mineral sering tidak teratur karena tekanan yang berlebihan. Tekanan yang
berlebihan menyebabkan pecahnya pecahan tidak pada bidang yang lemah.
Kekerasan mineral diperlukan untuk membandingkan kekerasan suatu mineral dengan
mineral lainnya. Skala kekerasan mineral yang umum digunakan adalah skala kekerasan
Mohs. Skala kekerasan ini mencakup 10 level, dari yang paling lembut hingga yang
paling keras. Salah satu penerapan diagnostik karakterisasi mineral adalah untuk
menentukan kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat ketahanan mineral terhadap
keausan atau goresan.
Kemagnetan adalah sifat fisik mineral yang dimana menunjukkan bahwa mineral tersebut
mengandung unsur magnetik atau tidak. Mineral yang mengandung sifat magnetic atau
memiliki daya tarik magnet disebut paramagnetis. Sedangkan, mineral yang tidak
memiliki daya tarik magnet atau mempunyai gaya tolak terhadap magnet disebut
diamagnetis.
Tenacity atau keliatan adalah daya tahan mineral ketika ditempa. Tenacity terbagi menjadi
brittle apabila mineral mudah retak, sectile jika mineral dapat diiris dengan dengan pisau,
elastis jika mineral dapat ditarik dan kembali ke bentuk semula, fleksibel dan terakhir ada
ductile.
13. 4.2 Penjelasan Mineral
4.2.1 Mineral Kuarsa
Mineral ini memiliki warna putih dengan cerat juga berwarna putih, mineral kuarsa
memiliki kilap kaca (vitreous Luster). Belahan dari mineral kuarsa ini adalah sempurna,
dengan memiliki pecahan concoidal, lalu mineral ini memiliki kekerasan 7 dengan
tenacity yang dimiliki mineral ini adalah brittle, kemagnetannya diamagnetis,
transparansinya transparent. Kuarsa memiliki rumus kimia SiO2.
+
Gambar 4.1 Mineral Kuarsa
Mineral kuarsa adalah mineral yang terbentuk dari senyawa kimia yang terdiri dari satu
bagian silikon dan dua bagian oksigen. Klasifikasi kimia kuarsa adalah silikat. Komposisi
kimia kuarsa adalah SiO2. Kuarsa adalah mineral yang paling melimpah di kerak bumi.
Kuarsa sangat tahan terhadap pelapukan baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia.
Kuarsa adalah salah satu mineral yang banyak memiliki kegunaan (nilai penting). Sifat
kuarsa yang unik yang menjadikan kuarsa sebagai salah satu mineral yang paling berguna.
Kuarsa adalah mineral yang sangat umum ditemukan dalam batuan yang terbentuk di
lempeng benua. Mineral ini menjadi penyusun utama batuan ekstrusif dan intrusif asam
seperti granite, granodiorite, ryolite dan pegmatite granite. Kuarsa umumnya juga
terbentuk dalam wujud urat-urat dalam batuan atau yang dikenal sebagai urat kuarsa, serta
berperan sebagai media perekat (cementing) dalam pembentukan kalsedon. Mineral yang
memiliki ragam warna ini juga biasanya ditemukan dalam batuan metamorfik seperti
rijang (chert).
14. 4.2.2 Mineral Halite
Mineral ini memiliki warna oranye dengan cerat berwarna putih, mineral halit memiliki
kilap kaca (vitreous Luster). Belahan dari mineral halit ini adalah sempurna, dengan
memiliki pecahan concoidal, lalu mineral ini memiliki kekerasan 2,5 dengan tenacity
yang dimiliki mineral ini adalah brittle, kemagnetannya diamagnetis dan transparansinya
translucent. Halite memiliki rumus kimia NaCl.
Gambar 4.2 Mineral Halite
Halit, juga dikenal sebagai garam batu biasa, adalah senyawa natrium klorida (NaCl) yang
terbentuk secara alami. Halit dapat ditemukan di lapisan dengan ketebalan mulai dari
beberapa meter hingga lebih dari 300 meter (1.000 kaki) di semua benua. Endapan
evaporit, dinamakan demikian karena terbentuk oleh penguapan air asin di cekungan yang
sebagian tertutup, biasanya ditemukan pada lapisan batu kapur, dolomit, dan serpih. Halit
juga dapat digunakan sebagai produk sublimasi di daerah vulkanik, sebagai pembungaan
di daerah kering, dan sebagai produk penguapan di dekat mata air asin. Dengan kata lain,
halit adalah istilah mineral untuk zat yang kita kenal sebagai “garam”.
Halit terbentuk melalui pengendapan air laut yang menguap, meninggalkan garam
mineral. Proses ini terjadi dalam lingkungan danau, danau asin, atau laut tertutup yang
mengandung konsentrasi garam tinggi. Ketika air menguap, mineral-mineral garam
terkristalisasi, membentuk struktur kristal halit. Halit adalah sumber utama garam meja
(garam dapur) yang digunakan dalam masakan manusia. Selain itu, garam yang diperoleh
dari halite juga digunakan dalam berbagai aplikasi industri dan aplikasi kimiawi. Halit
terdapat pada batuan asosiasi evaporit, endapan gua, dan sebagai vulkanik sublima
15. 4.2.3 Mineral Thulite
Mineral ini memiliki warna merah muda dengan cerat berwarna merah, mineral thulite
memiliki kilap kaca (vitreous Luster). Belahan dari mineral thulite ini adalah jelas, dengan
pecahan even, lalu mineral ini memiliki kekerasan 6,5 dengan tenacity yang dimiliki
mineral ini adalah ductile, kemagnetannya diamagnetis, transparansinya opaque. Thulite
memiliki rumus kimia (CaAl3(SiO4)(SiO7)O(OH)).
Gambar 4.3 Mineral Thulite
Thulite adalah varietas dari mineral zoisite yang mengandung unsur mangan (Mn),
memberikan batuan ini warna merah muda hingga merah tua yang khas. Thulite sering
kali digunakan sebagai batu permata dan bahan hias karena warna merah muda yang
menarik. Namun, sifat-sifat fisik dan kimia thulite secara umum serupa dengan zoisite.
Zoisite adalah mineral kalsium-aluminium hidroksis sorosilikat. Ketika unsur mangan
hadir di dalam kristal zoisite, ia memberikan warna merah atau merah muda pada mineral
tersebut, dan varian ini kemudian disebut sebagai thulite. Thulite ditemukan dalam batuan
metamorf seperti marmor dan skarn, dan kadang-kadang ditemukan bersama dengan
mineral lain seperti kuarsa, klorit, dan epidot.
Thulite terbentuk melalui metamorfisme batuan zoisite oleh tekanan dan panas, dengan
penambahan unsur Mn, menghasilkan warna merah muda hingga merah tua. Proses ini
terjadi dalam batuan metamorf seperti marmer atau skarn. Thulite terbentuk melalui
proses metamorfisme batuan beku atau sedimen, khususnya dalam kondisi metamorfisme
rendah hingga menengah. Thulite digunakan sebagai batu permata dan bahan hias karena
warnanya yang menarik. Batu ini juga digunakan dalam perhiasan dan seni ukir.
16. 4.2.4 Mineral Ilmenite
Mineral ini memiliki warna hitam keabuan dengan cerat berwarna abu, mineral ilmenite
memiliki kilap logam (metallic Luster). Belahan dari mineral kuarsa ini adalah baik,
dengan memiliki pecahan uneven, lalu mineral ini memiliki kekerasan <7,5 dengan
tenacity yang dimiliki mineral ini adalah brittle, kemagnetannya diamagnetis,
transparansinya opaque. Ilmenit memiliki rumus kimia FeTiO3 .
Gambar 4.4 Mineral Ilmenite
Ilmenit adalah mineral aksesoris yang umumnya berada didalam batuan beku, batuan
sedimen, dan material sedimen. Ilmenit merupakan bijih utama dari titanium, yang mana
titanium adalah salah satu logam yang dibutuhkan untuk membuat berbagai paduan
performa tinggi. Sebagian besar ilmenit yang ditambang di seluruh dunia digunakan
untuk menghasilkan titanium dioksida (TiO2), pigmen, kapur putih, dan polishing abrasif.
Ilmenit adalah besi hitam-titanium oksida dengan rumus kimia FeTiO3.
Sebagian besar ilmenit terbentuk selama pendinginan lambat pada dapur magma dan
terkonsentrasi melalui proses segregasi magmatik. Kristal ilmenit mulai terbentuk pada
suhu tertentu, dan kristal ilmenit lebih berat daripada cairan disekitarnya sehingga dapat
tenggelam ke dasar dapur magma. Hal ini menyebabkan suhu pembentukan ilmenit mirip
dengan suhu pembentukan mineral lainnya, seperti magnetit, yang juga menumpuk di
lapisan bawah dapur magma. Batu gabro, norite, atau anorthosite merupakan batuan yang
sering membawa ilmenit (ilmenite bearing). Ilmenit juga terkadang mengkristal dalam
vein serta rongga, dan kadang-kadang dalam bentuk kristal besar di pegmatit. Mineral
ilmenite diketahui memiliki resistensi yang tinggi terhadap pelapukan atau weathering.
17. 4.2.5 Mineral Limonite
Mineral ini memiliki warna coklat kekuningan dengan cerat kuning, mineral limonit
memiliki kilap tanah (earthy Luster). Belahan dari mineral kuarsa ini adalah jelas, dengan
pecahan uneven, lalu mineral ini memiliki kekerasan 5,5 dengan tenacity yang dimiliki
mineral ini adalah brittle, kemagnetannya diamagnetis, transparansinya opaque. Limonit
memiliki rumus kimia FeO(OH).
nH20.
Gambar 4.5 Mineral Limonite
Nama "limonit" atau limonite diberikan untuk oksida besi berwarna kuning-kekuningan
hingga kuning-kemerahan yang dihasilkan selama pelapukan batuan yang mengandung
besi dalam bentuk endapan rawa, danau, dan sedimen laut dangkal. Para peneliti yang
mempelajari limonit menemukan bahwa limonit bersifat amorf dan memiliki komposisi
yang variabel. Limonit seringkali mengandung sejumlah besar mineral oksida besi seperti
goethit dan hematit. Peneliti mengungkap bahwa bahan yang disebut "limonit" tidak
memenuhi definisi sebagai sebuah mineral. Sebaliknya, limonit adalah sebuah mineraloid
yang tersusun terutama dari oksida besi yang sering ditemukan dalam mineral besi.
Limonite biasanya terjadi sebagai bahan sekunder, terbentuk dari pelapukan hematit,
magnetit, pirit, dan bahan yang mengandung unsur besi lainnya. Limonit sering juga
ditemukan pada stalaktit, reniform, botryoidal, atau mammillary. Bahan ini juga dapat
terbentuk sebagai pseudomorph serta lapisan pada dinding fraktur dan rongga batuan.
Beberapa limonit ditemukan dalam endapan bertingkat dimana oksida besi terbentuk
sebagai endapan di dasar rawa dangkal, danau, dan lingkungan laut. Limonit dapat berasal
dari proses anorganik ataupun biogenik.
18. BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu;
a. Halit pada dasarnya adalah mineral sedimen yang terjadi di lingkungan kering tempat
air laut menguap. Beberapa endapan garam dalam jumlah besar telah terakumulasi
sepanjang waktu geologis sebagai akibat dari penguapan air laut secara teratur di
cekungan yang terbatas. Deposit ini bisa mencapai kedalaman puluhan ribu kaki.
Kubah garam bisa terbentuk jika terkubur dalam-dalam.Halit juga dapat ditemukan di
daerah non-kering, berupa endapan bawah tanah yang dapat mencapai kedalaman
yang sangat dalam.
b. Limonit sering ditemukan bersama dengan goethit, yang merupakan mineral besi
oksida lainnya. Goethit dan limonit memiliki komposisi kimia yang serupa dan
seringkali terbentuk dalam kondisi geologis yang sama. Mereka sering ditemukan
dalam endapan sedimen, lumpur besi, dan deposit lateritik, yang terbentuk akibat
pelapukan batuan-batuan besi.
c. Kuarsa memiliki warna putih dengan cerat juga berwarna putih, mineral kuarsa
memiliki kilap kaca (vitreous Luster). Belahan dari mineral kuarsa ini adalah
sempurna, dengan memiliki pecahan concoidal, lalu mineral ini memiliki kekerasan
7 dengan tenacity yang dimiliki mineral ini adalah brittle, kemagnetannya
diamagnetis, transparansinya transparent. Kuarsa memiliki rumus kimia SiO2.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum kedepannya setiap kelompok dibekali satu assisten, untuk
memudahkan setiap kelompok saat melakukan deskripsi mineral.