2. “Tuhan Pun Berpuasa”
By
Emha Ainun Nadjid
“Mukjizat Puasa”
By
Dr. Zaprulkhan S.Sos.I, M.S.I
“Untuk Apa Berpuasa?”
By
Agus Mustofa
“Ihya Ulumiddin”
By
Imam Al Ghozali
2
3. 3
1. Puasa Orang Awam (Umum)
1.1 Puasa orang pada umumnya
1.2 Cirinya: hanya menahan diri dari makan dan minum,
serta tidak melakukan hubungan suami istri.
2. Puasa Orang Khusus (Khowwash)
2.1 Bukan hanya menahan lapar dan haus, serta
hubungan suami istri, akan tetapi menjaga:
pendengaran, penglihatan,lidah,tangan,kaki, dan
semua anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa
maupun maksiat.
2.2 Menjaga qolbunya agar tetap khusu kepada Allah
melalui sikap takut (khauf), berharap (roja’) sabar dan
do’a
2.3 Inilah puasa orang soleh
TINGKATAN ORANG BERPUASA MENURUT IMAM
AL GHOZALI
4. 4
3. Puasa Orang Spesial (Khowwash Al Khowwash)
3.1 Inilah puasa paling tinggi tingkatannya
3.2 Orang ditingkatan ini sudah mampu mengendalikan
qolbu dari dorongan nasfu dan pikiran duniawi.
Qolbu dan pikirannya hanya tertuju pada Allah.
3.3 Tingkatan puasa ini hanya dimiliki oleh para
Rosul,Nabi,Shidiqqun dan Muqorrobin.
TINGKATAN ORANG BERPUASA MENURUT IMAM
AL GHOZALI
5. 1.1 Ibadah Puasa bersifat Revolusioner, Radikal &
Frontal, karena :
Orang berpuasa disuruh langsung berpakaian
ketiadaan : tidak makan, tidak minum, tidak marah,
tidak berhubungan suami istri, dll.
1.2 Puasa adalah pekerjaan : (Habit)
MENAHAN di tengah kebiasaan MENUMPAHKAN
MENGENDALIKAN ditengah kebiasaan MELAMPIASKAN
5
6. 6
1.3 Puasa adalah perlawanan terhadap kecintaan
akan dunia & penaklukan atas diri sendiri (hawa
& nafsu).
1.4 Puasa adalah DEMATERIALISASI, yaitu
manusia tidak terorientasi materi untuk
kepentingan dirinya tapi untuk PENCAPAIAN
CAHAYA, berupa pengabdian & taqorub kepada
Allah.
1.5 Ibadah puasa merupakan “Jalan Tol” bagi
perjuangan manusia untuk mencapai
kemenangan sejati dalam melawan hawa
nafsunya.
7. 7
Ada 3 Tingkat Kepentingan Manusia Berpuasa :
1. Kepentingan Duniawi
2. Kepentingan Ukhrawi
3. Kepentingan Ilahiyah
2.1 Puasa Kepentingan Duniawi
Untuk memperoleh kepentingan dunia antara
lain : Kesuksesan, Kejayaan, Kekayaan, Jabatan,
kepentingan politik, dll.
8. 8
2.2 Puasa Kepentingan Ukhrawi
Demi memperoleh pahala sebanyak2nya &
mendapatkan Surga.
Puasa ini lebih baik dari puasa kepentingan
dunia.
9. 9
2.3 Puasa Kepentingan Ilahiyah
Puasanya seorang muslim yg pasrah total kepada
Allah & merindukan kualitas TAQWA & TAUHID yg
tertinggi, pamrih kepentingan ukhrawi pun
dilampaui.
Engkau tiba pada suatu tingkat KESADARAN
bahwa duniamu dan akhiratmu tidaklah penting,
sebab yg sungguh2 penting hanyalah Allah SWT.
Ditingkat ini termuat AL-IKHLAS, Berpuasanya
Ikhlas karena Allah SWT, dimana dihadapanNya
engkau lebur & lenyap. Dirimu, kejayaanmu,
pangkat, harta menjadi tidak penting, karena
hanya Allah satu2nya yg penting bagimu.
10. 10
3.1 Sudah menjadi kebiasaan manusia untuk
mengikuti KESENANGAN pribadinya, mulai dari
memilih pakaian, makanan,kendaraan, kebutuhan
rumah tangga, rumah, dll. Kalau engkau
menggerakan tangan & melangkahkan kaki
hanya didorong oleh senang & tidak senang,
maka engkau adalah BAYI. Untuk melakukan
kesenangan engkau tidak memerlukan kualitas
atau mutu kepribadian apapun.
11. 11
3.2 Sebaliknya, bila engkau mengharuskan
dirimu untuk melakukan apa yg tidak engkau
senangi atau tidak melakukan apa yg engkau
senangi (menurut syariat agama) maka engkau
adalah Manusia Pejuang.
3.3 Puasa adalah sebuah metode & disiplin agar
engkau melatih diri menjadi BERMENTAL
PEJUANG.
12. 12
4.1 Bulan Ramadhan adalah bulan mewah dalam
kehidupan manusia, bahkan juga “mewah bagi
Allah”. Allah sangat posesif, sangat memendam
rasa memiliki terhadap ibadah puasa hamba-
hambanya di bulan Ramadhan.
Shalat, zakat, haji, pahalanya untuk manusia, tapi
“puasa untukKU” menurut Allah SWT.
Allah seakan-akan sedang secara terang-
terangan mengungkapkan rasa bahagia-Nya
karena kita cintai. Tapi bukan berarti Allah butuh
puasa kita seperti butuhnya mahluk. Karena
Allah yg Maha Sempurna tidak butuh apapun dari
mahluk-Nya.
13. 13
5.1 Fisik puasa terletak dibulan Ramadhan dan
menghampar dari subuh ke magrib. Suasana
hatinya menyebar dan menabur/menebar ke
malam hari hingga fajar. Tetapi rohaninya, alam
pikirannya, maknanya, hikmah dan hakiki nyawa
hidupnya jika pelakunya memiliki KECERDASAN
DAN KESETIAAN; mendobrak dinding bulan
Ramadhan menembus segala ruang dan waktu,
memasuki kehidupan manusia sehari dengan
berbagai bidang.
14. 14
5.2 Puasa hadir kepadamu kapan saja dan
dimana saja : sebagai makna hidup ia siap
engkau gunakan, sebagai metode penyehatan
dan penyelamatan kehidupan, ia selalu standby
untuk engkau gunakan.
5.3 Jadi, nilai-nilai puasa berlaku kapanpun dan
dimanapun sepanjang kehidupanmu (setiap hari,
setiap bulan, setiap tahun sampai dengan akhir
kehidupanmu).
15. 15
Ramadhan adalah bulan untuk mempuasai dunia,
untuk melatih kita mengambil jarak dari dunia.
Untuk menjauhi dunia. Untuk mengatasi dunia.
Jangan sampai pernah kalah oleh dunia dan
isinya untuk memperoleh kemenangan atas
nafsu-nafsu dalam diri kita yang memperbudak
kita agar menyembah dunia.
16. 16
Menurut Imam Al-Gazali dalam kitab Ihya Ulumudin,
ada 6 hal yang harus kita penuhi agar ibadah puasa
kita semprna dan membawa kita menjadi orang
bertaqwa :
7.1 Pertama, menahan pandangan mata dan tidak
mengumbarnya pada hal-hal tercela dan dilarang,
serta pada sesuatu yang dapat menyibukan hati
sehingga lalai dari mengiingat Allah.
7.2 Kedua, menjaga lisan dari segala ucapan sia-sia,
seperti berbohong, menggunjing, memfitnah,
bertengkar mulut dan membiasakan DIAM serta
sibuk BERDZIKIR kepada Allah.
17. 17
7.3 Ketiga, menahan pendengaran telinga kita
dari segala sesuatu yang dilarang.
7.4 Keempat, menjaga seluruh anggota tubuh
yang lain dari perbuatan maksiat. Menjaga perut
kita dari makanan haram saat berbuka puasa.
Menjaga tangan dari mengambil yang bukan milik
kita.
Menjaga kaki dari melangkah ketempat-tempat
maksiat, dll.
18. 18
7.5 Kelima, Hendaklah kita tidak memperbanyak
makan-makanan halal pada waktu berbuka
puasa.
7.6 keenam, setelah berbuka puasa, hendaklah
hati kita berada diantara cemas dan harap.
Khawatir kalau ibadah puasa kita tidak diterima
Allah, resah jangan-jangan ibadah puasa kita
tidak ikhlas semata-mata karna Allah.
19. 19
Imam Al Gazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin,
menguraikan manfaat lapar bagi manusia.
8.1 Pertama, membersihkan hati & menyibak tirai
yang menutupi hati, misal : tamak , rakus, riya,
dengki, dll.
Dengan lapar kita di ajak memikirkan sesuatu
yang bernuasa SPIRITUAL bukan hanya yang
MATERIAL. Dengan dzikir yang khusuk, hijab
yang menutup mata hati akan
disingkapkan/singkirkan oleh Allah untuk
menyaksikan fenomena2 goib yang belum
pernah diketahui sebelumnya.
20. 20
8.2 Kedua, melembutkan hati sehingga bisa
merasakan kelezatan & terkesan dalam berdzikir.
8.3 ketiga, menyebabkan hawa nafsu menjadi
hina dina sehingga tidak mampu
menyombongkan diri & mengkufuri nikmat.
21. 21
8.4 keempat, mampu menundukkan kekuatan
hawa nafsu yang selalu mengajak perbuatan
maksiat.
Inilah manfaat rasa lapar yang paling utama.
Sesungguhnya sumber dari semua kemaksiatan
adalah merajalelanya bujukan hawa nafsu.
Sementara kekuatan hawa nafsu adalah melalui
makan & minuman.
22. 22
Ketika dalam keadaan kenyang, nafsu
mempunyai kekuatan untuk menguasai kita,
meskipun kita beriman dan berilmu. Meskipun
kita beriman dan berilmu. Bukankan betapa
sering iman kita takluk dihadapan tuntunan hawa
nafsu ???
Betapa seringnya ilmu yg kita miliki tidak
bersuara ketika nafsu syahwat merajalela ?
Kita ikuti segala keinginan rendah hawa nafsu
walaupun kita tahu & sadar.
Kita tidak mampu menolaknya karena sdh
dikuasainya.
23. 23
“Dan aku tidak akan membebaskan diriku dari
ajakan hawa nafsuku, karena sesungguhnya
hawa nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan,
kecuali nafsu yg di beri rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha pengampun lagi
Maha Penyayang” (QS Yusup)
24. 24
8.6 Kelima, rasa lapar menjadikan manusia sehat.
“Berpuasalah engkau semua, niscaya engkau
akan sehat “ (HR Ath-Thabrani)
25. • Praktek Perbaikan Diri Meliputi :
1. Intropeksi kekurangan/ kelemahan diri
sebelum memasuki Ramadhan
2. Praktek memperbanyak ibadah dan melawan
hawa nafsu selama Ramadhan
3. Komitmen / Janji untuk melanjutkan
perbaikian diri setelah Ramadhahan.
Proses point 1,2 dan3, HARUS TERTULIS,
BUKAN HANYA DI ANGAN2, karena perlu
komitmen yg kuat utk menjalankannya. 25
26. 9.1 Intropeksi Diri (Tafakur Diri) sebelum Ramadhan.
Mencatat semua kelemahan diri, terutama kekotoran hati kita
yang diakibatkan mengikuti hawa nafsu kita.
Proses ini seperti prosesi saat ibadah haji, yaitu Wukuf Di
Arafah, kita harus berani “Menelanjangi Diri” dg jujur
kelemahan dan dosa2 kita, untuk kita perbaiki saat di bulan
Ramadhan.
26
28. 28
9.2 Praktek Melawan Hawa Nafsu :
Kurangi mata melihat internet & medsos
Kurangi bahkan hilangkan main game
Perangi nafsu malas menuntut ilmu, antara
lain : malas baca buku, malas hadir di majlis
ilmu, dll.
Kurangi melihat TV
Perangi rasa marah, belajarlah sabar
Lawan rasa malas intropeksi diri, gantikan
dengan muhasabah harian
Dll