Sejarah perawat gigi dimulai pada abad ke-19 di Amerika ketika seorang dokter gigi membutuhkan bantuan asisten dalam pekerjaannya. Perkembangan perawat gigi secara internasional dan nasional diikuti dengan dibentuknya organisasi profesi perawat gigi dan penetapan standar pendidikan serta pelayanan perawat gigi. Di Indonesia, sejarah perawat gigi bermula dari pendirian sekolah pendidikan perawat gigi pada tahun 1950
2. A. Sejarah Perawat Gigi Internasional
Sejarah keperawatan gigi telah dimulai sejak awal abad 1900an di Amerika. Salah satu peristiwa yang tercatat adalah pada
tahun 1885, ketika seorang dokter gigi Dr. C. Edmund Kells dari New Orleans memutuskan untuk melaksanakan beberapa
pengobatan perintis menggunakan x-ray untuk mengobati abses gigi. Dr. C. Edmund Kells tidak bisa melakukannya
sendirian. Ia membutuhkan bantuan ekstra, semacam asisten.Dr. C. Edmund Kells meminta bantuan Malvina Cuera.
Disinilah berawalnya munculnya peran seorang perawat gigi. Dikemudian hari antara tahun 1953 dan 1957 Malvina bekerja
di American Association of Dental Assistants, sebelum meninggal pada tahun 1991. Disini berawalnya seorang dokter gigi
membutuhkan bantuan seseorang dalam pekerjaannya sebagai dokter gigi. Dikemudian hari antara tahun 1953 dan 1957
Malvina bekerja di American Association of Dental Assistants, sebelum meninggal pada tahun 1991. Disini berawalnya
seorang dokter gigi membutuhkan bantuan seseorang dalam pekerjaannya sebagai dokter gigi.
Pada tahun 1943, asosiasi mengadakan pelatihan perawat gigi untuk pertama kalinya, yang bertujuan melatih para
perawat gigi agar lebih terampil dan berkualitas dalam melakukan pekerjaannya. Pada pelatihan tersebut perawat
gigi bernama Winter Bunty menjadi perawat gigi yang terbaik . Delapan belas tahun kemudian, setelah terjadi
beberapa perubahan dan berkembangan, asosiasi memiliki hampir 1.000 anggota, dengan kepengurusan Sue Adam
sebagai sekretaris, dan dua staf paruh waktu. Mereka mulai bekerja untuk asosiasi pada tahun 1992, dimulai
dengan membuat kartu keanggotaan yang diketik secara individual pada mesin tik manual. Selanjutnya asosiasi
perawat gigi di Amerika semakin berkembang hingga saat ini.
3. Organisasi perawat gigi di Inggris dimulai hanya
dengan 4 orang staf sebagai pengurus. Asosiasi
Perawat Gigi mulai perkembangan dengan pesat
di tahun 2004. Perkembangan tersebut berkat
teknologi seperti sistem telepon internal, jaringan
komputer, database keanggotaan yang membantu
asosiasi menghimpun para perawat gigi di Inggris
dalam wadah asosiasi perawat gigi.
4. B. Sejarah Perawat Gigi Di Indonesia
Di masa perang kemerdekaan dan setelahnya, jasa
perawat selalu menjadi pendukung untuk menangani
para korban perang, baik masyarakat umum maupun
para pejuang. Demikian pula halnya dengan perawat
gigi. Sejarah perawat gigi sendiri, di Indonesia
dimulai dari terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri
tertanggal 30 Desember 1950 Nomor 27998/Kab.
yang memutuskan mendirikan Pendidikan Perawat
Gigi (Dental Nurse).Keputusan tersebut berlaku mulai
1 Agustus 1951, dengan berdirinya Sekolah Perawat
Gigi di Jakarta
Pada tahun 1953 Sekolah Perawat Gigi Jakarta meluluskan
perawat gigi yang pertama. Namun pada tahun 1957 Sekolah
Perawat Gigi berubah nama menjadi Sekolah Pengatur Rawat
Gigi (SPRG). Dari sinilah lahir perawat gigi – perawat gigi yang
kemudian tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Seiring dengan
berdirinya sekolah pengatur rawat gigi, juga berdiri Sekolah
Pengatur Teknik Gigi (SPTG) yang pada tahun 1960 meluluskan
siswa angkatan I di Jakarta. Kedua lulusan sekolah ini bergabung
membentuk suatu organisasi IPTGI yaitu Ikatan Perawat Gigi dan
Tekniker Gigi Indonesia yang berdiri pada tahun 1967. IPTGI
berlangsung sampai dengan tahun 1986 tanpa kegiatan atau
vakum. Meskipun vakum, di tahun itu pula dilaksanakan kongres
I IPTGI di Ciloto berlanjut tahun 1991 kongres II di Jakarta.
5. Pada tahun 1989 disusun konsep Jabatan Fungsional Dokter
Gigi, Perawat Gigi dan Teknisi Gigi. Dalam Konsep Jabatan
Fungsional Paramedis Gigi tersebut Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara menolak konsep tersebut karena latar
belakang pendidikan Perawat Gigi dan Teknisi Gigi berbeda,
sehingga jabatan fungsional antara kedua tenaga tersebut
perlu dipisah.
Perubahan profesi perawat gigi juga terjadi dengan adanya
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
bahwa tenaga kesehatan harus mempunyai keahlian
profesional yang ditunjang pendidikannya. Hal ini diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1994 tentang
Jabatan Fungsional yang menyatakan bahwa Jabatan
Fungsional mempersyaratkan adanya profesi yang jelas, etika
profesi dan tugas mandiri dari tenaga kesehatan tersebut.
Jabatan Fungsional juga harus diorganisasikan dalam suatu
organisasi profesi.
6. Perawat gigi harus menyikapi Peraturan Pemerintah nomor 16
tahun 1994 tersebut dan harus berjuang menyesuaikan diri. Pada
tanggal 13 September 1996 terbentuklah wadah profesi Perawat
Gigi yang dinamakan PERSATUAN PERAWAT GIGI
INDONESIA/ organisasi profesi PPGI, dalam kongres di BLKM
Ciloto Jawa Barat. Organisasi ini didukung
oleh Direktorat Kesehatan Gigi, Biro Organisasi Departemen
Kesehatan RI, dan PUSDIKNAKES Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Pembentukan organisasi ini sejalan dengan Peraturan
Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
Dalam peraturan tersebut disebutkan dengan jelas definisi
tenaga kesehatan sebagai berikut “tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan”.
PPGI yang baru terbentuk tersebut berinisiatif untuk
mengadakan MUNAS I. Direktorat Kesehatan Gigi selaku
Pembina Teknis hadir dalam Munas I tersebut. Pertemuan
para wakil Perawat Gigi dari seluruh Indonesia pada
tanggal 10 s.d. 11 Desember 1996 sekaligus mengesahkan
organisasi profesi Perawat Gigi. Munas tersebut
menghasilkan ; Anggaran dasar, Anggaran rumah tangga,
Kode etik perawat gigi, Usulan draf jabatan fungsional,
Program kerja
7. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tersebut
menyebutkan perawat gigi bukan merupakan kategori
perawat. Belum ada body of knowledge yang diakui sebagai
ilmu perawat gigi di Indonesia karena masih didominasi
oleh ilmu kedokteran gigi (dentistry). DPP PPGI terus
memperjuangkan agar Perawat Gigi masuk dalam kategori
tenaga keperawatan dan tercantum pada jenis tenaga
kesehatan bagian dari tenaga Keperawatan di dalam PP No.
32 tahun 1996.
Dengan berbagai upaya dari PPGI, maka keluarlah
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1035/Menkes/SK/IX/1998 tentang Perawat Gigi di mana
diputuskan bahwa perawat gigi merupakan salah satu jenis
Tenaga Kesehatan kelompok Keperawatan.
8. Peraturan-peraturan Jabatan Fungsional Perawat Gigi
Keputusan Menkes No. 1208/Menkes
/SK/ XI/2001
Sebagai pelaksanaan lebih lanjut Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tersebut maka
perlu ditetapkan tentang Registrasi dan Izin Kerja
Perawat Gigi tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No: 1392Menkes
/SK/XII/2001
KEPMENPAN No. 22/KEP/M.PAN/4/2001tentang Jabatan
Fungsional Perawat Gigi dan
angka kreditnya, KEPMENPAN No.
22/KEP/M.PAN/4/2001tentang Jabatan Fungsional
Perawat Gigi dan angka kreditnya
Keputusan Bersama Menkes dan Kesos
dan KA. BKN No. 728/MENKES/ KESOS/
SKB/ VII/ 2001 dan No. 32A Tahun 2001
1
2
3
4
9. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 378/Menkes/SK/III/2007 tentang
standar profesi perawat gigi di jelaskan perawat gigi dalam memberikan pelayanan
kesehatan melalui pendekatan promotif dan preventif yaitu :
Pendekatan preventif
• Pemeriksaan plak
• Pembersihan karang gigi
• Sikat gigi bersama/massal
• Pencegahan karies gigi Menggunakan
fluor dengan teknik kumur-kumur,
Pengolesan larutan fluor pada gigi,
Pengisian pit dan fissure dengan bahan
fissure sealent
Pendekatan promotif
• Penyuluhan kesehatan
gigi dan mulut kepada
individu, keluarga,
kelompok, dan
masyarakat
• Pelatihan kader
• Penggunaan alat peraga
• Pola makanan yang sehat
10. Perawat gigi menitikberatkan melakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut melalui
pendekatan promotif, preventif, namun Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
378/Menkes/SK/III/2007 dalam pasal 19 menyebutkan perawat gigi dapat memberikan
tindakan medik dasar pada kasus penyakit gigi dan mulut terbatas, yaitu :
Perawatan pasca tindakan, hanya dapat
dilakukan berdasarkan permintaan dari
dokter gigi
Tindakan kegawatdaruratan pada kasus gigi
dan mulut sesuai dengan standar pelayanan
11. Dari uraian di atas, kita coba simpulkan pelayanan kesehatan gigi sebagai berikut:
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut mencakup pelayanan medis gigi oleh Dokter Gigi, pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut oleh Perawat Gigi dan pelayanan asuhan supporting oleh Teknisi Gigi.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan secara komprehensif kepada individu, keluarga dan
masyarakat yang mempunyai ruang lingkup berfokuskan kepada aspek promotif, preventif, dan kuratif
dasar
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Perawat Gigi dapat memberikan konseling terhadap hak-hak
klien dan memberikan jaminan terhadap kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan
secara profesional
Perawat Gigi adalah mitra kerja Dokter Gigi yang menunjang program Pemerintah dalam pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut
Perawat Gigi melaksanakan program Pemerintah dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu, kelompok dan masyarakat
Perawat Gigi mempunyai organisasi profesi sebagai wadah berhimpun dan memperjuangkan aspirasinya
adalah PERSATUAN PERAWAT GIGI INDONESIA
Dalam melaksanakan tugasnya seorang Perawat Gigi berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya
(Dokter Gigi, Dokter Umum, Perawat Umum, Bidan dan sebagainya) dan bekerja sesuai Standar Profesi
yang berlaku
12. A. Sejarah Pendidikan Perawat Gigi
Makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan, dan untuk
menghasilkan tenaga Perawat Gigi yang profesional melalui pendidikan jenjang lanjut, pendidikan tinggi yaitu jenjang
Diploma III PUSDIKLAT Depkes (pada waktu itu belum terpisah Pusdiklat dan Pusdiknakes) telah memikirkan untuk
meningkatkan SPRG menjadi Program D3. Melalui pertemuan di Tawangmangu tahun 1980 yang dihadiri oleh pakar dari
Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, beberapa Dekan Fakultas Kedokteran Gigi, pimpinan
dan staf SPRG, mendiskusikan peningkatan jenjang perawat gigi dengan pendidikan SPRG ditingkatkan melalui
pendidikan tinggi maka lahirlah Akademi Kesehatan Gigi Depkes yang akan melahirkan tenaga Ahli Madya Kesehatan
Gigi (Amd KG), dengan jenjang diploma III.
Dalam perkembangannya akademi ini berubah menjadi Jurusan Kesehatan Gigi melalui SK Nomor
1192/Menkes/PER/X/2004, perkembangan terakhir dengan menyesuaikan Peraturan – Peraturan Pemerintah yang
ada berubah menjadi Jurusan Keperawatan Gigi di bawah naungan Politeknik Kesehatan. Jelaslah bahwa
keberadaan Perawat Gigi sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan perubahan status pendidikan SPRG menjadi
pendidikan akademik program D III, Kurikulum pendidikan haruslah menyesuaikan dengan jenjang diploma III.
Kurikulum adalah dokumen yang berisikan uraian mengenai aktivitas belajar, mengajar dan fasilitas penunjang
yang dirangkum berdasarkan kebutuhan masyarakat, falsafah pendidikan dan tujuan institusional Keperawatan
Gigi, maka dianggap perlu melakukan perubahan sesuai Standar Profesi dan Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan
Gigi dan Mulut.
13. Penyesuaian kurikulum diarahkan untuk memenuhi kualifikasi
kompetensi lulusan dari Jurusan Keperawatan Gigi. Kurikulum
pendidikan perlu bermuatan materi yang berisikan ilmu dan
pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik agar
memiliki kemampuan yang mendukung pelayanan kesehatan yang
berkualitas, memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna.
Memperhatikan kebutuhan–kebutuhan tersebut kurikulum yang
disusun haruslah memiliki luaran dengan kemampuan yang sesuai
dengan kebutuhan industri dan masyarakat.
14. Kurikulum pendidikan perawat gigi disesuaikan dengan tujuan dari pendidikan perawat gigi
yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 378/Menkes/SK/III/2007
Mengutamakan
pendidikan melalui
penguasaan
keahlian dan
keterampilan di
bidang kesehatan
gigi
Mampu dan
bersikap positif
secara mandiri
mengembangkan
ilmu yang
dimilikinya dan
menerapkan
secara arif
bijaksana bagi
tuntutan
kebutuhan
pelayanan
kesehatan gigi di
masyarakat
Meningkatkan
keterampilan
dan inovasi serta
menganalisis
pelayanan
asuhan
kesehatan gigi
Menghasilkan
tenaga – tenaga
perawat gigi yang
kompeten dan
berkualitas
Mampu
bekerja dan
mengelola
pelayanan
asuhan
kesehatan gigi
5
2
3
4
1
15. Kompetensi Yang Menjadi Acuan Untuk Pendidikan Perawat Gigi
Mengembangkan diri menjadi insan yang beriman, bertakwa, berbudi
pekerti luhur, sehat jasmani dan rohani, serta berkepribadian indonesia
Mengidentifikasi masalah kesehatan gigi dan mulut di
masyarakat
Mencegah terjadinya penyakit pada jaringan
keras/penyangga gigi
Melakukan pelatihan kader
Membuat dan menggunakan media komunikasi untuk promosi kesehatan
gigi dalam upaya peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut
Menyuluh dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
gigi dan mulut
Melaksanakan program promotif dan preventif di sekolah
dan fasilitas kesehatan lain
Membuat karya tulis ilmiah
Melakukan asuhan keperawatan gigi terhadap pasien
tindakan spesialistik
Melakukan penumpatan satu bidang
Melakukan pencabutan gigi sulung dengan
topical anestesi
Memberikan pertolongan pertama pada
kegawatdaruratan pasien gigi
Merujuk pasien
Melakukan hygiene pelayanan kesehatan gigi
Sebagai mitra dokter gigi
Melaksanakan administrasi pelayanan kesehatan
gigi
Mengelola pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut
Melakukan kewirausahaan