1. IMPRESSI SAYA TENTANG FILSAFAT ILMU
Aryadillah
aryadillah.ayl@bsi.ac.id
Memahami Filsafat Ilmu seperti memasuki labirin yang ketika memasuki sebuah
gerbang terdapat ribuan pintu yang dapat membuat penjelajah tercengang (absurd),
juga mesti membawa perbekalan dan tentu saja petunjuk jalan, seperti; peta, kompas,
ilmu falak dan terpenting adalah iman, tanpa Iman (Ilmu Agama) segala perbuatan yang
dilakukan terasa hambar, oleh karena itu Ilmu dan Pengetahuan mesti di validasi oleh
Ilmu Agama seperti yang dijelaskan oleh Al Ghazali, Enstein dll bahwa Ilmu tanpa
agama Pincang agama tanpa Ilmu buta. Baiklah, saya akan memulai Filsafat Ilmu
secara Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi, dimulai dari apa itu filsafat?
Filsafat adalah induk dari segala Ilmu seperti kalimat Tauhid (La Illa Ha Illa Allah)
pada Ilmu Agama. Filsafat mencoba membuka tabir Ilmu dan Pengetahuan bagi
siapapun yang ingin mengarungi samudera Ilmu.
Lalu, Darimanakah sumber pengetahuan? Apakah ia turun dari langit? Apakah
keluar dari bumi? Atau jangan jangan ia lewat begitu saja, tanpa bilang permisi.. Ah, de
omnibus dubitandum! Segala sesuatu harus diragukan (skeptisisme) desak rene
descartes. Apa sumbernya itu bersifat apriori dan prapengalaman (Rasionalisme) atau
dimulai dari pengalaman (Empirisme)? Lalu, intuisi dan wahyu..?
Jadi, apa itu benar? Jangan jangan, kebenaran adalah kebetulan saja itu benar.
Who know?!
Kalo gitu, ragukan saja bintang itu api;
Ragukan matahari itu bergerak;
Ragukan bahwa kebenaran itu adalah dusta;
Tapi, jangan kamu ragukan cintaku.
Bukankah Adam as dan Hawa terbuka tabir pengetahuannya setelah mereka
memakan buah pengetahuan (khuldi) mereka dapat mengetahui mana yang baik dan
mana yang benar, kemudian bertaubat bahkan diabadikan dalam Al Qur’an, bukankah
kitab suci kita sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa?. Apakah mereka mesti
berterima kasih pada Iblis, karna Berkat Iblis, Adam menemukan sisi kemanusiaannya.
Berkat Iblis pula, Adam jadi dapat mengukur kadar keimanannya pada Allah SWT???
Saya tak dapat membayangkan jika Adam duhulu justru menghindar dari Iblis, mungkin
dia selamanya hanya menjadi daging tanpa pilihan bebas (free will). Kini, mestinya kita
berterima kasih pada Lady Gaga. Dia mestinya jadi parameter pilihan bebas kita, alat
ukur iman kita, bukan objek caci-maki dan melahirkan permusuhan diantara kita!
Biarpun demikian, dalam tasbihku kepada-Nya saya tetap binatang, toh saya
bangga menjadi anjing. Di satu sisi dlm al-Quran Allah menjadikanku simbol cemooh
terhadap orang munafiq, yg menjulurkan lidah saat tidak diberi, tapi tetap menjulurkan
lidah saat diberi. Di sisi lain Allah sangat menghormatiku. Dia mengizinkan saya
menemani para pemuda beriman di Gua Kahfi. Saya sangat loyal kpd majikanku, tapi
manusia banyak yg berkhianat kepada majikan mereka. Sekarang Siapakah yang lebih
anjing di antara kami?