Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
2 Pengambilan sampel.pdf
1. PENGAMBILAN CONTOH (SAMPEL) DALAM
RANGKA PENGAWASAN MUTU DAN KEAMANAN
BAHAN PAKAN/ PAKAN
MK. PENGAWASAN MUTU
DAN KEAMANAN PAKAN
TAHAP PERSIAPAN
2. Perbedaan antara Mutu Pakan
dan Keamanan Pakan
• kesesuaian pakan terhadap Standar Nasional Indonesia (SNI)
atau Persyaratan Teknis Minimal (PTM) yang ditetapkan.
Mutu pakan
• kondisi dan upaya yang dilakukan untuk mencegah
kemungkinan timbulnya dampak yang merugikan dan
membahayakan kesehatan hewan, akibat proses produksi,
penyiapan, penyimpanan, peredaran dan pemanfaatan pakan.
Keamanan Pakan
3. STANDAR MUTU DAN KEAMANAN PAKAN
Standar Nasional Indonesia (SNI)
• 56 SNI Pakan
• 16 SNI Bahan Pakan
Persyaratan Teknis Minimal Pakan (PTM)
• 31 PTM Pakan
• 54 PTM Bahan Pakan
• 52 PTM HPT
4. Pakan dan Bahan
Pakan sebagai
komponen
penyusun pakan
perlu diperhatikan
mutunya oleh
karena itu pakan
dan bahan pakan
yang telah
memenuhi
persyaratan
nutrisinya perlu
diatur dan
ditetapkan
standarnya
(SNI/PTM);
SNI dan PTM
dijadikan sebagai
standar dalam
proses pengujian
mutu dan
keamanan pakan
bagi stakeholders
SNI dan PTM
Bahan
Pakan/Pakan
merupakan
guidance bagi
pelaku usaha
pakan atau
stakeholder dalam
melakukan
pencampuran
pakan guna
memenuhi
persayaratan
mutu dan
keamanan pakan
PENYUSUNAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) DAN
PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL (PTM) PAKAN/BAHAN PAKAN
5. Pengambilan contoh dan analisis
Pengambilan contoh dilakukan oleh pengawasan mutu
pakan atau Petugas Pengambil Contoh (PPC) bersertifikat
Metode Pengambilan Contoh mengacu pada SNI 19-
0428
Analisis Pengujian (SNI, AOAC, dll)
6. Sampling
Suatu prosedur yang ditetapkan untuk
mengambil sebagian dari suatu zat,
matriks, bahan atau produk yang
disediakan untuk pengujian suatu sampel
yang representatif dari keseluruhan atau
sebagaimana dipersyaratkan oleh
spesifikasi yang terhadap produk tersebut.
7. Prinsip Pengambilan Sampel
• Prinsip pengambilan suatu contoh
haruslah refresentasi atau mewakili
dari suatu populasi, jika contoh
tersebut diharapkan memberikan
kesimpulan yang sah.
• Untuk mendapatkan contoh yang
mewakili maka prinsip “keacakan”
menjadi dasar dalam pengambilan
contoh (Steel and Torrie, 1995)
8. Alasan dilakukan Sampling
Alasan Ekonomi
Alat Pengawas
Perlindungan Masyarakat
Kebutuhan Industri untuk menjamin
kesesuaian dengan regulasi/ standar
9. Tujuan Sampling
1.Survey: membuktikan suatu kesimpulan/
hipotesis
2.Inspeksi: penerimaan/penolakan mutu bahan
baku, pembayaran, audit mutu produk akhir
3.Khusus: mengetahui mutu/kontaminan
tertentu dari suatu produk (pest control, audit,
hama dan penyakit tanaman)
4.Pengujian: mengetahui mutu variabel sampel
(nutrient, kontaminan berbahaya dsb)
11. Jenis dan Teknik Sampling
1. Sampling Survey
• Sampling Probabilitas
• Sampling non Probabilitas
• Sampling ruah
• Sampling ruah
2. Sampling Inspeksi/ Penerimaan
• Inspeksi 100 %
• Probabilitas (statistic)
• Spot Checking
3. Sampling Khusus/ Spesifik (Exp. Produk tercemar aflatoksin, serangga,
mikrobiologi, hama dan penyakit, dst)
• Spot Checking
12. 1. Sampling Survey
A. Sampling Probabilitas :
1.Pengambilan Sampel secara acak sederhana
Memilih sampel dari populasi dimana setiap anggota
populasi mempunyai peluang yang sama untuk diambil
sebagai sampel
2.Pengambilan sampel acak sistematis
Mengambil sampel secara sistematis dengan interval (jarak)
tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah diurutkan
3.Pengambilan sampel acak terstratafikasi
Membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok homogen
4.Pengambilan sampel acak cluster
Memilih sampel yang berupa kelompok dari beberap kelompok,
setiap kelompok terdiri dari beberapa unit (unsur) yang lebih kecil
13. B. Sampling Non Probabilitas :
Penarikan sampel secara tidak acak, dilakukan jika
pengambilan sampel yang representative tidak mungkin
atau tidak diinginkan
1. Sampling Survey
14. Metode Sampling Non Probabilitas
• Sampel diambil berdasarkan pada ketersediaan
unsur dan kemudahan untuk mendapatkan
sampel
Convinience
Sampling
• Sampel diambil berdasarkan kriteria yang telah
dirumuskan terlebih dahulu oleh penguji.
Subjektivitas dan pengalaman sangat berperan
cocok dipakai pada awal studi eksporatif
Judgement
Sampling
15. C. Sampling Ruah:
Merupakan Teknik sampling yang menseleksi sampel dari
suatu lot bahan yang bukan merupakan unit-unit yang
berdiri sendiri/ unit konstan
1. Sampling Survey
16. A. Metode 100% Inspeksi
• Mahal dan tidak selalu berhasil secara keseluruhan
• Membutuhkan waktu dan ketersediaan personil (Inspektor)
• Kencendrungan lip services (menghasilkan mutu yang
rendah)
• Persyaratan menjadi urusan inspector
2. Sampling Penerimaan/ Inpeksi
17. B. Metode Probabilitas (Statistik)
• Beberapa bagian tidak terinspeksi namun resiko dapat dikalkulasi
secara tepat
• Menempatkan tanggung jawab terhadap mutu secara fair dan jujur
pada produsen
• Mengurangi kerja inspeksi
• Menurunkan biaya
• Menghasilkan mutu yang baik bagi konsumen
18. C. Metode Spot Checking (tidak berdasarkan statistic)
• Tidak direkomendasikan (resiko dari sampling tidak
terdeteksi)
• Fluktuasi tinggi; batas mutu dapat keluar
• Tidak ada dasar logis untuk penerimaan/ penolakan
suatu produk
19. Tipe Penerimaan Plan Sampling Inpeksi
Rencana sampling
tunggal
• Sampel diambil
dari lot dan suatu
keputusan
menolak atau
menerima
didasarkan pada
pengujian atau
inspeksi
Rencana Sampling
ganda
• Keputusan diambil
berdasarkan pada
dua hasil inspeksi
Rencana multi
sampling
• Kelanjutan dari
sampling danda,
terdapat 3, 4 atau
5 inspeksi
20. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan sampling penerimaan
Tujuan inspeksi:
• penolakan atau pembayaran
Sifat produk:
• mutu obyektif atau subyektif
Biaya inspeksi
Biaya sampling:
• sampling variable → sampling atribut
21. Perbandingan Variable dengan
atribut
Faktor Atribut Variabel
Seleksi contoh ▪ Random • Random
Biaya inspeksi ▪ Rendah • Tinggi
Waktu inspeksi ▪ Cepat • Lama
Keahlian inspeksi ▪ Sedang • > rata-rata
Pencatatan data ▪ Sederhana • Kompleks
Biaya total ▪ Rendah • Tinggi
Nilai informasi ▪ Rendah • Tinggi
Jumlah observasi
untuk presisi
▪ Banyak • Sedikit
22. Kondisi Perlu Dilakukan Sampling
Pengujian bersifat destructive: jika tidak dilakukan
sampling maka semua produk akan rusak.
Ketika biaya inspeksi 100% terlalu mahal.
Ketika banyak unit sama untuk diinspeksi.
Ketika diperlukan informasi tentang mutu dari produsen.
Ketika inspeksi otomatis tidak ada
23. Keuntungan Sampling Penerimaan
▪ Menempatkan tanggungjawab mutu pada pihak yang
tepat.
▪ Lebih ekonomis
▪ Upgrade pekerjaan inspeksi dari yg monoton
keputusan buah (pcs) demi buah (pcs) menjadi
keputusan dari lot demi lot.
▪ Untuk pengujian destructive.
▪ Penolakan seluruh lot dari pada pengembalian unit
yang tidak sesuai, mendorong motivasi untuk
pengembangan
24. Kelemahan Sampling Penerimaan
▪ Adanya resiko penolakan lot yang memenuhi syarat
dan menerima lot yang tidak memenuhi syarat
▪ Memerlukan usaha yang lebih untuk perencanaan
dokumentasi.
▪ Informasi tentang produk yang diberikan kurang,
walaupun biasanya cukup.
▪ Tidak ada jaminan bahwa seluruh lot sesuai dengan
spesifikasi
25. “Good Acceptance Sampling System” dalam sampling
inspeksi/ penerimaan
▪ Adanya resiko penolakan lot yang memenuhi syarat
dan menerima lot yang tidak memenuhi syarat
▪ Memerlukan usaha yang lebih untuk perencanaan
dokumentasi.
▪ Informasi tentang produk yang diberikan kurang,
walaupun biasanya cukup.
▪ Tidak ada jaminan bahwa seluruh lot sesuai dengan
spesifikasi
26. Hal-hal yang terkait dengan sampling
1. Lot
2. Sampel
a. Tipe sampel
b. Jumlah/ ukuran sampel
3. Penarikan sampel
4. Resiko
5. Aceptable Quality Limit (AQL)
27. 1. LOT
▪ Suatu satuan jumlah produk yang diproduksi dan
ditangani dalam kondisi uniform (menurut ahli)
▪ Suatu satuan jumlah produk yang diproduksi dan
ditangani dalam kondisi uniform dalam waktu
yang terbatas (dalam praktek)
▪ Sebagai kelompok produk dalam kemasan terkecil
atau unit contoh yang ukuran, bentuk, dan cara
pengolahannya dalam kondisi yang sama dan
mempunyai kode produksi yang sama; N =
banyaknya produk dalam kemasan terkecil yang
terdapat dalam lot (CODEX)
28. Perlu diperhatikan dlm pembentukan lot
• Lot harus homogen : mesin sama, operator sama,
input bahan baku sama
• Lot harus sebesar mungkin : ukuran contoh tidak
meningkat secepat ukuran lot
29. Penandaan Lot
• Untuk menjamin uniform lot
• Mencegah kontaminasi lot lain
• Good Manufacturing Practices (GMP)
mempersyaratkan penandaan (formulasi, interval
waktu, tujuan pemasaran, asal bahan baku, dll)
30. Lot dapat berupa
• Sejumlah besar kemasan kecil, peti, kantong, drum,
atau karton
• Untuk produk curah: satu truk atau lebih
• Ditandai dengan nomor lot sama: satu pengiriman
31. A. Tipe Sampel
Sampel representatif → probabilitas
• Bagian dari bahan/ produk yang dipilih sedemikian agar sampel memiliki sifat
produk/ bahan yang diinginkan
Sampel Selektif → Spot Checking/ khusus
• Sampel yang dipilih secara sengaja dengan menggunakan suatu rencana
sampling → menolak atau memilih bahan dengan karakteristik tertentu
Sampel Acak
• Sampel yang dipilih dengan proses acak untuk meniadakan bias
Sampel Komposit/ gabungan
• Suatu cara untuk mengurangi biaya dalam menganalisi sejumlah besar sampel
32. Jenis bahan yang diambil sebagai
sampel
Bahan Padatan
• Bahan
partikulat
dalam gerakan,
bahan
partikulat
dalam keadaan
diam, bahan
solid pada
Bahan semi
padat dan cairan
• Cairan dalam
system terbuka,
cairan system
tertutup, cairan
dalam wah
tertutup, cairan
dalam wadah
terbuka
Hijauan Pakan
Ternak (HPT)
• Hijauan segar
dilapang,
kebun, hijauan
hasil olahan
seperti hay,
silase, dan
lainnya
Bahan gas
• Gas dalam
ruangan
tertentu, gas
dalam atmosfer
33. b. Jumlah/ ukuran Sampel
• CODEX
• SNI
• ISO, dll
Jumlah/ ukuran
sampel tergantung
standar yang
digunakan:
• Akar dua dari jumlah sampel atau 10%
dari jumlah populasi
Berbagai rumus
empiris :
34. Jumlah/ ukuran sampel dipengaruhi
1. Sifat/ karakteristik bahan
▪ Homogenitas
▪ Ukuran unit produksi dalam lot
▪ Sejarah dari contoh
▪ Harga dari bahan baku
2. Sifat dari prosedur pengujian
▪ Kritis, mayor atau minor
▪ Destruktive atau non destructive
▪ Kebutuhan waktu dan peralatan
35. Penarikan Contoh
Tujuan utama mendapatkan contoh yang mewakili adalah
• Menghindari bias
• Menarik jumlah unit contoh yang cukup
Upaya yang dilakukan :
• Penarikan secara acak
• Pendekatan sratafikasi
36. Penarikan Contoh
HINDARI
• Hanya mengambil contoh yang mudah diambil
• Contoh yang sudah ditentukan lebih dahulu
Setiap contoh dalam populasi harus mempunyai
peluang yang sama untuk diambil
37. Resiko
1.Resiko Produsen
Lot yang tidak cacat ikut tertolak
2.Resiko Konsumen
Menerima lot yang cacat
Dapat dikurangi dengan memperbanyak jumlah
contoh pengujian
38. Aceptable Quality Limit (AQL)
Pemilihan tingkatan mutu yang masih dapat diterima, ditentukan
sebagai prosentase maksimum dari kerusakan/ penyimpanan di lot
yang akan cenderung lebih dapat diterima
Misal suatu pengambilan contoh dengan AQL 6,5 akan dapat
diterima bila suatu lot dengan patokan 6,5 % kerusakan/
penyimpanan akan memberikan kira-kira 95% yang memenuhi
persyaratan standar dari lot tersebut.
39. Peranan Sampling dalam Laboratorium
1. Kegiatan dasar dalam laboratorium
a. Sampling
b. Preparasi
c. Analisa
d. Pelaporan
2. Salah satu faktor untuk memastikan keabsahan hasil
penelitian/ pemeriksaan
3. Hasil uji laboratorium akan sia-sia jika sampelnya :
a. Tidak dikumpulkan dengan benar
b. Tidak ditangani dengan benar
c. Tidak mewakili populasi
40. Contoh harus mewakili mulai dari :
▪ Pengumpulan/ sampling
▪ Identitfikasi
▪ Penanganan
▪ Pengiriman dan trasnportasi
▪ Sub sampling
Peranan Sampling dalam Laboratorium