3. Sumber: Kepmendikbud No.56 Tahun 2022 tentang PEDOMAN PENERAPAN KURIKULUM DALAM
RANGKA PEMULIHAN PEMBELAJARAN
1 Asesmen merupakan bagian terpadu dari
proses pembelajaran, fasilitasi
pembelajaran, dan penyediaan informasi
yang holistik, sebagai umpan balik untuk
pendidik, peserta didik, dan orang tua/wali
agar dapat memandu mereka dalam
menentukan strategi pembelajaran
selanjutnya
2 Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai
dengan fungsi asesmen tersebut, dengan
keleluasaan untuk menentukan teknik dan
waktu pelaksanaan asesmen agar efektif
mencapai tujuan pembelajaran;
3 Asesmen dirancang secara adil,
proporsional, valid, dan dapat dipercaya
(reliable) untuk menjelaskan kemajuan
belajar, menentukan keputusan tentang
langkah dan sebagai dasar untuk menyusun
program pembelajaran yang sesuai
selanjutnya;
4 Laporan kemajuan belajar dan pencapaian
peserta didik bersifat sederhana dan
informatif, memberikan informasi yang
bermanfaat tentang karakter dan
kompetensi yang dicapai, serta strategi
tindak lanjut;
5 Hasil asesmen digunakan oleh peserta
didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan
orang tua/wali sebagai bahan refleksi
untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Prinsip Asesmen
4. Sumber: Panduan Pembelajaran dan Asesmen
Tinggalkan hal-hal berikut
Asesmen dilakukan
secara terpisah dari
pembelajaran, serta
terpisah antara ranah
sikap, pengetahuan
dan keterampilan
dilakukan secara
terpisah-pisah.
Tidak menggunakan
instrumen asesmen
atau menggunakan
instrumen asesmen,
namun tidak sejalan
dengan dengan
karakteristik mata
pelajaran, capaian
pembelajaran, tujuan
pembelajaran dan
kebutuhan peserta
didik.
Berfokus pada
asesmen sumatif.
5. Pembelajaran
Penilaian
(Asesmen)
Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, dengan demikian asesmen dapat dirancang
selaras dengan perancangan proses pembelajaran melalui Perencanaan Pembelajaran.
Sehingga kegiatan penilaian terintegrasi dan berkaitan dengan pembelajaran
6. Pembelajaran terdiferensiasi
didasarkan pada hasil asesmen
awal pembelajaran pada lingkup
materi tertentu.
Hasil asesmen awal pembelajaran
ini memberikan informasi
kesiapan belajar peserta didik
(readiness), yaitu informasi
kesesuaian pengetahuan atau
keterampilan yang dimiliki peserta
didik saat ini, dengan pengetahuan
atau keterampilan baru yang akan
dipelajari.
Asesmen di awal pembelajaran dilakukan
hanya terkait kesiapan peserta didik
pada kompetensi yang akan
dituju/dipelajari.
Hasilnya digunakan untuk
menyesuaikan rencana pembelajaran
yang dibuat agar sesuai dengan tahap
pembelajaran peserta didik.
Asesmen pada awal pembelajaran
diharapkan dapat dilakukan secara
natural, seperti diskusi ringan
pemantik di awal kegiatan, permainan,
kuis, atau sederhana.
Melakukan Asemen Awal Guna
Mengidentifikasi Kebutuhan
Belajar Peserta Didik
Perlu
diketahui
Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
Melakukan Diferesiasi
Pembelajaran
7. Pendidik dapat mendesain pembelajaran berdiferensiasi meliputi :
Diferensiasi Konten (Materi) Diferensiasi Proses (Metode/Strategi) Diferensiasi Produk
Materi pembelajaran disesuaikan
dengan kesiapan peserta didik
berdasarkan kompleksitasnya.
Misal:
Kompetensi yang akan dicapai yaitu
mengurutkan dan membandingkan
bilangan bulat terkait dalam keseharian
Pendidik dapat melakukan diferensiasi
terhadap pemahaman konsep bilangan
bulat peserta didik di kelas
Proses Pembelajaran disesuaikan
dengan kemampuan
penerimaan/keterampilan peserta
didik.
Misal:
Kompetensi memahami gaya dan
tekanan.
Pendidik dapat melakukan diferensiasi
berupa:
● pendampingan pada praktik yang
dilakukan peserta didik secara
langsung
● Modeling-praktik-kerja mandiri-
review
● Memberi pertanyaan pemantik
untuk belajar mandiri
Penyesuaian hasil dari kegiatan
pembelajaran berdasarkan peminatan
peserta didik
Misal:
Menceritakan ulang nilai-nilai luhur yang
didapatkan dalam teks narasi (dongeng
nusantara)
Pendidik dapat melakukan diferensiasi
produk hasil belajar peserta didik berupa:
● Bahan tayang visual (poster, slide
paparan, dan sejenisnya)
● Podcast
● Review berbasis media Audio-
visual
● Pagelaran drama
Perlu diketahui
Diferensiasi Pembelajaran
8. ● Asesmen untuk
perbaikan proses
pembelajaran
● Berfungsi sebagai
asesmen formatif
● Asesmen untuk
evaluasi pada akhir
proses pembelajaran
● Berfungsi sebagai
asesmen sumatif
Selama ini pelaksanaan asesmen cenderung berfokus
pada asesmen sumatif yang dijadikan acuan untuk
mengisi laporan hasil belajar. Hasil asesmen belum
dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk perbaikan
pembelajaran.
Pada kurikulum merdeka, pendidik diharapkan lebih
berfokus pada asesmen formatif dibandingkan
sumatif dan menggunakan hasil asesmen formatif
untuk perbaikan proses pembelajaran yang
berkelanjutan, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar
berikut ini:
Perlu diketahui
Perubahan Paradigma Penilaian
(Asesmen)
Asesmen UNTUK Proses
Pembelajaran
(Assessment FOR Learning)
Asesmen PADA AKHIR
Proses Pembelajaran
(Assessment OF Learning)
Asesmen SEBAGAI
Proses Pembelajaran
(Assessment AS Learning)
● Asesmen untuk refleksi
proses pembelajaran
● Berfungsi sebagai
asesmen formatif
9. ● Merupakan alat ukur untuk
mengetahui pencapaian hasil
belajar peserta didik dalam satu
lingkup materi atau periode tertentu,
misalnya satu lingkup materi, akhir
semester, atau akhir tahun ajaran;
● Capaian hasil belajar untuk
dibandingkan dengan kriteria
capaian yang telah ditetapkan
● Digunakan pendidik atau satuan
pendidikan untuk mengevaluasi
efektivitas program pembelajaran.
Kedua memiliki kesamaan yaitu adanya umpan balik untuk pemberian intervensi kepada
peserta didik maupun perbaikan proses pembelajaran berikutnya;
Karakteristik
Asesmen Formatif dan Sumatif
Formatif Sumatif
● Terpadu dengan proses
pembelajaran, sehingga asesmen
formatif dan pembelajaran menjadi suatu
kesatuan. Perencanaan asesmen
formatif dibuat menyatu dengan
perencanaan pembelajaran;
● Melibatkan peserta didik dalam
pelaksanaannya (misalnya melalui
penilaian diri, penilaian antarteman, dan
refleksi metakognitif terhadap proses
belajarnya);
● Memperhatikan kemajuan
penguasaan dalam berbagai ranah,
meliputi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan, sehingga dibutuhkan
metode/strategi pembelajaran dan
teknik/instrumen.
“Pendidik dan satuan
pendidikan diberikan
keleluasaan untuk
mengatur pelaksanaan
asesmen formatif
maupun sumatif melalui
berbagai teknik guna
mengukur dan
mengintervensi capaian
yang dilakukan dalam
pembelajaran”
10. ● Dilakukan secara terus menerus
bersamaan dengan proses
pembelajaran
● menggunakan berbagai teknik
asesmen sesuai dengan target
pada tujuan pembelajaran
● memberikan umpan balik baik
untuk peserta didik maupun
pendidik
● berorientasi pada perubahan,
bukan sekadar memenuhi
kuantitas nilai yang termuat dalam
rapor
● bersifat informatif
● Dilakukan untuk mengonfirmasi
capaian pembelajaran peserta
didik pada periode tertentu (akhir
lingkup materi, semester atau
akhir jenjang)
● Hasilnya akan digunakan sebagai
bahan pengolah laporan hasil
belajar
● Pemberian umpan balik tetap
dilakukan walaupun data hasil
pengukuran capaian telah didapat
● Menggunakan berbagai teknik
asesmen
Hal yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan Formatif
Perlu
diketahui
Pelaksanaan Asesmen Formatif dan Sumatif
Hal yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan Sumatif
11. Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta didik
menjawab secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal
ketika pembelajaran
Asesmen performa dapat berupa praktik, menghasilkan produk,
melakukan projek, dan membuat portofolio.
Peserta didik diamati secara berkala, dengan fokus secara
keseluruhan maupun individu. Observasi bisa dilakukan dalam
tugas atau aktivitas rutin/harian.
Teknik dan Instrumen Asesmen
“Terdapat berbagai teknik
dalam melakukan
asesmen, pendidik
diberikan keleluasaan
memilih teknik dan
instrumen agar asesmen
selaras dengan kegiatan
pembelajaran. Sehingga
hasil belajar peserta didik
valid dan dapat ditindak
lanjuti”
Observasi
Penilaian Kinerja (Performance Test)
Tes Lisan
Teknik Asesmen Tes dengan soal dan jawaban disajikan secara tertulis.
Tes Tertulis
Kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan karya
peserta didik dalam bidang tertentu yang mencerminkan
perkembangan (reflektif-integratif) dalam kurun waktu tertentu.
Portofolio
12. Teknik dan Instrumen Asesmen
“Terdapat berbagai teknik
dalam melakukan
asesmen, pendidik
diberikan keleluasaan
memilih teknik dan
instrumen agar asesmen
selaras dengan kegiatan
pembelajaran. Sehingga
hasil belajar peserta didik
valid dan dapat ditindak
lanjuti”
Rubrik
Ceklist
Grafik Perkembangan
Instrumen Asesmen
Catatan Anekdotal
Pedoman yang dibuat untuk menilai dan mengevaluasi kualitas
capaian kinerja peserta didik. Capaian kinerja dituangkan dalam
bentuk kriteria atau dimensi yang akan dinilai yang dibuat
secara bertingkat dari kurang sampai terbaik.
Daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik atau elemen yang
dituju.
Catatan singkat hasil observasi pada peserta didik. Berisi
catatan performa dan perilaku peserta didik yang penting,
disertai latar belakang kejadian dan hasil analisa dari observasi
yang telah dilakukan.
Grafik atau infografik yang menggambarkan tahap
perkembangan belajar peserta didik.
13. Penerapan Pola Pikir Bertumbuh
Penerapan pola pikir
bertumbuh dalam asesmen
diharapkan membangun
kesadaran bahwa proses
pencapaian tujuan
pembelajaran, lebih
penting daripada sebatas
hasil akhir.
Pendidik diharapkan mampu menerapkan ide
penerapan pola pikir bertumbuh, sebagaimana uraian di
berikut ini:
Kesalahan dalam belajar itu wajar. Jika diterima, dikomunikasikan, dan dicarikan
jalan keluar, maka kesalahan akan menstimulasi perkembangan otak peserta didik.
Belajar bukan tentang kecepatan, tetapi tentang pemahaman, penalaran,
penerapan, serta kemampuan menilai dan berkarya secara mendalam.
Ekspektasi pendidik yang positif tentang kemampuan peserta didik akan sangat
mempengaruhi performa peserta didik.
Setiap peserta didik unik, memiliki peta jalan belajar yang berbeda, dan tidak perlu
dibandingkan dengan teman-temannya.
Pengondisian lingkungan belajar (fisik dan psikis) di sekolah dan rumah akan
mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
Melatih dan membiasakan peserta didik untuk melakukan asesmen diri (self
assessment), asesmen antarteman (peer assessment), refleksi diri, dan pemberian
umpan balik antarteman (peer feedback).
Apresiasi/pesan/umpan balik yang tepat berpengaruh pada motivasi belajar peserta
didik.
14. Berikut acuan dalam memberikan umpan balik kepada peserta didik
melalui tangga umpan balik (Ladder of Feedback)
15. Penerapan Tangga Umpan Balik Berorientasi Pola Pikir Bertumbuh
(Growth Mindset)
Contoh Membuat Minuman Panas (Bandrek) - Fase F
“Apakah Ananda sudah yakin bahwa minuman ini telah menyerupai
bandrek sebagaimana yang dicontohkan?”
Klarifikasi
“Proses pembuatannya sudah benar dengan rasa dan tekstur mulai
menyerupai rasa bandrek yang dicontohkan”
Nilai
“Ibu merasakan bandrek yang dibuat Ananda kurang menonjolkan rasa
pedas”
Perhatian
“Bahan-bahan yang digunakan bisa saja beragam sumbernya sehingga
resep kemungkinan harus disesuaikan dengan mencicip. Untuk bandrek
ini Ibu menyarankan agar ditambahkan beberapa butir cengkeh lagi.”
Saran
“Selamat ya, Ananda telah menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh
dalam membuat bandrek. Sedikit sentuhan lagi, bandrek ini telah
mencapai rasa standarnya.”
Apresiasi
17. Untuk mengetahui apakah peserta
didik telah berhasil mencapai tujuan
pembelajaran, pendidik perlu
menetapkan kriteria atau indikator
ketercapaian tujuan pembelajaran.
Kriteria ini dikembangkan saat pendidik
merencanakan asesmen, yang dilakukan
saat pendidik menyusun perencanaan
pembelajaran, baik dalam bentuk rencana
pelaksanaan pembelajaran ataupun
modul ajar.
Pengolahan hasil penilaian dapat dilakukan dengan menganalisis secara kuantitatif dan/atau kualitatif terhadap data hasil pelaksanaan
penilaian yang berupa angka dan/atau deskripsi. Pendidik perlu menentukan kriteria untuk memetakan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Dalam menentukan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran, ada
beberapa hal penting yang perlu diperhatikan:
Tidak disarankan untuk menggunakan angka mutlak (misalnya 75, 80, dan
sebagainya) sebagai kriteria. Yang paling disarankan adalah menggunakan
deskripsi, namun jika dibutuhkan, pendidik diperkenankan untuk
menggunakan interval nilai (misalnya 70 - 85, 85 - 100, dan sebagainya).
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
Kriteria yang digunakan
untuk menentukan
apakah peserta didik
telah mencapai tujuan
pembelajaran dapat
dikembangkan
menggunakan beberapa
pendekatan
1. Menggunakan deskripsi kriteria
2. Menggunakan rubrik
3. Menggunakan interval nilai
18. Kriteria:
Laporan peserta didik menunjukkan kemampuannya menulis teks eksplanasi,
hasil pengamatan, dan pengalaman secara jelas. Laporan menjelaskan hubungan
kausalitas yang logis disertai dengan argumen yang logis sehingga dapat
meyakinkan pembaca.
Contoh Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
1. Menggunakan deskripsi kriteria
Contoh salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia Fase C: “peserta didik
mampu menulis laporan hasil pengamatan dan wawancara”
19. Contoh Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
2. Menggunakan rubrik
Contoh salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia Fase C: “peserta didik
mampu menulis laporan hasil pengamatan dan wawancara”
20. Contoh Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
3. Menggunakan interval
Contoh salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia Fase C: “peserta didik
mampu menulis laporan hasil pengamatan dan wawancara”
21. Contoh Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
1. Menggunakan deskripsi kriteria
Contoh salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia Fase F: “peserta didik
menerapkan dasar pemrograman pada bahasa pemrograman sisi server (server side
programming language)”
2. Menggunakan rubrik
3. Menggunakan interval nilai
Kriteria Ketercapaian
Tujuan Pembelajaran
Baru berkembang
(Belum Kompeten)
0-69
Layak
(Mulai
Kompeten)
70-79
Cakap
(Kompeten)
80-89
Mahir
(Sangat
Kompeten)
90-100
- Alur proses disusun
sesuai relevansi
tugas
- Penggunaan simbol
diagram alir sesuai
peruntukannya
- Diagram alir
diterjemahkan
dengan perintah
yang tepat
Tidak memenuhi >1
kriteria ketercapaian
tujuan pembelajaran
Tidak memenuhi
1 kriteria
ketercapaian
tujuan
pembelajaran
Memenuhi
seluruh kriteria
ketercapaian
tujuan
pembelajaran
Memenuhi seluruh
kriteria
ketercapaian
tujuan
pembelajaran
dengan diagram
alir yang ringkas
22. TIPS
Bagaimana menyusun instrumen asesmen
• Tetapkan skor yang menjadi predikat minimum sesuai kriteria ketercapaian tujuan
pembelajaran (misalnya untuk mencapai predikat Cakap atau Kompeten ditetapkan
skor minimum 80)
• Rancang kisi-kisi asesmen menyesuaikan ketercapaian seluruh kriteria
• Tentukan jumlah soal yang harus dijawab untuk mencapai skor minimum (misalnya
menjawab tepat 8 dari 10)
• Tingkat kesukaran dibuat mudah s.d. sedang pada sejumlah soal yang diperlukan
untuk mencapai skor minimum dengan meng-cover seluruh kriteria ketercapaian
tujuan pembelajaran. Sehingga siswa yang mampu menjawab seluruh soal dengan
tingkat kesukaran mudah s.d. sedang dapat dianggap telah cakap atau kompeten
karena telah mencapai seluruh kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran
CONTOH
27. Pelaporan hasil penilaian (asesmen) dituangkan dalam bentuk laporan kemajuan belajar. Laporan
hasil belajar merupakan dokumen yang disusun berdasarkan pengolahan hasil Penilaian.
Bentuk-bentuk laporan hasil belajar diantaranya:`
Pengolahan Hasil Asesmen
Rapor
1
Portofolio
2
Diskusi/Konferensi
3
Pameran Karya
4
Skill Passport
5
28. Sebagaimana diuraikan pada prinsip asesme, laporan
hasil belajar hendaknya bersifat sederhana dan
informatif. Dapat memberikan informasi yang bermanfaat
tentang karakter dan kompetensi yang dicapai, serta
strategi tindak lanjut bagi pendidik, satuan pendidikan dan
orang tua untuk mendukung capaian pembelajaran.
Bentuk Laporan Hasil Belajar
Rapor
1
1. Identitas peserta didik
2. Nama satuan pendidikan
3. Kelas
4. Semester
5. Mata pelajaran
6. Nilai
7. Deskripsi
8. Catatan guru
9. Presensi
10. Kegiatan ekstrakurikuler.
Komponen pada Rapor sekurangnya
Catatan:
Format dapat disesuaikan berdasarkan
struktur kurikulum masing-masing
jenjang.
Deskripsi capaian kompetensi peserta
didik berisi informasi tentang
kompetensi yang sudah dicapai dan
kompetensi yang perlu ditingkatkan.
Deskripsi menggunakan kalimat positif
dan memotivasi.
29. Tujuan dari portofolio adalah kumpulan dokumen dari hasil
karya peserta didik. Isi portofolio adalah hasil karya peserta
didik yang dipilih oleh peserta didik, berdasarkan hasil diskusi
dengan pendidik. Portfolio bisa berupa foto, video, infografis,
poster atau karya apapun yang bukan berupa lembar soal -
jawaban.
Bentuk Laporan Hasil Belajar
Portofolio
2
30. Tujuan diskusi adalah berbagi informasi antara pendidik,
peserta didik dan orang tua. Diskusi atau konferensi bisa
dalam struktur formal maupun informal.
Bentuk Laporan Hasil Belajar
Diskusi/Konferensi
3
31. Tujuan dari pameran karya adalah sebagai perayaan proses
belajar peserta didik dan juga sebagai asesmen sumatif.
Pameran karya berisi proses dari pembelajaran hingga produk
dari sebuah proyek belajar. Pameran karya bisa mengundang
orang tua peserta didik, komunitas sekolah maupun
mengundang peserta didik dan pendidik dari sekolah lain untuk
saling belajar dan mendapatkan umpan balik dari audiens yang
lebih luas selain pendidik kelas
Bentuk Laporan Hasil Belajar
Pameran Karya
4
32. Skill passport merupakan catatan kompetensi yang dikuasai
selama peserta didik belajar di SMK dan dunia kerja. Skill
passport memudahkan peserta didik, pendidik, dan dunia kerja
untuk menerapkan pengendalian berbasis identitas melalui
catatan uji kompetensi yang dapat diverifikasi.
Bentuk Laporan Hasil Belajar
Skill Passport
5
33. a. kelas V dan kelas VI untuk sekolah dasar
atau bentuk lain yang sederajat; dan
b. setiap tingkatan kelas untuk sekolah
menengah pertama atau bentuk lain yang
sederajat dan sekolah menengah atas
atau bentuk lain yang sederajat.
Mekanisme Kenaikan Kelas dan Kelulusan
a. Laporan kemajuan belajar yang
mencerminkan pencapaian peserta didik
pada semua mata pelajaran
b. Laporan pencapaian projek penguatan
profil pelajar Pancasila
c. Portofolio
d. Paspor keterampilan (skill passport) dan
rekognisi pembelajaran lampau pada
peserta didik jenjang SMK
e. Prestasi akademik dan non-akademik
f. Ekstrakurikuler
g. Penghargaan peserta didik
h. Tingkat kehadiran
Pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau
sederajat, satuan pendidikan memiliki keleluasaan
untuk menentukan kriteria kenaikan kelas dengan
mempertimbangkan:
Penentuan kelulusan dari satuan pendidikan dilakukan dengan
mempertimbangkan laporan kemajuan belajar yang
mencerminkan pencapaian peserta didik pada semua mata
pelajaran dan ekstrakurikuler serta prestasi lain pada
35. 1. Profil
Pelajar
Pancasila
Profil pelajar Pancasila dirancang untuk menjawab
satu pertanyaan besar, yaitu “peserta didik dengan
profil (kompetensi) seperti apa yang ingin dihasilkan
oleh sistem pendidikan Indonesia?”
“Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat
yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai
nilai-nilai Pancasila.”
Pernyataan ini berkaitan dengan dua hal, yaitu
kompetensi untuk menjadi warga negara Indonesia
yang demokratis dan untuk menjadi manusia unggul
dan produktif di Abad ke-21. Dalam hal ini, peserta
didik Indonesia diharapkan dapat berpartisipasi dalam
pembangunan global yang berkelanjutan serta
tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.
Naskah ini menyampaikan hasil rumusan yang
menjawab pertanyaan besar tersebut dengan
memperhatikan faktor internal yang berkaitan dengan
jati diri, ideologi, dan cita-cita bangsa Indonesia; dan
juga faktor eksternal yang merupakan konteks
kehidupan serta tantangan bangsa Indonesia di Abad
ke-21 yang menghadapi masa revolusi industri 4.0.
Profil pelajar Pancasila memiliki enam kompetensi
yang dirumuskan sebagai dimensi kunci. Keenamnya
saling berkaitan dan menguatkan sehingga upaya
mewujudkan profil pelajar Pancasila yang utuh
membutuhkan berkembangnya keenam dimensi
tersebut secara bersamaan, tidak parsial. Keenam
dimensi tersebut adalah:
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dan berakhlak mulia.
2. Berkebinekaan global.
3. Bergotong-royong.
4. Mandiri.
5. Bernalar kritis.
6. Kreatif.
Dimensi-dimensi tersebut menunjukkan bahwa profil
pelajar Pancasila tidak hanya fokus pada
kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku
sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus
warga dunia.
Dimensi-dimensi tersebut juga menjadi salah satu
fokus dalam pencapaian standar kompetensi lulusan
di setiap jenjang.
35
36. VISI PENDIDIKAN INDONESIA
Mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui
terciptanya pelajar Pancasila.
Profil pelajar Pancasila
“Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten,
berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila”
36
37. Budaya satuan
pendidikan
Iklim satuan pendidikan,
kebijakan, pola interaksi dan
komunikasi, serta norma yang
berlaku di satuan pendidikan.
Intrakurikuler
Muatan pembelajaran
Kegiatan/pengalaman belajar.
Projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
Projek Lintas Disiplin Ilmu yang
kontekstual dan berbasis pada
kebutuhan masyarakat/permasalahan
di lingkungan satuan pendidikan.
Ekstrakurikuler
Kegiatan untuk
mengembangkan minat dan
bakat.
Gambaran Penerapan
Profil Pelajar Pancasila di
Satuan Pendidikan
Profil pelajar Pancasila adalah
karakter dan kemampuan yang
dibangun dalam keseharian dan
dihidupkan dalam diri setiap
individu peserta didik melalui
budaya satuan pendidikan,
pembelajaran intrakurikuler,
projek penguatan profil pelajar
Pancasila, maupun ekstrakurikuler.
Beriman,
bertakwa kepada
Tuhan Yang
Maha Esa,
berakhlak mulia
Berkebinekaan
global
Bergotong
royong
Kreatif
Bernalar kritis
Mandiri
Pelajar
Indonesia
DRAFT - UNTUK INTERNAL
TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN
37
38. 2. Perlunya
projek
penguatan
profil pelajar
Pancasila
Projek penguatan profil pelajar Pancasila
memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses
penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk
belajar dari lingkungan sekitarnya. Dalam kegiatan
projek ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk
mempelajari tema-tema atau isu penting seperti
perubahan iklim, anti radikalisme, kesehatan mental,
budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan
berdemokrasi sehingga peserta didik bisa melakukan
aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai
dengan tahapan belajar dan kebutuhannya. Projek
penguatan ini juga dapat menginspirasi peserta didik
untuk memberikan kontribusi dan dampak bagi
lingkungan sekitarnya.
Sejak tahun 1990an, pendidik dan praktisi
pendidikan di seluruh dunia mulai menyadari bahwa
mempelajari hal-hal di luar kelas dapat membantu
peserta didik mendapatkan pemahaman bahwa yang
mempelajari di satuan pendidikan memiliki
hubungan dengan kehidupan sehari-sehari. Jauh
sebelum itu, Ki Hajar Dewantara sudah menegaskan
pentingnya peserta didik mempelajari hal-hal di luar
kelas, namun sayangnya selama ini pelaksanaan hal
tersebut belum optimal.
“... perlulah anak anak
[Taman Siswa] kita dekatkan
hidupnya kepada
perikehidupan rakyat, agar
supaya mereka tidak hanya
memiliki ‘pengetahuan’ saja
tentang hidup rakyatnya,
akan tetapi juga dapat
‘mengalaminya’ sendiri , dan
kemudian tidak hidup
berpisahan dengan
rakyatnya.”
Ki Hadjar Dewantara
Dunia saat ini semakin modern dengan kemajuan
berkelanjutan yang dicapai melalui berbagai
inisiatif projek yang sukses. Kegiatan seperti
membuat masakan untuk keluarga, merapikan
halaman rumah, atau mengadakan acara pentas
seni satuan pendidikan, adalah contoh projek-
projek yang dapat dijalankan sehari-hari.
Bagi pekerja di dunia modern, keberhasilan
menjalankan projek akan menjadi prestasi
tersendiri dibandingkan dengan loyalitas atau lama
bekerja dalam satu perusahaan. Memecahkan
masalah dunia nyata penting bagi orang dewasa,
dan juga anak-anak . Agar anak-anak dapat
memecahkan masalah dunia nyata, kita harus
mempersiapkan mereka dengan pengalaman
(pengetahuan) dan kompetensi yang sesuai
dengan tuntutan zaman. Dalam upaya
mempersiapkan peserta didik agar mampu
mengembangkan kompetensi tersebut,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset
dan Teknologi mencanangkan Projek Penguatan
profil pelajar Pancasila.
38
39. Projek penguatan profil pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam
mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk
menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila.
Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, Projek penguatan profil pelajar Pancasila
merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya
pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun
berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar
Pancasila dilakukan secara fleksibel, dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan,
muatan, dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi
pelajaran intrakurikuler. Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia
kerja untuk merancang dan menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar Pancasila.
3. Gambaran
Pelaksanaan
Projek
Penguatan
Profil Pelajar
Pancasila
39
Merupakan kegiatan
kokurikuler berbasis projek
Dirancang untuk menguatkan
upaya pencapaian kompetensi
dan karakter sesuai dengan
profil pelajar Pancasila
Dirancang terpisah dari
intrakurikuler. (Tujuan,
muatan, dan kegiatan
pembelajaran projek tidak
harus dikaitkan dengan tujuan
dan materi pelajaran
intrakurikuler.)
Pelaksanaannya dilakukan
secara fleksibel, dari segi
muatan, kegiatan, dan waktu
pelaksanaan
Satuan pendidikan dapat
melibatkan masyarakat
dan/atau dunia kerja untuk
merancang dan
menyelenggarakan projek
penguatan profil pelajar
Pancasila.
40. 40
Ningsih, peserta didik, Sumbawa
Barat
Ningsih seorang siswa SMP. Ningsih
tinggal di desa nelayan gurita. Di
sekolah, guru Ningsih merancang projek
bertopik “Detektif Gurita.“ Ningsih
mengeksplorasi segala hal tentang dunia
gurita, mulai dari karakteristik dan cara
hidup gurita, hingga bagaimana gurita
mempengaruhi kesejahteraan
masyarakat desanya. Sewaktu
menyelidiki, Ningsih dan teman-teman
baru tahu bahwa gurita yang tidak laku
biasanya hanya dibuang ke laut. Dengan
bimbingan guru, Ningsih dan teman
sekelasnya bersama-sama
mengembangkan kreasi
pangan olahan gurita untuk
memanfaatkan gurita
yang tidak laku.
Ningsih sangat senang
karena ia dan teman-
teman berkesempatan
mengasah dimensi Kreatif
dan Gotong Royong
melalui projek.
Berbagai wajah projek penguatan profil pelajar Pancasila
Pak Aso, pendidik, Bandung
Pak Aso seorang guru SLB. Pak Aso
mengamati, siswanya suka minum teh
manis tetapi belum bisa membuat
sendiri. Pak Aso merancang Projek
bertema Kewirausahaan untuk
mengembangkan dimensi Mandiri,
berjudul “Kita Suka Teh Manis”. Siswa
belajar mengenal alat dan bahan,
menentukan ukuran gula dan air yang
digunakan, menuangkan air dalam gelas,
hingga menyajikan teh sendiri. Projek
dilakukan melalui pendampingan,
pengulangan dan pembiasaan baik di
sekolah maupun di rumah. Lebih jauh
lagi, Pak Aso menyemangati siswanya
berjualan teh manis pada
pameran projek. Siswa
Pak Aso sangat senang,
20 gelas teh manis laku
terjual hari itu. Setelah
projek berakhir, beberapa
orang tua bercerita pada
Pak Aso bahwa anaknya
kini membuat teh manis
sendiri setiap pagi.
Bu Mondang, kepala satuan
pendidikan, Medan
Bu Mondang sedang prihatin. Baru saja
terbetik kabar, di SMA yang dipimpinnya
telah terjadi kasus perundungan kepada
siswa dengan etnis minoritas. Bertekad
menyelesaikan persoalan ini, Bu Mondang
berkoordinasi dengan Tim Fasilitator
Projek SMA. Mereka sepakat merancang
Projek yang menyasar dimensi
Kebhinnekaan Global, dengan topik
“Sayangi Diri Sayangi Sesama.” Para guru
memfasilitasi dialog antar siswa. Sekolah
juga mengundang narasumber dari
komunitas lintas-etnis untuk berdialog
dengan siswa. Bermitra dengan komunitas
tersebut, sekolah mengadakan kegiatan
live-in
untuk memberi kesempatan siswa
berinteraksi dengan keluarga
yang berbeda etnis. Projek ini
berhasil menghilangkan
ketegangan antaretnis,
juga menumbuhkan empati
serta rasa persatuan di SMA
Bu Mondang.
41. 41
Pak Abdullah, pengawas, Ternate
Selain bekerja sebagai pengawas sekolah, Pak
Abdullah aktif berkegiatan di komunitas
lingkungan. Akhir-akhir ini, di Ternate sering
krisis air bersih karena mata air mengering.
Ketika SD dampingannya berkonsultasi untuk
merancang projek, Pak Abdullah menyarankan
tema Gaya Hidup Berkelanjutan, topik
“Konservasi Air”. Siswa belajar tentang siklus
air, lalu menyelidiki penyebab keringnya mata
air. Ternyata sebabnya adalah kerusakan
hutan di lereng Gunung Gamalama, akibat
erupsi pada tahun sebelumnya. Siswa
dan sekolah sepakat membuat
aksi penghijauan lereng gunung.
Pak Abdullah bantu menghubungi
DLHK untuk mendapat bantuan
bibit pohon. Setelah penanaman,
siswa kerap berkunjung untuk
menjenguk dan merawat pohon
mereka. Dimensi Akhlak Mulia,
khususnya Akhlak terhadap
Alam, berkembang pesat pada
diri siswa setelah menjalani
projek ini.
Berbagai wajah projek penguatan profil pelajar Pancasila
Bu Reina, komite sekolah, Surakarta
Bu Reina adalah pengurus komite di SMK
tempat puteranya bersekolah. 50% lulusan
SMK tersebut belum diterima bekerja. Dari
observasi pada saat praktek, Bu Reina
menemukan, siswa belum memiliki budaya
kerja yang baik. Bu Reina mendukung
inisiatif Tim Fasilitator Projek untuk
membuat projek bertema Kebekerjaan.
Dengan bantuan dana dari komite, siswa
melakukan kunjungan ke industri dan
merefleksikan budaya kerja yang baik di
dunia industri. Siswa lalu
berdiskusi dan menyepakati
budaya kerja yang ingin
mereka latih, lalu menerap-
kannya di waktu praktek.
Di akhir projek, Bu Reina
lega karena para siswa telah
terbiasa bekerja secara
profesional baik secara
mandiri maupun di dalam tim,
cerminan berkembangnya
dimensi Mandiri dan Gotong-
Royong.
Bagaimana wajah
projek di satuan
pendidikan Anda?
Mari jalankan projek
sesuai keunikan
konteks satuan
pendidikan, dan bantu
peserta didik kita
bertumbuh kembang
menjadi pelajar
Pancasila.
42. 4. Prinsip-prinsip projek penguatan profil pelajar Pancasila
42
HOLISTIK
KONTEKSTUAL
BERPUSAT PADA PESERTA DIDIK
EKSPLORATIF
43. 5. Manfaat projek penguatan profil pelajar Pancasila
Untuk Satuan Pendidikan
● Menjadikan satuan pendidikan sebagai sebuah
ekosistem yang terbuka untuk partisipasi dan
keterlibatan masyarakat.
● Menjadikan satuan pendidikan sebagai
organisasi pembelajaran yang berkontribusi
kepada lingkungan dan komunitas di
sekitarnya.
Untuk Pendidik
● Memberi ruang dan waktu untuk peserta didik
mengembangkan kompetensi dan
memperkuat karakter dan profil pelajar
Pancasila.
● Merencanakan proses pembelajaran projek
dengan tujuan akhir yang jelas.
● Mengembangkan kompetensi sebagai
pendidik yang terbuka untuk berkolaborasi
dengan pendidik dari mata pelajaran lain
untuk memperkaya hasil pembelajaran.
Projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
memberikan ruang
bagi semua anggota
komunitas satuan
pendidikan untuk
dapat
mempraktikkan dan
mengamalkan profil
pelajar Pancasila.
Untuk Peserta Didik
● Memperkuat karakter dan
mengembangkan kompetensi sebagai
warga dunia yang aktif.
● Berpartisipasi merencanakan pembelajaran
secara aktif dan berkelanjutan.
● Mengembangkan keterampilan, sikap, dan
pengetahuan yang dibutuhkan dalam
mengerjakan projek pada periode waktu
tertentu.
● Melatih kemampuan pemecahan masalah
dalam beragam situasi belajar.
● Memperlihatkan tanggung jawab dan
kepedulian terhadap isu di sekitar mereka
sebagai salah satu bentuk hasil belajar.
● Menghargai proses belajar dan bangga
dengan hasil pencapaian yang telah
diupayakan secara optimal.
43
44. Merancang
alokasi waktu
projek
Langkah pertama dalam merancang alokasi waktu adalah menentukan durasi pelaksanaan projek. Durasi
untuk setiap projek dapat disesuaikan dengan pembahasan tema yang dipilih. Durasi dapat berkisar antara
dua minggu sampai 3 bulan, tergantung tujuan dan kedalaman eksplorasi tema. Jika kegiatan projek
diharapkan memberi dampak yang luas hingga di luar satuan pendidikan, maka durasi projek bisa jadi
membutuhkan waktu lebih lama.
Berdasarkan Kepmendibudristek RI Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam
Rangka Pemulihan Pembelajaran, secara umum total waktu projek adalah sekitar 20-30% dari total jam
pelajaran per tahun, seperti pada tabel berikut:
Tingkat pendidikan Alokasi Jam Projek
Per Tahun
SD/MI I-V 252 JP
SD/MI VI 224 JP
SMP/MTS VII-VIII 360 JP
SMP/MTS IX 320 JP
SMA/MA X 486 JP
SMA/MA XI 216 JP
SMA/MA XII 192 JP
Tingkat
pendidikan
Alokasi Jam Projek
Per Tahun
SMK X 288 JP
SMK XI 144 JP
SMK XII 36 JP
SMK XII*
(Program 4
tahun)
144 JP
SMK XIII*
(Program 4
tahun)
0
Pemetaan alokasi
waktu projek di
setiap jenjang
45. Contoh jumlah total JP ini untuk SMP,
yang akan dibagi ke sekurang-kurangnya
3 projek. Jumlah ini berbeda di setiap
fase/jenjangnya.
320 JP ini tidak perlu dibagi rata ke
masing-masing projek, bisa disesuaikan
dengan tujuan dan kebutuhan masing-
masing projek.
B. Simulasi penghitungan alokasi waktu projek
Jumlah berkisar antara … sampai .. %
(sudah ditetapkan dalam struktur
Prinsip perhitungan ini sama dengan
jenjang lain, dengan perbedaan total JP
dan jumlah projek yang berbeda.
46. PENJADWALAN
a. Menentukan satu hari
dalam seminggu untuk
pelaksanaan projek
(misalnya hari Jumat).
Seluruh jam belajar pada
hari itu digunakan untuk
projek.
M A R E T 2 0 2 1
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1
UPACARA
2 3 4 5
Projek
penguatan profil
pelajar Pancasila
6
7 8
UPACARA
9 10 11 12
Isra Mi'raj
13
CUTI BERSAMA
14
HARI RAYA
NYEPI
15
UPACARA
16 17 18 19
Projek
penguatan profil
pelajar Pancasila
20
21 22
UPACARA
23 24 25 26
Projek
penguatan profil
pelajar Pancasila
27
28 29
UPACARA
30 31
46
Catatan:
● Contoh pilihan waktu berikut hanya simulasi pilihan waktu pelaksanaan projek. Untuk periode
waktu belajar dapat disesuaikan dengan jenjang masing-masing.
● Pilihan waktu pelaksanaan berikut dapat dipilih sesuai dengan kesiapan satuan pendidikan,
tidak terikat pada tahapan kesiapan satuan pendidikan.
47. b, Mengalokasikan 1-2
jam pelajaran di akhir
hari, khusus untuk
mengerjakan projek.
Bisa digunakan untuk
eksplorasi di sekitar
satuan pendidikan
sebelum peserta didik
pulang.
No/ Kelas Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1
I
07.15-07.50 Upacara
2 07.50-08.25 Upacara
3 08.25-09.00
09.00-09.15 I S T I R A H A T
4 09.15-09.50
Projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
5 09.50--10.25
Projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
Projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
-
6 10.25-11.00
Projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
Projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
Projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
Projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
-
Projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
7 11.00-11.35
-
Projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
-
Projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
-
Projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
47
48. c. Mengumpulkan dan memadatkan pelaksanaan tema dalam satu periode waktu (misalnya 2 minggu
atau 1 bulan), di mana semua Tenaga Pendidik berkolaborasi mengajar projek setiap hari selama
durasi waktu yang ditentukan.
M A R E T 2 0 2 1
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1
UPACARA
2 3 4 5 6
7 8
UPACARA
9 10 11 12
Isra Mi'raj
13
CUTI BERSAMA
14
HARI RAYA NYEPI
15 UPACARA
Pelaksanaan
projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
16
Pelaksanaan
projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
17
Pelaksanaan
projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
18
Pelaksanaan
projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
19
Pelaksanaan
projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
20
Pelaksanaan
projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
21 22 UPACARA
Pelaksanaan
projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
23
Pelaksanaan
projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
24
Pelaksanaan
projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
25
Pelaksanaan
projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
26
Pelaksanaan
projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
27
Pelaksanaan
projek penguatan
profil pelajar
Pancasila
28 29
UPACARA
30 31
48
49. TIM
FASILITATOR
49
Pimpinan satuan pendidikan menentukan seorang koordinator
projek, bisa dari wakil kepala satuan pendidikan atau pendidik yang
mempunyai pengalaman mengembangkan dan mengelola projek.
Apabila mempunyai SDM yang cukup, koordinator projek dapat
menentukan seorang koordinator dari masing-masing kelas, atau
koordinator kelas. Misalnya satu orang koordinator kelas 1, satu orang
koordinator kelas 2, dan seterusnya. Untuk pendidikan khusus,
koordinator dapat dipilih berdasarkan jenis kekhususan.
1
2
Koordinator mengumpulkan para pendidik perwakilan dari setiap
kelas (atau apabila SDM terbatas, perwakilan dari masing-masing
Fase) untuk menjadi tim fasilitator projek.
Koordinator memberikan arahan kepada tim fasilitator projek untuk
merencanakan dan membuat modul projek bagi setiap kelas atau
fase.
3
4
Tim fasilitator projek terdiri dari sejumlah
pendidik yang berperan merencanakan,
menjalankan, dan mengevaluasi projek. Tim
fasilitator dibentuk dan dikelola oleh
koordinator. Tim fasilitator projek dapat
ditambah, dikurangi atau ditiadakan sesuai
kebutuhan setiap satuan pendidikan, dilihat
dari:
● jumlah peserta didik dalam satu satuan
pendidikan,
● banyaknya tema yang dipilih dalam satu
tahun ajaran,
● Jumlah jam mengajar pendidik yang
belum terpenuhi atau dialihkan untuk
projek
● atau pertimbangan lain sesuai kebutuhan
masing-masing satuan pendidikan.
50. 50
Contoh Alur aktivitas dan asesmen projek
Sub-elemen yang disasar
● Berempati pada orang lain
● Aktif membangun masyarakat
yang inklusif, adil, dan
berkelanjutan
● Kerja sama
● Komunikasi untuk mencapai
tujuan Bersama
● Mengidentifikasi, mengklarifikasi,
dan mengolah informasi dan
gagasan
● Memiliki keluwesan berpikir
dalam mencari alternatif solusi
permasalahan
Modul Projek SMK
Tema: Berekayasa dan
Berteknologi untuk
Membangun NKRI
Topik: SMK Membangun Desa
Total waktu: 80 JP
Dimensi Profil Pelajar Pancasila:
● Beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa
● Berkebinekaan global
● Bergotong royong
● Bernalar kritis
● Kreatif
Asesmen Formatif Awal. Dilakukan sebelum projek dimulai untuk mengukur kompetensi awal murid yang dipakai untuk
menentukan kebutuhan diferensiasi murid, pengembangan alur dan kegiatan projek, dan penentuan perkembangan sub-elemen
antarfase
Tahap Pengenalan. Mengenali, memahami, dan membangun kesadaran peserta didik terhadap isu pembangunan desa
1.
Perkenalan:
Membangun bangsa
melalui Pembangunan
Desa
2.
Eksplorasi Isu terkait
pembagunan desa
3.
Refleksi awal
4.
Kunjungan ke desa
sekitar
5.
Menggali Masalah
Pembangunan Desa
Tahap Kontekstualisasi. mengkontekstualisasi masalah terkait pembangunan desa sesuai program keahlian
6.
Pengumpulan,
Pengorganisasian, dan
Penyajian Data
7.
Mendiskusikan peran
kelompok siswa dalam
menyelesaikan
permasalahan
pembangunan desa
8.
Pengorganisasian Data
Secara Mandiri
9.
Asesmen Formatif
Presentasi: Rencana
Program Bangun Desa
Tahap aksi. bersama-sama mewujudkan pelajaran yang mereka dapat melalui aksi nyata
10.
Presentasi ide-ide
program kelompok
siswa kepada
pemerintah desa
11.
Diskusi terkait sumber
daya yang dibutuhkan
untuk melaksanakan
program
12.
Pelaksanaan aksi nyata
melalui kolaborasi
kelompok siswa
dengan warga dan
pemerintah desa
13.
Asesmen Formatif
Dokumentasi aksi
Tahap Refleksi dan Tindak Lanjut. Menggenapi proses dengan berbagi karya, evaluasi dan refleksi, serta menyusun langkah strategis
14.
Asesmen Sumatif
Presentasi : Realisasi
Program Bangun Desa
15.
Asesmen Sumatif
Pameran karya/aksi
nyata
16.
Mengawal program
pembangunan desa
untuk kesejahteraan
masyarakat desa
CONTOH
53. Tujuh tema untuk SMK adalah:
● Gaya Hidup Berkelanjutan
● Kearifan lokal
● Bhinneka Tunggal Ika
● Bangunlah Jiwa dan Raganya
● Suara Demokrasi
● Rekayasa dan Teknologi
● Kebekerjaan
Pemerintah Daerah dan satuan pendidikan dapat mengembangkan tema menjadi topik yang lebih
spesifik, sesuai dengan budaya serta kondisi daerah dan satuan pendidikan. Satuan pendidikan
diberikan kewenangan untuk menentukan tema yang diambil untuk dikembangkan, baik untuk setiap
kelas, angkatan, maupun fase.
Untuk tingkat SMK/MAK wajib memilih 3 (tiga) projek dengan 2 (dua) tema pilihan dan 1 (satu) tema
Kebekerjaan di kelas X, 2 (dua) projek dengan 1 (satu) tema pilihan dan 1 (satu) tema Kebekerjaan di
kelas XI, dan 1 (satu) projek dengan tema Kebekerjaan di kelas XII SMK/MAK.
53
Kemendikbudristek
menentukan tema untuk
setiap projek yang
diimplementasikan di
satuan pendidikan.
Dimulai pada tahun
ajaran 2021/2022,
terdapat tujuh tema
untuk SMK dan
sederajat yang
dikembangkan
berdasarkan isu prioritas
yang dinyatakan dalam
Peta Jalan Pendidikan
Nasional 2020-2035,
Sustainable
Development Goals dan
dokumen lain yang
relevan.
TEMA PROJEK
54. Peran Asesmen Formatif dan Sumatif dalam Projek
54
Asesmen Formatif Asesmen Sumatif
Waktu penggunaan ● Pada awal perencanaan projek (jika membuat sendiri modul projek)
atau pada penentuan dimensi, elemen, dan sub-elemen (jika
menggunakan modul projek yang sudah ada)
● Selanjutnya dilakukan secara berkala, berkelanjutan selama projek
● Biasanya dilakukan pada akhir projek
● Dapat dilakukan di akhir tahap kegiatan jika diperlukan
(terutama di projek dengan jangka waktu yang panjang)
Pihak yang
memberikan asesmen
● Pada awal projek: pendidik
● Selama projek: pendidik, peserta didik secara pribadi (self-assessment),
sesama peserta didik (peer-assessment), mitra satuan pendidikan dalam
projek (misalnya: orang tua, narasumber projek)
Pendidik
Contoh bentuk
asesmen
Rubrik, umpan balik (dari pendidik dan sesama peserta didik) baik secara
lisan maupun tertulis, observasi, diskusi, presentasi, jurnal, refleksi, esai
Rubrik, presentasi, poster, diorama, produk teknologi atau
seni, esai, kolase, drama
Manfaat untuk tim
fasilitator projek
Fungsi asesmen formatif pada awal projek:
● Menciptakan baseline (garis dasar) untuk menilai kemampuan
awal peserta didik. Informasi ini dipakai untuk merencanakan
kegiatan projek yang efektif dan bermakna untuk peserta didik,
untuk mencapai konsep learning at the right level.
● Menentukan sub-elemen yang sesuai dengan fasenya
● Mengetahui perkembangan peserta didik di akhir projek.
Ketika dilakukan selama projek:
● Mengawasi pembelajaran peserta didik selama projek
● Memastikan perkembangan kompetensi peserta didik sesuai dengan
sub-elemen profil pelajar Pancasila yang disasar
● Mengecek pemahaman peserta didik mengenai isu projek
• Mengukur apakah peserta didik sudah mengembangkan
kompetensi dari sub-elemen dari elemen dan dimensi
profil pelajar pancasila sesuai fase yang disasar
• Menyusun projek selanjutnya
Manfaat untuk peserta
didik
● Memahami performa di awal projek
● Membantu peserta didik memperbaiki dan mengembangkan diri.
● Membantu peserta didik mendapatkan hasil belajar yang lebih baik
dalam asesmen sumatif di akhir
● Mengoptimalkan dampak projek
• Memahami performa di akhir projek
• Memahami apakah mereka sudah memenuhi capaian
projek dan sejauh mana sudah mencapai fase
perkembangan sub-elemen dari dimensi profil pelajar
Pancasila yang disasar