Euforia Zohri masih bergemuruh di rumah sang juara dunia lari. Bahkan, pemuda 18 tahun ini - Lalu Muhammad Zohri - belum tiba di kampungnya di Dusun Karang Pansor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Publik, wong cilik, juga pemerhati keberlanjutan bangsa ini seolah berat berpisah dengan euforia ini. Semua dengan penasaran, mencermati babak demi babak drama keriangan sosial yang tiba-tiba membuat kemeriahan tersendiri.
Apa yang bisa disimak dari situasi ini? Saya wajib berbagi, karena saya satu dari jutaan, mungkin puluhan juta orang yang mempedulikan peristiwa ini.
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Ekonomirakyat
1. Ahyudin - Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT)ACT
AKSI CEPAT TANGGAP FOUNDATION
Stimulan Menangkan Ekonomi Rakyat
2. Euforia Zohri masih bergemuruh di rumah sang juara dunia lari. Bahkan, pemuda
18 tahun ini - Lalu Muhammad Zohri - belum tiba di kampungnya di Dusun
Karang Pansor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara,
Nusa Tenggara Barat.
Publik, wong cilik, juga pemerhati keberlanjutan bangsa ini seolah berat berpisah
dengan euforia ini. Semua dengan penasaran, mencermati babak demi babak
drama keriangan sosial yang tiba-tiba membuat kemeriahan tersendiri.
Apa yang bisa disimak dari situasi ini? Saya wajib berbagi, karena saya satu dari
jutaan, mungkin puluhan juta orang yang mempedulikan peristiwa ini.
Pertama, ini betul-betul menginspirasi. Belum kering lisan kami membincangkan
kemiskinan yang akut di mana-mana, kesulitan kerja dan kelamnya masa depan
di berbagai sudut negeri, ironi kekuasaan memapar wajah seantero negeri tak
tercegah ikhtiar pembenahan signifikan, tahu-tahu muncul dari pedalaman
Lombok Utara, sosok tak diunggulkan, dengan dukungan terbatas berlaga di
lintasan yang sungguh tak diperhitungkan
Dan menang! Saat diungkap siapa Zohri, terlihat wajah kemiskinan yang tak
tersembunyikan, kelugasan keseharian, kenyataan hakiki Desa Pemenang dan
realitas Indonesia. Respon kebangsaan, tentu berlapis, sesuai kapasitasnya.
Selayaknya, sebanyak-banyaknya orang baik, bisa berjamaah merespon ini
dengan baik.
3. Bagi kami, ini "umpan langit" yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Mau
Desa Pemenang bangkit ekonominya, atau Kabupaten Lombok bahkan
Indonesia bangkit dari kebebalan panjang atas fenomena bertubi tentang
terpuruknya bangsa besar ini? Lakukan sesuatu yang inspiratif (dan tulus), di
Pemenang. Kawal prosesnya agar tetap berjalan dengan alami.
Kedua, Zohri adalah representasi orang kebanyakan yang tak akan berubah
nasibnya tanpa intervensi orang lain. Ia, akan seperti anak-anak yatim-piatu
umumnya, atau anak-anak kaum papa, generasi kurang berada lainnya di
banyak desa di negeri ini. Ia, satu dari banyak sekali kaum muda negeri ini yang
akan terpelanting dari lintasan perjuangan kehidupan, jika tanpa dampingan
orang lain.
Bahkan, mengandalkan pendampingan terbatas - seperti dilakoni pasangan guru
olahraga di SMP Zohri yang tekun dan mengawal tekad Zohri berprestasi, tak
cukup untuk mengubah nasib Zohri, pun, Zohri-Zohri yang lain. Tapi ikhtiar
pasangan Pak Ali dan Bu Ida, guru SMP 1 Pamenang untuk Zohri, sudah luar
biasa. Zohri sudah terpapar kerja kerasnya.
Kita semua, berjama'ah, bukan hanya mensyukuri Zohri seorang, mengguyur
fenomena Zohri dengan beragam ekspresi keriangan. Berjamaah, kita bisa
berbuat lebih memanfaatkan momentum langit. Selamatkan anak-anak kurang
beruntung dengan memberinya kesempatan berikhtiar, menantang masa
depannya tanpa terlalu disulitkan biaya apapun.
4. Ketiga, dan ini soal kita semua. Soal kesungguhan menyelamatkan bangsa.
Pelajaran Zohri, bisa ditangkap nalar sebagai peringatan. Bahwa ada potensi dan
pengungkitnya, hatta di kawasan yang jauh dari fasilitas dan perhatian.
Berkat kesungguhan, segelintir, hanya segelintir saja orang, bisa agak berubah
nasibnya. Sisanya, yang masih sangat besar jumlahnya, masih di batas
penantian untuk "tertolong" atau "terkapar", masih "berbunyi angka-angka",
belum sebagai "manusia". Dengan kebersamaan, dengan beribu mandat yang
tersandang di pundak "para pemenang" di pentas bangsa, menang sebagai
anggota legislatif, terlebih menang sebagai anggota eksekutif, sebagai Aparat
Sipil Negara, pun sebagai apa saja yang di dalamnya tersandang mandat
kemanusiaan, tumpukan mandat ini niscaya bisa dicicil untuk diperbaiki
nasibnya.
Tanpa kesungguhan dan kebersamaan, jangankan orang-orang yang terabai,
entah di Nusa Tenggara Barat atau di belahan Indonesia lainnya, orang-orang
seperti Zohri pun hanya kembali berlari dan berlari, karena solusi yang tidak
sistemik.
Fenomena Zohri harus menjadi momentum memapar negeri dengan inspirasi.
Kami meyakininya dengan melibatkannya dalam ikhtiar mengaktivasi "mini
market" untuk Zohri di mana roda ekonomi berputar, produk lokal mendapatkan
pasar, tenaga kerja setempat pun diserap, pertukaran produk meluas tidak
dikuasai hanya kekuatan padat modal saja.
Di sini, peluang kebangkitan ekonomi rakyat bukan basa-basi. Memenangkan
ekonomi rakyat, itu "ikhtiar legal" bahkan menjadi amanah kemerdekaan. Jangan
ragu, membangunkan rakyat, bangkit melawan keterpurukannya. Kami yakin,
bisa memenangi laga ini, dengan berjamaah. Sebagai anak bangsa, moga-moga
Anda semua juga meyakininya.
Global Zakat | Global Wakaf | Global Qurban