Dokumen tersebut membahas konsep dan metode pengembangan alat ukur atribut non-kognitif. Secara umum, dibahas mengenai pengukuran ranah afektif, psikomotorik, dan kinerja menggunakan berbagai skala seperti Likert, Thurstone, Guttman, dan diferensial. Langkah-langkah pengembangan instrumen juga dijelaskan untuk masing-masing ranah.
3. Atribut non kognitif (bukan kemampuan kognitif) adalah atribut
yang dirancang untuk mengukur aspek-aspek yang bukan
kemampuan kognitif, terutama berkaitan dengan aspek-aspek
kepribadian dan atribut afektif. Pengukuran yang menggunakan
atribut ini bersifat psikologis, misalnyal: kepribadian, harga diri,
kecemasan, kebahagiaan.
PENGERTIAN ATRIBUT
NON-KOGNITIF
4. • Untuk pengukuran atribut non kognitif diperlukan respon
jenis ekspresi sentimen (expression of sentiment), yaitu
jenis respon yang tidak dapat dinyatakan benar atau
salah, atau sering dikatakan semua respons benar
menurut alasannya masing-masing.
• Alat ukur non-kognitif stimulusnya unstructured, stimulus
yang arah responnya tidak di ketahui subjek, semua
respon diterima dan bersifat proyektif.
5. AFEKTIF
3 ASPEK YANG DIUKUR DENGAN
ATRIBUT NON-KOGNITIF
PSIKOMOTORIK
KINERJA
(PERFORMANCE)
8. 01 02 03
04 05
Ranah afektif dapat diukur berdasarkan beberapa
bentuk skala pengukuran yaitu :
Skala Likert Skala Pilihan Ganda Skala Thurstone
Skala Guttman Skala Differensial
9. • Skala likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap sesuatu.
Sikap disini bisa diartikan sebagai perasaan positif atau negatif terhadap suatu
objek baik berupa kegiatan atau mata pelajaran. Misalnya pada mata pelajaran
matematika siswa menunjukkan sikap dan perilaku gemar melafalkan rumus-
rumus matematika, siswa menunjukkan sikap hormat pada guru, dll.
• Skala likert terdiri dari dua unsur yaitu pernyataan dan alternatif jawaban.
Pernyataan ada dua bentuk yaitu pernyataan positif dan negatif, sedangkan
alternatif jawaban terdiri dari: sangat setuju, setuju, neteral, kurang setuju dan
tidak setuju.
SKALA LIKERT
10. Pilih variabel
afektif yang akan
diukur
Buat pernyataan
positif terhadap
variabel yang diukur
Minta pertimbangan
kepada beberapa orang
tentang pernyataan
positif dan negatif yang
dirumuskan
Tentukan alternatif
jawaban yang
digunakan
Tentukan
pensekorannya
Tentukan dan hilangkan
pernyataan yang tidak
berfungsi dengan
pernyataan lainnya
Langkah-langkah untuk membuat skala likert untuk
menilai afektif, yaitu:
12. Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan yang
diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat.
Contoh: Dalam melaksanakan belajar kelompok, saya merasa:
a. senang karena dapat berdiskusi dengan teman sekelompok
b. mudah untuk mengerjakan tugas kelompok
c. tidak begitu sulit untuk mengerjakan tugs kelompok
d. dapat mengerjakan tugas kelompok tetapi mudah terganggu
e. sulit untuk mengerjakan tugas kelompok
SKALA PILIHAN GANDA
13. Skala Thurstone adalah salah satu skala sikap yang sering dipakai,
selain Skala Likert. Kelebihan Skala Thurstone ini, adalah bahwa Skala
yang dibuat, adalah bentuk Skala Interval, dibandingkan dengan Skala
Likert yang masih berbentuk Skala Nominal. Skala Thurstone sebelum
digunakan harus mengetahui interval jarak setiap skala. Hal inilah yang
membutuhkan sedikit usaha untuk membuatnya.
SKALA THURSTONE
14. Langkah-langkah untuk menyusun skala Thurstone untuk
menilai afektif, yaitu:
Buatlah pernyataan sebanyak mungkin
yang mewakili seluruh konstruk yang akan
diukur (100 – 300 item atau sesuai
kebutuhan dengan memperkirakan item
yang akan gugur).
Item yang dibuat, dimasukkan
dalam Skala Thurstone yang
bergerak dari 1 – 11 (semakin
kekanan, semakin
favorabel/Semakin Setuju).
Item yang sudah dibuat kemudian
diisi oleh Panelis/penilai (25 – 50
penilai), untuk meletakkan
pernyataan kedalam kontinum
berdasarkan favorabilitasnya.
Merangkum hasil
penilaian kedalam tabel
16. Skala ini sama dengan skala yang disusun Bogardus yaitu
pernyataan yang diurumuskan empat atau tiga pernyataan.
Pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan,
apabila responden setuju persyaratan 2, diduga setuju
persyaratan 1, selanjutnya setuju persayaratan 3, diduga setuju
persyaratan 1, 2, dan 3.
SKALA GUTTMAN
17. Langkah-langkah untuk menyusun skala Guttman untuk
menilai afektif, yaitu:
Perjelas tujuan
penggunaan skala
guttman.
Buat daftar pernyataan
yang relevan dengan
masalah yang ingin
diteliti.
Kaitkan nilai pada
setiap pernyataan.
Lakukan penelitian awal
pada sejumlah sampel,
minimal 50 sampel.
Analisis jawaban, buang
pernyataan yang
disetujui atau tidak
disetujui 80 persen atau
lebih responden.
Lakukan penelitian
skala tersebut secara
penuh.
Susun skala ini untuk
analisis. Susun jawaban
pada tabel guttman.
Hitung koefisien
reprodusibilitas dan
koefisien skalabilitas.
18. CONTOH SKALA GUTTMAN
Contoh afektif yang indikatornya hormat pada orang tua.
1. Saya permisi kepada orang tua bila bermain ke tetangga
2. Saya permisi kepada orang tua bila pergi kemana saja
3. Saya permisi kepada orang tua bila pergi kapan saja dan
kemana saja
4. Saya tidak pergi kemana saja tanpa permisi kepada orang tua
19. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap. Tidak menggunakan
bentuk checklist ataupun pilhan ganda pada penyusunan
instrumen penelitian, tetapi disusun dalam satu garis kontinum
yang jawaban “sangat positif” yang terletak disebalah kanan dan
jawaban yang sangat “negatif” terletak disebalah kiri atau
sebaliknya.
SKALA DIFFERENSIAL
22. 01 02
03 04
Ranah psikomotorik dapat diukur berdasarkan beberapa
bentuk skala pengukuran yaitu :
Checklist (Menandai) Tes Identifikasi
Tes Simulasi Tes Paper & Pencil
23. Metode Checklist adalah salah satu metode informal observasi dimana
observer sudah menentukan indikator perilaku yang akan di observasi dari
subjek dalam satu tabel. Checklist merupakan metode dengan dua cara
pencatatan yaitu tebuka dan tertutup. Metode ini memiliki derajat
selektivitas yang tinggi karena perilaku yang diamati sudah sangat selektif,
juga memiliki derajat inferensi yang tinggi karena observer hanya fokus
pada kategori perilaku yang sudah ditentukan saja.
CHECKLIST (MENANDAI)
24. Langkah-langkah untuk menyusun checklist untuk menilai psikomotorik, yaitu:
Menentukan indikator perilaku yang didapat melalui
sumber-sumber baik berupa buku, jurnal, artikel ilmiah,
maupun literatur-literatur lain sebagai dasar teori.
Menjadikan satu seluruh indikator tersebut dalam satu
tabel indikator dan menambahkan tabel diskripsi, serta
tabel koding di sampingnya.
Pada saat tes berlangsung, penguji hanya memberikan tanda
berupa plus (+) yang berarti perilaku muncul, atau minus (-) yang
berarti perilaku tidak muncul pada tabel koding setiap kali perilaku
yang tercantum dalam tabel indikator muncul dari subjek.
26. Tes Identifikasi adalah tes yang lebih ditujukan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam
mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian
yang rusak atau yang tidak berfungsi dari suatu alat.
TES IDENTIFIKASI
28. Tes simulasi ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya
yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta
didik, sehingga dengan simulasi tetap dapat dinilai apakah
seseorang sudah menguasai keterampilan dengan bantuan
peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan
suatu alat. Contoh : Simulasi ANBK, Simulasi CAT CPNS
TES SIMULASI
29. Tes ini walaupun bentuk aktivitasnya seperti tes tulis,
namun yang menjadi sasarannya adalah
kemampuan peserta didik dalam menampilkan
karya, misal berupa desain alat, desain grafis, dan
sebagainya.
TES PAPER & PENCIL
31. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan
pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi jasa, perbandingan hasil
kegiatan dengan target, dan efektifitas tindakan dalam mencapai tujuan.
Pengukuran kinerja paling tidak harus mencakup tiga variabel penting
yang harus dipertimbangkan, yaitu: perilaku (proses), output (produk
langsung suatu aktivitas), dan outcome (dampak aktivitas) yang
merupakan variabel yang tidak dapat dipisahkan dan saling tergantung
satu dengan lainnya dalam manajemen kinerja.
32. Kriteria sistem pengukuran kinerja adalah sebagai berikut :
1. Relevan (relevance). Relevan mempunyai makna (1) terdapat kaitan yang erat antara
standar untuk pekerjaan tertentu dengan tujuan organisasi, dan (2) terdapat keterkaitan
yang jelas antara elemen-elemen kritis suatu pekerjaan yang telah diidentifikasi melalui
analisis jabatan dengan dimensi-dimensi yang akan dinilai dalam form penilaian.
2. Sensitivitas (sensitivity). Sensitivitas berarti adanya kemampuan sistem penilaian kinerja
dalam membedakan pegawai yang efektif dan pegawai yang tidak efektif.
3. Reliabilitas (reliability). Reliabilitas dalam konteks ini berarti konsistensi penilaian. Dengan
kata lain sekalipun instrumen tersebut digunakan oleh dua orang yang berbeda dalam
menilai seorang pegawai, hasil penilaiannya akan cenderung sama.
4. Akseptabilitas (acceptability). Akseptabilitas berarti bahwa pengukuran kinerja yang
dirancang dapat diterima oleh pihak-pihak yang menggunakannya.
5. Praktis (practicality). Praktis berarti bahwa instrumen penilaian yang disepakati mudah
dimengerti oleh pihakpihak yang terkait dalam proses penilaian tersebut.