1. 1
MAMPUKAH KUALIFIKASI GURU MENGHASILKAN
GURU YANG PROFESIONAL?
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Pendidikan Dasar
Dosen:
Prof. Dr. H. ACHMAD HUFAD, M.Ed.
Oleh:
TURSINAWATI
Nim. 0808635
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR S2
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)
BANDUNG
2008
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayahnya, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan sampai kepada tabi’-tabi’in.
Makalah ini berjudul “Mampukan Kualifikasi Guru Menghasilkan Guru
Yang Profesional?”. Penulis berharap tulisan ini dapat menambah wawasan dalam
pembelajaran pendidikan dasar, khususnya bagi guru SD/MI untuk dapat
meningkatkan profesionalitasnya sebagai guru dan diharapkan guru Indonesika
dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan adanya kualifikasi guru di
Indonesia.
Penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ujian akhir semester
pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (SPs-UPI) Bandung Program Studi
Pendidikan Dasar.
Penulis menyadari akan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki, maka
apabila terdapat kekurangan dalam penulisan, maka penulis senantiasa terbuka
menerima saran dan kritik dalam penyempurnaan makalah ini.
Penulis
3. 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pendidikan, guru memegang peran esensial yang tidak bisa
digantikan dengan apapun. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 yang menyatakan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Sudarwan Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis
pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work
performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum
sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai. Oleh
karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi
guru.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung terlaksananya proses belajar
mengajar yang baik dan kondusif adalah dengan cara menyediakan guru yang
berkualitas dan profesional. Sebagai tenaga yang profesional, guru diharapkan tidak
hanya memiliki kualifikasi akademik, namun harus juga memiliki kompetensi dan
sertifikasi yang memenuhi persyaratan. Undang-undang Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen pasal 7 mengamanatkan, bahwa profesi guru merupakan
bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip, antara lain
memiliki kualifikasi akademik, latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya dan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan bidang
tugas tersebut. Pada pasal 9 dinyatakan bahwa kualifikasi sebagaimana dimaksud
diperoleh melalui pendidikan tinggi jenjang S1 atau D4.
Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha
pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G.
4. 4
Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan
bahwa “educational change depends on what teachers do and thin”... Pendapat
tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan
sangat bergantung pada “what teachers do and think “. atau dengan kata lain
bergantung pada penguasaan kompetensi guru.
Kualifikasi akademik guru merefleksikan kemampuan yang dipersyaratkan
bagi guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik pada jenjang, jenis, dan
satuan pendidikan atau mata pelajaran yang diambilnya.
Berlakunya Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tersebut
menimbulkan beberapa konsekuensi yang perlu mendapat perhatian, mengingat
kenyataan di lapangan belum sesuai dengan tuntutan Undang-Undang maupun
Peraturan Pemerintah tersebut.
Berdasarkan data Ditjen PMPTK, bahwa secara nasional (2.245.952 guru)
yang berkualifikasi minimal S1 atau D4 adalah sebesar 837.460 (37,3 %), dan
sisanya 1.408.492 (62,7%) adalah guru yang belum memiliki kualifikasi akademik
minimal yang diamanatkan oleh undang-undang. Oleh karena itu, agar kualitas
yang diharapkan tercapai sesuai dengan yang diamanatkan oleh undang-undang,
maka guru yang belum memiliki kualifikasi S1/D4 perlu ditingkatkan
kualifikasinya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjawab
tantangan bagi guru yang belum memiliki kualifikasi S-1 atau D-4 adalah dengan
memberikan subsidi peningkatan kualifikasi guru.
Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan
salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan melalui optimalisasi
peran kepala sekolah, sebagai: educator, manajer, administrator, supervisor, leader,
pencipta iklim kerja dan wirausahawan.
B. Prosedur Pemecahan Masalah
Makalah ini dapat diselesaikan dengan melibatkan beberapa sumber bacaan
seperti buku-buku, serta literature yang lain.
5. 5
C. Sistematika Uraian
Dalam makalah ini akan dibahas tentang mampukah kualifikasi guru
menghasilkan guru yang professional ?. Dengan sistematika uraiannya sebagai
berikut:
1. Guru Sebagai Pendidik Profesional
2. Kompetensi-Kompetensi Guru
3. Peranan Guru SD/MI
6. 6
BAB II
ISI
A. Guru Sebagai Pendidik Profesional
Menurut Syaodih, N (2005: 191), Pendidikan berintikan interaksi antara
pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Sebagai pendidik professional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya
secara professional, tetapi juga harus memiliki kemampuan professional. Dalam
diskusi model pendidikan professional tenaga kependidikan, yang diselenggarakan
oleh PPS IKIP Bandung thn.1990, dirumuskan 10 ciri suatu profesi:
1) Memiliki fungsi dan signifikansi sosial
2) Memiliki keahlian dan keterampilan tertentu.
3) Keahlian dan ketrampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode
ilmiyah
4) Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas
5) Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama
6) Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai professional
7) Memiliki kode etik
8) Kebebasan untuk memberikan judgemen dalam pemecahan masalah dalam
lingkup kerjanya.
9) Memiliki tanggung jawab professional dan otonomi.
10) Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya.
Namun, dalam realisasinya terdapat beberapa masalah yang dihadapi
diantaranya:
1) Belum seluruh ciri profesi diatas dimiliki oleh pendidik kita
2) Masih ada anggapan masyarakat bahwa setiap orang bisa menjadi pendidik,
walaupun telah ada batas yang jelas antara pendidikan formal dengan
pendidikan informal, atau antara pendidikan professional dan pendidikan non
professional.
3) Banyaknya jenis dan jenjang pendidikan yang harus disediakan bagi berbagai
kategori peserta didik,
7. 7
4) Banyaknya tenaga non-profesional pendidikan yang melaksanakan tugas-tugas
pendidikan.
Sanjaya, Wina (2008: 142) menambahkan, selama ini ada yang
beranggapan bahwa mengajar bukanlah pekerjaan yang professional. Hal ini
disebabkan setiap orang bisa mengajar. Siapapun bisa menjadi guru asal saja ia bisa
menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan kepada orang lain. Apabila
mengajar hanya dianggap sekadar menyampaikan informasi, tentu saja pendapat
tersebut ada benarnya. Konsep mengajar yang demikian, tuntutannya sangat
sederhana, asal faham informasi yang harus diberikan kepada siswa, maka ia dapat
menjadi guru. Tapi mengajar tidak sesederhana itu, tugas mengajar bukan hanya
menyampaikan informasi, akan tetapi suatu proses mengubah perrilaku siswa
sesuai dengan tujuan yanbg diharapkan. Oleh karena itu, dalam proses mengajar,
terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-
tugas perkembangannya, melatih ketrampilan baik ketrampilan intelektual maupun
ketrampilan motorik sehingga siswa dapat hidup dalam masyarakat yang dapat
berubah dan penuh dengan persaingan, memotivasi siswa agar tetap semangat
mengahadapi berbagai tantangan dan rintangan, kemampuan merancang dan
menggunakan berbagai media dan sumber belajar untuk menambah efektifitas
mengajarnya, dan lain sebagainya.
Dengan demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus,
kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru. “A teacher
is a person charged with esponsibility of helping others to learn and to behave in
news and different ways” (James M. Cooper dalam Sanjaya, W (2007: 142).
Oleh karena kemampuan lebih yang harus dimiliki guru itulah, maka guru
merupakan jabatan pofesional yang hanya dimiliki orang-orang tertentu. Hal ini
juga diungkapkan oleh Greta G. Morine-Deshimer bahwa seorang guru profesioanl
ditandai dengan kemampuan khusus “a professional is a person who processes
some specialize knowledge and skills, can weigh alteranatives, and can select from
among a number of potentially productive action one that is particularly
appropriate in a given situation” (James M. Cooper, 1990: 26).
Menurut Sanjaya, W (2007: 143) Ada beberapa pengertian profesi dan
syarat atau ciri pokok dari pekerjaan professional adalah sebagai berikut: Pertama,
8. 8
pekerjaan professional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam dan
didapatkan hanya pada lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai dan dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiyah. Kedua, profesi itu menekankan pada suatu
keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya.
Ketiga, tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar
belakang pendidikan yang dialami dan pengakuan masyarakat. Keempat, suatu
profesi memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan.
Maka dapat dipahami bahwa ciri kharakteristik guru yang dapat memenuhi
kriteria sebagai pekerjaan professional dalam proses mmengajar adalah sebagai
berikut:
1) Belajar bukan hanya menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi pekerjaan
yang bertujuan dan bersifat kompleks. Oleh karena itu dalam melaksanakannya
diperlukan sejumlah ketrampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu
pengetahuan yang spesifik. Maka untuk menjadi seorang guru yang professional
diperlukan latar belakang pendidikan yang sesuai, yaitu jalur latar belakang
pendidikan keguruan.
2) Tugas seorang guru memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan
siswa ke arah tujuan yang diinginkan.
3) Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, guru memerlukan tingkat
pendidikan yang memadai, baik tentang psikologi perkembangan manusia,
pemahaman tentang teori-teori perubahan tingkah laku, kemampuan
mengimplementasikan berbagai teori belajar dan sebagainya. Oleh karena itu
guru bukan hanya tahu tentang what to do, akan tetapi juga paham tentang how
to teach. Kemampuan-kemampuan seperti itu tidak mungkin datang dengan
sendirinya, akan tetapi dilewati dengan suatu proses pendidikan yang memadai
dari suatu lembaga pendidikan yang khusus yaitu pendidikan keguruan.
4) Tugas guru adalah mempersiapkan generasi manusia yang dapat hidup berperan
aktif di masyarakat. Oleh karean itu, tidak mungkin pekerjaan seorang guru
dapat melepaskan diri dari kehidupan sosial.
5) Pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang statis, akan tetapi dinamis, yang
selamanya harus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, guru dituntut peka terhadap dinamika perkembangan
9. 9
masyarakat, baik perkembangan kebutuhan yang selamanya berubah,
perkembangnan sosial, budaya, politik, dan perkembagan teknologi.
B. Kompetensi-Kompetensi Guru
1. Hakikat Kompetensi Guru
Louise Moqvist (2003) mengemukakan bahwa “competency has been
defined in the light of actual circumstances relating to the individual and work.
Sementara itu, dari Trainning Agency sebagaimana disampaikan Len Holmes
(1992) menyebutkan bahwa:” A competence is a description of something which a
person who works in a given occupational area should be able to do. It is a
description of an action, behaviour or outcome which a person should be able to
demonstrate.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan
gambaran tentang apa yang dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu
pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seharusnya dapat ditampilkan
atau ditunjukkan.
Agar dapat melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu
saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang
pekerjaannya.
Charles E. Johnson dalam Sanjaya, W (2008:145), menyatakan:
“Competency as rational performance which satisfactory meets the objectives for
a desire condition”
Menurut pengertian ini, kompetensi merupakan perilaku professional guna
mencapai tujuan yang disyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan
demikian suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja yang
dapat dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya menncapai suatu tujuan.
2. Jenis-jenis Kompetensi Guru
Sebagai guru professional terdapat beberapa kompetensi yang harus
dimiliki seorang guru, yaitu meliputi: kompetensi pribadi, kompetensi professional,
dan kompetensi sosial kemasyarakatan.
10. 10
1) Kompetensi pribadi
Guru sering diangggap sesbagai sosok yang memiliki kepribadian ideal.
Oleh karena itu pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan yang
harus diteladani. Maka sebagai guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan
dengan pengembangan kepribadian (Personal Competencies), diantaranya:
a) Kemampuan yang berhubungan dengan ppengalaman ajaran agama sesuai
dendgan keyakinan agama yang dianutnya.
b) Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama.
c) Kemampuan untuk berprilaku sesuai denngan norm, aturan dan sistem yang
berlaku dimasyarakat.
d) Mengembangkan sifat-sifat terpuji.
e) Bersikap demokratis dan terbuka trhadap pembaharuan dan kritik.
2) Kemampuan professional (146)
Kompetensi professional adalah kompetensi atau kemampuan yang
berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan, yang berhubungan
langsung dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu, tingkat keprofesionalan
guru dapat ddilihat dari kompetensi professional diantaranya:
a) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan (tujuan pendidikan).
b) Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan (tahapan perkembanga siswa,
teori-teori belajar, dan lainnya).
c) Kemampuan dalam penguasaan matri pelajaran sesui dengan bidang studi yang
diajarkannya.
d) Kemapuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi
pembelajaran.
e) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber
belajar.
f) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.
g) Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran.
h) Melaksanakan unsur-unsur penunjang (administrasi sekolah, bimbingan,
penyuluhan).
i) Melaksanakan penelitian dan berfikir ilimiyah.
11. 11
3) Kemampuan sosial kemasyarakatan
Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota
masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi:
a) Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk
meningkatkan kemampuan professional.
b) Mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.
c) Menjalin kerjasama secara individual maupun secara kelompok.
Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah
telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam
Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yaitu:
1. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c) pengembangan
kurikulum/ silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang:
(a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f)
berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h)
mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara
berkelanjutan.
3. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk : (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b)
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c)
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun
dengan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur,
dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi
12. 12
ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan
konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan
dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam
konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
Louis E. Rath (1964), mengemukakan sejumlah kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang guru, diantaranya:
“The points are proposed, not as a rating scale, but as a broad frame work
for teacher to discover more about them selves in relation to the function of
teaching”.
a. Explaining, informing, showing how
b. Initiating, directing, administering
c. Unifying the group
d. Giving security
e. Clarifying attitude, belief, problems
f. Diagnosing learning problems
g. Making curriculum materials
h. Eeevaluating, recording, reporting
i. Enriching community activities.
j. Organizing and arranging classroom
k. Participating in school activities.
l. Participating in professional and civic life.
C. Peranan Guru SD/MI
Menurut Wasliman, I (2007: 101), guru adalah orang yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan proses pembelajaran bagi siswa. Oleh karena itu, menurut
Rusyan dalam wasliman, I (107), dalam melaksanakan tanggung jawab, guru
memerlukan kemampuan tertentu dan setiap kemampuan dapat dijabarkan lagi ke
dalam kemampuan yang lebih khusus, antara lain:
13. 13
1) Tanggung jawab moral, yaitu setiap guru pendidikan dasar harus memiliki
kemampuan dalam bentuk kemampuan menghayati prilaku dan etika yang
sesuai dengan moral pancasila dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, yaitu setiap guru
pendidikan dasar harus menguasai cara belajar-mengajar yang efektif, mampu
membuat satuan pelajaran, mampu dan memahami kurikulum dengan baik,
mampu mengajar dikelas, menjadi model bagi peserta didik, mamberikan
nasehat, menguasai teknik-teknik pemberian bimbingan dan layanan, mampu
membuat dan melaksanakan evaluasi serta lain-lain.
3) Tanggung jawab pendidikan dasar dalam kemasyarakatan, yitu turut serta
menyukseskan pembangunan dalam masyarakat, mampu membimbing dan
mengabdi dan melayani masyarakat.
4) Tanggung jawab guru pendidikan dasar dalam bidang keilmuan, yaitu guru
selaku ilmuan bertanggung jawab dan turut serta memajukan ilmu terutama yang
telah menjadi spesialisasinya, dengan melaksanakan penelitian dan
pengembangan.
1. Fungsi Guru Pendidikan Dasar
Menurut Rusyan dalam Wasliman, I (2007: 108), fungsi guru pendidikan
dasar berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Adapun fungsi
guru pendidikan dasar adalah sebagai berikut:
1) Guru sebagai pendidik dan pengajar, yakni harus memliki kestabilan emosi,
ingin memajukan peserta didik, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap
perkembangan terutama inovasi pendidikan. Untuk itu harus menguasai
berbagai jenis bahan pelajaran, menguasai kurikulum dan metodologi
pengajaran
2) Guru pendidikan dasar sebagai anggota masyarakat yang harus pandai bergaul
dengan masyarakat, sehingga dituntut untuk menguasai psikologi sosial,
memiliki ketrampilan membina kelompok, ketrampilan bekerjasama dan
menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.
3) Guru pendidikan dasar sebagai pemimpin, yang harus mampu memimpin,
sehingga harus memiliki kepribadian, mengusai ilmu kepemimpinan,
14. 14
menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan antar manusia, teknik
komunikasi, serta berbagai aspek keguiatan organisasi di sekolah.
4) Guru pendidikan dasar sebagai pelaksana administrasi, yang akan dihadapkan
pada administrasi yang harus dikerjakan di sekolah. Maka ia harus jujur, teliti,
rajin, meguasai tata buku ringan, korespondensi dan hal-hal yang berhubungan
dengan keadministrasian.
5) Guru pendidikan dasar sebagai pengelola proses kependidkan, harus mampu
dan menguasai berbagai metode mangajar dan harus menguasai situasi belajar-
mengajar di dalam dan diluar kelas.
2. Peranan Guru Pendidikan Dasar
Peranan guru pendidikan dasar dalam proses kependidikan meliputi banyak
hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adam&Decey dalam Rusyan dalam
Wasliman (2007: 109), antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas,
pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana , supervisor,
motivator, penanya, evaluator dan konselor.
3. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Tugas Kepada
Guru
Menurut Hasballah (2006: 145), terhadap seorang guru yang diberi tugas,
sebaiknya memperhatikan beberapa hal berikut:
1 Umur guru, ini bukan saja tentang lama masa hidupnya, tetapi juga yang
penting adalah kematangan pikiran, baik dalam soal-soal kemasyarakatan
ataupun mengenai kepribadiannya.
2 Jenis guru, ini terletak pada kemampuan dari seseorang untuk melaksanakan
tugas, baik laki-laki ataupun wanita.
3 Pengertian guru tentang kemasyarakatan. Tanpa pengertian
kemasyarakatan, guru akan mengalami kesukaran-kesukasran dalam
tugasnya.
4 Kemampuan guru dalam memahami kesukaran yang dialami anak.
Kemampuan ini diperlukan agar para guru mudah mengarah dan
membimbing anak untuk dapat hidup dalam masyarakat sekolah khususnya,
15. 15
dan masyarakat luas umumnya dengan sebaik-baiknya, sehingga tidak
merugikan pribadi anak.
5 Pribadi guru. Hal ini terkait dengan sifat-sifat seorang guru yang baik.
Menurut Hasballah, F (2006: 152), ada beberapa pedoman bagi guru dan
juga dapat dipergunakan oleh orang tua, untuk pengetahuan, pengetahuan, dan
penalaran yang perlu dihayati oleh orang tua terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, antara lain:
1 Perkembangan moral tidak sama dengan patuh ada aturan-aturan
2 Berikan kesempatan dengan bimbingan sehingga anak mampu mengambil
keputusan moral
3 Keputusan moral adalah keputusan yang diambil atas pertimbangan nilai
dan norma yang berlaku dan dianut.
4 Jangan cepat sekali memberikan pertimbangan terhadap apa yang dinilai
anak tentang baik-buruk dan benar-salah.
5 Perlu pertimbangan antara aturan sopan santun di rumah tangga dan nilai
moral dalam hubungan antara manusia dalam masyarakat.
Ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan/dipertimbangkan dalam usaha
guru membina, mengarah, dan melatih anak agar mampu berkembangnya; perilaku,
akhlak moral anak baik. Berikut ini dikemukakan bebrapa pedoman pokok bagi
guru/calon guru dalam mempersiapkan dirinya dan kemampuan-kemampuan lainya
menghadapi anak asuhnya dengan sikap moral yang baik, yaitu:
1 Siapkan situasi kelas/ruang belajar yang dapat menumbuhkan rasa aman,
hormat dan menyenangkan.
2 Berikan kesempatan kepada anak untuk melatih pengaturan kelas/ruangan
3 Hukuman yang diberikan harus ada hubungan dengan kesalahan yang dilakukan
anak, dan jika mungkin dapat menjadi peringatan kepada teman kelas atau
kelompoknya.
4 Berikan kritikan terhadap pekerjaan atau tugas sekolah dengan kritikan terhadap
tingkah laku antara manusia dan keadilan.
5 Berikan kesempatan kerja/kegiatan dalam kelompoknuya.
16. 16
6 Berikan motivasi untuk mengenal dan memahami perasaan orang lain, baik
secara sungguh-sungguh ataupu dalam bentuk cerita-cerita fiktif.
7 Berikan kesempatan berperan dalam kehidupan sehari-hari, agar anak dapat
mengenal sendiri kejadian-kejadian yang membawa orang lain itu kepada
kekecewaan, ketegangan, ketakutan, kesedihan, pertengkaran dan sebagainya.
8 Biasakan berdiskusi dan berdialog dengan murid di kelas, baik tenntang
ketertiban kelas’ atau tentang motivasi belajar yang lebih baik dan lebih giat.
9 Dengarkanlah pertanyaan dan saran anak sebagai bahan mamsukan dan
pertimbangan, atau beriakan kesempatan untuk bertanya.
10 Penilaian yang diberikan kepada anak sebagai hasil pembinaan, bimbingan dan
latihan, tidak hanya dilihat dari segi perkembangan moral, ataupun dari segi
pekerjaan / perbuatan yang dilakukan anak, dalam bentuk yang sama, tetapi juag
diperlukann pertimbangan-pertimbangan khusus terhadap hal-hal yang
berbeda.
11 Jadikanlah diri anda sebagai contoh yang baik untuk sitiru oleh anak, seprti
disipli, teratur, jujur, dan bersih.
Pemahaman tentang perkembangan anak sangatlah urgen dikalangan guru
dan orang tua yang menginginkan anak-anaknya menjadi orang baik dan bermoral
dalam hidupnya nanti. Keadaan ini dimulai tidak hanya ketika anak lahir, tetapi
sudah berlangsung ketika anak di dalam kandungan, bahkan perlu diketahui
sewaktu calon orang tua mengadakan persiapan-persiapan khusus dalam proses
pernikahan dan perkawinan.
Mengenai pembinaan nilai moral, tentu yang diharapkan adalah agar setiap
anak mempunyai nilai moral yang baik. Dalam surat Al-Baqarah: 128 Allah SWT
befirman:
”Ya Allah pemelihara kami, jadikanlah kami orang-orang yang tunduk
ppetuh (muslim) kepadaMu, dan juga anak cucu kami sebagai umat muslim (yang
tunduk patuh) kepadaMu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara beribadah
(mengabdi kepadaMu) dan bertaubat kepadaMu, sesungguhnay engkau maha
penerima taubat dan kasih sayang,” (Al-Baqarah:128)
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru
pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk
17. 17
senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan
kompetensinya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan
proses pembelajaran siswa. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-
satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan
pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan manusia di jagat
raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di
tengah-tengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola
penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional.
Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua
maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru
perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan
pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.
Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung
terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan
dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang
menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan
kreativitas para siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang
mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari
tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedang berlangsung.
Perkembangan zaman menuntut guru untuk semakin berkualitas. Dengan
mengetahui kemampuan, peran dan fungsi guru SD/MI, maka bagi guru diharapkan
setiap tanggung jawab, peran dan kompetensi yang dimilikinya dapat tercermin
dalam kehidupan sehari-harinya untuk mendidik tunas bangsa Indonesia. Dengan
adanya kualifikasi guru diharapkan adanya perkembangan terhadap professional
guru Indonesia, walaupun kulaifikasi guru masih dipertanyakan untuk menguji
professional guru. Namun hal ini merupakan satu langkah menuju pendidikan yang
lebih baik
18. 18
BAB III
KESIMPULAN
Guru merupakan suatu tenaga ahli yang profesional dalam pendidikan,
tanpa guru maka proses pendidikan tidak akan dapat terwujud dengan baik. Namun
untuk menentukan bahwa guru tersebut profesional atau tidak, hal ini sulit untuk
dilakukan karena defenisi profesional seorang guru itu dapat dipandang dari sudut
yang berbeda-beda.
Kualifikasi guru merupakan salah satu usaha pemerintah Indonesia untuk
mencapai terwujudnya profesional guru. Namun kulaifikasi yang ditetapkan
pemerintah Indonesia masih banyak mengalami kendala dan hambatan. Hal ini
disebabkan kurangnya kesiapan dalam jangka waktu yang panjang oleh
19. 19
pemerintahan kita dalam perencanaan terhadap peningkatan kualitas pendidikan
Indonesia. Kondisi ini terbukti dari beberapa penelitian Internasional yang
menyatakan bahwa rendahnya kualitas pendidikan di Indoneasia.
Profesional guru tidak dapat dibentuk dalam jangka waktu yang singkat, ini
membutuhkan proses ywaktu yang panjang. Dengan adanya penentuan
karakteristik kemampuan/kompetensi guru maka diharapkan guru-guru Indonesia,
khususnya guru-guru SD/MI dapat membentuk karakter berdasarkan kompetensi
guru yang telah ditetapkan dan memiliki moral tanggung jawab dalam menerapkan
proses pembelajaran terhadap peserta didik.
REFERENSI
Wasliman, I, (2007), Problematika pendidikan Dasar, Bandung: UPI.
Beeby, C.E, (1981), Pendidikan di Indonesia (Penilaian dan Pedoman
Perencanaan), Jakarta: LP3ES.
Danim, S, (2006), Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hasballah, F (2006). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Banda Aceh:
Yayasan Pena.
http://www.fkipunpas.com/index.php?option=com_content&task=view&id=39&I
temid=49, September 2007
20. 20
Louise Moqvist. 2003. The Competency Dimension of Leadership: Findings from
a Study of Self-Image among Top Managers in the Changing Swedish Public
Administration. Centre for Studies of Humans, Technology and
Organisation, Linköping University.
Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia
Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Adi Cita.
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK,SD, SMP, SMA, SMK &
SLB, Jakarta : BP. Cipta Karya
———–. 2006. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
http://www.depdiknas.go.id/ inlink. (accessed 9 Feb 2003).
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/21/kompetensi-guru-dan-peran-
kepala-sekolah-2/
Sanjaya, W (2008). Strategi Pembelajaran (berorientasi Standar Proses
Pendidikan). Jakarta: Kencana.
_______(2008). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana.