Bahrul Ulum- sepuluh prinsip dasar pembelajaran unggul
1. ميحرلا نمحرلا هللا بسم
The International Conference on Arabic Language Education and
Literature and Islamic Values ; between Expectation and Realitation
At Indonesia University of Education, Bandung, Indonesia
11-12 November 2016
“Sepuluh Prinsip Dasar Pembelajaran Unggul ;
Perspektif Tafsir Surat Alu ‘Imran, ayat 190 dan 191”
Oleh : Muhammad Bahrul Ulum, Lc.
2. 1. Pendahuluan
(a) Latar belakang :
Metode
pendidikan dan
pembelajaran
perlu
dikembangkan dan
diinovasi secara
berkesinambungan
sesuai kebutuhan
jaman.
Pengembangan
dan inovasi
metode
pendidikan dan
pembelajaran
tetap
berpedoman
pada Al-Qur`an
dan Al-Sunnah.
Tafsir surat Ali
‘Imran, ayat 190
dan 191, sebagai
salah satu acuan
proses
pengembangan
dan inovasi
metode
pendidikan dan
pembelajaran.
Dalam surat Ali
‘Imran, ayat 190
dan 191,
terdapat Konsep
Ulul-Albab
beserta
karakteristik-
karakteristiknya
3. 1. Pendahuluan
(b) Metodologi Pembahasan :
1
• Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 109 dan 191 : Ayat dan terjemahannya – penjelasan
makna istilah kosa kata, asbabun-nuzul ayat, tafsir secara keseluruhan, dan istinbath
kandungan ayat (10 Prinsip Dasar Pembelajaran Unggul).
2
• 10 Prinsip Dasar Pembelajaran Unggul dan Teori Tafakur Dr. Malik Badri.
3
• Contoh-contoh implementasi Teori Tafakur dalam proses pembelajaran unggul.
4
• Kesimpulan.
5
• Penutup
4. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
a) Surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 dan terjemahannya :
األلباب ألولى آلٌت النهار و اللٌل اختالف و األرض و السموت خلك ًف إن،
الذٌنخلك فى ٌتفكرون و جنوبهم على و لعودا و لٌما هللا ٌذكرونالسموتواألرض،
النار عذاب فمنا سبحنن بطال هذا خلمت ما ربنا.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi Ulul-Albab (orang-orang yang berakal).
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata) : Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-
sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” *
* (Al Qur’an dan Terjemahannya, Mujamma` Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik Fahd li thiba’at al Mush-haf asy-
Syarif, Madinah Munawwarah P.O. Box. 3561, Tahun 1412 H.)
5. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
b) Penjelasan makna istilah kosa kata
No.
Kosa Kata
/ungkapan
Makna
1 َّنِإ Harf al-taukid (huruf penegas) yang berarti ‘sesungguhnya’.
2
فيَّخلقَّالسموات
وَّاألرض
Dalam penciptaan (dengan segala ketentuan, keteraturan serta keakuratan dzat
dan karakteristiknya) langit-langit dan bumi (beserta segala isinya).
3
َّوَّاختالفَّالليل
وَّالنهار
Dan pergantian/perbedaan malam dan siang (mengenai proses kejadian dan
karakteristik masing-masing).
4 آليات
Harf al-lam li al-taukid (untuk penegasan) yang berarti ‘benar-benar’ –
merupakan tanda-tanda (yang jelas, sebagai ‘ibrah/pelajaran mengenai
keberadaan Allah swt, kekuasaan, keesaan dan ilmu-Nya).
5 ألوليَّاأللباب
Bagi ‘orang-orang yang berakal’, yakni mereka yang memiliki ‘akal yang
sempurna, suci dan jernih, yang mampu mengetahui hakikat banyak hal dengan
sejelas-jelasnya, dan menggunakannya untuk memikirkan tanda-tanda yang
dapatmengantarkannya kepada keimanan.
6. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
b) Penjelasan makna istilah kosa kata
No.
Kosa kata
/ungkapan
Makna
6 الذينَّيذكرونَّهللا (yaitu) orang-orang yang ber-dzikir (mengingat) Allah swt.
7
ََََّّّّقياماَّوَّقعودا
وَّعلىَّجنوبهم
Dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring (pada saat melaksanakan
shalat, maupun dalam segala kondisi dan keadaan).
8 وَّيتفكرون Serta ber-tafakkur (merenungkan sambil mengambil pelajaran)
9
َّربناَّماَّخلقتَّهذا
باطال
Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia,
tidak bernilai.
10 سبحانك
Maha suci Engkau (Allah swt.) dari segala hal yang tidak layak bagi-
Mu.
11 فقناَّعذابَّالنار Maka lindungilah kami dari siksa api neraka.
7. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
b) Penjelasan makna istilah kosa kata
Al-Lubb
Al-Qalb
Al-Shadr
Maqâm-maqâm “Lathifah Rabbâniyyah”
Al-Fu`âd
• Dr. Muhammad ‘Abdullâh Asy-Syarqawi, “Ash-Shûfiyyah wal Al-’Aql ; Diâsah TahlÎliyyah Muqâranah li Al-Ghazâli wa
Ibn Rusyd wa Ibn ‘Arabi.” (Sufisme dan Akal), Pustaka Hidayah, Cet. I, Dzul-Qa’dah 1423 H./Januari 2003 M., hal. 132.
8. Maqâm-maqâm “Lathifah Rabbâniyyah”
Al-Shadr
Tempat menyimpan ilmu yang
diperoleh dari hikmah (ilmu intuitif)
dan khabar (ilmu indera).
Ia juga menjadi tempat nafs
ammârah bi al-sû` (jiwa yang
cenderung kepada keburukan).
Dan dengan demikian, al-shadr
merupakan medan pertempuran
antara akal dengan instinknya atau
dengan hawa nafsunya.
9. Maqâm-maqâm “Lathifah Rabbâniyyah”
Al-Qalb
Sumber dasar/mata air dari
“ilmu hikmah” dan “ilmu isyarat”,
dan yang memiliki kemampuan
memandang alam gaib yang terhijab,
serta menjadi tempat nafs
lawwâmah (jiwa pengecam
perbuatan buruk).
11. Maqâm-maqâm “Lathifah Rabbâniyyah”
Al-Lubb
Tempat cahaya tauhid
(cahaya asal bagi seluruh cahaya ; cahaya Islam,
cahaya iman dan cahaya ma’rifah)
dan cahaya personalitas yang merupakan paling
sempurnanya cahaya dan kekuatan yang besar.
Ia disebut sebagai ‘aql mustarsyid (akal yang
menerima tuntunan Allah swt), ‘aql muwaffaq (akal
yang mendapat pertolongan Allah swt),
dan ‘aql hidâyah (akal yang memperoleh petunjuk
Allah swt).
Al-Lubb (intisari akal) ini hanya dimiliki oleh orang-
orang khusus dari hamba-hamba Allah swt yang
beriman, serta menjadi tempat bagi nafs
muthmainnah (jiwa yang tenang).
12. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
c) asbabun-nuzul ayat :
“... Dari ‘Atha` bin Abi Rabbah r.a., berkata : Saya pernah mengunjungi ‘Aisyah r.a.
bersama Ibnu ‘Umar r.a. dan ‘Ubaid ibnu ‘Umair r.a.. Kami memberi salam kepadanya. ... Ibnu
‘Umar r.a. lalu berkata : ... Ceritakanlah kepada kami mengenai suatu hal yang paling
mengagumkan yang pernah engkau lihat dari Rasulullah saw! Maka ‘Aisyah r.a. menangis
tersedu-sedu, kemudian berkata : Segala hal mengenai beliau itu mengagumkan. Pada suatu
malam Ia (Rasulullah saw) pernah mendatangiku dan berada dalam satu tempat tidur denganku
sampai-sampai kulitnya bersentuhan dengan kulitku. Ia berkata : Wahai ‘Aisyah, apakah engkau
mau mengijinkan aku untuk beribadah kepada Rabb-ku? Aku pun menjawab : Demi Allah,
sebenarnya aku benar-benar ingin dekat denganmu ... Lalu ia (Rasulullah saw) pergi menuju ke
tempat kantong air dan berwudhu. Kemudian ia mendirikan shalat dan menangis hingga air
matanya membasahi pundaknya. ....
13. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
c) asbabun-nuzul ayat :
... Kemudian datanglah Bilal r.a. kepadanya (Rasulullah saw) setelah dikumandangkannya adzan
untuk shalat subuh. Maka tatkala Bilal r.a. melihat Rasulullah saw menangis, ia bertanya :
Kenapa engkau menangis, wahai Rasulullah?. Bukankah Allah SWT telah mengampuni semua
dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang? Maka Rasulullah saw. menjawab : Wahai
Bilal, Tidakkah sebaiknya aku menjadi manusia yang bersyukur? Dan bagaimana aku tidak
menangis kalau tadi malam telah turun kepadaku (ayat) “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi ... (sampai) maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Rasulullah saw. bersabda :
“Celakalah bagi orang yang membacanya tapi tidak mau memikirkan maknanya.” (*)
(*) Abu Al-Laits Nashr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim As-Samarqandiy, Tafsir Al-Samarqandiy (Al-
Musamma bi Bahril Ulum), Darul-‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, juz 1, h. 323.
14. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
d) Tafsir ayat secara keseluruhan :
Dalam ayat ini Allah swt menyatakan bahwa
sesungguhnya dalam penciptaan langit, bumi dan
seisinya, seperti matahari, bulan dan bintang-bintang
yang ada di jagat raya, juga gunung-gunung, lautan dan kehidupan
flora dan fauna di dalamnya, juga fenomena silih bergantinya malam
dan siang benar-benar merupakan tanda-tanda yang sangat nyata
dan jelas bagi Ulul-Albab (orang-orang yang berakal),
yaitu manusia-manusia yang memiliki akal yang sempurna, suci dan
jernih serta mampu mengetahui hakikat banyak hal dengan sejelas-
jelasnya yang dapat mengantarkannya kepada keimanan akan
kebesaran dan kekuasaan Allah swt.
15. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
d) Tafsir ayat secara keseluruhan :
dua karakteristik dasar
Ulul-Albab, yaitu :
pertama, mereka selalu berdzikir/mengingat Allah swt, baik pada saat mendirikan
shalatnya, mapun dalam kondisi apapun di saat melakukan semua aktifitas
hidupnya.
kedua, mereka memiliki kemampuan untuk memahami ciptaan-ciptaan Allah swt
yang terhampar di langit dan bumi.
Namun aktifitas pembacaan mereka terhadap ciptaan-ciptaan Allah swt tersebut
pada saat yang sama juga dapat mengantarkan diri mereka pada suatu kesadaraan
bahwa semuanya itu semata-mata ciptaan Allah swt., Dzat Yang Maha Pencipta,
yang tiada tuhan yang patut disembah melainkan Dia, dan Dzat Yang Maha
Sempurna yang telah menciptakan alam semesta dan seisinya dengan hukum
keteraturan yang sangat sempurna pula,
suatu kesadaran bahwa sesungguhnya manusia dengan segala kecerdasan yang
dimilikinya sebenarnya hanyalah makhluk Allah swt. yang benar-benar lemah dan
tiada daya dihadapan Allah swt.
16. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
d) Tafsir ayat secara keseluruhan :
Tafsir Sayyid Quthub (1) :
Sayyid Quthub adalah seorang tokoh pemikir dan idiolog gerakan Islam
Ikhwanul-Muslimin di Mesir, yang lahir di Asyut, Mesir pada th. 1907 M. dan
wafat pada tanggal 26 Agustus 1966 M.
Ia memperoleh gelar Sarjana Muda Pendidikan di Dar al-Ulum, Mesir th. 1933,
lalu mendapat tugas belajar dalam bidang pendidikan ke Amerika di Wilson’s
Teacher’s College di Washington dan Greeley College di Colorado.
Diantara buku-buku yang ia tulis mengenai Al-Qur`an adalah At-Tashwir al-
Fanniy fil-Qur`an dan Musyahidat al-Qiyamah fil-Qur`an. *
* (Lihat “Ensiklopedi Islam”, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta,
Cet. 4, jilid 4, h. 145 dan 146.)
17. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
d) Tafsir ayat secara keseluruhan :
Tafsir Sayyid Quthub (2) :
“Kedua ayat ini menjelaskan tentang sebuah hakikat yang dalam ;
bahwasanya alam semesta ini sebenarnya merupakan sebuah buku yang (selalu)
terbuka dan mengandung petunjuk-petunjuk dan tanda-tanda keimanan.
Ia mengisyaratkan bahwa dibelakangnya ada ‘ tangan’ yang
mengaturnya dengan cermat.
Ia juga mengisyaratkan bahwa dibalik kehidupan dunia ini ada kehidupan akhirat,
hisab dan balasan.
Yang mampu memahami petunjuk-petunjuk ini, membaca tanda-tanda ini,
melihat hikmah ini serta inspirasi-inspirasi ini hanyalah para “Ulul-Albab”,
yang benar-benar sadar serta tidak menutup kedua matanya tatkala
terpampang dihadapan mereka ‘buku yang terbuka’ serta tanda-tanda yang
luar biasa ini.” ....
18. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
d) Tafsir ayat secara keseluruhan :
Tafsir Sayyid Quthub (3) :
“Dan bahasa Al-Qur`an disini menggambarkan langkah-langkah getaran
jiwa yang ditimbulkan oleh penglihatan terhadap fenomena langit dan
bumi serta pergantian siang dan malam dalam perasaan para
Ulul-Albab dengan gambaran yang detil.
Dan pada saat yang bersamaan hal itu merupakan suatu gambaran yang
inspiratif yang mampu mengarahkan qalbu kepada suatu manhaj yang
benar dalam berinteraksi dengan alam semesta, berdialog dengannya
dengan memakai bahasanya, berdialog dengan fithrah dan hakekatnya
serta merespon isyarat-isyarat dan inspirasi-inspirasinya.
(Bahasa Al-Qur`an disini) juga menjadikan ‘buku alam semesta’ yang
terbuka ini sebagai ‘buku ilmu pengetahuan’ yang dapat mengantarkan
orang untuk beriman kepada Allah dan (memahami) makhluk-makhluk
ciptaan-Nya ...
19. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
d) Tafsir ayat secara keseluruhan :
Tafsir Sayyid Quthub (4) :
Dan penggabungan antara kedua kegiatan ini (berdzikir dan berpikir) mengisyaratkan adanya
dua hakekat penting ;
Hakekat yang pertama : bahwasanya memikirkan ciptaan Allah, merenungkan buku alam semesta
yang terbuka, mengikuti gerak tangan Allah yang mencipta, yakni gerak alam semesta ini, serta
membolak-balik lembaran-lembaran buku ini merupakan inti ibadah kepada Allah dan merupakan
inti dari dzikir ...
Dan hakekat yang kedua adalah : sesungguhnya ayat-ayat Allah di alam semesta tidak akan
tampak hakekat yang sebenarnya kecuali bagi qalbu-qalbu yang berdzikir dan beribadah.
Sesungguhnya orang-orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan
berbaring sambil memikirkan penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam,
mereka inilah yang mata hatinya terbuka untuk menangkap hakekat-hakekat agung yang
tersembunyi di langit dan bumi dan di balik pergantian siang dan malam. Dan mereka inilah, yang
di balik hakekat-hakekat tersebut, berhubungan dengan al-manhaj al-ilahiy yang akan membawa
mereka kepada keselamatan, kebaikan dan kebenaran.” *
* Sayyid Quthub, Fi Dzilalil-Qur`an, Darus-Syuruq, Kairo, Cet. Ke-34, Th. 1425 H./2004 M., jilid 1, h.
534-546.
20. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
d) Tafsir ayat secara keseluruhan :
Tafsir Muhammad Rasyid Ridha (1) :
Muhammad Rasyid Ridha adalah seorang pemikir dan ulama pembaru dalam Islam di
Mesir, yang lahir di Suriah pada th. 1865 M. dan wafat di Suriah juga pada th. 1935 M.
Ia membawa ide-ide pembaruan penting bagi umat Islam di dunia dalam bidang agama,
politik dan pendidikan.
Terpengaruh oleh pemikiran gurunya, Syekh Husen al-Jisr, ia berpendapat bahwa satu-
satunya jalan yang harus ditempuh oleh umat Islam untuk mencapai kemajuan adalah
memadukan pendidikan agama Islam yang murni dengan pendidikan umum dengan
menggunakan metode Eropa.
Tokoh lain yang juga sangat mempengaruhi pikiran-pikirannya adalah Muhammad Abduh,
yang bersamanya ia menerbitkan majalah Al-Manar, dengan tujuan untuk memajukan umat
Islam dan menjernihkan ajaran Islam dari segala paham yang menyimpang. *
* (Lihat “Ensiklopedi Islam”, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta,
Cet. 4, jilid 4, h. 161 dan 162.)
Muhammad Abduh
21. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
d) Tafsir ayat secara keseluruhan :
Tafsir Muhammad Rasyid Ridha (2) :
“... Bisa jadi seseorang memikirkan tentang keajaiban-keajaiban langit dan bumi
serta rahasia-rahasia yang ada di dalamnya, seperti ketelitian, keindahan serta
manfaat-manfaat yang (semuanya itu) menunjukkan adanya suatu ilmu yang
menyeluruh, hikmah yang maha agung, nikmat yang sempurna serta
kemahakuasaan yang sempurna, tetapi ia lalai dari (mengetahui) Dzat Yang Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana,Maha Kuasa lagi Maha Pengasih yang telah
menciptakan semua hal tersebut dengan suatu keteraturan yang maha elok.
Dan betapa banyak orang yang meneliti sebuah karya yang indah, tidak terbersit di
hatinya mengenai pembuatnya karena terlalu sibuk dengan karya itu.
Maka orang-orang yang sibuk mempelajari apa-apa yang terdapat di langit dan di
bumi, namun mereka lalai dengan Pencipta keduanya,serta lupa untuk mengingat-
Nya, mereka adalah orang-orang yang otaknya bersenang-senang dengan ilmu
akan tetapi jiwa-jiwa mereka tetap tidak mampu merasakan lezatnya dzikir dan
makrifatullah ‘azza wa jalla.
22. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
d) Tafsir ayat secara keseluruhan :
Tafsir Muhammad Rasyid Ridha (3) :
... Dan (demikian pula) aktifitas dzikir, meskipun mendatangkan
manfaat di dunia dan akhirat, manfaatnya tidak sempurna kecuali
(disertai) dengan aktifitas pikir.
Maka beruntunglah borang yang mampu menggabungkan antara dua
hal tersebut dan menikmati dua macam kenikmatan ini.
Dan ia termasuk orang-orang yang diberi kebaikan di dunia juga
kebaikan di akhirat, serta selamat dari siksa api neraka kelak di akhirat.”
*
* As-Sayyid Al-Imam Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Qur`an Al-Hakim Al-
Masyhur bi Tafsir Al-Manar, Darul-Kutub Al-‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, juz 4, h.
243.
23. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
d) Tafsir ayat secara keseluruhan :
Sepuluh Prinsip Dasar Pembelajaran Unggul :
1. Alam semesta merupakan buku ilmu pengetahuan yang selalu terbuka
untuk dipelajari.
2. Pengamatan ilmiah terhadap fenomena-fenomena alam semesta dan
kekaguman terhadap hukum-hukum yang mengaturnya dapat
memunculkan getaran-getaran jiwa (spiritualitas) dalam diri manusia.
3. Pengamatan ilmiah terhadap fenomena-fenomena alam seharusnya
dapat mengantarkan seseorang pada suatu kesadaran tentang
keberadaan Suatu Kekuatan Yang Maha Besar yang menciptakan alam
semesta ini, yaitu Allah swt.
4. Pengamatan ilmiah terhadap fenomena-fenomena di alam semesta
seharusnya dilakukan dengan bahasa alam semesta itu sendiri (ilmu
pengetahuan dan sain).
5. Aktifitas berpikir dalam pengamatan ilmiah terhadap fenomena-
fenomena di alam semesta seharusnya diikuti juga dengan
aktifitas berdzikir (mengingat) kepada Allah swt. Sang Pencipta.
24. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
d) Tafsir ayat secara keseluruhan :
Sepuluh Prinsip Dasar Pembelajaran Unggul :
6. Aktifitas berpikir dalam pengamatan ilmiah terhadap fenomena-fenomena di
alam semesta merupakan inti dari ibadah dan berdzikir kepada Allah swt.
7. Aktifitas dzikir yang dilakukan bersamaan dengan aktifitas berpikir mengenai
fenomena-fenomena alam semesta akan membantu seseorang menemukan
rahasia-rahasia dan hakekat-hakekat yang tersembunyi dibaliknya.
8. Ada kemungkinan yang besar, dimana seseorang tekun melakukan aktifitas
berpikir mengenai fenomena-fenomena di alam semesta, sementara qalbunya
lalai dari mengingat Dzat yang menciptakan semuanya itu. Hal ini disebabkan
karena akal terlalu fokus terhadap obyek kajian yang kasat mata sedangkan
qalbu melupakan aktifitas dzikir.
9. Aktifitas dzikir dan pikir yang dilakukan secara tepat dalam waktu yang
bersamaan akan lebih mendatangkan faedah yang lebih sempurna baik di dunia
maupun akhirat (kesimbangan aspek –aspek kognitif, psikomotorik dan
spiritual).
10. Aktifitas pikir semata yang tidak disertai dengan aktifitas dzikir akan
menjauhkan seseorang dari keimanan kepada Allah swt. Sang Pencipta.
25. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
e) Tafsir ayat secara keseluruhan :
Sepuluh Prinsip Dasar Pembelajaran Unggul
Dan Teori Tafakur Dr. Malik Badri :
Prof. Dr. Malik Badri adalah seorang tokoh pendidikan dan psikologi Islam yang
lahir di Sudan pada tanggal 16 November 1932 M.
Mendapat gelar BA dalam bidang Sastra dari American University Beirut pada th.
1956 M, menyelesaikan program diploma dan master dalam bidang pendidikan
dari universitas yang sama pada th. 1958 M, dan selanjutnya memperoleh gelar
Ph. D. Dari Leicester University, Inggris.
Pada th. 1967 M. ia mendapatkan pengakuan (berupa ijazah) dari London
University dalam bidang psikoterapi.
Karier akademisnya adalah sebagai dosen sejak th. 1962 M. sampai sekarang di
berbagai universitas (Tempel University-USA, American University-Beirut,
Universitas Yordan, Universitas Riyadh dan Universitas Ibnu Sa’ud- Kerajaan Saudi
Arabia, Universitas Khartoum dan International Islamic University –Kuala Lumpur-
Malaysia).
26. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
e) Tafsir ayat secara keseluruhan :
Sepuluh Prinsip Dasar Pembelajaran Unggul
Dan Teori Tafakur Dr. Malik Badri :
- Tafakur adalah rangkaian fase-fase berpikir, mulai dari berpikir mengenai benda-
benda ciptaan yang ada di alam semesta sampai munculnya kesadaran akan Sang
Pencipta, Allah swt. Lompatan dari proses berpikir tentang fenomena-fenomena
yang ada di alam semesta ke kesadaran tentang Sang Pencipta inilah yang disebut
dengan al-‘ibrah atau al-i’tibar (mengambil pelajaran).
- Perbedaan antara Berpikir dan Tafakur adalah :
Berpikir : terkadang hanya terbatas pada upaya memecahkan masalah-masalah
kehidupan dunia yang mungkin terlepas dari emosi-emosi kejiwaan.
Tafakur : kemampuan jiwa untuk ‘melompat’ dari pengamatan inderawi terhadap
fenoma-fenomena alam dunia menuju kesadaran mengenai alam akhirat (alam
metafisik), keluar dari belenggu alam materi menuju ke alam spiritual yang tiada
batas. *
* Dr. Malik Badri, “Tafakur ; Perspektif Psikologi Islam”, Diterjemahkan oleh Usman Syihab Husnan, Penerbit
PT Remaja Rosdakarya, Bandung, Cet. Pertama, h. 25-28.
27. 2. Tafsir surat Ali ‘Imran, ayat 190 dan 191 :
e) Tafsir ayat secara keseluruhan :
Sepuluh Prinsip Dasar Pembelajaran Unggul
Dan Teori Tafakur Dr. Malik Badri :
- 4 Fase Tafakur :
1) Pengetahuan
yang didapat dari
persepsi empiris
langsung secara
inderawi.
2) Tadhawuk :
Pengungkapan rasa
kekaguman terhadap
keindahan obyek kajian.
3) Tafakur :
Kemampuan
menghubungkan rasa
kekaguman terhadap
keindahan obyek kajian
dengan keyakinan
terhadap keberadaan
Sang Pencipta (Allah
SWT).
4) Syuhud/Bashirah :
Kemampuan untuk
‘menyaksikan’ bahwa alam
semesta dan seisinya
tunduk pada perintah Allah
SWT, diatur oleh kehendak-
Nya, serta bertasbih kepada-
Nya.
29. 3. Contoh (1) Implementasi Teori Tafakur
dalam Proses Pembelajaran Unggul :
Mata Pelajaran : Bahasa Arab
Topik : تعارف / Perkenalan
30. Fase 1 :
Pengamatan empirik
secara inderawi
تعارف
دمحم:عمر ٌا ، الخٌر صباح.
عمر:دمحم ٌا ، النور صباح.
دمحم:؟ التلمٌذ هذا تعرف هل
عمر:أعرفه ، نعم.أحمد هذا.
دمحم:؟ جدٌد تلمٌذ هو هل
عمر:جدٌد تلمٌذ هو ، نعم.
دمحم:؟ ّمصري هو هل
عمر:ًّإندونٌس هو ، ال.
دمحم:؟ المدرسة إلى جاء متى
عمر:شهر لبل المدرسة إلى جاء.
دمحم:؟ المدم كرة ٌلعب هل
عمر:ممتاز العب هو ، نعم.
• Penyampaian KD :
14 kosa kata dan 4 struktur
kalimat/ungkapan baru)
dalam bentuk satu teks
percakapan dan satu teks
bacaan dengan topik
‘Percakapan’.
Latihan-latihan membaca,
memahami, berbicara dan
menulis.
31. Fase 2 :
Tadhawuk,
pengungkapan rasa
kekaguman terhadap obyek
.
Guru mengajak peserta
didik untuk mengaitkan
topik pelajaran
dengan mengamati dan
memikirkan keragaman
yang terdapat pada diri
umat manusia ;
etnik, warna kulit, postur
tubuh, bahasa, kebudayaan,
adat istiadat dll.
32. Fase 3 :
Menghubungkan rasa
kekaguman dengan keyakinan
terhadap keberadaan dan
kebesaran Sang Pencipta
Q.S. An-Nisaa` : 1
واحدة نفس من خلمكم الذي ربكم اتموا الناس أٌها ٌا
، ًءنسا و كثٌرا رجاال منهما بث و زوجها منها خلك و
، األرحام و به تساءلون الذي هللا اتمو و
رلٌبا علٌكم كان هللا إن.
Q.S. Ar-Ruum : 22
األرض و السموت خلك آٌته من و
، ألوانكم و ألسنتكم اختالف و
ٌتفكرون لموم آلٌت ذلن ًف إن.
Q.S. Al-Hujurat : 13
أنثى و ذكر من خلمناكم إنا الناس أٌها ٌا
، لتعارفوا لبائل و شعوبا جعلناكم و
خبٌر علٌم هللا إن ، أتمكم هللا عند أكرمكم إن.
Guru mengajak peserta didik
men-tafakur-i :
- Keanekaragaman tersebut tidak
lain merupakan salah satu
ciptaan Allah swt sebagai `ayat`
(tanda-tanda) kebesaran dan
kemuliaan-Nya.
- Umat manusia diciptakan dari
seorang ayah dan ibu yang sama
(Nabi Adam a.s. dan Hawa a.s.).
- Manusia wajib menyikapi
semua keanekaragaman itu
dengan kesadaran akan
kesetaraan derajat seluruh umat
manusia dan ‘saling mengenal’
antara satu dengan yang lainnya.
- Manusia yang paling mulia
disisi Allah swt adalah yang
paling bertakwa.
33. Fase 4 :
Syuhud/bashirah,
Guru mengajak peserta didik untuk
selalu mengimani :
• Keberadaan Allah swt, Sang Pencipta.
• Manusia merupakan salah satu
makhluk ciptaan Allah swt.
• Manusia wajib bersyukur kepada
Allah swt yang telah menciptakan
dirinya dan hidupnya.
• Hidup dan kehidupan manusia wajib
mengikuti aturan-aturan yang telah
ditentukan oleh Allah swt.
kemampuan
‘menyaksikan’ bahwa
alam dan seisinya
tunduk pada perintah
Allah SWT, diatur oleh
kehendak-Nya, serta
bertasbih kepada-Nya.
34. 3. Contoh (2) Implementasi Teori Tafakur
dalam Proses Pembelajaran Unggul :
Mata Pelajaran : Biologi
Topik : Struktur Mata Manusia
35. Fase 1 :
Pengamatan empirik
secara inderawi
Penyampaian KD :
(Struktur Mata
Manusia, yang meliputi
: Bola mata (kornea,
pupil, lensa mata, bilik
mata dll),
dan Asesoris (selaput
pelangi, saluran air
mata, pembuluh air
mata, bulu mata,
kelopak mata, anak
mata dll.
36. Fase 2 :
Tadhawuk,
pengungkapan rasa kekaguman
terhadap obyek
Guru mengajak peserta
didik untuk mengaitkan
topik pelajaran dengan
mengamati dan
memikirkan keindahan,
keteraturan,
kecanggihan dan
kekuatan struktur mata,
beserta fungsi-
fungsinya.
37. Fase 3 :
Menghubungkan rasa
kekaguman dengan keyakinan
terhadap keberadaan dan
kebesaran Sang Pencipta
Guru mengajak peserta didik
untuk men-tafakur-i :
- Allah swt. menciptakan
manusia dengan sebaik-
baiknya bentuk dan anggota
badan yang sempurna.
Q.S. At-Tiin : 4
تموٌم أحسن ًف اإلنسان خلمنا لمد
- Mata merupakan salah satu
‘ayat’ (tanda-tanda) kebesaran
dan kemuliaan Allah swt.
Q.S. Al-Mulk : 23
لكم جعل و أنشؤكم الذي هو للالسمعاألبصر و و
، األفئدةللٌالتشكرون ما
- Nikmat mata wajib disyukuri
dan digunakan untuk
mengimani ayat-ayat Allah dan
untuk melakukan hal-hal yang
baik.
Q.S. Al-Ahqaaf : 26
أفئدة و أبصرا و سمعا لهم جعلنا و
أفئدتهم ال و أبصرهم ال و سمعهم عنهم أغنى فما
هللا بآٌت ٌجحدون كانوا إذ شًء من
ٌستهزءون كانوا ما بهم حاق و
- Di akhirat manusia memper-
tanggungjawabkan untuk apa
matanya digunakan dan mata
itu sendirilah yang bersaksi
atas perbuatannya.
Q.S. Fushshilat : 20
، ٌوزعون فهم النار إلى هللا أعداء ٌحشر ٌوم و
أبصرهم و سمعهم علٌهم شهد جاءوها ما إذا حتى
ٌعملون كانوا بما جلودهم و
38. Fase 4 :
Syuhud/bashirah,
kemampuan
‘menyaksikan’
bahwa alam dan
seisinya tunduk
pada perintah
Allah SWT,
diatur oleh
kehendak-Nya,
serta bertasbih
kepada-Nya.
Guru mengajak peserta didik untuk
selalu mengimani :
-Keberadaan Allah swt, Sang
Pencipta.
-Allah swt telah menciptakan
manusia dengan sebaik-baiknya
bentuk.
-Manusia wajib bersyukur kepada
Allah swt yang telah menciptakan
mata sebagai alat untuk melihat.
-Manusia wajib menggunakan
matanya untuk memahami ayat-
ayat kebesaran Allah swt sesuai
aturan-aturan yang telah
ditentukan oleh-Nya.
39. 4. Kesimpulan
1. Ulul-Albab (orang-orang yang berakal), adalah manusia-manusia yang memiliki
akal yang sempurna, suci dan jernih serta mampu mengetahui hakikat banyak
hal dengan sejelas-jelasnya yang dapat mengantarkannya kepada keimanan akan
kebesaran dan kekuasaan Allah swt.
2. Dua karakteristik utama Ulul-Albab :
Pertama, kemampuan melakukan kajian analitis ilmiah terhadap benda-benda
dan fenomena-fenomena yang ada di langit dan bumi beserta isinya.
Kedua, kemampuan untuk melakukan aktifitas dzikir akan Sang Pencipta dengan
segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
3. Kemampuan memadukan aktifitas berpikir dan berdzikir disebut dengan tafakur,
yang tujuan tertingginya adalah pencapaian tingkatan “syuhud” atau “bashirah”.
4. Semua aktifitas pembelajaran seharusnya senantiasa dilakukan dengan
memadukan antara aktifitas berpikir dan berdzikir, yakni dengan menanamkan
nilai-nilai keislaman, agar tercipta keseimbangan antara aspek kognitif dengan
aspek kejiwaan dan spiritualitas pada diri peserta didik.
40. Renungan
Individu tanpa agama dan keimanan
adalah manusia yang tidak memiliki nilai dan
akar,
manusia yang senantiasa bingung dan ragu-ragu,
manusia yang tidak mengetahui hakikat dirinya
dan rahasia eksistensinya,
manusia yang tidak mengenal siapa gerangan
yang memakaikan pakaian hidup ini
dan kenapa dipakaikan kepadanya,
serta kenapa pula kelak dilepas dari dirinya pada
suatu saat tertentu!
Prof. Dr. Yusuf Al-Qaradhawi
dalam buku “Al-Iman wa Al-Hayah”
41. Beberapa contoh
buku referensi
yang bisa dimanfaatkan
sebagai sumber materi
nilai-nilai Islam dalam
implementasi konsep
Sepuluh Prinsip Dasar
Pembelajaran Unggul
dalam proses kegiatan
belajar-mengajar
42.
43.
44.
45.
46. Yang terpenting
bukanlah gagasan.
Karena gagasan-
gagasan yang brilian
telah banyak tersebar.
-------------
Tapi yang terpenting
adalah kerja keras
untuk mengubah
gagasan menjadi
kenyataan.