1. Induktor ialah komponen elektronika yang terbentuk dari
susunan lilitan kawat yang dapat menyimpan energi pada
medan magnet yang disebabkan oleh aliran arus listrik
yang melintasinya.
Lilitan atau kumparan kawat tembaga lazimnya digunakan
sebagai induktor.
Medan magnet tercipta pada induktor dikarenakan hukum
induksi atau hukum Faraday.
Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi
Magnet disebut dengan Induktansi yang satuan unitnya
adalah Henry (H).
1.3. Induktor
1.3.1. Pengertian atau Definisi Induktor
Sebuah induktor idealnya hanya memiliki induktansi tanpa memiliki resistansi dan kapasitansi. Namun pada
Kenyataannya kawat yang digunakan untuk bahan induktor memiliki nilai resistansi tertentu dan jarak tiaptiap lilitan
Menimbulkan nilai kapasitansi.Satuan Henry pada umumnya Simbol yang digunakan untuk melambangkan Induktor
Dalam Rangkaian Elektronika adalah huruf “ L ”..
Induktor sering disebut juga dengan Coil (Koil), Choke, ataupunReaktor.
2. 1.3.2. Nilai dan Satuan Induktansi
Nilai induktansi sebuah induktor dinyatakan dengan
satuan Henry dan ditulis dengan notasi huruf H. Besarnya
induktansi dari induktor yang ada dipasaran rata-rata
pada kisaran mikroHenry (µH) dan miliHenry (mH).
Nilai induktansi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Jumlah lilitan, semakin banyak lilitan semakin besar nilai induktansinya.
2. Panjang lilitan, semakin pendek lilitan (yang dimaksud bukan panjang kawat) semakin besar nilai induktansinya.
3. Kerapatan lilitan, semakin rapat lilitan semakin besar nilai induktansinya.
4. Diameter inti lilitan, semakin besar diameter inti semakin besar nilai induktansinya.
5. Panjang inti lilitan, semakin panjang inti semakin besar nilai induktansinya.
6. Permeabilitas bahan inti, semakin tinggi permeabilitas bahan semakin besar nilai induktansinya.
(Permeabilitas atau daya hantar magnet (µ) adalah kemampuan suatu bahan atau media untuk dilalui oleh fluk
magnet.)
3. 1.3.3. Jenis-jenis Induktor (Coil)
Berdasarkan bentuk dan bahan inti-nya, Induktor dapat dibagi menjadi beberapa jenis
4. 1.3.4. Fungsi Induktor (Coil) dan Aplikasinya
Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya adalah dapat menyimpan arus listrik dalam medan magnet,
menapis (Filter) Frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC), meneruskan arus searah (DC) dan
pembangkit getaran serta melipatgandakan tegangan.
Berdasarkan Fungsi diatas, Induktor atau Coil ini pada umumnya diaplikasikan :
1. Sebagai Filter dalam Rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi
2. Transformator (Transformer)
3. Motor Listrik
4. Solenoid
5. Relay
6. Speaker
7. Microphone
5. 1.4. Transformator Transformator atau sering disebut juga hanya disebut trafo
adalah suatu komponen listrik elektronika yang terdiri dari
inti, coil atau kumparan lilitan primer dan sekunder yang
dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari
satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang
lain tanpa merubah frekuensi dari sistem, melalui suatu
Couple/gandengan magnet dan berdasarkan prinsip
induksi elektromagnet.
Secara pengertian bahasa sesuai dengan namanya
transformator adalah alat yang berfungsi untuk
mentransformasikan atau memindahkan, dalam hal ini tentu
saja arus dan tegangan. Contohnya yaitu untuk mengubah
tegangan dari 220 VAC ke tegangan yang lebih kecil menjadi 12
VAC.
6. 1.4.1. Prinsip Kerja Transformator
Sebuah transformator bekerja dengan memanfaatkan induksi elektromagnetik sesuai
hukum faraday dan hukum Lorenzt .
Sesuai hukum lorenzt maka pada saat kumparan primer diberi arus tegangan AC
maka akan menimbulkan medan magnet pada inti trafo yang besarnya tergantung
dari besar arus listrik yang diberikan. Medan magnet yang terbentuk ini menjadi
semakin kuat dengan adanya core inti besi dan menghantarkan medan magnet ke
bagian kumparan sekunder sehingga pada bagian sekunder akan timbul induksi gaya
gerak listrik yang sebenarnya merupakan pelimpahan daya dari sisi primer trafo.
7. Rumus yang berlaku pada Transformator :
𝑁𝑃
𝑁𝑆
=
𝐼𝑆
𝐼𝑃
=
𝑉𝑃
𝑉𝑆
=
𝑃𝑆
𝑃𝑃
Vp = Tegangan kumparan Primer ( Volt )
Vs = Tegangan kumparan Sekunder ( Volt )
Np = Jumlah lilitan kumparan Primer
Ns = Jumlah lilitan kumparan Sekunder
Ip = Kuat arus Primer/input ( Ampere )
Is = Kuat arus Sekunder/ output ( Ampere )
Inti trafo yang biasa disebut core
fungsinya yaitu supaya mempermudah
jalannya medan magnet serta untuk
menyalurkan suhu panas dari kabel
tembaga ke bagian inti logam
8. 1.4.2. Fungsi Transformator pada rangkaian Elektronik
Kegunaan Transformator sangat luas baik pada bidang kelistrikan maupun elektronika,
disini dibatasi hanya pada fungsi Transformator pada rangkaian elektronika ,antara lain :
1. Trafo Daya, untuk menaikan atau menurunkan tegangan listrik;
Contoh : pada rangkaian Power supply
2. Trafo Oscilator (pembangkit frekwensi), sebagai penyelaras Impedansi ;
Contoh : Trafo MF dan Trafo Oscilator pada rangkaian Penerima Radio
3. Trafo isolasi adalah trafo yang berfungsi untuk mengisolasi tegangan Input dan
tegangan output
Contoh : Pada Rangkaian Inverter ( rangkaian untuk merubah tegangan DC menjadi
tegangan AC)
4. Trafo Phase Split Inverter (pembalik fasa); Contoh : Trafo IT dan OT pada rangkaian
Audio Amplifier
5. Trafo Pulsa , Transformator ini bekerja berdasarkan induksi dari sinyal pulsa yang
dihasilkan oleh rangkaian switching.
Contoh : pada rangkaian power supply dengan sistem switching
9. 1.4.3. Jenis-jenis Transformator
1. Trafo Daya/tenaga, ada 2 macam yaitu:
1.1. Trafo penaik tegangan (step up)
Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih
banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan
Np <Ns ; Vp <Vs
10. 1.2. Trafo penurun tegangan (step down)
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer,
sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah
ditemui, terutama dalam adaptor/Power Supply AC to DC.
Np > Ns ; Vp > Vs
11. 2. Jenis Trafo Frekwensi
2.1. Trafo Frekwensi Rendah
Trafo frekwensi rendah adalah trafo yang bekerja di frekwensi audio yakni
antara 20 Hz sampai dengan 20 KHz. Ciri-ciri dari trafo frekwensi rendah ini
biasanya menggunakan inti besi lunak.
Contoh dari trafo frekwensi rendah ini adalah trafo daya listrik dan juga trafo
input/output.
12. 2.2. Trafo Frekwensi Menengah
Trafo frekwensi menengah ini juga biasa disebut dengan trafo IF (intermediate
freqwency) yakni jenis trafo yang bekerja di frekwensi menengah. Trafo jenis ini
banyak digunakan untuk perangkat radio AM/FM yang bekerja di frekwensi 455
kHz/10,7 MHz. Pada trafo ini, lilitan primer dan sekunder diparalel dengan
sebuah kapasitor.
13. 2.3. Trafo Frekwensi Tinggi
Trafo frekwensi tinggi adalah jenis trafo yang bekerja di
frekwensi tinggi dan biasanya digunakan untuk keperluan
pembangkit frekwensi atau osilator, lilitan resonansi, serta
flyback pada rangkaian televisi tabung, trafo switching (trafo
switching banyak digunakan pada power supply berteknologi
switching. Trafo jenis ini menggunakan sistem pembangkit
frekwensi tinggi yang efisiensinya lebih baik dibanding dengan
trafo dengan sistem pembangkit frekwensi rendah)
14. 3. Jenis trafo berdasarkan letak kumparan
3.1.. Core type (jenis inti) yakni kumparan mengelilingi inti.
3.2.. Shell type (jenis cangkang) yakni inti mengelilingi belitan
15. 4. Jenis-jenis Transformator berdasarkan bahan Inti (core) yang Digunakan
4.1. Jenis Transformator Inti (Air Core Transformer)
Pada Trafo yang berinti Udara, Gulungan Primer dan Gulungan Sekunder
dililitkan pada inti berbahan non-magnetik yang biasanya berbentuk tabung
yang berongga. Trafo inti udara ini biasanya digunakan pada rangkaian frekuensi
VHF (30 – 300 MHz) – UHF (300 MHz – 3 GHz).
16. 4.2. Jenis Transformator Inti Ferit (Ferrit Core Transformer)
Pada Trafo yang berinti Ferit, Gulungan Primer dan Gulungan Sekunder dililitkan pada
inti berbahan Ferit (bubuk besi oksida dapat juga dicampur dengan bahan bubuk lain
seperti nickle, manganase, zinc (seng) dan magnesium,bubuk campuran tersebut
dibuat menjadi komposisi yang padat).Trafo inti Ferrit ini biasanya digunakan pada
rangkaian frekuensi LF (30 – 30 Khz) – HF (3 MHz – 30 MHz)
17. 4.3. Trafo berinti Besi (Iron Core Transformer)
Pada Trafo berinti Besi, gulungan primer dan gulungan sekunder dililitkan pada inti
lempengan lempengan besi tipis yang dilaminasi. Trafo inti besi memiliki efisiensi
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan trafo yang berinti udara. Trafo inti Ferrit
ini biasanya digunakan pada rangkaian frekuensi ELF (30 – 300Hz) – VLF (3 – 30 KHz)
18. 5. Jenis trafo berdasarkan lilitannya
5.1. Trafo Step Up
Transformator step-up adalah transformator yang
memiliki lilitan sekunder lebih banyak daripada
lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik
tegangan
Np <Ns ; Vp <Vs
5.2. Trafo Step Down Transformator step-down memiliki lilitan sekunder
lebih sedikit daripada lilitan primer, sehingga berfungsi
sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini
sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor /
Power Supply AC to DC.
Np > Ns ; Vp > Vs
19. 5.2. Tranformator Stepdown CT
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder
lebih sedikit daripada lilitan primer, sehingga
berfungsi sebagai penurun tegangan, tetapi pada
bagian kumparan Sekunder terdapat Cabang tengah
(CT) dengan 2 tegangan yang sama akan tetapi
mempunya Fasa yang berlawanan
VP > VS ; NP > NS
20. 5.3. Autotransformator
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara listrik, dengan
Cabang Tengah output/sekunder. Dalam transformator ini, sebagian lilitan primer juga
merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu berlawanan dengan arus
primer, sehingga untuk tarif daya yang sama lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang
lebih tipis dibandingkan transformator biasa.
Keuntungan dari autotransformator adalah ukuran fisiknya
yang kecil dan kerugian yang lebih rendah daripada jenis dua
lilitan. Tetapi transformator jenis ini tidak dapat memberikan
isolasi secara listrik antara lilitan primer dengan lilitan
sekunder. Selain itu, Autrafo tidak dapat digunakan sebagai
penaik tegangan lebih dari beberapa kali lipat (biasanya tidak
lebih dari 1,5 kali
21. 5.4. Autotransformator Variabel
Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator biasa yang dengan
Cabang Tengah output/sekunder bisa diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan
primer-sekunder yang berubah- ubah.
22. 1.4.4. KARATERISTIK TRANFORMATOR
1. a. Cabang-cabang pada bagian Kumparan Primer ( VA dan VB )dipergunakan untuk
penyesuaian dengan tegangan dimana trafo tersebut dipakai.
b. Cabang-cabang pada bagian Kumparan Sekunder ( V1, V2, V3 , V4 ) dipergunakan
untuk memenuhi tegangan yang dibutuhkan beban.
23. 2. Bila kumparan Primer diberi tegangan yang sesuai dengan yang tertulis ( VIN = VA
atau VB), maka tegangan Sekunder akan keluar tegangan yang sesuai dengan yang
tertulis (VOUT = V1 atau V2, V3 ,V4 ) pula.
3. Bila kumparan Primer diberi tegangan yang kurang dari yang tertulis (VIN < VA atau
VB), maka tegangan Sekunder akan keluar tegangan yang kurang dari yang tertulis
(VOUT < V1 atau V2 , V3 , V4)
4. Bila kumparan Primer diberi tegangan yang lebih dari yang tertulis (VIN > VA atau
VB), maka tegangan Sekunder akan keluar tegangan yang lebih dari yang tertulis
(VOUT > V1 atau V2 , V3 , V4) pula. Jika tegangan input terlalu tinggi akan
menyebabkan trafo terbakar