Aliran Perjalanan didirikan pada tahun 1927 di Subang oleh Mei Kartawinata beserta dua orang lainnya. Aliran ini mengajarkan ajaran moral berdasarkan sepuluh wangsit (Dasa Wasita) untuk menuntun umat manusia hidup berdampingan dengan damai. Mereka meyakini adanya Tuhan Maha Agung yang menciptakan alam semesta dan manusia harus mengenal dirinya sendiri untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
2. Deskripsi Umum Aliran Perjalanan
Aliran Perjalanan didirikan pada 17 September 1927 di Cimerta, Subang.
Didirikan oleh tiga sekawan: Mei Kartawinata (koordinator), M. Rasyid, dan
Sumitra. Ketiganya bekerja di percetakan di Subang. Aliran ini didirikan setelah
mendapatkan Dasa Wasita.
Ada beberapa nama lain dari aliran perjalanan ini:
1. Agama Kuring (Agama Saya), karena Kartawinata selalu menyebut “Inilah
Agama Kuring”, maksudnya “Agama asli Sunda”. Nama ini dipakai sebelum
kemerdekaan RI.
2. Permai (Perikemanusiaan). Nama ini dipakai pasca kemerdekaan RI.
3. Di Bandung, aliran ini disebut “Agama Yakin Pancasila”, “Agama Sunda”,
dan “Perjalanan”.
4. Di Tulungagung, aliran ini disebut “Agama Petrap”, “Traju Trisna”, “Ilmu
Sejati”, “Jawa Jawi Mulya”.
5. Nama yang berlaku sampai sekarang adalah “Aliran Perjalanan”.
3. Nama “Aliran Perjalanan” sepertinya diambil dari gambaran air yang mengalir
dari sumbernya, ke sungai, kemudian ke laut.
Di dalam Aliran Perjalanan, semuanya dipandang sederajat, tidak ada istilah guru
dan murid. Ajarannya bersumber pada wangsit yang disebut Dasa Wasita. Tiga
tokoh pendiri tadi mengembangkan Dasa Wasita.
Setelah tiga founding father itu meninggal, Aliran Perjalanan dikembangkan oleh
Dewan Musyawarah Pusat (DMP), terdiri dari tingkat pusat, tingkat provinsi,
tingkat kabupaten, tingkat kecamatan, dan tingkat desa. DMP ini dibentuk karena
Mei Kartawinata menderita sakit. DMP bertempat di Jakarta, dan diketuai oleh
Rustama Kartawinata (putra Mei Kartawinta).
Penyebaran ajarannya melalui kunjungan kepada anggota atau warga dengan
mengadakan sarasehan pada hari-hari penting. Selain itu ada juga “Pasewakan”
(Sarasehan bulanan tiap hari Minggu). Minggu pertama untuk tingkat desa,
minggu kedua untuk tigkat kecamatan, minggu ketiga untuk tingkat kabupaten,
minggu keempat untuk tingkat provinsi. Sementara untuk tingkat pusat sifatnya
kondisional.
4. Meskipun berdiri sejak 1927, tetapi, Aliran Perjalanan ini belum terorganisir
sampai tahun 1944. Menjelang tahun 1945, barulah aliran ini menjadi terorganisir
dengan menggalang segenap pengikutnya untuk berjuang meraih kemerdekaan
RI.
Pada 1955, Aliran Perjalanan bergabung dengan Badan Kongres Kebatinan
Indonesia (BKKI).
Pada perkembangan selanjutnya, ternyata PAKEM (Pengawas Aliran Kepercayaan
Masyarakat) dan BKKI tidak mampu mengatur aliran kebatinan yang semakin
banyak jumlahnya. Akibatnya, keluar penetapan Presiden No. 1 Tahun 1965
tentang Penyalahgunaan dan Penodaan Agama, isinya: 1. Melarang organisasi
aliran kebatinan menggunakan nama agama; 2. Melarang melakukan kegiatan
yang menyerupai kegiatan agama. Aliran Perjalanan pernah melanggar poin 2,
ketika melakukan perkawinan dengan cara sendiri sesuai budaya Sunda.
Akibatnya, Aliran Perjalanan dilarang oleh PAKEM di Subang.
5. Berdasarkan laporan Dewan Musyawarah Daerah (DMD) tahun
1987, Aliran Perjalanan memiliki cabang di semua kabupaten dan
kota di Jawa Barat, dengan jumlah anggota sebanyak 27.160 orang.
mayoritas dari mereka bekerja sebagai buruh tani, sedangkan pada
awal berdirinya kebanyakan bekerja sebagai buruh perkebunan.
6. Riwayat Pendiri
Mei Kartawinata lahir pada 1 Mei 1897 di Kebon Jati, Bandung. Versi lain
mengatakan ia lahir di Ciparai, Bandung. Ia belajar di HIS. Pernah juga
belajar di pesantren (tidak jelas pesantren mana). Saat remaja, ia tinggal
bersama kakak iparnya di kediaman Sultan Kanoman Cirebon, sehingga
ia tahu banyak tentang kehidupan priyayi dan tentang ajaran kebatinan di
lingkungan tersebut, seperti Ilmu Sejati. Selama tinggal di Cirebon, ia
akrab dengan Kyai Sambelun (disebut demikian karena kyai tersebut
mengajarkan ilmu sambelun, nama aslinya Mohammad Ishak). Keduanya
dicurigai pro-Belanda). Lalu ia kembali ke Subang dan mendirikan Aliran
Perjalanan pada tahun 1927. Di Subang justru ia melakukan perlawanan
terhadap penjajah, sehingga beberapa kali diasingkan.
7. Mei Kartawinata memiliki kemampuan mengobati orang sakit secara
tradisional. Ia tidak memungut bayaran kepada para pasiennya.
Melalui praktek pengobatan ia menyampaikan ajaran-ajarannya. Ia
meninggal pada 1967 di Cicadas, Bandung, dalam usia 70 tahun.
Mengenai M. Rasyid dan Sumitro, riwayat hidupnya tidak banyak
diketahui. Mereka datang ke Subang pada 1926 dan bekerja di
percetakan bersama Mei Kartawinata. M. Rasyid dan Sumitro
memiliki ilmu kanuragan, sementara, Kartawinata tidak menyukai
ilmu tersebut dan lebih fokus pada mewujudkan kehidupan yang
damai dan saling menghormati sesama manusia.
8. Dasar Ajaran Aliran Perjalanan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Aliran Perjalanan
bersumber pada Dasa Wasita (sepuluh wangsit).
Dasa Wasita tersebut bisa dilihat di buku Konsep Tuhan, Manusia,
Mistik, dalam Berbagai Kebatinan Jawa (karya Dr. Suwarno Imam S),
h. 130-132.
Isinya yakni ajaran moral sebagai pedoman hidup manusia dalam
hidup bersama, khususnya bagi pengikut Aliran Perjalanan.
9. Ajaran tentang Tuhan dan Penciptaan
Tuhan memiliki sejumlah nama: Hyang Maha Agung, Hyang Maha
Murba, Hyang Sukma, Hyang Widi, Hyang Manon, Hyang Maha Adil,
Hyang Mahabelas Kasih, dan Hyang Maha Murah.
Tuhan memiliki 13 sifat, yang identik dengan 13 sifat Allah dalam ajaran
Islam.
Tuhan menciptakan alam semesta dimulai dari menciptakan rasa panas
matahari, rasa dingin air, dan rasa semilir angin yang menimbulkan
penguapan. Kemudian timbul kehidupan pada tumbuhan, hewan dan
manusia. tumbuhan, hewan, manusia dan alam semesta ada saling
ketergantungan dalam hukum kehidupan yang nyakra manggilingan atau
tumimbal lahir (kelahiran kembali).
10. Ajaran tentang Manusia
Manusia tercipta dari badan jasmani dan rohani. Kemudian Tuhan
menciptakan Aku (ingsun) yang mewakili kesadaran akan dirinya. Melalui
kesadaran “Aku”, manusia mampu menjadi kawula Gusti (abdi Tuhan),
wajib bersifat kewalian (seperti wali), kegurujatian (seperti guru sejati),
kerasajatian (memiliki rasa sejati), dan kegustian (seperti gusti).
Manusia harus dilatih penghayatannya dengan cara membersihkan batin
dari segala nafsu yang buruk agar manusia selalu kamawula (mengabdi
kepada Tuhan).
Manusia dilarang melakukan 7 M, yaitu main (berjudi), maling (mencuri),
madon (melacur), mabok, madat (candu), maksiat, dan mateni
(membunuh).
Jika manusia mampu memelihara rasa jatinya dan kesucian batinnya,
maka ia akan kembali ke jatinya, pulang ke asalnya.
11. Ajaran tentang Mistik
Ajaran mistik terlihat di dalam wangsit keempat dan kelima.
Silahkan diperiksa...
Wangsit keempat berisi: bahwa manusia harus mengenal dirinya
untuk sampai kepada Tuhan YME.
Wangsit kelima berisi: bahwa manusia dan Tuhan adalah dekat.