SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
DEFENISI
 Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri)
 sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan
 sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat
 kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) .
INSIDEN
 Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya
  memerlukan pertolongan medik setiap tahunnya
  untuk injuri yang disebabkan karena luka bakar.
  70.000 diantaranya dirawat di rumah sakit dengan
  injuri yang berat.
 Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga
  akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-
  laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari
  pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia
  ( diatas 70 th).
ETIOLOGI
 Luka Bakar dikategorikan menurut mekanisme
  injurynya, meliputi :
1. Luka bakar Termal,disebabkan kontak dengan api
    atau objek-objek panas lainnya.
2. Luka bakar kimia,disebabkan kontaknya jaringan
    dengan asam dan basa kuat.
3. Luka bakar Elektrik, disebabkan adanya panas yang
    digerakkan dari energi listrik yang kontak melalui
    tubuh.
4. Luka bakar Radiasi,disebabkan oleh terpaparnya
    sumber radioaktif
EFEK PATOFISIOLOGI LB
1. Pada Kulit
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera
   setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuran
   luka bakar.
2. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi
   vasoaktif (catecholamine, histamin, serotonin,
   leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang
   mengalmi injuri.
Rata –rat output cairan perhari
untuk orang dewasa
RUTE                JUMLAH(ml) PADA SUHU NORMAL
URINE               1400

INSENSIBLE LOSSES   350
-PARU               350
-KULIT              100
KERINGAT            100
FECES
TOTAL               2300
3.Sistem renal dan gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah
  ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration
  rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju
  usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi
  ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien
  dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.
4. Sistem Imun
Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada
  aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam
  produksi immunoglobulin, supresi aktivitas
  complement dan perubahan/gangguan pada fungsi
  neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien
  yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-
  perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi
  dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup
  klien.
5. Sistem Respiratori
   Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner,
  mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan
  “lung compliance”.
a. Smoke Inhalation
     Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri
    inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai wajah,
    kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx
    atau nasopharynx, rambut hidung yang gosong,
    agitasi atau kecemasan, tachipnoe,
b.Keracunan Carbon Monoxide.
   CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila
  suatu substansi organik terbakar. Ia merupakan gas
  yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang
  dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari
  oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka molekul
  oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan
  dengan hemoglobin sehingga membentuk
  carboxyhemoglobin (COHb).
Klasifikasi beratnya LB
a. Kedalaman luka bakar
   1. Superficial (derajat I), dengan ciri-ciri sbb:
· Hanya mengenai lapisan epidermis.
· Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai
   berat).
· Kulit memucat bila ditekan.
· Edema minimal.
· Tidak ada blister.
· Kulit hangat/kering.
· Nyeri / hyperethetic
· Nyeri berkurang dengan pendinginan.
· Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam.
· Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari
2. Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.:
· Partial tihckness dikelompokan menjadi 2, yaitu
   superpicialpartial thickness dan deep partial thickness.
· Mengenai epidermis dan dermis.
· Luka tampak merah sampai pink
· Terbentuk blister
· Edema
· Nyeri
· Sensitif terhadap udara dingin
· Penyembuhan luka :
Ø Superficial partial thickness : 14 - 21 hari
Ø Deep partial thickness : 21 - 28 hari
3. Full thickness (derajat III)
· Mengenai semua lapisan kulit, lemak subcutan dan dapat juga
   mengenai permukaan otot, dan persarafan dan pembuluh darah.
· Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai
   dengan coklat atau hitam.
· Tanpa ada blister.
· Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras.
· Edema.
· Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri.
· Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan.
· Memerlukan skin graft.
· Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur tdk dilakukan
   tind.preventif.
4. Fourth degree (derajat IV)
· Mengenai semua lapisan kulit, otot, dan tulang.
b. Luas luka bakar
Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka
  bakar meliputi (1) rule of nine, (2) Lund and Browder,
  dan (3) hand palm.
 Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan
   9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of
   wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
 Pada metode Lund and Browder merupakan
  modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh
  menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan
  yang lebih akurat tentang luas luka bakar.
 Selain dari kedua metode tersebut di atas, dapat juga
  digunakan cara lainnya yaitu mengunakan metode
  hand palm. Metode ini adalah cara menentukan luas
  atau persentasi luka bakar dengan menggunakan
  telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 % dari
  permukaan tubuh yang mengalami luka bakar
 c. Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena)
 Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi
  luka bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher dan
  dada seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner.
  Luka bakar yang menganai wajah seringkali menyebabkan
  abrasi kornea. Luka bakar yang mengenai lengan dan
  persendian seringkali membutuhkan terapi fisik dan
  occupasi dan dapat menimbulkan implikasi terhadap
  kehilangan waktu bekerja dan atau ketidakmampuan
  untuk bekerja secara permanen. Luka bakar yang
  mengenai daerah perineal dapat terkontaminasi oleh urine
  atau feces. Sedangkan luka bakar yang mengenai daerah
  torak dapat menyebabkan tidak adekwatnya ekspansi
  dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner.
Kategori berat luka bakar menurut ABA
-Perkumpulan Luka Bakar America (American Burn
   Asociation/ABA) mempublikasikan petunjuk tentang
   klasifikasi beratnya luka bakar. Perkumpulan itu
   mengklasifikasikan beratnya luka bakar ke dalam 3
   kategori,
 Luka Bakar Berat
· 25 % pada orang dewasa
· 25 % pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun
· 20 % pada orang dewasa dengan usia lebih dari 40 tahun
 Luka Bakar Sedang
· 15-25 % mengenai orang dewasa
· 10-20 % pada anak usia kurang dari 10 tahun
· 10-20 % pada orang dewasa usia lebih dari 40 tahun
 Luka Bakar Ringan

·< 10 th
· > 40 th
· Tidak ada resiko gangguan kosmetik atau fungsional
   atau disabiliti.
 Secara klinis klien luka bakar dapat dibagi kedalam 3
 fase, yaitu : 1) Fase emergent dan resusitasi 2) Fase acut
 dan 3) Fase Rehabilitasi. Berikut ini akan diuraikan
 sekilas tentang fase tsb.:
 1. Fase Emergent (Resusitasi)
 Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan
 diakhiri dengan membaiknya permeabilitas kapiler,
 yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah injury.
 Tujuan utama pemulihan selama fase ini adalah untuk
 mencegah shock hipovolemik dan memelihara fungsi
 dari organ vital. Yang termasuk ke dalam fase
 emergensi adalah (a) perawatan sebelum di rumah
 sakit, (b) penanganan di bagian emergensi dan (c)
 periode resusitasi.
 a. Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-
  hospital care)
1. Jauhkan penderita dari sumber LB
2. Kaji ABC
3. Kaji trauma uang lain
4. Pertahankan panas tubuh
5. Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan
   iv.
6. transportasi
a. Penanganan dibagian emergensi
Perawatan di bagian emergensi merupakan kelanjutan
   dari tindakan yang telah diberikan pada waktu
   kejadian. Jika pengkajian dan atau penanganan yang
   dilakukan tidak adekuat, maka pre hospital care di
   berikan di bagian emergensi. Penanganan luka
   (debridemen dan pembalutan) tidaklah diutamakan
   bila ada masalah-masalah lain yang mengancam
   kehidupan klien,
 Perawatan di bagian emergensi terhadap luka bakar minor
  meliputi : menagemen nyeri, profilaksis tetanus, perawatan
  luka tahap awal dan pendidikan kesehatan.
 Penanganan LB berat,meliputi :
-reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan,sirkulasi, dan
  trauma.
- Resusitasi cairan
- Pemasangan kateter urine
- Pemasangan NGT
- Pemeriksaan TTV dan lab.
 2. Fase Akut
 Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik
 telah stabil, permeabilitas kapiler membaik dan
 diuresis telah mulai. Fase ini umumnya dianggap
 terjadi pada 48-72 jam setelah injuri.
 Fokus management bagi klien pada fase akut adalah
 sebagai berikut : mengatasi infeksi, perawatan luka,
 penutupan luka, nutrisi, managemen nyeri, dan terapi
 fisik.
 3. Fase Rehabilitasi
 Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan
  fase terakhir dari perawatan luka bakar. Penekanan dari
  program rehabilitasi penderita luka bakar adalah untuk
  peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan
  fungsi yang maksimal. Tindakan-tindakan untuk
  meningkatkan penyembuhan luka, pencegahan atau
  meminimalkan deformitas dan hipertropi scar,
  meningkatkan kekuatan dan fungsi dan memberikan
  support emosional serta pendidikan merupakan bagian
  dari proses rehabilitasi.
A. Pengkajian
 . Data biografi
 Langkah awal adalah melakukan pengkajian terhadap
  data biografi klien yang meliputi nama, usia, jenis
  kelamin, pekerjaan, ras, dan lain-lain. Setelah
  pengkajian data biografi selanjutnya dilakukan
  pengkajian antara lain
. Luas luka bakar
 Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan
   salah satu metode yang ada, yaitu metode “rule of
   nine” atau metode “Lund dan Browder”, seperti telah
   diuraikan dimuka.
 Kedalaman luka bakar
 Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4
   macam, yaitu luka bakar derajat I, derajat II, derajat III
   dan IV
. Lokasi/area luka
 Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan
   perhatian khusus, oleh karena akibatnya yang dapat
   menimbulkan berbagai masalah. Seperti, jika luka bakar
   mengenai derah wajah, leher dan dada dapat mengganggu jalan
   nafas dan ekspansi dada yang diantaranya disebabkan karena
   edema pada laring . Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka
   dapat menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah ekstremitas
   karena terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh karena itu
   pengkajian terhadap jalan nafas (airway) dan pernafasan
   (breathing) serta sirkulasi (circulation) sangat diperlukan. Luka
   bakar yang mengenai mata dapat menyebabkan terjadinya
   laserasi kornea, kerusakan retina dan menurunnya tajam
   penglihatan.
Diagnosa keperawatan
 Fase emergensi
1. Defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas
   kapiler dan perpindahan cairan dari ruang
   intravaskuler ke ruang interstitial.
2. Potensial ileus paralitik b.d stress
3. Potensial gagal ginjal b.d adanya hemachromagen
   dalam urine karena luka bakar yang dalam
4. Gangguan pertukaran gas b.d keracunan
  carbonmonoxida,kerusakan paru akibat panas.(fase
  akut dan emergensi).
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d edema
  trahea,menurunnyan fungsi ciliar paru akibat injuri
  inhalasi(fase akut dan emergensi)
6. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d konstriksi
  akibat luka bakar.
7. Hipotermia b.d kehilangan jaringan epitel dan
  fluktuasi suhu udara.(fase akut dan emergensi)
8. Resiko tinggi terjadi stres ulcer b.d respon stres
  neurohormonal akibat luka bakar.( E, A )
9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
  meningkatnya kebutuhan metabolik untuk
  penyembuhan luka.(akut).
10. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d hilangnya
   pertahanan kulit,gangguan respon imun,adanya
   pemasangan kateter dan prosedur invasif.(E, A).
11. Nyeri b.d injury luka bakar,stimulasi ujung-ujung
   saraf,tretmen dan kecemasan.(Fase E,Dan
   Rehabilitasi).
12. Kurang mampu merawat diri b.d defisit fungsional
   akibat dari injury luka bakar,(A ,R).
13. Gangguan mobilitas fisik b.d edema, nyeri ,balutan,
  prosedur pembedahan ,dan kontraktur luka.( E, A, R. )
14. Resiko tinggi gangguan harga diri b.d ancaman
  perubahan /actual perubahan pada body
  image,kehilangan fisik dan kehilangan akan peran dan
  tanggung jawab.(A, R ).
15. Resiko tinggi akan tidak efektifnya coping keluarga
  b.d sifat yang emergensi dan kritis dari luka
  bakar.(E,A,R).
Kelompok VI
   SAMSIARA
   MARDAWATI
   NURJAYA
   RATNAWATI NUR
   HASTUTI
   KASNIA
   SURIANI
   NURSAIDAH
   IRWAN
   SADARUDDIN

More Related Content

Similar to Askep lb point

Copy of css luka bakar erik
Copy of css luka bakar erikCopy of css luka bakar erik
Copy of css luka bakar erik
erichchandras
 

Similar to Askep lb point (20)

113962427 case-bedah
113962427 case-bedah113962427 case-bedah
113962427 case-bedah
 
Gadar klompok AKPER PEMKAB MUNA
Gadar klompok AKPER PEMKAB MUNA Gadar klompok AKPER PEMKAB MUNA
Gadar klompok AKPER PEMKAB MUNA
 
Modul 4 kb 1 penanganan luka bakar
Modul 4 kb 1 penanganan luka bakarModul 4 kb 1 penanganan luka bakar
Modul 4 kb 1 penanganan luka bakar
 
Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 
Askep 1
Askep 1Askep 1
Askep 1
 
Luka bakar
Luka bakar Luka bakar
Luka bakar
 
Asuhan keperawatan sancy
Asuhan keperawatan sancyAsuhan keperawatan sancy
Asuhan keperawatan sancy
 
Case Report Session Skin Combustion
Case Report Session Skin CombustionCase Report Session Skin Combustion
Case Report Session Skin Combustion
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep luka bakar
Askep luka bakarAskep luka bakar
Askep luka bakar
 
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
 
Copy of css luka bakar erik
Copy of css luka bakar erikCopy of css luka bakar erik
Copy of css luka bakar erik
 
Asuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakarAsuhan keperawatan luka bakar
Asuhan keperawatan luka bakar
 
Luka+bakar 2020.2
Luka+bakar 2020.2Luka+bakar 2020.2
Luka+bakar 2020.2
 
Luka+bakar 2020.3
Luka+bakar 2020.3Luka+bakar 2020.3
Luka+bakar 2020.3
 
FT INTERGUMENT.pptx
FT INTERGUMENT.pptxFT INTERGUMENT.pptx
FT INTERGUMENT.pptx
 
BURN.pptx
BURN.pptxBURN.pptx
BURN.pptx
 
Asuhan Keperawatan Luka Bakar.pptx
Asuhan Keperawatan Luka Bakar.pptxAsuhan Keperawatan Luka Bakar.pptx
Asuhan Keperawatan Luka Bakar.pptx
 
ASKEP PADA PASIEN DENGAN MASALAH LUKA BAKAR
ASKEP PADA PASIEN DENGAN MASALAH LUKA BAKARASKEP PADA PASIEN DENGAN MASALAH LUKA BAKAR
ASKEP PADA PASIEN DENGAN MASALAH LUKA BAKAR
 

More from Ullank Stira

Spss non parametrik universitas padjadjaran
Spss non parametrik universitas padjadjaranSpss non parametrik universitas padjadjaran
Spss non parametrik universitas padjadjaran
Ullank Stira
 

More from Ullank Stira (13)

Materi Basic Life Support.pdf
Materi  Basic Life Support.pdfMateri  Basic Life Support.pdf
Materi Basic Life Support.pdf
 
Sumbangan darah secara aman
Sumbangan darah secara amanSumbangan darah secara aman
Sumbangan darah secara aman
 
Standard pelayanan radiologi rsu kelas c dan d
Standard pelayanan radiologi rsu kelas c dan dStandard pelayanan radiologi rsu kelas c dan d
Standard pelayanan radiologi rsu kelas c dan d
 
Standar tenaga keperawatan di rs
Standar tenaga keperawatan di rsStandar tenaga keperawatan di rs
Standar tenaga keperawatan di rs
 
Standar rumah sakit pendidikan
Standar rumah sakit pendidikanStandar rumah sakit pendidikan
Standar rumah sakit pendidikan
 
Standar peralatan keperawatan dan kebidanan di sarana kesehatan
Standar peralatan keperawatan dan kebidanan di sarana kesehatanStandar peralatan keperawatan dan kebidanan di sarana kesehatan
Standar peralatan keperawatan dan kebidanan di sarana kesehatan
 
Standar pelayanan perawatan di icu
Standar pelayanan perawatan di icuStandar pelayanan perawatan di icu
Standar pelayanan perawatan di icu
 
Standar pelayanan icu
Standar pelayanan icuStandar pelayanan icu
Standar pelayanan icu
 
Standar operasional prosedur (sop) rehabilitasi medik di rs
Standar operasional prosedur (sop) rehabilitasi medik di rsStandar operasional prosedur (sop) rehabilitasi medik di rs
Standar operasional prosedur (sop) rehabilitasi medik di rs
 
Standar Keperawatan di RS
Standar Keperawatan di RSStandar Keperawatan di RS
Standar Keperawatan di RS
 
Standar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatanStandar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatan
 
Standar manajemen pelayanan keperawatan dan kebidanan di sarana kesehatan
Standar manajemen pelayanan keperawatan dan kebidanan di sarana kesehatanStandar manajemen pelayanan keperawatan dan kebidanan di sarana kesehatan
Standar manajemen pelayanan keperawatan dan kebidanan di sarana kesehatan
 
Spss non parametrik universitas padjadjaran
Spss non parametrik universitas padjadjaranSpss non parametrik universitas padjadjaran
Spss non parametrik universitas padjadjaran
 

Recently uploaded

Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 

Recently uploaded (20)

Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 

Askep lb point

  • 1.
  • 2. DEFENISI  Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) .
  • 3. INSIDEN  Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya memerlukan pertolongan medik setiap tahunnya untuk injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di rumah sakit dengan injuri yang berat.  Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki- laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th).
  • 4. ETIOLOGI  Luka Bakar dikategorikan menurut mekanisme injurynya, meliputi : 1. Luka bakar Termal,disebabkan kontak dengan api atau objek-objek panas lainnya. 2. Luka bakar kimia,disebabkan kontaknya jaringan dengan asam dan basa kuat. 3. Luka bakar Elektrik, disebabkan adanya panas yang digerakkan dari energi listrik yang kontak melalui tubuh. 4. Luka bakar Radiasi,disebabkan oleh terpaparnya sumber radioaktif
  • 5. EFEK PATOFISIOLOGI LB 1. Pada Kulit Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka bakar. 2. Sistem kardiovaskuler Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri.
  • 6. Rata –rat output cairan perhari untuk orang dewasa RUTE JUMLAH(ml) PADA SUHU NORMAL URINE 1400 INSENSIBLE LOSSES 350 -PARU 350 -KULIT 100 KERINGAT 100 FECES TOTAL 2300
  • 7. 3.Sistem renal dan gastrointestinal Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.
  • 8. 4. Sistem Imun Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan- perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.
  • 9. 5. Sistem Respiratori Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan “lung compliance”. a. Smoke Inhalation Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe,
  • 10. b.Keracunan Carbon Monoxide. CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik terbakar. Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin sehingga membentuk carboxyhemoglobin (COHb).
  • 11. Klasifikasi beratnya LB a. Kedalaman luka bakar 1. Superficial (derajat I), dengan ciri-ciri sbb: · Hanya mengenai lapisan epidermis. · Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat). · Kulit memucat bila ditekan. · Edema minimal. · Tidak ada blister. · Kulit hangat/kering. · Nyeri / hyperethetic · Nyeri berkurang dengan pendinginan. · Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam. · Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari
  • 12. 2. Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.: · Partial tihckness dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicialpartial thickness dan deep partial thickness. · Mengenai epidermis dan dermis. · Luka tampak merah sampai pink · Terbentuk blister · Edema · Nyeri · Sensitif terhadap udara dingin · Penyembuhan luka : Ø Superficial partial thickness : 14 - 21 hari Ø Deep partial thickness : 21 - 28 hari
  • 13. 3. Full thickness (derajat III) · Mengenai semua lapisan kulit, lemak subcutan dan dapat juga mengenai permukaan otot, dan persarafan dan pembuluh darah. · Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam. · Tanpa ada blister. · Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras. · Edema. · Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri. · Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan. · Memerlukan skin graft. · Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur tdk dilakukan tind.preventif.
  • 14. 4. Fourth degree (derajat IV) · Mengenai semua lapisan kulit, otot, dan tulang. b. Luas luka bakar Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi (1) rule of nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm.
  • 15.  Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu: 1) Kepala dan leher : 9% 2) Lengan masing-masing 9% : 18% 3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 4) Tungkai maisng-masing 18% : 36% 5) Genetalia/perineum : 1% Total : 100%
  • 16.  Pada metode Lund and Browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar.  Selain dari kedua metode tersebut di atas, dapat juga digunakan cara lainnya yaitu mengunakan metode hand palm. Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar
  • 17.  c. Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena)  Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar yang menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang mengenai lengan dan persendian seringkali membutuhkan terapi fisik dan occupasi dan dapat menimbulkan implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen. Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang mengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekwatnya ekspansi dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner.
  • 18. Kategori berat luka bakar menurut ABA -Perkumpulan Luka Bakar America (American Burn Asociation/ABA) mempublikasikan petunjuk tentang klasifikasi beratnya luka bakar. Perkumpulan itu mengklasifikasikan beratnya luka bakar ke dalam 3 kategori,  Luka Bakar Berat · 25 % pada orang dewasa · 25 % pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun · 20 % pada orang dewasa dengan usia lebih dari 40 tahun
  • 19.  Luka Bakar Sedang · 15-25 % mengenai orang dewasa · 10-20 % pada anak usia kurang dari 10 tahun · 10-20 % pada orang dewasa usia lebih dari 40 tahun  Luka Bakar Ringan ·< 10 th · > 40 th · Tidak ada resiko gangguan kosmetik atau fungsional atau disabiliti.
  • 20.  Secara klinis klien luka bakar dapat dibagi kedalam 3 fase, yaitu : 1) Fase emergent dan resusitasi 2) Fase acut dan 3) Fase Rehabilitasi. Berikut ini akan diuraikan sekilas tentang fase tsb.:
  • 21.  1. Fase Emergent (Resusitasi)  Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan diakhiri dengan membaiknya permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah injury. Tujuan utama pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock hipovolemik dan memelihara fungsi dari organ vital. Yang termasuk ke dalam fase emergensi adalah (a) perawatan sebelum di rumah sakit, (b) penanganan di bagian emergensi dan (c) periode resusitasi.
  • 22.  a. Perawatan sebelum di rumah sakit (pre- hospital care) 1. Jauhkan penderita dari sumber LB 2. Kaji ABC 3. Kaji trauma uang lain 4. Pertahankan panas tubuh 5. Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan iv. 6. transportasi
  • 23. a. Penanganan dibagian emergensi Perawatan di bagian emergensi merupakan kelanjutan dari tindakan yang telah diberikan pada waktu kejadian. Jika pengkajian dan atau penanganan yang dilakukan tidak adekuat, maka pre hospital care di berikan di bagian emergensi. Penanganan luka (debridemen dan pembalutan) tidaklah diutamakan bila ada masalah-masalah lain yang mengancam kehidupan klien,
  • 24.  Perawatan di bagian emergensi terhadap luka bakar minor meliputi : menagemen nyeri, profilaksis tetanus, perawatan luka tahap awal dan pendidikan kesehatan.  Penanganan LB berat,meliputi : -reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan,sirkulasi, dan trauma. - Resusitasi cairan - Pemasangan kateter urine - Pemasangan NGT - Pemeriksaan TTV dan lab.
  • 25.  2. Fase Akut  Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil, permeabilitas kapiler membaik dan diuresis telah mulai. Fase ini umumnya dianggap terjadi pada 48-72 jam setelah injuri.
  • 26.  Fokus management bagi klien pada fase akut adalah sebagai berikut : mengatasi infeksi, perawatan luka, penutupan luka, nutrisi, managemen nyeri, dan terapi fisik.
  • 27.  3. Fase Rehabilitasi  Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari perawatan luka bakar. Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar adalah untuk peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal. Tindakan-tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka, pencegahan atau meminimalkan deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan memberikan support emosional serta pendidikan merupakan bagian dari proses rehabilitasi.
  • 28. A. Pengkajian  . Data biografi  Langkah awal adalah melakukan pengkajian terhadap data biografi klien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, ras, dan lain-lain. Setelah pengkajian data biografi selanjutnya dilakukan pengkajian antara lain
  • 29. . Luas luka bakar  Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode yang ada, yaitu metode “rule of nine” atau metode “Lund dan Browder”, seperti telah diuraikan dimuka. Kedalaman luka bakar  Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu luka bakar derajat I, derajat II, derajat III dan IV
  • 30. . Lokasi/area luka  Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan perhatian khusus, oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai masalah. Seperti, jika luka bakar mengenai derah wajah, leher dan dada dapat mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang diantaranya disebabkan karena edema pada laring . Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka dapat menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah ekstremitas karena terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh karena itu pengkajian terhadap jalan nafas (airway) dan pernafasan (breathing) serta sirkulasi (circulation) sangat diperlukan. Luka bakar yang mengenai mata dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina dan menurunnya tajam penglihatan.
  • 31. Diagnosa keperawatan  Fase emergensi 1. Defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler dan perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial. 2. Potensial ileus paralitik b.d stress 3. Potensial gagal ginjal b.d adanya hemachromagen dalam urine karena luka bakar yang dalam
  • 32. 4. Gangguan pertukaran gas b.d keracunan carbonmonoxida,kerusakan paru akibat panas.(fase akut dan emergensi). 5. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d edema trahea,menurunnyan fungsi ciliar paru akibat injuri inhalasi(fase akut dan emergensi) 6. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d konstriksi akibat luka bakar.
  • 33. 7. Hipotermia b.d kehilangan jaringan epitel dan fluktuasi suhu udara.(fase akut dan emergensi) 8. Resiko tinggi terjadi stres ulcer b.d respon stres neurohormonal akibat luka bakar.( E, A ) 9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d meningkatnya kebutuhan metabolik untuk penyembuhan luka.(akut).
  • 34. 10. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d hilangnya pertahanan kulit,gangguan respon imun,adanya pemasangan kateter dan prosedur invasif.(E, A). 11. Nyeri b.d injury luka bakar,stimulasi ujung-ujung saraf,tretmen dan kecemasan.(Fase E,Dan Rehabilitasi). 12. Kurang mampu merawat diri b.d defisit fungsional akibat dari injury luka bakar,(A ,R).
  • 35. 13. Gangguan mobilitas fisik b.d edema, nyeri ,balutan, prosedur pembedahan ,dan kontraktur luka.( E, A, R. ) 14. Resiko tinggi gangguan harga diri b.d ancaman perubahan /actual perubahan pada body image,kehilangan fisik dan kehilangan akan peran dan tanggung jawab.(A, R ). 15. Resiko tinggi akan tidak efektifnya coping keluarga b.d sifat yang emergensi dan kritis dari luka bakar.(E,A,R).
  • 36. Kelompok VI  SAMSIARA  MARDAWATI  NURJAYA  RATNAWATI NUR  HASTUTI  KASNIA  SURIANI  NURSAIDAH  IRWAN  SADARUDDIN