SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
PRINSIP
PENCEGAHAN
INFEKSI
OLEH :
NUGROHO TRISTYANTO.S.Si., MM
INFEKSI :
• Berkembang biaknya
penyakit pada hospes
disertai timbulnya respon
imunologik dengan gejala
klinik atau tanpa gejala
klinik
• Manusia host /
penjamu
• Penyakit agent
• Transmisi kuman adalah :
Proses masuknya kuman ke
dalam penjamu sehingga
timbul radang / penyakit
Cara penularan infeksi
:
1. Kontak
Langsung, tidak langsung,
droplet
2. Udara
Debu, kulit lepas
3. Alat
Darah, makanan, cairan
intra vena
4. Vektor / serangga
Nyamuk, lalat
Pengertian prinsip
pencegahan infeksi :
• Suatu usaha yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya
resiko penularan infeksi
mikro organisme dari
lingkungan klien dan tenaga
kesehatan ( Nakes )
Tujuan :
• Mengurangi terjadinya
infeksi
• Memberikan perlindungan
terhadap klien, nakes
6 komponen proses
terjadinya penyakit :
1. Reservoir
2. Penyebab penyakit
3. Jalan masuk
4. Cara keluarnya penyebab
penyakit dari host
5. Kepekaan penjamu
Tindakan pencegahan
penyakit :
1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Memakai perlengkapan pelindung
4. Menggunakan tehnik aseptik
5. Memproses alat bekas pakai
6. Menangani peralatan tajam
dengan aman
7. Menjaga kebersihan dan
kerapihan lingkungan serta
pembuangan sampah secara
benar
CUCI TANGAN :
aspek yang paling penting
Ada 2 kategori organisme yang
ada di
1. Organisme residen ( flora
normal )
S. aureus, diphteroids (
tidak hilang secara
permanen )
2. Organisme transien
Karena kontak, contoh : E.
Colli (mudah dihilangkan
dengan cuci tangan efektif)
Mengapa kita perlu mencuci tangan :
• Penanganan pasien dengan kontak
tangan
• Kontaminasi flora normal pasien
kontak perubahan flora normal
patogen
Apa yang harus digunakan untuk
mencuci tangan :
• Dekontaminasi tangan rutin dengan
sabun dan air mengalir
• Desinfeksi kulit ( hibiscrub,
handyclean )
Kapan kita harus mencuci
tangan :
Sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
Setelah kontak dengan cairan
tubuh
Setelah memegang alat yang
terkontaminasi ( jarum,
cucian )
Sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien di ruang isolasi
Setelah menggunakan kamar
mandi
Sebelum melayani makan dan
minum
Pada saat akan tugas dan
akhir tugas
PELINDUNG DIRI
1. Cuci tangan
2. Pemakaian sarung tangan
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan DTT
 Sarung tangan bersih
 Sarung tangan rumah tangga
3. Pemakaian masker
4. Pemakaian gaun
 Steril kamar bedah
 Non Steril ICU, kamr bayi, KB
 Skort Celemek plastik
5. Pemakaian kacamata pelindung
6. Pemakaian sepatu boot / sepatu
tertutup
7. Kap
8. Duk
ASEPSIS dan TEKHNIK ASEPTIK
Istilah umum yang digunakan
untuk menggambarkan upaya
kombinasi untuk mencegah
masuknya mikroorganisme ke
dalam area tubuh manapun
yang sering menyebabkan
infeksi
Tujuan asepsis adalah :
membasmi jumlah
mikroorganisme pada
permukaan hidup (kulit dan
jaringan) dan obyek mati
(alat-alat bedah dan barang-
barang yang lain)
ANTISEPSIS
 Proses menurunkan jumlah
mikroorganisme pada kulit,
selaput lendir atau jaringan
tubuh lainnya dengan
menggunakan bahan
antimikrobial (antiseptik)
KRITERIA PEMILIHAN
ANTISEPTIK :
1. Aksi yang luas (menghambat
mikroorganisme secara luas gram
positif. Negatif, Tb, fungi,
endospora)
2. Efektivitas
3. Kecepatan aktivitas awal
4. Efek residu
Aksi yang lama setelah pemakaian
untuk meredam pertumbuhan
5. Tidak mengakibatkan iritasi kulit
6. Tidak menyebabkan alergi
7. Efektif sekali pakai, tidak perlu
diulang.
Contoh larutan antiseptik :
• Alkohol (60%- 90%)
• Setrimid/klorheksidin Glukonat (2-4%)
contoh : Hibiscrub, Hibitane
• Klorheksidin Glukonat (2%)
Contoh : Savlon
• Heksaklorofen (3%)
Contoh : pHisoHex tidak boleh digunakan
pada selaput lendir seperti mukosa vagina
• Kloroksilenol (Para-kloro-metaksilenol atau PCMX)
Contoh : Dettol tidak bisa digunakan untuk
antisepsis vagina karena dapat membuat iritasi pada
selaput lendir yang akan mempercepat pertumbuhan
mikroorganisme dan tidak boleh digunakan pada bayi
baru lahir
• Iodofor (7,5-10%)
Contoh : Betadine
• Larutan yang berbahan dasar alkohol (tingtur) seperti
iodin
Contoh : Yodium tinktur
• Triklosan (0,2-2%)
Mikroorganisme :
• Agen penyebab infeksi
• Termasuk didalamnya :bakteri,
virus, fungi, parasit
• Untuk tujuan pencegahan infeksi
bakteri dibagi menjadi 3 kategori
:
1. Vegetatif contoh : stafilokokus
2. Mikobakteria, contoh :
tuberkolosis
3. Endospora, contoh : tetanus
• Endospora paling sulit dibunuh
disebabkan oleh lapisan
pelindungnya
Sterilisasi
Tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, jamur,
parasit dan virus) termasuk
endospora bakteri pada benda mati
atau instrumen dengan cara uap air
panas tekanan tinggi (otoklaf),
panas kering (oven), sterilan kimia
atau radiasi
DESINFEKSI TINGKAT TINGGI
(DTT) :
Tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua
mikroorganisme kecuali endospora
bakteri pada benda mati dengan
cara merebus, mengukus atau
penggunaan desinfektan kimiawi
DESINFEKTAN :
Adalah bahan kimia yang
membunuh atau menginaktivasi
mikroorganisme
Contoh larutan desinfektan :
Klorin pemutih 0,5%
untuk dekontaminasi permukaan
yang lebar
Klorin 0,1%
Untuk DTT kimia
Glutaraldehida 2%
mahal harganya biasa digunakan
untuk DTT kimia atau sterilisasi
kimia
Fenol, klorin
tidak digunakan untuk peralatan/bahan
yang akan dipakaikan pada bayi baru
lahir
DEKONTAMINASI :
 Proses yang membuat objek
mati lebih aman ditangani staf
sebelum dibersihkan
(menginaktifasi serta
menurunkan HBV, HIV tetapi
tidak membasmi)
 Peralatan medis dan permukaan
harus di dekontaminasi segera
setelah terpapar darah atau
cairan tubuh
PEMBERSIHAN (Mencuci dan
membilas) :
 Tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua darah,
cairan, tubuh, benda asing dari
kulit atau instrumen.
DEKONTAMINASI
Rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
CUCI DAN BILAS
Gunakan deterjen dan sikat
Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda tajam
Metode yang dipilih Metode
alternatif
Sterilisasi DESINFEKSI
TINGKAT TINGGI
OTOKLAF PANAS KERING KIMIAWI REBUS /
KUKUS KIMIAWI
106 kPa 170 ˚C Rendam Panci tertutup
Rendam
121 ˚C 60 menit 10-24 jam 20 menit
20 menit
30 menit jika
Terbungkus
20 menit jika Tidak terbungkus
DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN
Peralatan yang sudah diproses bisa disimpan dalam wadah tertutup yang
didisinfeksi tingkat tinggi
Sampai satu minggu jika wadahnya tidak dibuka
STERILISASI :
1. STERILISASI UAP
 121 ˚C , tekanan pada 106 kPa
 20 ' untuk alat tidak terbungkus
 30 ' untuk alat yang dibungkus
2. STERILISASI PANAS KERING (OVEN)
 170 ˚C selama 1 jam. Waktu
penghitungan dimulai setelah suhu yang
diinginkan tercapai
 160 ˚C untuk alat tajam (gunting, jarum)
selama 2 jam
3. STERILISASI KIMIA
 Glutaraldehid 2-4 %(cydex), Direndam
sekurang-kurangnya 10 jam
 Formaldehid 8 %, direndam 24 jam
 Bilas dengan air steril sebelum
digunakan kembali atau sebelum
disimpan
DESINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT)
:
1. DTT dengan merebus
 Mulai menghitung waktu saat air mulai
mendidih
 Merebus 20‘ dalam panci tertutup
 Seluruh alat harus terendam
 Jangan menambah alat apapun ke air
mendidih
 Pakai alat sesegera mungkin atau
simpan wadah tertutup dan kering yang
telah di DTT, maksimal 1 minggu
2. DTT dengan mengukus
 Selalu kukus 20‘ dalam kukusan
 Kecilkan api sehingga air tetap
mendidih
 Waktu dihitung mulai saat keluarnya
uap
 Jangan pakai lebih dari 3 panci uap
 Keringkan dalam kontainer DTT
3. DTT dengan kimia :
Desinfektan kimia untuk DTT
klorin 0,1%, Formaldehid 8%,
Glutaraldehid 2%
Langkah-langkah DTT Kimia :
DEkontaminasi Cuci+bilas
keringkan
Rendam semua alat dalam larutan
desinfektan selama 20‘
Bilas dengan air yang telah direbus
dan dikeringkan di udara
Segera dipakai atau disimpan dalam
kontainer yang kering dan telah di
DTT
CARA MEMBUAT LARUTAN
KLORIN :
• Jumlah bagian (JB) air = % larutan
konsentrat – 1
% larutan yang
diinginkan
• JB air = 5,0% - 1 = 10 – 1 = 9
0,5%
• Jadi tambahkan 9 bagian air (air tidak
perlu dimasak) kedalam 1 bagian larutan
klorin konsentrat
• Terdapat rumus 9 : 1
Air : Klorin
Contoh soal :
1. Buat larutan klorin 0,5% sebanyak 500
cc
2. Buat larutan klorin 0,5% sebanyak 1 liter
Jawab :
1. Air = 9 x 500 cc = 450 cc
10
Klorin = 1 x 500 cc = 50 cc
10 500 cc
2. 1 liter = 1000 cc
Air = 9 x 1000 cc = 900 cc
10
Klorin = 1 x 1000 cc = 100 cc
10 1000 cc
PENANGANAN SAMPAH /
LIMBAH
Tujuan :
 Melindungi petugas pembuangan
sampah dari perlukaan
 Melindungi penyebaran infeksi
terhadap para petugas kesehatan
 Mencegah penularan infeksi
terhadap para petugas kesehatan
 Mencegah penularan infeksi pada
masyarakat sekitarnya
 Membuang bahanbahan berbahaya
(bahan toksik dan radioaktif)
dengan aman
Sampah medis terbagi 2 :
1. Tidak terkontaminasi
 Tidak memberikan resiko infeksi
 Contoh : kertas, kardus, botol,
wadah plastik yang digunakan
didalam klinik
 Dapat dibuang ditempat sampah
umum
2. Terkontaminasi
 Membawa mikroorganisme yang
mempunyai potensi menularkan
infeksi kepada orang yang kontak
baik nakes maupun masyarakat
 Contoh : bekas pembalut luka,
sampah dari kamar operasi
(jaringan, darah, nanah,kasa,
kapas,dll), dari laboratorium
(darah, tinja, nanah, dahak, dll),
alat-alat yang dapat melukai
(jarum suntik, pisau)
3. Sampah lain yang tidak
mengandung bahan infeksius
tetapi digolongkan berbahaya
karena mempunyai potensi
berbahaya pada lingkungan
 Bahan kimia atau farmasi (misal
kaleng atau botol yang
mengandung obat kadaluwarsa,
vaksin, reagen desinfektan)
 Sampah sitotoksik (misal obat-
obat untuk kemoterapi)
 Sampah yang mengandung logam
berat (misal air raksa dari
termometer yang pecah, bahan
bekas gigi,dll)
 Wadah bekas berisi gas dan tidak
dapat didaur ulang (misal kaleng
penyembur) yang dapat meledak
bila dibakar.
PENGGUNAAN PERAALATAN TAJAM SECARA
AMAN
 Hati-hati saat melakukan penjahitan agar
tidak tertusuk jarum secara tidak sengaja
 Jangan menutup kembali, memelengkungkan,
mematahkan atau melepaskan jarum yang
akan dibuang
 Buang benda-benda tajam dalam wadah anti
bocor dan segel dengan perekat jika sudah
dua pertiga penuh wadah benda tajam tadi
harus dibakar dalam insinerator
 Jika tidak dapat dibakar dalam insinerator
maka jarum harus dibilas 3x dengan larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Tutup lagi
ujung jarum dengan penutupnya menggunakan
tehnik satu tangan (one hand tehnik) lalu
ditanam dalam tanah.
 Tempat sampah hitam sampah tidak
kontaminasi
 Tempat sampah kuning sampah
terkontaminasi

More Related Content

What's hot

Prosedur penyuntikan imunisasi
Prosedur penyuntikan imunisasiProsedur penyuntikan imunisasi
Prosedur penyuntikan imunisasi
Joni Iswanto
 
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANPENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
Lindarti Marsiyah
 
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Bunga AnanDjuean
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vital
 
Prosedur penyuntikan imunisasi
Prosedur penyuntikan imunisasiProsedur penyuntikan imunisasi
Prosedur penyuntikan imunisasi
 
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATANPENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
 
Jenis persiapan dan perawatan pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
Jenis persiapan dan perawatan  pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...Jenis persiapan dan perawatan  pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
Jenis persiapan dan perawatan pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
 
ASKEB NIFAS NORMAL
ASKEB NIFAS NORMALASKEB NIFAS NORMAL
ASKEB NIFAS NORMAL
 
Tipe keluarga
Tipe keluargaTipe keluarga
Tipe keluarga
 
Persiapan persalinan
Persiapan persalinanPersiapan persalinan
Persiapan persalinan
 
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015Soal soal bencana k 12 blok xviii  2015
Soal soal bencana k 12 blok xviii 2015
 
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYASOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
SOAL-SOAL UKOM NERS DAN PEMBAHASANNYA
 
Pembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMPembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOM
 
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulanaskeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
 
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
 
askeb Bayi Baru Lahir NORMAL
askeb Bayi Baru Lahir NORMALaskeb Bayi Baru Lahir NORMAL
askeb Bayi Baru Lahir NORMAL
 
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga BerencanaPenggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
 
Job sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bblJob sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bbl
 
Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal
 

Similar to Prinsip pencegahan infeksi bag.6

1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt
1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt
1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt
annisamelhannah1
 
Prisip pencegahan infeksi
Prisip pencegahan infeksiPrisip pencegahan infeksi
Prisip pencegahan infeksi
Vhe Fransisca
 
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranPeranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Septian Muna Barakati
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
sonyaawitan
 

Similar to Prinsip pencegahan infeksi bag.6 (20)

Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksiPencegahan infeksi
Pencegahan infeksi
 
1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt
1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt
1_PRINSIP_PENCEGAHAN_INFEKSI_ppt.ppt
 
Prisip pencegahan infeksi
Prisip pencegahan infeksiPrisip pencegahan infeksi
Prisip pencegahan infeksi
 
PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI 1_KDK_Mulyanti.pptx
PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI 1_KDK_Mulyanti.pptxPRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI 1_KDK_Mulyanti.pptx
PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI 1_KDK_Mulyanti.pptx
 
Prinsip pencegahan infeksi
Prinsip pencegahan infeksiPrinsip pencegahan infeksi
Prinsip pencegahan infeksi
 
Prinsip pencegahan infeksi Oleh; Yurida Olviani, S.Kep.,Ns
Prinsip pencegahan infeksi Oleh; Yurida Olviani, S.Kep.,NsPrinsip pencegahan infeksi Oleh; Yurida Olviani, S.Kep.,Ns
Prinsip pencegahan infeksi Oleh; Yurida Olviani, S.Kep.,Ns
 
Sawaludin aseptis dan antiseptik
Sawaludin aseptis dan antiseptikSawaludin aseptis dan antiseptik
Sawaludin aseptis dan antiseptik
 
Infeksi nosokomial
Infeksi nosokomialInfeksi nosokomial
Infeksi nosokomial
 
konsep_infeksi_pptx.pptx
konsep_infeksi_pptx.pptxkonsep_infeksi_pptx.pptx
konsep_infeksi_pptx.pptx
 
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranPeranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
 
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranPeranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
 
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteranPeranan sterilisasi dalam kedokteran
Peranan sterilisasi dalam kedokteran
 
Konsep infeksi
Konsep infeksiKonsep infeksi
Konsep infeksi
 
Makalah bidang kedokteraan mirnawati s
Makalah bidang kedokteraan mirnawati sMakalah bidang kedokteraan mirnawati s
Makalah bidang kedokteraan mirnawati s
 
Makalah bidang kedokteraan mirnawati s
Makalah bidang kedokteraan mirnawati sMakalah bidang kedokteraan mirnawati s
Makalah bidang kedokteraan mirnawati s
 
Makalah bidang kedokteraan mirnawati s
Makalah bidang kedokteraan mirnawati sMakalah bidang kedokteraan mirnawati s
Makalah bidang kedokteraan mirnawati s
 
Makalah bidang kedokteraan mirnawati s
Makalah bidang kedokteraan mirnawati sMakalah bidang kedokteraan mirnawati s
Makalah bidang kedokteraan mirnawati s
 
Makalah bidang kedokteraan mirnawati s
Makalah bidang kedokteraan mirnawati sMakalah bidang kedokteraan mirnawati s
Makalah bidang kedokteraan mirnawati s
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
 
7. Prinsip Pencegahan Infeksi dalam Praktik Kebidanan (1).ppt
7. Prinsip Pencegahan Infeksi dalam Praktik Kebidanan (1).ppt7. Prinsip Pencegahan Infeksi dalam Praktik Kebidanan (1).ppt
7. Prinsip Pencegahan Infeksi dalam Praktik Kebidanan (1).ppt
 

More from tristyanto

Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3
tristyanto
 
Penyakit auto imun bag.8
Penyakit auto imun bag.8Penyakit auto imun bag.8
Penyakit auto imun bag.8
tristyanto
 
Pemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologiPemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologi
tristyanto
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7
tristyanto
 
Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9
tristyanto
 
Imunologi kanker
Imunologi kankerImunologi kanker
Imunologi kanker
tristyanto
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1
tristyanto
 
Autoimunitas power point
Autoimunitas power pointAutoimunitas power point
Autoimunitas power point
tristyanto
 
Respon imun pd penyakit menular bag.2
Respon imun pd penyakit menular bag.2Respon imun pd penyakit menular bag.2
Respon imun pd penyakit menular bag.2
tristyanto
 
Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9
Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9
Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9
tristyanto
 
Virus hepatitis b
Virus hepatitis bVirus hepatitis b
Virus hepatitis b
tristyanto
 
Virus flu burung.bag 15
Virus flu burung.bag 15Virus flu burung.bag 15
Virus flu burung.bag 15
tristyanto
 
Virus dbd. bag.16
Virus  dbd.  bag.16Virus  dbd.  bag.16
Virus dbd. bag.16
tristyanto
 
Virologi. bag 1
Virologi.  bag 1Virologi.  bag 1
Virologi. bag 1
tristyanto
 
Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13
tristyanto
 
Sars dan-mers-cov power point
Sars dan-mers-cov power pointSars dan-mers-cov power point
Sars dan-mers-cov power point
tristyanto
 
Reproduksi virus. bag.2
Reproduksi virus.  bag.2Reproduksi virus.  bag.2
Reproduksi virus. bag.2
tristyanto
 
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
tristyanto
 

More from tristyanto (20)

Judul
JudulJudul
Judul
 
Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3
 
Penyakit auto imun bag.8
Penyakit auto imun bag.8Penyakit auto imun bag.8
Penyakit auto imun bag.8
 
Pemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologiPemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologi
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7
 
Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9
 
Imunologi kanker
Imunologi kankerImunologi kanker
Imunologi kanker
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1
 
Autoimunitas power point
Autoimunitas power pointAutoimunitas power point
Autoimunitas power point
 
Respon imun pd penyakit menular bag.2
Respon imun pd penyakit menular bag.2Respon imun pd penyakit menular bag.2
Respon imun pd penyakit menular bag.2
 
Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9
Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9
Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9
 
Virus hepatitis b
Virus hepatitis bVirus hepatitis b
Virus hepatitis b
 
Virus flu burung.bag 15
Virus flu burung.bag 15Virus flu burung.bag 15
Virus flu burung.bag 15
 
Virus dbd. bag.16
Virus  dbd.  bag.16Virus  dbd.  bag.16
Virus dbd. bag.16
 
Virologi. bag 1
Virologi.  bag 1Virologi.  bag 1
Virologi. bag 1
 
Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13
 
Sars dan-mers-cov power point
Sars dan-mers-cov power pointSars dan-mers-cov power point
Sars dan-mers-cov power point
 
Sars bag.14
Sars bag.14Sars bag.14
Sars bag.14
 
Reproduksi virus. bag.2
Reproduksi virus.  bag.2Reproduksi virus.  bag.2
Reproduksi virus. bag.2
 
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
 

Prinsip pencegahan infeksi bag.6

  • 2. INFEKSI : • Berkembang biaknya penyakit pada hospes disertai timbulnya respon imunologik dengan gejala klinik atau tanpa gejala klinik • Manusia host / penjamu • Penyakit agent • Transmisi kuman adalah : Proses masuknya kuman ke dalam penjamu sehingga timbul radang / penyakit
  • 3. Cara penularan infeksi : 1. Kontak Langsung, tidak langsung, droplet 2. Udara Debu, kulit lepas 3. Alat Darah, makanan, cairan intra vena 4. Vektor / serangga Nyamuk, lalat
  • 4. Pengertian prinsip pencegahan infeksi : • Suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko penularan infeksi mikro organisme dari lingkungan klien dan tenaga kesehatan ( Nakes ) Tujuan : • Mengurangi terjadinya infeksi • Memberikan perlindungan terhadap klien, nakes
  • 5. 6 komponen proses terjadinya penyakit : 1. Reservoir 2. Penyebab penyakit 3. Jalan masuk 4. Cara keluarnya penyebab penyakit dari host 5. Kepekaan penjamu
  • 6. Tindakan pencegahan penyakit : 1. Cuci tangan 2. Memakai sarung tangan 3. Memakai perlengkapan pelindung 4. Menggunakan tehnik aseptik 5. Memproses alat bekas pakai 6. Menangani peralatan tajam dengan aman 7. Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan serta pembuangan sampah secara benar
  • 7. CUCI TANGAN : aspek yang paling penting Ada 2 kategori organisme yang ada di 1. Organisme residen ( flora normal ) S. aureus, diphteroids ( tidak hilang secara permanen ) 2. Organisme transien Karena kontak, contoh : E. Colli (mudah dihilangkan dengan cuci tangan efektif)
  • 8. Mengapa kita perlu mencuci tangan : • Penanganan pasien dengan kontak tangan • Kontaminasi flora normal pasien kontak perubahan flora normal patogen Apa yang harus digunakan untuk mencuci tangan : • Dekontaminasi tangan rutin dengan sabun dan air mengalir • Desinfeksi kulit ( hibiscrub, handyclean )
  • 9. Kapan kita harus mencuci tangan : Sebelum dan sesudah melakukan tindakan Setelah kontak dengan cairan tubuh Setelah memegang alat yang terkontaminasi ( jarum, cucian ) Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien di ruang isolasi Setelah menggunakan kamar mandi Sebelum melayani makan dan minum Pada saat akan tugas dan akhir tugas
  • 10.
  • 11. PELINDUNG DIRI 1. Cuci tangan 2. Pemakaian sarung tangan  Sarung tangan steril  Sarung tangan DTT  Sarung tangan bersih  Sarung tangan rumah tangga 3. Pemakaian masker 4. Pemakaian gaun  Steril kamar bedah  Non Steril ICU, kamr bayi, KB  Skort Celemek plastik 5. Pemakaian kacamata pelindung 6. Pemakaian sepatu boot / sepatu tertutup 7. Kap 8. Duk
  • 12. ASEPSIS dan TEKHNIK ASEPTIK Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam area tubuh manapun yang sering menyebabkan infeksi Tujuan asepsis adalah : membasmi jumlah mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit dan jaringan) dan obyek mati (alat-alat bedah dan barang- barang yang lain)
  • 13. ANTISEPSIS  Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau jaringan tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)
  • 14. KRITERIA PEMILIHAN ANTISEPTIK : 1. Aksi yang luas (menghambat mikroorganisme secara luas gram positif. Negatif, Tb, fungi, endospora) 2. Efektivitas 3. Kecepatan aktivitas awal 4. Efek residu Aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan 5. Tidak mengakibatkan iritasi kulit 6. Tidak menyebabkan alergi 7. Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang.
  • 15. Contoh larutan antiseptik : • Alkohol (60%- 90%) • Setrimid/klorheksidin Glukonat (2-4%) contoh : Hibiscrub, Hibitane • Klorheksidin Glukonat (2%) Contoh : Savlon • Heksaklorofen (3%) Contoh : pHisoHex tidak boleh digunakan pada selaput lendir seperti mukosa vagina • Kloroksilenol (Para-kloro-metaksilenol atau PCMX) Contoh : Dettol tidak bisa digunakan untuk antisepsis vagina karena dapat membuat iritasi pada selaput lendir yang akan mempercepat pertumbuhan mikroorganisme dan tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir • Iodofor (7,5-10%) Contoh : Betadine • Larutan yang berbahan dasar alkohol (tingtur) seperti iodin Contoh : Yodium tinktur • Triklosan (0,2-2%)
  • 16. Mikroorganisme : • Agen penyebab infeksi • Termasuk didalamnya :bakteri, virus, fungi, parasit • Untuk tujuan pencegahan infeksi bakteri dibagi menjadi 3 kategori : 1. Vegetatif contoh : stafilokokus 2. Mikobakteria, contoh : tuberkolosis 3. Endospora, contoh : tetanus • Endospora paling sulit dibunuh disebabkan oleh lapisan pelindungnya
  • 17. Sterilisasi Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri pada benda mati atau instrumen dengan cara uap air panas tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilan kimia atau radiasi DESINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) : Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri pada benda mati dengan cara merebus, mengukus atau penggunaan desinfektan kimiawi
  • 18. DESINFEKTAN : Adalah bahan kimia yang membunuh atau menginaktivasi mikroorganisme Contoh larutan desinfektan : Klorin pemutih 0,5% untuk dekontaminasi permukaan yang lebar Klorin 0,1% Untuk DTT kimia Glutaraldehida 2% mahal harganya biasa digunakan untuk DTT kimia atau sterilisasi kimia Fenol, klorin tidak digunakan untuk peralatan/bahan yang akan dipakaikan pada bayi baru lahir
  • 19. DEKONTAMINASI :  Proses yang membuat objek mati lebih aman ditangani staf sebelum dibersihkan (menginaktifasi serta menurunkan HBV, HIV tetapi tidak membasmi)  Peralatan medis dan permukaan harus di dekontaminasi segera setelah terpapar darah atau cairan tubuh PEMBERSIHAN (Mencuci dan membilas) :  Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua darah, cairan, tubuh, benda asing dari kulit atau instrumen.
  • 20. DEKONTAMINASI Rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit CUCI DAN BILAS Gunakan deterjen dan sikat Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda tajam Metode yang dipilih Metode alternatif Sterilisasi DESINFEKSI TINGKAT TINGGI OTOKLAF PANAS KERING KIMIAWI REBUS / KUKUS KIMIAWI 106 kPa 170 ˚C Rendam Panci tertutup Rendam 121 ˚C 60 menit 10-24 jam 20 menit 20 menit 30 menit jika Terbungkus 20 menit jika Tidak terbungkus DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN Peralatan yang sudah diproses bisa disimpan dalam wadah tertutup yang didisinfeksi tingkat tinggi Sampai satu minggu jika wadahnya tidak dibuka
  • 21. STERILISASI : 1. STERILISASI UAP  121 ˚C , tekanan pada 106 kPa  20 ' untuk alat tidak terbungkus  30 ' untuk alat yang dibungkus 2. STERILISASI PANAS KERING (OVEN)  170 ˚C selama 1 jam. Waktu penghitungan dimulai setelah suhu yang diinginkan tercapai  160 ˚C untuk alat tajam (gunting, jarum) selama 2 jam 3. STERILISASI KIMIA  Glutaraldehid 2-4 %(cydex), Direndam sekurang-kurangnya 10 jam  Formaldehid 8 %, direndam 24 jam  Bilas dengan air steril sebelum digunakan kembali atau sebelum disimpan
  • 22. DESINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) : 1. DTT dengan merebus  Mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih  Merebus 20‘ dalam panci tertutup  Seluruh alat harus terendam  Jangan menambah alat apapun ke air mendidih  Pakai alat sesegera mungkin atau simpan wadah tertutup dan kering yang telah di DTT, maksimal 1 minggu 2. DTT dengan mengukus  Selalu kukus 20‘ dalam kukusan  Kecilkan api sehingga air tetap mendidih  Waktu dihitung mulai saat keluarnya uap  Jangan pakai lebih dari 3 panci uap  Keringkan dalam kontainer DTT
  • 23. 3. DTT dengan kimia : Desinfektan kimia untuk DTT klorin 0,1%, Formaldehid 8%, Glutaraldehid 2% Langkah-langkah DTT Kimia : DEkontaminasi Cuci+bilas keringkan Rendam semua alat dalam larutan desinfektan selama 20‘ Bilas dengan air yang telah direbus dan dikeringkan di udara Segera dipakai atau disimpan dalam kontainer yang kering dan telah di DTT
  • 24. CARA MEMBUAT LARUTAN KLORIN : • Jumlah bagian (JB) air = % larutan konsentrat – 1 % larutan yang diinginkan • JB air = 5,0% - 1 = 10 – 1 = 9 0,5% • Jadi tambahkan 9 bagian air (air tidak perlu dimasak) kedalam 1 bagian larutan klorin konsentrat • Terdapat rumus 9 : 1 Air : Klorin Contoh soal : 1. Buat larutan klorin 0,5% sebanyak 500 cc 2. Buat larutan klorin 0,5% sebanyak 1 liter
  • 25. Jawab : 1. Air = 9 x 500 cc = 450 cc 10 Klorin = 1 x 500 cc = 50 cc 10 500 cc 2. 1 liter = 1000 cc Air = 9 x 1000 cc = 900 cc 10 Klorin = 1 x 1000 cc = 100 cc 10 1000 cc
  • 26. PENANGANAN SAMPAH / LIMBAH Tujuan :  Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan  Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan  Mencegah penularan infeksi terhadap para petugas kesehatan  Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya  Membuang bahanbahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif) dengan aman
  • 27. Sampah medis terbagi 2 : 1. Tidak terkontaminasi  Tidak memberikan resiko infeksi  Contoh : kertas, kardus, botol, wadah plastik yang digunakan didalam klinik  Dapat dibuang ditempat sampah umum 2. Terkontaminasi  Membawa mikroorganisme yang mempunyai potensi menularkan infeksi kepada orang yang kontak baik nakes maupun masyarakat  Contoh : bekas pembalut luka, sampah dari kamar operasi (jaringan, darah, nanah,kasa, kapas,dll), dari laboratorium (darah, tinja, nanah, dahak, dll), alat-alat yang dapat melukai (jarum suntik, pisau)
  • 28. 3. Sampah lain yang tidak mengandung bahan infeksius tetapi digolongkan berbahaya karena mempunyai potensi berbahaya pada lingkungan  Bahan kimia atau farmasi (misal kaleng atau botol yang mengandung obat kadaluwarsa, vaksin, reagen desinfektan)  Sampah sitotoksik (misal obat- obat untuk kemoterapi)  Sampah yang mengandung logam berat (misal air raksa dari termometer yang pecah, bahan bekas gigi,dll)  Wadah bekas berisi gas dan tidak dapat didaur ulang (misal kaleng penyembur) yang dapat meledak bila dibakar.
  • 29. PENGGUNAAN PERAALATAN TAJAM SECARA AMAN  Hati-hati saat melakukan penjahitan agar tidak tertusuk jarum secara tidak sengaja  Jangan menutup kembali, memelengkungkan, mematahkan atau melepaskan jarum yang akan dibuang  Buang benda-benda tajam dalam wadah anti bocor dan segel dengan perekat jika sudah dua pertiga penuh wadah benda tajam tadi harus dibakar dalam insinerator  Jika tidak dapat dibakar dalam insinerator maka jarum harus dibilas 3x dengan larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Tutup lagi ujung jarum dengan penutupnya menggunakan tehnik satu tangan (one hand tehnik) lalu ditanam dalam tanah.  Tempat sampah hitam sampah tidak kontaminasi  Tempat sampah kuning sampah terkontaminasi