Memaparkan hasil riset terjadinya peningkatan kejadian obesitas pada anjing di Surabaya beserta faktor faktor penyebabnya. Pernah diberikan pada Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional di Jogjakarta tahun 2012.
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Meningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjing
1. Nusdianto Triakoso
Meningkatnya Prevalensi Obesitas
dan Faktor-faktor Penyebabnya
pada Anjing di Surabaya
Konferensi Ilmiah Nasional Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia 2012
2. Latar Belakang
• Obesitas adalah salah satu masalah kesehatan
anjing saat ini.
• Insidensi obesitas pada hewan kesayangan
meningkat, sebagaimana juga terjadi pada
manusia. Obesitas pada manusia berkaitan
dengan meningkatnya risiko yang bersifat fatal
akibat sejumlah penyakit yang diakibatkan oleh
obesitas, juga terjadi pada hewan kesayangan
(German, 2006, Lund et al., 2006).
4. Latar Belakang
• Informasi prevalensi dan faktor-faktor risiko
obesitas pada anjing di Indonesia masih sangat
terbatas.
• Prevalensi obesitas pada anjing di Surabaya
pada tahun 2010 adalah sebesar 10,53%
(Triakoso (2010); Triakoso (2012); dan Triakoso
dan Isnaini (2012).
• Tujuan, mengikuti perkembangan obesitas pada
anjing di Surabaya dengan pertimbangan faktorfaktor risiko serta hasil penelitian terdahulu
dimana prevalensi anjing yang mengalami
overweight cukup tinggi, sebesar 30,41 persen.
5. Obesitas
• Obesitas merupakan kondisi ketidakseimbangan
asupan makanan dan penggunaan energi,
peningkatan akumulasi jaringan lemak yang
berlebihan di hepar, otot, pulau langerhans
pankreas dan organ atau bagian tubuh lain yang
terlibat dalam metabolisme (Ogden et al. 2007).
• Burkholder et al. (2000) anjing dengan kelebihan
berat bila berat badannya > 15% dari BB
optimal, sedangkan anjing tergolong obesitas
bila BB melebihi 30% berat optimal.
6. Materi dan Metode Penelitian
• Penelitian dilakukan di wilayah Surabaya pada bulan
Maret-Mei 2012.
• Metode cluster sampling meliputi Surabaya Utara,
Surabaya Barat, Surabaya Selatan, Surabaya Timur dan
Surabaya Tengah.
• Jumlah sampel penelitian yaitu 4 pq/L2 (Martin et al.,
1987). Minimal sampel 144 ekor anjing dengan tingkat
kesalahan sebesar 5%.
• Metode crosssectional study.
• Kondisi obesitas anjing menggunakan metode Body
Condition Scoring (BCS) (Elliot, 2006). Anjing dinyatakan
obesitas bila BCS 5. Selain itu sebagai pembanding
digunakan timbangan untuk mengukur secara pasti berat
badan anjing.
7. Materi dan Metode Penelitian
• Faktor risiko : Umur, Bangsa anjing, Jenis kelamin,
Gonadektomi, Tatalaksana pakan, Exercise,
Kepemilikan Anjing.
• Relative risk (RR) dilakukan untuk menentukan
hubungan obesitas dengan faktor-faktor risiko (Martin et
al., 1987; Lund et al., 2006).
• Bilamana RR >1, maka faktor yang diuji berhubungan
dengan tingkat risiko yang ditimbulkan.
• Relative risk (RR) bukan merefleksikan hubungan
kausalitas, namun lebih berkaitan penyakit dengan
prediktif faktor.
• Analisis data menggunakan analisis multivariat dengan
bantuan software pengolah data statistik.
10. Hasil Penelitian
Bangsa Anjing
Jenis Kelamin
90
120
80
100
70
60
80
50
60
40
40
30
20
20
10
0
0
purebred
mixbred
toys
small med large
jantan
betina
utuh gonadektomi
11. Hasil Penelitian
Prevalensi Obesitas Berdasar Umur
Pakan
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1-5 th
buatan
komersial
campur
5-10 th
obese
no obese
>10 th
12. Hasil Penelitian
• Analisis RR
– Umur 5-10 [1,42], Umur >10 [1,38]
– Ras murni [1,47] dibanding campuran
– Ras sedang [1,39] dibanding ras kecil
– Betina [1,39] dibanding jantan
– Gonadektomi [7,12] dibanding intact
– Pakan buatan [5,82] dibanding komersial
– Non exercise [3,91] dibanding exercise
13. Hasil Penelitian
2012
2010*
Umur 5-10 tahun
1,42
1,39
Umur > 10 tahun
1,38
1,32
Jenis kelamin
1,39
1,37
Gonadektomi
7,12
7,35
Ras murni
1,47
1,41
Bangsa anjing
1,39
1,47
Pakan buatan
5,82
5,71
Exercise
3,91
3,70
*Triakoso (2012); Triakoso (2010)
14. Kesimpulan
•
Prevalensi obesitas anjing di Surabaya adalah 13,54 persen,
meningkat sebesar 3,01 persen dibanding penelitian sebelumnya.
• Risiko obesitas meningkat berkaitan dengan umur anjing. Terdapat
korelasi yang signifikan obesitas dengan jenis kelamin,
gonadektomi, anjing ras murni, bangsa anjing medium, pakan
buatan/rumahan, dan exercise. Risiko relatif masing-masing faktor
tersebut berturut-turut adalah 1,39; 7,12; 1,47; 1,39; 5,82 dan 3,91.
Faktor-faktor risiko tersebut saling berkaitan dan meningkatkan
risiko obesitas pada anjing.
• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui insidensi
penyakit-penyakit yang timbul akibat obesitas pada anjing.
Pencatatan BCS pada catatan medik perlu dilakukan secara rutin
untuk memantau pasien terhadap risiko terjadinya obesitas serta
menderita penyakit-penyakit yang ditimbulkannya. Pencatatan yang
sistematik BCS pada catatan medik bisa membantu mengevaluasi
penyakit, baik secara prospektif maupun retrospektif pada anjing
terhadap risiko obesitas.