1. SATUAN PENYULUHAN
SUB POKOK BAHASAN : PPOK
WAKTU : 15 Menit
HARI / TANGGAL : Minggu, 11 Mei 2014
SASARAN : Tn N
TEMPAT : RSUD KAB. MUNA
RUANG : MAWAR
A Tujuan
Umum : Setelah di berikan pendidikan kesehatan selama 1x45 menit, keluarga Tn.
A dapat memahami tentang PPOK dan cara perawatannya di rumah.
Khusus :
1. Keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian PPOK
2. Keluarga mampu menyebutkan kembali penyebab PPOK
3. Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala PPOK
4. Keluarga mampu mendemontrasikan cara perawatan PPOK di rumah.
5. Isi materi : Terlampir
6. Metoda : Ceramah, diskusi dan demonstrasi.
7. Media : Lembar balik (terlampir)
8. Referensi : Corwin J Elizabeth. 2001. Patofisiologi.EGC: Jakarta.
B. Kegiatan penyuluhan :
No Waktu
Tahapan
Kegiatan
Kegiatan
Penyuluh Sasaran
1 5 menit Pembukaan
o Perkenalan
Mengucapkan
salam
Memperkenalkan
diri
Menjawab
salam
Memperhatikan
2. 2
3
4
5
6
10 menit
10 menit
10 menit
5 menit
5 menit
Pelaksanaan
o Penyampaian
materi
o Demonstrasi
cara perawatan
PPOK dirumah
o Redemonstrasi
perawatan PPOK
di rumah
o Tanya jawab
Penutup
Menjelaskan
Menjelaskan
cara perawatan
penderita PPOK
dirumah
Menilai
keterampilan
peserta
Bertanya
Menjawab
Menutup acara
dengan
mengucapkan
salam
Memperhatikan
Memperhatikan
dan
demonstrasi
Mempraktekan
cara perawatan
PPOK di
rumah
Menjawab
Bertanya
Menjawab
salam
3. Lampiran Materi Penyuluhan
Perawatan PPOK di rumah
Pengertian
PPOK adalah kumpulan penyakit2 paru yang menyebabkan gejala obstruksi saluran napas
didalam paru dan berlangsung kronis atau menahun.
Penyebab
Merokok
Polusi udara atau lingkungan
Alergi kronis pada saluran napas
Infeksi saluran napas kronis atau berulang
Umur, jenis kelamin (predisposisi)
Tanda dan gejala
Sesak napas
Bentuk dada barel chest
Clubbing finger
Hipersonor dada kanan dan kiri
Ekspirasi panjang
Ronkhi atau wheezing positif
Bunyi jantung agak jauh
Perawatan PPOK di rumah:
Melakukan aktivitas perawatan diri
Menngkatkan immunitas
Menjaga lingkungan agar bebas dari polusi
Tidak merokok
Pengeluaran sekresi bronkial dengan cara: postural drainage, clapping, vibrasi dan latihan
batuk efektif.
Postural drainage
Pengeluaran sekret dengan prinsip gravitasi bumi
4. Caranya:
Posisikan klien sesuai bagian paru yang mengandung banyak sekret(utk m’bersihkan paru
kanan maka klien miring kiri dan begitu jg sebaliknya),lanjutkan dengan prosedur clapping
dan vibrasi, lakukan 10-15 menit
Clapping dan vibrasi
Caranya:
Atur posisi klien, duduk atau miring. Menepuk punggung dengan kedua tangan masing2 sisi
30x tepukan, sampai ada rangsangan batuk. Vibrasi dilakukan dgn cara melakukan getaran2
lembut disamping depan cekungn iga saat klien menarik napas dalam.
Batuk Efektif
Caranya:
Anjurkan klien menarik napas dalam, tahan selama 3 detik dan batukkan…... Sekret
ditampung dalam sputum pot
Klasifikasi
a. Bronkitis Kronik
Bronkitis kronik adalah bentuk batuk kronis produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu
tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu
keefektifan pernapasan. polusi adalah penyebab utama bronkitis kronis. Pasien dengan
bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah.
Kisaran infeksi virus, bakteri, mikoplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronkitis
akut. Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup
udara yang dingin dapat menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan.
b. Emfisema Paru
Emfisema Paru adalah sebagai suatu distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus
terminal dengan kerusakan dinding alveoli. Kondisi ini merupakan tahap akhir proses yang
mengalami kemajuan dengan lambat selama beberapa tahun. Pada kenyataannya, ketika
pasien mengalami gejala, fungsi paru sering sudah mengalami kerusakan yang ireversibel.
Dibarengi dengan bronkitis obstruksi kronik, kondisi ini merupakan penyebab utama
kecacatan.
5. c. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin disebabkan oleh
berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus; aspirasi benda asing,
muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas; dan tekanan akibat tumor,
pembuluh darah yang berdilatasi, dan persebaran nodus limfe. Individu mungkin mempunyai
predisposisi terhadap bronkiektasis sebagai akibat infeksi pernapasan pada masa kanak-
kanaknya, campak, influenza, tuberkulosis, dan gangguan imunodefisiensi. Setelah
pembedahan, bronkiektasis dapat terjadi ketika pasien tidak mampu untuk batuk secara
efektif, dengan akibat lendir menyumbat bronkial dan mengarah pada atelektasis.
Patofisiologi
Obstruksi jalan napas menyebabkan reduksi aliran udara yang beragam bergantung pada
penyakit. Pada bronkitis kronis dan bronkiolitis, terjadi penumpukan lendir dan sekresi yang
sangat banyak sehingga menyumbat jalan napas. Pada emfisema, obtruksi pada pertukaran
oksigen dan karbondioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh
hiperekstensi ruang udara dalam paru. Pada asma, jalan napas bronkhial menyempit dan
membatasi jumlah udara yang mengalir ke dalam paru. Protokol pengobatan tertentu yang
digunakan dalam ksemua kelainan ini, meski patofisiologi dari masing – masing kelainan ini
membutuhkan pendekatan spesifik.
PPOM dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan
lingkungan. Merokok, polusi udara, dan paparan ditempat kerja (terhadap batubara, kapas
dan padi – padian) merupakan faktor resiko penting yang menunjang terjadinya penyakit ini.
Prosesnya dapat eterjadi dalam rentang lebih dari 20 – 30 tahun. PPOM juga ditemukan
terjadi pada individu yang tidak mempunyai enzim yang normal untuk mencegah
penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu.
PPOM merupakan kelainan dengan kemajuan lambat yang membutuhkan waktu bertahun –
tahun untuk menunjukkan awitan (onset) gejala klinisnya seperti kerusakan fungsi paru.
PPOM sering terjadi simptomatik selama bertahun – tahun usia baya, tetapi insidennya
meningkat sejala dengan peningkatan usia. Meski aspek – aspek fungsi paru tertentu seperti
kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi paksa (FEV) menurun sejalan dengan peningkatan
usia, PPOMdapat memperburuk perubahan fisiologi yang berkaitan dengan penuaan dan
mengakibatkan obstruksi jalan napas misalnya pada bronkitis serta kehilangan daya
pengembangan (elstisitas) paru misalnya pada emfisema. Oleh karena itu, terdapat perubahan
dalam rasio ventilasi – perfusi pada klien lansia dengan PPOM.
6. Komplikasi
Ada tiga komplikasi pernapasan utama yang biasa terjadi pada PPOK yaitu gagal nafas akut(
Acute Respiratory Failure), pneumotorak dan giant bullae serta ada satu komplikasi kardiak
yaitu penyakit cor-pulmonale.
a. Acute RespiratoryFailure (ARF)
Terjadi ketika ventilasi dan oksigenasi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh saat
tidur. Analisa gas darah arteri bagi pasien PPOK menunjukkan tekanan oksigen aarterial
(PaO2) sebesar 55mmHg atau kurang dan tekanan kaebondioksida (PaCO2) sebesar
50mmHg atau lebuh besar. Jika pasien atau keluarganya membutuhkan alat-alat bantu
kehidupan maka pasien tersebut dilakukan intubasi dan diberi sebuah respirator untuk
ventilasi secara mekanik.
b. Corpulmonal
Cor pulmonal atau dekompensasi ventrikel kanan, merupakan pembesaran ventrikel kanan
yang disebabkan oleh overloading akibat dari penyakit pulmo. Komplikasi jantung ini terjadi
sebagai mekanisme kompensasi sekunder bagi paru-paru yang rusak bagi penderita PPOK.
Cor pulmonari merupakan contoh yang tepat dari sistem kerja tubuh secara menyeluruh.
Apabila terjadi mafungsi pada satu sisitem organ, maka hal ini akan merembet ke siisteem
organ yang lainnya. Dalam PPOK, hipoksemia kronis menyebababkan vasokontriksi kapiler
paru-paru, yang kemudian akan meningkatkan resistensi vaskuler pulmonari. Efek dari
perubahan fisiologis ini adalah terjadi peningkatan tekanan dalam paru-paru mengakibatkan
ventrikel kanan lebih kuat dalam memompa sehingga lama kelamaan otot ventrikel kanan
menjadi hipertropi (ukurannya membesar).
Perawatan penyakit jantung-paru meliputi pemberian oksigen dosis rendah (dibatasi hingga
2liter/menit), diuretik untuk menurunkan edema perifer, dan istirahat. Edema perifer
merupakan efek domino yang lain, karena darah balik ke jantung dari perifer atau sistemik
dipengaruhi oleh hipertropi ventrikel kanan dan peningkatan tekanan ventrikel kanan.
Digitalis hanya digunakan pada penyakit jantung paru yang juga menderita gagal jantung kiri.
c. Pneumothoraks
Pneumothoraks merupakan komplikasi PPOK serius lainnya. Pneumo berarti udara sehingga
pneumothoraks diartikan sebagai akumulasi udara dalam rongga pleural. Rongga pleural
sesungguhnya merupakan rongga yang khusus, yakni berupa lapisan cairan tipis antara
7. lapisan visceral dan parietal paru-paru. Funsi cairan pleura adalah untuk membantu gerakan
paru-paru menjadi lancar selama pernapasan berlangsung. Ketika uadara terakumulasi dalam
rongga pleural, maka kapsitas paru-paru untuk pertukaran udara secara normal menjadi
melemah dan hal ini menyebabkan menurunnya kapasitas vital dan hipoksemia.