SlideShare a Scribd company logo
1 of 47
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Defenisi

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang
katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari
ventrikel kiri ke aorta.

Aorta Katup kontrol arah aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta . Ketika itu
dalam keadaan baik, katup aorta tidak menghambat aliran darah antara kedua ruang.
Dalam beberapa keadaan, katup aorta menjadi sempit daripada biasanya,
menghambat aliran darah.

1
B. Anatomi Dan Fisiologi

Mekanisme kerja jantung
a. Jantung adalah pompa yang berotot dengan empat ruang dan empat klep.
b. Ruang-ruang bagian atas, serambi (atrium) kanan dan serambi kiri (atria bentuk jamak untuk atrium), adalah ruang-ruang pengisi yang berdinding
tipis.
c. Darah mengalir dari atrium (serambi-serambi) kanan dan kiri melalui klep
klep tricuspid dan mitral kedalam ruang-ruang yang lebih rendah yaitu
ventricles (bilik-bilik) kanan dan kiri.
d. Ventricles kanan dan kiri mempunyai dinding-dinding berotot yang tebal
untuk memompa darah melaui klep-klep pulmonic dan aortic kedalam
peredaran (sirkulasi).
e. Klep-klep jantung adalah kelopak-kelopak yang tipis dari jaringan yang
membuka dan menutup pada saat yang tepat selama setiap siklus denyut
jantung.
f. Fungsi utama dari klep-klep jantung ini adalah untuk mencegah darah
mengalir balik kembali.
g. Darah bersirkulasi melalui arteri-arteri untuk menyediakan oksigen dan
nutrisi-nutrisi lain ke tubuh, dan kemudian kembali dengan pembuangan
karbondioksida melalui vena-vena ke atrium (serambi) kanan; ketika
ventricles mengendur (relax), darah dari atrium kanan lewat melalui klep
tricuspid kedalam ventricle (bilik) kanan.
h. Ketika ventricles berkontraksi, darah dari bilik (ventricle) kanan dipompa
melalui klep pulmonic kedalam paru-paru untuk mengisi kembali oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida.
i. Darah yang mengandung oksigen kemudian kembali ke atrium kiri dan lewat
melalui klep mitral kedalam ventricle (bilik) kiri.
j. Darah dipompa oleh ventricle kiri melaui klep aortic kedalam aorta dan
arteri-arteri tubuh.

2
C. Etiologi

Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit
utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan
penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul
setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80
tahun. Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa
kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup mitral
baik berupa stenosis, regurgitasi maupun keduanya. Pada orang yang lebih muda,
penyebab yang paling sering adalah kelainan bawaan. Pada masa bayi, katup aorta
yang menyempit mungkin tidak menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada
masa pertumbuhan anak. Ukuran katup tidak berubah, sementara jantung melebar
dan mencoba untuk memompa sejumlah besar darah melalui katup yang kecil. Katup
mungkin hanya memiliki dua daun yang seharusnya tiga, atau memiliki bentuk
abnormal seperti corong.

Lama-lama, lubang/pembukaan katup tersebut, sering

menjadi kaku dan menyempit karena terkumpulnya endapan kalsium.
Pada kaum dewasa, tiga kondisi-kondisi diketahui menyebabkan aortic
stenosis.
1. Kerusakan yang disebabkan oleh pemakaian yang progresif dari suatu klep
bicuspid hadir sejak kelahiran (congenital).
2. Kerusakan yang disebabkan oleh pemakaian dari klep aortic pada kaum tua.
3. Luka parut dari klep aortic yang diseabkan oleh demam rhematik sebagai
seorang anak atau dewasa muda.
Klep bicuspid aortic adalah penyebab yang paling umum dari aortic stenosis
pada pasien-pasien dibawah umur 65 tahun. Klep-klep aortic normal mempunyai tiga
kelopak-kelopak tipis yang disebut cusps. Kira-kira 2% dari orang-orang dilahirkan
dengan klep-klep aortic yang mempunyai hanya dua cusps (bicuspid valves).
Meskipun klep-klep bicuspid biasanya tidak menghalangi aliran darah ketika pasienpasien muda, mereka tidak membuka selebar klep-klep normal dengan tiga cusps.

3
Ole karenanya, darah mengalir melalui klep-klep bicuspid adalah lebih turbulen
(bergolak), menyebabkan kerusakan yang meningkat yang disebabkan oleh
pemakaian pada kelopak-kelopak klep. Melaui waktu, kerusakan yang berlebihan
yang disebabkan oleh pemakaian menjurus pada kalsifikasi (calcification), luka
parut, dan mobilitas (gerakan) yang berkurang dari kelopak-kelopak klep. Kira-kira
10% dari klep-klep bicuspid menjadi menyempit secara signifikan, berakibat pada
gejala-gejala dan persoalan-persoalan jantung dari aortic stenosis.
Secara umum etiologi stenosis aorta adalah sebagai berikut :
a. Demam Rematik
b. Pembentukan Jaringan Parut
c. Penimbunan Kalsium
d. Kelainan Bawaan

D. Klasifikasi

a. stenosis aorta bawaan : sering terdapat penebalan katup dan ada pertumbuhan
pada komisur. Hal ini terdapat pada 90% stenosis aorta. Bentuk ini disebut
stenosis aorta valvular.
b. Stenosis aorta subvalvular : penyempitan pada jalan aliran keluar ventrikel kiri,
penyempitan dibawah katup beberapa millimeter dari membran.
c. Stenosis aorta supravalvular : dapat disamakan dengan koarktasio aorta asepens,
letaknya diatas katup aorta.
d. Bentuk muskular : merupakan bentuk yang jarang sekali tedapat pada umur anak.

E. Prevalensi
Stenosis aorta adalah masalah umum. Sekitar 2% dari orang yang berusia di
atas 65, 3% orang berusia di atas 75, dan 4% persen orang di atas usia 85 mengalami
gangguan yang . Di Amerika Utara dan Eropa, setidaknya, penduduk penuaan. Oleh
karena itu, prevalensi stenosis aorta meningkat. Sejak penyakit tersebut disertai

4
dengan morbiditas dan kematian yang cukup besar, baik dengan dampak pribadi dan
ekonomi yang besar, stenosis aorta merupakan masalah kesehatan utama.
F. Manifstasi Klinis
Gejala-gejala utama dari aortic stenosis adalah:
Nyeri dada (angina),
Pingsan (syncope), dan
Sesak napas (disebabkan oleh gagal jantung).
Pada 4% dari pasien-pasien dengan aortic stenosis, gejala pertama adalah
kematian yang mendadak, biasanya sewaktu pengerahan tenaga yang berat.
Sebab yang tepat untuk kematian yang mendadak tidak diketahui. Ia mungkin
disebabkan oleh kelainan-kelainan irama jantung sekunder pada aliran darah yang
tidak cukup melalui klep aortic yang menyempit kedalam arteri-arteri koroner
jantung. Kekurangan oksigen pada lapisan dalam dari otot jantung terjadi disebabkan
oleh kekurangan dari aliran darah ke arteri-arteri koroner, terutama sewaktu
pengerahan tenaga yang berat. Kekurangan oksigen pada otot-otot jantung
menyebabkan nyeri dada dan kenmungkinan irama-irama jantung yang abnormal.
Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan
akhirnya pada setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis. Nyeri dada pada
pasien-pasien dengan aortic stenosis adalah sama dengan nyeri dada (angina) yang
dialami oleh pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner (coronary artery disease).
Pada keduanya dari kondisi-kondisi ini, nyeri digambarkan sebagai tekanan
dibahwah tulang dada yang dicetuskan oleh pengerahan tenaga dan dihilangkan
dengan beristirahat. Pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner, nyeri dada
disebabkan oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung karena arteriarteri koroner yang menyempit. Pada pasien-pasien dengan aortic stenosis, nyeri
dada seringkali terjadi tanpa segala penyempitan dari arteri-arteri koroner yang
mendasarinya. Otot jantung yang menebal harus memompa melawan tekanan yang

5
tinggi untuk mendorong darah melalui klep aortic yang menyempit. Ini
meningkatkan permintaan oksigen otot jantung yang melebihi suplai yang dikirim
dalam darah, menyebabkan nyeri dada (angina).
Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya
dihubungkan dengan pengerahan tenaga atau kegembiraan. Kondisi-kondisi ini
menyebabkan relaksasi (pengenduran) dari pembuluh-pembuluh darah tubuh
(vasodilation), menurunkan tekanan darah. Pada aortic stenosis, jantung tidak
mampu untuk meningkatkan hasil untuk mengkompensasi jatuhnya tekanan darah.
Oleh karenanya, aliran darah ke otak berkurang, menyebabkan pingsan. Pingsan
dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu denyut jantung yang
tidak teratur (arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif, harapan hidup rata-rata
adalah kurang dari tiga tahun setelah timbulnya nyeri dada atau gejala-gejala
syncope.
Sesak napas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak
menyenangkan. Ia mencerminkan kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi
beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis. Sesak napas disebabkan oleh
tekanan yang meningkat pada pembuluh-pembuluh darah dari paru yang disebabkan
oleh tekanan yang meningkat yang diperlukan untuk mengisi ventricle kiri. Awalnya,
sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika penyakit berlanjut, sesak napas
terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat menemukannya sulit untuk berbaring
tanpa menjadi sesak napas (orthopnea). Tanpa perawatan, harapan hidup rata-rata
setelah timbulnya gagal jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah antara 6
sampai 24 bulan.
G. Patofisiologi
Penyebab yang paling umum dari aortic stenosis pada pasien-pasien berumur
65 tahun dan lebih disebut "senile calcific aortic stenosis." Dengan penuaan, protein
collagen dari kelopak-kelopak klep dihancurkan, dan kalsium mengendap pada
kelopak-kelopak. Pergolakan diseluruh klep-klep meningkatkan penyebab luka parut,

6
penebalan, dan stenosis dari klep sekali mobilitas kelopak klep dikurangi oleh
kalsifikasi (calcification). Mengapa proses penuaan ini berlanjut untuk menyebabkan
aortic stenosis yang signifikan pada beberapa pasien-pasien namun tidak pada yang
lain-lainnya tidak diketahui. Penyakit yang progresif yang menyebabkan aortic
calcification dan stenosis tidak ada sangkut pautnya dengan pilihan-pilihan gaya
hidup yang sehat, tidak seperti kalsium yang dapat mengendap pada arteri koroner
untuk menyebabkan serangan jantung.
Rheumatic fever (demam rhematik) adalah suatu kondisi yang berakibat dari
infeksi oleh kelompok streptococcal bacteria yang tidak dirawat . Kerusakan pada
kelopak-kelopak klep dari demam rhematik menyebabkan pergolakan yang
meningkat diseluruh klep dan lebih banyak kerusakan. Penyempitan dari demam
rhematik terjadi dari peleburan dari tepi-tepi (commissures) dari kelopak-kelopak
klep. Rheumatic aortic stenosis biasanya terjadi dengan beberapa derajat dari aortic
regurgitation. Dibawah keadaan-keadaan normal, klep aortic menutup untuk
mencegah darah di aorta dari mengalir balik ke ventricle kiri. Pada aortic
regurgitation, klep yang sakit mengizinkan kebocoran dari darah balik kedalam
ventricle kiri ketika otot-otot ventricle mengendur (relax) setelah memompa. Pasienpasien ini juga mempunyai beberapa derajat dari kerusakan rhematik pada klep
mitral. Penyakit jantung rhematik adalah suatu kejadian yang relatif tidak umum di
Amerika, kecuali pada orang-orang yang telah berimigrasi dari negara-negara kurang
maju.
Sebuah katup aorta itu, karena penyakit jantung rematik , memiliki stenosis
berat (tengah gambar).

Batang Paru juga terlihat pada kanan bawah (gambar).

Bagian proksimal arteri koroner kanan dan yang ostium dapat dilihat di kiri bawah
(gambar). proksimal yang kiri arteri koroner utama dan ostium yang terlihat di
sebelah kanan (foto). Otopsi spesimen.

7
Simultan rekaman tekanan ventrikel kiri dan aorta menunjukkan gradien
tekanan antara ventrikel kiri dan aorta, stenosis aorta menyarankanVentrikel kiri
menghasilkan tekanan yang lebih tinggi dari apa yang ditransmisikan ke aorta.
Gradien tekanan, disebabkan oleh stenosis aorta, diwakili oleh daerah yang diarsir
hijau. (AO = ascending aorta; LV = left ventricle; ECG = electrocardiogram.) (AO
aorta = naik; LV = ventrikel kiri; EKG = elektrokardiogram.)
Ketika menjadi katup aorta stenosis , menyebabkan gradien tekanan antara
ventrikel kiri (LV) dan aorta. Semakin mengerut katup, semakin tinggi gradien antara
LV dan aorta.. Misalnya, dengan AS ringan, gradien mungkin 20 mmHg . Ini berarti
bahwa, pada sistol puncak, sedangkan LV dapat menghasilkan tekanan 140 mmHg,
tekanan yang ditransmisikan ke aorta hanya akan 120 mmHg. Jadi, sementara manset
tekanan darah dapat mengukur normal sistolik tekanan darah , tekanan aktual yang
dihasilkan oleh LV akan jauh lebih tinggi .
Pada individu dengan AS, ventrikel kiri (LV) harus menghasilkan
peningkatan tekanan untuk mengatasi peningkatan afterload disebabkan oleh katup
aorta stenosis dan mengeluarkan darah dari LV. The stenosis aorta semakin parah,
semakin tinggi gradien adalah antara tekanan sistolik ventrikel kiri dan tekanan
sistolik aorta. Karena peningkatan tekanan yang dihasilkan oleh ventrikel kiri,

8
miokardium (otot) dari LV mengalami hipertrofi (peningkatan massa ototIni terlihat
sebagai penebalan dinding LV. Jenis hipertropi paling sering terlihat di AS adalah
hipertrofi konsentris, yang berarti bahwa semua dinding LV adalah (sekitar) sama
menebal.
H. Komplikasi
Gagal ventrikel kiri
Aritmi-dapat mati mendadak
Fibrilasi atrium
Endokarditis infektif
Sinkop
Angina pectoris
I. Pemeriksaan Diagnostik

a. Electrocardiogram (EKG):
Suatu EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola
abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan
menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada kejadia-kejadian yang jarang,
kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.
b. Chest x-ray
Suatu chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung
yang normal. Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir,
cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerahdaerah paru bagian atas seringkali terlihat. Suatu inspeksi yang hati-hati dari x-ray
dada adakalanya mengungkap kalsifikasi (calcification) dari klep aortic.
c. Echocardiography:
Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk
memperoleh gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan
struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-invasive yang
berguna, yang membntu dokter-dokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu

9
echocardiogram dapat menunjukan suatu klep aortic yang menebal dan kalsifikasi
yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran dan kefungsian dari
ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler dapat digunakan untuk
menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan untuk menaksir
area klep aortic.
o

Secara umum, EKG bukan tes dapat diandalkan karena variasi luas terlihat
pada stenosis aorta dan kondisi jantung lain.

o

Sebuah EKG seorang pasien dengan stenosis aorta signifikan kemungkinan
besar menunjukkan bukti hipertrofi ventrikel kiri dengan atau tanpa pola
regangan inversi T-gelombang dan. Depresi ST-segmen adalah biasa.

o

Sedangkan tingkat keparahan perubahan pada EKG tunggal tidak berkorelasi
dengan baik dengan tingkat kompromi hemodinamik, ECGs serial dilakukan
dari waktu ke waktu (bulan-tahun) dapat berharga dalam menunjukkan
perkembangan penyakit ini.

o

Sekitar 25% dari pasien dengan stenosis aorta signifikan mungkin tidak
menunjukkan bukti jelas EKG hipertropi ventrikel.  Populasi ini termasuk
orang tua yang telah fibrosis miokard signifikan dan remaja yang mungkin
mengalami perubahan ST-segmen sebelum perubahan QRS.

o

Pasien dengan stenosis aorta signifikan, 13% telah cacat konduksi dilihat pada
EKG. Ini dapat termasuk gelar-hati blok pertama , meninggalkan berkas-blok
cabang, dan setiap cacat konduksi lainnya.

o

Adanya pembesaran atrium kiri menunjukkan proses terkait katup mitral.
d. Cardiac catheterization
Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic

stenosis. Tabung-tabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah
tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan
diukur pada kedua sisi dari klep aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep
aortic dapat juga diukur menggunakan suatu kateter khusus. Menggunakan data-data
ini, area klep aortic dapat dihitung. Suatu area klep aortic yang normal adalah 3
centimeter kuadrat. Gejala-gejala biasanya terjadi ketika area klep aortic menyempit
10
ke kurang dari 1 centimeter kuadrat. Aortic stenosis kritis hadir ketika area klep
adalah kurang dari 0.7 centimeter kuadrat. Pada pasien-pasien yang berumur lebih
dari 40 tahun , agent-agent kontras x-ray dapat disuntikan kedalam arteri-arteri
koroner (coronary angiography) selama cardiac catheterization untuk mengevaluasi
keadaan dari arteri-arteri koroner. Jika penyempitan yang signifikan dari arteri-arteri
koroner ditemukan, coronary artery bypass graft surgery (CABG) dapat dilaksanakan
sewaktu operasi penggantian klep aortic.
o

kateterisasi jantung menyediakan ukuran yang paling akurat stenosis aorta.

o

Lakukan kateterisasi jantung dan arteriography koroner pada pasien yang
mungkin menjalani operasi, yang diduga menderita penyakit arteri koroner,
atau lebih tua dari 40 tahun (bahkan tanpa gejala yang signifikan).

o

Pasien ini memiliki 50% insiden penyakit arteri koroner yang mendasarinya.
Ini merupakan pertimbangan yang signifikan jika pasien dapat mengalami
intervensi bedah.
Berikut 3 temuan yang signifikan dapat membantu menentukan tingkat

keparahan penyakit dan menggambarkan pentingnya hemodinamik saat ini:


Sebuah katup aorta echo-padat tanpa gerak titik puncak merupakan indikasi
dari stenosis aorta beratHal ini mungkin tidak dapat diandalkan dalam stenosis
katup bawaan atau rematik.



Sebuah penurunan titik puncak pemisahan aorta (<8 mm pada orang dewasa)
maksimal juga menunjukkan stenosis aorta berat.



Kehadiran dinyatakan dijelaskan hipertrofi ventrikel kiri menunjukkan stenosis
aorta signifikan.
o

Menggunakan teknik echo-Doppler, gradien tekanan sistolik di katup aorta
dapat dinilaiteknik Doppler juga dapat membantu memvisualisasikan
apapun regurgitasi mitral atau aorta yang mungkin hadir.

o

Stenosis aorta dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran lubang katup aorta
(normal adalah 3-4 cm 2)



Mild, jika daerah ini> 1,5 cm 2

11



Sedang, jika daerah ini 1-1,5 cm 2
Parah, jika daerah ini <1 cm 2
CT: Dalam sebuah studi oleh Shah et al membandingkan penggunaan
multidetector CT versus TEE, CT multidetector ditemukan menjadi modalitas
akurat dalam mengukur pengukuran katup aorta pada pasien dengan stenosis
aorta.

J. Pengobatan
Bayi
Di atas sepenuhnya tentang dewasa stenosis aorta. Dalam baru lahir, kelainan
ventrikel kiri, katup aorta atau jantung lainnya dan abnomalities aorta dapat
memimpin Ateriosus sisa ductus terbuka, atau mungkin Duct tetap terbuka tanpa
kelainan lain. Lihat Paten ductus arteriosus (PDA) Paten ductus arteriosus
Kemudian, dan hanya kemudian, pada neonatus, saran berikut akan lebih tepat.
1.Stabilize dengan prostaglandin E1 (PGE) infus untuk mempertahankan curah
jantung melalui PDA. 2. Inotropic dukungan yang diperlukan. Tidak ada perawatan
medis untuk stenosis aorta. Gejala penilaian kebutuhan untuk operasi, gejala yang
parah mungkin perlu operasi mendesak. Sementara itu, dysrythmias atau
hiperkolesterolemia mungkin membutuhkan pengobatan medis.
Bedah
Pada orang dewasa, stenosis aorta signifikan biasanya memerlukan
penggantian katup aorta , yang menurunkan resiko kematian. . Menurut satu, pusat
prospektif, studi nonrandomized dari 25 pasien, implantasi prostesis perkutan dari
katup aorta pada pasien risiko tinggi dengan hasil stenosis aorta dalam perbaikan
hemodinamik dan klinis ditandai ketika berhasil diselesaikan. [9] Menengah dan hasil
jangka panjang tidak diketahui. Bila memilih terapi optimal untuk pasien individu,
pendekatan perkutan harus hati-hati ditimbang dengan hasil yang sangat baik dicapai
dengan pembedahan konvensional.

12
Untuk bayi dan anak-anak, valvuloplasty balon , di mana balon membengkak
untuk meregangkan katup dan memungkinkan aliran yang lebih besar, mungkin juga
efektif.
K. Penatalaksanaan
Pasien-pasien tanpa gejala-gejala dapat diamati hingga gejala-gejala
berkembang. Pasien-pasien dengan aortic stenosis ringan tidak memerlukan
perawatan atau pembatasan dari aktivitas. Pasien-pasien dengan aortic stenosis
sedang (area klep 1.5 sampai 1.0 centimeter kuadrat) dinasehati untuk menhindari
aktivitas-aktivitas yang berat seperti mengangkat beban atau lari cepat. Aortic
stenosis dapat berlanjut melalui waktu beberapa tahun. Oleh karenanya, pasienpasien biasanya diperiksa setiap tahun dan dievaluasi dengan echocardiography
secara periodik untuk memonitor kemajuan penyakit. Karena infeksi klep
(endocarditis) adalah suatu komplikasi yang serius dari aortic stenosis, pasien-pasien
ini biasanya diberikan antibiotik-antibiotik sebelum segala prosedur dimana bakteribakteri mungkin dimasukkan kedalam aliran darah. Ini termasuk pekerjaan gigi yang
rutin, operasi minor, dan prosedur-prosedur yang mungkin melukai jaringan-jaringan
tubuh seperti pemeriksaan-pemeriksaan colonoscopy dan gynecologic atau urologic.
Contoh-contoh dari antibiotik-antibiotik yang digunakan termasuk amoxicillin
(Amoxil) dan erythromycin (E-Mycin, Eryc, PCE) oral, begitu juga ampicillin
(Unasyn), gentamicin (Garamycin), dan vancomycin (Lyphocin, Vancocin)
intramuscular atau intravena.
Ketika gejala-gejala dari nyeri dada, syncope, atau sesak napas timbul,
prognosis untuk pasien-pasien dengan aortic stenosis tanpa operasi penggantian klep
adalah buruk. Terapi medis, seperti penggunaan dari diuretics untuk mengurangi
tekanan-tekanan paru yang tinggi dan mengeluarkan cairan paru dapat menyediakan
hanya pembebasan yang sementara dari gejala-gejala. Pasien-pasien dengan gejalagejala biasanya menjalani cardiac catheterization (katerisasi jantung). Jika aortic
stenosis berat/parah dikonfirmasi, penggantian klep aortic biasanya direkomendasi.
Risko kematian keseluruhan untuk operasi penggantian klep aortic adalah kira-kira

13
5%. Umur yang telah lanjut harus tidak menjadi suatu alasan untuk tidak
merekomendasikan penggantian klep aortic untuk aortic stenosis. Pasien-pasien yang
jika tidak adalah sehat pada umur delapanpuluhannya dengan otot-otot jantung yang
kuat seringkali mendapat manfaat secara dramatis dari penggantian klep aortic untuk
aortic stenosis yang kritis.
Penggantian klep-klep aortic yang diproses dari babi-babi (porcine) atau sapisapi (bovine) disebut bioprostheses. Bioprostheses adalah kurang tahan lama
daripada prostheses mekanik (didiskusikan dibawah) namun mempunyai keuntungan
dari tidak memerlukan obat pengencer darah seumur hidup (anticoagulation) untuk
mencegah pembentukan bekuan-bekuan darah pada permukaan-permukaan klep.
Harapan hidup rata-rata dari suatu bioprostheses klep aortic adalah 10 sampai 15
tahun. Bioprostheses mengapur (calcify) secara cepat, merosot (degenerate) dan
menyempit pada pasien-pasien muda. Oleh karenanya, bioprostheses terutama
digunakan pada pasien-pasien diatas umur 75 tahun atau pada pasien-pasien yang
tidak dapat mengambil pengencer-pengencer darah. Baru-baru ini, klep-klep aortic
dari mayat-mayat manusia telah digunakan pada pasien-pasien yang lebih muda
untuk menghindari keperluan untuk obat anticoagulation. Bagaimanapun, ketersedian
dari cangkokan-cangkokan aortic manusia adalah terbatas; meskipun mungkin lebih
baik daripada bioprostheses lain, daya tahan jangka panjangnya tidak diketahui.
"Ross Procedure" baru terdiri dari memindahkan klep pulmonic keposisi aortic dan
menggantikan klep pulmonic dengan suatu klep dari suatu donor manusia. Prosedur
ini masih belum dilaksanakan cukup lama untuk mengevaluasi prestasi jangka
panjang dari klep pulmonic ketika dipindahkan ke posisi aortic.
Prostheses mekanik telah membuktikan dapat tahan lama yang ekstrim dan
dapat diharapkan untuk bertahan dari 20 sampai 40 tahun. Bagaimanapun, klep-klep
prosthetic mekanik semuanya memerlukan antikoagulasi sepanjang hidup dengan
pengencer-pengencer

darah

seperti

warfarin

(Coumadin)

untuk

mencegah

pembentukan bekuan pada permukaan-permukaan klep. Kalau tidak, bekuan-bekuan
darah yang copot dari klep-klep ini dapat berjalan ke otak dan menyebabkan embolic
stroke atau persoalan-persoalan embolik pada bagian-bagian lain tubuh. The original
14
caged-ball Starr-Edwards prosthesis dari tahun sembilan belas enampuluhan (1960s)
digantikan oleh the tilting disc Bjork-Shiley dari tahun 1970s dan awal 1980s.
Meskipun klep Bjork-Shiley menyediakan suatu bukaan yang lebih besar untuk
aliran darah, suatu model generasi kedua dari klep memaparkan risiko patah yang
potensial yang berakibat pada kematian, dan adalah tidak lagi tersedia di Amerika.
The tilting pivoting disc Hall-Medtronic valve dan two leaflet (bileaflet) carbon St.
Jude valve adalah prostheses mekanik yang secara umum digunakan sekarang ini.
Klep-klep ini menyediakan karakteristik-karakteristik pengaliran yang sangat baik
namun memerlukan antikoagulasi sepanjang hidup dengan pengencer-pengencer
darah seperti warfarin (Coumadin), untuk mencegah komplikasi-komplikasi embolik.
Area klep aortic dapat dibuka atau diperbesar dengan suatu balloon catheter
(balloon valvuloplasty) yang diperkenalkan pada cara yang hampir sama seperti
kateterisasi cardiac (cardiac catheterization). Dengan balloon valvuloplasty, area klep
aortic secara khas meningkat sedikit. Pasien-pasien dengan aortic stenosis kritis
dapat oleh karenanya mengalami perbaikan sementara dengan prosedur ini.
Sayangnya, kebanyakan dari klep-klep ini menyempit melaui suatu periode dari 6
sampai 18 bulan. Oleh karenanya, balloon valvuloplasty adalah bermanfaat sebagai
suatu tindakan jangka pendek untuk sementara menghilangkan gejala-gejala pada
pasien-pasien yang adalah bukan calon-calon untuk penggantian klep aortic. Pasienpasien yang memerlukan operasi bukan cardiac yang urgen (mendesak), seperti
penggantian pinggul, mungkin mendapat manfaat dari aortic valvuloplasty sebelum
operasi. Valvuloplasty memperbaiki fungsi jantung dan kesempatan-kesempatan
menyelamatkan nyawa dari operasi non-cardiac. Aortic valvuloplasty dapat juga
berguna sebagai suatu jembatan pada pengantian klep aortic pada pasien kaum tua
dengan otot ventricle yang berfungsi buruk. Balloon valvuloplasty mungkin untuk
sementara memperbaiki fungsi otot ventricular, dan jadi memperbaiki kelangsungan
hidup operasi. Mereka yang merespon pada valvuloplasty dengan perbaikan pada
fungsi ventricular dapat diharapkan mendapat manfaat bahakan lebih banyak dari
penggantian klep aortic.

15
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Aktivitas/istrahat
Gejala : kelelahan, kelemahan
Tanda : takikardi, penurunan tekanan darah, takipnea, dispnea dengan
aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung,
palpitasi, jatuh pingsan. Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls
c. Eliminasi
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlah
urine.
Tanda : urin pekat gelap.
d. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh
inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbaring.
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
e. Pernapasan
Gejala : napas pendek
Tanda : dispnea, batuk, pernapasan dangkal.
f. Integritas ego
Gejala : Tanda kecemasan, contoh;gelisah, pucat, berkeringat, fokus
menyempit, gemetar.
g. Neurosensori
Gejala ; Episode pusing/pingsan berkenaan dengan beban kerja
h. Keamanan
Gejala : Proses infeksi

16
i. Interaksi sosial
Gejala : kesulitan koping dengan stressor yang ada, contoh penyakit,
perawatan di rumah sakit
Tanda : kesulitan istrahat dengan tenang, respon terlalu emosi.

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada stenosis aorta yaitu
sebagai berikut :
Nyeri berhubungan dengan penyempitan, iskemia jaringan.
penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung,
penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.
Gangguan perfusi jaringan perifer berhubuungan dengan suplai oksigen dan
darah ke jaringan perifer .
Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru.
Resiko gangguan perfusi serebral berhubngan dengan perfusi jaringan
serebral berkurang.
Resiko tingi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
paru
Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan
aktivitas.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan aktifasi RAS (Reticulum
Activating System).
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan .

17
C. Intervensi keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan penyempitan, iskemia jaringan.
Tujuan : Nyeri hilang/terkontrol
Intervensi

:

1) Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode sebelumnya. Gunakan
skala nyeri (0-10) untuk rentang intensitas. Catat ekspresi verbal/non verbal nyeri,
respons otomatis terhadap nyeri (berkeringat, TD dan nadi berubah, peningkatan atau
penurunan frekuensi pernapasan).
R/ Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku dan
perubahan tanda vital membantu menentukan derajat/ adanya ketidaknyamanan
pasien khususnya bila pasien menolak adanya nyeri.
2)

Berikan

lingkungan

istirahat

dan

batasi

aktivitas

sesuai

kebutuhan.

R/ Aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia (contoh kerja tibatiba, stres, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
3) Anjurkan pasien berespons tepat terhadap angina (contoh berhenti aktivitas yang
menyebabkan angina, istirahat, dan minum obat antiangina yang tepat).
R/ Penghentian aktivitas menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung dan
sering menghentikan angina.
4) Berikan vasodilator, contoh nitrogliserin, nifedipin (Procardia) sesuai indikasi.
R/ Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardia (vasodilator) menurunkan
angina sehubungan dengan iskemia miokardia.
2. penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung,
penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
Tujuan : Menunjukkan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan disritmia.
Intervensi

:

1) Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer.

18
R/ Indikator klinis dari keadekuatan curah jantung. Pemantauan memungkinkan
deteksi dini/tindakan terhadap dekompensasi.
2) Pantau irama jantung sesuai indikasi.
R/ Disritmia umum pada pasien dengan penyakit katup.
3) Tingkatkan/dorong tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45 derajat.
R/ Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung (preload), yang
memungkinkan

oksigenasi,

menurunkan

dispnea

dan

regangan

jantung.

4) Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi (mis: berjalan) bila pasien mampu turun
dari tempat tidur.
R/ Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap
cadangan jantung.
5) Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi. Pantau DGA/nadi oksimetri.
R/

Memberikan

oksigen

untuk

ambilan

miokard

dalam

upaya

untuk

mengkompensasi peningkatan kebutuhan oksigen.
6) Berikan obat-obatan sesuai indikasi. Mis: antidisritmia, obat inotropik,
vasodilator, diuretik.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.
Intervensi

:

1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut: frekuensi
nadi 20/menit diatas frekuensi istirahat; catat peningkatan TD, dispnea atau nyeri
dada; kelelahan berat dan kelemahan; berkeringat; pusing; atau pingsan.
R/ Parameter menunjukkan respons fisiologis pasien terhadap stres aktivitas dan
indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung.

19
2)

Kaji

kesiapan

untuk

meningkatkan

aktivitas

contoh

penurunan

kelemahan/kelelahan, TD stabil/frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas
dan perawatan diri.
R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas
individual.
3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.
R/ Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan
jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tibatiba pada kerja jantung.
4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat

gigi/rambut

dengan

duduk

dan

sebagainya.

R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi sehingga membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
R/ Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah
kelemahan.
4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubuungan dengan suplai oksigen dan
darah ke jaringan perifer .
5. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru.
6. Resiko gangguan perfusi serebral berhubngan dengan perfusi jaringan
serebral berkurang.
7. Resiko tingi terhadap kelebihan volume cairan.
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil,
tanda vital dalam rentang normal, dan tak ada edema.
Intervensi

:

1) Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan (positif atau
negatif), timbang berat badan tiap hari.

20
R/ Penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi diuretik.
Keseimbangan cairan positif berlanjut (pemasukan lebih besar dari pengeluaran) dan
berat
2)

badan
Catat

meningkat
laporan

menunjukkan

dispnea,

makin

ortopnea.

buruknya

Evaluasi

gagal

adanya/derajat

jantung.
edema

(dependen/umum).
R/ Terjadinya/teratasinya gejala menunjukkan status keseimbangan cairan dan
keefektifan terapi.
3) Berikan diuretik contoh furosemid (Lazix), asam etakrinik (Edecrin) sesuai
indikasi.
R/ Menghambat reabsorpsi natrium/klorida, yang meningkatkan ekskresi cairan, dan
menurunkan kelebihan cairan total tubuh dan edema paru.
4) Pantau elektrolit serum, khususnya kalium. Berikan kalium pada diet dan kalium
tambahan bila diindikasikan.
R/ Nilai elektrolit berubah sebagai respons diuresis dan gangguan oksigenasi dan
metabolisme. Hipokalemia mencetus pasien pada gangguan irama jantung.
5) Berikan cairan IV melalui alat pengontrol.
R/ Pompa IV mencegah kelebihan pemberian cairan.
6) Batasi cairan sesuai indikasi (oral dan IV).
R/ Dapat diperlukan untuk menurunkan volume cairan ekstrasel/ edema.
7) Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi.
R/ Menurunkan retensi cairan.
8. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan
aktivitas.
9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan aktifasi RAS (Reticulum
Activating System).

21
10.

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan .

Tujuan : Menunjukkan penurunan ansietas/terkontrol.
Intervensi

:

1) Pantau respons fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah.
R/ Membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung. Penggunaan evaluasi
seirama dengan respons verbal dan non verbal.
2) Berikan tindakan kenyamanan (contoh mandi, gosokan punggung, perubahan
posisi).
R/ Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi,
meningkatkan kemampuan koping.
3) Dorong ventilasi perasaan tentang penyakit-efeknya terhadap pola hidup dan
status

kesehatan

akan

datang.

Kaji

keefektifan

koping

dengan

stressor.

R/ Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan penyakit katup jantung
kronis dan secara tepat mengganggu pola hidup seseorang, sehubungan dengan terapi
pada aktivitas sehari-hari.
4) Libatkan pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi
maksimum pada rencana pengobatan.
R/ Keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan
memberikan rasa kontrol.
5) Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh napas dalam, bimbingan
imajinasi, relaksasi progresif.
R/ Memberikan arti penghilangan respons ansietas, menurunkan perhatian,
meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping

22
11.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan hospitalisasi.

Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi
yang perlu diperhatikan.
-

memperlihatan

perubahan

perilaku

untuk

mencegah

komplikasi..

Intervensi dan Implementasi :
Kaji

kesiapan

dan

hambatan

dalam

belajar

termasuk

orang

terdekat.

R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang
terdekat untuk mempelajari penyakit.
Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn
untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala
yang dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam,
peningkatan nyeri dada yang tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan
toleransi terhadap aktivitas.
R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami
penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi
inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.

23
D. EVALUASI
1.Menunjukkan

penurunan

episode

dispnea,

nyeri

dada,

dan

disritmia.

2. Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital
dalam rentang normal, dan tak ada edema.
3. Nyeri hilang/terkontrol.
4. Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.
5. Menunjukkan penurunan ansietas/terkontrol.

24
25
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Ruangan

: Asoka kamar 3

Tanggal Pengkajian

: 29 juni 2010

I. IDENTITAS DIRI KLIEN

Nama

: Tn. M

No. Reg.

: 341193

Umur

: 30 Tahun

Tgl. MRS

: 28 juni 2010

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Suku/Bangsa

: Muna

Agama

: Islam

Pekerjaan

: PNS

Pendidikan

: Sarjana Ekonomi

Alamat

: Andounuhu

Penanggung

: keluarga

Sumber informasi

; Pasien dan keluarga pasien.

26
II. STATUS KESEHATAN SAAT INI
1. Keluhan utama : Nyeri dada
P : Yang memperberat rasa sakit yaitu saat beraktivitas dan hilang saat

istrahat

Yang cukup lama.
Q :Kualitas nyeri seperti ditusuk jarum
R :Lokasi nyeri pada daerah dada
S :Skala nyeri 8
T : Terjadi nyeri selama beraktivitas.

2. Riwayat Keluhan utama :
Awalnya klien menderita demam yang berkepanjangan selama seminggu, disebabkan
karena adanya peradangan pada tenggorokan,yaitu pada akhir bulan mei 2010.
kemudian klien merasa sering kelelahan saat melakukan aktivitas, sekitar bulan juni
pada tanggal 28 juni 2010 nyeri dada yang berat dirasakan oleh klien secara tiba-tiba
saat melakukan aktivitasnya. Kemudian pasien dibawa ke RUSD provinsi SULTRA.

3. Faktor Pencetus

: Demam karena infeksi bakteri.

4. Lamanya Keluhan

: ± 3 minggu

5. Timbulnya Keluhan

: ( )Bertahap (

6. Diagnosa Medik :
“STENOSIS AORTA”

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit Yang Pernah Dialami.
a. Kanak-kanak

: Demam

b. Kecelakaan

: pernah

c. Pernah dirawat

: pernah

Diagnosa

: Demam reumatik

27

) Mendadak
Waktu

: 15 maret tahun 2010

Tempat

: RSUD SULTRA

Tindakan

: pengobatan

2. Alergi
Makanan

: Udang

Obat-obatan : tidak ada
3. Obat-obatan
a. Riwayat Pengobatan : eritromisin (250 gram)4x sehari,
b. Pengobatan sekarang :
Nitrogliserin

4. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit :
a) Berat badan

: 57 kg

b) Tinggi badan

: 165 cm

c) Makanan yang disukai

: Nasi dan lauk pauk kecuali udang.

d) Makanan yang tidak disukai

: Udang

e) Makanan pantangan

: -

f) Nafsu makan :

(

) Baik

( ) Sedang – alasan ; mual / muntah / sariawan
( ) Kurang - alasan ; mual / muntah / sariawan
Perubahan Setelah Sakit :
a) Jenis diet

: nasi dan lauk

b) Nafsu makan

: (

) Baik

( ) Sedang – alasan ; mual
( ) Kurang - alasan ; mual , muntah, anoreksia
c) Rasa mual : ( - )
Muntah

:(-)
28
d) Berat Badan saat dikaji : 56 kg

Data Lainnya :
IMT : BB/TB2
= 56 /( 1.65) 2
= 56 /2.7225
= 20.56( normal )
Nilai normal IMT : 18-25
BBI : (TB-100) ±10% (TB-100)
= ( 165-100 ) ± 10% (165-100 )
= 65-6.5

(BBI : 54-66 kg)

= 58.5
Berat badan klien : 58.5, Klien memenuhi standardisasi Beart Badan Ideal
PNI : (10 x albumin) + (0,005 x Lymphosit)
= ( 10 x 4.0 ) + (0,005 x 2.0 )
= 40+0.01
= 40.01
Prognostic Nutritional Index : gizi baik
Gizi baik ≥40
Gizi buruk ≤40
5. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit :
a) Buang Air Besar
Frekuensi

: sekali dalam sehari

Penggunaan pencahar

: tidak ada

29
Konsistensi

: padat

Buang Air Kecil
Frekuensi

: dua/ tiga kali dalam sehari

Warna

: putih

Bau

: -

Perubahan Setelah Sakit
a) BAB

: sekali dalam dua hari

b) BAK

: Dua/tiga kali dalam sehari

6. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum Sakit :
a) Waktu Tidur

: pukul 21.00 - 04.30

b) Lama tidur / hari

: 8 jam

c) kesulitan dalam tdr : Tidak ada
Perubahan Setelah Sakit :
a) Waktu Tidur (jam)

: 23.00- 03.00

b) Lama tidur / hari

Siang : 13.00 – 14.00

: kurang lebih 4 jam

c) Sering terbangun jika nyeri muncul secara tiba-tiba
d) Posisi tidur klien supinasi dan miring ke kanan.
e) Kesulitan dalam tidur

:

(

) Menjelang tidur

(

) Merasa tidak puas setelah bangun tidur

(

) Sering / mudah terbangun

7. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum Sakit :
a) Kegiatan

: Administrasi keuangan

b) Olah raga

30
Jenis

:

Joging

Frekuensi

: Dua kali dalam seminggu

Tempat

:

Lingkungan tempat tinggal

Perubahan Setelah Sakit :
Klien tidak bisa melakukan

aktifitas seperti biasa yaitu pergi ke kantor

karena keadaan penyakitnya yang sering kambuh. Pasien sering ditemani oleh
keluarganya karena pasie sering mengalami nyeri berat saat melakukan aktivitasnya.
8.

Pola Pekerjaan
Sebelum Sakit :
a. Jenis pekerjaan

: pegawai bank

b. Lam kerja

: kurang lebih 6 jam dalam shari

c. Jadwal

: selama bank terbuka.

Perubahan Setelah Sakit :
Klien tidak lagi melaksanakan rutinitasnya sebagai seorang pegawai bank,
karena penyakit yang dialaminya.

31
IV. RIWAYAT KELUARGA
G.1

G.2
G.3
Keterangan :


: Laki-Laki

: Tinggal Serumah

: Klien


: Perempuan

: Garis perkawinan



: Meninggal

: Garis keturunan

Keterangan :
Generasi I (G1) :
Kedua kakek klien meninggal karena faktor usia
Kedua nenek klien meninggal karena faktor usia
Generasi II (GII) :
Ayah klien anak kedua dari dua orang bersaudara. Ayah klien meninggal karena
kecelakaan lalu lintas pada usia 45 tahun
Ibu klien (40 tahun) adalah anak pertama dari tiga orang bersaudara dan
mempunyai dua orang saudara laki-laki yang masih hidup.
Generasi III (GIII) :
Klien adalah anak anak ketiga dari empat orang bersaudara. Klien tinggal serumah
bersama dua orang saudara serta ibunya.

32
V. RIWAYAT LINGKUNGAN

Klien tinggal dirumah sendiri bersama ibu dan dua orang adiknya.keadaan
rumah klien bersih dan nyaman.sjumlah rumah sekeliling pasien cukup padat,
kendaraan lalu lalang. Jarak temppat tinggal dan lokasi tempat tinggal klien ditempu
dengan menggunakan kendaraan bermotor.
VI. ASPEK PSIKOSOSIAL

1. Pola Pikir & Persepsi
a.

Alat Bantu yang digunakan : Kaca mata

b.

Kesulitan yang dialami : penglihatan kabur.

2. Persepsi sendiri
- Klien selalu memikirkan proses penyakitnya yang sedang dialaminya.
- Klien khawatir tentang penyakit yang dialaminya.
- Ekspresi wajah klien tersenyum saat perawat datang melakukan intervensi.

Persepsi Keluarga :
-

Keluarga klien selalu bertanya tentang proses penyakit klien.

-

Keluarga kooperatif dalam pengambilan data, terapi dan pengobatan.

-

Harapan setelah perawatan : segera pulih seperti semula dan dapat melakukan
kegiatan seperti semula.
Harapan setelah perawatan :
segera pulih seperti semula dan dapat melakukan kegiatan seperti semula.

-

Perubahan setelah sakit

: Tidak mampu lagi melakukan kegiatan seperti
semula.

Hubungan / komunikasi
a.

Bicara

33
(

Bahasa Utama : Indonesia

(

) Relevan

Bahasa Daerah : -

(

) Mampu mengekspresikan

(
b.

) Jelas

) Mampu mengerti orang lain

Tempat Tinggal.
(
(

c.

) Rumah milik sendiri
) Rumah kontrakan

Kehidupan Keluarga.
1. Adat istiadat yang dianut : bugis
2. Pembuat Keputusan Keluarga : sendiri bersama keluarga
3. Pola komunikasi : terjalin baik dengan anggta keluarga
4. Pola keuangan : ( )

d.

Memadai

(

) Kurang

Kesulitan dalam keluarga.
Tidak ada

3. Pertahanan koping

Pengambilan keputusan.
(

) Sendiri

(

) Dibantu orang lain : Keluarga terutama ibu

5. Yang dilakukan jika stres :
( ) Pemecahan

(

) Makan

( ) Tidur

(

) Makan obat

(

( ) marah

) Cari pertolongan

34
VII. PENGKAJIAN FISIK

1.

Kesadaran

:

Kompos mentis
2.

Keadaan umum :
Lemah
Tanda-tanda Vital
TD : 100/70
P

3.

:

mmHg

N :
S :

30 x/menit

50 x/menit
37

Kepala
a. Inspeksi
Bentuk kepala : mesosepal
kesimetrisan muka, tengkorak : simetris
Warna rambut : hitam
distribusi rambut : banyak dan merata
b. Palpasi
massa tekan : tidak ada
nyeri tekan : tidak ada
c. Keluhan yang berhubungan
Nyeri kepala

4.

Mata
a. Inspeksi
Kelopak mata : hitam
Kunjungtiva : pucat
Sklera : putih
Ukuran pupil :2 mm isokor kiri dan kanan.
Reaksi terhadap cahaya ( + ).
Akomodasi (+)

35

o

C
b. Palpasi
peningkatan TIO : tidak ada
Massa tekan : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
c. Lain-lain
Fungsi Penglihatan : penglihatan kabur
Pemeriksaan mata terakhir : 3 mei 2010
5.

Hidung
a. Inspeksi
Simetris
Udem : tidak ada
Secret : tidak ada
b. Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada
c. Lain-lain
reaksi alergi : tidak ada

6.

Mulut dan tenggorokan
Gigi geligi

3

2

1

2

2 1 2

3

3

2

1

2

2 1 2

3

Caries : tidak ada
Mukosa lembab
7.

Leher
Inspeksi
Simetris
Warna : coklat muda sama dengna daerah sekitar.
Mobilisasi leher baik

36
8.

Dada dan Paru – Paru
Inspeksi
Bentuk dada normal
Simetris antara kiri dan kanan
Pernapasan cepat : 30 kali permenit (takipnea)
Irama nafas tidak teratur.
Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada
Massa tumor : tidak ada
Taktil Fremitus: tidak ada

9.

Abdomen
Inspeksi
Simetris
Warna: coklat muda sama dengan daerah sekitar
Tidak ada benjolan
Auskultasi
Peristaltik usus : 30 kali per menit
Bising usus : ( - )

10. Genitalia dan Reproduksi
Penggunaan kateter ( - )
11. Status Neurologis
GCS

Eye: 4, Motorik: 6, Verbal : 5

12. Ekstremitas
Keadaan ekstremitas : lemah dan pucat.
Atropi : tidak ada
Edema : tidak ditemukan

37
Cappilary refill time (CRT) : lebih dari 3 detik
Kelemahan nadi perifer
13.

Integumen
Rambut : tipis dan distribusi normal
Kulit
Kuku

13.

: kulit lembab.
: normal dan berwarna putih

Sistem Muskuloskeletal
Klien intoleran terhadap aktivitasnya karena kelemahan otot-otot ekstremitas
bawah dan atas.

14.

Data tambahan
Keluarga klien tampak cemas dan sering bertanya tentang kondisi klien dan
sering kesulitan saat tidur.
Klien nampak takut dan gelisah

VIII. PENGKAJIAN DATA FOKUS
Pengakjian data foku pada sistem kardiovaskular
Inspeksi

:

Palpasi

:

- Denyut apeks : cepat
- Nadi karotis lambat dengan volume nadi kecil
Perkusi

:

Auskultasi :
- Bising jantung (+)
- Murmur jantung
- Bising ejeksi sistolik
- Bising jantung (+)
- palpitasi

38
IX. DATA PENUNJANG

Hasil Laboratorium 30 juni 2010

Nilai normal

1.

RBC

: 3.7 × 1033 / mm3

4 x 106-6x 106 /mm3

2.

WBC

: 8.0 × 103 / mm3

4 x 103-10 x103 /mm3

3.

HCT

: 33.40

37-48%

4.

SGOT

: 32

< 32

5.

SGPT

: 12

< 31

6.

Ureum

: 25.1

10-50 mg/dL

7.

Kreatinin

: 1.2

< 1,1 mg/dL

8.

GDS

: 96

140 mg/dL

9.

Albumin

: 4.0

10. Limposit

: 2.0

11. Hb

: 10

12. Trombosit

: 185×103

%

3,5-5 gr/d
103 / l (1-3.7)

150000-450000

Pemeriksaan Kateterisasi jantung pada tanggal 30 juni 2010
Peningkatan gradien tekanan pada sistol melewati katup aortik, peningkatan
LVEDP
Pemeriksaan EKG pada tanggal 30 juni 2010
Aritmia atrium dan ventrikel
Pameriksaan Ekokardiogram pada tanggal 30 juni
Pembatasan gerakan katup aortik.

KESAN KLIEN TERHADAP PERAWAT
Klien dan keluarga kooperatif terhadap program pengobatan dan perawatan yang
diberikan kepadanya.
A. KLASIFIKASI DATA
Data subjektif :

39
Klien menyatakan nyeri berat pada daerah dadanya
Klien mengatakan pusing-pusing
Klien mengatakan kesulitan dalam tidur dan sering terbangun pada malam
hari karena nyeri yang dialaminya.
Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar
Klien keletihan dan kelelahan
Klien takut dan khawatir tentang penyakit yang dialaminya
Klien selalu memikirkan penyakitnya.
Klien sering bertanya karena cemas pada penyakitnya.
Data objektif :
Skala nyeri pasien 8
Klien nampak meringis kesakitan
Tekanan darah 100/70
Klien nmpak pucat
Kjelemahan nadi perifer
Sianosis
Capilary refill time lebih dari 3 detik
Pola tidur/istrahat klien terganggu, yaitu sebelum sakit 8 jam sehari menjadi 4
jam sehari setelah sakit.
Kelopak mata kehitaman
Pemeriksaan EKG menunjukan aritmia atrium dan ventrikel.
Pemeriksaan kateterisasi jantung menunjukan peningkatan gradien tekanan
pada sistol.
Ekokardiogram menunjukan pembatasan gerak katup aortik.
Bising jantun (+)
Klien tampak letih dan kelelahan
Klien dan keluarga Nampak cemas terhadap penyakitnya.
Klien nampak takut dan geilisah.

B. ANALISA DATA

40
MASALAH
NO
1

DATA

PENYEBAB
Streptokokus pyogenes

DS :
Klien menyatakan nyeri
berat

pada

daerah

KEPERAWATAN
Nyeri

Demam reumatik
Bakteri masuk dalam
pembuluh darah

dadanya

Menuju jantung

DO :

Katup aorta

Skala nyeri pasien 8
P : yang memperberat
rasa

nyeri

saat

Inflamasi/peradangan
pada katup aorta

beraktivitas dan hilang

Pembentukan jaringan

dengan istrahat dalam

parut

waktu yang cukup lama

Kekakuan katup

Q

:

kualitas

nyeri

seperti ditusuk jarum
R : lokasi nyeri pada

lamanya

sekitar

membuka secara

Suplai darah ke miokard

S : skala nyeri 8
:

Katup jantung tidak

maksimal

daerah dada.

T

Stenosis aorta

nyeri
selama

berkurang
Perubahan metabolisme

beraktivitas.

miokard aerob-anaerob

Klien nampak meringis

Penimbunan asam laktat
Respon nyeri

kesakitan
2

Stenosis aorta

DS :
Klien

mengatakan

jantungnya
debar
DO :

Katu jantung tidak dapat

jantung

membuka secara

pusing-pusing
Klien

Penurunan curah

mengatakan
berdebar-

maksimal
Kompensasi ventrikel kiri
Meningkatkan kerja
jantung
41
Bising jantung

Hipertrofi ventrikel kiri

Tekanan darah 100/70

Daya ejeksi berkurang

Sianosis

Volume akhir diastol
meningkat

Klen nampak lemah
Pemeriksaan

EKG

menunjukan

aritmia

dan

ventrikel

peningkatan

serta
volume

Daya pompa jantung
menurun
Volume sekuncup
berkurang

akhir diastole.
3

Stenosis aorta

DS :
Klien

mengatakan

jantungnya

berdebar-

Suplai darah keseluruh
jaringan berkurang
Sel jaringan kekurangan

debar
Klien

Intoleransi aktifitas

keletihan

dan

o2 dan nutrisi
Gangguan metabolisme

kelelahan

Penurunan pembentukan

DO :
Klien tampak letih dan

Sel jaringan kekurangan

kelelahan
Klien

ATP

tidak

melakukan

dapat
aktivitas

energi
Kelemahan otot

seperti biasanya.

4

Stenosis aorta

DS :
Klien

keletihan

kelelahan
DO :
Klien nampak pucat

dan

Gangguan perfusi

Supalai darah ke seluruh

jaringan perifer

jaringan berkurang
Suplai darah ke organ
perifer menurun
pucat
42
Sianosis
Kelemahan nadi perifer
Capillary

refill

time

lebih dari 3 detik
5

Stenosis aorta

DS :
Klien

takut

dan

khawatir

tentang

penyakit

yang

Perubahan status
kesehatan
Stress psikologi
Peningkatan ketegangan

dialaminya
Klien

Ansietas

dan

keluarga

sering bertanya tentang
proses penyakitnya
DO :
Klien

dan

keluarga

Nampak

cemas

terhadap penyakitnya.
Klien nampak takut dan
geilisah
6

Stenosis aorta

DS :
mengatakan

Katup aorta tidak

kesulitan dalam tidur

membuka secara

dan sering terbangun

maksimal

Klien

karena

nyeri

yang

menurun

dialaminya.
Klien
jantungnya

Suplai darah ke miokard

mengatakan
berdebar-

Perubahan metabolisme
aerob-anaerob
Penimbunan asam laktat

debar
Klien

mengatakan

Respon nyeri

sering

terbangun

Aktifasi RAS

ditengah malam karena

Sering terbangun saat
tidur
43

Gangguan pola tidur
rasa

nyeri

yang

Pola istrahat terganggu

dialaminya.
DO:
Kelopak

mata

kehitaman
Pola tidur/israhat pasien
terganggu, yaitu tadinya 8
jam sehari menjadi 4 jam
sehari.

C. PENYIMPANGAN KDM
Streptokokus pyogenes
Masuk dalam tubuh
Tenggorokan
Faringitis
Demam reumatik
Bakteri masuk dalam peredaran darah
Menuju jantung
Katup aorta
Inflamasi pada lubang katup
Pembentukan jaringan parut
Kekakuan katup
Stenosis aorta
Pembatasan gerakan katup

Suplai darah jaringan berkurang

Katup aorta tidak membuka secara maksimal Sel jaringan kekurangan o2 dan nutrisi
Suplai darah ke miokard berkurang
Perubahan metabolisme aerob-anaerob

peningkatan kebutuhan o2 jaringan
Penurunan pembentukan ATP

Penimbunan asam laktat
Kompensasi ventrikel kiri

Produksi energi berkurang

Respon nyeri

Kelemahan otot

44
Meningkatkan kerja jantung

NYERI

Hipertrofi ventrikel kiri

Aktifasi RAS

Penurunan

Sering terbangun saat tidur

daya pompa jantung
Daya ejeksi menurun

INTOLERANSI AKTIFITAS

Perubahan status kesehatan

Pola istrahat terganggu
GANGGUAN POLA TIDUR

Stress psikologi
Peningkatan ketegangan

Peningkatan volume akhir diastol
Volume sekuncup berkurang

ANSIETAS
suplai darah ke organ/jaringan perifer menurun

PENURUNAN CURAH JANTUNG

pucat
GANGGUAN PERFUSI JARINGAN PERIFER

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan penimbunan asam laktat ditandai dengan ;
DS :
Klien menyatakan nyeri berat pada daerah dadanya
DO :
Skala nyeri pasien 8
P : yang memperberat rasa nyeri saat beraktivitas dan hilang dengan istrahat
dalam waktu yang cukup lama
Q : kualitas nyeri seperti ditusuk jarum
R : lokasi nyeri pada daerah dada.
S : skala nyeri 8
T : lamanya nyeri sekitar selama beraktivitas.
Klien nampak meringis kesakitan
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penyempitan katup aorta ditandai
dengan ;
DS :
Klien mengatakan pusing-pusing
Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar
DO :

45
Bising jantung
Tekanan darah 100/70 mmhg
Sianosis
Klen nampak lemah
Pemeriksaan EKG menunjukan aritmia dan ventrikel serta peningkatan volume
akhir diastole.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan suplai darah dan oksigen ke jaringan
tubuh berkurang ditandai dengan ;
DS :
Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar
Klien keletihan dan kelelahan
DO :
Klien tampak letih dan kelelahan
Klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.
4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubuungan dengan penurunan suplai
oksigen dan darah ke jaringan perifer ditandai dengan ;
DS :
Klien keletihan dan kelelahan
DO :
Klien nampak pucat
Sianosis
Kelemahan nadi perifer
Capillary refill time lebih dari 3 detik
5. Ansietas berhubungan dengan stress psikologi ditandai dengan ;
DS :
Klien takut dan khawatir tentang penyakit yang dialaminya
Klien dan keluarga sering bertanya tentang proses penyakitnya
DO :
Klien dan keluarga Nampak cemas terhadap penyakitnya.
Klien nampak takut dan geilisah

46
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan aktifasi RAS (reticuloendotelia avtifing
system) ditandai dengan ;
DS :
Klien mengatakan kesulitan dalam tidur dan sering terbangun karena nyeri
yang dialaminya.
Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar
Klien mengatakan sering terbangun ditengah malam karena rasa nyeri yang
dialaminya.
DO:
Kelopak mata kehitaman
Pola tidur/israhat pasien terganggu, yaitu tadinya 8 jam sehari menjadi 4 jam
sehari.

47

More Related Content

What's hot

Sistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskulerSistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskulerSumadin1112
 
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)Sulistia Rini
 
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)Sulistia Rini
 
Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA
Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA
Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Sistem Cardiovaskuler_Materi Dosen IKM
Sistem Cardiovaskuler_Materi Dosen IKMSistem Cardiovaskuler_Materi Dosen IKM
Sistem Cardiovaskuler_Materi Dosen IKMdewisetiyana52
 
3161769 jantung-koroner
3161769 jantung-koroner3161769 jantung-koroner
3161769 jantung-koronerTommy Charwin
 
Praktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenital
Praktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenitalPraktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenital
Praktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenitalEdi Fitriyanto
 
Anatomi dan pengurusan jantung, m6
Anatomi dan pengurusan jantung, m6Anatomi dan pengurusan jantung, m6
Anatomi dan pengurusan jantung, m6zakirah yaakob
 
anatomi-mediastinum-dan-jantung
anatomi-mediastinum-dan-jantunganatomi-mediastinum-dan-jantung
anatomi-mediastinum-dan-jantungadliah purnawaty
 
Asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Asuhan keperawatan dengan gagal jantungAsuhan keperawatan dengan gagal jantung
Asuhan keperawatan dengan gagal jantungKANDA IZUL
 
Sistem jantung dan pembuluh darah
Sistem jantung dan pembuluh darahSistem jantung dan pembuluh darah
Sistem jantung dan pembuluh darahWidi FK Unram
 
Sistem Kardiovaskuler
Sistem KardiovaskulerSistem Kardiovaskuler
Sistem KardiovaskulerSindianisa24
 

What's hot (20)

Sistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskulerSistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler
 
Penyakit pada pembulu darah
Penyakit pada pembulu darahPenyakit pada pembulu darah
Penyakit pada pembulu darah
 
Slide jantung
Slide jantungSlide jantung
Slide jantung
 
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
 
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
 
Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA
Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA
Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA
 
Sistem Cardiovaskuler_Materi Dosen IKM
Sistem Cardiovaskuler_Materi Dosen IKMSistem Cardiovaskuler_Materi Dosen IKM
Sistem Cardiovaskuler_Materi Dosen IKM
 
3161769 jantung-koroner
3161769 jantung-koroner3161769 jantung-koroner
3161769 jantung-koroner
 
Pbl 8 baru
Pbl 8 baruPbl 8 baru
Pbl 8 baru
 
Praktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenital
Praktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenitalPraktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenital
Praktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenital
 
fisiologikardiovaskular.ppt
fisiologikardiovaskular.pptfisiologikardiovaskular.ppt
fisiologikardiovaskular.ppt
 
Anatomi dan pengurusan jantung, m6
Anatomi dan pengurusan jantung, m6Anatomi dan pengurusan jantung, m6
Anatomi dan pengurusan jantung, m6
 
anatomi-mediastinum-dan-jantung
anatomi-mediastinum-dan-jantunganatomi-mediastinum-dan-jantung
anatomi-mediastinum-dan-jantung
 
Makalah jantung
Makalah jantungMakalah jantung
Makalah jantung
 
Jantung
JantungJantung
Jantung
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Asuhan keperawatan dengan gagal jantungAsuhan keperawatan dengan gagal jantung
Asuhan keperawatan dengan gagal jantung
 
Sistem jantung dan pembuluh darah
Sistem jantung dan pembuluh darahSistem jantung dan pembuluh darah
Sistem jantung dan pembuluh darah
 
Sistem Kardiovaskuler
Sistem KardiovaskulerSistem Kardiovaskuler
Sistem Kardiovaskuler
 
Jantung(1)
Jantung(1)Jantung(1)
Jantung(1)
 

Similar to Askep sa

Makalah penyakit katup jantung
Makalah penyakit katup jantungMakalah penyakit katup jantung
Makalah penyakit katup jantungWarnet Raha
 
Laporan pendahulua depppee
Laporan pendahulua depppeeLaporan pendahulua depppee
Laporan pendahulua depppeeasepsuki
 
Biologi bahan
Biologi bahanBiologi bahan
Biologi bahanArejarm
 
Sistem Jantung (PJM3106)
Sistem Jantung (PJM3106)Sistem Jantung (PJM3106)
Sistem Jantung (PJM3106)Gobi Krrish
 
9.1. fisiologi_kardiovaskular.pdf
9.1. fisiologi_kardiovaskular.pdf9.1. fisiologi_kardiovaskular.pdf
9.1. fisiologi_kardiovaskular.pdfIcha198266
 
Bedah jantung
Bedah jantung Bedah jantung
Bedah jantung eskelemen
 
Fisiologikardiovaskular
FisiologikardiovaskularFisiologikardiovaskular
FisiologikardiovaskularVivie Rembang
 
NON NEOPLASTIK KARDIO.pptx
NON NEOPLASTIK KARDIO.pptxNON NEOPLASTIK KARDIO.pptx
NON NEOPLASTIK KARDIO.pptxYulizaAriani1
 
Anatomi fisiologi tubuh[1]
Anatomi fisiologi tubuh[1]Anatomi fisiologi tubuh[1]
Anatomi fisiologi tubuh[1]MrZedd
 
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)Sulistia Rini
 
Embriologi jantung (1)
Embriologi jantung (1)Embriologi jantung (1)
Embriologi jantung (1)HerwantoYusa
 
KELOMPOK 6 ANTIANGINA.pptx
KELOMPOK 6 ANTIANGINA.pptxKELOMPOK 6 ANTIANGINA.pptx
KELOMPOK 6 ANTIANGINA.pptxssuser8cafc5
 
Anatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantungAnatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantungMiftahul ulum
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantungLaporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantungyohanes meor
 

Similar to Askep sa (20)

Makalah penyakit katup jantung
Makalah penyakit katup jantungMakalah penyakit katup jantung
Makalah penyakit katup jantung
 
Laporan pendahulua depppee
Laporan pendahulua depppeeLaporan pendahulua depppee
Laporan pendahulua depppee
 
Termin 1
Termin 1Termin 1
Termin 1
 
Fisiologikardiovaskular
FisiologikardiovaskularFisiologikardiovaskular
Fisiologikardiovaskular
 
Biologi bahan
Biologi bahanBiologi bahan
Biologi bahan
 
Sistem Jantung (PJM3106)
Sistem Jantung (PJM3106)Sistem Jantung (PJM3106)
Sistem Jantung (PJM3106)
 
KELOMPOK 6.pptx
KELOMPOK 6.pptxKELOMPOK 6.pptx
KELOMPOK 6.pptx
 
9.1. fisiologi_kardiovaskular.pdf
9.1. fisiologi_kardiovaskular.pdf9.1. fisiologi_kardiovaskular.pdf
9.1. fisiologi_kardiovaskular.pdf
 
Bedah jantung
Bedah jantung Bedah jantung
Bedah jantung
 
Lp infak miokad
Lp infak miokadLp infak miokad
Lp infak miokad
 
Laporan pendahuluan alin
Laporan pendahuluan alinLaporan pendahuluan alin
Laporan pendahuluan alin
 
Fisiologikardiovaskular
FisiologikardiovaskularFisiologikardiovaskular
Fisiologikardiovaskular
 
NON NEOPLASTIK KARDIO.pptx
NON NEOPLASTIK KARDIO.pptxNON NEOPLASTIK KARDIO.pptx
NON NEOPLASTIK KARDIO.pptx
 
Anatomi fisiologi tubuh[1]
Anatomi fisiologi tubuh[1]Anatomi fisiologi tubuh[1]
Anatomi fisiologi tubuh[1]
 
Penyakit pd jantung bbl
Penyakit pd jantung bblPenyakit pd jantung bbl
Penyakit pd jantung bbl
 
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
 
Embriologi jantung (1)
Embriologi jantung (1)Embriologi jantung (1)
Embriologi jantung (1)
 
KELOMPOK 6 ANTIANGINA.pptx
KELOMPOK 6 ANTIANGINA.pptxKELOMPOK 6 ANTIANGINA.pptx
KELOMPOK 6 ANTIANGINA.pptx
 
Anatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantungAnatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantung
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantungLaporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Askep sa

  • 1. BAB I KONSEP MEDIS A. Defenisi Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta. Aorta Katup kontrol arah aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta . Ketika itu dalam keadaan baik, katup aorta tidak menghambat aliran darah antara kedua ruang. Dalam beberapa keadaan, katup aorta menjadi sempit daripada biasanya, menghambat aliran darah. 1
  • 2. B. Anatomi Dan Fisiologi Mekanisme kerja jantung a. Jantung adalah pompa yang berotot dengan empat ruang dan empat klep. b. Ruang-ruang bagian atas, serambi (atrium) kanan dan serambi kiri (atria bentuk jamak untuk atrium), adalah ruang-ruang pengisi yang berdinding tipis. c. Darah mengalir dari atrium (serambi-serambi) kanan dan kiri melalui klep klep tricuspid dan mitral kedalam ruang-ruang yang lebih rendah yaitu ventricles (bilik-bilik) kanan dan kiri. d. Ventricles kanan dan kiri mempunyai dinding-dinding berotot yang tebal untuk memompa darah melaui klep-klep pulmonic dan aortic kedalam peredaran (sirkulasi). e. Klep-klep jantung adalah kelopak-kelopak yang tipis dari jaringan yang membuka dan menutup pada saat yang tepat selama setiap siklus denyut jantung. f. Fungsi utama dari klep-klep jantung ini adalah untuk mencegah darah mengalir balik kembali. g. Darah bersirkulasi melalui arteri-arteri untuk menyediakan oksigen dan nutrisi-nutrisi lain ke tubuh, dan kemudian kembali dengan pembuangan karbondioksida melalui vena-vena ke atrium (serambi) kanan; ketika ventricles mengendur (relax), darah dari atrium kanan lewat melalui klep tricuspid kedalam ventricle (bilik) kanan. h. Ketika ventricles berkontraksi, darah dari bilik (ventricle) kanan dipompa melalui klep pulmonic kedalam paru-paru untuk mengisi kembali oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. i. Darah yang mengandung oksigen kemudian kembali ke atrium kiri dan lewat melalui klep mitral kedalam ventricle (bilik) kiri. j. Darah dipompa oleh ventricle kiri melaui klep aortic kedalam aorta dan arteri-arteri tubuh. 2
  • 3. C. Etiologi Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun. Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup mitral baik berupa stenosis, regurgitasi maupun keduanya. Pada orang yang lebih muda, penyebab yang paling sering adalah kelainan bawaan. Pada masa bayi, katup aorta yang menyempit mungkin tidak menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada masa pertumbuhan anak. Ukuran katup tidak berubah, sementara jantung melebar dan mencoba untuk memompa sejumlah besar darah melalui katup yang kecil. Katup mungkin hanya memiliki dua daun yang seharusnya tiga, atau memiliki bentuk abnormal seperti corong. Lama-lama, lubang/pembukaan katup tersebut, sering menjadi kaku dan menyempit karena terkumpulnya endapan kalsium. Pada kaum dewasa, tiga kondisi-kondisi diketahui menyebabkan aortic stenosis. 1. Kerusakan yang disebabkan oleh pemakaian yang progresif dari suatu klep bicuspid hadir sejak kelahiran (congenital). 2. Kerusakan yang disebabkan oleh pemakaian dari klep aortic pada kaum tua. 3. Luka parut dari klep aortic yang diseabkan oleh demam rhematik sebagai seorang anak atau dewasa muda. Klep bicuspid aortic adalah penyebab yang paling umum dari aortic stenosis pada pasien-pasien dibawah umur 65 tahun. Klep-klep aortic normal mempunyai tiga kelopak-kelopak tipis yang disebut cusps. Kira-kira 2% dari orang-orang dilahirkan dengan klep-klep aortic yang mempunyai hanya dua cusps (bicuspid valves). Meskipun klep-klep bicuspid biasanya tidak menghalangi aliran darah ketika pasienpasien muda, mereka tidak membuka selebar klep-klep normal dengan tiga cusps. 3
  • 4. Ole karenanya, darah mengalir melalui klep-klep bicuspid adalah lebih turbulen (bergolak), menyebabkan kerusakan yang meningkat yang disebabkan oleh pemakaian pada kelopak-kelopak klep. Melaui waktu, kerusakan yang berlebihan yang disebabkan oleh pemakaian menjurus pada kalsifikasi (calcification), luka parut, dan mobilitas (gerakan) yang berkurang dari kelopak-kelopak klep. Kira-kira 10% dari klep-klep bicuspid menjadi menyempit secara signifikan, berakibat pada gejala-gejala dan persoalan-persoalan jantung dari aortic stenosis. Secara umum etiologi stenosis aorta adalah sebagai berikut : a. Demam Rematik b. Pembentukan Jaringan Parut c. Penimbunan Kalsium d. Kelainan Bawaan D. Klasifikasi a. stenosis aorta bawaan : sering terdapat penebalan katup dan ada pertumbuhan pada komisur. Hal ini terdapat pada 90% stenosis aorta. Bentuk ini disebut stenosis aorta valvular. b. Stenosis aorta subvalvular : penyempitan pada jalan aliran keluar ventrikel kiri, penyempitan dibawah katup beberapa millimeter dari membran. c. Stenosis aorta supravalvular : dapat disamakan dengan koarktasio aorta asepens, letaknya diatas katup aorta. d. Bentuk muskular : merupakan bentuk yang jarang sekali tedapat pada umur anak. E. Prevalensi Stenosis aorta adalah masalah umum. Sekitar 2% dari orang yang berusia di atas 65, 3% orang berusia di atas 75, dan 4% persen orang di atas usia 85 mengalami gangguan yang . Di Amerika Utara dan Eropa, setidaknya, penduduk penuaan. Oleh karena itu, prevalensi stenosis aorta meningkat. Sejak penyakit tersebut disertai 4
  • 5. dengan morbiditas dan kematian yang cukup besar, baik dengan dampak pribadi dan ekonomi yang besar, stenosis aorta merupakan masalah kesehatan utama. F. Manifstasi Klinis Gejala-gejala utama dari aortic stenosis adalah: Nyeri dada (angina), Pingsan (syncope), dan Sesak napas (disebabkan oleh gagal jantung). Pada 4% dari pasien-pasien dengan aortic stenosis, gejala pertama adalah kematian yang mendadak, biasanya sewaktu pengerahan tenaga yang berat. Sebab yang tepat untuk kematian yang mendadak tidak diketahui. Ia mungkin disebabkan oleh kelainan-kelainan irama jantung sekunder pada aliran darah yang tidak cukup melalui klep aortic yang menyempit kedalam arteri-arteri koroner jantung. Kekurangan oksigen pada lapisan dalam dari otot jantung terjadi disebabkan oleh kekurangan dari aliran darah ke arteri-arteri koroner, terutama sewaktu pengerahan tenaga yang berat. Kekurangan oksigen pada otot-otot jantung menyebabkan nyeri dada dan kenmungkinan irama-irama jantung yang abnormal. Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis. Nyeri dada pada pasien-pasien dengan aortic stenosis adalah sama dengan nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner (coronary artery disease). Pada keduanya dari kondisi-kondisi ini, nyeri digambarkan sebagai tekanan dibahwah tulang dada yang dicetuskan oleh pengerahan tenaga dan dihilangkan dengan beristirahat. Pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner, nyeri dada disebabkan oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung karena arteriarteri koroner yang menyempit. Pada pasien-pasien dengan aortic stenosis, nyeri dada seringkali terjadi tanpa segala penyempitan dari arteri-arteri koroner yang mendasarinya. Otot jantung yang menebal harus memompa melawan tekanan yang 5
  • 6. tinggi untuk mendorong darah melalui klep aortic yang menyempit. Ini meningkatkan permintaan oksigen otot jantung yang melebihi suplai yang dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri dada (angina). Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan dengan pengerahan tenaga atau kegembiraan. Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi (pengenduran) dari pembuluh-pembuluh darah tubuh (vasodilation), menurunkan tekanan darah. Pada aortic stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan hasil untuk mengkompensasi jatuhnya tekanan darah. Oleh karenanya, aliran darah ke otak berkurang, menyebabkan pingsan. Pingsan dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu denyut jantung yang tidak teratur (arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif, harapan hidup rata-rata adalah kurang dari tiga tahun setelah timbulnya nyeri dada atau gejala-gejala syncope. Sesak napas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia mencerminkan kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis. Sesak napas disebabkan oleh tekanan yang meningkat pada pembuluh-pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh tekanan yang meningkat yang diperlukan untuk mengisi ventricle kiri. Awalnya, sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika penyakit berlanjut, sesak napas terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat menemukannya sulit untuk berbaring tanpa menjadi sesak napas (orthopnea). Tanpa perawatan, harapan hidup rata-rata setelah timbulnya gagal jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah antara 6 sampai 24 bulan. G. Patofisiologi Penyebab yang paling umum dari aortic stenosis pada pasien-pasien berumur 65 tahun dan lebih disebut "senile calcific aortic stenosis." Dengan penuaan, protein collagen dari kelopak-kelopak klep dihancurkan, dan kalsium mengendap pada kelopak-kelopak. Pergolakan diseluruh klep-klep meningkatkan penyebab luka parut, 6
  • 7. penebalan, dan stenosis dari klep sekali mobilitas kelopak klep dikurangi oleh kalsifikasi (calcification). Mengapa proses penuaan ini berlanjut untuk menyebabkan aortic stenosis yang signifikan pada beberapa pasien-pasien namun tidak pada yang lain-lainnya tidak diketahui. Penyakit yang progresif yang menyebabkan aortic calcification dan stenosis tidak ada sangkut pautnya dengan pilihan-pilihan gaya hidup yang sehat, tidak seperti kalsium yang dapat mengendap pada arteri koroner untuk menyebabkan serangan jantung. Rheumatic fever (demam rhematik) adalah suatu kondisi yang berakibat dari infeksi oleh kelompok streptococcal bacteria yang tidak dirawat . Kerusakan pada kelopak-kelopak klep dari demam rhematik menyebabkan pergolakan yang meningkat diseluruh klep dan lebih banyak kerusakan. Penyempitan dari demam rhematik terjadi dari peleburan dari tepi-tepi (commissures) dari kelopak-kelopak klep. Rheumatic aortic stenosis biasanya terjadi dengan beberapa derajat dari aortic regurgitation. Dibawah keadaan-keadaan normal, klep aortic menutup untuk mencegah darah di aorta dari mengalir balik ke ventricle kiri. Pada aortic regurgitation, klep yang sakit mengizinkan kebocoran dari darah balik kedalam ventricle kiri ketika otot-otot ventricle mengendur (relax) setelah memompa. Pasienpasien ini juga mempunyai beberapa derajat dari kerusakan rhematik pada klep mitral. Penyakit jantung rhematik adalah suatu kejadian yang relatif tidak umum di Amerika, kecuali pada orang-orang yang telah berimigrasi dari negara-negara kurang maju. Sebuah katup aorta itu, karena penyakit jantung rematik , memiliki stenosis berat (tengah gambar). Batang Paru juga terlihat pada kanan bawah (gambar). Bagian proksimal arteri koroner kanan dan yang ostium dapat dilihat di kiri bawah (gambar). proksimal yang kiri arteri koroner utama dan ostium yang terlihat di sebelah kanan (foto). Otopsi spesimen. 7
  • 8. Simultan rekaman tekanan ventrikel kiri dan aorta menunjukkan gradien tekanan antara ventrikel kiri dan aorta, stenosis aorta menyarankanVentrikel kiri menghasilkan tekanan yang lebih tinggi dari apa yang ditransmisikan ke aorta. Gradien tekanan, disebabkan oleh stenosis aorta, diwakili oleh daerah yang diarsir hijau. (AO = ascending aorta; LV = left ventricle; ECG = electrocardiogram.) (AO aorta = naik; LV = ventrikel kiri; EKG = elektrokardiogram.) Ketika menjadi katup aorta stenosis , menyebabkan gradien tekanan antara ventrikel kiri (LV) dan aorta. Semakin mengerut katup, semakin tinggi gradien antara LV dan aorta.. Misalnya, dengan AS ringan, gradien mungkin 20 mmHg . Ini berarti bahwa, pada sistol puncak, sedangkan LV dapat menghasilkan tekanan 140 mmHg, tekanan yang ditransmisikan ke aorta hanya akan 120 mmHg. Jadi, sementara manset tekanan darah dapat mengukur normal sistolik tekanan darah , tekanan aktual yang dihasilkan oleh LV akan jauh lebih tinggi . Pada individu dengan AS, ventrikel kiri (LV) harus menghasilkan peningkatan tekanan untuk mengatasi peningkatan afterload disebabkan oleh katup aorta stenosis dan mengeluarkan darah dari LV. The stenosis aorta semakin parah, semakin tinggi gradien adalah antara tekanan sistolik ventrikel kiri dan tekanan sistolik aorta. Karena peningkatan tekanan yang dihasilkan oleh ventrikel kiri, 8
  • 9. miokardium (otot) dari LV mengalami hipertrofi (peningkatan massa ototIni terlihat sebagai penebalan dinding LV. Jenis hipertropi paling sering terlihat di AS adalah hipertrofi konsentris, yang berarti bahwa semua dinding LV adalah (sekitar) sama menebal. H. Komplikasi Gagal ventrikel kiri Aritmi-dapat mati mendadak Fibrilasi atrium Endokarditis infektif Sinkop Angina pectoris I. Pemeriksaan Diagnostik a. Electrocardiogram (EKG): Suatu EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada kejadia-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat. b. Chest x-ray Suatu chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal. Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerahdaerah paru bagian atas seringkali terlihat. Suatu inspeksi yang hati-hati dari x-ray dada adakalanya mengungkap kalsifikasi (calcification) dari klep aortic. c. Echocardiography: Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-invasive yang berguna, yang membntu dokter-dokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu 9
  • 10. echocardiogram dapat menunjukan suatu klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan untuk menaksir area klep aortic. o Secara umum, EKG bukan tes dapat diandalkan karena variasi luas terlihat pada stenosis aorta dan kondisi jantung lain. o Sebuah EKG seorang pasien dengan stenosis aorta signifikan kemungkinan besar menunjukkan bukti hipertrofi ventrikel kiri dengan atau tanpa pola regangan inversi T-gelombang dan. Depresi ST-segmen adalah biasa. o Sedangkan tingkat keparahan perubahan pada EKG tunggal tidak berkorelasi dengan baik dengan tingkat kompromi hemodinamik, ECGs serial dilakukan dari waktu ke waktu (bulan-tahun) dapat berharga dalam menunjukkan perkembangan penyakit ini. o Sekitar 25% dari pasien dengan stenosis aorta signifikan mungkin tidak menunjukkan bukti jelas EKG hipertropi ventrikel. Populasi ini termasuk orang tua yang telah fibrosis miokard signifikan dan remaja yang mungkin mengalami perubahan ST-segmen sebelum perubahan QRS. o Pasien dengan stenosis aorta signifikan, 13% telah cacat konduksi dilihat pada EKG. Ini dapat termasuk gelar-hati blok pertama , meninggalkan berkas-blok cabang, dan setiap cacat konduksi lainnya. o Adanya pembesaran atrium kiri menunjukkan proses terkait katup mitral. d. Cardiac catheterization Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-tabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan suatu kateter khusus. Menggunakan data-data ini, area klep aortic dapat dihitung. Suatu area klep aortic yang normal adalah 3 centimeter kuadrat. Gejala-gejala biasanya terjadi ketika area klep aortic menyempit 10
  • 11. ke kurang dari 1 centimeter kuadrat. Aortic stenosis kritis hadir ketika area klep adalah kurang dari 0.7 centimeter kuadrat. Pada pasien-pasien yang berumur lebih dari 40 tahun , agent-agent kontras x-ray dapat disuntikan kedalam arteri-arteri koroner (coronary angiography) selama cardiac catheterization untuk mengevaluasi keadaan dari arteri-arteri koroner. Jika penyempitan yang signifikan dari arteri-arteri koroner ditemukan, coronary artery bypass graft surgery (CABG) dapat dilaksanakan sewaktu operasi penggantian klep aortic. o kateterisasi jantung menyediakan ukuran yang paling akurat stenosis aorta. o Lakukan kateterisasi jantung dan arteriography koroner pada pasien yang mungkin menjalani operasi, yang diduga menderita penyakit arteri koroner, atau lebih tua dari 40 tahun (bahkan tanpa gejala yang signifikan). o Pasien ini memiliki 50% insiden penyakit arteri koroner yang mendasarinya. Ini merupakan pertimbangan yang signifikan jika pasien dapat mengalami intervensi bedah. Berikut 3 temuan yang signifikan dapat membantu menentukan tingkat keparahan penyakit dan menggambarkan pentingnya hemodinamik saat ini:  Sebuah katup aorta echo-padat tanpa gerak titik puncak merupakan indikasi dari stenosis aorta beratHal ini mungkin tidak dapat diandalkan dalam stenosis katup bawaan atau rematik.  Sebuah penurunan titik puncak pemisahan aorta (<8 mm pada orang dewasa) maksimal juga menunjukkan stenosis aorta berat.  Kehadiran dinyatakan dijelaskan hipertrofi ventrikel kiri menunjukkan stenosis aorta signifikan. o Menggunakan teknik echo-Doppler, gradien tekanan sistolik di katup aorta dapat dinilaiteknik Doppler juga dapat membantu memvisualisasikan apapun regurgitasi mitral atau aorta yang mungkin hadir. o Stenosis aorta dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran lubang katup aorta (normal adalah 3-4 cm 2)  Mild, jika daerah ini> 1,5 cm 2 11
  • 12.   Sedang, jika daerah ini 1-1,5 cm 2 Parah, jika daerah ini <1 cm 2 CT: Dalam sebuah studi oleh Shah et al membandingkan penggunaan multidetector CT versus TEE, CT multidetector ditemukan menjadi modalitas akurat dalam mengukur pengukuran katup aorta pada pasien dengan stenosis aorta. J. Pengobatan Bayi Di atas sepenuhnya tentang dewasa stenosis aorta. Dalam baru lahir, kelainan ventrikel kiri, katup aorta atau jantung lainnya dan abnomalities aorta dapat memimpin Ateriosus sisa ductus terbuka, atau mungkin Duct tetap terbuka tanpa kelainan lain. Lihat Paten ductus arteriosus (PDA) Paten ductus arteriosus Kemudian, dan hanya kemudian, pada neonatus, saran berikut akan lebih tepat. 1.Stabilize dengan prostaglandin E1 (PGE) infus untuk mempertahankan curah jantung melalui PDA. 2. Inotropic dukungan yang diperlukan. Tidak ada perawatan medis untuk stenosis aorta. Gejala penilaian kebutuhan untuk operasi, gejala yang parah mungkin perlu operasi mendesak. Sementara itu, dysrythmias atau hiperkolesterolemia mungkin membutuhkan pengobatan medis. Bedah Pada orang dewasa, stenosis aorta signifikan biasanya memerlukan penggantian katup aorta , yang menurunkan resiko kematian. . Menurut satu, pusat prospektif, studi nonrandomized dari 25 pasien, implantasi prostesis perkutan dari katup aorta pada pasien risiko tinggi dengan hasil stenosis aorta dalam perbaikan hemodinamik dan klinis ditandai ketika berhasil diselesaikan. [9] Menengah dan hasil jangka panjang tidak diketahui. Bila memilih terapi optimal untuk pasien individu, pendekatan perkutan harus hati-hati ditimbang dengan hasil yang sangat baik dicapai dengan pembedahan konvensional. 12
  • 13. Untuk bayi dan anak-anak, valvuloplasty balon , di mana balon membengkak untuk meregangkan katup dan memungkinkan aliran yang lebih besar, mungkin juga efektif. K. Penatalaksanaan Pasien-pasien tanpa gejala-gejala dapat diamati hingga gejala-gejala berkembang. Pasien-pasien dengan aortic stenosis ringan tidak memerlukan perawatan atau pembatasan dari aktivitas. Pasien-pasien dengan aortic stenosis sedang (area klep 1.5 sampai 1.0 centimeter kuadrat) dinasehati untuk menhindari aktivitas-aktivitas yang berat seperti mengangkat beban atau lari cepat. Aortic stenosis dapat berlanjut melalui waktu beberapa tahun. Oleh karenanya, pasienpasien biasanya diperiksa setiap tahun dan dievaluasi dengan echocardiography secara periodik untuk memonitor kemajuan penyakit. Karena infeksi klep (endocarditis) adalah suatu komplikasi yang serius dari aortic stenosis, pasien-pasien ini biasanya diberikan antibiotik-antibiotik sebelum segala prosedur dimana bakteribakteri mungkin dimasukkan kedalam aliran darah. Ini termasuk pekerjaan gigi yang rutin, operasi minor, dan prosedur-prosedur yang mungkin melukai jaringan-jaringan tubuh seperti pemeriksaan-pemeriksaan colonoscopy dan gynecologic atau urologic. Contoh-contoh dari antibiotik-antibiotik yang digunakan termasuk amoxicillin (Amoxil) dan erythromycin (E-Mycin, Eryc, PCE) oral, begitu juga ampicillin (Unasyn), gentamicin (Garamycin), dan vancomycin (Lyphocin, Vancocin) intramuscular atau intravena. Ketika gejala-gejala dari nyeri dada, syncope, atau sesak napas timbul, prognosis untuk pasien-pasien dengan aortic stenosis tanpa operasi penggantian klep adalah buruk. Terapi medis, seperti penggunaan dari diuretics untuk mengurangi tekanan-tekanan paru yang tinggi dan mengeluarkan cairan paru dapat menyediakan hanya pembebasan yang sementara dari gejala-gejala. Pasien-pasien dengan gejalagejala biasanya menjalani cardiac catheterization (katerisasi jantung). Jika aortic stenosis berat/parah dikonfirmasi, penggantian klep aortic biasanya direkomendasi. Risko kematian keseluruhan untuk operasi penggantian klep aortic adalah kira-kira 13
  • 14. 5%. Umur yang telah lanjut harus tidak menjadi suatu alasan untuk tidak merekomendasikan penggantian klep aortic untuk aortic stenosis. Pasien-pasien yang jika tidak adalah sehat pada umur delapanpuluhannya dengan otot-otot jantung yang kuat seringkali mendapat manfaat secara dramatis dari penggantian klep aortic untuk aortic stenosis yang kritis. Penggantian klep-klep aortic yang diproses dari babi-babi (porcine) atau sapisapi (bovine) disebut bioprostheses. Bioprostheses adalah kurang tahan lama daripada prostheses mekanik (didiskusikan dibawah) namun mempunyai keuntungan dari tidak memerlukan obat pengencer darah seumur hidup (anticoagulation) untuk mencegah pembentukan bekuan-bekuan darah pada permukaan-permukaan klep. Harapan hidup rata-rata dari suatu bioprostheses klep aortic adalah 10 sampai 15 tahun. Bioprostheses mengapur (calcify) secara cepat, merosot (degenerate) dan menyempit pada pasien-pasien muda. Oleh karenanya, bioprostheses terutama digunakan pada pasien-pasien diatas umur 75 tahun atau pada pasien-pasien yang tidak dapat mengambil pengencer-pengencer darah. Baru-baru ini, klep-klep aortic dari mayat-mayat manusia telah digunakan pada pasien-pasien yang lebih muda untuk menghindari keperluan untuk obat anticoagulation. Bagaimanapun, ketersedian dari cangkokan-cangkokan aortic manusia adalah terbatas; meskipun mungkin lebih baik daripada bioprostheses lain, daya tahan jangka panjangnya tidak diketahui. "Ross Procedure" baru terdiri dari memindahkan klep pulmonic keposisi aortic dan menggantikan klep pulmonic dengan suatu klep dari suatu donor manusia. Prosedur ini masih belum dilaksanakan cukup lama untuk mengevaluasi prestasi jangka panjang dari klep pulmonic ketika dipindahkan ke posisi aortic. Prostheses mekanik telah membuktikan dapat tahan lama yang ekstrim dan dapat diharapkan untuk bertahan dari 20 sampai 40 tahun. Bagaimanapun, klep-klep prosthetic mekanik semuanya memerlukan antikoagulasi sepanjang hidup dengan pengencer-pengencer darah seperti warfarin (Coumadin) untuk mencegah pembentukan bekuan pada permukaan-permukaan klep. Kalau tidak, bekuan-bekuan darah yang copot dari klep-klep ini dapat berjalan ke otak dan menyebabkan embolic stroke atau persoalan-persoalan embolik pada bagian-bagian lain tubuh. The original 14
  • 15. caged-ball Starr-Edwards prosthesis dari tahun sembilan belas enampuluhan (1960s) digantikan oleh the tilting disc Bjork-Shiley dari tahun 1970s dan awal 1980s. Meskipun klep Bjork-Shiley menyediakan suatu bukaan yang lebih besar untuk aliran darah, suatu model generasi kedua dari klep memaparkan risiko patah yang potensial yang berakibat pada kematian, dan adalah tidak lagi tersedia di Amerika. The tilting pivoting disc Hall-Medtronic valve dan two leaflet (bileaflet) carbon St. Jude valve adalah prostheses mekanik yang secara umum digunakan sekarang ini. Klep-klep ini menyediakan karakteristik-karakteristik pengaliran yang sangat baik namun memerlukan antikoagulasi sepanjang hidup dengan pengencer-pengencer darah seperti warfarin (Coumadin), untuk mencegah komplikasi-komplikasi embolik. Area klep aortic dapat dibuka atau diperbesar dengan suatu balloon catheter (balloon valvuloplasty) yang diperkenalkan pada cara yang hampir sama seperti kateterisasi cardiac (cardiac catheterization). Dengan balloon valvuloplasty, area klep aortic secara khas meningkat sedikit. Pasien-pasien dengan aortic stenosis kritis dapat oleh karenanya mengalami perbaikan sementara dengan prosedur ini. Sayangnya, kebanyakan dari klep-klep ini menyempit melaui suatu periode dari 6 sampai 18 bulan. Oleh karenanya, balloon valvuloplasty adalah bermanfaat sebagai suatu tindakan jangka pendek untuk sementara menghilangkan gejala-gejala pada pasien-pasien yang adalah bukan calon-calon untuk penggantian klep aortic. Pasienpasien yang memerlukan operasi bukan cardiac yang urgen (mendesak), seperti penggantian pinggul, mungkin mendapat manfaat dari aortic valvuloplasty sebelum operasi. Valvuloplasty memperbaiki fungsi jantung dan kesempatan-kesempatan menyelamatkan nyawa dari operasi non-cardiac. Aortic valvuloplasty dapat juga berguna sebagai suatu jembatan pada pengantian klep aortic pada pasien kaum tua dengan otot ventricle yang berfungsi buruk. Balloon valvuloplasty mungkin untuk sementara memperbaiki fungsi otot ventricular, dan jadi memperbaiki kelangsungan hidup operasi. Mereka yang merespon pada valvuloplasty dengan perbaikan pada fungsi ventricular dapat diharapkan mendapat manfaat bahakan lebih banyak dari penggantian klep aortic. 15
  • 16. BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian a. Aktivitas/istrahat Gejala : kelelahan, kelemahan Tanda : takikardi, penurunan tekanan darah, takipnea, dispnea dengan aktivitas b. Sirkulasi Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan. Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls c. Eliminasi Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlah urine. Tanda : urin pekat gelap. d. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbaring. Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah. e. Pernapasan Gejala : napas pendek Tanda : dispnea, batuk, pernapasan dangkal. f. Integritas ego Gejala : Tanda kecemasan, contoh;gelisah, pucat, berkeringat, fokus menyempit, gemetar. g. Neurosensori Gejala ; Episode pusing/pingsan berkenaan dengan beban kerja h. Keamanan Gejala : Proses infeksi 16
  • 17. i. Interaksi sosial Gejala : kesulitan koping dengan stressor yang ada, contoh penyakit, perawatan di rumah sakit Tanda : kesulitan istrahat dengan tenang, respon terlalu emosi. B. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada stenosis aorta yaitu sebagai berikut : Nyeri berhubungan dengan penyempitan, iskemia jaringan. penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubuungan dengan suplai oksigen dan darah ke jaringan perifer . Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru. Resiko gangguan perfusi serebral berhubngan dengan perfusi jaringan serebral berkurang. Resiko tingi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema paru Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas. Gangguan pola tidur berhubungan dengan aktifasi RAS (Reticulum Activating System). Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan . 17
  • 18. C. Intervensi keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan penyempitan, iskemia jaringan. Tujuan : Nyeri hilang/terkontrol Intervensi : 1) Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode sebelumnya. Gunakan skala nyeri (0-10) untuk rentang intensitas. Catat ekspresi verbal/non verbal nyeri, respons otomatis terhadap nyeri (berkeringat, TD dan nadi berubah, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan). R/ Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku dan perubahan tanda vital membantu menentukan derajat/ adanya ketidaknyamanan pasien khususnya bila pasien menolak adanya nyeri. 2) Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan. R/ Aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia (contoh kerja tibatiba, stres, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada. 3) Anjurkan pasien berespons tepat terhadap angina (contoh berhenti aktivitas yang menyebabkan angina, istirahat, dan minum obat antiangina yang tepat). R/ Penghentian aktivitas menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung dan sering menghentikan angina. 4) Berikan vasodilator, contoh nitrogliserin, nifedipin (Procardia) sesuai indikasi. R/ Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardia (vasodilator) menurunkan angina sehubungan dengan iskemia miokardia. 2. penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel. Tujuan : Menunjukkan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan disritmia. Intervensi : 1) Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer. 18
  • 19. R/ Indikator klinis dari keadekuatan curah jantung. Pemantauan memungkinkan deteksi dini/tindakan terhadap dekompensasi. 2) Pantau irama jantung sesuai indikasi. R/ Disritmia umum pada pasien dengan penyakit katup. 3) Tingkatkan/dorong tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45 derajat. R/ Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung (preload), yang memungkinkan oksigenasi, menurunkan dispnea dan regangan jantung. 4) Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi (mis: berjalan) bila pasien mampu turun dari tempat tidur. R/ Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap cadangan jantung. 5) Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi. Pantau DGA/nadi oksimetri. R/ Memberikan oksigen untuk ambilan miokard dalam upaya untuk mengkompensasi peningkatan kebutuhan oksigen. 6) Berikan obat-obatan sesuai indikasi. Mis: antidisritmia, obat inotropik, vasodilator, diuretik. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan. Tujuan : Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas. Intervensi : 1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut: frekuensi nadi 20/menit diatas frekuensi istirahat; catat peningkatan TD, dispnea atau nyeri dada; kelelahan berat dan kelemahan; berkeringat; pusing; atau pingsan. R/ Parameter menunjukkan respons fisiologis pasien terhadap stres aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung. 19
  • 20. 2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual. 3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. R/ Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tibatiba pada kerja jantung. 4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya. R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. 5) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas. R/ Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan. 4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubuungan dengan suplai oksigen dan darah ke jaringan perifer . 5. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru. 6. Resiko gangguan perfusi serebral berhubngan dengan perfusi jaringan serebral berkurang. 7. Resiko tingi terhadap kelebihan volume cairan. Tujuan : Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal, dan tak ada edema. Intervensi : 1) Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan (positif atau negatif), timbang berat badan tiap hari. 20
  • 21. R/ Penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi diuretik. Keseimbangan cairan positif berlanjut (pemasukan lebih besar dari pengeluaran) dan berat 2) badan Catat meningkat laporan menunjukkan dispnea, makin ortopnea. buruknya Evaluasi gagal adanya/derajat jantung. edema (dependen/umum). R/ Terjadinya/teratasinya gejala menunjukkan status keseimbangan cairan dan keefektifan terapi. 3) Berikan diuretik contoh furosemid (Lazix), asam etakrinik (Edecrin) sesuai indikasi. R/ Menghambat reabsorpsi natrium/klorida, yang meningkatkan ekskresi cairan, dan menurunkan kelebihan cairan total tubuh dan edema paru. 4) Pantau elektrolit serum, khususnya kalium. Berikan kalium pada diet dan kalium tambahan bila diindikasikan. R/ Nilai elektrolit berubah sebagai respons diuresis dan gangguan oksigenasi dan metabolisme. Hipokalemia mencetus pasien pada gangguan irama jantung. 5) Berikan cairan IV melalui alat pengontrol. R/ Pompa IV mencegah kelebihan pemberian cairan. 6) Batasi cairan sesuai indikasi (oral dan IV). R/ Dapat diperlukan untuk menurunkan volume cairan ekstrasel/ edema. 7) Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi. R/ Menurunkan retensi cairan. 8. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas. 9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan aktifasi RAS (Reticulum Activating System). 21
  • 22. 10. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan . Tujuan : Menunjukkan penurunan ansietas/terkontrol. Intervensi : 1) Pantau respons fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah. R/ Membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung. Penggunaan evaluasi seirama dengan respons verbal dan non verbal. 2) Berikan tindakan kenyamanan (contoh mandi, gosokan punggung, perubahan posisi). R/ Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping. 3) Dorong ventilasi perasaan tentang penyakit-efeknya terhadap pola hidup dan status kesehatan akan datang. Kaji keefektifan koping dengan stressor. R/ Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan penyakit katup jantung kronis dan secara tepat mengganggu pola hidup seseorang, sehubungan dengan terapi pada aktivitas sehari-hari. 4) Libatkan pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi maksimum pada rencana pengobatan. R/ Keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan memberikan rasa kontrol. 5) Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh napas dalam, bimbingan imajinasi, relaksasi progresif. R/ Memberikan arti penghilangan respons ansietas, menurunkan perhatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping 22
  • 23. 11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan hospitalisasi. Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan. Kriteria hasil : - mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. - memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi.. Intervensi dan Implementasi : Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat. R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit. Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada yang tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas. R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi. 23
  • 24. D. EVALUASI 1.Menunjukkan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan disritmia. 2. Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal, dan tak ada edema. 3. Nyeri hilang/terkontrol. 4. Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas. 5. Menunjukkan penurunan ansietas/terkontrol. 24
  • 25. 25
  • 26. BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN Ruangan : Asoka kamar 3 Tanggal Pengkajian : 29 juni 2010 I. IDENTITAS DIRI KLIEN Nama : Tn. M No. Reg. : 341193 Umur : 30 Tahun Tgl. MRS : 28 juni 2010 Jenis Kelamin : Laki-laki Suku/Bangsa : Muna Agama : Islam Pekerjaan : PNS Pendidikan : Sarjana Ekonomi Alamat : Andounuhu Penanggung : keluarga Sumber informasi ; Pasien dan keluarga pasien. 26
  • 27. II. STATUS KESEHATAN SAAT INI 1. Keluhan utama : Nyeri dada P : Yang memperberat rasa sakit yaitu saat beraktivitas dan hilang saat istrahat Yang cukup lama. Q :Kualitas nyeri seperti ditusuk jarum R :Lokasi nyeri pada daerah dada S :Skala nyeri 8 T : Terjadi nyeri selama beraktivitas. 2. Riwayat Keluhan utama : Awalnya klien menderita demam yang berkepanjangan selama seminggu, disebabkan karena adanya peradangan pada tenggorokan,yaitu pada akhir bulan mei 2010. kemudian klien merasa sering kelelahan saat melakukan aktivitas, sekitar bulan juni pada tanggal 28 juni 2010 nyeri dada yang berat dirasakan oleh klien secara tiba-tiba saat melakukan aktivitasnya. Kemudian pasien dibawa ke RUSD provinsi SULTRA. 3. Faktor Pencetus : Demam karena infeksi bakteri. 4. Lamanya Keluhan : ± 3 minggu 5. Timbulnya Keluhan : ( )Bertahap ( 6. Diagnosa Medik : “STENOSIS AORTA” III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU 1. Penyakit Yang Pernah Dialami. a. Kanak-kanak : Demam b. Kecelakaan : pernah c. Pernah dirawat : pernah Diagnosa : Demam reumatik 27 ) Mendadak
  • 28. Waktu : 15 maret tahun 2010 Tempat : RSUD SULTRA Tindakan : pengobatan 2. Alergi Makanan : Udang Obat-obatan : tidak ada 3. Obat-obatan a. Riwayat Pengobatan : eritromisin (250 gram)4x sehari, b. Pengobatan sekarang : Nitrogliserin 4. Pola Nutrisi Sebelum Sakit : a) Berat badan : 57 kg b) Tinggi badan : 165 cm c) Makanan yang disukai : Nasi dan lauk pauk kecuali udang. d) Makanan yang tidak disukai : Udang e) Makanan pantangan : - f) Nafsu makan : ( ) Baik ( ) Sedang – alasan ; mual / muntah / sariawan ( ) Kurang - alasan ; mual / muntah / sariawan Perubahan Setelah Sakit : a) Jenis diet : nasi dan lauk b) Nafsu makan : ( ) Baik ( ) Sedang – alasan ; mual ( ) Kurang - alasan ; mual , muntah, anoreksia c) Rasa mual : ( - ) Muntah :(-) 28
  • 29. d) Berat Badan saat dikaji : 56 kg Data Lainnya : IMT : BB/TB2 = 56 /( 1.65) 2 = 56 /2.7225 = 20.56( normal ) Nilai normal IMT : 18-25 BBI : (TB-100) ±10% (TB-100) = ( 165-100 ) ± 10% (165-100 ) = 65-6.5 (BBI : 54-66 kg) = 58.5 Berat badan klien : 58.5, Klien memenuhi standardisasi Beart Badan Ideal PNI : (10 x albumin) + (0,005 x Lymphosit) = ( 10 x 4.0 ) + (0,005 x 2.0 ) = 40+0.01 = 40.01 Prognostic Nutritional Index : gizi baik Gizi baik ≥40 Gizi buruk ≤40 5. Pola Eliminasi Sebelum Sakit : a) Buang Air Besar Frekuensi : sekali dalam sehari Penggunaan pencahar : tidak ada 29
  • 30. Konsistensi : padat Buang Air Kecil Frekuensi : dua/ tiga kali dalam sehari Warna : putih Bau : - Perubahan Setelah Sakit a) BAB : sekali dalam dua hari b) BAK : Dua/tiga kali dalam sehari 6. Pola Tidur dan Istirahat Sebelum Sakit : a) Waktu Tidur : pukul 21.00 - 04.30 b) Lama tidur / hari : 8 jam c) kesulitan dalam tdr : Tidak ada Perubahan Setelah Sakit : a) Waktu Tidur (jam) : 23.00- 03.00 b) Lama tidur / hari Siang : 13.00 – 14.00 : kurang lebih 4 jam c) Sering terbangun jika nyeri muncul secara tiba-tiba d) Posisi tidur klien supinasi dan miring ke kanan. e) Kesulitan dalam tidur : ( ) Menjelang tidur ( ) Merasa tidak puas setelah bangun tidur ( ) Sering / mudah terbangun 7. Pola aktifitas dan latihan Sebelum Sakit : a) Kegiatan : Administrasi keuangan b) Olah raga 30
  • 31. Jenis : Joging Frekuensi : Dua kali dalam seminggu Tempat : Lingkungan tempat tinggal Perubahan Setelah Sakit : Klien tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasa yaitu pergi ke kantor karena keadaan penyakitnya yang sering kambuh. Pasien sering ditemani oleh keluarganya karena pasie sering mengalami nyeri berat saat melakukan aktivitasnya. 8. Pola Pekerjaan Sebelum Sakit : a. Jenis pekerjaan : pegawai bank b. Lam kerja : kurang lebih 6 jam dalam shari c. Jadwal : selama bank terbuka. Perubahan Setelah Sakit : Klien tidak lagi melaksanakan rutinitasnya sebagai seorang pegawai bank, karena penyakit yang dialaminya. 31
  • 32. IV. RIWAYAT KELUARGA G.1 G.2 G.3 Keterangan :  : Laki-Laki : Tinggal Serumah : Klien  : Perempuan : Garis perkawinan  : Meninggal : Garis keturunan Keterangan : Generasi I (G1) : Kedua kakek klien meninggal karena faktor usia Kedua nenek klien meninggal karena faktor usia Generasi II (GII) : Ayah klien anak kedua dari dua orang bersaudara. Ayah klien meninggal karena kecelakaan lalu lintas pada usia 45 tahun Ibu klien (40 tahun) adalah anak pertama dari tiga orang bersaudara dan mempunyai dua orang saudara laki-laki yang masih hidup. Generasi III (GIII) : Klien adalah anak anak ketiga dari empat orang bersaudara. Klien tinggal serumah bersama dua orang saudara serta ibunya. 32
  • 33. V. RIWAYAT LINGKUNGAN Klien tinggal dirumah sendiri bersama ibu dan dua orang adiknya.keadaan rumah klien bersih dan nyaman.sjumlah rumah sekeliling pasien cukup padat, kendaraan lalu lalang. Jarak temppat tinggal dan lokasi tempat tinggal klien ditempu dengan menggunakan kendaraan bermotor. VI. ASPEK PSIKOSOSIAL 1. Pola Pikir & Persepsi a. Alat Bantu yang digunakan : Kaca mata b. Kesulitan yang dialami : penglihatan kabur. 2. Persepsi sendiri - Klien selalu memikirkan proses penyakitnya yang sedang dialaminya. - Klien khawatir tentang penyakit yang dialaminya. - Ekspresi wajah klien tersenyum saat perawat datang melakukan intervensi. Persepsi Keluarga : - Keluarga klien selalu bertanya tentang proses penyakit klien. - Keluarga kooperatif dalam pengambilan data, terapi dan pengobatan. - Harapan setelah perawatan : segera pulih seperti semula dan dapat melakukan kegiatan seperti semula. Harapan setelah perawatan : segera pulih seperti semula dan dapat melakukan kegiatan seperti semula. - Perubahan setelah sakit : Tidak mampu lagi melakukan kegiatan seperti semula. Hubungan / komunikasi a. Bicara 33
  • 34. ( Bahasa Utama : Indonesia ( ) Relevan Bahasa Daerah : - ( ) Mampu mengekspresikan ( b. ) Jelas ) Mampu mengerti orang lain Tempat Tinggal. ( ( c. ) Rumah milik sendiri ) Rumah kontrakan Kehidupan Keluarga. 1. Adat istiadat yang dianut : bugis 2. Pembuat Keputusan Keluarga : sendiri bersama keluarga 3. Pola komunikasi : terjalin baik dengan anggta keluarga 4. Pola keuangan : ( ) d. Memadai ( ) Kurang Kesulitan dalam keluarga. Tidak ada 3. Pertahanan koping Pengambilan keputusan. ( ) Sendiri ( ) Dibantu orang lain : Keluarga terutama ibu 5. Yang dilakukan jika stres : ( ) Pemecahan ( ) Makan ( ) Tidur ( ) Makan obat ( ( ) marah ) Cari pertolongan 34
  • 35. VII. PENGKAJIAN FISIK 1. Kesadaran : Kompos mentis 2. Keadaan umum : Lemah Tanda-tanda Vital TD : 100/70 P 3. : mmHg N : S : 30 x/menit 50 x/menit 37 Kepala a. Inspeksi Bentuk kepala : mesosepal kesimetrisan muka, tengkorak : simetris Warna rambut : hitam distribusi rambut : banyak dan merata b. Palpasi massa tekan : tidak ada nyeri tekan : tidak ada c. Keluhan yang berhubungan Nyeri kepala 4. Mata a. Inspeksi Kelopak mata : hitam Kunjungtiva : pucat Sklera : putih Ukuran pupil :2 mm isokor kiri dan kanan. Reaksi terhadap cahaya ( + ). Akomodasi (+) 35 o C
  • 36. b. Palpasi peningkatan TIO : tidak ada Massa tekan : tidak ada Nyeri tekan : tidak ada c. Lain-lain Fungsi Penglihatan : penglihatan kabur Pemeriksaan mata terakhir : 3 mei 2010 5. Hidung a. Inspeksi Simetris Udem : tidak ada Secret : tidak ada b. Palpasi Nyeri tekan : tidak ada c. Lain-lain reaksi alergi : tidak ada 6. Mulut dan tenggorokan Gigi geligi 3 2 1 2 2 1 2 3 3 2 1 2 2 1 2 3 Caries : tidak ada Mukosa lembab 7. Leher Inspeksi Simetris Warna : coklat muda sama dengna daerah sekitar. Mobilisasi leher baik 36
  • 37. 8. Dada dan Paru – Paru Inspeksi Bentuk dada normal Simetris antara kiri dan kanan Pernapasan cepat : 30 kali permenit (takipnea) Irama nafas tidak teratur. Palpasi Nyeri tekan : tidak ada Massa tumor : tidak ada Taktil Fremitus: tidak ada 9. Abdomen Inspeksi Simetris Warna: coklat muda sama dengan daerah sekitar Tidak ada benjolan Auskultasi Peristaltik usus : 30 kali per menit Bising usus : ( - ) 10. Genitalia dan Reproduksi Penggunaan kateter ( - ) 11. Status Neurologis GCS Eye: 4, Motorik: 6, Verbal : 5 12. Ekstremitas Keadaan ekstremitas : lemah dan pucat. Atropi : tidak ada Edema : tidak ditemukan 37
  • 38. Cappilary refill time (CRT) : lebih dari 3 detik Kelemahan nadi perifer 13. Integumen Rambut : tipis dan distribusi normal Kulit Kuku 13. : kulit lembab. : normal dan berwarna putih Sistem Muskuloskeletal Klien intoleran terhadap aktivitasnya karena kelemahan otot-otot ekstremitas bawah dan atas. 14. Data tambahan Keluarga klien tampak cemas dan sering bertanya tentang kondisi klien dan sering kesulitan saat tidur. Klien nampak takut dan gelisah VIII. PENGKAJIAN DATA FOKUS Pengakjian data foku pada sistem kardiovaskular Inspeksi : Palpasi : - Denyut apeks : cepat - Nadi karotis lambat dengan volume nadi kecil Perkusi : Auskultasi : - Bising jantung (+) - Murmur jantung - Bising ejeksi sistolik - Bising jantung (+) - palpitasi 38
  • 39. IX. DATA PENUNJANG Hasil Laboratorium 30 juni 2010 Nilai normal 1. RBC : 3.7 × 1033 / mm3 4 x 106-6x 106 /mm3 2. WBC : 8.0 × 103 / mm3 4 x 103-10 x103 /mm3 3. HCT : 33.40 37-48% 4. SGOT : 32 < 32 5. SGPT : 12 < 31 6. Ureum : 25.1 10-50 mg/dL 7. Kreatinin : 1.2 < 1,1 mg/dL 8. GDS : 96 140 mg/dL 9. Albumin : 4.0 10. Limposit : 2.0 11. Hb : 10 12. Trombosit : 185×103 % 3,5-5 gr/d 103 / l (1-3.7) 150000-450000 Pemeriksaan Kateterisasi jantung pada tanggal 30 juni 2010 Peningkatan gradien tekanan pada sistol melewati katup aortik, peningkatan LVEDP Pemeriksaan EKG pada tanggal 30 juni 2010 Aritmia atrium dan ventrikel Pameriksaan Ekokardiogram pada tanggal 30 juni Pembatasan gerakan katup aortik. KESAN KLIEN TERHADAP PERAWAT Klien dan keluarga kooperatif terhadap program pengobatan dan perawatan yang diberikan kepadanya. A. KLASIFIKASI DATA Data subjektif : 39
  • 40. Klien menyatakan nyeri berat pada daerah dadanya Klien mengatakan pusing-pusing Klien mengatakan kesulitan dalam tidur dan sering terbangun pada malam hari karena nyeri yang dialaminya. Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar Klien keletihan dan kelelahan Klien takut dan khawatir tentang penyakit yang dialaminya Klien selalu memikirkan penyakitnya. Klien sering bertanya karena cemas pada penyakitnya. Data objektif : Skala nyeri pasien 8 Klien nampak meringis kesakitan Tekanan darah 100/70 Klien nmpak pucat Kjelemahan nadi perifer Sianosis Capilary refill time lebih dari 3 detik Pola tidur/istrahat klien terganggu, yaitu sebelum sakit 8 jam sehari menjadi 4 jam sehari setelah sakit. Kelopak mata kehitaman Pemeriksaan EKG menunjukan aritmia atrium dan ventrikel. Pemeriksaan kateterisasi jantung menunjukan peningkatan gradien tekanan pada sistol. Ekokardiogram menunjukan pembatasan gerak katup aortik. Bising jantun (+) Klien tampak letih dan kelelahan Klien dan keluarga Nampak cemas terhadap penyakitnya. Klien nampak takut dan geilisah. B. ANALISA DATA 40
  • 41. MASALAH NO 1 DATA PENYEBAB Streptokokus pyogenes DS : Klien menyatakan nyeri berat pada daerah KEPERAWATAN Nyeri Demam reumatik Bakteri masuk dalam pembuluh darah dadanya Menuju jantung DO : Katup aorta Skala nyeri pasien 8 P : yang memperberat rasa nyeri saat Inflamasi/peradangan pada katup aorta beraktivitas dan hilang Pembentukan jaringan dengan istrahat dalam parut waktu yang cukup lama Kekakuan katup Q : kualitas nyeri seperti ditusuk jarum R : lokasi nyeri pada lamanya sekitar membuka secara Suplai darah ke miokard S : skala nyeri 8 : Katup jantung tidak maksimal daerah dada. T Stenosis aorta nyeri selama berkurang Perubahan metabolisme beraktivitas. miokard aerob-anaerob Klien nampak meringis Penimbunan asam laktat Respon nyeri kesakitan 2 Stenosis aorta DS : Klien mengatakan jantungnya debar DO : Katu jantung tidak dapat jantung membuka secara pusing-pusing Klien Penurunan curah mengatakan berdebar- maksimal Kompensasi ventrikel kiri Meningkatkan kerja jantung 41
  • 42. Bising jantung Hipertrofi ventrikel kiri Tekanan darah 100/70 Daya ejeksi berkurang Sianosis Volume akhir diastol meningkat Klen nampak lemah Pemeriksaan EKG menunjukan aritmia dan ventrikel peningkatan serta volume Daya pompa jantung menurun Volume sekuncup berkurang akhir diastole. 3 Stenosis aorta DS : Klien mengatakan jantungnya berdebar- Suplai darah keseluruh jaringan berkurang Sel jaringan kekurangan debar Klien Intoleransi aktifitas keletihan dan o2 dan nutrisi Gangguan metabolisme kelelahan Penurunan pembentukan DO : Klien tampak letih dan Sel jaringan kekurangan kelelahan Klien ATP tidak melakukan dapat aktivitas energi Kelemahan otot seperti biasanya. 4 Stenosis aorta DS : Klien keletihan kelelahan DO : Klien nampak pucat dan Gangguan perfusi Supalai darah ke seluruh jaringan perifer jaringan berkurang Suplai darah ke organ perifer menurun pucat 42
  • 43. Sianosis Kelemahan nadi perifer Capillary refill time lebih dari 3 detik 5 Stenosis aorta DS : Klien takut dan khawatir tentang penyakit yang Perubahan status kesehatan Stress psikologi Peningkatan ketegangan dialaminya Klien Ansietas dan keluarga sering bertanya tentang proses penyakitnya DO : Klien dan keluarga Nampak cemas terhadap penyakitnya. Klien nampak takut dan geilisah 6 Stenosis aorta DS : mengatakan Katup aorta tidak kesulitan dalam tidur membuka secara dan sering terbangun maksimal Klien karena nyeri yang menurun dialaminya. Klien jantungnya Suplai darah ke miokard mengatakan berdebar- Perubahan metabolisme aerob-anaerob Penimbunan asam laktat debar Klien mengatakan Respon nyeri sering terbangun Aktifasi RAS ditengah malam karena Sering terbangun saat tidur 43 Gangguan pola tidur
  • 44. rasa nyeri yang Pola istrahat terganggu dialaminya. DO: Kelopak mata kehitaman Pola tidur/israhat pasien terganggu, yaitu tadinya 8 jam sehari menjadi 4 jam sehari. C. PENYIMPANGAN KDM Streptokokus pyogenes Masuk dalam tubuh Tenggorokan Faringitis Demam reumatik Bakteri masuk dalam peredaran darah Menuju jantung Katup aorta Inflamasi pada lubang katup Pembentukan jaringan parut Kekakuan katup Stenosis aorta Pembatasan gerakan katup Suplai darah jaringan berkurang Katup aorta tidak membuka secara maksimal Sel jaringan kekurangan o2 dan nutrisi Suplai darah ke miokard berkurang Perubahan metabolisme aerob-anaerob peningkatan kebutuhan o2 jaringan Penurunan pembentukan ATP Penimbunan asam laktat Kompensasi ventrikel kiri Produksi energi berkurang Respon nyeri Kelemahan otot 44
  • 45. Meningkatkan kerja jantung NYERI Hipertrofi ventrikel kiri Aktifasi RAS Penurunan Sering terbangun saat tidur daya pompa jantung Daya ejeksi menurun INTOLERANSI AKTIFITAS Perubahan status kesehatan Pola istrahat terganggu GANGGUAN POLA TIDUR Stress psikologi Peningkatan ketegangan Peningkatan volume akhir diastol Volume sekuncup berkurang ANSIETAS suplai darah ke organ/jaringan perifer menurun PENURUNAN CURAH JANTUNG pucat GANGGUAN PERFUSI JARINGAN PERIFER D. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri berhubungan dengan penimbunan asam laktat ditandai dengan ; DS : Klien menyatakan nyeri berat pada daerah dadanya DO : Skala nyeri pasien 8 P : yang memperberat rasa nyeri saat beraktivitas dan hilang dengan istrahat dalam waktu yang cukup lama Q : kualitas nyeri seperti ditusuk jarum R : lokasi nyeri pada daerah dada. S : skala nyeri 8 T : lamanya nyeri sekitar selama beraktivitas. Klien nampak meringis kesakitan 2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penyempitan katup aorta ditandai dengan ; DS : Klien mengatakan pusing-pusing Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar DO : 45
  • 46. Bising jantung Tekanan darah 100/70 mmhg Sianosis Klen nampak lemah Pemeriksaan EKG menunjukan aritmia dan ventrikel serta peningkatan volume akhir diastole. 3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan suplai darah dan oksigen ke jaringan tubuh berkurang ditandai dengan ; DS : Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar Klien keletihan dan kelelahan DO : Klien tampak letih dan kelelahan Klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. 4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubuungan dengan penurunan suplai oksigen dan darah ke jaringan perifer ditandai dengan ; DS : Klien keletihan dan kelelahan DO : Klien nampak pucat Sianosis Kelemahan nadi perifer Capillary refill time lebih dari 3 detik 5. Ansietas berhubungan dengan stress psikologi ditandai dengan ; DS : Klien takut dan khawatir tentang penyakit yang dialaminya Klien dan keluarga sering bertanya tentang proses penyakitnya DO : Klien dan keluarga Nampak cemas terhadap penyakitnya. Klien nampak takut dan geilisah 46
  • 47. 6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan aktifasi RAS (reticuloendotelia avtifing system) ditandai dengan ; DS : Klien mengatakan kesulitan dalam tidur dan sering terbangun karena nyeri yang dialaminya. Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar Klien mengatakan sering terbangun ditengah malam karena rasa nyeri yang dialaminya. DO: Kelopak mata kehitaman Pola tidur/israhat pasien terganggu, yaitu tadinya 8 jam sehari menjadi 4 jam sehari. 47