1. OKE AFLATUN 03071181320010
Harapan Asuransi Bencana
Dari dua artikel yang saya baca dengan judul "Menggagas Asuransi Bencana" dan "Gagasan
Asuransi Bencana" memang agak sulit untuk menemukan perbedaan keduanya. Kemudian
berat pula jika saya harus mengatakan apabila Anggito Abimanyu telah terjerembab oleh
pikirannya sendiri yang terlalu mengagumi tulisan Hotbonar Sinaga.
Lebih baik jiaka Anggito memiliki pemikirannya sendiri tentang sebuah permasalahan yang
dihadapi negeri ini, terlebih beliau adalah seorang Dosen Gadjah Mada yang kredibilitasnya
tak terbantahkan lagi. Berbalik dari itu semua, Anggito justru mempertontonkan
ketidakarifan-nya dalam berilmu, praktek karya tulisnya gagal karena ternyata hampir 80%
isinya adalah hasil copyana. Hampir tidak ada yang baru dalam tulisan Anggito lewat
artikelnya yang ditayangkan Kompas pada 10 Februari 2014 lalu, juga tidak ada perbedaan
pendapat di dalamnya.
Menurut saya, Gagasan Asuransi Bencana versi Anggito merupakan penyuaraan kembali
artikel Menggagas Asuransi Bencana tulisan Hotbonar dan Munawar Kasan di Kompas 21
Juli 2006. Anggito pastinya sadar bila ia kembali membaca tulisannya akan membuat dia
menelan kenyataan bahwa tulisannya hanya sedikit menghias artikel dengan membuka dan
menutup artikel dengan langkah pemerintah, Menkeu.
Anggito mengaku lalai berdasarkan yang saya baca di sebuah internet copy-paste yang
selama ini terlarang di lingkungannya, kini justru yang membuatnya terjerembab. Ilmu,
gagasan atau buah pikir memang seringkali membuat orang terlena. Saya pribadi menilai,
permasalahan mengenai asuransi bencana memang topik yang sangat menarik, ketika saya
membaca artikel Hotbonar, pendapat saya pun bertambah, Ini penting. Sudahkah pemerintah
memiliki atensi?
Barangkali hal itu pula yang ada di benak Anggito. Topik yang penting ini sudah seharusnya
ditebitkan lagi, momentumnya pas. Bencana Kelud bukan bencana yang kecil, ini akan
menambah nilai artikel menjadi Aktual. Mungkin itu juga yang menyebabkannya kembali
mempertegas kata "Tunggu apa lagi!" yang menjadi penutup tulisan Hotbonar. Anggito
menuliskan sepakterjang UGM dalam keseriusannya mengkaji Asuransi Bencana lewat
kajian Obligasi Katastrofik yang juga sudah disinggung di tulisan Hotbonar, meski akhirnya
Anggito pun mengambil sikap yang sama dengan Hotbonar, tunggu pemerintah.
2. OKE AFLATUN 03071181320010
Kita harapkan dari polemik yang ada saat ini -Anggito yang mundur sebagai dosen, Dewan
etik dosen yang sedang menimbang, dan Hotbonar yang sudah memaafkan Anggito- seorang
menteri keuangan Republik Indonesia akan menyempatkan diri untuk membaca dua artikel
yang mengulas pentingnya Asuransi Bencana. Izinkan saya kutip paragraf terakhir dari
tulisan Anggito (semoga enggak dibilang plagiat):
"Kajian mengenai asuransi bencana sudah tersedia, pembahasan sudah dilakukan,
momentumya ada, dan regulasi dapat segera didesain secara bertahap. Bola ada di
pemerintah, khususnya Kemenkeu. Jangan sampai gagasan ini mentah lagi seiring dengan
meredanya kejadian bencana. Bencana akan terus menjadi tantangan di Indonesia. Tugas
pemerintah melindunginya."