LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
Laporan awal 6
1. Laporan Praktikum
KIMIA DASAR II
“ANALISA KUALITATIF GUGUS FUNGSI (II)”
KARBONIL (Aldehid dan Keton)
Nama : Nurul Amini
NIM : F1C113061
Prodi : Kimia A
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2014
2. Percobaan 6
ANALISA KUALITATIF GUGUS FUNGSI (II)
KARBONIL (Aldehid Dan Katon)
I. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui reaksi-reaksi senyawa karbonil.
2. Mengetahui reaksi-reaksi yang membedakan aldehid dan keton.
II. Landasan Teori
Meskipun ikatan karbon-karbon dan ikatan karbon-hidrogen adalah umum
untuk semua senyawa organik, namun yang mengherankan adalah bahwa ikatan-ikatan
ini besarnya tidak memegang peranan yang penting dalam senyawa organik,
untuk sebagian besar adalah adanya ikatan atom lain dalam suatu struktur organik
yang menimbulkan kereaktifan. Kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul
disebut gugus fungsi. Senyawa dengan gugus fungsi yang sama cenderung
mengalami suatu reaksi kimia yang sama. Karena kesamaan dalam kereaktifan
diantara senyawa dengan gugus fungsi yang sama maka lebih mudah untuk
menggunakan rumus umum untuk deret senyawa ini. Biasanya suatu gugus yang
hanya mengandung atom C ditambah atom H, dapat digunakan untuk menyatakan
gugus lainnya. Dengan tehnik inilah suatu alkohol dapat dinyatakan sebagai R-OH
(Fessenden, 1982:83).
Gugus funsional sebagai ciri utama suatu senyawa organik yang pada
dasarnya dapat diketahui secara jelas dengan mengelompokkan molekul-molekul
tersebut saling berkaitan sehingga sulit untuk membahas suatu gugus fungsional
tanpa menyinggung gugus fungsional yang lainnya. Tetapi secara sederhana dapat
dikatakan bahwa gugus fungsional adalah suatu atom-atom, gugus atom dalam
suatu senyawa organik yang boleh dikatakan paling menentukan sifat zat tersebut
(Arsyad, 2001:126).
Sifat fisis dari aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom
karbon Sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma
3. dan sebuah ikatan pi. Ikatan-ikatan sigma gugus karbonil terletak dalam suatu
bidang dengan sudut ikatan kira-kira 120o C di sekitar karbon Sp2. Ikatan pi yang
menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang ikatan-ikatan sigma
tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan elektron-elektron dalam ikatan
sigma dan terutama elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke oksigen yang
lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonil mempunyai dua pasang elektron
menyendiri. Semua sifat-sifat struktural ini kedataran, ikatan pi, polaritas dan
adanya elektron menyendiri, mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil
(Fessenden : 1990).
Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul, karena
tidak ada gugus hidroksil dan dengan demikian titik didihnya menjadi lebih rendah
dari alkohol padanannya. Tetapi aldehid dan keton tarik menarik melalui interaksi
antara polar-polar, sehingga titik didihnya menjadi lebih tinggi dibanding alkana
padanannya (Sudarmo, 1992:152).
Ciri polar gugus karbonil memberikan petunjuk untuk mengerti sifat kimia
senyawa karbonil. Atom karbon gugus karbonil adalah ujung positif dipol dan atom
oksigen adalah ujung negatif. Nukleofil mengadisi pada atom karbon karbonil, dan
elektrofil mengadisi pada atom oksigen karbonil (Hart, 1988:56).
Formaldehida suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40 %
dalam air dinamakan formalin yang digunakan dalam pengawetan cairan dan
jaringan. Formaldehida juga digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Polimer
dari formaldehida, yang disebut para formaldehida, juga digunakan sebagai
antiseptik dan insektisida (Petrucci, 1999:45).
Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air
yang polar. Anggota deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan aseton
yang bersifat larut dalam air dalam segala perbandingan. Aldehida bersifat netral,
suku-suku dengan 4 karbon tak larut dalam H2O berbau tajam dan enak, tetapi yang
mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga dan di dalam
industri wangi-wangian. Aldehid dan keton bersifat netral. Siku-siku yang rendah
larut dalam air dan pelarut organik. Siku yang lebih dari 4c akan tidak larut dalam
air. Aldehid-aldehid yang rendah seperti formaldehida dan asetaldehida berbau
4. tidak sedap dan menyengat. Sedangkan aldehid yang berantai panjang dalam
larutan encer baunya seperti bunga (Staley, 1989:70).
Aldehid dan keton sangat banyak terdapat di alam dan keduanya mempunyai
gugus fungsi yang sama yaitu gugus karbonil yang berperanan penting dalam
reaksi-reaksi aldehid dan keton. Umumnya kelompok aldehid akan bereaksi lebih
cepat daripada keton terhadap suatu pereaksi yang sama. Aldehid sangat mudah
dioksidasi bahkan dengan oksidator lemah seperti reagent Tollens dan Fehling
membentuk suatu asam karboksilat dengan jumlah atom C yang sama dengan
aldehid asalnya. Sedangkan keton tidak dapat dioksidasi menggunakan oksidator
lemah, hanya dapat dioksidasi dengan oksidator kuat (seperti HNO3 pekat) yang
mengakibatkan terjadinya pemutusan ikatan karbon-karbonnya sehingga
menghasilkan dua asam karboksilat yang jumlah atom C-nya lebih sedikit dari
semula. Perbedaan kereaktifan antara aldehid dan keton ini terhadap oksidator pada
reaksi oksidasi dapat digunakan untuk membedakan kedua senyawa karbonil
tersebut. (TIM Kimia Dasar II, 2014)
III. Prosedur Kerja
Alat dan Bahan
Alat :
1. Tabung reaksi : 10 buah
2. Penangas air : 1 buah
3. Gelas kimia 100 mL : 5 buah
4. Erlenmeyer 100 mL : 2 buah
5. Pengaduk : 2 buah
6. Stop watch : 1 buah
7. Gelas ukur 50 mL : 1 buah
8. Pipet tetes : 5 buah
5. Bahan :
1. Larutan NaHSO3 jenuh
2. 2,4-dinitrofenilhidrazin
3. Asetaldehid
4. Benzaldehid
5. KOH 2M
6. Reagen Tollens
7. NaOH 5%
8. Aseton
9. Pereaksi Fehling
10. 2-Pentanon
11. Iodium iodida
Skema Kerja
1. Uji Tollens
Tabung Reaksi
Dimasukkan 2 ml larutan
Ditambahkan 1-2 ml pereaksi Tollens
Hasil
Note : Uji positif apabila terbentuk cincin perak.
2. Uji Fehling
Tabung Reaksi
Dimasukkan 2-4 tetes pereaksi campuran Fehling A
dan Fehling B.
Ditambahkan bahan yang akan diuji
Ditempatkan di air mendidih
Diamati perubahan setelah 10-15 menit
Hasil
6. Note : Reaksi positif dengan aldehid bila terbentuk endapan merah.
3. Adisi Bisulfit
Tabung Reaksi
Dimasukkan 2 ml NaHSO3 jenuh
Diambah 2 ml bahan yang akan diuji sambul
diguncang-gincang
Hasil
Note : Reaksi positif aldehid bila terbentuk endapan putih.
4. Iodoform Tes
Tabung Reaksi
Dimasukkan 3 ml NaOH 5%
Ditambah 5 tetes asetan
Ditambah larutan iodium iodide sedikit demi sedikit
sambil diguncang-guncang
Hasil
Note : Reaksi positif bila adda endapan kuning.
5. Uji dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin
Tabung Reaksi
Dimasukkan 0,5 ml 2,4-dinitrofenilhidrazin
Ditambahkan 5-10 tetes bahan yang akan diuji
Ditutup dan dikocok kuat selama 1-2 menit
Hasil
Note : Reaksi positif bila terbentuk endapan merah.
7. DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, 2001. Kamus Kimia. Gramedi Pustaka. Jakarta.
Fessenden. 1997. Analisis Kimia Kualitatif. Erlangga : Jakarta
Fessenden Ralp,J., dan Joan, S.,Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga
Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Erlangga : Jakarta
Sudarmo, Unggul. 2006. Analisis Kimia : Phibeta : Jakarta
Staley, Dennis. 1992. Penuntun Belajar untuk Kimia Organik. Hayati : Bandung
Petrucci, Ralph. 1989. Kimia Dasar. Erlangga : Jakarta