6. 2. Liang kubur dapat berupa lahad yaitu liang yang dibuat
khusus di dasar kubur pada arah kiblat (pinggir) untuk
meletakkan jenazah, atau syiq yaitu liang yang dibuat
khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya.
“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin),
sedangkan syaq bagi selain kita (non muslim).” (HR. Abu
Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam
“Ahkamul Janaaiz” hal. 145)
3. Seyogyanya dikuburkan di kuburan khusus kaum Muslim
yang terdekat, kecuali dalarn keadaan darurat
7. 4. Penutup lubang kubur harus kuat dengan
menggunakan kayu, bambu atau batu sebagai
penyangga sehingga tidak mudah longsor ke bawah
5. Usungan keranda jenazah hendaklah tertutup rapat
dan sederhana.
6. Tdk boleh dimakamkan di dalam masjid & tdk boleh
pula di pemakaman kaum musyrikin & semisalnya.
8. B. MENYUSUNG JENAZAH
1. Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa
harus tergesa-gesa
2. Disunnahkan jenazah dibawa oleh 4 orang laki-laki, pejalan kaki
berada di depan & belakangnya, & yg berkenderaan berada di
belakangnnya. Jika pemakaman jauh atau ada kesulitan, tdk mengapa
dibawa kendaraan (mobil).
3. Jenazah dibawa (diusung) ke kuburan dengan diiringi oleh sanak
kerabat dan handai tolan
9. 4. Orang yang melihat iringan jenazah hendaklah
menghormati dengan berdiri tegak, bagi yang
berkendaraan atau berjalan hendaklah berhenti, hingga
jenazah lewa
5. Para pengiring jenazah jangan duduk lebih dahulu
sebelum jenazah diturunkan dari pundak pembawanya
6. Pengiring jenazah bila memasuki kuburan hendaklah
mengucapkan salam dan melepaskan alas kaki.
12. 3. Jenazah Dimasukkan Ke Dalam Kubur. Disunnahkan Memasukkan
Jenazah Ke Liang Lahat Dari Arah Kaki Kuburan Lalu Diturunkan Ke
Dalam Liang Kubur Secara Perlahan. Jika Tidak Memungkinkan, Boleh
Menurunkannya Dari Arah Kiblat
13. 4. Petugas Yang Memasukkan Jenazah Ke Lubang Kubur
Hendaklah Mengucapkan:
“BISMILLAHI WA ‘ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan Menyebut Asma
Allah Dan Berjalan Di Atas Millah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wassalam).”
Dari Ibnu Umar, Katanya: " Bahwa Nabi Saw. Bila Meletakkan Mayat
Ke Dalam Kubur, Ia Mengucap: 'Bismillah, Wa Ala Millati Rasulullah'
Atau 'Wa' Alaa - Sunnati Rasulullah '. " (Diriwayatkan Oleh Ahmad,
Abu Daud, Turmudzi Dan Ibnu Majah, Juga Oleh Nasa'i Baik Secara
Musnad Maupun Mauquf ).
14. 5. Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun
batu di bawah kepalanya, sebab tidak ada dalil shahih
yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap
wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal dunia saat
mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah
dijelaskan.
15. 6. Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan
tali-tali selain kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad
tersebut ditutup dengan batu bata atau papan kayu/bambu dari
atasnya (agak samping).
16. 7. Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup
dengan tanah liat agar menghalangi sesuatu yang
masuk sekaligus untuk menguatkannya.
17. 8. Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke
dalam liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang
dilakukan rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk)
tanah ke atas jenazah tersebut.
9. Menyapu kubur dengan telapak tangan tiga kali . disunatkan bagi orang yang
menyaksikan pemakaman mayat, buat menyapu makam dari arah kepala mayat
sebanyak tiga kali.
diriwayatkan oleh ibnu majah : "bahwa nabi saw. Menyalatkan satu jenazah,
kemudian mendatangi kuburnya dan menyapunya dari arah kepala sebanyak tiga
kali."
10. Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak
dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah
bentuk makam rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).
18. 11. Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah
makam dan diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah nabi
shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah ini terdapat riwayat-riwayat
mursal yang shahih, silakan lihat “irwa’ul ghalil” II/206). Lalu
diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.
12. Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan.
Demikian pula menulisi batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di
atas kuburan, menginjaknya serta bersandar padanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang dari hal
tersebut. (Hr. Muslim)
19. 13. Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si
mayit (dalam menjawab pertanyaan dua malaikat yang disebut
dengan fitnah kubur).
Dari usman katanya: "bila selesai menguburkan mayat, nabi saw. Berdiri di
depannya dan bersabda: "mohonkanlah ampun bagi saudaramu, dan mintalah
dikuatkan hatinya, karena sekarang ini ia sedang ditanya." (Diriwayatkan oleh abu
daud dan hakim yang menyatakannya sah, juga oleh bazzar yang mengatakan: "
tak ada riwayat lain dari nabi saw. Kecuali dari jalan ini. " ) Dan diriwayatkan oleh
razin dar i ali, bahwa setelah selesai menguburkan mayat itu biasa berdoa " - ya
allah, ini adalah hamba-mu yang datang berdiam kepda-mu, dan engkau adalah
sebaik-baik tempat berdiam, maka ampunilah dia dan lapangkanlah tempatnya! "
Ibnu umar menganggap sunah membaca awal surat al-baqarah dan akhirnya di
kubur selesai mayat dimakamkan. ( Diriwayatkan oleh baihaqi dengan sanad yang
hasan.)
20. 1D. M. WalaAmKhTaUri PENGUBURAN
Jumhur ulama berpendapat bahwa menguburkan di waktu malam itu sama saja halnya dan
tak ada ubahnya dengan di waktu siang.
Rasulullah saw. Telah menguburkan seorang laki-laki yang biasa berdzikir di waktu malam
dengan secara keras.
Begitupun Ali menguburkan fathimah ra . di malam hari. Dan abu bakar, utsman, 'aisyah
dan Ibnu Mas’udjuga dikuburkan pada malam hari.
Tapi menguburkan di waktu malam itu diperbolehkan hanyalah bila tidak berakibat
hilangnya suatu pun dari hak mayat dan menyalatkannya. Jika hak itu sampai ketinggalan,
dan penyelesaiannya tidak sempurna, maka agama melarang dan tidak menyukai
menguburkannya di waktu bahkan hari. Dan diriwayatkan pula oleh ibnu majah dari jabir ra
.: " janganlah kamu menguburkan mayatmu di malam hari, kecuali jika engkau dalam
keadaan terpaksa. "
21. 2. Memakamkan waktu terbit, waktu istiwa 'dan
terbenamnya matahari
Para ulama sependapat bahwa jika dikhawatirkan membusuknya
mayat, maka bisa dikuburkan pada ketiga waktu ini tanpa
dimakruhkan. Adapun jika disengaja, maka hukumnya menjadi
makruh.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan
Ash-habus Sunan dari 'Uqbah , katanya: "Ada tiga saat yang pada
waktu itu kami dilarang oleh Nabi saw. buat melakukan shalat atau
menguburkan mayat, yaitu tepat waktu terbitnya matahari sampai
ia naik, ketika tepat tengah hari sampai ia tergelincir dan ketika
hampir terbenamnya matahari sampai ia terbenam. "
22. E. PENGUBURAN DARURAT
1. Memakamkan Beberapa Mayat Dalam Satu Liang Kubur
Diriwayatkan oleh Ahmad, juga oleh Turmudzi yang menyatakan sahnya,
artinya: " orang-orang anshar datang mendapatkan nabi saw. Waktu
perang uhud, kata mereka: 'ya rasulullah, kita telah letih dan banyak yang
luka-luka, bagaimana seharusnya kami lakukan menurut anda? Ujarnya:
"galilah kubru-kubur yang dalam dan lebar dan tanam dua atau tiga mayat
dalam satu liang 'tanya mereka pula:" siapakah yang harus kami
dahulukan'? Ujarnya: 'yang lebih banyak hafal al-qur'an'. " Dan
diriwayatkan pula oleh abdur-razak dari wasilah bin asqa ' dengan sanad
yang hasan: " bahwa pernah seorang laki-laki dan seorang wantia
dikuburkan di satu liang, pertama dimasukkan laki-laki, kemudian di
belakangnya wanita, "
23. 2. Mayat ditengah laut
• Jika ada yang meninggal di kapal di tengah laut, maka menurut ahmad ra harus tertunda
penguburannya jika diharapkan ada tempat di darat yang dapat dicapai dalam waktu sehari-dua,
selama tidak dikhawatirkan rusaknya mayat. Jika tak ada tempat itu harus mayat
dimandikan, dikafani, dibalsam dan dishalatkan, kemudian diberati dengan sesuatu benda lalu
dijatuhkan ke air. Juga ini merupakan pendapat 'atha' dan hasan . kata hasan : "dimasukkan ke
dalam karung lalu dijatuhkan ke laut."
• Menurut syafi'i , dikebatkan mayat itu antara dua bilah papan agar dibawa ombak ke tepi
pantai. Mungkin ia ditemukan oleh orang-orang yang akan menguburkannya di darat. Tetapi
jika ia dijatuhkan ke laut saja, maka tidaklah berdosa.
• Pendapat pertama lebih utama, karena dengan demikian maksud menutupi mayat yang
hendak dicapai dengan menguburkannya telah berhasil. Beda halnya dengan mengikatkannya
pada papan, karena akan menyebabkan busuk atau rusak. Dan mungkin pula mayat itu akan
terdampar di pantai, dalam kondisi memalukan dan telanjang, atau siapa tahu jatu ke tangan
orang-orang musyrik. Allahu a'lam.
24. F. HAL LAIN TENTANG PENGUBURAN • Jenazah diperbolehkan untuk dimasukkan ke dalam peti bila tanahnya berair atau jenazah
dalam keadaan rusak
• Pada prinsipnya satu jenazah dikubur dalam satu liang kubur, tetapi tidak ada larangan
untuk mengubur beberapa jenazah dalam satu liang kubur dengan posisi berjajar (tidak
bersusun)
• Memindahkan kuburan diperbolehkan dengan alasan darurat atau demi kemaslahatan,
dengan hati-hati dan memuliakan jenazah
• Autopsi (pembedahan) pada jenazah diperbolehkan atas dasar keperluan mendesak
(kesehatan, penyelidikan, dan iain-lain) hingga terpenuhinya tujuan pembedahan, kemudian
jenazah diperlakukan sebagaimana mestinya, menurut aturan sunnah
• Penguburan di laut (dari kapal) dilakukan dengan memberi pemberat di bagian kaki jenazah
supaya tenggelam sebagai pengganti penguburan. Sebelumnya jenazah dirawat seperti
biasa.
Sumber :Pak-sodikin.com
25. G. LARANGAN TENTANG PENGUBURAN
• Meninggikan timbunan kuburan lebih dari satu jengkal dari atas permukaan tanah
• Menembok kuburan sehingga menjadi bangunan
• Menulisi kuburan dengan berbagai tulisan, seperti nama keluarga, dan lain-lain
• Duduk di atas kuburan
• Menjadikan kuburan sebagai bangunan masjid
• Berjalan di antara kubur dengan memakai alas kaki
• Semua hal, kegiatan, yang menjurus ke arah syirik dan takhayul, seperti:
berwasilah kepada orang yang telah mati, meminta restu kepada orang yang telah
mati
• Perempuan yang selalu/sering berziarah kubur.
Sumber :Pak-sodikin.com