SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Download to read offline
Bencana, perspektif akademik
         kontemporer
Definisi
   Baik bencana alam atau buatan manusia
    yang telah datang menyebabkan dan atau
    menghasilkan sebuah perubahan besar
    berupa kerusakan fisik yang signifikan,
    kehilangan jiwa, atau perubahan drastis
    pada lingkungan alam
   Dalam akademik kontemporer, bencana
    dilihat sebagai konsekuensi dari resiko yg
    tidak tepat dikelola. Resiko ini adalah
    produk dari bahaya dan kerentanan. Bahaya
    yang terjadi di daerah dengan kerentanan
    rendah tidak dianggap bencana, seperti
    yang terjadi di daerah yang tidak
    berpenghuni
Bencana



Alam    Manusia
   Negara-negara berkembang menderita
          kerugian terbesar ketika terjadi
          bencana - lebih dari 95 persen dari semua
          kematian yang disebabkan oleh bencana terjadi di
          negara berkembang, dan kerugian akibat bencana
          alam adalah 20 kali lebih besar (sebagai persentase
          dari PDB) di negara-negara berkembang daripada
          di negara-negara industri 1




1
http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTURBANDEVELOPMENT/EXTDISMGMT/0,,menuPK:341021~
pagePK:149018~piPK:149093~theSitePK:341015,00.html
Solusi
   Untuk mengurangi dampak bencana dengan mengadopsi
    strategi mitigasi bencana yang cocok. Terutama:
      meminimalkan potensi resiko bencana dengan mengembangkan
       strategi peringatan dini
      menyiapkan dan melaksanakan rencana pembangunan untuk
       memberikan ketahanan terhadap bencana tersebut,
      memobilisasi sumber daya termasuk komunikasi dan jasa
       paramedis untuk membantu dalam rehabilitasi dan recovery
       pasca-bencana.

   Manajemen bencana, di sisi lain meliputi:
      pra-bencana perencanaan, kesiapan, pemantauan kemampuan
       bantuan manajemen termasuk
       prediksi dan peringatan dini
      penilaian kerusakan dan manajemen recovery
Musibah, Memahami dengan
         keimanan
DEFINISI
   Musibah adalah al-baliyyah (ujian) dan semua perkara yang dibenci oleh manusia.
    Imam Ibnu Mandzur, dalam Lisân al-‘Arab menyatakan, bahwa musibah adalah al-
    dahr (kemalangan, musibah, dan bencana) (Imam Ibnu Mandzur, Lisân al-‘Arab, juz 1,
    hal. 535).
    Menurut Imam al-Baidhawi, musibah adalah semua kemalangan yang dibenci dan
    menimpa umat manusia. Ini didasarkan pada sabda Rasulullah Saw, “Setiap perkara
    yang menyakiti manusia adalah musibah.” (Imam al-Baidhawi, Tafsir al-Baidhawi, juz 1,
    hal. 431).
    Kata musibah disebutkan di sepuluh ayat, dan semuanya bermakna kemalangan,
    musibah, dan bencana yang dibenci manusia. Namun demikian, Allah SWT
    memerintahkan kaum Muslim untuk menyakini, bahwa semua musibah itu datang
    dari Allah SWT, dan atas ijinNya. Allah SWT berfirman:
    “Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah;
    dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepadanya
    hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. al-Taghâbun [64]: 11).
Bala’
   Secara literal, al-bala’ bermakna al-ikhtibar (ujian). Istilah bala’ sendiri digunakan
    untuk menggambarkan ujian yang baik maupun yang buruk (Imam ar-Razi, Mukhtâr
    al-Shihâh, hal. 65).

   Dalam kitab al-Tibyân fi Tafsîr Gharîb al-Qur’an dinyatakan, bahwa bala’ itu memiliki
    tiga bentuk; ni’mat (kenikmatan), ikhtibaar (cobaan atau ujian), dan makruuh (sesuatu
    yang dibenci) (Syihâb al-Dîn Ahmad, al-Tibyân fi Tafsîr Gharîb al-Qur’an, juz 1, hal.
    85). Di dalam al-Quran, kata bala’ disebutkan di enam tempat, dengan makna yang
    berbeda-beda; (Qs. al-Baqarah [2]: 49; Qs. al-A’râf [7]: 141; Qs. al-Anfâl [8]: 17; Qs.
    Ibrahim [14]: 6; Qs. ash-Shafât [37]: 106; Qs. ad-Dukhân [44]: 33). Ada yang bermakna
    cobaan dan ujian yang dibenci manusia. Ada pula yang berarti kemenangan atau
    kenikmatan (bala’ hasanan).
   Bala’ dalam konteks ujian yang buruk, misalnya terdapat di dalam
    firman Allah SWT berikut ini:
    “Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar
    dari Tuhanmu.” (Qs. al-Baqarah [2]: 49).
    Ayat ini bercerita tentang diselamatkannya Bani Israil dari
    penyembelihan dan kekejaman Fir’aun. Menurut Ali ash-Shabuni,
    bala’ dalam ayat ini adalah al-mihnah wa al-ikhtibâr (ujian dan
    cobaan) yang ditimpakan oleh Fir’aun kepada Bani Israil; yakni
    penyembelihan anak laki-laki (Ali ash-Shabuni, Shafwât at-Tafâsîr,
    juz 1, hal. 57).
   Adapun bala’ dalam konteks ujian yang baik terdapat dalam firman Allah
    SWT berikut ini:
    “Maka sebenarnya, bukan kamu yang membunuh mereka. Akan tetapi
    Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika
    kamu melempar, tetapi Allahlah yang melempar. Allah berbuat demikian
    untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada
    orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik (bala’an hasanan).
    Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. al-Anfâl
    [8]: 17).
    Menurut Imam al-Baidhawi dalam Tafsir al-Baidhawi, kata bala’ pada ayat di
    atas adalah kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang-orang beriman,
    yang berujud, pertolongan Allah (al-nashr), al-ghanimah (harta rampasan
    perang), dan al-musyahadah (mati syahid) (Imam al-Baidhawi, Tafsir al-
    Baidhawi, juz 3, hal. 97).
Adzab
   Secara literal, ‘adzab adalah al-nakâl wa al-‘uqûbah (peringatan bagi yang lain, dan
    siksaan [hukuman]) (Imam Ibnu Mandzur, Lisân al-‘Arab, juz 1, hal. 585). Al-nakâl
    adalah peringatan yang berupa siksaan atau hukuman kepada yang lain. Kata al-‘adzab
    biasanya digunakan pada konteks hukuman atau siksaan kelak di hari akhir. Allah
    SWT berfirman:
    “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka
    ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (Qs. al-Baqarah [2]: 7).
    “Sesungguhnya, orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akherat, Kami
    sediakan bagi mereka adzab yang pedih.” (Qs. al-Isrâ’ [17]: 10), dan lain sebagainya.
    Namun demikian, kata ‘adzab juga digunakan dalam konteks hukuman di kehidupan
    dunia. Allah SWT berfirman:
    “Tak ada suatu negeripun yang durhaka penduduknya, melainkan Kami
    membinasakannya sebelum hari kiamat, atau Kami adzab (penduduknya) dengan
    adzab yang keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab Lauh al-Mahfuudz.”
    (Qs. al-Isrâ’ [17]: 58).
   Menurut Ali ash-Shabuni, jika penduduk suatu kota ingkar atau bermaksiyat kepada
    perintah Allah SWT, mendustakan Rasul-rasulNya, niscaya Allah akan menghancurkan
    mereka, baik dengan kehancuran secara total (pemusnahan), maupun ditimpa dengan
    hukuman yang amat keras (Ali ash-Shabuni, Shafwât at-Tafâsîr, juz 2, hal. 165).
    Di ayat yang lain, Allah SWT berfirman:
    “Sekiranya mereka tidak bercampur baur, tentulah Kami akan mengadzab orang-orang
    kafir di antara mereka dengan adzab yang pedih.” (Qs. al-Fath [48]: 25).
    Tatkala menafsirkan ayat ini, Ali ash-Shabuni mengatakan, “Seandainya orang-orang
    kafir itu dipisahkan satu dengan yang lain, kemudian dipisahkan antara yang mukmin
    dengan yang kafir, tentulah Allah akan mengadzab orang-orang kafir dengan adzab
    yang sangat keras, berupa pembunuhan, penawanan, maupun pengusiran dari negeri
    mereka-negeri mereka.” (Ali ash-Shabuni, Shafwât at-Tafâsîr, juz 3, hal. 48).
   Keterangan ini diperkuat dengan firman Allah SWT yang lain, yakni:
    “Dan jikalau tidaklah karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap
    mereka, benar-benar Allah mengadzab mereka di dunia. Dan bagi mereka di
    akherat adzab neraka.” (Qs. al-Hasyr [59]: 3).
    Ayat ini bercerita tentang pengusiran Bani Nadzir, sekaligus mengisahkan,
    bahwa jikalau Allah SWT tidak menetapkan hukuman pengusiran terhadap
    Bani Nadzir, niscaya mereka akan diadzab dengan pembunuhan (al-qatl).
    Hukuman bagi mereka cukup dengan pengusiran, bukan pembunuhan
    seperti halnya hukuman bagi Yahudi Bani Quraidzah.
    Ayat di atas juga menunjukkan, bahwa ‘adzab tidak hanya berasal dari Allah
    SWT saja, akan tetapi juga bersumber dari manusia sendiri, yakni berupa
    hukuman atau sanksi di kehidupan dunia.
Penyebab Datangnya ‘Adzab

                                Allah Allah SWT adalah kedzaliman,
    Pada dasarnya, penyebab datangnya ‘adzab
    kemaksiatan, dan kefasikan. Allah SWT telah menyatakan hal ini di beberapa
    ayat; diantaranya adalah firman Allah SWT:
    “Dan tidak pernah Kami membinasakan kota-kota, kecuali penduduknya
    dalam keadaan melakukan kedzaliman.” (Qs. al-Qashash [28]: 59).
    “maka tidak dibinasakan kecuali kaum yang fasik.” (Qs. al-Ahqâf [46]: 35).
    “Kami telah membinasakan mereka, karena sesungguhnya mereka adalah
    orang-orang yang berbuat dosa (al-mujrim).” (Qs. ad-Dukhân [44]: 37).
    Ayat-ayat di atas menunjukkan, bahwa ‘adzab Allah hanya akan dijatuhkan
    kepada penduduk negeri yang melakukan kedzaliman, kemaksiatan, dan
    kefasikan. Dengan kata lain, ‘adzab Allah hanya akan dijatuhkan, tatkala
    peringatan-peringatan Allah SWT melalui lisan RasulNya telah diabaikan dan
    didustakan.
   Akan tetapi, ada beberapa riwayat yang menunjukkan, bahwa ‘adzab Allah
    bisa saja mengenai orang-orang mukmin tatkala mereka enggan mencegah
    kemungkaran padahal mereka mampu melakukannya. Dari Adi bin Umairah
    dituturkan, bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah bersabda:
    “Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab orang-orang secara keseluruhan
    akibat perbuatan mungkar yang dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka
    melihat kemungkaran itu di depannya, dan mereka sanggup menolaknya,
    akan tetapi mereka tidak menolaknya. Apabila mereka melakukannya,
    niscaya Allah akan mengadzab orang yang melakukan kemungkaran tadi dan
    semua orang secara menyeluruh.” [HR. Imam Ahmad].
‘Adzab Akibat Pembesar-Pembesar Fasiq dan Dzalim

   Jika pembesar-pembesar suatu negeri atau kota melakukan kemaksiatan
    kedurhakaan, dan kedzaliman, niscaya Allah akan mengirimkan ‘adzab kepada
    penduduk negeri tersebut. Al-Qur’an telah menyatakan hal ini dengan sangat jelas:
    “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada
    orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah SWT), tetapi
    mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku
    terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu
    sehancur-hancurnya.” (Qs. al-Isrâ’ [17]: 16).
    Ibnu ‘Abbas tatkala menafsirkan ayat ini menyatakan:
    “Maksud ayat ini adalah, jika Kami (Allah) telah memberikan kekuasaan kepada
    pembesar-pembesar di sebuah kota, kemudian mereka berbuat maksiyat di
    dalamnya, maka Allah SWT akan menghancurkan penduduk di negeri tersebut
    dengan ‘adzab.” (Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, juz 2, hal. 371).
   Di ayat lain, Allah SWT telah mendiskripsikan kerusakan di darat dan laut
    akibat perbuatan manusia. Allah SWT berfirman:
    “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
    tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat
    perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (Qs. ar-Rûm
    [30]: 41).
    Imam Baidhawi berkata, “Yang dimaksud dengan kerusakan (pada ayat
    tersebut) adalah paceklik al-jadb), kebakaran yang merajalela,
    ketenggelaman, hilangnya keberkahan, dan banyaknya kelaparan, akibat
    kemaksiatan dan ulah perbuatan manusia.” (Imam al-Baidhawi, Tafsir al-
    Baidhawi, juz 2, hal. 106).
   Menurut Imam Ibnu Katsir, yang dimaksud kerusakan adalah berkurangnya
    hasil-hasil pertanian dan buah-buahan karena kemaksiatan manusia. Sebab,
    baiknya bumi dan langit tergantung dengan ketaatan (Mukhtasar Tafsir Ibnu
    Katsir, hal. 57).
    Kedzaliman penguasa, keengganan rakyat melakukan koreksi dan
    muhasabah terhadap penguasa merupakan pemicu datangnya ‘adzab dari
    Allah SWT.
ada   Musibah yg jauh lebih
             besar
Kehilangan keimanan terhadap Allah SWT

   "menempatkan Allah tiada berharga di belakang mereka" (Surat
    Huud, 92) dan, dengan demikian, tidak pernah mengaku takut
    kepada Allah. Karena mereka tidak bisa "membuat perkiraan yang
    tepat perihal Allah", mereka tidak memikirkan Hari Hisab dan Hari
    Pembalasan. Bagi mereka, neraka tidak lebih daripada pandangan
    yang muncul di buku-buku keagamaan. Tak seorang pun dari
    mereka yang berpikir bahwa mereka harus
    mempertanggungjawabkan diri di hadapan Allah sesudah kematian
"kerusakan terjadi di masyarakat-masyarakat yang
              tiada beriman kepada Allah’’



   "Kalau engkau ikuti kebanyakan orang di bumi ini, mereka
    akan menyesatkan engkau dari jalan Allah." (Surat al-An'aam,
    116)
Ujian, cermin keimanan
   “Patutkah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan dengan
    hanya berkata: “Kami beriman”, sedang mereka tidak diuji (dengan
    sesuatu cobaan)? Dan sesungguhnya! Kami telah menguji orang-
    orang yang terdahulu daripada mereka, maka (dengan ujian yang
    demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang
    sebenar-benarnya beriman, dan nyata pula apa yang diketahuiNya
    tentang orang-orang yang berdusta.” Surah Al-Ankabut ayat 2-3.
Apakah kita percaya?
   “Adakah patut kamu menyangka bahwa kamu akan masuk syurga,
    padahal belum sampai kepada kamu (ujian dan cobaan) seperti yang
    telah berlaku kepada orang-orang yang terdahulu daripada kamu?
    Mereka telah ditimpa kepapaan (kemusnahan hartabenda) dan
    serangan penyakit, serta digoncangkan (oleh ancaman bahaya
    musuh), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
    yang ada bersamanya: Bilakah (datangnya) pertolongan Allah?”
    Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat (asalkan kamu
    bersabar dan berpegang teguh kepada ugama Allah).” Surah Al-
    Baqarah ayat 214.
Ada kemudahan selepas itu
   “Oleh itu, maka (tetapkanlah kepercayaanmu) bahwa sesungguhnya
    tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan, (Sekali lagi ditegaskan):
    bahwa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan.” Surah
    Asy-Syarh ayat 5-6.

   Dan lihatlah apa firman Allah SWT dalam surah sebelumnya: “Demi
    waktu dhuha, Dan malam apabila ia sunyi-sepi, (Bahwa) Tuhanmu
    tidak meninggalkanmu, dan Ia tidak benci (kepadamu, sebagaimana
    yang dituduh oleh kaum musyrik)” Surah Ad-Dhuha ayat 1-3.
Manakah yg kita pilih?
   Mereka yang mendirikan bangunannya atas dasar taqwa dan
    keridhaan Allah ataukah yang mendirikan bangunannya di atas
    tanah pasir di tepi jurang lalu runtuh bersamanya ke dalam api
    neraka? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada mereka yang
    zalim. (Surat at-Taubah, 109)
Namun siapakah yang benar-benar beriman?

   “Dan sesungguhnya akan Kami (Allah) berikan cobaan (atau ujian)
    kepada kamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
    harta, jiwa dan buah-buahan. Dan kabarkanlah berita gembira
    kepada orang yang sabar. (yaitu) orang yang apabila ditimpa
    musibah mereka mengucapkan “Inna Lillahi wa ilahi raji’un (yaitu
    sesungguhnya kami ini milik Allah dan kepada-Nya kami kembali).
    Mereka itulah orang yang mendapat keampunan dan rahmat dari
    Tuhan mereka dan mereka itulah orang yang mendapat petunjuk.”
Solusi
    Benar, salah satu bentuk pembenahan diri adalah berusaha semaksimal mungkin
    untuk menangkal bencana dan musibah dengan berbagai sarana dan prasarana; seperti;

   Mendesain peta zonasi kerentanan,

   Membuat master planning yang komprehensif,

   Membangun sistem drainase yang baik,

   Mendirikan tembok dan bendungan beton yang kokoh, dan lain sebagainya.


    Namun, pembenahan harusnya tidak hanya berhenti pada aspek-aspek fisik
    seperti ini saja, akan tetapi harus mencakup pula pembenahan spritual yang mampu
    mengantarkan kepada ketaqwaan yang hakiki; yakni mentauhidkan Allah SWT dan
    menjalankan seluruh syariatNya. Sebab, penyebab utama datangnya ‘adzab adalah
    kemaksiatan, bukan semata-mata karena lemah maupun kurangnya sarana dan
    prasarana fisik.
•   Ketaatan kepada Allah SWT merupakan kunci bagi perbaikan
    bumi dan seisinya.

•   Mukmin harus menyakini, bahwa seluruh musibah yang menimpa
    dirinya berasal dari Allah SWT. Sebab, tidak ada satupun musibah
    yang terjadi di muka bumi ini, kecuali atas Kehendak dan Ijin Allah
    SWT. Akan tetapi, seorang mukmin juga wajib mengimani adanya
    musibah-musibah yang disebabkan karena kemaksiatan yang
    dilakukan oleh manusia.
   Sesungguhnya, musibah maupun ‘adzab yang ditimpakan Allah SWT kepada
    manusia ditujukan agar mereka kembali mentauhidkan Allah SWT, dan
    menjalankan seluruh syariatNya dalam kehidupan bernegara dan
    bermasyarakat. Sayangnya, banyak orang memandang musibah sebagai
    peristiwa dan fenomena alam biasa, bukan sebagai peringatan dan pelajaran
    dari Allah SWT. Akibatnya, mereka tetap tidak mau berbenah dan
    memperbaiki diri. Mereka tetap melakukan kemaksiatan dan menyia-nyiakan
    syariat Allah SWT. Mereka lebih percaya kepada kekuatan ilmu dan teknologi
    buatan manusia untuk menangkal bencana dan musibah, dari pada Kekuatan
    dan Kekuasaan Allah SWT
   “Tiada seorang Muslim pun yang ditimpa sesuatu yang menyakitkan
    berupa penyakit atau lainnya, melainkan karenanya Allah akan
    menghapuskan keburukan-keburukannya sebagaimana pohon yang
    menggugurkan daun-daunnya.” (Hadis Riwayat Bukhari)
   (Mereka berdoa dengan berkata): Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau
    mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami!
    Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana
    yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada
    kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang
    kami tidak terdaya memikulnya dan maafkanlah kesalahan kami, serta
    ampunkanlah dosa kami dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah
    Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan
    terhadap kaum-kaum yang kafir.(2:286)
‫ّ‬
‫الحمد هلل رب العالمين‬
       ‫وهللا أعلم‬
‫‪どうもありがとうございました‬‬

More Related Content

What's hot

Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]
Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]
Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]Sikumucha-hery
 
25 manfaat istighfar
25 manfaat istighfar25 manfaat istighfar
25 manfaat istighfarSai Nudin
 
Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfarKeajaiban istighfar
Keajaiban istighfarPoe Poengs
 
Kehancuran dunia penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
Kehancuran dunia  penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)Kehancuran dunia  penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
Kehancuran dunia penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)Rizky Faisal
 
Kematian, Perpisahan & Penghisaban
Kematian, Perpisahan & PenghisabanKematian, Perpisahan & Penghisaban
Kematian, Perpisahan & PenghisabanErwin Wahyu
 
Motivasi Sakit menurut Islam
Motivasi Sakit menurut IslamMotivasi Sakit menurut Islam
Motivasi Sakit menurut IslamHelmon Chan
 
Dahsyatnya proses sakaratul maut
Dahsyatnya proses sakaratul mautDahsyatnya proses sakaratul maut
Dahsyatnya proses sakaratul mauteyiep
 
Akhirat - Orientasi Hidup Kita
Akhirat - Orientasi Hidup KitaAkhirat - Orientasi Hidup Kita
Akhirat - Orientasi Hidup KitaErwin Wahyu
 
Neraka balasan kejahatan
Neraka balasan kejahatanNeraka balasan kejahatan
Neraka balasan kejahatanSyffqh
 
Hadits tentang salam,Rifki Aminuddin
Hadits tentang salam,Rifki AminuddinHadits tentang salam,Rifki Aminuddin
Hadits tentang salam,Rifki AminuddinRifki Aminuddin
 
Penterjemahan Ayat al-Qur'an Berkaitan Wabak Penyakit dalam Tafsir Pimpinan a...
Penterjemahan Ayat al-Qur'an Berkaitan Wabak Penyakit dalam Tafsir Pimpinan a...Penterjemahan Ayat al-Qur'an Berkaitan Wabak Penyakit dalam Tafsir Pimpinan a...
Penterjemahan Ayat al-Qur'an Berkaitan Wabak Penyakit dalam Tafsir Pimpinan a...KOSPATI UKM
 

What's hot (20)

Kedahsyatan Istighfar
Kedahsyatan IstighfarKedahsyatan Istighfar
Kedahsyatan Istighfar
 
Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]
Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]
Ucapan penghuni syurga [sikumucha hery.blogspot.com]
 
25 manfaat istighfar
25 manfaat istighfar25 manfaat istighfar
25 manfaat istighfar
 
Pendidikan kepedulian sosial
Pendidikan kepedulian sosialPendidikan kepedulian sosial
Pendidikan kepedulian sosial
 
Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfarKeajaiban istighfar
Keajaiban istighfar
 
Kehancuran dunia penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
Kehancuran dunia  penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)Kehancuran dunia  penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
Kehancuran dunia penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
 
Kematian, Perpisahan & Penghisaban
Kematian, Perpisahan & PenghisabanKematian, Perpisahan & Penghisaban
Kematian, Perpisahan & Penghisaban
 
Motivasi Sakit menurut Islam
Motivasi Sakit menurut IslamMotivasi Sakit menurut Islam
Motivasi Sakit menurut Islam
 
Dahsyatnya proses sakaratul maut
Dahsyatnya proses sakaratul mautDahsyatnya proses sakaratul maut
Dahsyatnya proses sakaratul maut
 
Bencana & musibah
Bencana & musibahBencana & musibah
Bencana & musibah
 
POKOK-POKOK KEIMANAN
POKOK-POKOK KEIMANANPOKOK-POKOK KEIMANAN
POKOK-POKOK KEIMANAN
 
Akhirat - Orientasi Hidup Kita
Akhirat - Orientasi Hidup KitaAkhirat - Orientasi Hidup Kita
Akhirat - Orientasi Hidup Kita
 
Makalah islam sebagai rahmatan lilalamin
Makalah islam sebagai rahmatan lilalaminMakalah islam sebagai rahmatan lilalamin
Makalah islam sebagai rahmatan lilalamin
 
Makalah islam sebagai rahmatan lilalamin
Makalah islam sebagai rahmatan lilalaminMakalah islam sebagai rahmatan lilalamin
Makalah islam sebagai rahmatan lilalamin
 
Sistem Dajjal
Sistem DajjalSistem Dajjal
Sistem Dajjal
 
Neraka balasan kejahatan
Neraka balasan kejahatanNeraka balasan kejahatan
Neraka balasan kejahatan
 
Khutbah tentang kematian
Khutbah tentang kematianKhutbah tentang kematian
Khutbah tentang kematian
 
Hadits tentang salam,Rifki Aminuddin
Hadits tentang salam,Rifki AminuddinHadits tentang salam,Rifki Aminuddin
Hadits tentang salam,Rifki Aminuddin
 
Penterjemahan Ayat al-Qur'an Berkaitan Wabak Penyakit dalam Tafsir Pimpinan a...
Penterjemahan Ayat al-Qur'an Berkaitan Wabak Penyakit dalam Tafsir Pimpinan a...Penterjemahan Ayat al-Qur'an Berkaitan Wabak Penyakit dalam Tafsir Pimpinan a...
Penterjemahan Ayat al-Qur'an Berkaitan Wabak Penyakit dalam Tafsir Pimpinan a...
 
Ayat Ayat Fitna (Quraish Shihab)
Ayat Ayat Fitna (Quraish Shihab)Ayat Ayat Fitna (Quraish Shihab)
Ayat Ayat Fitna (Quraish Shihab)
 

Similar to Bencana - tinjauan perspektif syariat dan akademik

HADITS NABI MUHAMMAD SAW KE EMPAT BELAS.pptx
HADITS NABI MUHAMMAD SAW KE EMPAT BELAS.pptxHADITS NABI MUHAMMAD SAW KE EMPAT BELAS.pptx
HADITS NABI MUHAMMAD SAW KE EMPAT BELAS.pptxHanafiHanafi28
 
Tujuan hidup manusia
Tujuan hidup manusiaTujuan hidup manusia
Tujuan hidup manusiaanandaelvira
 
Buletin Yasalunaka
Buletin YasalunakaBuletin Yasalunaka
Buletin Yasalunakadewankyai
 
dahsyatnya hari Kiamat
dahsyatnya hari Kiamatdahsyatnya hari Kiamat
dahsyatnya hari KiamatRendra Visual
 
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat WabahSolusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat WabahAnas Wibowo
 
Rahasia di balik sakit
Rahasia  di balik sakitRahasia  di balik sakit
Rahasia di balik sakitHelmon Chan
 
Penawar kebingungan dan_kebimbangan
Penawar kebingungan dan_kebimbanganPenawar kebingungan dan_kebimbangan
Penawar kebingungan dan_kebimbanganmr_haryono
 
3. Menerapkan Syariah Islam Kaffah.pptx
3. Menerapkan Syariah Islam Kaffah.pptx3. Menerapkan Syariah Islam Kaffah.pptx
3. Menerapkan Syariah Islam Kaffah.pptxgesang2
 
Makalah pelatihan-BRC-alam-jin
Makalah pelatihan-BRC-alam-jinMakalah pelatihan-BRC-alam-jin
Makalah pelatihan-BRC-alam-jinEdi Awaludin
 
Rahasia di balik sakit
Rahasia  di balik sakitRahasia  di balik sakit
Rahasia di balik sakitHelmon Chan
 
Hisab pada hari pembalasan
Hisab pada hari pembalasanHisab pada hari pembalasan
Hisab pada hari pembalasanErman Hidayat
 
jarimah qishash diyat
jarimah qishash diyatjarimah qishash diyat
jarimah qishash diyatswirawan
 

Similar to Bencana - tinjauan perspektif syariat dan akademik (20)

Malapetaka akhir jaman
Malapetaka akhir jamanMalapetaka akhir jaman
Malapetaka akhir jaman
 
HADITS NABI MUHAMMAD SAW KE EMPAT BELAS.pptx
HADITS NABI MUHAMMAD SAW KE EMPAT BELAS.pptxHADITS NABI MUHAMMAD SAW KE EMPAT BELAS.pptx
HADITS NABI MUHAMMAD SAW KE EMPAT BELAS.pptx
 
Tujuan hidup manusia
Tujuan hidup manusiaTujuan hidup manusia
Tujuan hidup manusia
 
Buletin Yasalunaka
Buletin YasalunakaBuletin Yasalunaka
Buletin Yasalunaka
 
dahsyatnya hari Kiamat
dahsyatnya hari Kiamatdahsyatnya hari Kiamat
dahsyatnya hari Kiamat
 
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat WabahSolusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
 
Sikap mukmin terhadap musibah
Sikap mukmin terhadap musibahSikap mukmin terhadap musibah
Sikap mukmin terhadap musibah
 
Rahasia di balik sakit
Rahasia  di balik sakitRahasia  di balik sakit
Rahasia di balik sakit
 
Penawar kebingungan dan_kebimbangan
Penawar kebingungan dan_kebimbanganPenawar kebingungan dan_kebimbangan
Penawar kebingungan dan_kebimbangan
 
Dosa-dosa besar dan taubat
Dosa-dosa besar dan taubatDosa-dosa besar dan taubat
Dosa-dosa besar dan taubat
 
Aqidah dosa pahala dan balasan
Aqidah dosa pahala dan balasanAqidah dosa pahala dan balasan
Aqidah dosa pahala dan balasan
 
3. Menerapkan Syariah Islam Kaffah.pptx
3. Menerapkan Syariah Islam Kaffah.pptx3. Menerapkan Syariah Islam Kaffah.pptx
3. Menerapkan Syariah Islam Kaffah.pptx
 
Makalah pelatihan-BRC-alam-jin
Makalah pelatihan-BRC-alam-jinMakalah pelatihan-BRC-alam-jin
Makalah pelatihan-BRC-alam-jin
 
Sakitmu Menyelamatkanmu
Sakitmu MenyelamatkanmuSakitmu Menyelamatkanmu
Sakitmu Menyelamatkanmu
 
Rahasia di balik sakit
Rahasia  di balik sakitRahasia  di balik sakit
Rahasia di balik sakit
 
peer teaching.pptx
peer teaching.pptxpeer teaching.pptx
peer teaching.pptx
 
Hisab pada hari pembalasan
Hisab pada hari pembalasanHisab pada hari pembalasan
Hisab pada hari pembalasan
 
Ringkasan materi pai kelas 9 bab 3 iman kepada hari akhir
Ringkasan materi pai kelas 9 bab 3 iman kepada hari akhirRingkasan materi pai kelas 9 bab 3 iman kepada hari akhir
Ringkasan materi pai kelas 9 bab 3 iman kepada hari akhir
 
jarimah qishash diyat
jarimah qishash diyatjarimah qishash diyat
jarimah qishash diyat
 
Al hazan
Al hazanAl hazan
Al hazan
 

More from Muslim Sendai

Tidak boleh menentang dengan keras dalam masalah ijtihad
Tidak boleh menentang dengan keras dalam masalah ijtihadTidak boleh menentang dengan keras dalam masalah ijtihad
Tidak boleh menentang dengan keras dalam masalah ijtihadMuslim Sendai
 
Fiqh hal yang tidak dilakukan Rasulullah SAW
Fiqh hal yang tidak dilakukan Rasulullah SAWFiqh hal yang tidak dilakukan Rasulullah SAW
Fiqh hal yang tidak dilakukan Rasulullah SAWMuslim Sendai
 
Agar puasa-tidak-sia-sia
Agar puasa-tidak-sia-siaAgar puasa-tidak-sia-sia
Agar puasa-tidak-sia-siaMuslim Sendai
 
Perencanaan Keuangan Syariah
Perencanaan Keuangan SyariahPerencanaan Keuangan Syariah
Perencanaan Keuangan SyariahMuslim Sendai
 
Bukan Sekedar Ayah Biasa
Bukan Sekedar Ayah BiasaBukan Sekedar Ayah Biasa
Bukan Sekedar Ayah BiasaMuslim Sendai
 
Berpuasa dengan totalitas
Berpuasa dengan totalitasBerpuasa dengan totalitas
Berpuasa dengan totalitasMuslim Sendai
 
Merasakan kemanisan iman
Merasakan kemanisan imanMerasakan kemanisan iman
Merasakan kemanisan imanMuslim Sendai
 
Merajut keberkahan di bulan ramadhan
Merajut keberkahan di bulan ramadhanMerajut keberkahan di bulan ramadhan
Merajut keberkahan di bulan ramadhanMuslim Sendai
 
Menghidupkan lailatul qadar
Menghidupkan lailatul qadarMenghidupkan lailatul qadar
Menghidupkan lailatul qadarMuslim Sendai
 
Profil dd dan program ramadhan dd jepang 1437 h
Profil dd dan program ramadhan dd jepang 1437 hProfil dd dan program ramadhan dd jepang 1437 h
Profil dd dan program ramadhan dd jepang 1437 hMuslim Sendai
 
Beribadah kepada allah
Beribadah kepada allahBeribadah kepada allah
Beribadah kepada allahMuslim Sendai
 
Kekuatan ukhuwwah dalam membangun peradaban
Kekuatan ukhuwwah dalam membangun peradabanKekuatan ukhuwwah dalam membangun peradaban
Kekuatan ukhuwwah dalam membangun peradabanMuslim Sendai
 

More from Muslim Sendai (20)

Tidak boleh menentang dengan keras dalam masalah ijtihad
Tidak boleh menentang dengan keras dalam masalah ijtihadTidak boleh menentang dengan keras dalam masalah ijtihad
Tidak boleh menentang dengan keras dalam masalah ijtihad
 
Fiqh hal yang tidak dilakukan Rasulullah SAW
Fiqh hal yang tidak dilakukan Rasulullah SAWFiqh hal yang tidak dilakukan Rasulullah SAW
Fiqh hal yang tidak dilakukan Rasulullah SAW
 
Mukjizat Alquran
Mukjizat AlquranMukjizat Alquran
Mukjizat Alquran
 
Fiqh Minoritas
Fiqh MinoritasFiqh Minoritas
Fiqh Minoritas
 
Agar puasa-tidak-sia-sia
Agar puasa-tidak-sia-siaAgar puasa-tidak-sia-sia
Agar puasa-tidak-sia-sia
 
Perencanaan Keuangan Syariah
Perencanaan Keuangan SyariahPerencanaan Keuangan Syariah
Perencanaan Keuangan Syariah
 
Bukan Sekedar Ayah Biasa
Bukan Sekedar Ayah BiasaBukan Sekedar Ayah Biasa
Bukan Sekedar Ayah Biasa
 
Taubat itu...
Taubat itu...Taubat itu...
Taubat itu...
 
Jepang lebih islami
Jepang lebih islamiJepang lebih islami
Jepang lebih islami
 
Dunia yang Absurd
Dunia yang AbsurdDunia yang Absurd
Dunia yang Absurd
 
I`tikaf
I`tikafI`tikaf
I`tikaf
 
Berpuasa dengan totalitas
Berpuasa dengan totalitasBerpuasa dengan totalitas
Berpuasa dengan totalitas
 
Merasakan kemanisan iman
Merasakan kemanisan imanMerasakan kemanisan iman
Merasakan kemanisan iman
 
Merajut keberkahan di bulan ramadhan
Merajut keberkahan di bulan ramadhanMerajut keberkahan di bulan ramadhan
Merajut keberkahan di bulan ramadhan
 
Menghidupkan lailatul qadar
Menghidupkan lailatul qadarMenghidupkan lailatul qadar
Menghidupkan lailatul qadar
 
Misi utama puasa
Misi utama puasaMisi utama puasa
Misi utama puasa
 
Profil dd dan program ramadhan dd jepang 1437 h
Profil dd dan program ramadhan dd jepang 1437 hProfil dd dan program ramadhan dd jepang 1437 h
Profil dd dan program ramadhan dd jepang 1437 h
 
Beribadah kepada allah
Beribadah kepada allahBeribadah kepada allah
Beribadah kepada allah
 
Serba serbi zakat
Serba serbi zakatSerba serbi zakat
Serba serbi zakat
 
Kekuatan ukhuwwah dalam membangun peradaban
Kekuatan ukhuwwah dalam membangun peradabanKekuatan ukhuwwah dalam membangun peradaban
Kekuatan ukhuwwah dalam membangun peradaban
 

Bencana - tinjauan perspektif syariat dan akademik

  • 2. Definisi  Baik bencana alam atau buatan manusia yang telah datang menyebabkan dan atau menghasilkan sebuah perubahan besar berupa kerusakan fisik yang signifikan, kehilangan jiwa, atau perubahan drastis pada lingkungan alam
  • 3. Dalam akademik kontemporer, bencana dilihat sebagai konsekuensi dari resiko yg tidak tepat dikelola. Resiko ini adalah produk dari bahaya dan kerentanan. Bahaya yang terjadi di daerah dengan kerentanan rendah tidak dianggap bencana, seperti yang terjadi di daerah yang tidak berpenghuni
  • 4. Bencana Alam Manusia
  • 5. Negara-negara berkembang menderita kerugian terbesar ketika terjadi bencana - lebih dari 95 persen dari semua kematian yang disebabkan oleh bencana terjadi di negara berkembang, dan kerugian akibat bencana alam adalah 20 kali lebih besar (sebagai persentase dari PDB) di negara-negara berkembang daripada di negara-negara industri 1 1 http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTURBANDEVELOPMENT/EXTDISMGMT/0,,menuPK:341021~ pagePK:149018~piPK:149093~theSitePK:341015,00.html
  • 6. Solusi  Untuk mengurangi dampak bencana dengan mengadopsi strategi mitigasi bencana yang cocok. Terutama:  meminimalkan potensi resiko bencana dengan mengembangkan strategi peringatan dini  menyiapkan dan melaksanakan rencana pembangunan untuk memberikan ketahanan terhadap bencana tersebut,  memobilisasi sumber daya termasuk komunikasi dan jasa paramedis untuk membantu dalam rehabilitasi dan recovery pasca-bencana.  Manajemen bencana, di sisi lain meliputi:  pra-bencana perencanaan, kesiapan, pemantauan kemampuan bantuan manajemen termasuk prediksi dan peringatan dini  penilaian kerusakan dan manajemen recovery
  • 8. DEFINISI  Musibah adalah al-baliyyah (ujian) dan semua perkara yang dibenci oleh manusia. Imam Ibnu Mandzur, dalam Lisân al-‘Arab menyatakan, bahwa musibah adalah al- dahr (kemalangan, musibah, dan bencana) (Imam Ibnu Mandzur, Lisân al-‘Arab, juz 1, hal. 535). Menurut Imam al-Baidhawi, musibah adalah semua kemalangan yang dibenci dan menimpa umat manusia. Ini didasarkan pada sabda Rasulullah Saw, “Setiap perkara yang menyakiti manusia adalah musibah.” (Imam al-Baidhawi, Tafsir al-Baidhawi, juz 1, hal. 431). Kata musibah disebutkan di sepuluh ayat, dan semuanya bermakna kemalangan, musibah, dan bencana yang dibenci manusia. Namun demikian, Allah SWT memerintahkan kaum Muslim untuk menyakini, bahwa semua musibah itu datang dari Allah SWT, dan atas ijinNya. Allah SWT berfirman: “Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepadanya hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. al-Taghâbun [64]: 11).
  • 9. Bala’  Secara literal, al-bala’ bermakna al-ikhtibar (ujian). Istilah bala’ sendiri digunakan untuk menggambarkan ujian yang baik maupun yang buruk (Imam ar-Razi, Mukhtâr al-Shihâh, hal. 65).  Dalam kitab al-Tibyân fi Tafsîr Gharîb al-Qur’an dinyatakan, bahwa bala’ itu memiliki tiga bentuk; ni’mat (kenikmatan), ikhtibaar (cobaan atau ujian), dan makruuh (sesuatu yang dibenci) (Syihâb al-Dîn Ahmad, al-Tibyân fi Tafsîr Gharîb al-Qur’an, juz 1, hal. 85). Di dalam al-Quran, kata bala’ disebutkan di enam tempat, dengan makna yang berbeda-beda; (Qs. al-Baqarah [2]: 49; Qs. al-A’râf [7]: 141; Qs. al-Anfâl [8]: 17; Qs. Ibrahim [14]: 6; Qs. ash-Shafât [37]: 106; Qs. ad-Dukhân [44]: 33). Ada yang bermakna cobaan dan ujian yang dibenci manusia. Ada pula yang berarti kemenangan atau kenikmatan (bala’ hasanan).
  • 10. Bala’ dalam konteks ujian yang buruk, misalnya terdapat di dalam firman Allah SWT berikut ini: “Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.” (Qs. al-Baqarah [2]: 49). Ayat ini bercerita tentang diselamatkannya Bani Israil dari penyembelihan dan kekejaman Fir’aun. Menurut Ali ash-Shabuni, bala’ dalam ayat ini adalah al-mihnah wa al-ikhtibâr (ujian dan cobaan) yang ditimpakan oleh Fir’aun kepada Bani Israil; yakni penyembelihan anak laki-laki (Ali ash-Shabuni, Shafwât at-Tafâsîr, juz 1, hal. 57).
  • 11. Adapun bala’ dalam konteks ujian yang baik terdapat dalam firman Allah SWT berikut ini: “Maka sebenarnya, bukan kamu yang membunuh mereka. Akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allahlah yang melempar. Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik (bala’an hasanan). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. al-Anfâl [8]: 17). Menurut Imam al-Baidhawi dalam Tafsir al-Baidhawi, kata bala’ pada ayat di atas adalah kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang-orang beriman, yang berujud, pertolongan Allah (al-nashr), al-ghanimah (harta rampasan perang), dan al-musyahadah (mati syahid) (Imam al-Baidhawi, Tafsir al- Baidhawi, juz 3, hal. 97).
  • 12. Adzab  Secara literal, ‘adzab adalah al-nakâl wa al-‘uqûbah (peringatan bagi yang lain, dan siksaan [hukuman]) (Imam Ibnu Mandzur, Lisân al-‘Arab, juz 1, hal. 585). Al-nakâl adalah peringatan yang berupa siksaan atau hukuman kepada yang lain. Kata al-‘adzab biasanya digunakan pada konteks hukuman atau siksaan kelak di hari akhir. Allah SWT berfirman: “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (Qs. al-Baqarah [2]: 7). “Sesungguhnya, orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akherat, Kami sediakan bagi mereka adzab yang pedih.” (Qs. al-Isrâ’ [17]: 10), dan lain sebagainya. Namun demikian, kata ‘adzab juga digunakan dalam konteks hukuman di kehidupan dunia. Allah SWT berfirman: “Tak ada suatu negeripun yang durhaka penduduknya, melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat, atau Kami adzab (penduduknya) dengan adzab yang keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab Lauh al-Mahfuudz.” (Qs. al-Isrâ’ [17]: 58).
  • 13. Menurut Ali ash-Shabuni, jika penduduk suatu kota ingkar atau bermaksiyat kepada perintah Allah SWT, mendustakan Rasul-rasulNya, niscaya Allah akan menghancurkan mereka, baik dengan kehancuran secara total (pemusnahan), maupun ditimpa dengan hukuman yang amat keras (Ali ash-Shabuni, Shafwât at-Tafâsîr, juz 2, hal. 165). Di ayat yang lain, Allah SWT berfirman: “Sekiranya mereka tidak bercampur baur, tentulah Kami akan mengadzab orang-orang kafir di antara mereka dengan adzab yang pedih.” (Qs. al-Fath [48]: 25). Tatkala menafsirkan ayat ini, Ali ash-Shabuni mengatakan, “Seandainya orang-orang kafir itu dipisahkan satu dengan yang lain, kemudian dipisahkan antara yang mukmin dengan yang kafir, tentulah Allah akan mengadzab orang-orang kafir dengan adzab yang sangat keras, berupa pembunuhan, penawanan, maupun pengusiran dari negeri mereka-negeri mereka.” (Ali ash-Shabuni, Shafwât at-Tafâsîr, juz 3, hal. 48).
  • 14. Keterangan ini diperkuat dengan firman Allah SWT yang lain, yakni: “Dan jikalau tidaklah karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap mereka, benar-benar Allah mengadzab mereka di dunia. Dan bagi mereka di akherat adzab neraka.” (Qs. al-Hasyr [59]: 3). Ayat ini bercerita tentang pengusiran Bani Nadzir, sekaligus mengisahkan, bahwa jikalau Allah SWT tidak menetapkan hukuman pengusiran terhadap Bani Nadzir, niscaya mereka akan diadzab dengan pembunuhan (al-qatl). Hukuman bagi mereka cukup dengan pengusiran, bukan pembunuhan seperti halnya hukuman bagi Yahudi Bani Quraidzah. Ayat di atas juga menunjukkan, bahwa ‘adzab tidak hanya berasal dari Allah SWT saja, akan tetapi juga bersumber dari manusia sendiri, yakni berupa hukuman atau sanksi di kehidupan dunia.
  • 15. Penyebab Datangnya ‘Adzab  Allah Allah SWT adalah kedzaliman, Pada dasarnya, penyebab datangnya ‘adzab kemaksiatan, dan kefasikan. Allah SWT telah menyatakan hal ini di beberapa ayat; diantaranya adalah firman Allah SWT: “Dan tidak pernah Kami membinasakan kota-kota, kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kedzaliman.” (Qs. al-Qashash [28]: 59). “maka tidak dibinasakan kecuali kaum yang fasik.” (Qs. al-Ahqâf [46]: 35). “Kami telah membinasakan mereka, karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berbuat dosa (al-mujrim).” (Qs. ad-Dukhân [44]: 37). Ayat-ayat di atas menunjukkan, bahwa ‘adzab Allah hanya akan dijatuhkan kepada penduduk negeri yang melakukan kedzaliman, kemaksiatan, dan kefasikan. Dengan kata lain, ‘adzab Allah hanya akan dijatuhkan, tatkala peringatan-peringatan Allah SWT melalui lisan RasulNya telah diabaikan dan didustakan.
  • 16. Akan tetapi, ada beberapa riwayat yang menunjukkan, bahwa ‘adzab Allah bisa saja mengenai orang-orang mukmin tatkala mereka enggan mencegah kemungkaran padahal mereka mampu melakukannya. Dari Adi bin Umairah dituturkan, bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab orang-orang secara keseluruhan akibat perbuatan mungkar yang dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka melihat kemungkaran itu di depannya, dan mereka sanggup menolaknya, akan tetapi mereka tidak menolaknya. Apabila mereka melakukannya, niscaya Allah akan mengadzab orang yang melakukan kemungkaran tadi dan semua orang secara menyeluruh.” [HR. Imam Ahmad].
  • 17. ‘Adzab Akibat Pembesar-Pembesar Fasiq dan Dzalim  Jika pembesar-pembesar suatu negeri atau kota melakukan kemaksiatan kedurhakaan, dan kedzaliman, niscaya Allah akan mengirimkan ‘adzab kepada penduduk negeri tersebut. Al-Qur’an telah menyatakan hal ini dengan sangat jelas: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah SWT), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Qs. al-Isrâ’ [17]: 16). Ibnu ‘Abbas tatkala menafsirkan ayat ini menyatakan: “Maksud ayat ini adalah, jika Kami (Allah) telah memberikan kekuasaan kepada pembesar-pembesar di sebuah kota, kemudian mereka berbuat maksiyat di dalamnya, maka Allah SWT akan menghancurkan penduduk di negeri tersebut dengan ‘adzab.” (Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, juz 2, hal. 371).
  • 18. Di ayat lain, Allah SWT telah mendiskripsikan kerusakan di darat dan laut akibat perbuatan manusia. Allah SWT berfirman: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (Qs. ar-Rûm [30]: 41). Imam Baidhawi berkata, “Yang dimaksud dengan kerusakan (pada ayat tersebut) adalah paceklik al-jadb), kebakaran yang merajalela, ketenggelaman, hilangnya keberkahan, dan banyaknya kelaparan, akibat kemaksiatan dan ulah perbuatan manusia.” (Imam al-Baidhawi, Tafsir al- Baidhawi, juz 2, hal. 106).
  • 19. Menurut Imam Ibnu Katsir, yang dimaksud kerusakan adalah berkurangnya hasil-hasil pertanian dan buah-buahan karena kemaksiatan manusia. Sebab, baiknya bumi dan langit tergantung dengan ketaatan (Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir, hal. 57). Kedzaliman penguasa, keengganan rakyat melakukan koreksi dan muhasabah terhadap penguasa merupakan pemicu datangnya ‘adzab dari Allah SWT.
  • 20. ada Musibah yg jauh lebih besar
  • 21. Kehilangan keimanan terhadap Allah SWT  "menempatkan Allah tiada berharga di belakang mereka" (Surat Huud, 92) dan, dengan demikian, tidak pernah mengaku takut kepada Allah. Karena mereka tidak bisa "membuat perkiraan yang tepat perihal Allah", mereka tidak memikirkan Hari Hisab dan Hari Pembalasan. Bagi mereka, neraka tidak lebih daripada pandangan yang muncul di buku-buku keagamaan. Tak seorang pun dari mereka yang berpikir bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan diri di hadapan Allah sesudah kematian
  • 22. "kerusakan terjadi di masyarakat-masyarakat yang tiada beriman kepada Allah’’  "Kalau engkau ikuti kebanyakan orang di bumi ini, mereka akan menyesatkan engkau dari jalan Allah." (Surat al-An'aam, 116)
  • 23. Ujian, cermin keimanan  “Patutkah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: “Kami beriman”, sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cobaan)? Dan sesungguhnya! Kami telah menguji orang- orang yang terdahulu daripada mereka, maka (dengan ujian yang demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang sebenar-benarnya beriman, dan nyata pula apa yang diketahuiNya tentang orang-orang yang berdusta.” Surah Al-Ankabut ayat 2-3.
  • 24. Apakah kita percaya?  “Adakah patut kamu menyangka bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum sampai kepada kamu (ujian dan cobaan) seperti yang telah berlaku kepada orang-orang yang terdahulu daripada kamu? Mereka telah ditimpa kepapaan (kemusnahan hartabenda) dan serangan penyakit, serta digoncangkan (oleh ancaman bahaya musuh), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang ada bersamanya: Bilakah (datangnya) pertolongan Allah?” Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat (asalkan kamu bersabar dan berpegang teguh kepada ugama Allah).” Surah Al- Baqarah ayat 214.
  • 25. Ada kemudahan selepas itu  “Oleh itu, maka (tetapkanlah kepercayaanmu) bahwa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan, (Sekali lagi ditegaskan): bahwa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan.” Surah Asy-Syarh ayat 5-6.  Dan lihatlah apa firman Allah SWT dalam surah sebelumnya: “Demi waktu dhuha, Dan malam apabila ia sunyi-sepi, (Bahwa) Tuhanmu tidak meninggalkanmu, dan Ia tidak benci (kepadamu, sebagaimana yang dituduh oleh kaum musyrik)” Surah Ad-Dhuha ayat 1-3.
  • 26. Manakah yg kita pilih?  Mereka yang mendirikan bangunannya atas dasar taqwa dan keridhaan Allah ataukah yang mendirikan bangunannya di atas tanah pasir di tepi jurang lalu runtuh bersamanya ke dalam api neraka? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada mereka yang zalim. (Surat at-Taubah, 109)
  • 27. Namun siapakah yang benar-benar beriman?  “Dan sesungguhnya akan Kami (Allah) berikan cobaan (atau ujian) kepada kamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan kabarkanlah berita gembira kepada orang yang sabar. (yaitu) orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “Inna Lillahi wa ilahi raji’un (yaitu sesungguhnya kami ini milik Allah dan kepada-Nya kami kembali). Mereka itulah orang yang mendapat keampunan dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang yang mendapat petunjuk.”
  • 28. Solusi Benar, salah satu bentuk pembenahan diri adalah berusaha semaksimal mungkin untuk menangkal bencana dan musibah dengan berbagai sarana dan prasarana; seperti;  Mendesain peta zonasi kerentanan,  Membuat master planning yang komprehensif,  Membangun sistem drainase yang baik,  Mendirikan tembok dan bendungan beton yang kokoh, dan lain sebagainya. Namun, pembenahan harusnya tidak hanya berhenti pada aspek-aspek fisik seperti ini saja, akan tetapi harus mencakup pula pembenahan spritual yang mampu mengantarkan kepada ketaqwaan yang hakiki; yakni mentauhidkan Allah SWT dan menjalankan seluruh syariatNya. Sebab, penyebab utama datangnya ‘adzab adalah kemaksiatan, bukan semata-mata karena lemah maupun kurangnya sarana dan prasarana fisik.
  • 29. Ketaatan kepada Allah SWT merupakan kunci bagi perbaikan bumi dan seisinya. • Mukmin harus menyakini, bahwa seluruh musibah yang menimpa dirinya berasal dari Allah SWT. Sebab, tidak ada satupun musibah yang terjadi di muka bumi ini, kecuali atas Kehendak dan Ijin Allah SWT. Akan tetapi, seorang mukmin juga wajib mengimani adanya musibah-musibah yang disebabkan karena kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia.
  • 30. Sesungguhnya, musibah maupun ‘adzab yang ditimpakan Allah SWT kepada manusia ditujukan agar mereka kembali mentauhidkan Allah SWT, dan menjalankan seluruh syariatNya dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Sayangnya, banyak orang memandang musibah sebagai peristiwa dan fenomena alam biasa, bukan sebagai peringatan dan pelajaran dari Allah SWT. Akibatnya, mereka tetap tidak mau berbenah dan memperbaiki diri. Mereka tetap melakukan kemaksiatan dan menyia-nyiakan syariat Allah SWT. Mereka lebih percaya kepada kekuatan ilmu dan teknologi buatan manusia untuk menangkal bencana dan musibah, dari pada Kekuatan dan Kekuasaan Allah SWT
  • 31. “Tiada seorang Muslim pun yang ditimpa sesuatu yang menyakitkan berupa penyakit atau lainnya, melainkan karenanya Allah akan menghapuskan keburukan-keburukannya sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya.” (Hadis Riwayat Bukhari)
  • 32. (Mereka berdoa dengan berkata): Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir.(2:286)
  • 33. ‫ّ‬ ‫الحمد هلل رب العالمين‬ ‫وهللا أعلم‬ ‫‪どうもありがとうございました‬‬