SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
PROPOSAL 
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Numbered Heards Together 
(NHT) pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Semester II, 
SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi 
Kabupaten Malang 
Oleh 
LAILA AMR’ULIA, S.Pd 
PLPG Tahun 2014
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan nasional 
Indonesia, yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan 
merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian serius dari pemerintah. 
Dengan memahami tujuan pendidikan maka tercermin bahwa, pendidikan merupakan faktor 
yang sangat strategis sebagai dasar pembangunan bangsa. Sejalan dengan itu apabila 
dihubungkan dengan ekstensi dan hakaikat hidup manusia, kegiatan pendidikan diarahkan 
pada manusia sebagai mahluk individu, sosial, dan religius. 
Menurut Shertian (2000) pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja 
dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk 
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu usahanya adalah melaui suatu 
proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha tersebut, siswa merupakan sumber daya 
manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Sekarang ini masalah 
pendidiakn menghadapi berbagai masalah salah satunya adalah rendahnya nilai rata-rata ujian 
nasional (UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. 
Rendahnya mutu pandidikan di Indonesia, banyak opini yang muncul baik datangnya dari 
pejabat, pakar dan praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya kualitas 
tenaga pengajar, gaji guru yang rendah, muatan kurikulum terlalu padat dan pola 
pembelajaran yang kurang menarik. 
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yang sebenarnya sudah cukup 
baik) di Indonesia yang disebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Sebenarnya 
kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju tetapi pelaksanaannya yang
masih jauh dari optimal. Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah 
utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal metode 
pengajaran yang digunakan, sehingga siswa menjadi bosan dan malas untuk belajar. Seperti 
yang telah kita lihat metode dalam peroses pembelajaran yang dilakukan oleh guru terkesan 
itu-itu saja. Dalam hal ini fakta, konsep, dan perinsip pembelajaran lebih banyak dicurahkan 
melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa ditindak lanjut dengan kegiatan praktik. 
Kombinasi pembelajaran yang tidak bervariasi seperti yang sering diterapkan oleh guru 
adalah, mengajar dengan ceramah dan dikombinasikan dengan media dan siswa tidak terlibat 
aktif dalam pembelajaran. 
Berdasarkan pemantauan peneliti di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, sebagian 
besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa 
kebanyakan diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan 
dalam proses belajar mengajar bahkan beberapa siswa sering meninggalkan ruangan kelas 
pada saat proses pembelajaran berlangsung, dengan alasan yang bermacam-macam, di 
antaranya, karena tidak suka dengan cara guru mengajar, merasa bosan dengan metode 
mengajar guru dan sebagainya. Dalam hal ini sangat diperlukan langkah-langkah 
penyelesaian yang tepat untuk mengatasi beberapa masalah tersebut. Salah satu cara untuk 
mengatasi permasalahan tersebut adalah perlu diadakannya pembenahan baik bagi tenaga 
pengajar maupun siswa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif. Keterlibatan secara aktif 
tersebut mencakup keterlibatan fisik maupun intelektual emosional (Dimyati dan Mujiono, 
2006) Tetapi dalam kenyataanya selama ini guru masih belum maksimal dalam melakukan 
pengolaan pembelajaran dengan baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya guru yang 
mengajar hanya dengan menyampaikan materi kepada siswa saja, sehingga proses belajar 
mengajar hanya didominasi oleh guru dan siswa bertindak pasif dalam belajar. Kesulitan
yang dialami siswa tidak lain kurangnya konsep dan guru belum sempurna dalam 
menerapkan pengelolaan kegiatan pembelajaran. 
Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan pembelajaran melalui penerapan dengan 
model yang sesuai yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Guru harus bisa memilih 
model yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran untuk diterapkan di kelas. Seperti 
model pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti dalam penelitiannya yaitu, Numbered 
Heads Together, Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa 
diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor 
dari siswa. Dengan demikian siswa diharapkan lebih aktif dan mempunyai motivasi dalam 
belajar. 
Hal ini juga harus didukung dengan konsistensi guru dalam menerapkan model yang 
ia pilih dan sesuai dengan RPP yang ia susun. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti 
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa 
Melalui Pendekatan Numbered Heads Together Dalam Mata Pelajaran Bahasa 
Indonesia kelas X Smester II, SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi” 
B. Identifikasi Masalah 
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah, yaitu 
apakah rendahnya minat belajar siswa salah satunya diakibatkan karena kesalahan konsep 
dan metode pembelajaran yang diterapkan atau mungkin karena sitem penerapan metode 
pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pengajar (guru) tidak sesuai dengan RPP yang 
dibuat. 
C. Batasan Masalah 
Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran maka perlu adanya batasan masalah 
dalam penelitian ini yaitu:
a. Penelitian ditekankan pada kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran yang ada 
dalam RPP yang ia buat 
b. Penelitin ini dilaksanakan pada proses pembelajaran oleh tenaga pengajar 
c. Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi pada kelas X semester II. 
d. Implementasi konsep penelitian pada materi menyimak pada kelas X semester II di SMK 
Muhammadiyah 7 Gondanglegi. 
D. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumusnan 
masalah, yakni bagaimana cara metode Numbered Heads Together diterapkan 
sehingga dapat memotivasi belajar siswa kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 
7 Gondanglegi? 
E. Tujuan Penelitian 
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini 
adalah, untuk mengetahui cara penerapan metode Numbered Heads Together dalam 
memotivasi belajar siswa kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7 
Gondanglegi. 
F. Manfaat Penelitian 
a. Manfaat secara teoritis 
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan 
pendidikan, terutama dapat mengembangkan khazanah ilmu tentang peningkatan motivasi 
belajar Bahasa Indonesia melalui pendekatan Numbered Heads Together. 
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti terdahulu 
yang terkait dengan penelitian ini.
b. Manfaat secara praktis 
1. Bagi siswa 
Untuk meningkatkan Motivasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga 
pemahaman siswa mengenai konsep Bahasa Indoneisa yang dipelajari menjadi lebih baik. 
2. Bagi guru 
Sebagai pedoman dalam menerapkan pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia 
khususnya dengan pendekatan Numbered Heads Together. 
3. Bagi sekolah 
Penelitian ini merupakan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan dalam 
pembelajaran Bahasa Indonesia.
BABA II 
KAJIAN PUSTAKA 
A. Konsep Teori 
1. Pengertian Numbered Heads Together 
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan 
kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai 
sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali 
dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model 
pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang 
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para 
siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur 
tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti 
mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab 
pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, 
karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab 
pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). 
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih 
siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan 
penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. 
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa Numbered Heads Together adalah suatu 
metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian 
secara acak guru memanggil nomor dari siswa. 
2. Langkah-langkah: 
Menurut kagan (2007) lngkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melaksanakan 
model pembelajaran NHT adalah : 
a) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. 
b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. 
c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat 
mengerjakannya. 
d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil 
kerjasama mereka.
e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. 
f) Kesimpulan. 
Sesuai dengan langkah-langkah penerapan diatas Kagan membagi beberapa kelebihan 
dan kelemahan dalam penerapan metode Numbered Heads Together. 
Kelebihan: 
a) Setiap siswa menjadi siap semua. 
b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 
c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 
Kelemahan: 
a) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 
b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru 
3. Pengertian Motivasi 
Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang 
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sardiman 2006:73) motif 
merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegaiatan untuk mencapai tujuan. 
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai 
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173). Dalam 
Sardiman (2006:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorangyang ditandai 
dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. 
Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang 
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan 
bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila 
ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.
Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara mengatakan bahwa 
siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan 
perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang 
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu 
dalam belajar. 
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak 
didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan 
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. 
Dalam motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan 
dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan. 
4. Fungsi motivasi 
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak 
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar. 
Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut 
Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi: 
a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk 
mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar. 
b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak 
didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam 
bentuk gerakan psikofisik. 
c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat 
menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. 
Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah :
a) Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak 
akan timbul perbuatan seperti belajar 
b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan 
yang diinginkan. 
c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin dalam mobil. Besar 
kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan. 
Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi : 
a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan 
energi. 
b) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai 
c) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan 
yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat 
bagi tujuan tersebut. 
5. Jenis motivasi 
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental 
individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu: 
a)Motivasi Primer 
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif 
dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat 
Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif 
dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya. 
b) Motivasi sekunder 
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan 
motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif
dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa 
dalam usaha pencapaian prestasi belajar. 
6. Sifat Motivasi 
Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi 
juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan 
Mudjiono, 2002:90). 
a)Motivasi Intrinsik 
Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya 
pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari sebuah buku pelajaran 
karena ia termotivasi untuk mengetahi isi atau bahan beripa pengetahuan yang ia dapatkan. 
b) Motivasi Ekstrinsik 
Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang 
dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: Ia belajar karena 
terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman. 
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses 
belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar yang 
tinggi. Motivasi ekstirnsik dapat berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia 
termotivasi belajar dan belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks, 
dalam Dimyati, 2002:91). 
7. Teori motivasi 
Menurut Sri Mulyani seperti dikutip oleh Darsono (2000:62) teori motivasi dibagi 
menjadi tiga yaitu: motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa. Dalam Dimyati 
mengutip pendapat Maslow (2002:80), mengemukakan kebutuhan akan motivasi berdasarkan 
5 tingkatan penting yaitu:
a)Kebutuhan fisiologis adalah berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, papan 
atau perumahan, pangan. 
b) Kebutuhan akan perasaan aman adalah berhubungan dengan keamanan yang terkait fisik 
maupun psikis, bebas dari rasa takut dan cemas. 
c)Kebutuhan sosial adalah diterima dalam lingkungan orang lain yaitu pemilikan harga diri, 
kesempatan untuk maju. 
d) Kebutuhan akan penghargaan usaha menumbuhkan jati diri. 
e)Kebutuhan untuk aktualisasi diri adalah kebutuhan individu menjadi sesuatu yang sesuai 
kemampuannya. 
Kebutuhan-kebutuhan ini hendaknya dapat dipenuhi siswa. Siswa yang memiliki 
kebutuhan akan motivasi , akan merasa nyaman dalam belajar, dapat giat dan tekun karena 
berbagai kebutuhannya dapat terpenuhi. 
8. Ciri-ciri motivasi 
Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada diri seseorang itu memiliki ciri-ciri : 
a) Tekun menghadapi tugas 
b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) 
c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 
d) Lebih senang bekerja mandiri 
e) Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin 
f) Dapat mempertahankan pendapatnya 
g) Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini 
h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. 
Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti siswa mempunyai motivasi 
yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat
untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam 
mengatasi kesulitan belajar. 
9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi 
Menurut Max Darsono, dkk (2000:65) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi 
belajar adalah: 
a) Cita-cita atau aspirasi siswa 
Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.Cita-cita akan memperkuat 
motivasi belajar. 
b) Kemampuan belajar 
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.Kemampuan ini meliputi beberapa aspek 
psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya penghematan, perhatian, ingatan, daya pikir, 
fantasi. 
c) Kondisi siswa 
Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi siswa yang 
mempengaruhi motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis. 
Seorang siswa yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan menganggu perhatian 
belajar siswa, begitu juga sebaliknya. 
d) Kondisi lingkungan 
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Kondisi 
lingkungan yang sehat, kerukuan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya 
dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi 
belajar mudah diperkuat. 
e) Unsur-unsur dinamis dalam belajar 
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses 
belajar mengajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang
sama sekali. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, situasi dalam keluarga dan lain-lain. 
f) Upaya guru dalam pembelajaran siswa 
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam 
membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi,cara menyampaikannya, menarik 
perhatian siswa, mengevaluasi hasil belajar siswa, dan lain-lain. Bila upaya-upaya tersebut 
dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan siswa, maka diharapkan dapat 
menimbulkan motivasi belajar siswa. 
10. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa 
Menurut Djamarah (2002:125) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan 
motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain : 
a) Memberi angka 
Angka dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil akivitas belajar anak didik. Angka 
merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk 
mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang. 
b) Hadiah 
Hadiah dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah tersebut 
dapat digunakan orang tua atau guru untuk memacu belajar siswa. 
c) Kompetisi 
Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan 
saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong siswa belajar. 
d) Ego-involvement 
Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai 
tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah
satu bentuk motivasi yang cukup penting. Siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena 
harga dirinya. 
e) Memberi ulangan 
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Siswa akan menjadi giat belajar jika 
mengetahui akan ada ulangan. Siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh 
hari untuk menghadapi ulangan.Oleh karena itu, memberi ulangan merupakan strategi yang 
cukup baik untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar juga merupakan sarana motivasi. 
f) Mengetahui hasil 
Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa untuk giat belajar. Dengan 
mengetahui hasil belajar yang meningkat, siswa termotivasi untuk belajar dengan harapan 
hasilnya akan terus meningkat. 
g) Pujian 
Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang baik. Guru bisa 
memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa dalam mengerjakan pekerjaan 
sekolah Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana menyenangkan, mempertinggi 
gairah belajar. 
h) Hukuman 
Hukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan dengan tepat dan bijak akan 
merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. 
i) Hasrat untuk belajar 
Hasrat untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk 
belajar merupakan potensi yang ada dalam diri siswa. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan 
agar hasrat untuk belajar itu menjelma menjadi perilaku belajar. 
j) Minat 
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu
mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik 
baginya.Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat dapat 
dibangkitkan dengan membandingkan adanya kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan 
penggalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk emndapatkan hasil yang baik, 
menggunakan berbagai macam metode menggajar. 
k) Tujuan yang diakui 
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang cukup 
penting. Dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, akan timbul gairah ntuk belajar. 
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator dari 
motivasi dalam penelitian ini adalah : 
a) Adanya minat untuk belajar akuntansi 
b) Tekun dalam menghadapi tugas 
c) Senang memecahkan soal-soal 
d) Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar 
B. Hipotesis Penelitian 
Berdasarkan konsep teori di atas maka dapat dizsimpulkan bahwa: “Penerapan 
pendekatan Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X di 
SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia”
BAB III 
METODE PENELITIAN 
A. Desain Penelitian 
Desain Penelitian Tindakan Kelas yang di gunakanadalah desain PTK Model John 
Elliott. 
Seperti halnya desain model PTKnya Kemmis & McTaggart, desain PTK 
model John Elliott juga dikembangkan berdasarkan konsep dasar Kurt Lewin. 
Model ini diawali dari mengidentifikasi masalah, yang pada hakikatnya 
bagaimana pernyataan yang menghubungkan antara gagasan atau ide dengan 
pengambilan tindakan. Sperti contoh identifikasi masalah berikut: 
1) Para siswa merasa tidak puas dengan metode penilaian yang digunakan 
guru kelasnya. Bagaimana kalau guru berkolaborasi untuk meningkatkan 
pengukuran terhadap kemampuan siswa? 
2) Para siswa hanya membuang-buang waktu percuma di kelas. Bagaimana cara guru membawa 
siswa lebih banyak lagi menggunakan waktu mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas 
mereka? 
3) Orang tua siswa bersedia membantu sekolah dengan melakukan supervisi “pekerjaan rumah”. 
Bagaimana caranya agar bantuan orang tua siswa bekerja lebih produktif? 
Apa pun masalah yang akan diangkat dalam penelitian, hendaknya tetap berada dalam 
lingkup permasalahan yang dihadapi guru dalam praktek 
pembelajaran sehari-hari di ruang kelas dan merupakan sesuatu yang ingin di 
capai serta berusaha mengubahnya atau memperbaikinya. Apabila guru dalam 
melakukan pembelajaran sehari-hari merasakan ada sesuatu yang janggal atau 
adanya ketimpangan dan kurang memuaskan, yang oleh peneliti juga dicermati 
pada waktu orientasi atau tahapan penelitian awal penelitian sebagai peningkatan,
maka diperlukan penjelasan lebih lanjut. Misalkan, kejanggalan itu ialah para 
siswa banyak membuang waktu percuma di kelas perlu deskripsi yang mendetail, 
seperti: siswa yang mana yang membuang waktu percuma di kelas itu? Tugas apa 
yang sebenarnya yang mereka lakukan? Pada saat-saat mana dalam pelajaran 
mereka melakukannya? Dan manifestasi bentuk kegiatan apa yang mereka 
tampilkan waktu ”membuang waktu dengan percuma” di kelas? 
Informasi yang didapat dari pertanyaan-pertanyaan di atas akan menolong untuk 
membedakan berbagai aspek permasalahan penelitian dan membantu ke arah 
mana perbaikan pembelajaran harus dilakukan. Refleksi atau pertimbangan baik 
atau buruknya atau berhasil belum berhasilnya tindakan, merupakan bagian dari 
tahapan diskusi dan analisis penelitian sesudah tindakan dilakukan sehingga 
memberikan arah bagi perbaikan selanjutnya. Bentuk dari model ini digambarkan 
dalam alur-alur tahap penelitian yang dikenal model siklus: 
B. Subjek Penelitian 
Subjek penelitian menurut Amirin (1986) merupakan seseorang atau sesuatu 
mengenai yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Menurut Suharsimi Arikonto 
(1989) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk 
variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek 
penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian itulah data 
tentang variabel yang peneliti akan amati. Kesimpulan dari kedua penngertian diatas Subjek 
penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang 
dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam hal ini yang menjadi subjek 
penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7 
Gondanglegi. 
C. Tehknik Pengumpulan Data 
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa hasil keterampilan 
berbicara siswa serta instrument observasi berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan
guru. Metode observasi ini memudahkan peneliti untuk turut berpartisipasi secara wajar 
dalam kegiatan penelitian. 
Penelitian didampingi oleh seseorang observer yang akan mengamati aktivitas siswa 
selama pembelajaran. Dalam hal ini, observer juga berperan sebagai guru mitra yang turut 
membantu proses pembelajaran 
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui : 
1. Lembar Lembar observasi kinerja siswa dalam melakukan penelitian data ini ditentukan 
berdasarkan skala penilaian (amat kurang sampai dengan amat baik). 
2. Laporan tertulis dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siswa akan dinilai dengan 
rentang skor 0-100. 
3. Angket sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan. 
D. Instrument pengumpulan data 
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan, lembar 
observasi, jurnal dan catatan lapangan. 
1. Tes Kemampuan 
Tes adalah rentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk 
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh 
individu atau kelompok. Adapun tes yang dilakukan yaitu berupa pemberian perintah untuk 
menyimak berita dengan baik dan benar. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah 
tujuan pembelajaran telah dicapai. 
2. Lembar Observasi 
Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk mengukur atau 
melihat aktivitas siswa dan peneliti dilihat dari keterampilan kooperatif dan memotivasi siswa 
selama kegiatan belajar mengajar. Alat yang digunakan adalah lembar observasi yang diisi 
oleh observer sebagai pencatat lapangan. 
Aktivitas peneliti yang diamati adalah keterampilan mengajar mulai , dari membuka 
pelajaran sampai pada menutup pelajaran. Aspek yang diamatinya berupa kelengkapan dan 
keahlian guru dalam mengajar sebagai refleksi untuk pertemuan berikutnya. 
3. Jurnal Siswa 
Jurnal siswa diberikan pada setiap akhir pembelajaran. Jurnal ini diberikan untuk 
mengetahui apa yang diperoleh siswa setelah pembelajaran yang diterapkan di kelas. Hasil ini 
akan digunakan untuk melakukan perbaikan pada tindakan pembelajaran siklus berikutnya. 
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang 
tidak ternamai dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan 
permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung. 
E. Prosedur Penelitian 
Siklus Penelitian menurut John Elliot 
1. Siklus Pertama 
a. Rencana Tindakan Siklus I 
Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal, peneliti 
menerapkan metode Numbered Heads Together sebagai metode yang dapat melibatkan antara 
guru dan siswa dan dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Karena jika
hanya menggunakan metode-metode klasik seperti metode ceramah ataupun yang lainnya 
dirasakan kurang tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas X 
semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi. 
Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads Together pada siklus I, peneliti 
melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu: 
1) Membuat rencana pembelajaran. 
2) Membagi materi 
3) Peneliti membagai siswa kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, 
menjadi beberapa kelompok sekaligus memberi tugas masing-masing kelompok. 
4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambil alat observasi guna 
mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. 
b. Pelaksanaan Siklus I 
Setelah diputuskan menggunakan metode Numbered Heads Together siswa kelas X 
semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi. Maka tahapan pembelajaran sesuai 
dengan tahapan dalam metode Numbered Heads Together. Proses pembelajarannya 
berlangsung selama 2 X 40 menit, yang meliputi: 
Pertemuan I : 2 X 40 menit 
1. Tahap Awal 
a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.) 
b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang akan dibahas 
c) Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa. 
2. Tahap Inti 
Pre Activity 
a) Peneliti/ guru memberikan stimulus materi 
b) Peneliti/guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. 
c) Peneliti/guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok. 
Apersepsi 
a) Peneliti/guru memberikan instruksi untuk membaca dan mempelajari mengenai materi 
menyimak dalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan praktek yang 
disesuaikan dengan materi serta mempresentasikannya sesuai dengan nomor yang ditunjuk 
oleh peneliti/guru. 
b) Peneliti/guru mengatur jalannya pembelajaran.
c) Peneliti/guru melontarkan pertanyaan untuk kemudian menunjuk nomor siswa yang akan 
menjewabnya. 
Penutup 
a) Peneliti/guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama pembelajaran. 
b) Peneliti/guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas 
permasalahan yang ada. 
3. Tahap Akhir 
a) Peneliti/guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 
b) Peneliti/guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan 
belajarnya. 
c) Peneliti/guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya. 
d) Peneliti/guru memberi tugas untuk mempelajarai pembahasan yang akan di bahas 
selanjutnya. 
e) Peneliti/guru menutup pertemuan/salam penutup. 
Pertemuan II : 2 X 40 menit 
1. Tahap Awal 
a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.) 
b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang akan dibahasan. 
c) Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa. 
d) Peneliti/guru mengadakan tes untuk menguji kemampuan menyimak siswa. 
f) Peneliti/guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai 
hasil belajar. 
2. Tahap Inti 
Whilst Activity 
a) Peneliti/guru memberikan kesempatan kepada nomor dari masing-masing kelompok yang 
belum menjawab. 
b) Peneliti/guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik 
dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya. 
Post Activity 
a) Peneliti/guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas 
permasalahan yang ada. 
b) Peneliti/guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar. 
c) Peneliti/guru menjelaskan secara detail materi Menyimak. 
3. Tahap Akhir
a) Peneliti/guru memberi kesempatan kepada siswa untuk betanya. 
b) Peneliti/guru menyuruh kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya 
c) Peneliti/guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan 
belajarnya. 
d) Peneliti/ guru menutup pertemuan/salam penutup. 
c. Observasi Siklus I 
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti di sini selain bertindak sebagai 
guru, peneliti juga bertindak sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan pada lembar 
observasi prilaku siswa. Hasil pengamatan pada tahap I, kegiatan siswa sudah cukup bagus, 
siswa terlihat lebih antusias dalam memperhatikan pelajaran, karena pelajaran yang 
didapatkan akan lebih menyenangkan dari biasanya. 
Memasuki tahapan II, siswa lebih antusias dan lebih aktif dalam belajarnya, hal ini 
terlihat dari kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Mayoritas siswa dapat menyimak 
berita dengan baik serta bersemangat dalam mengapresiasikannya. 
Setelah siswa mendapatkan metode Numbered Heads Together, siswa diberi soal test 
formatif untuk mengetahui tingkat kefahaman siswa dalam menerima pelajaran yang telah 
disampaikan. 
d. Refeleksi Siklus I 
Tujuan peneliti menerapkan metode Numbered Heads Together semula adalah untuk 
mengatasi kesulitan belajar siswa, agar metode-metode pembelajaran Bahasa Indonesia dapat 
dirasakan efektif oleh siswa. Khususnya pada kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7 
Gondanglegi. Yang mana hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa dalam belajar yang 
dialaminya selama ini. Untuk menyikapi kenyataan diatas, maka diambil langkah-langkah: 
1) Memperhatikan peningkatan siswa yang lebih tertib dalam mengikuti proses pembelajaran. 
2) Sebagian kecil siswa yang kurang mampu menyimak, maka harus diberikan perhatian khusus 
untuk dibimbing dalam menyimak. 
2. Siklus Kedua 
a. Rencana Tindakan Siklus II 
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, peneliti memilih 
menggunakan metode Numbered Heads Together yang nantinya akan melibatkan siswa 
dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. 
Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads Together pada siklus II, peneliti 
melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:
1) Membuat rencana pembelajaran. 
2) Membagi materi selanjutnya menjadi beberapa bagian. 
3) Peneliti/ guru membagai siswa kelas X menjadi 5 kelompok sekaligus memberi tugas 
masing-masing kelompok.. 
4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambil alat observasi guna 
mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. 
b. Pelaksanaan Siklus II 
Dengan tetap menggunakan metode Numbered Heads Together maka tahapan 
pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: 
Pertemuan I : 2 X 40 menit 
1. Tahap Awal 
a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.) 
b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik bahasan.. 
c) Presensi siswa. 
d) Peneliti/ guru mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan menyimak siswa. 
f) Peneliti/ guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai 
hasil belajar. 
2. Tahap Inti 
Pre Activity 
a) Peneliti/ guru memberikan stimulus materi menyimak 
b) Peneliti/ guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. 
c) Peneliti/ guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok. 
Whilst Activity 
a) Peneliti/ guru memberikan instruksi untuk membaca dan mempelajari materi 
menyimakdalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang 
disesuaikan dengan materi. 
b) Peneliti/ guru mengatur jalannya diskusi. 
Post Activity 
a) Peneliti/ guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar. 
b) Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas 
permasalahan yang ada. 
3. Tahap Akhir 
a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b) Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan 
belajarnya. 
c) Peneliti/ guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya. 
e) Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam penutup. 
Pertemuan II : 2 X 40 menit 
1. Tahap Awal 
a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.) 
b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik bahasan. 
c) Presensi siswa. 
d) Peneliti/ guru mengadakan tes untuk men.getahui kemampuan menyimak siswa 
e) Peneliti/ guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai 
hasil belajar. 
2. Tahap Inti 
Pre Activity 
Peneliti/ guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi sebelumnya. 
Whilst Activity 
a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang belum menjawab. 
b) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik 
dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya. 
c) Peneliti/ guru membuka session untuk tanya jawab dengan para siswa. 
Post Activity 
a) Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas 
permasalahan yang ada. 
b) Peneliti/ gruru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar. 
c) Peneliti/ guru menjelaskan secara detail materi. 
3. Tahap Akhir 
a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 
b) Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan 
belajarnya. 
c) Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam penutup. 
c. Observasi Siklus II 
Setelah diadakan perbaikan-perbaikan terhadap hasil yang didapat pada siklus I. 
kegiatan siswa dalam proses belajar-mengajar lebih bagus lagi, karena ada kemajuan bagi 
kelompok yang belum presentasi. Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa siswa cukup
antusias dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar, dan siswa bertambah aktif untuk 
bertanya dan menjawab. Dan juga siswa mengalami peningkatan dalam ketepatan dan 
kemampuan menyimak. 
Dalam peningkatan prestasi belajar siswa yang merupakan hasil akhir dari 
pembelajaran metode Numbered Heads Together yaitu dapat dilihat pada antusias belajar 
siswa yang meningkat dan hasil nilai akhir ulangan harian siswa. 
d. Refleksi Siklus II 
Dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dengan menggunakan metode 
Numbered Heads Together, maka tujuan pembelajaran yaitu untuk dapat mengatasi kesulitan 
belajar siswa dan siswa untuk lebih aktif, kreatif dalam proses belajar-mengajar. 
Dari hasil observasi pada siklus II, maka langkah yang akan diambil: 
a) Pemahaman dan ketaatan siswa menunjukkan bahwa metode Numbered Heads Together 
harus terus diterapkan kepada siswa untuk lebih mudah dimengerti secara mendalam makna 
yang terkandung dalam materi yang disampaikan. 
b) Menjaga agar kualitas belajar yang sudah berjalan berkembang lebih baik dan tetap 
terpelihara. 
F. Teknik Analisis 
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan pengumpulan data. 
Dalam penelitian ini, tehknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif 
kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah suatu teknik yang menganalisis data dengan cara 
mengiterpretasikan data yang diperoleh dengan menggunakan kata-kata. 
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis 
menggunakan beberapa metode antara lain : 
1. Observasi 
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap 
gejala yang tampak pada objek penelitian.Yang dilakukan waktu pengamatan adalah 
mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan 
mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik. 
2. Pengukuran test hasil belajar 
Pengukuran test hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui 
peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan melihat nilai yang diperoleh oleh siswa. 
3. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang 
ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, 
berdasarkan tujuan tertentu. 
4. Metode dokumentasi 
Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu 
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat 
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. 
G. Kriteria Keberhasilan Tindakan 
Kriteria keberhasilan penelitian dilihat sama seperti pada siklus 1, yaitu: 
1. Bilamana siswa lebih paham dalam menyimak wacana berita dari sebelum penelitian 
diadakan. 
2. Ketercapaian siswa dalam menyerap materi pelajaran melalui tes.
DAFTAR PUSTAKA 
Arikunto Suharsimi, (1986). Prosedur Penelitian, Jakarta : Bina Aksara 
Andayani.dkk, (2009) Pemantapan Kemampuan Profesional,Jakarta : Universitas 
Terbuka 
C.George Boeree, (2008) Metode Pembelajaran Dan Pengajaran,Jogjakarta :Ruzz Media 
Departemen Pendidikan Nasional, (1999). Penelitian Tindakan Action Research. 
Jakarta : Ditjen : Penerbit Rineka Cipta 
Suwarsih Madya. (1994). Panduan penelitian tindakan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. 
Idrus, Muhammad, (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.
Proposal ptk bahasa indonesia

More Related Content

What's hot

LK. 1.1 identifikasi masalah mahdiyah al mutiah.pdf
LK. 1.1 identifikasi masalah mahdiyah al mutiah.pdfLK. 1.1 identifikasi masalah mahdiyah al mutiah.pdf
LK. 1.1 identifikasi masalah mahdiyah al mutiah.pdfmutia171878
 
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docxLK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docxRiriwaJeurukPurut
 
Buku Guru Tema 1 kelas 1 SD
Buku Guru Tema 1 kelas 1 SDBuku Guru Tema 1 kelas 1 SD
Buku Guru Tema 1 kelas 1 SDDimas Yudistira
 
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.pdf
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.pdfLK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.pdf
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.pdfriama11
 
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docxLK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docxMaximusCarlesSeda
 
MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...
MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...
MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...Musdalifah yusuf
 
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Mohamad Ridwan
 
LK. 1.1 IDENTIFIKASI MASALAH.docx
LK. 1.1 IDENTIFIKASI MASALAH.docxLK. 1.1 IDENTIFIKASI MASALAH.docx
LK. 1.1 IDENTIFIKASI MASALAH.docxAriyaniUdink
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docxssuser5d03bc
 
LK 1.2 SUSILO WARDANI.pdf
LK 1.2 SUSILO WARDANI.pdfLK 1.2 SUSILO WARDANI.pdf
LK 1.2 SUSILO WARDANI.pdfSusiloWardani5
 
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdfLK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdfadenurosita
 
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajarfaktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajarYuli Yanti
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Adi Iasan (1).docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Adi Iasan (1).docxLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Adi Iasan (1).docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Adi Iasan (1).docxSandiSaputra42
 
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxLK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxyusepputra99
 
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)Nastiti Rahajeng
 
Power point pengelolaan kelas
Power point pengelolaan kelasPower point pengelolaan kelas
Power point pengelolaan kelasremintha
 
Perkembangan peserta didik Perkembangan anak SD
Perkembangan peserta didik Perkembangan anak SDPerkembangan peserta didik Perkembangan anak SD
Perkembangan peserta didik Perkembangan anak SDElysa Nurhani
 
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah SITI JARIYATIN 1.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah SITI JARIYATIN 1.docxLK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah SITI JARIYATIN 1.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah SITI JARIYATIN 1.docxWehelminaAdeljeSchad
 

What's hot (20)

LK. 1.1 identifikasi masalah mahdiyah al mutiah.pdf
LK. 1.1 identifikasi masalah mahdiyah al mutiah.pdfLK. 1.1 identifikasi masalah mahdiyah al mutiah.pdf
LK. 1.1 identifikasi masalah mahdiyah al mutiah.pdf
 
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docxLK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
 
Buku Guru Tema 1 kelas 1 SD
Buku Guru Tema 1 kelas 1 SDBuku Guru Tema 1 kelas 1 SD
Buku Guru Tema 1 kelas 1 SD
 
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.pdf
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.pdfLK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.pdf
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.pdf
 
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docxLK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
 
MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...
MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...
MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...
 
Naskah mkdk4002 the_1
Naskah mkdk4002 the_1Naskah mkdk4002 the_1
Naskah mkdk4002 the_1
 
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
 
LK. 1.1 IDENTIFIKASI MASALAH.docx
LK. 1.1 IDENTIFIKASI MASALAH.docxLK. 1.1 IDENTIFIKASI MASALAH.docx
LK. 1.1 IDENTIFIKASI MASALAH.docx
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docx
 
LK 1.2 SUSILO WARDANI.pdf
LK 1.2 SUSILO WARDANI.pdfLK 1.2 SUSILO WARDANI.pdf
LK 1.2 SUSILO WARDANI.pdf
 
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdfLK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
 
Manajemen Kelas Presentation
Manajemen Kelas PresentationManajemen Kelas Presentation
Manajemen Kelas Presentation
 
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajarfaktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Adi Iasan (1).docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Adi Iasan (1).docxLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Adi Iasan (1).docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi_Adi Iasan (1).docx
 
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxLK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
 
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
 
Power point pengelolaan kelas
Power point pengelolaan kelasPower point pengelolaan kelas
Power point pengelolaan kelas
 
Perkembangan peserta didik Perkembangan anak SD
Perkembangan peserta didik Perkembangan anak SDPerkembangan peserta didik Perkembangan anak SD
Perkembangan peserta didik Perkembangan anak SD
 
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah SITI JARIYATIN 1.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah SITI JARIYATIN 1.docxLK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah SITI JARIYATIN 1.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah SITI JARIYATIN 1.docx
 

Viewers also liked

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) BAHASA INDONESIA SMK
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) BAHASA INDONESIA SMKLAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) BAHASA INDONESIA SMK
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) BAHASA INDONESIA SMKAmin Eko Wulandari
 
Proposal Bahasa dan Sastra Indonesia
Proposal Bahasa dan Sastra IndonesiaProposal Bahasa dan Sastra Indonesia
Proposal Bahasa dan Sastra IndonesiaSeptriani Dewi
 
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan KelasProposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan KelasMarliena An
 
Ptk bahasa indonesia di smk
Ptk bahasa indonesia di smkPtk bahasa indonesia di smk
Ptk bahasa indonesia di smkWahyu Surya
 
CONTOH PROPOSAL BHS INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
CONTOH PROPOSAL BHS INDONESIA YANG BAIK DAN BENARCONTOH PROPOSAL BHS INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
CONTOH PROPOSAL BHS INDONESIA YANG BAIK DAN BENARdeo krisma
 
Contoh Proposal Tugas Bahasa Indonesia
Contoh Proposal Tugas Bahasa IndonesiaContoh Proposal Tugas Bahasa Indonesia
Contoh Proposal Tugas Bahasa IndonesiaLia Oktafiani
 
Isi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab i
Isi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab iIsi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab i
Isi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab iHeru Joe
 
Proposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesiaProposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesiaAndika Mukaddas
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitianDHEluvELI
 
Artikel jurnal ptk
Artikel jurnal ptk Artikel jurnal ptk
Artikel jurnal ptk rifkykey
 
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademikCoral Reef
 
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...Titin Agustini
 
Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pembelajaran Matematika d...
Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pembelajaran Matematika d...Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pembelajaran Matematika d...
Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pembelajaran Matematika d...NASuprawoto Sunardjo
 
Panduan Praktis Membuat PTK
Panduan Praktis Membuat PTKPanduan Praktis Membuat PTK
Panduan Praktis Membuat PTKoum
 
57525928 membaca-kkg-1
57525928 membaca-kkg-157525928 membaca-kkg-1
57525928 membaca-kkg-1Thariq91
 
Proposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina AmaliaProposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina Amaliarichimaryadi
 

Viewers also liked (20)

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) BAHASA INDONESIA SMK
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) BAHASA INDONESIA SMKLAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) BAHASA INDONESIA SMK
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) BAHASA INDONESIA SMK
 
Proposal Bahasa dan Sastra Indonesia
Proposal Bahasa dan Sastra IndonesiaProposal Bahasa dan Sastra Indonesia
Proposal Bahasa dan Sastra Indonesia
 
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan KelasProposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
 
Ptk bahasa indonesia di smk
Ptk bahasa indonesia di smkPtk bahasa indonesia di smk
Ptk bahasa indonesia di smk
 
CONTOH PROPOSAL BHS INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
CONTOH PROPOSAL BHS INDONESIA YANG BAIK DAN BENARCONTOH PROPOSAL BHS INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
CONTOH PROPOSAL BHS INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
 
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENELITIAN TINDAKAN KELASPENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Contoh Proposal Tugas Bahasa Indonesia
Contoh Proposal Tugas Bahasa IndonesiaContoh Proposal Tugas Bahasa Indonesia
Contoh Proposal Tugas Bahasa Indonesia
 
Isi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab i
Isi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab iIsi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab i
Isi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab i
 
Proposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesiaProposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesia
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Artikel jurnal ptk
Artikel jurnal ptk Artikel jurnal ptk
Artikel jurnal ptk
 
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
 
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...
 
Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pembelajaran Matematika d...
Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pembelajaran Matematika d...Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pembelajaran Matematika d...
Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pembelajaran Matematika d...
 
Panduan Praktis Membuat PTK
Panduan Praktis Membuat PTKPanduan Praktis Membuat PTK
Panduan Praktis Membuat PTK
 
57525928 membaca-kkg-1
57525928 membaca-kkg-157525928 membaca-kkg-1
57525928 membaca-kkg-1
 
Proposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina AmaliaProposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina Amalia
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Ragam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa IndonesiaRagam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa Indonesia
 

Similar to Proposal ptk bahasa indonesia (20)

Skripsi NHT (Power Point)
Skripsi NHT (Power Point)Skripsi NHT (Power Point)
Skripsi NHT (Power Point)
 
Bab i ii ptk
Bab i ii ptkBab i ii ptk
Bab i ii ptk
 
Lesson study artikel
Lesson study artikelLesson study artikel
Lesson study artikel
 
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
 
yg baru
yg baruyg baru
yg baru
 
Laporan kti bahadiman
Laporan kti bahadimanLaporan kti bahadiman
Laporan kti bahadiman
 
1
11
1
 
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
 
Pts diklat
Pts diklatPts diklat
Pts diklat
 
Bab%201 08513245010
Bab%201 08513245010Bab%201 08513245010
Bab%201 08513245010
 
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
 
Karil waode rosmia
Karil waode rosmiaKaril waode rosmia
Karil waode rosmia
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatif
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatifContoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatif
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatif
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
 
Karya ilmiah nur sabaniah
Karya ilmiah nur sabaniahKarya ilmiah nur sabaniah
Karya ilmiah nur sabaniah
 
Bab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadiBab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadi
 
Contoh ptk
Contoh ptkContoh ptk
Contoh ptk
 

Proposal ptk bahasa indonesia

  • 1. PROPOSAL Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Numbered Heards Together (NHT) pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Semester II, SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Kabupaten Malang Oleh LAILA AMR’ULIA, S.Pd PLPG Tahun 2014
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan pendidikan maka tercermin bahwa, pendidikan merupakan faktor yang sangat strategis sebagai dasar pembangunan bangsa. Sejalan dengan itu apabila dihubungkan dengan ekstensi dan hakaikat hidup manusia, kegiatan pendidikan diarahkan pada manusia sebagai mahluk individu, sosial, dan religius. Menurut Shertian (2000) pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu usahanya adalah melaui suatu proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha tersebut, siswa merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Sekarang ini masalah pendidiakn menghadapi berbagai masalah salah satunya adalah rendahnya nilai rata-rata ujian nasional (UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Rendahnya mutu pandidikan di Indonesia, banyak opini yang muncul baik datangnya dari pejabat, pakar dan praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya kualitas tenaga pengajar, gaji guru yang rendah, muatan kurikulum terlalu padat dan pola pembelajaran yang kurang menarik. Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yang sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju tetapi pelaksanaannya yang
  • 3. masih jauh dari optimal. Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal metode pengajaran yang digunakan, sehingga siswa menjadi bosan dan malas untuk belajar. Seperti yang telah kita lihat metode dalam peroses pembelajaran yang dilakukan oleh guru terkesan itu-itu saja. Dalam hal ini fakta, konsep, dan perinsip pembelajaran lebih banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa ditindak lanjut dengan kegiatan praktik. Kombinasi pembelajaran yang tidak bervariasi seperti yang sering diterapkan oleh guru adalah, mengajar dengan ceramah dan dikombinasikan dengan media dan siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan pemantauan peneliti di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa kebanyakan diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan dalam proses belajar mengajar bahkan beberapa siswa sering meninggalkan ruangan kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung, dengan alasan yang bermacam-macam, di antaranya, karena tidak suka dengan cara guru mengajar, merasa bosan dengan metode mengajar guru dan sebagainya. Dalam hal ini sangat diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang tepat untuk mengatasi beberapa masalah tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah perlu diadakannya pembenahan baik bagi tenaga pengajar maupun siswa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif. Keterlibatan secara aktif tersebut mencakup keterlibatan fisik maupun intelektual emosional (Dimyati dan Mujiono, 2006) Tetapi dalam kenyataanya selama ini guru masih belum maksimal dalam melakukan pengolaan pembelajaran dengan baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya guru yang mengajar hanya dengan menyampaikan materi kepada siswa saja, sehingga proses belajar mengajar hanya didominasi oleh guru dan siswa bertindak pasif dalam belajar. Kesulitan
  • 4. yang dialami siswa tidak lain kurangnya konsep dan guru belum sempurna dalam menerapkan pengelolaan kegiatan pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan pembelajaran melalui penerapan dengan model yang sesuai yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Guru harus bisa memilih model yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran untuk diterapkan di kelas. Seperti model pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti dalam penelitiannya yaitu, Numbered Heads Together, Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Dengan demikian siswa diharapkan lebih aktif dan mempunyai motivasi dalam belajar. Hal ini juga harus didukung dengan konsistensi guru dalam menerapkan model yang ia pilih dan sesuai dengan RPP yang ia susun. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Numbered Heads Together Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Smester II, SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah, yaitu apakah rendahnya minat belajar siswa salah satunya diakibatkan karena kesalahan konsep dan metode pembelajaran yang diterapkan atau mungkin karena sitem penerapan metode pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pengajar (guru) tidak sesuai dengan RPP yang dibuat. C. Batasan Masalah Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran maka perlu adanya batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
  • 5. a. Penelitian ditekankan pada kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran yang ada dalam RPP yang ia buat b. Penelitin ini dilaksanakan pada proses pembelajaran oleh tenaga pengajar c. Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi pada kelas X semester II. d. Implementasi konsep penelitian pada materi menyimak pada kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumusnan masalah, yakni bagaimana cara metode Numbered Heads Together diterapkan sehingga dapat memotivasi belajar siswa kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui cara penerapan metode Numbered Heads Together dalam memotivasi belajar siswa kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi. F. Manfaat Penelitian a. Manfaat secara teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan, terutama dapat mengembangkan khazanah ilmu tentang peningkatan motivasi belajar Bahasa Indonesia melalui pendekatan Numbered Heads Together. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti terdahulu yang terkait dengan penelitian ini.
  • 6. b. Manfaat secara praktis 1. Bagi siswa Untuk meningkatkan Motivasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga pemahaman siswa mengenai konsep Bahasa Indoneisa yang dipelajari menjadi lebih baik. 2. Bagi guru Sebagai pedoman dalam menerapkan pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dengan pendekatan Numbered Heads Together. 3. Bagi sekolah Penelitian ini merupakan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
  • 7. BABA II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Pengertian Numbered Heads Together Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. 2. Langkah-langkah: Menurut kagan (2007) lngkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melaksanakan model pembelajaran NHT adalah : a) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya. d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
  • 8. e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. f) Kesimpulan. Sesuai dengan langkah-langkah penerapan diatas Kagan membagi beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penerapan metode Numbered Heads Together. Kelebihan: a) Setiap siswa menjadi siap semua. b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan: a) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru 3. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sardiman 2006:73) motif merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegaiatan untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173). Dalam Sardiman (2006:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorangyang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.
  • 9. Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Dalam motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan. 4. Fungsi motivasi Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi: a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar. b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah :
  • 10. a) Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan. c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan. Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi : a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. b) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai c) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 5. Jenis motivasi Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu: a)Motivasi Primer Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya. b) Motivasi sekunder Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif
  • 11. dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar. 6. Sifat Motivasi Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan Mudjiono, 2002:90). a)Motivasi Intrinsik Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari sebuah buku pelajaran karena ia termotivasi untuk mengetahi isi atau bahan beripa pengetahuan yang ia dapatkan. b) Motivasi Ekstrinsik Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: Ia belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi ekstirnsik dapat berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia termotivasi belajar dan belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks, dalam Dimyati, 2002:91). 7. Teori motivasi Menurut Sri Mulyani seperti dikutip oleh Darsono (2000:62) teori motivasi dibagi menjadi tiga yaitu: motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa. Dalam Dimyati mengutip pendapat Maslow (2002:80), mengemukakan kebutuhan akan motivasi berdasarkan 5 tingkatan penting yaitu:
  • 12. a)Kebutuhan fisiologis adalah berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, papan atau perumahan, pangan. b) Kebutuhan akan perasaan aman adalah berhubungan dengan keamanan yang terkait fisik maupun psikis, bebas dari rasa takut dan cemas. c)Kebutuhan sosial adalah diterima dalam lingkungan orang lain yaitu pemilikan harga diri, kesempatan untuk maju. d) Kebutuhan akan penghargaan usaha menumbuhkan jati diri. e)Kebutuhan untuk aktualisasi diri adalah kebutuhan individu menjadi sesuatu yang sesuai kemampuannya. Kebutuhan-kebutuhan ini hendaknya dapat dipenuhi siswa. Siswa yang memiliki kebutuhan akan motivasi , akan merasa nyaman dalam belajar, dapat giat dan tekun karena berbagai kebutuhannya dapat terpenuhi. 8. Ciri-ciri motivasi Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada diri seseorang itu memiliki ciri-ciri : a) Tekun menghadapi tugas b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d) Lebih senang bekerja mandiri e) Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin f) Dapat mempertahankan pendapatnya g) Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti siswa mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat
  • 13. untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. 9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Menurut Max Darsono, dkk (2000:65) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah: a) Cita-cita atau aspirasi siswa Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar. b) Kemampuan belajar Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya penghematan, perhatian, ingatan, daya pikir, fantasi. c) Kondisi siswa Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Seorang siswa yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan menganggu perhatian belajar siswa, begitu juga sebaliknya. d) Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Kondisi lingkungan yang sehat, kerukuan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. e) Unsur-unsur dinamis dalam belajar Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar mengajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang
  • 14. sama sekali. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, situasi dalam keluarga dan lain-lain. f) Upaya guru dalam pembelajaran siswa Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi,cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi hasil belajar siswa, dan lain-lain. Bila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan siswa, maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi belajar siswa. 10. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa Menurut Djamarah (2002:125) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain : a) Memberi angka Angka dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil akivitas belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang. b) Hadiah Hadiah dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah tersebut dapat digunakan orang tua atau guru untuk memacu belajar siswa. c) Kompetisi Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong siswa belajar. d) Ego-involvement Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah
  • 15. satu bentuk motivasi yang cukup penting. Siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya. e) Memberi ulangan Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan.Oleh karena itu, memberi ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar juga merupakan sarana motivasi. f) Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa untuk giat belajar. Dengan mengetahui hasil belajar yang meningkat, siswa termotivasi untuk belajar dengan harapan hasilnya akan terus meningkat. g) Pujian Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa dalam mengerjakan pekerjaan sekolah Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana menyenangkan, mempertinggi gairah belajar. h) Hukuman Hukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. i) Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang ada dalam diri siswa. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan agar hasrat untuk belajar itu menjelma menjadi perilaku belajar. j) Minat Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu
  • 16. mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya.Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan membandingkan adanya kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan penggalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk emndapatkan hasil yang baik, menggunakan berbagai macam metode menggajar. k) Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang cukup penting. Dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, akan timbul gairah ntuk belajar. Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah : a) Adanya minat untuk belajar akuntansi b) Tekun dalam menghadapi tugas c) Senang memecahkan soal-soal d) Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar B. Hipotesis Penelitian Berdasarkan konsep teori di atas maka dapat dizsimpulkan bahwa: “Penerapan pendekatan Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia”
  • 17. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain Penelitian Tindakan Kelas yang di gunakanadalah desain PTK Model John Elliott. Seperti halnya desain model PTKnya Kemmis & McTaggart, desain PTK model John Elliott juga dikembangkan berdasarkan konsep dasar Kurt Lewin. Model ini diawali dari mengidentifikasi masalah, yang pada hakikatnya bagaimana pernyataan yang menghubungkan antara gagasan atau ide dengan pengambilan tindakan. Sperti contoh identifikasi masalah berikut: 1) Para siswa merasa tidak puas dengan metode penilaian yang digunakan guru kelasnya. Bagaimana kalau guru berkolaborasi untuk meningkatkan pengukuran terhadap kemampuan siswa? 2) Para siswa hanya membuang-buang waktu percuma di kelas. Bagaimana cara guru membawa siswa lebih banyak lagi menggunakan waktu mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka? 3) Orang tua siswa bersedia membantu sekolah dengan melakukan supervisi “pekerjaan rumah”. Bagaimana caranya agar bantuan orang tua siswa bekerja lebih produktif? Apa pun masalah yang akan diangkat dalam penelitian, hendaknya tetap berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi guru dalam praktek pembelajaran sehari-hari di ruang kelas dan merupakan sesuatu yang ingin di capai serta berusaha mengubahnya atau memperbaikinya. Apabila guru dalam melakukan pembelajaran sehari-hari merasakan ada sesuatu yang janggal atau adanya ketimpangan dan kurang memuaskan, yang oleh peneliti juga dicermati pada waktu orientasi atau tahapan penelitian awal penelitian sebagai peningkatan,
  • 18. maka diperlukan penjelasan lebih lanjut. Misalkan, kejanggalan itu ialah para siswa banyak membuang waktu percuma di kelas perlu deskripsi yang mendetail, seperti: siswa yang mana yang membuang waktu percuma di kelas itu? Tugas apa yang sebenarnya yang mereka lakukan? Pada saat-saat mana dalam pelajaran mereka melakukannya? Dan manifestasi bentuk kegiatan apa yang mereka tampilkan waktu ”membuang waktu dengan percuma” di kelas? Informasi yang didapat dari pertanyaan-pertanyaan di atas akan menolong untuk membedakan berbagai aspek permasalahan penelitian dan membantu ke arah mana perbaikan pembelajaran harus dilakukan. Refleksi atau pertimbangan baik atau buruknya atau berhasil belum berhasilnya tindakan, merupakan bagian dari tahapan diskusi dan analisis penelitian sesudah tindakan dilakukan sehingga memberikan arah bagi perbaikan selanjutnya. Bentuk dari model ini digambarkan dalam alur-alur tahap penelitian yang dikenal model siklus: B. Subjek Penelitian Subjek penelitian menurut Amirin (1986) merupakan seseorang atau sesuatu mengenai yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Menurut Suharsimi Arikonto (1989) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang peneliti akan amati. Kesimpulan dari kedua penngertian diatas Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi. C. Tehknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa hasil keterampilan berbicara siswa serta instrument observasi berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan
  • 19. guru. Metode observasi ini memudahkan peneliti untuk turut berpartisipasi secara wajar dalam kegiatan penelitian. Penelitian didampingi oleh seseorang observer yang akan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Dalam hal ini, observer juga berperan sebagai guru mitra yang turut membantu proses pembelajaran Data dalam penelitian ini diperoleh melalui : 1. Lembar Lembar observasi kinerja siswa dalam melakukan penelitian data ini ditentukan berdasarkan skala penilaian (amat kurang sampai dengan amat baik). 2. Laporan tertulis dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siswa akan dinilai dengan rentang skor 0-100. 3. Angket sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan. D. Instrument pengumpulan data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan, lembar observasi, jurnal dan catatan lapangan. 1. Tes Kemampuan Tes adalah rentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Adapun tes yang dilakukan yaitu berupa pemberian perintah untuk menyimak berita dengan baik dan benar. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah dicapai. 2. Lembar Observasi Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk mengukur atau melihat aktivitas siswa dan peneliti dilihat dari keterampilan kooperatif dan memotivasi siswa selama kegiatan belajar mengajar. Alat yang digunakan adalah lembar observasi yang diisi oleh observer sebagai pencatat lapangan. Aktivitas peneliti yang diamati adalah keterampilan mengajar mulai , dari membuka pelajaran sampai pada menutup pelajaran. Aspek yang diamatinya berupa kelengkapan dan keahlian guru dalam mengajar sebagai refleksi untuk pertemuan berikutnya. 3. Jurnal Siswa Jurnal siswa diberikan pada setiap akhir pembelajaran. Jurnal ini diberikan untuk mengetahui apa yang diperoleh siswa setelah pembelajaran yang diterapkan di kelas. Hasil ini akan digunakan untuk melakukan perbaikan pada tindakan pembelajaran siklus berikutnya. 4. Catatan Lapangan
  • 20. Catatan lapangan adalah temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang tidak ternamai dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung. E. Prosedur Penelitian Siklus Penelitian menurut John Elliot 1. Siklus Pertama a. Rencana Tindakan Siklus I Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal, peneliti menerapkan metode Numbered Heads Together sebagai metode yang dapat melibatkan antara guru dan siswa dan dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Karena jika
  • 21. hanya menggunakan metode-metode klasik seperti metode ceramah ataupun yang lainnya dirasakan kurang tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi. Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads Together pada siklus I, peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu: 1) Membuat rencana pembelajaran. 2) Membagi materi 3) Peneliti membagai siswa kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, menjadi beberapa kelompok sekaligus memberi tugas masing-masing kelompok. 4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambil alat observasi guna mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan Siklus I Setelah diputuskan menggunakan metode Numbered Heads Together siswa kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi. Maka tahapan pembelajaran sesuai dengan tahapan dalam metode Numbered Heads Together. Proses pembelajarannya berlangsung selama 2 X 40 menit, yang meliputi: Pertemuan I : 2 X 40 menit 1. Tahap Awal a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.) b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang akan dibahas c) Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa. 2. Tahap Inti Pre Activity a) Peneliti/ guru memberikan stimulus materi b) Peneliti/guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. c) Peneliti/guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok. Apersepsi a) Peneliti/guru memberikan instruksi untuk membaca dan mempelajari mengenai materi menyimak dalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan praktek yang disesuaikan dengan materi serta mempresentasikannya sesuai dengan nomor yang ditunjuk oleh peneliti/guru. b) Peneliti/guru mengatur jalannya pembelajaran.
  • 22. c) Peneliti/guru melontarkan pertanyaan untuk kemudian menunjuk nomor siswa yang akan menjewabnya. Penutup a) Peneliti/guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama pembelajaran. b) Peneliti/guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada. 3. Tahap Akhir a) Peneliti/guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. b) Peneliti/guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya. c) Peneliti/guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya. d) Peneliti/guru memberi tugas untuk mempelajarai pembahasan yang akan di bahas selanjutnya. e) Peneliti/guru menutup pertemuan/salam penutup. Pertemuan II : 2 X 40 menit 1. Tahap Awal a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.) b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang akan dibahasan. c) Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa. d) Peneliti/guru mengadakan tes untuk menguji kemampuan menyimak siswa. f) Peneliti/guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar. 2. Tahap Inti Whilst Activity a) Peneliti/guru memberikan kesempatan kepada nomor dari masing-masing kelompok yang belum menjawab. b) Peneliti/guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya. Post Activity a) Peneliti/guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada. b) Peneliti/guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar. c) Peneliti/guru menjelaskan secara detail materi Menyimak. 3. Tahap Akhir
  • 23. a) Peneliti/guru memberi kesempatan kepada siswa untuk betanya. b) Peneliti/guru menyuruh kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya c) Peneliti/guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya. d) Peneliti/ guru menutup pertemuan/salam penutup. c. Observasi Siklus I Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti di sini selain bertindak sebagai guru, peneliti juga bertindak sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan pada lembar observasi prilaku siswa. Hasil pengamatan pada tahap I, kegiatan siswa sudah cukup bagus, siswa terlihat lebih antusias dalam memperhatikan pelajaran, karena pelajaran yang didapatkan akan lebih menyenangkan dari biasanya. Memasuki tahapan II, siswa lebih antusias dan lebih aktif dalam belajarnya, hal ini terlihat dari kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Mayoritas siswa dapat menyimak berita dengan baik serta bersemangat dalam mengapresiasikannya. Setelah siswa mendapatkan metode Numbered Heads Together, siswa diberi soal test formatif untuk mengetahui tingkat kefahaman siswa dalam menerima pelajaran yang telah disampaikan. d. Refeleksi Siklus I Tujuan peneliti menerapkan metode Numbered Heads Together semula adalah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, agar metode-metode pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dirasakan efektif oleh siswa. Khususnya pada kelas X semester II di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi. Yang mana hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa dalam belajar yang dialaminya selama ini. Untuk menyikapi kenyataan diatas, maka diambil langkah-langkah: 1) Memperhatikan peningkatan siswa yang lebih tertib dalam mengikuti proses pembelajaran. 2) Sebagian kecil siswa yang kurang mampu menyimak, maka harus diberikan perhatian khusus untuk dibimbing dalam menyimak. 2. Siklus Kedua a. Rencana Tindakan Siklus II Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, peneliti memilih menggunakan metode Numbered Heads Together yang nantinya akan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads Together pada siklus II, peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:
  • 24. 1) Membuat rencana pembelajaran. 2) Membagi materi selanjutnya menjadi beberapa bagian. 3) Peneliti/ guru membagai siswa kelas X menjadi 5 kelompok sekaligus memberi tugas masing-masing kelompok.. 4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambil alat observasi guna mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan Siklus II Dengan tetap menggunakan metode Numbered Heads Together maka tahapan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pertemuan I : 2 X 40 menit 1. Tahap Awal a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.) b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik bahasan.. c) Presensi siswa. d) Peneliti/ guru mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan menyimak siswa. f) Peneliti/ guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar. 2. Tahap Inti Pre Activity a) Peneliti/ guru memberikan stimulus materi menyimak b) Peneliti/ guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. c) Peneliti/ guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok. Whilst Activity a) Peneliti/ guru memberikan instruksi untuk membaca dan mempelajari materi menyimakdalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang disesuaikan dengan materi. b) Peneliti/ guru mengatur jalannya diskusi. Post Activity a) Peneliti/ guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar. b) Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada. 3. Tahap Akhir a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
  • 25. b) Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya. c) Peneliti/ guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya. e) Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam penutup. Pertemuan II : 2 X 40 menit 1. Tahap Awal a) Salam pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.) b) Memberikan motivasi sesuai dengan topik bahasan. c) Presensi siswa. d) Peneliti/ guru mengadakan tes untuk men.getahui kemampuan menyimak siswa e) Peneliti/ guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar. 2. Tahap Inti Pre Activity Peneliti/ guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi sebelumnya. Whilst Activity a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang belum menjawab. b) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya. c) Peneliti/ guru membuka session untuk tanya jawab dengan para siswa. Post Activity a) Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada. b) Peneliti/ gruru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar. c) Peneliti/ guru menjelaskan secara detail materi. 3. Tahap Akhir a) Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. b) Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya. c) Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam penutup. c. Observasi Siklus II Setelah diadakan perbaikan-perbaikan terhadap hasil yang didapat pada siklus I. kegiatan siswa dalam proses belajar-mengajar lebih bagus lagi, karena ada kemajuan bagi kelompok yang belum presentasi. Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa siswa cukup
  • 26. antusias dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar, dan siswa bertambah aktif untuk bertanya dan menjawab. Dan juga siswa mengalami peningkatan dalam ketepatan dan kemampuan menyimak. Dalam peningkatan prestasi belajar siswa yang merupakan hasil akhir dari pembelajaran metode Numbered Heads Together yaitu dapat dilihat pada antusias belajar siswa yang meningkat dan hasil nilai akhir ulangan harian siswa. d. Refleksi Siklus II Dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dengan menggunakan metode Numbered Heads Together, maka tujuan pembelajaran yaitu untuk dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan siswa untuk lebih aktif, kreatif dalam proses belajar-mengajar. Dari hasil observasi pada siklus II, maka langkah yang akan diambil: a) Pemahaman dan ketaatan siswa menunjukkan bahwa metode Numbered Heads Together harus terus diterapkan kepada siswa untuk lebih mudah dimengerti secara mendalam makna yang terkandung dalam materi yang disampaikan. b) Menjaga agar kualitas belajar yang sudah berjalan berkembang lebih baik dan tetap terpelihara. F. Teknik Analisis Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan pengumpulan data. Dalam penelitian ini, tehknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah suatu teknik yang menganalisis data dengan cara mengiterpretasikan data yang diperoleh dengan menggunakan kata-kata. Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain : 1. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.Yang dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik. 2. Pengukuran test hasil belajar Pengukuran test hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan melihat nilai yang diperoleh oleh siswa. 3. Wawancara
  • 27. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. 4. Metode dokumentasi Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. G. Kriteria Keberhasilan Tindakan Kriteria keberhasilan penelitian dilihat sama seperti pada siklus 1, yaitu: 1. Bilamana siswa lebih paham dalam menyimak wacana berita dari sebelum penelitian diadakan. 2. Ketercapaian siswa dalam menyerap materi pelajaran melalui tes.
  • 28. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi, (1986). Prosedur Penelitian, Jakarta : Bina Aksara Andayani.dkk, (2009) Pemantapan Kemampuan Profesional,Jakarta : Universitas Terbuka C.George Boeree, (2008) Metode Pembelajaran Dan Pengajaran,Jogjakarta :Ruzz Media Departemen Pendidikan Nasional, (1999). Penelitian Tindakan Action Research. Jakarta : Ditjen : Penerbit Rineka Cipta Suwarsih Madya. (1994). Panduan penelitian tindakan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Idrus, Muhammad, (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.