Makalah ini membahas tentang konsep Nasikh-Mansukh dalam Al-Qur'an dalam 3 kalimat:
Konsep Nasikh-Mansukh mengacu pada pembatalan hukum syara' yang ada sebelumnya oleh hukum yang datang kemudian berdasarkan dalil-dalil tertentu, yang dibahas meliputi pengertian, rukun, dasar penetapan, bentuk, dan hikmah adanya konsep ini.
1. Mata kuliah
Dosen pembimbig
Study Al-Qur’an
Muslim, M. AG
NASIKH-MANSUKH
Disusun
oleh:
JOHAN SAFRIJAL
ERISMAN
PERPAJAKAN
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RIAU SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2013/2014
1
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Nasih Mansuh”.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Study AL Qur’an di jurusan Adm. Perpajakan Tahun 2012 UIN SUSKA Riau
Dalam Penulisan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada :
1. Rekan-rekan tim penyusun makalah jurusan ADM. Perpajakan angkatan 2012 UIN SUSKA
Riau
2. Secara khusus penyusun menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama
menyelesaikan makalah ini
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penyusun berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin
Yaa Robbal ‘Alamiin.
Pekanbaru, 7 Oktober 2013
2
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 3
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
C. Tujuan Makalah ............................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 4
A. Pengertian ........................................................................................................................ 4
B. Rukun dan Syarat ............................................................................................................. 5
C. Dasar-dasar Penetapan ..................................................................................................... 5
D. Bentuk dan Macam Nasihk-Mansukh .............................................................................. 6
E. Hikmah adanya Nasikh-mansukh .................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 9
3
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan sumber ilmu yang tak akan habis-habisnya untuk dikaji dan
diteliti. Banyak cabang-cabang ilmu pengetahuan yang digali dari Al Qur’an. Cabang ilmu
tersebut antara lain : ilmu bahasa dan sastra, ilmu sosial, ilmu bumi dan alam, ilmu hitung,
ilmu kesehatan, ilmu jiwa, ilmu teknologi, ilmu astronomi dan semuanya hanya bersumber
pada Al-Qur’an. Dalam makalah ini kami mencoba sedikit membahas tentang ilmu NasikhMansukh yang cukup panjang pembahasannya namun, kami telah berusaha untuk lebih teliti
dan jeli dalam mempelajarinya. Dengan harapan sebagai seorang muslim yang taat dan
paham kita memahami isi kandungan Al-Qur’an yang benar dan baik.
B. Rumusan Masalah
Setelah melewati berbagai pemikiran dan pencarian data, maka kami dapat menyajikan
ada beberapa permasalahan-permasalahan yang akan kami bahas dalam makalah,
diantaranya :
1. Pengertian Nasikh-Mansukh
2. Rukun dan Syarat Nasikh-Mansukh
3. Dasar Penetapan Nasikh-Mansukh
4. Bentuk-bentuk Nasikh-Mansukh
C. Tujuan Makalah
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah agar kita bisa lebih mengenal tentang silsilah
Nasikh-Mansukh dan lebih memudahkan kita untuk mempelajari lebih jauh lagi sehingga
dalam proses mempelajarinya kita tidak menemukan kesulitan.
4
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nasikh-mansukh
Nasikh-mansukh berasal dari kata nasakh. Dari segi etimologi kata ini dipakai untuk
beberapa pengertian : pembatalan, penghapusan, pemindahan, dan pengubahan. Secara
istilah yang berarti proses penghapusan atau pembatalan hukum Syar’i yang telah ada untuk
kemudahan digantikan dengan hukum syar’i yang datang kemudian.
Beberapa pengertian nasakh antara lain:
1. Menghilangkan (izalah) yaitu mengganti ayat sebelumnya
2. Mengganti (takdil) yaitu mengoreksi dan meralat kalimat dengan yang lebih baik,
namun kandungannya tetap
3. Memalingkan(tahwil) yaitu ayat yang mansukh di perbarui kandungan-kandungan
sehingga lebih jelas
4. Menukil yaitu memindahkan peletakan kata dalam suatu ayat agar lebih baik arti dan
maknanya
5. Mengkhususkan (tahshish) yaitu mengususkan/menspesifikkan pembahasan ayat
menjadi lebih terperinci sehingga lebih mudah dipahami.
B. Rukun dan Syarat Nasikh-mansukh
a. Rukun Nasikh-mansukh
1. Adat nasikh adalah pernyataan yang menunjukan adanya pembatalan hukum yang
telah ada
2. Nasikh yaitu dalil kemudian yang menghapus hukum yang telah ada, pada hakikatnya
Nasikh berasal dari Allah, karna Dia lah yang membuat hukum dan Dia pulalah yang
menghapus
3. Mansukh yaitu hukum yang dibatalkan, dihapuskan, atau dipindahkan
4. Mansukh’anh yaitu orang yang dibebani hukum
b. Syarat-syarat Nasikh-mansukh
1. Yang batalkan adalah hukum Syara’
2. Pembatalan itu datangnya dari tuntutan syara’
5
6. 3. Pembatalan hukum tidak disebabkan oleh berakhirnya waktu pemberlakuan hukum
4. Tuntutan yang mengandung Nasikh harus datang kemudian.
C. Dasar-dasar Penetapan Nasikh-mansukh
Manna’ Al-Qathathan menetapkan tiga dasar unuk menegaskan bahwa suatu ayat
dikatakan bahwa Nasikh (menghapus) ayat lain Mansukh (dihapus) yaitu :
1. Melalui pentransmisian yang jelas dari Nabi dan para sahabat, seperti hadist : aku
(dulu) melarang kalian ziarah kubur, sekarang berziarahlah
2. Melalui kesepakatan umat bahwa ayat ini Nasikh dan ayat ini Mansukh
3. Melalui studi sejarah, mana ayat yang lebih belakang turun, sehingga disebut
Nasikhn, dan mana yang duluan turun disebut Mansukh.
D. Bentuk dan Macam-macam Nasikh-Mansukh dalam Al-Qur’an
Berdasarkan kejelasan dan cakupannya, Nasikh-mansukh dalam Al-Qur’an dibagi
menjadi 4 macam yaitu:
1. Nasikh sharih, yaitu ayat yang secara jelas menghapus hukum yang terdapat pada ayat
terdahulu. Misalnya ayat tentang perang (qital) pada ayat 65 Surat Al-Anfal yang
mengharuskan satu orang muslim melawan sepuluh kafir. “Hai nabi, Kobarkanlah
semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar
diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika
ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan
seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak
mengerti”. Ayat ini, menurut jumhur ulama dinasikh oleh ayat yang mengharuskan satu
orang mukmin melawan dua orang kafir pada ayat 66 dalam surat yang sama: “Sekarang
Allah Telah meringankan kepadamu dan dia Telah mengetahui bahwa padamu ada
kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan
dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang
sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah.
dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.
6
7. 2. Nasikh dhimmy, yaitu jika terdapat dua nasikh yang saling bertentangan dan tidak
dikompromikan, dan keduanya turun untuk sebuah masalah yang sama, serta keduakeduanya diketahui waktu turunnya, ayat yang datang kemudian menghapus ayat yang
terdahulu. Contohnya, ketetapan Allah yang mewajibkan berwasiat bagi orang-orang
yang akan mati yang terdapat dalam Surat Al-Baqarah 180: “Diwajibkan atas kamu,
apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan
harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (Ini
adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa”. Ayat ini, menurut pendukung teori
naskh di-naskh oleh hadis Ia washiyyah li waris (Tidak ada wasiat bagi ahli waris).
3. Nasikh Kully, yaitu menghapus hukum yang sebelumnya secara keseluruhan. Contohnya,
ketentuan 'iddah empat bulan sepuluh hari pada surat Al-Baqarah ayat 234. “Orangorang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah
para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian
apabila Telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka
berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat”. (Q.S. Al-Baqarah : 234). Dinasikh oleh ketentuan 'iddah satu tahun pada ayat
240 dalam surat yang sama. “Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara
kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi
nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). akan tetapi
jika mereka pindah (sendiri), Maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang
meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
4. Nasikh Juz’iy, yaitu menghapus hukum umum yang berlaku bagi semua individu dengan
hukum yang hanya berlaku bagi sebagian individu, atau menghapus hukum yang bersifat
muthlaq dengan hukum yang muqayyad. Contohnya, hukum dera 80 kali bagi orang yang
menuduh seorang wanita tanpa ada saksi pada Surat An-Nur ayat 4 “Dan orang-orang
yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan
puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan
7
8. mereka Itulah orang-orang yang fasik”. Dihapus oleh ketentuan lain, yaitu bersumpah
empat kali dengan nama Allah, jika si penuduh suami yang tertuduh, pada ayat 6 dalam
surat yang sama” Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka
tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu
ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk
orang-orang yang benar”.
Dilihat dari segi bacaan dan hukumnya, mayoritas ulama membagi Nasikh-mansukh tiga
macam yaitu :
1. Penghapusan terhadap hukum (hukm) dan bacaan (tilawah) secara bersamaan. Ayat-ayat
yang terbilang kategori ini tidak dibenarkan dibaca dan tidak dibenarkan diamalkan
2. Penghapusan terhadap hukumnya saja, sedangkan bacaannya tetap ada. Contohnya,
ajakan para penyembah berhala dari kalangan musyrikin kepada umat lslam untuk saling
bergantian dalam beribadah, telah dihapus oleh ketentuan ayat qital (peperangan). Akan
tetapi, bunyi teksnya masih dapat kita temukan dalam Surat Al-Kafirun ayat 6. ”
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
3. Penghapusan terhadap bacaannya saja, sedangkan hukumnya tetap berlaku. Contoh
kategori ini biasanya diambil dari ayat rajam. Mula-mula ayat rajam ini terbilang ayat
Al-Quran. Ayat yang dinyatakan mansukh bacaannya, sementara hukumnya tetap
berlaku.
Adapun dari sisi otoritas mana yang lebih baik menghapus dan dihapus, ulama membagi
empat macam Nasikh-mansukh :
1. Nasikh-mansukh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
2. Nasikh-mansukh Al-Qur’an dengan As-sunnah
3. Nasikh-mansukh As-sunnah dengan Al-Qur’an
4. Nasikh-mansukh As-sunnah dengan As-sunnah
E. Hikmah adanya Nasikh-mansukh
a. Mengetahui keshalihan seorang hamba
b. Menuju derajat syari’at yang sempurna
c. Menguji orang-orang mukallaf dengan mengikuti adanya nasikh mansukh
d. Menjelaskan hal-hal yang baik dan mudah bagi umat.
8
9. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara terminologi Nasikh adalah raf’u Al-hukm Al-syar’i bin Al-khitab Al-syar’i
(menghapuskan hukum syara dengan kitab syara pula) atau raf’u Al-hukm bil Al-dalil Alsyar’i (menghapus hukum syara dengan dalil syara lain). Sedangkan Mansukh adalah hukum
yang diangkat. Rukun Nasikh-mansukh ada empat yaitu : Adat Nasikh, Nasikh, Mansukh dan
mansukh ‘anh. Syarat Nasikh-mansukh yaitu : yang dibatalkan adalah hukum syara’,
pembatalan itu datang dari tuntutan syara’, pembatalan hukum tidak disebabkan oleh
berakhirnya waktu, dan tuntutan yang mengandung Nasikh harus datang kemudian. Selain
yang disebutkan dalam Nasikh-mansukh terdapat dasar-dasar penetapan Nasikh-mansukh,
bentuk dan macam-macam nasikh-mansukh dalam Al-Qur’an dan hikmah keberadaan
Nasikh-mansukh.
Ada beberapa pengertian nasakh antara lain :
1. Menghilangkan (Izalah)
2. Mengganti (Tabdil)
3. Memalingkan (Tahwil)
4. Menukil (memindahkan)
5. Mengkhususkan (Tahshish)
Pembagian Nasakh
a. Nasakh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
b. Nasakh Al-Qur’an dengan Hadits
c.
Nasakh Hadits dengan Al-Qur’an
d. Nasakh Hadits dengan Hadits
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan baik dalam penjelasanmaupun
dalam penulisan kami mohon maaf. kami mengharap kritik dan saranyang membangun agar
dapat menjadi sumber rujukan sehingga menjadika apayang kami buat ini lebih baik di masa
mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
9
10. DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Muhammad Bin Sholel al Utsaimin. 2004. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta :
Darus Sunnah Press.
Denffer, Ahmad. 1988. Ilmu Al-Qur’an. Jakarta : Rajawali.
Abdul HA, Djalal, H. Prof., Dr. 2000. Ulumul Qur’an (Edisi Lengkap). Surabaya :
Dunia Ilmu.
Hamzah, Mukhotob. 2003. Study Al-Qur’an Komprehensif. Yogyakarta : Gema
Media.
Chirzin, Muhammad. 1998. Al-Qur’an Dan Ulumul Qur’an. Jakarta : Dana Bhakti
Prima Yasa.
10