SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Suatu besaran (pancaran) yang dapat diukur dengan
mudah, paling tidak secara kuantitaif, yaitu dengan
membandingkan dengan bintang lain

DND-2006
Sistem Magnitudo
Sebelum perkembangan fotografi, magnitudo bintang ditentukan
dengan mata.




DND-2006

Kepekaan mata untuk daerah panjang gelombang yang
berbeda tidak sama
Mata terutama peka untuk cahaya kuning hijau di daerah λ = 5
500 Å, karena itu magnitudo yang diukur pada daerah ini
disebut magnitudo visual atau mvis
Dengan berkembangnya fotografi, magnitudo bintang selanjutnya
ditentukan secara fotografi.


Pada awal fotografi, emulsi fotografi mempunyai kepekaan di
daerah biru-ungu pada panjang gelombang sekitar 4 500 Å.


Magnitudo yang diukur pada daerah ini disebut magnitudo
fotografi atau mfot

Sebagai contoh kita ambil perbandingan hasil pengukuran
magnitudo visual dengan magnitudo fotografi untuk bintang Rigel
dan Betelgeuse yang berada di rasi Orion. Rigel berwarna biru
sedangkan Betelgeuse berwarna merah.

DND-2006
Perbandingan bintang Rigel dan Betelgeuse.

Rigel (berwarna biru)

Betelgeuse (berwarna merah)



Menurut Hukum Planck dan  Temperatur
permukaanWien, temperatur permukaan
nya lebih rendah daripada
bintang Rigel lebih tinggi
Rigel
daripada Betelgeuse



Akan memancarkan lebih  Akan memancarkan lebih
banyak cahaya kuning
banyak cahaya biru daripada
daripada cahaya biru
cahaya kuning



Diamati secara fotografi akan  Diamati secara visual akan
tampak lebih terang
tampak lebih terang daripada
daripada diamati secara
diamati secara visual (mvis
fotografi (mvis kecil dan mfot
besar dan mfot kecil).
besar).

DND-2006
Jadi untuk suatu bintang, mvis berbeda dari mfot. Selisih kedua
magnitudo tersebut, dinamakan indeks warna (Color Index – CI).
CI = mfot − mvis


DND-2006

. . . . . . . . . . .(4-11)

Makin panas atau makin biru suatu bintang, semakin kecil
indeks warnanya.
Distribusi energi spektrum bintang Rigel
λfot λvis

Intensitas

mfot - mvis = indeks warna

mvis = 0,14
CI = - 0,17

λ

mvis besar, mfot kecil
DND-2006

mfot = - 0,03

 CI kecil
Distribusi energi spektrum bintang Betelgeus
λfot λvis

Intensitas

mfot = 2,14
mvis = 0,70
mfot - mvis = indeks warna

λ

mvis kecil, mfot besar
DND-2006

 CI besar

CI = 1,44
Perbandingan distribusi energi spektrum (DES) bintang Rigel
dan Betelgeus
mfot mvis

Intensitas

CI Rigel

CI Betelgeus
DES Rigel
DES Betelgeus

λ
DND-2006
Untuk bintang deret utama yang spektrumnya termasuk kelas A0
(akan dibicarakan kemudian) harga mvis = mfot. Contoh bintang deret
utama dengan kelas spektrum A0 adalah bintang Vega.
 Berdasarkan definisi indeks warna bintang Vega adalah nol (CI =
0)
 Jadi bintang yang lebih biru atau lebih panas daripada Vega,
misalnya bintang Rigel indeks warnanya akan negatif.
 Bintang yang lebih merah atau lebih dingin daripada Vega,
misalnya bintang Betelgeuse indeks warnanya akan positif

Rigel

: mfot = -0,03, mvis = 0,14

Betelgeuse : mfot = 2,14, mvis = 0,70
DND-2006

CI = − 0,17
CI = 1,44
Dengan berkembangnya fotografi, selanjutnya dapat dibuat pelat
foto yang peka terhadap daerah panjang gelombang lainnya,
seperti kuning, merah bahkan inframerah.

Pada tahun 1951, H.L. Johnson dan W.W. Morgan mengajukan
sistem magnitudo yang disebut sistem UBV, yaitu





B = magnitudo semu dalam daerah biru (λef = 4350 Å)



DND-2006

U = magnitudo semu dalam daerah ultraviolet (λef = 3500 Å)

V = magnitudo semu dalam daerah visual (λef = 5550 Å)
U

1,0

B
V

Kepekaan

0,8

0,6

0,4

0,2

0,0
3000

4000

5000

6000

λ (Å)

Daerah kepekaan pe-ngukuran magnitudo U, B dan V

DND-2006
Dalam sistem Johnson – Morgan (sistem UBV)
 Indeks warna adalah U-B dan B-V


Untuk bintang panas B-V kecil.

 Harga tetapan dalam pers. (4-3)
m = -2,5 log E + tetapan
diambil sedemikian rupa sehingga untuk bintang deret utama
kelas A0 (misalnya bintang Vega)
U=B=V

DND-2006

CI = 0
Pada abad kedu seorang astronom Yunani , yang bernama
Hippravhos mambuat katalog bintang, yaitu dengan membagi
bintang menurut terangnya ke dalam 6 kelompok. Bintang
paling terang tergolong mangitudo kesatu, yang lebih lemah
hampir tak terlihat mata mangitudo keenam

Mangitudo:

DND-2006

1

2

3

4

5

6
Tp Galileo Galilei mengubahnya dan Galileo mengemukakan
bahwa ada bintangt yang cahayanya lebih redup daripada
bintang bermangitudo 6. Selanjutnya John Herschel
mendapatkan bahwa kepekaan mata bersifat logaritmik, bahwa
bintang bermangitudo satu ternyata lebih terang 100x dari
bintang bermangitudo enam. Pada tahun 1856 Pogson
memberikan defisini sebagai berikut:

ma – mb = -2,5log(Ea/Eb)

DND-2006
Mangitudo semu beberapa bintang langit

Nama Bintang

Mangitudo

Polaris

2

Regulu

1.5

Pollux

1.16

Spica

1

Aldebaran

1

Betelgeuse

0.8

Procyon

0.5

Vega

0

Capella

0

Sirius

-1.42

Jupiter
Bulan Purnama

DND-2006

-2.5
-13

Matahari

-26.7
Untuk menyatakan Luminositas atau kuat cahaya
sebenarnya sebuah bintang, kita definisikan besaran
mangitudo mutlak, yaitu mangitudo bintang yang
diandaikan diamati dari jarak d( dalam parsec). Skala
Pogson untuk mangitudo mutlak diberi simbol M adlah
menjadi

m – M = -5+5logd

DND-2006
Dari rumus di atas jika M diketahui dan m dapat diamati,
maka d dapat ditentukan (jarak bintang dapat ditentukan).
Demikian juga sebaliknya, jika m dan p dapat ditentukan,
maka M dapat dicari. Untuk menentukan M ada beberapa
cara yang bisa dilakukan diantaranya adalah

DND-2006
Dari rumus Pogson dapat kita tentukan perbedaan mangitudo
mutlak dua bintang yang luminositasnya masing-masing L 1 dan L2,
yaitu

Untuk bintang ke-1: M1 = -2,5log L1/4π(102) + C
Untuk bintang ke-2: M2 = -2,5log L2/4π(102) + C
Jika kedua persamaan di ats kita kurangkan, akan diperoleh,

M1 – M2 = 2,5 log L1/L2
DND-2006
Diagram Hertzsprung-Russel (H-R)
Pada tahun 1911, seorang astronom Denmark
bernama Eijnar Hertzsprung membandingkan
hubungan antara magnitudo & indeks warna di
dalam gugus Pleiades dan Hyades.

Ejnar Herztprung
Henry Norris Russel (1873 – 1967)
(1877 – 1957)

Kemudian pada 1913, Henry Norris Russell,
seorang Ph.D dari Universi-tas Princeton,
membuat plot hubung-an antara magnitudo
mutlak & spektrum bintang

DND-2006
 Hasil yang mereka peroleh sekarang dikenal sebagai diagram
Hertzsprung-Russell atau diagram H-R.


DND-2006

Diagram H-R ini menunjukkan hubungan luminositas (atau
besaran lain yang identik, seperti magnitudo mutlak) dan
temperatur efektif (atau besaran lain, seperti indeks warna (B V) atau kelas spektrum .
Diagram H-R

L = 4 π R2 σΤef 4
http://www.phys-astro.sonoma.edu/BruceMedalists/Russell/index.html
DND-2006
 Dari diagram H-R ini dapat kita lihat bahwa bintang-bintang
berkelompok dalam empat kelompok besar yaitu,





Bintang Deret Utama (Main Sequence)
Bintang Raksasa (Giants)
Maharaksasa (Supergiants)
Katai Putih (White Dwarf)

 Sebagian besar bintang-bintang berada dalam deret utama.

DND-2006
 Dari diagram dapat kita lihat bahwa bintang yang mempunyai
temperatur sama, tetapi kelompoknya berbeda akan
mempunyai luminositas yang berbeda.

DND-2006

More Related Content

What's hot (14)

Bab 1. atmosfer bintang
Bab 1. atmosfer bintangBab 1. atmosfer bintang
Bab 1. atmosfer bintang
 
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam AstrofisikaBesaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
 
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
 
Fotometri bintang
Fotometri bintangFotometri bintang
Fotometri bintang
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab iii matahari
Bab iii matahariBab iii matahari
Bab iii matahari
 
Bintang Ganda
Bintang GandaBintang Ganda
Bintang Ganda
 
Astronomi fisika bab vii
Astronomi fisika bab viiAstronomi fisika bab vii
Astronomi fisika bab vii
 
Gerak Bintang
Gerak BintangGerak Bintang
Gerak Bintang
 
Astronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab viAstronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab vi
 
Bab i vb
Bab i vbBab i vb
Bab i vb
 
Bab iv Raksasa merah dan BIntang Katai Putih
Bab iv Raksasa merah dan BIntang Katai PutihBab iv Raksasa merah dan BIntang Katai Putih
Bab iv Raksasa merah dan BIntang Katai Putih
 
Fotometri bintang1
Fotometri bintang1Fotometri bintang1
Fotometri bintang1
 
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
 

Similar to mangitudo

Similar to mangitudo (20)

Astronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i vaAstronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i va
 
Astronomi fisika bab i vb
Astronomi fisika bab i vbAstronomi fisika bab i vb
Astronomi fisika bab i vb
 
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDAAstronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
 
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
 
Analisis garis spektrum
Analisis garis spektrumAnalisis garis spektrum
Analisis garis spektrum
 
Astronomi fisika bab vc
Astronomi fisika bab vcAstronomi fisika bab vc
Astronomi fisika bab vc
 
Analisa Garis Spektrum Bintang
Analisa Garis Spektrum BintangAnalisa Garis Spektrum Bintang
Analisa Garis Spektrum Bintang
 
PPT 1.pdf
PPT 1.pdfPPT 1.pdf
PPT 1.pdf
 
Sistem Magnitudo - Sulistyo Budhi.pptx
Sistem Magnitudo - Sulistyo Budhi.pptxSistem Magnitudo - Sulistyo Budhi.pptx
Sistem Magnitudo - Sulistyo Budhi.pptx
 
Astronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iiiAstronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iii
 
Materi astronomi
Materi astronomiMateri astronomi
Materi astronomi
 
Bab 7. gugus dan populasi bintang
Bab 7. gugus dan populasi bintangBab 7. gugus dan populasi bintang
Bab 7. gugus dan populasi bintang
 
Astronomi fisika bab va
Astronomi fisika bab vaAstronomi fisika bab va
Astronomi fisika bab va
 
79309543 solusi-osn-astro-2008
79309543 solusi-osn-astro-200879309543 solusi-osn-astro-2008
79309543 solusi-osn-astro-2008
 
Presentasi materi 4 pfba
Presentasi materi 4 pfbaPresentasi materi 4 pfba
Presentasi materi 4 pfba
 
Fisika (PEMBIASAN CAHAYA)
Fisika (PEMBIASAN CAHAYA)Fisika (PEMBIASAN CAHAYA)
Fisika (PEMBIASAN CAHAYA)
 
Besaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.pptBesaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.ppt
 
Spektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom HidrogenSpektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom Hidrogen
 
Gelombang cahaya fisika unnes
Gelombang cahaya fisika unnesGelombang cahaya fisika unnes
Gelombang cahaya fisika unnes
 
Gelombang cahaya UNNES
Gelombang cahaya UNNESGelombang cahaya UNNES
Gelombang cahaya UNNES
 

More from Fahreza Azhar

Dinding struktural dan non struktural
Dinding struktural dan non strukturalDinding struktural dan non struktural
Dinding struktural dan non strukturalFahreza Azhar
 
Perencanaan bangunan menggunakan analisa statik ekuivalen
Perencanaan bangunan menggunakan analisa statik ekuivalenPerencanaan bangunan menggunakan analisa statik ekuivalen
Perencanaan bangunan menggunakan analisa statik ekuivalenFahreza Azhar
 
SIMULASI BANGUNAN DENGAN OSCILLATOR (SDOF) Single Degree Of Freedom
SIMULASI BANGUNAN DENGAN OSCILLATOR (SDOF) Single Degree Of FreedomSIMULASI BANGUNAN DENGAN OSCILLATOR (SDOF) Single Degree Of Freedom
SIMULASI BANGUNAN DENGAN OSCILLATOR (SDOF) Single Degree Of FreedomFahreza Azhar
 
All About Earthquake (Hal - hal tentang gempa)
All About Earthquake (Hal - hal tentang gempa)All About Earthquake (Hal - hal tentang gempa)
All About Earthquake (Hal - hal tentang gempa)Fahreza Azhar
 
Sosialisasi SNMPTN-2014
Sosialisasi SNMPTN-2014Sosialisasi SNMPTN-2014
Sosialisasi SNMPTN-2014Fahreza Azhar
 
Contoh proposal sponsorship
Contoh proposal sponsorshipContoh proposal sponsorship
Contoh proposal sponsorshipFahreza Azhar
 

More from Fahreza Azhar (12)

Konstruksi Plafond
Konstruksi PlafondKonstruksi Plafond
Konstruksi Plafond
 
Dinding struktural dan non struktural
Dinding struktural dan non strukturalDinding struktural dan non struktural
Dinding struktural dan non struktural
 
Perencanaan bangunan menggunakan analisa statik ekuivalen
Perencanaan bangunan menggunakan analisa statik ekuivalenPerencanaan bangunan menggunakan analisa statik ekuivalen
Perencanaan bangunan menggunakan analisa statik ekuivalen
 
SIMULASI BANGUNAN DENGAN OSCILLATOR (SDOF) Single Degree Of Freedom
SIMULASI BANGUNAN DENGAN OSCILLATOR (SDOF) Single Degree Of FreedomSIMULASI BANGUNAN DENGAN OSCILLATOR (SDOF) Single Degree Of Freedom
SIMULASI BANGUNAN DENGAN OSCILLATOR (SDOF) Single Degree Of Freedom
 
All About Earthquake (Hal - hal tentang gempa)
All About Earthquake (Hal - hal tentang gempa)All About Earthquake (Hal - hal tentang gempa)
All About Earthquake (Hal - hal tentang gempa)
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
Listrik Dinamis
Listrik DinamisListrik Dinamis
Listrik Dinamis
 
Sosialisasi SNMPTN-2014
Sosialisasi SNMPTN-2014Sosialisasi SNMPTN-2014
Sosialisasi SNMPTN-2014
 
Persendian
PersendianPersendian
Persendian
 
Echinodermata
EchinodermataEchinodermata
Echinodermata
 
BIOLOGI
BIOLOGIBIOLOGI
BIOLOGI
 
Contoh proposal sponsorship
Contoh proposal sponsorshipContoh proposal sponsorship
Contoh proposal sponsorship
 

mangitudo

  • 1. Suatu besaran (pancaran) yang dapat diukur dengan mudah, paling tidak secara kuantitaif, yaitu dengan membandingkan dengan bintang lain DND-2006
  • 2. Sistem Magnitudo Sebelum perkembangan fotografi, magnitudo bintang ditentukan dengan mata.   DND-2006 Kepekaan mata untuk daerah panjang gelombang yang berbeda tidak sama Mata terutama peka untuk cahaya kuning hijau di daerah λ = 5 500 Å, karena itu magnitudo yang diukur pada daerah ini disebut magnitudo visual atau mvis
  • 3. Dengan berkembangnya fotografi, magnitudo bintang selanjutnya ditentukan secara fotografi.  Pada awal fotografi, emulsi fotografi mempunyai kepekaan di daerah biru-ungu pada panjang gelombang sekitar 4 500 Å.  Magnitudo yang diukur pada daerah ini disebut magnitudo fotografi atau mfot Sebagai contoh kita ambil perbandingan hasil pengukuran magnitudo visual dengan magnitudo fotografi untuk bintang Rigel dan Betelgeuse yang berada di rasi Orion. Rigel berwarna biru sedangkan Betelgeuse berwarna merah. DND-2006
  • 4. Perbandingan bintang Rigel dan Betelgeuse. Rigel (berwarna biru) Betelgeuse (berwarna merah)  Menurut Hukum Planck dan  Temperatur permukaanWien, temperatur permukaan nya lebih rendah daripada bintang Rigel lebih tinggi Rigel daripada Betelgeuse  Akan memancarkan lebih  Akan memancarkan lebih banyak cahaya kuning banyak cahaya biru daripada daripada cahaya biru cahaya kuning  Diamati secara fotografi akan  Diamati secara visual akan tampak lebih terang tampak lebih terang daripada daripada diamati secara diamati secara visual (mvis fotografi (mvis kecil dan mfot besar dan mfot kecil). besar). DND-2006
  • 5. Jadi untuk suatu bintang, mvis berbeda dari mfot. Selisih kedua magnitudo tersebut, dinamakan indeks warna (Color Index – CI). CI = mfot − mvis  DND-2006 . . . . . . . . . . .(4-11) Makin panas atau makin biru suatu bintang, semakin kecil indeks warnanya.
  • 6. Distribusi energi spektrum bintang Rigel λfot λvis Intensitas mfot - mvis = indeks warna mvis = 0,14 CI = - 0,17 λ mvis besar, mfot kecil DND-2006 mfot = - 0,03  CI kecil
  • 7. Distribusi energi spektrum bintang Betelgeus λfot λvis Intensitas mfot = 2,14 mvis = 0,70 mfot - mvis = indeks warna λ mvis kecil, mfot besar DND-2006  CI besar CI = 1,44
  • 8. Perbandingan distribusi energi spektrum (DES) bintang Rigel dan Betelgeus mfot mvis Intensitas CI Rigel CI Betelgeus DES Rigel DES Betelgeus λ DND-2006
  • 9. Untuk bintang deret utama yang spektrumnya termasuk kelas A0 (akan dibicarakan kemudian) harga mvis = mfot. Contoh bintang deret utama dengan kelas spektrum A0 adalah bintang Vega.  Berdasarkan definisi indeks warna bintang Vega adalah nol (CI = 0)  Jadi bintang yang lebih biru atau lebih panas daripada Vega, misalnya bintang Rigel indeks warnanya akan negatif.  Bintang yang lebih merah atau lebih dingin daripada Vega, misalnya bintang Betelgeuse indeks warnanya akan positif Rigel : mfot = -0,03, mvis = 0,14 Betelgeuse : mfot = 2,14, mvis = 0,70 DND-2006 CI = − 0,17 CI = 1,44
  • 10. Dengan berkembangnya fotografi, selanjutnya dapat dibuat pelat foto yang peka terhadap daerah panjang gelombang lainnya, seperti kuning, merah bahkan inframerah. Pada tahun 1951, H.L. Johnson dan W.W. Morgan mengajukan sistem magnitudo yang disebut sistem UBV, yaitu   B = magnitudo semu dalam daerah biru (λef = 4350 Å)  DND-2006 U = magnitudo semu dalam daerah ultraviolet (λef = 3500 Å) V = magnitudo semu dalam daerah visual (λef = 5550 Å)
  • 12. Dalam sistem Johnson – Morgan (sistem UBV)  Indeks warna adalah U-B dan B-V  Untuk bintang panas B-V kecil.  Harga tetapan dalam pers. (4-3) m = -2,5 log E + tetapan diambil sedemikian rupa sehingga untuk bintang deret utama kelas A0 (misalnya bintang Vega) U=B=V DND-2006 CI = 0
  • 13. Pada abad kedu seorang astronom Yunani , yang bernama Hippravhos mambuat katalog bintang, yaitu dengan membagi bintang menurut terangnya ke dalam 6 kelompok. Bintang paling terang tergolong mangitudo kesatu, yang lebih lemah hampir tak terlihat mata mangitudo keenam Mangitudo: DND-2006 1 2 3 4 5 6
  • 14. Tp Galileo Galilei mengubahnya dan Galileo mengemukakan bahwa ada bintangt yang cahayanya lebih redup daripada bintang bermangitudo 6. Selanjutnya John Herschel mendapatkan bahwa kepekaan mata bersifat logaritmik, bahwa bintang bermangitudo satu ternyata lebih terang 100x dari bintang bermangitudo enam. Pada tahun 1856 Pogson memberikan defisini sebagai berikut: ma – mb = -2,5log(Ea/Eb) DND-2006
  • 15. Mangitudo semu beberapa bintang langit Nama Bintang Mangitudo Polaris 2 Regulu 1.5 Pollux 1.16 Spica 1 Aldebaran 1 Betelgeuse 0.8 Procyon 0.5 Vega 0 Capella 0 Sirius -1.42 Jupiter Bulan Purnama DND-2006 -2.5 -13 Matahari -26.7
  • 16. Untuk menyatakan Luminositas atau kuat cahaya sebenarnya sebuah bintang, kita definisikan besaran mangitudo mutlak, yaitu mangitudo bintang yang diandaikan diamati dari jarak d( dalam parsec). Skala Pogson untuk mangitudo mutlak diberi simbol M adlah menjadi m – M = -5+5logd DND-2006
  • 17. Dari rumus di atas jika M diketahui dan m dapat diamati, maka d dapat ditentukan (jarak bintang dapat ditentukan). Demikian juga sebaliknya, jika m dan p dapat ditentukan, maka M dapat dicari. Untuk menentukan M ada beberapa cara yang bisa dilakukan diantaranya adalah DND-2006
  • 18. Dari rumus Pogson dapat kita tentukan perbedaan mangitudo mutlak dua bintang yang luminositasnya masing-masing L 1 dan L2, yaitu Untuk bintang ke-1: M1 = -2,5log L1/4π(102) + C Untuk bintang ke-2: M2 = -2,5log L2/4π(102) + C Jika kedua persamaan di ats kita kurangkan, akan diperoleh, M1 – M2 = 2,5 log L1/L2 DND-2006
  • 19. Diagram Hertzsprung-Russel (H-R) Pada tahun 1911, seorang astronom Denmark bernama Eijnar Hertzsprung membandingkan hubungan antara magnitudo & indeks warna di dalam gugus Pleiades dan Hyades. Ejnar Herztprung Henry Norris Russel (1873 – 1967) (1877 – 1957) Kemudian pada 1913, Henry Norris Russell, seorang Ph.D dari Universi-tas Princeton, membuat plot hubung-an antara magnitudo mutlak & spektrum bintang DND-2006
  • 20.  Hasil yang mereka peroleh sekarang dikenal sebagai diagram Hertzsprung-Russell atau diagram H-R.  DND-2006 Diagram H-R ini menunjukkan hubungan luminositas (atau besaran lain yang identik, seperti magnitudo mutlak) dan temperatur efektif (atau besaran lain, seperti indeks warna (B V) atau kelas spektrum .
  • 21. Diagram H-R L = 4 π R2 σΤef 4 http://www.phys-astro.sonoma.edu/BruceMedalists/Russell/index.html DND-2006
  • 22.  Dari diagram H-R ini dapat kita lihat bahwa bintang-bintang berkelompok dalam empat kelompok besar yaitu,     Bintang Deret Utama (Main Sequence) Bintang Raksasa (Giants) Maharaksasa (Supergiants) Katai Putih (White Dwarf)  Sebagian besar bintang-bintang berada dalam deret utama. DND-2006
  • 23.  Dari diagram dapat kita lihat bahwa bintang yang mempunyai temperatur sama, tetapi kelompoknya berbeda akan mempunyai luminositas yang berbeda. DND-2006

Editor's Notes

  1. {}