Platyhelminthes



      Kelompok 4
      Biologi - A
Anggota

1.   Hanang Ujiantoro P.    115040042
2.   Dewi Maryunizah        115040010
3.   Imawati Yuliaharyati   115040035
4.   Ratnasari              115040069
5.   Devi Rispayanti        115040015
6.   Fenny Rahmawati        115040063
7.   Deby Chandika          115040022
Platyhelminthes (Cacing Pipih)

Platyhelminthes berasal dari bahasa
yunani, Platy = Pipih dan Helminthes =
cacing. Oleh sebab itulah Filum
platyhelminthes sering disebut Cacing
Pipih.
Platyhelminthes adalah hewan
triploblastik yang paling sederhana.
Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa
hidup parasit. Yang merugikan adalah
platyhelminthes yang hidup dengan
cara parasit
Ciri umum Platyhelminthes:
1. Memiliki tiga lapisan tubuh (triploblastik)
2. Tidak memiliki rongga tubuh (aselomata)
3. Simetri bilateral
4. Memiliki sistem syaraf (tangga tali) berupa
   Ganglion anterior
5. Sistem pencernaan satu lubang
6. Tidak memiliki sitem sirkulasi, respirasi, dan
   ekskresi
7. Hidup di air tawar/laut, tempat lembab, atau
   di dalam tubuh hewan lain.
Bentuk Tubuh
Tubuh Platyhelminthes simetri bilateral yang berbentuk pipih.
Ukuran platyhelmintes hingga 20 meter panjangnya.
Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang terdiri dari
ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Platyhelminthes tidak
memiliki rongga tubuh atau aselomata. Sistem pencernaan pada
Platyhelminthes terdiri dari mulut, faring dan usus. Sistem
pencernaan Platyhelminthes disebut sistem pencernaan satu
lubang. Platyhelminthes tidak memiliki sistem respirasi dan
ekskresi. Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel
tubuh Platyhelminthes. Platyhelminthes tertentu memiliki sistem
saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang
simpu saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang
memanjang dan bercabang melintang seperti tangga. Organ
reproduksi jantan dan betina berada di dalam satu individu
Platyhelminthes         sehingga      disebut         hermafrodit.
Reproduksi
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan
secara seksual dan aseksual. Pada
Reproduksi seksual terjadi fertilisasi di
dalam tuubuh Platyhelminthes. Fertilisasi
dapat dilakukan oleh sendiri atau dua
individu.Sedangkan reproduksi aseksual
dilakukan dengan cara faragmentasi.
Setelah membelah, bagian potongan
tubuh tersebut mengalami regenerasi dan
tumbuh menjadi individu baru.
Klasifikasi Platyhelminthes



1.Turbellaria (cacing berambut getar)
2.Trematoda (cacing isap)
3.Cestoda (cacing pita).
1. Turbellaria
• CIRI UMUM
a. Merupakan cacing pipih yang dapat bergerak dengan
   menggetarkan bulu gatarnya.
b. Di permukaan ventral cacing ini terdapat yang dapat
   digetarkan
c. Sebagian besar Turbellaria adalah cacing yang hidup
   bebas
d. Panjang tubuh bervariasi dari 5-50 mm.
e. Dengan mikroskop biasa bulu getar tak terlihat
   contohnya PLANARIA.
f. Hidup di air laut,air tawar dan tanah basah.
g. Jarang yang hidup sebagai parasit
h. Melakukan fragmentasi
Contoh dari Turbellaria
PLANARIA

Merupakan cacing pipih yang hidup di air tawar
yang jernih , yang belum mengalami pencemaran
berat . biasanya cacing ini berlindung dibawah
bebatuan. kepalanya nampak seperti segitiga.
panjang tubuhnya dapat mencapai 2-3 cm,
berwarna cokelat kehitaman. dibagian kepala
terdapat dua bintik mata, fungsinya untuk
membedakan gelap dan terang. jadi cacing ini
tidak mampu melihat warna. Planaria bersifat
fototropik negatif.
2. Trematoda
• CIRI UMUM
  a. Hidup sebagai parasit
  b. tidak bersilia dan tubuhnya dilapisi oleh
  kutikula agar tidak tercerna oleh tubuh inang
  c. Memiliki alat pengisap yang dilenkapi
  dengan kait-kait untuk melekatkan diri pada
  inangnya
  d. Memiliki batil isap perut dan batil isap
  mulut
  e. ada yang hidup ektoparasit ada juga yang
  hidup endoparasit.
C oh Tr em oda
          ont      at
• Fasciola hepatica, parasit pada hati ternak dan
  manusia
• Clonorchis sinensis, parasit pada hati manusia
• Schistosoma japonicum, cacing darah yang hidup
  dalam pembuluh balik perut
• Fasciolopsis buski, cacing isap yang hidup di
  dalam usus manusia, anjing, dan babi.
• Paragonimus westermanii, cacing isap yang hidup
  di dalm paru-paru vertebrata
• Schipistoma haematobium, pada pembuluh darah
  vena dari saluran kencing dan saluran
  pencernaan.
Contoh dari Trematoda
1. FASCIOLA HEPATICA ( cacing hati )
   Cacing ini hidup di hati inangnya, Fasciola
   hepatica yang hidup di hati domba
   sementara Fasciola gigantica yang hidup di
   hati sapi. Bentuk tubuh cacing hati agak oval
   , panjangnya mencapai 3-5 cm, dan pipih
   dorsoventral. Pada bagian mulut meruncing
   . di bagian mulut terdapat kait dan pengisap.
   Agak ke belakang tubuhnya juga terdapat
   alat pengisap kedua , yakni pengisap
   ventral.
2. CLONORCHIS
    Adalah cacing hati yang hidup di saluran empedu
   manusia. Semua struktur tubuhnya sama seperti
   fasciola. Bedanya dengan fasciola adalah cacing
   ini meletakkan metaserkaria pada ikan air tawar
   sebagai inang perantara terakhir, sementara
   fasciola meletakkan metaserkaria pada tumbuhan
   (rumput). Jadi, dapat disimpulkan
   bahwa di dalam ikan air tawar dapat terkandung
   metaserkaria cacing ini. Untuk menghindarinya
   maka ikan air tawar harus dimasak hingga
   matang. Cacing ini banyak terdapat di Vietnam,
   Cina dan Jepang. Kebiasaan memakan ikan
   mentah di Jepang memudahkan penularan
   penyakit ini
Daur hidup Clonorchis:
  Telur (bersama feces) -> mirasidium ->
 siput air -> sporosista -> menghasilkan
 redia -> menghasilkan serkaria ->
 keluar dari tubuh siput -> ikan air tawar
 (menempel di ototnya) -> membentuk
 kista (metaserkaria) -> ikan dimakan ->
 saluran pencernaan -> hati -> sampai
 dewasa
3. SCHISTOSOMA
  Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah
  balik atau vena. Inangnya berupa
  manusia,biri-biri,binatang mengerat, dan
  Sapi. Di Indonesia cacing ini terdapat di
  Sulawesi. Penyakit yang di sebabkan oleh
  cacing ini disebut dengan
  SCHISTOSOMIASIS. Penyakit ini menyerang
  jutaan umat manusia di Afrika dan Asia.
  Penderita akan mengalami kerusakan hati,
  kelainan jantung, limpa, kantong kemih dan
  ginjal (mengerikan)
Daur hidup schistosoma japonicum:
 Telur (bersama feces) ->
 mirasidium -> siput air ->
 sporosista -> menghasilkan redia -
 > menghasilkan serkaria -> keluar
 dari tubuh siput -> menembus kulit
 manusia -> pembuluh darah vena
SCHISTOSOMA
CLONORCHIS
3. Cestoda
            CIRI UTAMA:
►Bentuk tubuh pipih seperti pita
►Tidak bersilia
►Tubuh ditutupi oleh kutikula
►Memiliki saluran pencernaan makanan
►Memiliki skoleks, sucker, dan rostelum
►Memiliki dua hospes
►Hewan hermaprodite
►Mampu melakukan pembuahan sendiri
►Bentuk infektif : Systecercus
Contoh dari Cestoda
1. Taenia Saginata dan Taenia Solium
Daur hidupnya:
Proglotid (bersama feces) -> mencemari
   makanan babi -> babi -> usus babi (telur
   menetas jadi hexacan) -> aliran darah ->
   otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus
   manusia (sistiserkus pecah -> skolex
   menempel di dinding usus) -> sampai
   dewasa di manusia -> keluar bersama feces
   Penyakit yang disebabkan Platyhelminthes
Taenia Saginata dan Taenia
       Solium
PERANAN PLATYHELMINTHES
 Pada umumnya Platyhelminthes merugikan, sebab
  parasit pada manusia maupun hewan. Agar terhindar
  dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya
  dilakukan beberapa cara, antara lain:
  ➪ Memutuskan daur hidupnya,
  ➪ Menghindari infeksi dari larva cacing,
  ➪ Tidak membuang tinja sembarangan (sesuai
  dengan syarat-syarat hidup sehat),dan
  ➪ Tidak memakan daging mentah atau setengah
            matang (masak daging sampai matang).
 Platyhelmintes yang menguntungkan: Planaria sp
PLANARIA SP.
PLANARIA SP
                    • Ciri-ciri umum Planaria:
• Panjang tubuh planaria dapat mencapai 2-3 cm.
• Tubuhnya ditutupi oleh lapisan epidermis yang mengandung
  kelenjar-kelenjar unisel yang terbuka.
• Pada epidermis bagian permukaan ventral terdapat bulu getar(silia)
  yang bangun untuk pergerakan.
• Bagian kepala planaria tampak berbentuk segitiga.
• Pada bagian tersebut terdapat dua bintik mata yang berfungsi untuk
  membedakan intensitas cahaya.
• Anggota Turbellaria merupakan kelompok cacing pipih yang memiliki
  silia(bulu getar).
• Salah satu turbellaria yang sering dipelihara Planaria naculata/
  Dugesia sp.
• Planaria biasanya hidup di air tawar (kolam/ sungai)yang jernih,
  melekat pada batu-batuan, atau daun.
• Bintik mata tersebut belum dikatakan sebagai alat penglihatan.
Saluran Pencernaan
• Saluran pencernaannya terdiri dari mulut, faring, dan
  usus. Hewan ini tidak mempunyai anus. Saluran
  pencernaan makanan berawal dari mulut yang
  terdapat di bagian ventral, kurang lebih di bagian
  tengah tubuh. Faring dapat dijulurkan dan
  berhubungan dengan anus (rongga gastrovaskuler).
  Beberapa Planaria mempunyai usus yang bercabang
  tiga: satu cabang ke arah anterior dan dua cabang ke
  arah posterior. Tiap-tiap cabang usus tersebut
  bercabang lagi ke seluruh tubuh. Ketiga cabang usus
  tersebut bergabung kembali di faring. Makanan masuk
  melalui mulut, dan hasil pencernaan diedarkan ke
  seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus, sedangkan
  sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui
  mulut.
Sistem Ekskresi
• Hewan ini mengekskresikan sisa-sisa
  metabolisme berupa nitrogen melalui permukaan
  tubuhnya. Sistem osmoregulasi
  berupa protonefridia yang terdiri dari sel-sel api
  yang tersebar di tepi tubuh. Sel-sel api ini berupa
  pipa berongga yang dilengkapi seberkas silia. Jika
  silia bergetar, maka cairan dalam tubuh terdorong
  masuk ke dalam saluran yang berhubungan
  dengan pori-pori permukaan tubuh.
Sistem Saraf
• Sistem saraf terdiri dari ganglia yang terdapat di kepala.
  Dari masing-masing ganglia ini terdapat seberkas saraf
  yang memanjang ke arah posterior pada bagian
  tepi/lateral tubuh. Setiap berkas saraf bercabang-
  cabang secara horisontal menghubungkan kedua
  berkas saraf lateral hingga membentuk sistem saraf
  tangga tali. Ganglia ini dapat dianggap sebagai otak
  hewan tersebut. Saraf lateral bercabang-cabang ke
  arah luar dari tali saraf ke otot-otot tubuh. Cabang-
  cabang saraf ini sebagai saraf tepi. Kedua tali saraf
  tersebut bertemu di ujung depan dan ujung belakang.
  Pada bagian ujung anterior tubuh terdapat alat yang
  peka terhadap rangsang cahaya, yakni sepasang bintik
  mata.
Sistem Reproduksi
• Reproduksi terjadi secara seksual dan aseksual. Repproduksi
  tergantung pada panjangnya hari dan temperatur. Reproduksi
  seksual terjadi pada siang pendek dan udara dingin. Reproduksi
  aseksual terjadi pada siang panjang dan udara hangat. Reproduksi
  seksual terjadi melalui perkawinan silang. Pada perkawinan silang,
  dua Planaria melekatkan diri pada bagian ventral sehingga lubang
  kelamin (porus genitalis) berhadapan dan bersinggungan, maka
  terjadilah fertilisasi internal . Hal ini dapat terjadi jika sel kelamin
  sudah masak. Planaria bersifat hermafrodit. Akan tetapi, sperma
  tidak dapat membuahi sel telur dari tubuhnya sendiri, karena masa
  pemasakan sperma dan sel telur berbeda. Reproduksi secara
  aseksual dengan regenerasi, yaitu diawali dengan badan yang
  bertambah panjang dan bagian tubuh dekat faring sedikit demi
  sedikit menyempit dan akhirnya terputus. Bagian yang terputus
  akan melengkapi diri. Masing-masing akan menjadi tubuh yang baru
  dan lengkap. Kemampuan untuk melengkapi bagian tubuh yang
  hilang atau rusak disebut regenerasi.Planaria dikenal memiliki daya
  regenerasi yang tinggi.
Power Point Platyhelminthes

Power Point Platyhelminthes

  • 1.
    Platyhelminthes Kelompok 4 Biologi - A
  • 2.
    Anggota 1. Hanang Ujiantoro P. 115040042 2. Dewi Maryunizah 115040010 3. Imawati Yuliaharyati 115040035 4. Ratnasari 115040069 5. Devi Rispayanti 115040015 6. Fenny Rahmawati 115040063 7. Deby Chandika 115040022
  • 3.
    Platyhelminthes (Cacing Pipih) Platyhelminthesberasal dari bahasa yunani, Platy = Pipih dan Helminthes = cacing. Oleh sebab itulah Filum platyhelminthes sering disebut Cacing Pipih. Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang paling sederhana. Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit. Yang merugikan adalah platyhelminthes yang hidup dengan cara parasit
  • 4.
    Ciri umum Platyhelminthes: 1.Memiliki tiga lapisan tubuh (triploblastik) 2. Tidak memiliki rongga tubuh (aselomata) 3. Simetri bilateral 4. Memiliki sistem syaraf (tangga tali) berupa Ganglion anterior 5. Sistem pencernaan satu lubang 6. Tidak memiliki sitem sirkulasi, respirasi, dan ekskresi 7. Hidup di air tawar/laut, tempat lembab, atau di dalam tubuh hewan lain.
  • 5.
    Bentuk Tubuh Tubuh Platyhelminthessimetri bilateral yang berbentuk pipih. Ukuran platyhelmintes hingga 20 meter panjangnya. Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang terdiri dari ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh atau aselomata. Sistem pencernaan pada Platyhelminthes terdiri dari mulut, faring dan usus. Sistem pencernaan Platyhelminthes disebut sistem pencernaan satu lubang. Platyhelminthes tidak memiliki sistem respirasi dan ekskresi. Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuh Platyhelminthes. Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpu saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang melintang seperti tangga. Organ reproduksi jantan dan betina berada di dalam satu individu Platyhelminthes sehingga disebut hermafrodit.
  • 6.
    Reproduksi Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secaraseksual dan aseksual. Pada Reproduksi seksual terjadi fertilisasi di dalam tuubuh Platyhelminthes. Fertilisasi dapat dilakukan oleh sendiri atau dua individu.Sedangkan reproduksi aseksual dilakukan dengan cara faragmentasi. Setelah membelah, bagian potongan tubuh tersebut mengalami regenerasi dan tumbuh menjadi individu baru.
  • 7.
    Klasifikasi Platyhelminthes 1.Turbellaria (cacingberambut getar) 2.Trematoda (cacing isap) 3.Cestoda (cacing pita).
  • 8.
    1. Turbellaria • CIRIUMUM a. Merupakan cacing pipih yang dapat bergerak dengan menggetarkan bulu gatarnya. b. Di permukaan ventral cacing ini terdapat yang dapat digetarkan c. Sebagian besar Turbellaria adalah cacing yang hidup bebas d. Panjang tubuh bervariasi dari 5-50 mm. e. Dengan mikroskop biasa bulu getar tak terlihat contohnya PLANARIA. f. Hidup di air laut,air tawar dan tanah basah. g. Jarang yang hidup sebagai parasit h. Melakukan fragmentasi
  • 9.
    Contoh dari Turbellaria PLANARIA Merupakancacing pipih yang hidup di air tawar yang jernih , yang belum mengalami pencemaran berat . biasanya cacing ini berlindung dibawah bebatuan. kepalanya nampak seperti segitiga. panjang tubuhnya dapat mencapai 2-3 cm, berwarna cokelat kehitaman. dibagian kepala terdapat dua bintik mata, fungsinya untuk membedakan gelap dan terang. jadi cacing ini tidak mampu melihat warna. Planaria bersifat fototropik negatif.
  • 11.
    2. Trematoda • CIRIUMUM a. Hidup sebagai parasit b. tidak bersilia dan tubuhnya dilapisi oleh kutikula agar tidak tercerna oleh tubuh inang c. Memiliki alat pengisap yang dilenkapi dengan kait-kait untuk melekatkan diri pada inangnya d. Memiliki batil isap perut dan batil isap mulut e. ada yang hidup ektoparasit ada juga yang hidup endoparasit.
  • 12.
    C oh Trem oda ont at • Fasciola hepatica, parasit pada hati ternak dan manusia • Clonorchis sinensis, parasit pada hati manusia • Schistosoma japonicum, cacing darah yang hidup dalam pembuluh balik perut • Fasciolopsis buski, cacing isap yang hidup di dalam usus manusia, anjing, dan babi. • Paragonimus westermanii, cacing isap yang hidup di dalm paru-paru vertebrata • Schipistoma haematobium, pada pembuluh darah vena dari saluran kencing dan saluran pencernaan.
  • 13.
    Contoh dari Trematoda 1.FASCIOLA HEPATICA ( cacing hati ) Cacing ini hidup di hati inangnya, Fasciola hepatica yang hidup di hati domba sementara Fasciola gigantica yang hidup di hati sapi. Bentuk tubuh cacing hati agak oval , panjangnya mencapai 3-5 cm, dan pipih dorsoventral. Pada bagian mulut meruncing . di bagian mulut terdapat kait dan pengisap. Agak ke belakang tubuhnya juga terdapat alat pengisap kedua , yakni pengisap ventral.
  • 16.
    2. CLONORCHIS Adalah cacing hati yang hidup di saluran empedu manusia. Semua struktur tubuhnya sama seperti fasciola. Bedanya dengan fasciola adalah cacing ini meletakkan metaserkaria pada ikan air tawar sebagai inang perantara terakhir, sementara fasciola meletakkan metaserkaria pada tumbuhan (rumput). Jadi, dapat disimpulkan bahwa di dalam ikan air tawar dapat terkandung metaserkaria cacing ini. Untuk menghindarinya maka ikan air tawar harus dimasak hingga matang. Cacing ini banyak terdapat di Vietnam, Cina dan Jepang. Kebiasaan memakan ikan mentah di Jepang memudahkan penularan penyakit ini
  • 17.
    Daur hidup Clonorchis: Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> ikan air tawar (menempel di ototnya) -> membentuk kista (metaserkaria) -> ikan dimakan -> saluran pencernaan -> hati -> sampai dewasa
  • 18.
    3. SCHISTOSOMA Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah balik atau vena. Inangnya berupa manusia,biri-biri,binatang mengerat, dan Sapi. Di Indonesia cacing ini terdapat di Sulawesi. Penyakit yang di sebabkan oleh cacing ini disebut dengan SCHISTOSOMIASIS. Penyakit ini menyerang jutaan umat manusia di Afrika dan Asia. Penderita akan mengalami kerusakan hati, kelainan jantung, limpa, kantong kemih dan ginjal (mengerikan)
  • 19.
    Daur hidup schistosomajaponicum: Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia - > menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menembus kulit manusia -> pembuluh darah vena
  • 20.
  • 21.
    3. Cestoda CIRI UTAMA: ►Bentuk tubuh pipih seperti pita ►Tidak bersilia ►Tubuh ditutupi oleh kutikula ►Memiliki saluran pencernaan makanan ►Memiliki skoleks, sucker, dan rostelum ►Memiliki dua hospes ►Hewan hermaprodite ►Mampu melakukan pembuahan sendiri ►Bentuk infektif : Systecercus
  • 22.
    Contoh dari Cestoda 1.Taenia Saginata dan Taenia Solium Daur hidupnya: Proglotid (bersama feces) -> mencemari makanan babi -> babi -> usus babi (telur menetas jadi hexacan) -> aliran darah -> otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus manusia (sistiserkus pecah -> skolex menempel di dinding usus) -> sampai dewasa di manusia -> keluar bersama feces Penyakit yang disebabkan Platyhelminthes
  • 24.
    Taenia Saginata danTaenia Solium
  • 25.
    PERANAN PLATYHELMINTHES  Padaumumnya Platyhelminthes merugikan, sebab parasit pada manusia maupun hewan. Agar terhindar dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya dilakukan beberapa cara, antara lain: ➪ Memutuskan daur hidupnya, ➪ Menghindari infeksi dari larva cacing, ➪ Tidak membuang tinja sembarangan (sesuai dengan syarat-syarat hidup sehat),dan ➪ Tidak memakan daging mentah atau setengah matang (masak daging sampai matang).  Platyhelmintes yang menguntungkan: Planaria sp
  • 26.
  • 27.
    PLANARIA SP • Ciri-ciri umum Planaria: • Panjang tubuh planaria dapat mencapai 2-3 cm. • Tubuhnya ditutupi oleh lapisan epidermis yang mengandung kelenjar-kelenjar unisel yang terbuka. • Pada epidermis bagian permukaan ventral terdapat bulu getar(silia) yang bangun untuk pergerakan. • Bagian kepala planaria tampak berbentuk segitiga. • Pada bagian tersebut terdapat dua bintik mata yang berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya. • Anggota Turbellaria merupakan kelompok cacing pipih yang memiliki silia(bulu getar). • Salah satu turbellaria yang sering dipelihara Planaria naculata/ Dugesia sp. • Planaria biasanya hidup di air tawar (kolam/ sungai)yang jernih, melekat pada batu-batuan, atau daun. • Bintik mata tersebut belum dikatakan sebagai alat penglihatan.
  • 28.
    Saluran Pencernaan • Saluranpencernaannya terdiri dari mulut, faring, dan usus. Hewan ini tidak mempunyai anus. Saluran pencernaan makanan berawal dari mulut yang terdapat di bagian ventral, kurang lebih di bagian tengah tubuh. Faring dapat dijulurkan dan berhubungan dengan anus (rongga gastrovaskuler). Beberapa Planaria mempunyai usus yang bercabang tiga: satu cabang ke arah anterior dan dua cabang ke arah posterior. Tiap-tiap cabang usus tersebut bercabang lagi ke seluruh tubuh. Ketiga cabang usus tersebut bergabung kembali di faring. Makanan masuk melalui mulut, dan hasil pencernaan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus, sedangkan sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.
  • 29.
    Sistem Ekskresi • Hewanini mengekskresikan sisa-sisa metabolisme berupa nitrogen melalui permukaan tubuhnya. Sistem osmoregulasi berupa protonefridia yang terdiri dari sel-sel api yang tersebar di tepi tubuh. Sel-sel api ini berupa pipa berongga yang dilengkapi seberkas silia. Jika silia bergetar, maka cairan dalam tubuh terdorong masuk ke dalam saluran yang berhubungan dengan pori-pori permukaan tubuh.
  • 30.
    Sistem Saraf • Sistemsaraf terdiri dari ganglia yang terdapat di kepala. Dari masing-masing ganglia ini terdapat seberkas saraf yang memanjang ke arah posterior pada bagian tepi/lateral tubuh. Setiap berkas saraf bercabang- cabang secara horisontal menghubungkan kedua berkas saraf lateral hingga membentuk sistem saraf tangga tali. Ganglia ini dapat dianggap sebagai otak hewan tersebut. Saraf lateral bercabang-cabang ke arah luar dari tali saraf ke otot-otot tubuh. Cabang- cabang saraf ini sebagai saraf tepi. Kedua tali saraf tersebut bertemu di ujung depan dan ujung belakang. Pada bagian ujung anterior tubuh terdapat alat yang peka terhadap rangsang cahaya, yakni sepasang bintik mata.
  • 31.
    Sistem Reproduksi • Reproduksiterjadi secara seksual dan aseksual. Repproduksi tergantung pada panjangnya hari dan temperatur. Reproduksi seksual terjadi pada siang pendek dan udara dingin. Reproduksi aseksual terjadi pada siang panjang dan udara hangat. Reproduksi seksual terjadi melalui perkawinan silang. Pada perkawinan silang, dua Planaria melekatkan diri pada bagian ventral sehingga lubang kelamin (porus genitalis) berhadapan dan bersinggungan, maka terjadilah fertilisasi internal . Hal ini dapat terjadi jika sel kelamin sudah masak. Planaria bersifat hermafrodit. Akan tetapi, sperma tidak dapat membuahi sel telur dari tubuhnya sendiri, karena masa pemasakan sperma dan sel telur berbeda. Reproduksi secara aseksual dengan regenerasi, yaitu diawali dengan badan yang bertambah panjang dan bagian tubuh dekat faring sedikit demi sedikit menyempit dan akhirnya terputus. Bagian yang terputus akan melengkapi diri. Masing-masing akan menjadi tubuh yang baru dan lengkap. Kemampuan untuk melengkapi bagian tubuh yang hilang atau rusak disebut regenerasi.Planaria dikenal memiliki daya regenerasi yang tinggi.