Dokumen tersebut membahas tentang Platyhelminthes (Cacing Pipih) yang merupakan filum hewan triploblastik yang paling sederhana. Platyhelminthes dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Platyhelminthes umumnya bersifat parasit pada manusia dan hewan.
2. Anggota
1. Hanang Ujiantoro P. 115040042
2. Dewi Maryunizah 115040010
3. Imawati Yuliaharyati 115040035
4. Ratnasari 115040069
5. Devi Rispayanti 115040015
6. Fenny Rahmawati 115040063
7. Deby Chandika 115040022
3. Platyhelminthes (Cacing Pipih)
Platyhelminthes berasal dari bahasa
yunani, Platy = Pipih dan Helminthes =
cacing. Oleh sebab itulah Filum
platyhelminthes sering disebut Cacing
Pipih.
Platyhelminthes adalah hewan
triploblastik yang paling sederhana.
Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa
hidup parasit. Yang merugikan adalah
platyhelminthes yang hidup dengan
cara parasit
4. Ciri umum Platyhelminthes:
1. Memiliki tiga lapisan tubuh (triploblastik)
2. Tidak memiliki rongga tubuh (aselomata)
3. Simetri bilateral
4. Memiliki sistem syaraf (tangga tali) berupa
Ganglion anterior
5. Sistem pencernaan satu lubang
6. Tidak memiliki sitem sirkulasi, respirasi, dan
ekskresi
7. Hidup di air tawar/laut, tempat lembab, atau
di dalam tubuh hewan lain.
5. Bentuk Tubuh
Tubuh Platyhelminthes simetri bilateral yang berbentuk pipih.
Ukuran platyhelmintes hingga 20 meter panjangnya.
Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang terdiri dari
ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Platyhelminthes tidak
memiliki rongga tubuh atau aselomata. Sistem pencernaan pada
Platyhelminthes terdiri dari mulut, faring dan usus. Sistem
pencernaan Platyhelminthes disebut sistem pencernaan satu
lubang. Platyhelminthes tidak memiliki sistem respirasi dan
ekskresi. Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel
tubuh Platyhelminthes. Platyhelminthes tertentu memiliki sistem
saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang
simpu saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang
memanjang dan bercabang melintang seperti tangga. Organ
reproduksi jantan dan betina berada di dalam satu individu
Platyhelminthes sehingga disebut hermafrodit.
6. Reproduksi
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan
secara seksual dan aseksual. Pada
Reproduksi seksual terjadi fertilisasi di
dalam tuubuh Platyhelminthes. Fertilisasi
dapat dilakukan oleh sendiri atau dua
individu.Sedangkan reproduksi aseksual
dilakukan dengan cara faragmentasi.
Setelah membelah, bagian potongan
tubuh tersebut mengalami regenerasi dan
tumbuh menjadi individu baru.
8. 1. Turbellaria
• CIRI UMUM
a. Merupakan cacing pipih yang dapat bergerak dengan
menggetarkan bulu gatarnya.
b. Di permukaan ventral cacing ini terdapat yang dapat
digetarkan
c. Sebagian besar Turbellaria adalah cacing yang hidup
bebas
d. Panjang tubuh bervariasi dari 5-50 mm.
e. Dengan mikroskop biasa bulu getar tak terlihat
contohnya PLANARIA.
f. Hidup di air laut,air tawar dan tanah basah.
g. Jarang yang hidup sebagai parasit
h. Melakukan fragmentasi
9. Contoh dari Turbellaria
PLANARIA
Merupakan cacing pipih yang hidup di air tawar
yang jernih , yang belum mengalami pencemaran
berat . biasanya cacing ini berlindung dibawah
bebatuan. kepalanya nampak seperti segitiga.
panjang tubuhnya dapat mencapai 2-3 cm,
berwarna cokelat kehitaman. dibagian kepala
terdapat dua bintik mata, fungsinya untuk
membedakan gelap dan terang. jadi cacing ini
tidak mampu melihat warna. Planaria bersifat
fototropik negatif.
10.
11. 2. Trematoda
• CIRI UMUM
a. Hidup sebagai parasit
b. tidak bersilia dan tubuhnya dilapisi oleh
kutikula agar tidak tercerna oleh tubuh inang
c. Memiliki alat pengisap yang dilenkapi
dengan kait-kait untuk melekatkan diri pada
inangnya
d. Memiliki batil isap perut dan batil isap
mulut
e. ada yang hidup ektoparasit ada juga yang
hidup endoparasit.
12. C oh Tr em oda
ont at
• Fasciola hepatica, parasit pada hati ternak dan
manusia
• Clonorchis sinensis, parasit pada hati manusia
• Schistosoma japonicum, cacing darah yang hidup
dalam pembuluh balik perut
• Fasciolopsis buski, cacing isap yang hidup di
dalam usus manusia, anjing, dan babi.
• Paragonimus westermanii, cacing isap yang hidup
di dalm paru-paru vertebrata
• Schipistoma haematobium, pada pembuluh darah
vena dari saluran kencing dan saluran
pencernaan.
13. Contoh dari Trematoda
1. FASCIOLA HEPATICA ( cacing hati )
Cacing ini hidup di hati inangnya, Fasciola
hepatica yang hidup di hati domba
sementara Fasciola gigantica yang hidup di
hati sapi. Bentuk tubuh cacing hati agak oval
, panjangnya mencapai 3-5 cm, dan pipih
dorsoventral. Pada bagian mulut meruncing
. di bagian mulut terdapat kait dan pengisap.
Agak ke belakang tubuhnya juga terdapat
alat pengisap kedua , yakni pengisap
ventral.
14.
15.
16. 2. CLONORCHIS
Adalah cacing hati yang hidup di saluran empedu
manusia. Semua struktur tubuhnya sama seperti
fasciola. Bedanya dengan fasciola adalah cacing
ini meletakkan metaserkaria pada ikan air tawar
sebagai inang perantara terakhir, sementara
fasciola meletakkan metaserkaria pada tumbuhan
(rumput). Jadi, dapat disimpulkan
bahwa di dalam ikan air tawar dapat terkandung
metaserkaria cacing ini. Untuk menghindarinya
maka ikan air tawar harus dimasak hingga
matang. Cacing ini banyak terdapat di Vietnam,
Cina dan Jepang. Kebiasaan memakan ikan
mentah di Jepang memudahkan penularan
penyakit ini
17. Daur hidup Clonorchis:
Telur (bersama feces) -> mirasidium ->
siput air -> sporosista -> menghasilkan
redia -> menghasilkan serkaria ->
keluar dari tubuh siput -> ikan air tawar
(menempel di ototnya) -> membentuk
kista (metaserkaria) -> ikan dimakan ->
saluran pencernaan -> hati -> sampai
dewasa
18. 3. SCHISTOSOMA
Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah
balik atau vena. Inangnya berupa
manusia,biri-biri,binatang mengerat, dan
Sapi. Di Indonesia cacing ini terdapat di
Sulawesi. Penyakit yang di sebabkan oleh
cacing ini disebut dengan
SCHISTOSOMIASIS. Penyakit ini menyerang
jutaan umat manusia di Afrika dan Asia.
Penderita akan mengalami kerusakan hati,
kelainan jantung, limpa, kantong kemih dan
ginjal (mengerikan)
19. Daur hidup schistosoma japonicum:
Telur (bersama feces) ->
mirasidium -> siput air ->
sporosista -> menghasilkan redia -
> menghasilkan serkaria -> keluar
dari tubuh siput -> menembus kulit
manusia -> pembuluh darah vena
21. 3. Cestoda
CIRI UTAMA:
►Bentuk tubuh pipih seperti pita
►Tidak bersilia
►Tubuh ditutupi oleh kutikula
►Memiliki saluran pencernaan makanan
►Memiliki skoleks, sucker, dan rostelum
►Memiliki dua hospes
►Hewan hermaprodite
►Mampu melakukan pembuahan sendiri
►Bentuk infektif : Systecercus
22. Contoh dari Cestoda
1. Taenia Saginata dan Taenia Solium
Daur hidupnya:
Proglotid (bersama feces) -> mencemari
makanan babi -> babi -> usus babi (telur
menetas jadi hexacan) -> aliran darah ->
otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus
manusia (sistiserkus pecah -> skolex
menempel di dinding usus) -> sampai
dewasa di manusia -> keluar bersama feces
Penyakit yang disebabkan Platyhelminthes
25. PERANAN PLATYHELMINTHES
Pada umumnya Platyhelminthes merugikan, sebab
parasit pada manusia maupun hewan. Agar terhindar
dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya
dilakukan beberapa cara, antara lain:
➪ Memutuskan daur hidupnya,
➪ Menghindari infeksi dari larva cacing,
➪ Tidak membuang tinja sembarangan (sesuai
dengan syarat-syarat hidup sehat),dan
➪ Tidak memakan daging mentah atau setengah
matang (masak daging sampai matang).
Platyhelmintes yang menguntungkan: Planaria sp
27. PLANARIA SP
• Ciri-ciri umum Planaria:
• Panjang tubuh planaria dapat mencapai 2-3 cm.
• Tubuhnya ditutupi oleh lapisan epidermis yang mengandung
kelenjar-kelenjar unisel yang terbuka.
• Pada epidermis bagian permukaan ventral terdapat bulu getar(silia)
yang bangun untuk pergerakan.
• Bagian kepala planaria tampak berbentuk segitiga.
• Pada bagian tersebut terdapat dua bintik mata yang berfungsi untuk
membedakan intensitas cahaya.
• Anggota Turbellaria merupakan kelompok cacing pipih yang memiliki
silia(bulu getar).
• Salah satu turbellaria yang sering dipelihara Planaria naculata/
Dugesia sp.
• Planaria biasanya hidup di air tawar (kolam/ sungai)yang jernih,
melekat pada batu-batuan, atau daun.
• Bintik mata tersebut belum dikatakan sebagai alat penglihatan.
28. Saluran Pencernaan
• Saluran pencernaannya terdiri dari mulut, faring, dan
usus. Hewan ini tidak mempunyai anus. Saluran
pencernaan makanan berawal dari mulut yang
terdapat di bagian ventral, kurang lebih di bagian
tengah tubuh. Faring dapat dijulurkan dan
berhubungan dengan anus (rongga gastrovaskuler).
Beberapa Planaria mempunyai usus yang bercabang
tiga: satu cabang ke arah anterior dan dua cabang ke
arah posterior. Tiap-tiap cabang usus tersebut
bercabang lagi ke seluruh tubuh. Ketiga cabang usus
tersebut bergabung kembali di faring. Makanan masuk
melalui mulut, dan hasil pencernaan diedarkan ke
seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus, sedangkan
sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui
mulut.
29. Sistem Ekskresi
• Hewan ini mengekskresikan sisa-sisa
metabolisme berupa nitrogen melalui permukaan
tubuhnya. Sistem osmoregulasi
berupa protonefridia yang terdiri dari sel-sel api
yang tersebar di tepi tubuh. Sel-sel api ini berupa
pipa berongga yang dilengkapi seberkas silia. Jika
silia bergetar, maka cairan dalam tubuh terdorong
masuk ke dalam saluran yang berhubungan
dengan pori-pori permukaan tubuh.
30. Sistem Saraf
• Sistem saraf terdiri dari ganglia yang terdapat di kepala.
Dari masing-masing ganglia ini terdapat seberkas saraf
yang memanjang ke arah posterior pada bagian
tepi/lateral tubuh. Setiap berkas saraf bercabang-
cabang secara horisontal menghubungkan kedua
berkas saraf lateral hingga membentuk sistem saraf
tangga tali. Ganglia ini dapat dianggap sebagai otak
hewan tersebut. Saraf lateral bercabang-cabang ke
arah luar dari tali saraf ke otot-otot tubuh. Cabang-
cabang saraf ini sebagai saraf tepi. Kedua tali saraf
tersebut bertemu di ujung depan dan ujung belakang.
Pada bagian ujung anterior tubuh terdapat alat yang
peka terhadap rangsang cahaya, yakni sepasang bintik
mata.
31. Sistem Reproduksi
• Reproduksi terjadi secara seksual dan aseksual. Repproduksi
tergantung pada panjangnya hari dan temperatur. Reproduksi
seksual terjadi pada siang pendek dan udara dingin. Reproduksi
aseksual terjadi pada siang panjang dan udara hangat. Reproduksi
seksual terjadi melalui perkawinan silang. Pada perkawinan silang,
dua Planaria melekatkan diri pada bagian ventral sehingga lubang
kelamin (porus genitalis) berhadapan dan bersinggungan, maka
terjadilah fertilisasi internal . Hal ini dapat terjadi jika sel kelamin
sudah masak. Planaria bersifat hermafrodit. Akan tetapi, sperma
tidak dapat membuahi sel telur dari tubuhnya sendiri, karena masa
pemasakan sperma dan sel telur berbeda. Reproduksi secara
aseksual dengan regenerasi, yaitu diawali dengan badan yang
bertambah panjang dan bagian tubuh dekat faring sedikit demi
sedikit menyempit dan akhirnya terputus. Bagian yang terputus
akan melengkapi diri. Masing-masing akan menjadi tubuh yang baru
dan lengkap. Kemampuan untuk melengkapi bagian tubuh yang
hilang atau rusak disebut regenerasi.Planaria dikenal memiliki daya
regenerasi yang tinggi.