Dokumen tersebut membahas mengenai gerakan liberalisasi agama (Islam) dan implikasinya terhadap ajaran Islam. Secara garis besar, dokumen menjelaskan bahwa gerakan liberalisasi agama memandang agama sebagai dinamika sejarah dan menolak klaim Islam sebagai agama yang benar dan final, serta menolak beberapa hukum Islam seperti larangan nikah beda agama dan homoseksualitas. Dokumen ini menganjurkan agar umat Islam kembali m
2. UU No. 1/1974 Pasal 2 ayat 1 : “Perkawinan
adalah sah apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaan itu”
3. Konsekuensi Nikah Beda Agama
1. hubungan suami-istri menjadi tidak sah dan
dianggap layaknya berzina.
2. pertalian nasab bapak biologis dengan anaknya
terputus.
3. hukum nafkah bagi bapak biologisnya juga tidak
ada.
4. antara bapak biologis dan anak biologisnya tidak
ada hubungan waris.
5. jika bapak biologis itu menjadi wali anaknya
yang merupakan hasil nikah beda agama, maka
status kewaliannya juga tidak sah. Dampaknya,
akad pernikahan anak itu juga tidak sah, dan
hubungan suami-istrinya pun tidak sah.
4. “Kita kan tidak tahu akan bertemu
dengan siapa ke depannya; akan
suka sama siapa; akan kawin
dengan siapa. Makanya, ketika
melakukan perkawinan, negara
harus menjamin hak-hak kita agar
punya status hukum yang jelas,”
kata Anbar di Gedung MK, Kamis
(4/9/2014).
6. Kenalilah keburukan agar kalian bisa menghindarinya
Kemuliaan islam akan terurai satu persatu bila umat
islam tidak mengenali kejahiliahan
7. Liberalisasi Agama (Islam)
• Sebuah proses penempatan agama kedalam
dinamika sejarah; artinya dalam pandangan
kaum liberal semua agama harus tunduk pada
perubahan sejarah.
9. Hasil penelitian Depag
• Dalam masalah theologi,
Islam Liberal berpendapat :
‘’Tuhan apapun yang
disembah oleh umat, tidak
menjadi masalah. Di sisi lain
Tuhan tidak berhak
menghukum manusia karena
tidak menyembahnya
(atheis), karena hal ini bukan
wewenang Tuhan untuk
mengatur manusia, karena
sudah masuk dalam ruang
privat.”
10. “Semua agama sama. Semuanya
menuju jalan kebenaran. Jadi,
Islam bukan yang paling benar.”
(GATRA, 21 Desember 2002).
11. “Dengan tanpa rasa sungkan dan
kikuk, saya mengatakan, semua
agama adalah tepat berada pada
jalan seperti itu, jalan panjang
menuju Yang Mahabenar. Semua
agama, dengan demikian, adalah
benar, dengan variasi, tingkat dan
kadar kedalaman yang berbeda-
beda dalam menghayati jalan
religiusitas itu. Semua agama ada
dalam satu keluarga besar yang
sama: yaitu keluarga pencinta jalan
menuju kebenaran yang tak pernah
ada ujungnya.” (Kompas, 18-11-
2002)
GOD
Transendentalisme
versi Prof. Huston Smith
12. …..setiap agama sebenarnya
merupakan ekspresi keimanan
terhadap Tuhan yang sama. Ibarat
roda, pusat roda itu adalah jalan
Tuhan, dan jari-jari itu jalan dari
berbagai Agama,… oleh karena itu
ada istilah ada satu Tuhan banyak
jalan… (Nur Cholis Madjid)
13. Rasulullah SAW bersabda:
ikutilah jalan yang lurus (dinul
qayyim/shirathal mustaqim)
jangan mengikuti jalan yang
menyimpang dari jalan
kebenaran.
15. AL-Quran
Bukan
KItab Suci
Al-Quran
Bukan
Lafdhan wa-Ma’nan
dari Allah,
tetapi kata-kata
Muhammad
Al-Quran
adalah
Rekayasa
Politik Utsman
DEKONSTRUKSI AL-QUR’AN --
Studi Kritik Quran
Al-Quran
adalah
Produk
Budaya Arab
Al-Quran masih
Meninggalkan
Sejumlah
Masalah
Mendasar
Perlu Dibuat
Al-Quran Baru:
EDISI
KRITIS
AL-QURAN
16. “Tanpa menegasikan besarnya
peran yang dimainkan Mushaf
Utsmani dalam
mentransformasikan pesan
Tuhan, kita terlebih dulu
menempatkan Mushaf Utsmani
itu setara dengan teks-teks lain.
Dengan kata lain, Mushaf itu
tidak sakral dan absolut,
melainkan profan dan fleksibel.
Yang sakral dan absolut hanyalah
pesan Tuhan yang terdapat di
dalamnya, yang masih dalam
proses pencarian.”
18. “Hanya orang primitif saja yang melihat
perkawinan sejenis sebagai sesuatu yang
abnormal dan berbahaya. Bagi kami, tiada alasan
kuat bagi siapapun dengan dalih apapun, untuk
melarang perkawinan sejenis. Sebab, Tuhan pun
sudah maklum, bahwa proyeknya menciptakan
manusia sudah berhasil bahkan kebablasan. Jika
dulu Tuhan mengutus Luth untuk menumpas
kaum homo karena mungkin bisa menggagalkan
proyek Tuhan dalam penciptaan manusia (karena
waktu itu manusia masih sedikit), maka sekarang
Tuhan perlu mengutus “Nabi” untuk
membolehkan kawin sejenis supaya mengurangi
sedikit proyek Tuhan tersebut. Itu kalau Tuhan
masih peduli dengan alam-Nya. Bagi kami, jalan
terus kaum homoseks. Anda di jalan yang benar.
(Redaksi Justisia).
DEKONSTRUKSI HUKUM
19. Prof. Dr. Siti
Musdah Mulia,
Dosen
Universitas Islam
Negeri (UIN)
Jakarta
“Jika kita memahami konteks waktu
turunnya ayat itu (QS 60:10. pen.),
larangan ini sangat wajar mengingat
kaum kafir Quraisy sangat memusuhi
Nabi dan pengikutnya. Waktu itu
konteksnya adalah peperangan antara
kaum Mukmin dan kaum kafir.
Larangan melanggengkan hubungan
dimaksudkan agar dapat diidentifikasi
secara jelas mana musuh dan mana
kawan. Karena itu, ayat ini harus
dipahami secara kontekstual. Jika
kondisi peperangan itu tidak ada lagi,
maka larangan dimaksud tercabut
dengan sendirinya." (Buku Muslimah
Reformis, 2005:63)
20. ”..menarik sekali membaca ayat-ayat al-Qur'an soal hidup
berpasangan (Ar-Rum, 21; Az-Zariyat 49 dan Yasin 36) disana tidak
dijelaskan soal kelamin biologis, yang ada hanyalah soal gender
(jenis kelamin sosial). Artinya, berpasangan itu tidak mesti dalam
konteks hetero, melainkan bisa homo, dan bisa lesbian"
(Siti Musdah Mulia)
21. Hasil penelitian Depag …:
• Tentang nikah beda agama: “Larangan
nikah beda agama menurut Islam
Liberal dipandang sudah tidak relevan
lagi, karena sesuai dengan tuntunan
Al-Quran bahwa Al-Quran menganut
pandangan universal tentang martabat
manusia yang sederajat, tanpa melihat
perbedaan agama.”
22. Ibnu Khaldun (1332-1406):
• Al-Maghlub mula‘un abadan
bi l-iqtida’ bi l-ghalib fi
shi‘arihi wa ziyyihi wa milatihi
wa sa’iri ahwalihi wa
‘awa’idihi
(Yang kalah cenderung
senantiasa meniru yang
menang, baik dalam slogan,
cara berpakaian, beragama
dan seluruh gaya serta adat
istiadatnya).
23. Solusi Mendasar
• Pangkal dari semua itu karena Islam tidak dijadikan pedoman dalam
kehidupan. Islam tidak dijadikan kaidah berpikir. Islam tidak lagi
dijadikan sumber hukum dan keputusan. Akibatnya, pada level
individu, lahir generasi liberal seperti mereka, yang tidak mau
terikat dengan Islam. Bahkan mereka menuntut supaya pelanggaran
mereka dilegalkan. Pada level negara, karena negara tidak
menggunakan Islam sebagai sumber, pedoman dan hukum positif,
maka penistaan dan penggerogotan terhadap kehidupan beragama
umat Islam dan terhadap Islam sendiri akan terus terjadi.
• Maka dari itu, untuk menyelesaikan semua itu dengan tuntas, hanya
ada satu kata: kembali pada hukum Islam secara kaffah di bawah
naungan Khilafah. Dengan itu, semua masalah yang dihadapi umat
Islam saat ini akan selesai, tentu dengan izin dan pertolongan Allah
SWT.