Cerita ini menceritakan tentang seekor burung pipit bernama Pipit yang sangat sombong dan tidak pernah peduli pada orang lain. Sifat sombongnya membuat Pipit dijauhi oleh teman-temannya. Suatu hari, ketika Pipit terluka dan diancam ular besar, Haci dan teman-temannya menolong Pipit meskipun sebelumnya Pipit selalu mengejek dan tidak peduli pada mereka. Peristiwa itu membuat P
1. Burung Pipit yang Sombong
Di hutan ada seekor burung, Pipit namanya. Ia tinggal sendirian di rumah.
Ayah dan ibunya sudah meninggal. Pipit mempunyai sifat sombong. Ia tak
pernah membantu orang lain, saat orang lain meminta pertolongannya. Ia juga
suka pamer barang-barang baru yang dimilikinya. Dan dia juga jarang
menyapa temannya yang lain, saat bertemu dengan temannya yang lain di
jalan.Karena sifatnya yang sombong dan tak peduli. Pipit dijauhi teman-
temannya. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Pipit pun suka main
sendiri. Dan saat pergi jalan-jalan dan bertemu teman-temannya, Pipit selalu
dibicarakan teman-temannya, dengan sikap sombongnya itu. Suatu hari Pipit
bertemu dengan Luna, semut merah yang sangat baik hati. Semut merah yang
suka menyapa orang, jika bertemu dengannya di jalan, langsung menyapa Pipit
yang kala itu berpapasan dengannya.
Siang pipit. Mau pergi kemana?” Tanya si Luna dengan lembut.
Burung Pipit yang sombong langsung memalingkan muka, begitu melihat Luna.
Ia terus berjalan. Pipit tak peduli pada Luna yang menyapanya. Kalau saja
kamu bisa sedikit baik hati pada orang lain, kamu pasti punya banyak teman.
Tak perlu sendirian saat pergi bermain. Kata Luna sedih.
Mendengar kata-kata Luna, Pipit tersinggung. Pipit marah. Pipit merasa diejek
oleh Luna. Dengan cepat Pipit membalikkan badan. Pipit berjalan mendekati
Luna.
Apa katamu tadi?! Kau bilang aku sombong. Tidak punya teman? Pipit
mengarahkan tangannya pada wajah Luna. Pipit jelas terlihat sangat marah.
“Asal kau tahu. Aku bukannya tidak punya teman. Tapi aku tak mau berteman
dengan mereka. Mereka kotor dan bau. Mereka miskin. Mereka tak punya baju
bagus seperti yang kupakai ini. Pipit memeperlihatkan pakaiannya yang sangat
bagus pada Luna. “Sebaiknya aku pergi saja. Tidak penting bicara dengan
semut merah, yang kotor dan bau.
Setelah kalimat terakhir, Pipit pergi meninggalkan Luna. Pipit pergi dengan
sikap sombongnya.
Setelah pipit pergi, Luna menggelengkan kepalanya dan berucap, “Pipit, kau
sangat sombong sekali. Kau pikIr, kau bahagia dengan sikap sombongmu.
Meski kami tidak kaya sepertimu, tapi kami saling membantu sama lain.
2. Setelah kejadian itu, Pipit selalu membuat orang lain sedih. Pipit selalu
mengejek teman-temannya. Ia selalu mengejek pakaian yang dikenakan
teman-temannya itu jelek. Pipit selalu mengejek dan mengusir pergi teman-
temannya, yang datang ke rumahnya. Dengan sikap sombong Pipit yang
berlebihan, teman-temannya tak ada yang mau bermain dengannya. Teman-
temannya tak mau menolong Pipit, jika Pipit ada kesulitan. Suatu hari, Pipit
yang baru saja mencari makanan bertemu dengan Haci, si lebah madu muda.
Haci berniat menolong Pipit, dengan membawakan makanan Pipit. Tapi Pipit
langsung marah saat mau ditolong Haci. Pipit mengira, Haci akan mengambil
makanannya. Dengan sombong dan galak, Pipit menarik makanannya dan
menyembunyikannya di balik bajunya. Pipit juga membentak Haci.
“Hey, Haci! Kalau mau makan cari sendiri! Jangan ambil makanan orang lain!”
bentak Pipit dengan kasar dan keras.
Haci bingung mendengar kata-kata Pipit. Haci cuma mau berniat menolong
Pipit membawakan makanannya, malah dituduh mau mengambil makanan milik
Pipit. Haci pun menjelaskan pada Pipit, kalau dia cuma mau berniat menolong
membawakan makannanya.
“Tidak Pipit. Aku tidak mau mengambil makananmu. Aku Cuma mau menolong
membawakan makananmu. Karena aku lihat, kau kerepotan membawa
makanan sebanyak itu.” Ucap Haci sabar. Dia tidak marah pada Pipit, yang
menuduhnya mau mencuri.
Karena sikap sombongnya sudah terlalu besar, Pipit tak percaya pada Haci.
Pipit pergi meninggalkan Haci. Setelah kejadian itu, Pipit mulai bercerita pada
teman-teman yang lain, kalau Haci, si lebah madu muda itu, mau mengambil
makanan yang ia cari dengan berkerja keras. Tapi, untunglah. Teman-teman
Haci tak terhasut oleh ucapan Pipit. Teman-teman Haci tidak percaya kalau
Haci mencuri. Teman-teman Haci malah tidak percaya pada ucapan Pipit.
Beberapa hari kemudian Pipit hendak mencari makanan. Kebetulan persediaan
makanannya sudah habis. Pipit pun pergi jauh dari tempat tinggalnya untuk
mencari makanan. Pipit terbang ke sana kemari. Tapi tak ada satupun
makanan yang dia temukan. Sampai-sampai Pipit kelelahan. Pipit berniat
istirahat sebentar. Pipit pun hinggap di sebuah pohon rindang dan teduh.
Selang beberapa saat ia istirahat di pohon rindang itu, ia mendengar sebuah
suara. Awalnya Pipit mengira kalau suara itu cuma angin. Tapi lama-lama
perasaannya tidak enak. Ia yang memejamkan matanya, langsung membuka
matanya dengan cepat, saat sebuah suara yang mirip dengan desisan ular itu
terdengar di telinganya. Saat Pipit membuka matanya, ia terkejut melihat ular
besar tengah memandangnya. Ular itu mendesis, menjulurkan lidahnya.
Karena kaget dan takut, Pipit langsung jatuh ke bawah.
“Arrrggghhh…” Jerit Pipit kesakitan. Ternyata sayap kiri Pipit patah. Pipit
semakin takut dan bingung. Karena ular besar itu turun dari pohon rindang,
dan mendekati Pipit. Pipit duduk diam. Memandangi ular besar, yang berjalan
3. semakin dekat dengannya. Pipit berpikir, mungkin dia akan mati dan dimakan
oleh ular besar itu. Karena sayap kirinya patah, membuat pipit tak bisa
terbang dan meloloskan diri dari ular besar itu. Pipit memejamkan matanya
dan menunggu dirinya dimakan ular besar itu.
Pipit mendengar suara Haci. Ia seperti sedang bermimpi. Kalau Haci akan
menolongnya dari ular besar itu.
Bahkan suara Luna masih ia dengar dalam benaknya.
Pipit tersentak saat bahunya ditarik. Secepat itu, Pipit membuka matanya.
Sekarang dia sudah jauh dari ular besar itu. Pipit melihat Haci kelelahan
karena menarik tubuhnya yang lebih besar dari tubuh Haci.
Sekarang kau sudah aman. Teman-teman dan aku akan melawan ular besar
itu. Kau tunggu disini.” Ucap Haci setelah menarik tubuh Pipit, menjauh dari
ular besar itu.
Pipit melihat Haci bergabung dengan teman-temannya untuk melawan ular
besar itu. Luna juga ikut melawan ular besar itu. Pipit melihat semua teman-
temannya yang sering ia hina, sekarang sedang membantunya dari kejahatan
ular besar, yang mau memakannya.
Setengah jam kemudian ular besar itu berhasil diusir. Dan ular besar itu pergi
dari tempat itu. Haci, Luna dan teman-temannya yang lain mendekati Pipit.
Pipit duduk pada sebatang kayu. Pipit memegangi sayap kirinya yang patah.
“Terima kasih.” Ucap pipit malu-malu pada Haci, Luna dan teman-temannya.
“Terima kasihlah pada Haci. Karena dia yang melihat kamu mau dimakan ular
besar itu. Saat melihat itu, Haci langsung terbang dan menemui kami. Ia bilang
kalau kamu akan dimakan ular besar. Cepat-cepat kami pergi kemari dan
menolongmu. Dan kami berhasil mengusir ular besar itu.” Ucap Luna lembut.
“Terima kasih, Haci.” Ucap Pipit.