Teks tersebut membahas tentang modernisasi di jantung budaya Jawa pada awal abad ke-20. Westernisasi membawa pengaruh besar dengan masuknya budaya Barat ke Jawa melalui tiga tahap. Mangkunegaran berusaha mengadopsi nilai budaya Barat yang dianggap baik dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa melalui kebijakan yang dikeluarkan. Mangkunegaran VI dan VII berupaya memodernisasi Praja dengan tetap me
1. TUGAS
MODERNISASI DI JANTUNG BUDAYA JAWA
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Ekonomi Indonesia
Dosen: Prof.Dr.Wasino,M.Hum.
Oleh:
Heni Rina Setiyawati
NIM : S 861402020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
PROGRAM PASCASARJANA (S-2)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
PENJAJAHAN DAN WESTERNISASI
1
2. Awal abad ke-20 Jawa mulai terjadi banyak perubahan. Perubahan itu mencakup
banyak aspek kehidupan, baik politik, sosial budaya maupun ekonomi. Faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan itu sendiri adalah dari dalam dan luar masyarakat Jawa, tatapi
yang paling domonan adalah faktor dari luar yang disebut Westernisasi ( proses masuknnya
budaya barat). Secara sederhana perembesan kebudayaan Barat ke masyarakat Jawa
melalui tiga tahap, antara lain :
1. Tahap kontrak antara VOC dan para Raja atau Sultan yang terdaji pada abad ke-17.
2. Tahap kontrak VOC dan penguasa Bumi putra yang lebih rendah, yaitu para bupati.
3. Tahap merembesnya kebudayaan Barat sampai pada Masyarakat Jawa, ini berlangsung
awal abad ke-19 sampai akhir abad ke-20.
Sistem sosial dan sistem nilai budaya Jawa mengalami perubahan drastis, yaitu sejak
terjadinya kebijakan tanam Paksa hingga politik Etis. Dampak ini secara tidak langsung
membawa kaum Bumiputra ikut berakulturasi dengan budaya Barat. Dengan masuknya
birokrasi Barat ini, Jawa mulai dikenalkan Budaya barat yang legal, rasional sebagai
penganti birokrasi tradisional yang feodalistik. Dalam bidang ekonomi dampak
westernisasi melahirkan ekonomi dualistic yaitu, suatu tatanan ekonomi yang terpecah
menjadi dua, meliputi; Ekonomi modern yang adat modal dan dikelola sesuai managemen
tradisional. Suatu fenomena baru karena belum pernah ada diperkenalkanya sistim
pendidikan Barat. Dengan diperkenalkanya pendidikan barat itu maka pengaruh budaya
Barat semakin mendalam terhadap budaya Jawa.
Proses modernisasi dan westernisasi ternyata membawa beberapa reaksi, antara lain :
1. Kelompok pertama adalah mereka yang menentang westernisasi dengan segala
dampaknya karena dianggap menguncangkan tatanan lama.
2. Kelompok kedua adalah mereka yang bersifat konformis dengan hadirnya budaya baru
itu, tetapi berprinsip pada gagasan lama.
3. Kelompok ketiga adalah mereka yang cenderung menjadi sama dengan barat dengan
mengikuti saja budaya yang baru masuk tersebut.
Kerajaan Jawa di Surakarta, termasuk Mangkunegaran, juga dihadapkan pilihan untuk
mengahadapi zaman baru yang telah mengalami proses tersebut. Rinkes seorang ahli
2
3. kebudayaan Jawa yang hidup pada masa pemerintahan Mangkunegaran VI dan VII,
menyatakan bahwa Mangkunegaran merupakan kerajaan yang memiliki sifat yang khas
Jawa, dalam arti menjunjung tinggi apa yang hidup dalam dalam hati rakyat Jawa, dan
menjalankan hidup tanpa menghilangka pribadi yang dimilikinya
Perubahan Soaial
Perubaha sosial yang terjadi ini bisa bersifat kontektual, perubahan ini juga bisa
bersumber dari faktor biologi, fisik maupun sosial budaya. Dari ketiga faktor tersebut
faktor budayalah yang paling bertaggungjawab untuk sebagian besar perubahan
masyarakat dan untuk perubahan cepat. Sehingga dalam menangapi perubahan sosial ini
sebagai akibat dari modernosasi dan westernisasi itu sendiri, para penggageng Praja
Mangkunegaran lebih bersikap inovatif. Maka dengan demikian mereka tidak akan
menolak kehadiran budaya Barat itu, tapi berusaha untuk mengadopsi mana nilai dari
kebudayan barat itu yang di anggap baik, kemudian di olah sesuai nilai kebudayaan Jawa,
melalui kebijakan yang di keluarkan.
Terbebtuknya Trah mangkunegaran
Diawali Pura Mangkunegaran didirikan oleh Raden Mas Said atauPangeran Samber
Nyowo yang bergelar Pangeran Adipati Mangkunegaran. Pura ini berdiri sebagai akibat
dari konflik perebutan tahta. Konflik Geger Pacina yaitu pembrontakan orang Cinadi
Batavia tahun 1740, hingga ke utara pantai Jawa dan melibatkan bangsawan Mataram.
Akhirnya tahun 1743 Mataran dan Madura berhasil mengusir pembrontak. Pakubuwana II
dan VOC sangat gerah terhadap Mas Said yang tidak mau menyerah, untuk menangkap
pembrontak ini, Pakubuwana menjanjikan lunggug di daerah Sragen, setelah Raden Said
berhasil mengusir pembrontak, namun janji tersebut tidak ditepatinya, ahkhiryan
pembrontak bersatu dengan Mas said untuk bersatu dan membrontak. Hal ini sangat
merisaukan Pakubuwana II, karena pamor mas Said semakin cermelang. Persekutuan ini
menjadi kuat setelah magkunegaran menikah dengan putri mangkubumi yang bernama
Ratu Bandara.
Tawaran perdamaian melelui perundingan kepada Suna dan Pangeran Timur, dilain
sisi pihak VOC juga mendesak agar diadakan perundidngan untuk mengakhiri perang
saudara yang terus berlarut-larut. Setelah terjadi tawar-menawar ahkhirnya terjadi
kesepakatan antara lain :
3
4. 1. Mas Said di angkat oleh Susuhunan menjadi Pangeran Miji, yakni Pangeren
Mangkunegaran
2. Sebagai konsekuesi dari jabatanya, ia mendapatkan tanah seluas 4.000 karya.
3. Ia harus tinggal di Surakarta, dan pada hari pisowanan, yakni senin dan kamis, ia harus
hadir menerima perintah Sunan.
Menguatnya posisi tawar
Pada tahun 1772 Magkunegaran mencoba melepaskan ketergantunganya pada Sunan,
dengan cara mengirim surat pada Gurbernur Van der Burgh, isinya tentang tuntutan wilayah
yang lebih luas dan dikembalikanya uang yang telah dikirim ke Pakubuwana III.
Tahun 1774 Mangunegaran minta kepadaKompeni agar Puteranya dijinkan untuk
menggantikanya, akan tetapi permintaan itu ditolaknya. Hal serupa dilakukan kembali tapi Ia
minta agar cucunya dimintakan gelar, karena diharapkan untuk menggantikan dirinya.
Kemudian tgl 28dan 29 September 1790 ditandatangani perjanjian tentang Persetujuan dan
perdamaian antara sultan dengan sunan, dan antara Sultan dengan Mangkunegara. Sejak saat
Mangkunegaran tidak lagi memiliki kekuasaan memerintah, kecuali dilingkungan
keluarganya, yang kemudian bergabung dalam yayasan Surya Sumirat dan hanya bergerak
dalam bidang sosial dan kebudayaan.
Wilayah yang Bertambah
Mangkunegaran menempati wilayah dibagian timur dan utar Karisidenan Surakarta,
tapi daerahnya terpencar menjadi Kasunanan dan Kasultanan. Masa pemerintahan
Mangkunegaran II, wilayah ini mengalami perubahan dua kali. Selain itu wilayah terjadi
perubahan kebijakan sebagai akibat dari tukar menukar tanah antara Mangkunegaran dan
Kasunanan. Pembagian Wilayah Kasunanan dan kasultanan :
1. Sebelah barat terdiri dataran rendah yang membentang sepanjang Bengawan Solo sampai
ujung kaki gunung Marapi dan Merbabu.
2. Sebelah timur dan selatan, wilayahnya sangat subur. Pemisah antara kasunanan dan
Mangkunegaran adalah Jalan slamet Riyadi.
3. Sebelah Utara tanah yang cocok untuk pertanian dan kehutanan.
4
5. 4. Sebelah Selatan masuk Kab Wonogiri, tanah tidak cocok untuk pertanian lahan basah,
melainkan cocok untuk pertanian lahan basah.
Sebagian Karesidenan Surakarta, daerah ini beriklim tropis, sehingga mengakibatkan
dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau.Dari gambaran tersebut terlihat
keadaan geografis dan tpopgrafis wilayah mangkunegarn tidak meguntungkan bagi sebuan
Negara Tradisional yang bisnis ekonominya pertanian.
Tatanan Masyarakat
Masyarakat Mangkunegaran termasuk masyarakat yag tradisional, karena ciri cultural
pada masyarakat ini adalah teknologinya masih sederhana, pengetahuan kaum elite terbatas,
produksi banyak memakai tenagan manusia dan hewan, tahan tidak produktif, pupuk masih
tradisional. Sebagai pendukung kebudayaan Jawa , Masyarakat Mangkungaran dikenal
hubungan Kawulu-gusti, maka ada dua golongan dalam masyarakat yaitu; Piyayi dan wong
cilik. Posisi dalam masyarakat tradisional diperlukan dua karakter, yaitu :
1. Prinsip kebangsawanan yang ditentukan oleh hubungan daerah sesorang dengan
penguasa.
2. Posisi seseorang dalam birokrasi.
Pembagian Wedana dalan Mangkunegaran , meliputi :
Wedana Hamong Praja, Reksa Praja, Karta Praja, marta Praja,Karti Praja, Reksa Wibawa,
Mantrapura, Pura Beksana, dan Yogiswara. Selain pejabat sipil terdapat pula pejabat
kemiliteran. Diluar Piyayi baik dari sipil, militer, maupun para putra Raja adalah Rakyat
kebanyakanyang disebut Kawulo atau Wong Cilik.
Mangkunegaran VI, Raja Pembongkat Tradisi
G.R.M. Soejito, putra keempat Mangkunegaran VI dari garwa Padmi. Pada masa ini
hidupnya makmur. Lingkungan budaya dan kultur yang membentuk kepribadianya adalah
kultur jawa dan kultur barat, pendidikan yang diajarkan oleh ayahnya mengikuti ajaran
masyarakat Jawa. Ia dididik di sekolah formil Eropa, tapi tidak sampai selesai kemudian
dimasukan ke sekolah Pamong Siswa, yang menggunakan pengantar Bahasa Jawa. Tujuan
ditariknya kebali ini untuk menghindari efek negatif yang makin timbul dari sekolah formal
5
6. Barat terhadap kepribadianya. Tampaknya pendidikan yang paling menentukan bagi
kepribadian Mangunegaran VI adalah yang diperolehnya dalam pendidikan militer.
Tahun 1876 Ia bersama kakankya selama empat bulan mengelilingi Pulau Jawa
dengan mengendarai Kereta Pos. Tujuan dari perjalanan ini adalah memperluas pandangan
agar bermanfaat dalam kehidupan yang akan datang. Dengan demikian setelah menduduki
istana Mangkunegran, Ia paham betul apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang
Mangkunegaran untuk memimpin Prajanya. Dan tentu saja pengalaman hidup itulah yang
telah membentuk kepribadianya.
Naik Tahta Dan persoalan yang di hadapi
Tanggal 2 Oktober 1896, Mangkunegara V wafat karena sakit, maka diangkatlah
Mangkunegara VI atas perintah K.B.R. Aryu Mangkunegara. Ketika Beliau naik tahta
kondisi kerajaan sangat buruk, faktor buruknya kondisi itu antara lain :
1. Terjadinya krisis ekonomi dunia.
2. Hama tanaman yang merusak tananman industri milik Praja Mangkunegaran.
3. Kesalahan managemen keuangan Praja oleh Mangkunegaran.
Persoalan-persoalan yang dialami Mangkunegara VI dalam memegang pemerintahan
antara lain :
1. Adanya deficit keuangan praja yang berakibat hilangnya otonomi praja Mangkunegara
dalam mengelola keuangan Negara.
2. Perubahan kebijakan politik colonial adari politik liberak ke politik etis, yang membawa
dampak modernisasi lebih dalam ke kalangan masyarakat jawa.
3. Pilihan antara mengikuti kultur Barat dan kultur Jawa dalam mengelola Prajanya.
Mangkunegaran VII
Nama kecilnya Mangkunegaran VII adalah R.M.Soeryo soeprapto adalah anak ke tiga
dari12 putr laki-laki mangkunegaran V, lahir pada tanggal 15 Agustus 1885 di kota Praja.
Kehidupanya dulu sangatlah sulit, karena ekonomi dan keuangan Praja mengalami defisit. Ia
hanya di batasi sekolah Rendah Eropa, dan pendidikan lebih tinggi tidak bisa ia lakukan.
Kerena itulah Ia mengalami frustasi, dan pada usia 16 tahun akhirnya menikah dengan Mas
6
7. Rara Mardewi, dan dikarunia seorang putrid bernama B.R.A. partini. Kemudian Ia
meninggalkan anak dan istrinya dan mengembara , dengan cara berjalan kaki dari wilayah
yang satu ke wilayah yang lain, sehingga Ia tahu kehidupan masyarakat sekitarnya. Setelah
menjadi mangkunegaran ia sangat memikirkan rakyatnya, hal itu dilakukan kerena ia sudah
punya banyak pengalaman dalam mengembara.
Naik Tahta dan Persoalanya
Pada usia 21 tahun Ia naik tahta, yang mengangkat pemerintah Hindia belanda,
tepatnya pada tangggal13 Maret 1916. Keadaan keunagan praja dalam kondisi sehat. Situasi
yang menghadang Mangkunegaran VII ketika memegang pemerintahan adalah terjadinya
perubahan sosial politik dan perubahan sosial budaya di Hindia Belanda, termasuk wilayah
kekuasaanya.
Abad ke-20, ppemerintahan Belanda mulai longgar terhadap daerah jajahanya.
Dengan adanya perubahan sikap pemerintahan belanda itu, mangkunegaran VII mengatur
strategi untuk mengadakan pembaruan-pembaruan dalam praja dan masyarakatnya. Di
wilayah swapraja telah tumbuh organisasi kebangsaan, antara lain Serikat Islam, Budi
Utomo, Indische Partj dan Indische Social Democcratische Vereeniging (ISDV). Lahirnya
organisasi tersebut menandakan kesadaran politik rakyat untuk memperjuangkan tanah
airnya.
Sejalan dengan perubahan sosial politik, di wilayah Hindia belanda pada umumnya
dan swapraja pada khususnya telah terjadi perubahan social budaya. Perubahan ini sebagai
akibat masuknya kebudayaan Barat dalam tatanan masyarakat Jawa melalui perkembangan
birokrasi administrasi, industrialisasi, menciptakan golongan masyarakat terdidik yang mulai
memikirkan kemajuan masyarakat, bangsa dan negaranya.
Pembaharuan Dalam Pemerintah, Etiket Dan Hukum
Mangkuneragan mempunyai tatanan stuktur birokrasi yang baik, maka basis dari praja
ini adalah kerajaan tradisional. Dalam tatanan birokrasi tersebut pengageng pura merupakan
jabatan puncak dan mengendalikan semua aparat yang berada dibawahnya. Sebagai
pemimpin puncak swapraja Mangkunegaran, pegangeng pura memegang sendiri kendali
pemerintahan. Berdasarka sifat kekuasaanyan itu, pangageng pura dapat mengontrol semua
aparat yang ada di bawahnya untuk hanya tunduk kepada dirinya.atau loyalitas aparat
7
8. mangkunegaran hanya satu yaitu Adipati Mangkunegaran, dan tidak terjadi loyalitas ganda.
Dibawah pengageng pura ada jabatan Patih Mangkunegaran. Jumlah patih ini berubah-ubah.
Pada tanggal 11 Agustus 1867, Mangkunegaran IV mengadakan pembaharuan
organisasi dalam pemerintahan yaitu adanya departemen dalam pemerintahan praja
Mangkunegaran diluar kesentanaan dan Legiun.
Pembaharuan dalam Etiket kenegaraan.
Dengan berpedoman pada aturan dan sustu kedisiplinan, mangkunegaran VII telah
data menunjukan essistensinya sebagai penguasa swapraja sejati. Senagai penguasa sebuah
kerajaan yang sebenarnya, ia berani menghukum siapa saja , termasuk Sunan, apabila
ternyata melanggar peraturan yang berlaku di prajanya. Hal ini jelas bertentangan dengan
konsepsi kekuasaan Jawa yang mengatur bahwa semua tanah adalah milik raja dan seorang
pangeran Adipati sereti mangkunegaran seharusnya juga tidak akan berani melakukan
tindakan menentang rajanya seperti itu.
Hukum dan Peradilan mangkunegaran.
Dalam hal hukum dan peradilan, semula Kadipaten Mangkunegaran tidak memilki
wewenang membuat hokum secara bebas. Walaupun pihak Mangkunegran memiliki hak
untuk membut peraturan hukumnya sendiri setelah kondifikasi hokum jawa, dalam kenyataan
abad ke-19, banyak pranatan yang digunakan di Mangkunegaran hanyalah pelaksanaan dari
pranata yang berlaku di kasunanan.
Awal abad ke -20 wewang pembuatan hukum dan peraturan di pihak Mangkunegaran
semakin kuat. Selain persoala hokum masalah lain yang dikupas adalah ppengawasan
terhadap pelaksanaan hokum itu. Mulai tahun 1915 di Mangkunegaran diadakan re-organisasi
polisi. Pemerintah Praja Mangkunergaran memiliki polisi dibawah praja, yaitu :
1. Polisi dalam Kota disebut Standpolitie,.
2. Polisi untuk Daerah luar kota, terdiri dari Reksa Praja dan Kajineman.
3. Veld politie, yaitu polisi yng berada diluar kota Afdeeling.
Peraturan tahun 1903, menunjukan adanya pembahruan dalan tata peradilan di
wilayah Mangkunegaran, yaitu dilakuakn menurut standar Eropa, tapi dilain sisi berti
8
9. hilangnya peradilan yang berdaarkan hokum jawa dan tidak berdayanya Praja
mangkunegaran dalam pelaksanaan peradilan di wilayahnya.
Sumber Pendapatan Praja
Ketika Mangkunegaran VII memegang tampuk pemeriintahan, tanah apanage
ditarik kembali dan dan dikuasai secara langsung. Diantara perusahaan-perusahan yang
dikelola mangkunegaran, perusahaan kopi dan gulalah yang banyak menyumbang bagi
pendapatan Praja mangkunegaran. Selain perusahaan juga merintis unit ekonomi, diantanya :
1. Perusahaan pengilingan padi di desa-desa Boga
2. Percobaan penanaman tembakau di daerah wonogiri.
3. Penanaman kina di daerah Tawangmanggu
4. Pemeliharaan ulat sutra di Tawangmanggu, tapi gagal.
5. Usaha persawahan di demak.
6. Usaha tambak di terboyo, semarang.
7. Usawa sewa rumah di kampong pindrikan, semarang
Akhirnya kehancuran keuangan praja Mangkunegaran itu, disebabkan karena
faktor resensi ekonomi dunia, serta akibat rusaknya tanaman kopi dan tebu milik
Mangkunegaran karena serangan hama.
Pembaharuan dalam Keuangan dan Perekonomian Praja
Usaha penataan perekonmian kembali dilakukan oleh mangkunegran VI, setelah
mengalami kehancuran, kemudian dilanjutkan Mangkunegaran VII degan mengeluarkan
berbagai kebijakan, antara lain :
1. Pemisahan keuangan Negara dan keuangan pribadi atau keluaraga.
2. Penghematan dan efisiensi
3. Pengelolaan sumber-sumber Negara secara efisien.
9
10. 4. Pemanfaatan keuanagan Negara untuk kemakmuran Negara secara efektif dan efisien.
Dengan adanya pembaharuan itu, perusahaan gula di Mangkunegaran telah
mendatangkan hasil yang cukup banyak.Maka Praja Mangkunegaran selalu berusaha
memperbarui pengelolaan keuangan dan perekonomian prajanya sesuain dengan tantangan
lingkungan di sekitar yang dihadapinya. Adanya pembaharuan dalam pengelolaan keuangan ,
baik sumber dana maupun managemen penggunaanya, telah menyebabkan Praja
mangkunegaran dapat menjalankan pemerintahanya.
Menghitung sumbangan Dana milik terhadap Praja
Dana sumbangan ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Sumbangan langsung yaitu sejumplah dana yang diberikan kepada praja Mangkunegaran
melalui anggaran setiap tahun.
2. Sumbangan tidak langsung yaitu manfaat dari kehadiran perusahaan itu terhadap wilayah
dan rakyat di praja Mangkunegaran.
Sejak tahun 1918 sumbangan itu dikategorikan luar biasa. Maka dana anggaran praja
mangkunegaran di bagi menjadi 2 , yaitu :
1. Anggaran untuk dinas biasa
2. Anggaran dinas luar biasa.
Dengan demikian sumber penopang praja Mangkunegaran dan sumber pendapatan
lainya, terutama dari pajak dan sewa. Jika berkurangnya satu atau kedua sumber pendapatan
itu berakibat timpangnya roda pemerintahan Praja Mangkunegaran.
Pembangunan Infrastruktur
1. Irigasi
Bangunan ini sejak abad ke-19 sudah ada, berupa waduk yang fungsinya untuk
pengairan sawah atau pertanian.Karena Mangkunegaran VII memendang bahwa irigasi ini
sangat mendesak mengingant keadaan tanah dan topografi daerah Mangkunegaran, yaitu
wilaya selatan Sangat tidak cocok untuk pertanian basah, terutama padi. Dalam rangka
pembangunan ini Ia menggunakan arsitektur dari Belanda, untuk irigasi di wilayahnya.
Pemimpin dari dinas irigasi kerajaan yang semula dipegang pejabat berkebangsaan Belanda
10
11. digantikan oleh orang mangkunegaran sendiri yaitu Ir.Sarsito Mangoen Koesoema, setelah
Wolf berhenti dari jabatanya.
2. Jalan dan Jembatan
Selain irigasi yang dianggap penting adalah jalan dan jembatan, ini di anggap
mendesak karena teknik lalu lintas tidak baik. Selain jalan untuk umum juga dibangun jalan
kereta api NIS. Jalan itu meliputi wonogori, karanganyar, kemuning, batujamus, mojogedang
dan lain-lain. Hingga tahun 1940, ketika situasi menjadi panas menjelang Perang Dunia II,
pembangunan jalan di dalam skala besar yang sudan direncanakan sudah tidak ada lagi.
3. Pertanian dan politik agraria
Suatu Negara tradisional, bidang pertanian dan penguasaan tanah merupakan hal
terpenting. Tapi hal ini bukan satu-satunya faktor yang menentukan jalanya roda
perekonomian dan kerajaan itu, karena sumber Praja Mangkunegaran berasal dari sumber-sumber
bidang lain terutama industri.
4. Pendidikan Dan kebudayaan
Mulai abad ke-20, pemerintah Kolonial Belanda mengembangkan sistim pendidikan
untuk penduduk bumiputra di Tanah air. Hal ini dilaksanakan dengan mengikuti pola Barat
dalam pembangunan pendidikan.
Kebudayaan jawa sangat diperhatikandalam perkembangan di Mangkunegaran , ini
bertujuan untuk memberikan pengajaran yang baik kepada narapraja maupun rakyatnya.
Karya sastra seperti Tripama, saloka Tama, dan sebagainya merupakan contoh karya sastra
yang cukup berbobot pada zamannya dan banyak dijadikan acuan bagi rakyat
Mangkunegaran pada masa selanjutnya bahkan hingga sekarang untuk orang-orang Jawa.
`
11