SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
PEDOMAN PENGAJUAN
PENUGASAN KLINIS
BAGI DOKTER GIGI
DI RUMAH SAKIT
Kolegium Dokter Gigi Indonesia
2016
KATA PENGANTAR
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011
tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit telah menambah satu syarat baru bagi
dokter gigi yang akan berpraktek di rumah sakit yaitu harus dimilikinya Surat Penugasan Klinis
dari pimpinan rumah sakit.
Pemberian Surat Penugasan Klinis dilakukan oleh pimpinan rumah sakit setelah proses
kredensial dilakukan oleh Komite Medik, berdasarkan ajuan kewenangan klinis yang
disampaikan oleh dokter gigi bersangkutan.
Dalam prakteknya, ternyata kewenangan klinis yang diajukan beragam dan tidak
terstandar karena tidak adanya pedoman yang mengaturnya, padahal kompetensi dasar dari
seorang dokter gigi adalah sama dimanapun ia bertugas. Untuk itulah Kolegium Dokter Gigi
Indonesia (KDGI) menerbitkan “Pedoman Pengajuan Penugasan Klinis Bagi Dokter Gigi di
Rumah Sakit”, untuk dapat dijadikan acuan bagi dokter gigi umum non spesialis yang bertugas
di rumah sakit seluruh Indonesia.
Pedoman ini dibuat berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (SKDGI)
yang disyahkan melalui Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 40 Tahun 2015.
Dengan demikian isinya sejalan dengan SKDGI yang merupakan keputusan bersama para
pemangku kepentingan di bidang kedokteran gigi Indonesia.
Akhirul kalam semoga pedoman ini dapat menunjang bagi dokter gigi dalam
memberikan pelayanan kesehatan gigi kepada masyarakat di rumah sakit seluruh Indonesia.
Jakarta, 15 Mei 2016
SURAT KEPUTUSAN
KOLEGIUM DOKTER GIGI INDONESIA
PERSATUAN DOKTER GIGI INDONESIA
Nomor : 31/SK-KDGI/V/2016
Tentang
PEDOMAN PENGAJUAN PENUGASAN KLINIS BAGI DOKTER GIGI DI RUMAH SAKIT
Menimbang : Bahwa untuk kelancaran proses legal pratik dokter gigi umum non spesialis di
rumah sakit dipandang perlu dibuat pedoman pengajuan penugasan klinis
Mengingat :
Memperhatikan:
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
2. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran
3. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/MENKES/
PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
5. Anggaran Dasar/Rumah Tangga Persatuan Dokter Gigi Indonesia
6. Surat Keputusan Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia Nomor
SKEP/391/PBPDGI/X/2015 tentang Pengukuhan Anggota Kolegium
Dokter Gigi Indonesia Periode 2014-2017
7. Surat Keputusan Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia Nomor
SKEP/392/PBPDGI/X/2015 tentang Ketua dan Kepengurusan Kolegium
Dokter Gigi Indonesia Periode 2014-2017
Hasil rapat Kolegium Dokter Gigi dengan unsur perwakilan rumah sakit pada
tanggal 25 Februari 2016
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Pedoman Pengajuan Penugasan Klinis Bagi Dokter Gigi di Rumah Sakit
Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Jakarta, 15 Mei 2016
PENDAHULUAN
Kehadiran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, telah mengubah norma yang sebelumnya dijalankan di dunia kedokteran
gigi Indonesia, salah satunya adalah mengenai kompetensi. Kompetensi menurut undang-
undang tersebut dituangkan dalam Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (SKDGI) yang
disusun asosiasi institusi pendidikan kedokteran gigi serta kolegium kedokteran gigi, untuk
kemudian disyahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
Sebagai salah satu turutan dari undang-undang tersebut, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit yang telah menambah satu syarat baru bagi
dokter gigi yang akan berpraktek di rumah sakit yaitu harus dimilikinya Surat Penugasan Klinis
dari pimpinan rumah sakit. Dengan demikian sebelum seorang dokter gigi dapat berpraktek di
rumah sakit, yang bersangkutan harus memiliki :
1. Sertifikat Kompetensi dari Kolegium Dokter Gigi Indonesia (KDGI)
2. Surat Tanda Registrasi dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
3. Surat Izin Praktek (SIP) dari Dinas Kesehatan / Pemerintah Daerah
4. Surat Penugasan Klinis dari pimpinan rumah sakit
Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan kepala/direktur rumah sakit
kepada staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis di rumah sakit tersebut
berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.
Isi dari penugasan klinis adalah kewenangan klinis (clinical privilege) yaitu hak khusus
seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan
rumah sakit untuk periode tertentu. Hak ini didapat seorang dokter gigi setelah melalui proses
evaluasi (kredensial/rekredensial) yang dilakukan oleh Komite Medik rumah sakit.
PROSEDUR PENGAJUAN
Pengajuan penugasan klinis dilakukan oleh seorang dokter gigi dengan membuat surat
ajuan (Lampiran I) yang ditujukan kepada direktur/kepala rumah sakit. Surat ini dilampiri
dengan daftar kewenangan klinis (Lampiran II) yang disusun / diisi berdasarkan pertimbangan
pribadi dokter gigi pengaju.
Daftar kewenangan klinis yang menjadi Lampiran II dari pedoman ini adalah
kewenangan klinis sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia.
Pada saat pengajuan, seorang dokter gigi wajib menilai dirinya sendiri, mana yang masih dapat
dilakukannya dan mana yang sudah tidak dapat dilakukannya.
Apabila ada pendidikan dan/atau pelatihan tambahan yang dipandang menimbulkan
kewenangan klinis di luar kewenangan klinis sebagaimana tercantum sebagai Lampiran II
pedoman ini, dokter gigi pengaju perlu memastikan bahwa kewenangan tersebut bukan
kewenangan dokter gigi spesialis atau tenaga medis lainnya serta didapat dari pendidikan
dan/atau pelatihan yang sesuai dengan Pedoman dan Petunjuk Pelaksaan Pendidikan dan
Pelatihan Profesionalisme Kedokteran Gigi Berkelanjutan (P3KGB).
DAFTAR KEWENANGAN KLINIS
1. Anamnesis
2. Mengenali gejala dan tanda klinis penyakit/kelainan diluar penyakit/kelainan
gigi dan mulut, untuk kemudian dilakukan rujukan
3. Pemeriksaan intra dan ekstra oral
4. Interpretasi hasil pemeriksaan radiologi
5. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium klinik
6. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium patologi anatomi
7. Menegakan diagnosis penyakit/kelainan gigi dan mulut
8. Menetapkan prognosis dan rencana perawatan penyakit/kelainan gigi dan mulut
9. Mengisi rekam medis
10. Membuat surat rujukan
11. Membuat resep
12. Membuat surat keterangan sakit
13. Melakukan komunikasi dan edukasi terhadap pasien/keluarga pasien tentang
penyakit/kelainan gigi dan mulut
14. Sterilisasi dan asepsis
15. Perawatan lesi ringan pada jaringan mulut
16. Anastesi lokal
17. Pencabutan gigi
18. Odontektomi M3 Kelas I A
19. Alveolektomi 1 regio
20. Incisi abses intra oral
21. Fiksasi interdental dengan komposit/kawat
22. Penatalaksanaan perdarahan
23. Penatalaksanaan sinkop
24. Penatalaksanaan shock anaphylactic
25. Basic Life Support
26. Reposisi TMJ et causa dislokasi
27. Penatalaksanaan tingkah laku anak
28. Pit dan fissure sealant
29. Topikal aplikasi fluor
30. Prepentive Adhesive Restoration
31. Space maintainer
32. Space regainer
33. Tumpatan gigi Kelas I, II, III, IV, V, dan VI
34. Inlay
35. Onlay
36. Mahkota pasak
37. Pulp capping direct
38. Pulp capping indirect
39. Perawatan saluran akar akar tunggal/jamak tanpa penyulit
40. Bleaching extra coronal
41. Scaling dan Root Planning
42. Kuretase jaringan pendukung gigi
43. Occlusal adjustment
44. Gingivektomi
45. Splinting
46. Bedah flap periodontal
47. Terapi dentin hipersensitif
48. Pencetakan gigi dan pembuatan model
49. Analisis model
50. Pembuatan gigi tiruan lepasan kasus sederhana
51. Pembuatan jembatan kasus sederhana
52. Reparasi dan/atau relaining gigi tiruan
53. Perawatan maloklusi sederhana / Tipe I Dental
54. Tracing foto sefalometri
55. Pembuatan radiografik periapikal
56. Pembuatan radiografik oklusal
57. Pembuatan radiografik bite wing
58. Pemeriksaan radiologi foreksi gigi
59. Pemrosesan film
60. Pengukuran indeks kesehatan gigi dan mulut
LAMPIRAN I
Surat Keputusan Kolegium Dokter Gigi Indonesia (KDGI)
Nomor : 31/SK-KDGI/V/2016
Tanggal : 15 Mei 2016
Kepada Yth
Direktur Utama
Rumah Sakit …………………
di …..…………………………
Dengan hormat,
Memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011
bersama ini saya mengajukan permohonan Surat Penugasan Klinis dengan kewenangan klinis
yang dimohonkan terlampir bersama surat ini. Sebagai pertimbangan terlampir fotokopi :
1. Surat Tanda Registrasi
2. Surat Izin Praktek di rumah sakit
3. Sertifikat penunjang ajuan kewenangan klinis tambahan … lembar
Demikian permohonan saya ajukan, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
………………….., … ……………………. 20…
Dokter Gigi yang mengajukan
_________________________
………………………………..
LAMPIRAN II
Surat Keputusan Kolegium Dokter Gigi Indonesia (KDGI)
Nomor : 31/SK-KDGI/V/2016
Tanggal : 15 Mei 2016
RINCIAN KEWENANGAN KLINIS DOKTER GIGI
DI RUMAH SAKIT
Nama Dokter : ……………………………………………………………………………….
Nomor Sertfikat Kompetensi : ……………………………………………………………………………….
Nomor Surat Tanda Registrasi : ……………………………………………………………………………….
Nama Rumah Sakit : ……………………………………………………………………………….
No Rincian Kewenangan Klinis Diajukan Disetujui
1 2 3 1 2 3
1 Anamnesis
2 Mengenali gejala dan tanda klinis
penyakit/kelainan diluar penyakit/kelainan gigi
dan mulut, untuk kemudian dilakukan rujukan
3 Pemeriksaan intra dan ekstra oral
4 Interpretasi hasil pemeriksaan radiologi
5 Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium klinik
6 Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium
patologi anatomi
7 Menegakan diagnosis penyakit/kelainan gigi dan
mulut
8 Menetapkan prognosis dan rencana perawatan
penyakit/kelainan gigi dan mulut
9 Mengisi rekam medis
10 Membuat surat rujukan
11 Membuat resep
12 Membuat surat keterangan sakit
13 Melakukan komunikasi dan edukasi terhadap
pasien/keluarga pasien tentang penyakit/kelainan
gigi dan mulut
14 Sterilisasi dan asepsis
15 Perawatan lesi ringan pada jaringan mulut
16 Anastesi lokal
17 Pencabutan gigi
18 Odontektomi M3 Kelas I A
19 Alveolektomi 1 regio
20 Incisi abses intra oral
21 Fiksasi interdental dengan komposit/kawat
22 Penatalaksanaan perdarahan
23 Penatalaksanaan sinkop
24 Penatalaksanaan shock anaphylactic
25 Basic Life Support
26 Reposisi TMJ et causa dislokasi
27 Penatalaksanaan tingkah laku anak
28 Pit dan fissure sealant
29 Topikal aplikasi fluor
30 Prepentive Adhesive Restoration
31 Space maintainer
32 Space regainer
33 Tumpatan gigi Kelas I, II, III, IV, V, dan VI
34 Inlay
35 Onlay
36 Mahkota pasak
37 Pulp capping direct
38 Pulp capping indirect
39 Perawatan saluran akar akar tunggal/jamak tanpa
penyulit
40 Bleaching extra coronal
41 Scaling dan Root Planning
42 Kuretase jaringan pendukung gigi
43 Occlusal adjustment
44 Gingivektomi
45 Splinting
46 Bedah flap periodontal
47 Terapi dentin hipersensitif
48 Pencetakan gigi dan pembuatan model
49 Analisis model
50 Pembuatan gigi tiruan lepasan kasus sederhana
51 Pembuatan jembatan kasus sederhana
52 Reparasi dan/atau relaining gigi tiruan
53 Perawatan maloklusi sederhana / Tipe I Dental
54 Tracing foto sefalometri
55 Pembuatan radiografik periapikal
56 Pembuatan radiografik oklusal
57 Pembuatan radiografik bite wing
58 Pemeriksaan radiologi foreksi gigi
59 Pemrosesan film
60 Pengukuran indeks kesehatan gigi dan mulut
Kewenangan Tambahan
60 Dosen pendidik klinik profesi dokter gigi
61
62
63
Keterangan :
1 : Tidak memiliki kewenangan klinis
2 : Memiliki kewenangan klinis di bawah supervisi dokter lain
3 : Memiliki kewenangan klinis mandiri
…………………….., … …………………… 20…
Dokter Gigi yang mengajukan
_________________________
……………………………….

More Related Content

What's hot

LAPORAN HASIL AUDIT INTERNAL PENDAFTARAN.docx
LAPORAN HASIL AUDIT INTERNAL PENDAFTARAN.docxLAPORAN HASIL AUDIT INTERNAL PENDAFTARAN.docx
LAPORAN HASIL AUDIT INTERNAL PENDAFTARAN.docxSuMarni41
 
4.2.4 EP 1 SOP PENYUSUNAN JADWAL.docx
4.2.4 EP 1 SOP PENYUSUNAN JADWAL.docx4.2.4 EP 1 SOP PENYUSUNAN JADWAL.docx
4.2.4 EP 1 SOP PENYUSUNAN JADWAL.docxWalantaka
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa GigiBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa GigiBPJS Kesehatan RI
 
Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT
Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT
Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT WiandhariEsaBBPKCilo
 
Portofolio perawat gigi 2019
Portofolio perawat gigi 2019Portofolio perawat gigi 2019
Portofolio perawat gigi 2019miming80
 
Contoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medis
Contoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medisContoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medis
Contoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medisAtal Tamara Setiawan
 
Peraturan menteri kesehatan no. 9 tahun 2014 tentang klinik
Peraturan menteri kesehatan no. 9 tahun 2014 tentang  klinikPeraturan menteri kesehatan no. 9 tahun 2014 tentang  klinik
Peraturan menteri kesehatan no. 9 tahun 2014 tentang klinikUlfah Hanum
 
Draft standar pelayanan minimal kesehatan 2015
Draft standar pelayanan minimal kesehatan 2015Draft standar pelayanan minimal kesehatan 2015
Draft standar pelayanan minimal kesehatan 2015Muh Saleh
 
Ep 7.4.2.4 sk-hak dan kewajiban pasien...
Ep 7.4.2.4 sk-hak dan kewajiban pasien...Ep 7.4.2.4 sk-hak dan kewajiban pasien...
Ep 7.4.2.4 sk-hak dan kewajiban pasien...Abdul Aziz Nurse
 
Sop pengelolaan reagen
Sop pengelolaan reagenSop pengelolaan reagen
Sop pengelolaan reagenMosesUntung
 
REGISTER RISIKO UKP RUANG.docx
REGISTER RISIKO UKP RUANG.docxREGISTER RISIKO UKP RUANG.docx
REGISTER RISIKO UKP RUANG.docxindra178180
 
Penyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatan
Penyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatanPenyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatan
Penyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatanWiandhariEsaBBPKCilo
 
REGISTER RISIKO.pptx
REGISTER RISIKO.pptxREGISTER RISIKO.pptx
REGISTER RISIKO.pptxmuammar52
 
2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas
2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas
2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmasCha Eco
 

What's hot (20)

LAPORAN HASIL AUDIT INTERNAL PENDAFTARAN.docx
LAPORAN HASIL AUDIT INTERNAL PENDAFTARAN.docxLAPORAN HASIL AUDIT INTERNAL PENDAFTARAN.docx
LAPORAN HASIL AUDIT INTERNAL PENDAFTARAN.docx
 
4.2.4 EP 1 SOP PENYUSUNAN JADWAL.docx
4.2.4 EP 1 SOP PENYUSUNAN JADWAL.docx4.2.4 EP 1 SOP PENYUSUNAN JADWAL.docx
4.2.4 EP 1 SOP PENYUSUNAN JADWAL.docx
 
Pedoman pelayanan spi
Pedoman pelayanan spiPedoman pelayanan spi
Pedoman pelayanan spi
 
Sop monitoring
Sop monitoringSop monitoring
Sop monitoring
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa GigiBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi
 
Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT
Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT
Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT
 
Portofolio perawat gigi 2019
Portofolio perawat gigi 2019Portofolio perawat gigi 2019
Portofolio perawat gigi 2019
 
Anjab dokter gigi madya
Anjab dokter gigi madyaAnjab dokter gigi madya
Anjab dokter gigi madya
 
Contoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medis
Contoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medisContoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medis
Contoh spk dan rkk serta rekomedasi k omite medis
 
Sk pembentukan kpprs
Sk pembentukan kpprsSk pembentukan kpprs
Sk pembentukan kpprs
 
Peraturan menteri kesehatan no. 9 tahun 2014 tentang klinik
Peraturan menteri kesehatan no. 9 tahun 2014 tentang  klinikPeraturan menteri kesehatan no. 9 tahun 2014 tentang  klinik
Peraturan menteri kesehatan no. 9 tahun 2014 tentang klinik
 
Draft standar pelayanan minimal kesehatan 2015
Draft standar pelayanan minimal kesehatan 2015Draft standar pelayanan minimal kesehatan 2015
Draft standar pelayanan minimal kesehatan 2015
 
Manual mutu puskesmas
Manual mutu puskesmasManual mutu puskesmas
Manual mutu puskesmas
 
Ep 7.4.2.4 sk-hak dan kewajiban pasien...
Ep 7.4.2.4 sk-hak dan kewajiban pasien...Ep 7.4.2.4 sk-hak dan kewajiban pasien...
Ep 7.4.2.4 sk-hak dan kewajiban pasien...
 
Delegasi wewenang
Delegasi wewenangDelegasi wewenang
Delegasi wewenang
 
Sop pengelolaan reagen
Sop pengelolaan reagenSop pengelolaan reagen
Sop pengelolaan reagen
 
REGISTER RISIKO UKP RUANG.docx
REGISTER RISIKO UKP RUANG.docxREGISTER RISIKO UKP RUANG.docx
REGISTER RISIKO UKP RUANG.docx
 
Penyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatan
Penyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatanPenyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatan
Penyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatan
 
REGISTER RISIKO.pptx
REGISTER RISIKO.pptxREGISTER RISIKO.pptx
REGISTER RISIKO.pptx
 
2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas
2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas
2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas
 

Similar to PEDOMAN KLINIS

Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgiPanduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgidentalid
 
Buku pedoman P3KGB 2014
Buku pedoman P3KGB 2014Buku pedoman P3KGB 2014
Buku pedoman P3KGB 2014asih gahayu
 
Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141maulidenil gebi
 
pedoman praktik doktergcfiuf7fyd5s6sd6e6
pedoman praktik doktergcfiuf7fyd5s6sd6e6pedoman praktik doktergcfiuf7fyd5s6sd6e6
pedoman praktik doktergcfiuf7fyd5s6sd6e6muhammadyusuf738052
 
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUSPENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUSmataharitimoer MT
 
Petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek (sk nomor...
Petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek (sk nomor...Petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek (sk nomor...
Petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek (sk nomor...Chynthya Riiweuh
 
(2)PPT Visitasi Wahana PIDGI.pptx
(2)PPT Visitasi Wahana PIDGI.pptx(2)PPT Visitasi Wahana PIDGI.pptx
(2)PPT Visitasi Wahana PIDGI.pptxRajif4
 
Standar pelayanan gigi di puskesmas
Standar pelayanan gigi di puskesmasStandar pelayanan gigi di puskesmas
Standar pelayanan gigi di puskesmasJoni Iswanto
 
Petunjuk teknis apotek berdasarkan SK menkes 10272004
Petunjuk teknis apotek berdasarkan SK menkes 10272004Petunjuk teknis apotek berdasarkan SK menkes 10272004
Petunjuk teknis apotek berdasarkan SK menkes 10272004Achmad Fauzi Al' Amrie
 
09 pelayanan g igi & prothesa gigi
09 pelayanan g igi & prothesa gigi09 pelayanan g igi & prothesa gigi
09 pelayanan g igi & prothesa gigihodijahkamil
 
Standar perawatan gigi
Standar perawatan gigiStandar perawatan gigi
Standar perawatan gigiJoni Iswanto
 
SOP SCALING.docx
SOP SCALING.docxSOP SCALING.docx
SOP SCALING.docxelina183093
 
Panduan Praktik Klinik di Faskes Primer.pdf
Panduan Praktik Klinik di Faskes Primer.pdfPanduan Praktik Klinik di Faskes Primer.pdf
Panduan Praktik Klinik di Faskes Primer.pdfNajwa852066
 
Sk tim ppi sibela 2019 oke
Sk tim ppi sibela 2019 okeSk tim ppi sibela 2019 oke
Sk tim ppi sibela 2019 okeNataliananovita
 
1203407607 standar pelayanan farmasi di rs
1203407607 standar pelayanan farmasi di rs 1203407607 standar pelayanan farmasi di rs
1203407607 standar pelayanan farmasi di rs Dewi Novalina
 
1203407607 standar pelayanan farmasi di rs (1)
1203407607 standar pelayanan farmasi di rs  (1)1203407607 standar pelayanan farmasi di rs  (1)
1203407607 standar pelayanan farmasi di rs (1)BabangPattimura
 
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran IndonesiaMajelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran IndonesiaGina Rothera
 

Similar to PEDOMAN KLINIS (20)

Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgiPanduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
 
Buku pedoman P3KGB 2014
Buku pedoman P3KGB 2014Buku pedoman P3KGB 2014
Buku pedoman P3KGB 2014
 
Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141Buku rekam-medik-kg-20141
Buku rekam-medik-kg-20141
 
pedoman praktik doktergcfiuf7fyd5s6sd6e6
pedoman praktik doktergcfiuf7fyd5s6sd6e6pedoman praktik doktergcfiuf7fyd5s6sd6e6
pedoman praktik doktergcfiuf7fyd5s6sd6e6
 
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUSPENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
 
Petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek (sk nomor...
Petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek (sk nomor...Petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek (sk nomor...
Petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek (sk nomor...
 
(2)PPT Visitasi Wahana PIDGI.pptx
(2)PPT Visitasi Wahana PIDGI.pptx(2)PPT Visitasi Wahana PIDGI.pptx
(2)PPT Visitasi Wahana PIDGI.pptx
 
Standar pelayanan gigi di puskesmas
Standar pelayanan gigi di puskesmasStandar pelayanan gigi di puskesmas
Standar pelayanan gigi di puskesmas
 
Petunjuk teknis apotek berdasarkan SK menkes 10272004
Petunjuk teknis apotek berdasarkan SK menkes 10272004Petunjuk teknis apotek berdasarkan SK menkes 10272004
Petunjuk teknis apotek berdasarkan SK menkes 10272004
 
09 pelayanan g igi & prothesa gigi
09 pelayanan g igi & prothesa gigi09 pelayanan g igi & prothesa gigi
09 pelayanan g igi & prothesa gigi
 
Sejarah keperawatan gigi di indonesia
Sejarah keperawatan gigi di indonesiaSejarah keperawatan gigi di indonesia
Sejarah keperawatan gigi di indonesia
 
Sejarah keperawatan gigi di indonesia
Sejarah keperawatan gigi di indonesiaSejarah keperawatan gigi di indonesia
Sejarah keperawatan gigi di indonesia
 
Sejarah keperawatan gigi di indonesia
Sejarah keperawatan gigi di indonesiaSejarah keperawatan gigi di indonesia
Sejarah keperawatan gigi di indonesia
 
Standar perawatan gigi
Standar perawatan gigiStandar perawatan gigi
Standar perawatan gigi
 
SOP SCALING.docx
SOP SCALING.docxSOP SCALING.docx
SOP SCALING.docx
 
Panduan Praktik Klinik di Faskes Primer.pdf
Panduan Praktik Klinik di Faskes Primer.pdfPanduan Praktik Klinik di Faskes Primer.pdf
Panduan Praktik Klinik di Faskes Primer.pdf
 
Sk tim ppi sibela 2019 oke
Sk tim ppi sibela 2019 okeSk tim ppi sibela 2019 oke
Sk tim ppi sibela 2019 oke
 
1203407607 standar pelayanan farmasi di rs
1203407607 standar pelayanan farmasi di rs 1203407607 standar pelayanan farmasi di rs
1203407607 standar pelayanan farmasi di rs
 
1203407607 standar pelayanan farmasi di rs (1)
1203407607 standar pelayanan farmasi di rs  (1)1203407607 standar pelayanan farmasi di rs  (1)
1203407607 standar pelayanan farmasi di rs (1)
 
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran IndonesiaMajelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
 

More from dentalid

Inpres nomor 3 tahun 2017
Inpres nomor 3 tahun 2017Inpres nomor 3 tahun 2017
Inpres nomor 3 tahun 2017dentalid
 
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya PencegahannyaGangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannyadentalid
 
Renstra Kemenkes 2015 2019
Renstra Kemenkes 2015 2019Renstra Kemenkes 2015 2019
Renstra Kemenkes 2015 2019dentalid
 
Diagnosis and conservative treatment of skeletal
Diagnosis and conservative treatment of skeletalDiagnosis and conservative treatment of skeletal
Diagnosis and conservative treatment of skeletaldentalid
 
Evaluation of shear bond strength of veneering
Evaluation of shear bond strength of veneeringEvaluation of shear bond strength of veneering
Evaluation of shear bond strength of veneeringdentalid
 
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...dentalid
 
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIAKODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIAdentalid
 
Odontologi Forensik
Odontologi ForensikOdontologi Forensik
Odontologi Forensikdentalid
 
Global economic impact of dental diseases
Global economic impact of dental diseasesGlobal economic impact of dental diseases
Global economic impact of dental diseasesdentalid
 
Visagism : The Art of Dental Composition
Visagism : The Art of Dental CompositionVisagism : The Art of Dental Composition
Visagism : The Art of Dental Compositiondentalid
 
Peran dokter gigi dalam tindak pidana
Peran dokter gigi dalam tindak pidanaPeran dokter gigi dalam tindak pidana
Peran dokter gigi dalam tindak pidanadentalid
 
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of DentistryImportance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistrydentalid
 
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)dentalid
 

More from dentalid (13)

Inpres nomor 3 tahun 2017
Inpres nomor 3 tahun 2017Inpres nomor 3 tahun 2017
Inpres nomor 3 tahun 2017
 
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya PencegahannyaGangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya
 
Renstra Kemenkes 2015 2019
Renstra Kemenkes 2015 2019Renstra Kemenkes 2015 2019
Renstra Kemenkes 2015 2019
 
Diagnosis and conservative treatment of skeletal
Diagnosis and conservative treatment of skeletalDiagnosis and conservative treatment of skeletal
Diagnosis and conservative treatment of skeletal
 
Evaluation of shear bond strength of veneering
Evaluation of shear bond strength of veneeringEvaluation of shear bond strength of veneering
Evaluation of shear bond strength of veneering
 
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
 
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIAKODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
 
Odontologi Forensik
Odontologi ForensikOdontologi Forensik
Odontologi Forensik
 
Global economic impact of dental diseases
Global economic impact of dental diseasesGlobal economic impact of dental diseases
Global economic impact of dental diseases
 
Visagism : The Art of Dental Composition
Visagism : The Art of Dental CompositionVisagism : The Art of Dental Composition
Visagism : The Art of Dental Composition
 
Peran dokter gigi dalam tindak pidana
Peran dokter gigi dalam tindak pidanaPeran dokter gigi dalam tindak pidana
Peran dokter gigi dalam tindak pidana
 
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of DentistryImportance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
 
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
 

Recently uploaded

B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxUswaTulFajri
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFRisaFatmasari
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptRaniNarti
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...WulanNovianti7
 

Recently uploaded (17)

B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
 

PEDOMAN KLINIS

  • 1. PEDOMAN PENGAJUAN PENUGASAN KLINIS BAGI DOKTER GIGI DI RUMAH SAKIT Kolegium Dokter Gigi Indonesia 2016
  • 2. KATA PENGANTAR Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit telah menambah satu syarat baru bagi dokter gigi yang akan berpraktek di rumah sakit yaitu harus dimilikinya Surat Penugasan Klinis dari pimpinan rumah sakit. Pemberian Surat Penugasan Klinis dilakukan oleh pimpinan rumah sakit setelah proses kredensial dilakukan oleh Komite Medik, berdasarkan ajuan kewenangan klinis yang disampaikan oleh dokter gigi bersangkutan. Dalam prakteknya, ternyata kewenangan klinis yang diajukan beragam dan tidak terstandar karena tidak adanya pedoman yang mengaturnya, padahal kompetensi dasar dari seorang dokter gigi adalah sama dimanapun ia bertugas. Untuk itulah Kolegium Dokter Gigi Indonesia (KDGI) menerbitkan “Pedoman Pengajuan Penugasan Klinis Bagi Dokter Gigi di Rumah Sakit”, untuk dapat dijadikan acuan bagi dokter gigi umum non spesialis yang bertugas di rumah sakit seluruh Indonesia. Pedoman ini dibuat berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (SKDGI) yang disyahkan melalui Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 40 Tahun 2015. Dengan demikian isinya sejalan dengan SKDGI yang merupakan keputusan bersama para pemangku kepentingan di bidang kedokteran gigi Indonesia. Akhirul kalam semoga pedoman ini dapat menunjang bagi dokter gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi kepada masyarakat di rumah sakit seluruh Indonesia. Jakarta, 15 Mei 2016
  • 3. SURAT KEPUTUSAN KOLEGIUM DOKTER GIGI INDONESIA PERSATUAN DOKTER GIGI INDONESIA Nomor : 31/SK-KDGI/V/2016 Tentang PEDOMAN PENGAJUAN PENUGASAN KLINIS BAGI DOKTER GIGI DI RUMAH SAKIT Menimbang : Bahwa untuk kelancaran proses legal pratik dokter gigi umum non spesialis di rumah sakit dipandang perlu dibuat pedoman pengajuan penugasan klinis Mengingat : Memperhatikan: 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. 2. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran 3. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 tentang Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia. 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/MENKES/ PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit 5. Anggaran Dasar/Rumah Tangga Persatuan Dokter Gigi Indonesia 6. Surat Keputusan Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia Nomor SKEP/391/PBPDGI/X/2015 tentang Pengukuhan Anggota Kolegium Dokter Gigi Indonesia Periode 2014-2017 7. Surat Keputusan Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia Nomor SKEP/392/PBPDGI/X/2015 tentang Ketua dan Kepengurusan Kolegium Dokter Gigi Indonesia Periode 2014-2017 Hasil rapat Kolegium Dokter Gigi dengan unsur perwakilan rumah sakit pada tanggal 25 Februari 2016 MEMUTUSKAN Menetapkan : Pedoman Pengajuan Penugasan Klinis Bagi Dokter Gigi di Rumah Sakit Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diperbaiki sebagaimana mestinya. Jakarta, 15 Mei 2016
  • 4. PENDAHULUAN Kehadiran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, telah mengubah norma yang sebelumnya dijalankan di dunia kedokteran gigi Indonesia, salah satunya adalah mengenai kompetensi. Kompetensi menurut undang- undang tersebut dituangkan dalam Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (SKDGI) yang disusun asosiasi institusi pendidikan kedokteran gigi serta kolegium kedokteran gigi, untuk kemudian disyahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Sebagai salah satu turutan dari undang-undang tersebut, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit yang telah menambah satu syarat baru bagi dokter gigi yang akan berpraktek di rumah sakit yaitu harus dimilikinya Surat Penugasan Klinis dari pimpinan rumah sakit. Dengan demikian sebelum seorang dokter gigi dapat berpraktek di rumah sakit, yang bersangkutan harus memiliki : 1. Sertifikat Kompetensi dari Kolegium Dokter Gigi Indonesia (KDGI) 2. Surat Tanda Registrasi dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) 3. Surat Izin Praktek (SIP) dari Dinas Kesehatan / Pemerintah Daerah 4. Surat Penugasan Klinis dari pimpinan rumah sakit Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan kepala/direktur rumah sakit kepada staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya. Isi dari penugasan klinis adalah kewenangan klinis (clinical privilege) yaitu hak khusus seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk periode tertentu. Hak ini didapat seorang dokter gigi setelah melalui proses evaluasi (kredensial/rekredensial) yang dilakukan oleh Komite Medik rumah sakit. PROSEDUR PENGAJUAN Pengajuan penugasan klinis dilakukan oleh seorang dokter gigi dengan membuat surat ajuan (Lampiran I) yang ditujukan kepada direktur/kepala rumah sakit. Surat ini dilampiri
  • 5. dengan daftar kewenangan klinis (Lampiran II) yang disusun / diisi berdasarkan pertimbangan pribadi dokter gigi pengaju. Daftar kewenangan klinis yang menjadi Lampiran II dari pedoman ini adalah kewenangan klinis sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia. Pada saat pengajuan, seorang dokter gigi wajib menilai dirinya sendiri, mana yang masih dapat dilakukannya dan mana yang sudah tidak dapat dilakukannya. Apabila ada pendidikan dan/atau pelatihan tambahan yang dipandang menimbulkan kewenangan klinis di luar kewenangan klinis sebagaimana tercantum sebagai Lampiran II pedoman ini, dokter gigi pengaju perlu memastikan bahwa kewenangan tersebut bukan kewenangan dokter gigi spesialis atau tenaga medis lainnya serta didapat dari pendidikan dan/atau pelatihan yang sesuai dengan Pedoman dan Petunjuk Pelaksaan Pendidikan dan Pelatihan Profesionalisme Kedokteran Gigi Berkelanjutan (P3KGB). DAFTAR KEWENANGAN KLINIS 1. Anamnesis 2. Mengenali gejala dan tanda klinis penyakit/kelainan diluar penyakit/kelainan gigi dan mulut, untuk kemudian dilakukan rujukan 3. Pemeriksaan intra dan ekstra oral 4. Interpretasi hasil pemeriksaan radiologi 5. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium klinik 6. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium patologi anatomi 7. Menegakan diagnosis penyakit/kelainan gigi dan mulut 8. Menetapkan prognosis dan rencana perawatan penyakit/kelainan gigi dan mulut 9. Mengisi rekam medis 10. Membuat surat rujukan 11. Membuat resep 12. Membuat surat keterangan sakit 13. Melakukan komunikasi dan edukasi terhadap pasien/keluarga pasien tentang penyakit/kelainan gigi dan mulut 14. Sterilisasi dan asepsis 15. Perawatan lesi ringan pada jaringan mulut 16. Anastesi lokal 17. Pencabutan gigi 18. Odontektomi M3 Kelas I A 19. Alveolektomi 1 regio 20. Incisi abses intra oral 21. Fiksasi interdental dengan komposit/kawat 22. Penatalaksanaan perdarahan 23. Penatalaksanaan sinkop 24. Penatalaksanaan shock anaphylactic 25. Basic Life Support 26. Reposisi TMJ et causa dislokasi
  • 6. 27. Penatalaksanaan tingkah laku anak 28. Pit dan fissure sealant 29. Topikal aplikasi fluor 30. Prepentive Adhesive Restoration 31. Space maintainer 32. Space regainer 33. Tumpatan gigi Kelas I, II, III, IV, V, dan VI 34. Inlay 35. Onlay 36. Mahkota pasak 37. Pulp capping direct 38. Pulp capping indirect 39. Perawatan saluran akar akar tunggal/jamak tanpa penyulit 40. Bleaching extra coronal 41. Scaling dan Root Planning 42. Kuretase jaringan pendukung gigi 43. Occlusal adjustment 44. Gingivektomi 45. Splinting 46. Bedah flap periodontal 47. Terapi dentin hipersensitif 48. Pencetakan gigi dan pembuatan model 49. Analisis model 50. Pembuatan gigi tiruan lepasan kasus sederhana 51. Pembuatan jembatan kasus sederhana 52. Reparasi dan/atau relaining gigi tiruan 53. Perawatan maloklusi sederhana / Tipe I Dental 54. Tracing foto sefalometri 55. Pembuatan radiografik periapikal 56. Pembuatan radiografik oklusal 57. Pembuatan radiografik bite wing 58. Pemeriksaan radiologi foreksi gigi 59. Pemrosesan film 60. Pengukuran indeks kesehatan gigi dan mulut
  • 7. LAMPIRAN I Surat Keputusan Kolegium Dokter Gigi Indonesia (KDGI) Nomor : 31/SK-KDGI/V/2016 Tanggal : 15 Mei 2016 Kepada Yth Direktur Utama Rumah Sakit ………………… di …..………………………… Dengan hormat, Memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 bersama ini saya mengajukan permohonan Surat Penugasan Klinis dengan kewenangan klinis yang dimohonkan terlampir bersama surat ini. Sebagai pertimbangan terlampir fotokopi : 1. Surat Tanda Registrasi 2. Surat Izin Praktek di rumah sakit 3. Sertifikat penunjang ajuan kewenangan klinis tambahan … lembar Demikian permohonan saya ajukan, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. ………………….., … ……………………. 20… Dokter Gigi yang mengajukan _________________________ ………………………………..
  • 8. LAMPIRAN II Surat Keputusan Kolegium Dokter Gigi Indonesia (KDGI) Nomor : 31/SK-KDGI/V/2016 Tanggal : 15 Mei 2016 RINCIAN KEWENANGAN KLINIS DOKTER GIGI DI RUMAH SAKIT Nama Dokter : ………………………………………………………………………………. Nomor Sertfikat Kompetensi : ………………………………………………………………………………. Nomor Surat Tanda Registrasi : ………………………………………………………………………………. Nama Rumah Sakit : ………………………………………………………………………………. No Rincian Kewenangan Klinis Diajukan Disetujui 1 2 3 1 2 3 1 Anamnesis 2 Mengenali gejala dan tanda klinis penyakit/kelainan diluar penyakit/kelainan gigi dan mulut, untuk kemudian dilakukan rujukan 3 Pemeriksaan intra dan ekstra oral 4 Interpretasi hasil pemeriksaan radiologi 5 Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium klinik 6 Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium patologi anatomi 7 Menegakan diagnosis penyakit/kelainan gigi dan mulut 8 Menetapkan prognosis dan rencana perawatan penyakit/kelainan gigi dan mulut 9 Mengisi rekam medis 10 Membuat surat rujukan 11 Membuat resep 12 Membuat surat keterangan sakit 13 Melakukan komunikasi dan edukasi terhadap pasien/keluarga pasien tentang penyakit/kelainan gigi dan mulut 14 Sterilisasi dan asepsis 15 Perawatan lesi ringan pada jaringan mulut 16 Anastesi lokal 17 Pencabutan gigi 18 Odontektomi M3 Kelas I A 19 Alveolektomi 1 regio 20 Incisi abses intra oral 21 Fiksasi interdental dengan komposit/kawat 22 Penatalaksanaan perdarahan 23 Penatalaksanaan sinkop 24 Penatalaksanaan shock anaphylactic 25 Basic Life Support 26 Reposisi TMJ et causa dislokasi 27 Penatalaksanaan tingkah laku anak 28 Pit dan fissure sealant 29 Topikal aplikasi fluor 30 Prepentive Adhesive Restoration 31 Space maintainer 32 Space regainer
  • 9. 33 Tumpatan gigi Kelas I, II, III, IV, V, dan VI 34 Inlay 35 Onlay 36 Mahkota pasak 37 Pulp capping direct 38 Pulp capping indirect 39 Perawatan saluran akar akar tunggal/jamak tanpa penyulit 40 Bleaching extra coronal 41 Scaling dan Root Planning 42 Kuretase jaringan pendukung gigi 43 Occlusal adjustment 44 Gingivektomi 45 Splinting 46 Bedah flap periodontal 47 Terapi dentin hipersensitif 48 Pencetakan gigi dan pembuatan model 49 Analisis model 50 Pembuatan gigi tiruan lepasan kasus sederhana 51 Pembuatan jembatan kasus sederhana 52 Reparasi dan/atau relaining gigi tiruan 53 Perawatan maloklusi sederhana / Tipe I Dental 54 Tracing foto sefalometri 55 Pembuatan radiografik periapikal 56 Pembuatan radiografik oklusal 57 Pembuatan radiografik bite wing 58 Pemeriksaan radiologi foreksi gigi 59 Pemrosesan film 60 Pengukuran indeks kesehatan gigi dan mulut Kewenangan Tambahan 60 Dosen pendidik klinik profesi dokter gigi 61 62 63 Keterangan : 1 : Tidak memiliki kewenangan klinis 2 : Memiliki kewenangan klinis di bawah supervisi dokter lain 3 : Memiliki kewenangan klinis mandiri …………………….., … …………………… 20… Dokter Gigi yang mengajukan _________________________ ……………………………….