SlideShare a Scribd company logo
1 of 64
1
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus
Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat
disusun oleh:
Andriani Putri Agustania 1006719734
Febie Karmani Putra 1006719936
Gina Fazrina 1006719961
Nurul Hikmah Purwaningtyas 1006720250
Putri Damayanti 1006778314
Tari Sarastuti 1006778402
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
BIDANG STUDI KEDOKTERAN
PROGRAM VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA
OKTOBER 2012
i
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah konferensi kasus telah dikoreksi, disetujui, dan diterima oleh
Pembimbing Praktek Klinik Program Vokasi Bidang Studi Kedokeran Program
Studi Fisioterapi untuk melengkapi tugas Praktek Klinik I, pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 17 Oktober 2012
Nama Pembimbing : (Tanda Tangan)
Sri Widayat Ismiati, S.Pd., SST.Ft. …………………..
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah laporan kasus ini yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus
Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat”.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi
tugas dalam Praktek Klinik I Semester V mahasiswa Universitas Indonesia
Program Vokasi Bidang Studi Kedokteran Program Studi Fisioterapi. dan sebagai
bahan pembelajaran mengenai kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat di
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing, staf, dan dokter di RSPAD Gatot
Soebroto yang telah membantu dalam memberikan kelengkapan materi makalah
ini dan kepada para instruktur fisioterapi di RSPAD Gatot Soebroto, juga pasien
yang telah bersedia memberikan waktu untuk menjadi objek dalam makalah ini,
kepada orang tua dan teman-teman Fisioterapi yang telah memberikan bantuan
baik material maupun spiritual sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari makalah ini
masih belum sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap saran dan kritik
membangun dari pembaca guna penulisan makalah berikutnya yang lebih baik.
Jakarta, 17 Oktober 2012
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ...........................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................v
DAFTAR TABEL.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
B. Tujuan Penulisan
C. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulian
F. Sistematika Penulisaan
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi Otak
B. Definisi Cerebral Palsy
C. Epidemiologi Cerebral Palsy
D. Etiologi Cerebral Palsy
E. Patofisiologi Cerebral Palsy
F. Gambaran Klinis Cerebral Palsy
G. Diagnosa Fisioterapi
H. Prognosis Cerebral Palsy
I. Penatalaksanaan Fisioterapi
BAB III LEMBAR ASSESSMENT FISIOTERAPI
A. Pengumpulan Data Identitas Pasien
B. Pengumpulan Data Riwayat Penyakit
C. Pemeriksaan
iv
1. Pemeriksaan Umum
2. Pemeriksaan Khusus
D. Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang
E. Identifikasi Problematik Fisioterapi
F. Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan Prioritas
G. Diagnosis Fisioterapi
H. Program Pelaksanaan Fisioterapi
I. Pengumpulan Data Program Fisioterapi dari Dokter Rehabilitasi Medik
J. Tujuan
K. Metode Pemberian Fisioterapi
L. Uraian Tindakan
M. Program untuk di Rumah
N. Evaluasi
O. Prognosis
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Cerebral Palsy merupakan kondisi yang erat kaitanya dengan defisit
sistem saraf pusat yang bersifat tidak progresif. Masalah pada Cerebral Palsy
biasanya didapat pada awal kelahiran. Cerebral Palsy bersifat permanen tetapi
tidak mengubah kerusakan neurodevelomnetal yang disebabkan kecacatan atau
kerusakan yang bersifat tidak progresif dalam satu atau beberapa lokasi di otak
yang immature.
Dalam kasus ini dibutuhkan tim dari pelayanan kesehatan masyarakat
berupa Fisioterapi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan masyarakat
yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan,
memelihara, dan memulihkan gerak serta fungsi tubuh manusia sepanjang daur
kehidupan dengan pelaksanaan manual, modality, pelatihan fungsi, dan
komunikasi.
Berdasarkan keadaan di atas, maka perlu adanya suatu bahasan dan
intervensi Fisioterapi dalam menangani masalah yang dihadapi oleh pasien
dengan Cerebral Palsy. Oleh karena itu, sebagai calon Fisioterapis, penulis merasa
bertanggungjawab dan dituntut untuk membantu mempertahankan, memelihara,
dan meningkatkan kapasitas fungsional sesuai derajat cerebral palsy yang dimiliki
pasien.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum:
1. Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kelulusan dalam
praktek klinik.
2. Untuk menerapkan pengetahuan penulis dalam penatalaksanaan
fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat
2
Tujuan Khusus:
1. Mengetahui anatomi otak dan sistem saraf pusat
2. Mengetahui definisi dan epidemiologi dari Cerebral Palsy Spastik
Quadriplegi Berat
3. Mengetahui patofisiologi dan etiologi Cerebral Palsy Spastik
Quadriplegi Berat
4. Mengetahui manifestasi klinis dan prognosis Cerebral Palsy Spastik
Quadriplegi Berat
5. Mengetahui anamnesa, problematik dan diagnosis, serta intervensi
Fisioterapi yang tepat dalam penatalaksanaan kasus Cerebral Palsy
Spastik Quadriplegi Berat.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy
Spastik Quadriplegi Berat ?
2. Apa saja kekhususan yang harus diperhatikan dalam penanganan
Fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat ?
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis:
Dengan penulisan makalah ini, akan menambah pengetahuan,
pengalaman, dan pemahaman bagi penulis dalam penatalaksanaan
Fisioterapi pada kondisi Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat.
2. Bagi Institusi:
Dapat digunakan sebagai bahan kajian dan laporan kasus, serta
menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
3. Bagi Masyarakat Umum:
Menambah pengetahuan dikalangan masyarakat umum tentang
terapi yang bermanfaat bagi pasien dengan kasus Cerebral Palsy
Spastik Quadriplegi Berat .
3
E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah Metode Penanganan
Langsung serta Metode Studi Pustaka dan Website.
F. Sistematika Penulisan
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang Permasalahan
B. Tujuan Penulisan
C. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
4. Bab II Pembahasan Kasus
5. Bab III Laporan Kasus
6. Bab IV Penutup
7. Daftar Pustaka
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi Otak
Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat, yang terdiri atas
jaras saraf di otak dan medula spinalis, dan system saraf perifer, yang terdiri
atas saraf yang mempersarafi bagian tubuh lainnya. Koordinasi system saraf
pusat dan perifer memungkinkan kita bergerak, berbicara, berpikir, dan
berespons.
1. KONSEP FISIOLOGIS
1) NEURON
Neuron, yang juga disebut dengan sel saraf , adalah unit fungsional
system saraf dan merupakan sel yang sangat khusus. Maturasi saraf terjadi
sebelum atau segera setelah lahir. Saat matur, neuron tidak menjalani
reproduksi sel dan tidak dapat diganti. Setiap neuron berfungsi untuk
menerima stimulus yang dating dari, dan mengirim stimulus yang keluar ke
saraf lain, otot, atau kelenjar. Neuron melewati dan menerima sinyal melalui
perubahan aliran ion bermuatan listrik bolak-balik melintasi membrane sel
neuron.
2) BAGIAN NEURON
Kebanyakan neuron memiliki empat bagian : dendrite, ujung aferen
yang menerima sinyal yang dating; badan sel, bagian tengah yang
mengandung nucleus; akson, pemanjangan tempat lewatnya sinyal; dan
terminal akson, yang bercabang dari akson dan menyampaikan sinyal ke sel
lain.
- Dendrit
Dendrit adalah perluasan saraf dari badan sel. Dendrit adalah bagian neuron yang
menerima stimulasi dari saraf lain. Setiap neuron dapat memiliki cabang dendrite.
Eksitasi neuron biasanya berawal di dendrite. Dendrit membawa eksitasinya ke
segmen yang berdekatan, yaitu badan sel
4
- Badan Sel
Badan sel mengandung organel tipikal sel manusia. Nukleus, yang
mengandung informasi genetic neuron, mengarahkan produksi protein, enzim, dan
neurotransmitter yang diperlukan oleh saraf untuk fungsi tepatnya. Badan sel
mengantarkan zat tersebut ke bagian neuron lainnya sesuai kebutuhan. Walaupun
eksitasi saraf biasanya berawal dengan eksitasi dendrite, badan sel kadangkala
dapat distimulasi secara langsung oleh stimulus yang dating dari neuron lain dan
oleh stimulus kimia dan listrik. Badan sel menyampaikan sinyal listrik ke segmen
berikutnya, yaitu akson.
- Akson
Tonjolan dari badan sel adalah akson, bagian pangkalnya disebut segmen
inisial atau zona pemicu. Akson adalah serabut panjang tempat lewatnya sinyal
listrik yang dimulai di dendrite dan badan sel. Akson mentransmisikan sinyal awal
ke neuron lain atau ke otot atau kelenjar. Percabangan batang utama akson dapat
berupa serabut kolateral multiple. Serabut kolateral menyampaikan informasi ke
banyak sel saraf lain yang saling berhubungan, dengan meningkatkan pengaruh
neuron di sepanjang system saraf. Di sepanjang akson, protein kontraktil dan
mikrotubulus mengangkut zat yang dihasilkan di badan sel.
Akson juga disebut serabut saraf ; banyak serabut saraf yang melintas
bersama di suatu berkas disebut saraf. Pada beberapa saraf, akson ditutup oleh
lapisan lemak yang terisolasi yang disebut, myelin. Mielin diproduksi ketika sel
penyokong membungkus membrane plasmanya di sekitar akson. Pada system
saraf perifer, sel penyokong adalah sel Schwann. Pada system saraf pusat, myelin
dihasilkan oleh tipe sel khusus, oligodendrosit. Mielin meningkatkan kecepatan
sinyal listrik yang ditransmisikan melalui akson.
- Terminal Akson
Di ujung setiap batang akson utama dan kolateral, percabangan meluas.
Percabangan akson yang terakhir ini disebut terminal akson. Melalui terminal
akson, sinyal listrik disampaikan ke dendrite atau badan sel neuron kedua. Di
system saraf perifer, sinyal juga dapat disampaikan ke sel otot atau kelenjar.
5
- Kategori Neuron
Neuron yang membawa informasi dari system saraf perifer ke system saraf
pusat disebut neuron sensorik atau neuron aferen. Neuron ini adalah satu-satunya
tipe sel saraf yang tidak memiliki dendrite, tetapi memiliki reseptor di ujung
distalnya yang mendekati stimulus kimia atau fisik. Neuron yang membawa
informasi keluar dari system saraf ke berbagai organ target (sel otot, saraf lain,
atau kelenjar) disebut neuron motorik atau neuron eferen. Kelompok neuron
ketiga menyampaikan pesan antara neuron aferen dan neuron eferen. Neuron ini
disebut interneuron. Hamper 99% dari semua neuron di tubuh adalah interneuron
dan semua interneuron terletak di system saraf pusat
- Sinaps
Gambar 1- Serabut saraf dalam
medulla. Akson atau silinder aksis
berjalan dari sel ke ujung akhir
serabut saraf, dilindungi sebuah
sarung berlemak – sarung
meduler yang diselingi nodus
ranvier
Gambar 2 – Klasifikasi sel saraf sesuai dengan fungsinya ; aferen,
interneuron, dan eferen
6
Sinaps adalah titik pertautan antara dua neuron. Neuron berkomunikasi satu sama
lain dengan melepaskan zat kimia ke dalam celah kecil (celah sinaps) yang
memisahkan satu neuron dengan neuron lainnya. Zat kimia yang dilepaskan
neuron tertentu disebut neurotransmitter. Biasanya neurotransmitter dilepaskan
dari terminal akson satu neuron, berdifusi melintasi celah sinaps, dan berikatan
dengan reseptor pada dendrite atau badan sel neuron lain. Sel yang melepaskan
neurotransmitter disebut neuron prasinaps. Neuron yang melengkapi sinaps
disebut neuron pascasinaps.
- Neurotransmitter dan Neuromodulator
Kebanyakan neurotransmitter disintesis di badan sel dan disalukan mellui
akson ke terinal akson. Seringkali kotransmitter, yang disebut dengan
neuromodulator, adalah tipe zat kimia yang sedikit berbeda dengan
neurotransmitter. Neuromodulator biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk bekerja dan dapat berfungsi untuk meningkatkan atau mengurangi
transkripsi DNA dan sintesis protein. Neuron modulator sering mempengaruhi
respon sel pascasinaps terhadap neurotransmitter, dan berkaitan dengan fungsi
jangka panjang seperti belajar, mood, dan perkembangan.
Contoh neurotransmitter dan neuromodulator adalah sebagai berikut :
monoamine-norepinefrin, serotonin, dopamine, dan histamine; asam amino-asam
gama-aminobutirat (gama-aminobutyric acid, GABA), glisin, glutamate, dan
aspartat;asetilkolin; dan neuropeptida, yang meliputi endorphin, enkelfalin dan
substansi P, peptide intestinal vasoaktif (vasoactive intestinal peptide, VIP) dan
adenosine trifosfat (ATP).
Gambar 3- Di sinaps, neuron prasinaps
melepaskan zat kimia yang berdifusi
melintasi celah sinaps dan berikatan
dengan sel pasca sinaps.
7
Bahkan beberapa gas dapat berfungsi sebagai neurotransmitter, yang
meliputi nitrogen monoksida dan karbon dioksida. Gas tidak berikatan dengan
reseptor pascasinaps, namun berdifusi ke dalam sel pascasinaps untuk melakukan
kerja.
Beberapa neurotransmitter (mis., asetilkolin an norepinefrin) dapat
merangsang atau menghambat sel pascasinaps. Akan tetapi, neurotransmitter
seringkali memiliki efek yang sama (eksitasi atau inhibisi) pada semua sel yang
diikatnya. Contoh neurotransmitter inhibisi adalah GABA, glisin , nitrogen,
monoksida dan biasanya dopamine. Glutamin adalah contoh neurotransmitter
eksitasi.
3) PELINDUNG OTAK
Pelindung otak terdiri dari :
• Rambut, kulit, tulang tengkorak
(cranium)
• Darah sinus venosus
• Meninges , yang terbagi menjadi :
– Dura mater
– Membran Araknoid
– Pia mater
• Cairan Serebrospinal (CSS)
- Meninges
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti oleh membrane tipis yang
disebut “meninges” yang melindungi struktur syaraf , membawa pembuluh darah,
dan dengan sekresi sejenis cairan, yaitu cairan serebro-spinal yang berfungsi
memperkecil benturan atau goncangan. Meninges/ meningia terdiri atas 3 lapis,
yaitu; pia mater (“little mother”), yang terdapat tepat di atas otak, araknoid
(“seperti laba-laba”) sebagai lapisan tengah, dan dura mater (“thick mother”) di
bagian luar.
Gambar 4- Bagian-bagian pelindung otak
dan medulla spinalis
8
Ruangan di atas dura mater disebut epidural, dan ruangan di bawah dura
mater tetapi di atas araknoid disebut subdural. Ruang epidural dan subdural berisi
banyak pembuluh darah kecil. Kerusakan pada pembuluh darah tersebut
menyebabkan penimbunan darah di ruang epidural atau subdural. CSS
bersirkulasi di ruang subaraknoid (di bawah araknoid, di atas pia mater).
Meningitis adalah radang pada meninges ,gejalanya berupa bertambahnya
jumlah dan berubahnya susunan cairan serebro-spinal (CSS). Infeksi yang terjadi
disebabkan oleh bakteri atau virus; dan diagnosis dapat dilakukan dengan
memeriksa cairan serebro-spinal yang diambil melalui pungsi lumbal.
- Pia mater
Pia mater berada di dalam celah-celah pada otak dan sumsum tulang
belakang. Karena letaknya sangat erat , pia mater berfungsi menyediakan darah
pada otak dan sumsum tulang belakang.
- Araknoid
Merupakan selaput halus yang memisahkan pia mater dari dura mater.
- Dura mater
Duramater padat dan keras, terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar yang
melapisi tengkorak, dan lapisan dalam yang bersatu dengan lapisan luar, kecuali
pada bagian tertentu, tempat sinus-sinus terbentuk, dan tempat dura mater
membentuk bagian-bagian berikut : Falks serebri yang terletak diantara kedua
hemisfer otak. Tepi atas falks serebri membentuk sinus longitudinalis superior
atau sinus sagitalis superior yang menerima darah vena dari otak, dan tepi bawah
falks serebri membentuk sinus longitudinalis inferior atau sinus sagitalis inferior
yang menyalurkan darah keluar falks serebri. Tentorium serebeli memisahkan
serebelum dari serebrum. Diafragma selae adalah sebuah lipatan berupa cincin
dalam dura mater dan yang menutupi sela tursika, yaitu sebuah lekukan pada
tulang sphenoid , yang berisi hipofisis.
4) CAIRAN SEREBROSPINAL DAN VENTRIKEL
Cairan serebro-spinal bersifat alkali dan tidak berwarna. Walaupun CSS
dibentuk dari plasma yang mengalir melalui otak, konsentrasi elektrolit dan
9
glukosanya berbeda dari konsentrasi plasma. Tekanannya adalah 60 sampai 140
mm air. Fungsi CSS yaitu bekerja sebagai buffer, melindungi otak dan sumsum
tulang belakang dari getaran fisik, menghantarkan makanan ke jaringan sistem
syaraf pusat. CSS dibentuk sebagi hasil filtrasi, difusi, dan transport aktif yang
melintasi kapiler khusus ke dalam ventrikel (rongga) otak, terutama ventrikel
lateral. Jaringan kapiler yang berperan dalam pembentukan CSS disebut pleksus
koroideus. Pleksus koroid dibentuk jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat
halus dan ditutupi bagian pia mater yang membelok ke dalam ventrikel dan
menyalurkan cairan serebro-spinal.
Saat berada di dalam ventrikel, CSS mengalir ke arah batang otak. Melalui
lubang kecil di batang otak, CSS bersirkulasi ke permukaan otak dan medulla
spinalis. Di permukaan otak , CSS masuk ke system vena dan kembali ke jantung.
Dengan demikian, CSS terus-menerus mengalami resirkulasi pada system saraf
pusat. Apabila jalur konduksi ventrikel untuk CSS mengalami sumbatan, dapat
terjadi penimbunan cairan, yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan di
dalam dan permukaan otak.
Gambar 5 - Arah aliran : Ventrikel lateral  Ventrikel III 
Ventrikel IV  ruang subaraknoid yang mengelilingi seluruh
otak dan medula spinalis à vili araknoid à vena  absorpsi
10
- Sistem ventrikuler
Sistem ventrikel terdiri atas beberapa rongga dalam otak yang
berhubungan satu sama lain. Ke dalam rongga-rongga itulah pleksus koroid
menyalurkan cairan serebro-spinal. Kedua ventrikel lateral, masing-masing
berada satu pada tiap hemisfer otak, bersambung dengan ventrikel ketiga yang
terletak pada garis tengah antara kedua thalamus. Ventrikel ketiga bersambung
dengan ventrikel keempat, yang terdapat diantara serebelum, pons, dan medulla
oblongata, melalui saluran kecil, akuaduktus serebri. Celah-celah pada atap
ventrikel keempat memungkinkan cairan serebro-spinal memasuki ruang
subaraknoid yang mengelilingi keseluruhan otak dan sumsum tulang belakang.
- Pungsi lumbal.
Karena sumsum tulang belakang berakhir pada ketinggian vertebrae
lumbalis pertama atau kedua dan ruang subarachnoid memanjang terus hingga
ketinggian vertebrae sakralis kedua, contoh cairan serebro-spinal dapat disedot
keluar dengan menyuntikkan jarum pungsi lumbal ke dalam ruang sub arakhnoid
di antara titik-titik ini, dan tindakan ini disebut pungsi lumbal.
Pemeriksaan cairan serebro-spinal yang dilakukan dengan cara tersebut
dapat mengungkapkan keterangan penting tentang kemungkinan adanya
meningitis dan perdarahan subaraknoid pada otak.
2. BAGIAN-BAGIAN OTAK
Perkembangan otak terletak di dalam rongga cranium tengkorak. Otak
berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala
pembesaran : otak awal, yang disebut otak depan, otak tengah, dan otak belakang.
Otak depan, menjadi belahan otak (hemisferium serebri), korpus
striatum dan talami (thalamus dan hipotalamus)
Otak tengah, otak tengah (diensefalon)
Otak belakang, pons Varoli
medulla Oblongata ketiga bagian ini membentuk
Batang otak
serebelum
11
1) SEREBRUM
Mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak, yang masing-masing
disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Serebrum terdiri atas 2
belahan (hemisfer) besar sel saraf (substansi kelabu) dan serabut saraf (substansi
putih). Lapisan luar substansi kelabu disebut korteks. Kedua hemisfer otak itu
dipisahkan celah yang dalam, tetapi bersatu kembali pada bagian bawahnya
melalui korpus kalosum , yaitu masa substansi putih yang terdiri atas serabut
syaraf. Di sebelah bawahnya lagi terdapat kelompok-kelompok substansi kelabu
atau ganglia basalis.
Fungsi serebrum. Hal ini telah disinggung dalam berbagai hal yang telah
diuraikan di atas. Singkatnya adalah : Korteks serebri mengandung pusat-pusat
lebih tinggi yang berfungsi mengontrol mental, tingkah laku, pikiran, kesadaran,
moral, kemauan, kecerdasan, kemampuan berbicara, bahasa, dan beberapa
perasaan khusus.
Berbagai daerah pada otak. Fisura-fisura dan ulkus-ulkus membagi
hemisfer otak menjadi beberapa daerah. Korteks serebri bergulung-gulung dan
terlipat secara tidak teratur, sehingga memungkinkan luas permukaan substansi
kelabu bertambah. Lekukan diantara gulungan-gulungan itu disebut sulkus, dan
sulkus yang paling dalam membentuk fisura longitudinal dan lateralis. Fisura-
fisura dan sulkus-sulkus ini membagi otak dalam beberapa daerah atau “lobus”
yang letaknya sesuai dengan tulang yang berada di atasnya, seperti lobus frontalis,
temporalis, parietalis, dan oksipitalis.
Fisura longitudinalis adalah celah dalam pada bidang medial yang
membagi serebrum menjadi hemisfer kanan dan kiri. Sekeping tipis dura mater
yang disebut falks serebri menyelipkan dirinya ke dalam fisura itu. Dengan cara
yang sama sebagian kecil dura mater, yang disebut falks serebeli, membagi
serebelum menjadi hemisfer kanan dan kiri.
Sulkus lateralis, atau fisura silvius , memisahkan lobus temporalis dari
lobus frontalis (pada sebelah anterior) dan dari lobus parietalis pada sebelah
posterior. Sulkus sentralis atau fisura Rolando memisahkan lobus frontalis dari
lobus parietalis. Lobus oksipitalis terletak di belakang lobus parietalis dan
12
Gambar 7- Alur penerimaan impuls (input,
proses, dan output)
Gambar 6- Susunan substansia putih
pada otak
bersandar pada tentorium serebeli, yaitu sebuah lipatan dura mater yang
memisahkan fosa kranialis tengah dan fosa kranialis posterior di bawahnya.
Korteks serebri terdiri atas banyak lapisan sel saraf yang merupakan substansi
kelabu serebrum. Korteks serebri ini tersusun dalam banyak gulungan-gulungan
dan lipatan yang tidak teratur, dan dengan demikian menambah daerah permukaan
korteks serebri, persis sama seperti melipat sebuah benda yang justru
memperpanjang jarak sampai titik ujung yang sebenarnya.
Substansi putih terletak agak lebih
dalam dan terdiri atas serabut saraf milik sel-
sel pada korteks. Substansi putih pada
hemisfer otak terdiri atas serabut saraf yang
bergerak ke dan dari korteks, dan
menyambungkan berbagai “pusat” pada otak
dengan sumsum tulang belakang.
Korteks serebri dibagi menjadi
beberapa daerah , sebagian memiliki fungsi
motorik, dan sebagian lagi memiliki fungsi
sensorik.
Daerah motorik terletak persis di
depan sulkus sentralis, dan memanjang terus
hingga sulkus lateralis. Daerah motorik
korteks mengandung sel-sel besar yang
merupakan awal jalur motorik yang
mengendalikan gerakan pada sisi lain
tubuh. Keseluruhan tubuh justru
dilukiskan terbalik yaitu : berturut-turut
dari atas ke bawah adalah daerah
motorik yang mengendalikan anggota
badan bawah, badan, anggota badan
atas, leher, dan akhirnya kepala, seperti
yang diperlihatkan dalam.
13
Pada orang-orang yang lazim menggunakan anggota badannya yang
sebelah kanan, Daerah Broca terletak pada sisi kiri hemisfer, sebaliknya pada
orang-orang kidal, Daerah Broca terletak pada sisi kanan hemisfer.
Korteks sensorik terletak persis di belakang sulkus sentralis. Di sini
berbagai sifat perasaan dirasakan dan lantas ditafsir. Daerah auditorik
(pendengaran) terletak pada lobus temporalis, persis di bawah fisura
longitudinalis. Di sini kesan atas suara diterima dan ditafsirkan. Daerah visual
(penglihatan) terletak pada ujung lobus oksipitalis yang menerima bayangan serta
kesan-kesan untuk ditafsirkan. Pusat pengecapan dan penciuman terletak agak di
sebelah depan pada lobus temporalis.
2) TALAMUS
Talamus menerima semua informasi sensorik yang datang (kecuali bau)
dan secara berturut-turut menyampaikan informasi tersebut melalui berbagai
traktus aferen ke bagian ain korteks serebri. Serabut desendens dari korteks
serebri juga berjalan ke bawah menuju thalamus. Fugsi korteks serebri bergantung
pada penyampaian thalamus. Talamus juga merupakan bagian dari system aktivasi
reticular (RAS) , suatu kelompok neuron yang luas yang penting dalam membuat
individu terjaga. Talamus menerima informasi nyeri dan menyampaikannya ke
korteks serebri.
Gambar 8– Lobus-lobus pada otak memiliki fungsi yang berbeda-beda
14
3) HIPOTALAMUS
Hipotalamus membentuk dasar diensefalon. Hipotalamus merupakan organ saraf
dan endokrin penting yang bertanggungjawab untuk mempertahankan
homeostasis (kestabilan lingkungan internal). Hipotalamus mengintegrasikan dan
mengarahkan informasi mengenai pengaturan suhu tubuh, lapar, dan haus,
aktivitas system saraf otonom, dan status emosi. Pengaturan kadar beberapa
hormone, termasuk hormone hipofisis.
4) GANGLIA BASALIS
Beberapa kelompok kecil substansi kelabu yang disebut ganglia atau
nuclei basalis terbenam dalam massa substansi putih pada setiap hemisfer otak.
Ganglia basalis tersusun dari beberapa struktur yang dapat dipisahkan secara
anatomis atau fisiologis, yang mencakup nucleus kaudatus dan putamen, dan
globus palidus. Struktur ini berhubungan erat dengan massa substansi kelabu yang
lain, yaitu thalamus yang terletak ditengah–tengah struktur itu. Semua proyeksi ke
dan dari ganglia basalis melalui thalamus. Ganglia basalis penting untuk
menginhibisi gerakan yang tidak perlu, mengontrol gerakan yang sangat terampil
yang memerlukan pola dan kecepatan respons tanpa pemikiran yang disengaja.
Ada kemungkinan besar system nucleus dan serabut ini, yang merupakan bagian
system ekstra-piramidal , mempengaruhi tonus dan sikap tubuh , menyatukan dan
Gambar 9– Daerah pada hipotalamus yang berfungsi untuk mengatur suhu tubuh,
lapar, dan haus, aktivitas system saraf otonom, dan status emosi
15
menyesuaikan gerakan-gerakan otot-sadar utama, yang merupakan tugas jalur
motorik desendens yang besar, atau system pyramidal.
Gangguan pada daerah-daerah ini menyebabkan tremor atau gemetaran pada saat
tidak bergerak; apabila bergerak, gerakan akan menjadi kaku. Contohnya pada
penyakit Parkinson atau paralisis agitans, yaitu keadaan progresif yang bermula
pada saat seseorang menginjak masa setengah umur. Gangguan itu tampak berupa
kepala tegang dan kaku, badan membungkuk, lengan dengan jari-jemari yang
kaku menggelantung di samping, jempol mendekati jari-jari lain seperti
menggelintir pil secara ritmik. Paha kaku dan agak susah bergerak. Pasien yang
menderita sakit ini hanya mampu melangkah dengan langkah-langkah pendek dan
pelan.
Kapsula interna terbentuk oleh berkas-berkas serabut motorik dan sensorik yang
menyambung korteks serebri dengan batang otak dan sumsum tulang belakang.
Pada saat melintasi pulau-pulau substansi kelabu, berkas-berkas saraf ini berpadu
satu sama lain dengan eratnya.
Trombosis arteri yang melayani kapsula interna dapat menimbulkan
kerusakan pada salah satu sisi tubuh (hemiplegia); kerusakan serebro-vaskuler
seperti itu disebut “stroke”.
5) BATANG OTAK
Batang otak terdiri atas otak tengah (diensefalon), pons Varoli dan medulla
Oblongata. Otak tengah mengandung pusat-pusat yang mengendalikan
Gambar 10– Potongan melintang otak yang menunjukkan ganglia basalis
16
keseimbangan dan gerakan-gerakan mata. Pons Varoli memiliki banyak serabut
yang berjalan menyilang pons untuk menghubungkan kedua lobus serebelum; dan
menghubungkan ke korteks serebri. Medula oblongata mengandung nucleus atau
badan sel dari berbagai saraf otak yang penting. Selin itu, medulla oblongata
mengandung “pusat-pusat vital” yang berfungsi mengendalikan pernapasan dan
system kardio-vaskuler.
6) SEREBELUM
Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Serebelum
mempunyai hubungan dengan berbagai bagian lain system persarafan. Tetapi
hubungannya yang terutama adalah dengan hemisfer serebri pada sisi yang lain
dengan batang otak. Selain itu, serebelum menerima serabut dari sumsum tulang
beakang dan berhubungan dengan pusat-pusat reflex penglihatan pada atap otak
tengah (diensefalon), dengan thalamus, dengan serabut-serabut saraf pendengaran.
Fungsi serebelum adalah mengatur sikap dan aktivitas sikap badan.
Serebelum berperan penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan.
Bila serabut kortiko-spinal yang melintas dari korteks serebri ke sumsum tulang
belakang mengalami penyilangan, dan dengan demikian mengendalikan gerakan
sisi lain tubuh , hemisfer, serebeli mengendalikan tonus otot dan sikap pada
sisinya sendiri.
Gambar 11- Bagian-bagian batang otak
17
Cedera unilateral pada serebelum mengakibatkan gangguan pada sikap dan
tonus otot. Gerakan sangat tidak
terkoordinasi. Seorang pasien yang
mengalami gangguan tersebut
mungkin tidak sanggup memasukkan
makanan ke mulutnya sendiri ,
terombang-ambing sewaktu berjalan,
dan cenderung jatuh ke arah sisi
badan yang mendapat cedera. Semua
gerakan sadar dan otot-otot anggota
badan menjadi lemah, dan cara
bicarapun lambat.
7) SISTEM LIMBIK
Sistem limbic adalah kelompok difus neuron dari area yang berbeda di otak.
Neuron di system limbic meliputi serabut dari semua lobus otak depan dan
hubungan yang luas dari hipotalamus dan thalamus. Area otak tengah dan otak
belakang juga mengirimkan proyeksi yang membentuk system limbic.
Hipokampus dianggap sebagai bagian system limbic dan berperan penting dalam
member kode dan mengonsolidasi memori. Amigdala, yang juga dianggap sebagai
bagian system limbic, terlibat dalam pembentukan emosi, agresi, dan perilaku
Gambar 12– Cerebellum
Gambar 13– Lokasi cingulate gyrus, thalamus,
hipocampus dan amygdala
18
seksual. Belajar dan perilaku juga dipengaruhi oleh beberapa system limbic dan
hubungan saraf-saraf otak.
Penyakit atau kerusakan pada saraf otak menyebakan timbul gejala-gejala sebagai
berikut :
1. Kehilangan daya penciuman
2. Penglihatan kabur atau hilang
3. Penglihatan rangkap , juling
4. Rasa sakit yang persisten (terus-menerus) pada wajah, atau rasa kaku pada
wajah bila diadakan langkah-langkah pembedahan guna meringankan rasa
sakit yang persisten itu, sakit gigi dan pengunyahan lemah.
5. Paralisa otot wajah
6. Tinitus atau pekak, pusing vestibular, kehilangan keseimbangan
7. Kesulitan menelan
8. Lidah lemah, yang mengakibatkan sulit mengunyah dan bicara
3. SAWAR DARAH OTAK
Sawar darah-otak adalah struktur unik system vascular otak yang
mencegah lewatnya material dari darah ke cairan seebrospinal di otak. Sawar
darah-otak terbentuk dari sel endotel yang berikatan erat di kapiler otak dan dari
sel yang melapisi ventrikel yang membatasi difusi dan filtrasi. Fungsi transport
khusus mengatur cairan yang keluar dari sirkulasi umum untuk membasahi sel
otak.. Banyak obat dan zat kimia tidak dapat menembus sawar darah-otak.
Gambar14 - Sawar darah otak
19
4. ALIRAN DARAH OTAK DAN METABOLISME OTAK
Otak menerima sekitar 15% curah jantung. Tingginya kecepatan aliran
darah ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan otak yang terus-menerus tinggi
akan glukosa dan oksigen.
Otak bersifat unik karena otak biasanya hanya menggunakan glukosa
sebagai sumber untuk fosforilasi oksidatif dan produksi ATP. Tidak seperti sel
yang lain, sel otak tidak menyimpan glukosa sebagai glikogen; dengan demikian,
otak harus secara terus-menerus menerima oksigen dan glukosa melalui aliran
darah otak. Deprivasi oksigen selama 5 menit dan deprivasi glukosa selama 15
menit, dapat menyebabkan kerusakan otak yang signifikan. Fungsi otak sangat
bergantung pada aliran darah, sehingga mungkin untuk mengidentifikasi bagian
otak mana yang melakukan tugas apa dengan mengukur aliran darah otak selama
aktivitas otak yang spesifik.
Penelitian memperlihatkan bahwa ketika melakukan banyak kerja mental,
otak mula-mula memproduksi ATP melalui glikolisis anaerob, bukan melalui
fosforilasi oksidatif. Glikolisis anaerob bergantung pada glukosa, tetapi tidak
memerlukan oksigen. Otak tetap melakukan hal ini walaupun tersedia oksigen.
Akibatnya adalah pemakaian dan deplesi glukosa yang cepat, disertai peningkatan
kadar oksigen secara bersamaan. Dalam waktu singkat, otak mulai melakukan
fosforilasi oksidatif.
5. TEKANAN INTRAKRANIAL
Tekanan di dalam cranium disebut tekanan intracranial (TIK). TIK ditentukan
oleh volume darah di otak, volume CSS, dan volume jaringan otak. Dalam
keadaan normal, TIK berkisar dari 5 sampai 15 mmHg.
6. HEMISFER OTAK
1) Gangguan pada serebrum.
Penyakit atau kerusakan yang timbul setelah cedera atau yang menyusul
kecelakaan serebrovaskuler pada otak, tergantung daerah dan neuron yang
terserang: bisa menjadi menyerang saraf motorik dan sensorik yang berjalan
melalui kapsula interna dalam perjalanannya ke dan dari otak.
20
Paralisa motorik jenis spastic, dengan gejala kaku otot dan reflex
meninggi, merupakan akibat dari neuron atas yang terkena cedera. Hemiplegia
hanya dapat menyerang lengan dan tungkai sebelah saja, sedangkan otot wajah,
kepala, leher, dan badan-kendati badan kering tidak terkena-mungkin terserang
juga.
Paralisa sensorik sebagai akibat cedera pada jalur sensorik. Gerak reflex
tidak normal Ketidaknormalan ini melibatkan juga reflex organic pupil mata yang
mengalami kontraksi atau tidak dapat berkontraksi, reflex kandung kemih yang
terserang mrnyrbabkan paralisa sfingter, dan dinding kandung kemih mengalami
retensi urin yang melebihi daya tampung sehingga meluap; selain itu rectum dapat
terserang juga dengan akibat adanya gangguan reflex defekasi.
Karena hemisfer serebri juga merupakan bagian otak, tempat terdapat
fungsi-fungsi yang bernilai tinggi, seperti bicara, penglihatan, pengecapan,
penciuman, dan ingatan, kerusakan pada bagian ini akan menimbulkan banyak
gejala.
2) Spastisitas dan kekakuan.
Pada saat keadaan paralisis berlalu, otot mendapat kembali tonusnya, kendati
masih lemah. Anggota gerak yang terserang menjadi spastic dan kaku. Gerak
reflex terjadi, khusunya pada bagian yang mempunyai hubungan dengan
kelompok otot fleksor dan abductor, walaupun tidak terdapat pengendalian sadar
atas gerakan ini. Kemampuan pengendalian sadar hilang. Pada tahap ini ada
kemungkinan terjadi deformitas.
3) Ensefalitis
Ensefalitis adalah peradangan pada jaringan otak, yang biasanya disebabkan
infeksi virus.
4) Meningitis adalah peradangan pada selaput otak.
5) Kraniotomi
Kraniotomi adalah melubangi tengkorak, yang umumnya dilaksanakan bila
terdapat tumor, darah, atau gumpalan darah, ataupun fraktur yang dapat menekan
otak.
21
B. Definisi Cerebral Palsy
Cerebral Palsy merujuk kepada beberapa kondisi yang erat kaitanya dengan
defisit sistem saraf pusat yang bersifat tidak progresif dan didapat pada awal
kehidupan. 1
Masalah pada Cerebral Palsy biasanya didapat pada awal kelahiran.
Cerebral Palsy bersifat permanen tetapi tidak mengubah kerusakan
neurodevelomnetal yang disebabkan kecacatan atau kerusakan yang bersifat tidak
progresif dalam satu atau beberapa lokasi di otak yang immature. 2
. Di beberapa
survey, tidak ada konsistensi hubungan antara kasus Cerebral Palsy yang
kelainananya didapat setelah Periode Neonatal. Dibeberapa studi besar mengenai
tanda neurologi pada anak, Nelsoon dan Elenberg (1982) mendeskripsikan dari 37
282 anak-anak dar umur 1 tahun sampi 7 tahun. (tabel 1.1.)
Tabel 1.1 Anak yang hidup dengan Cerebral palsy
Diagnosis pada umur 1
tahun
Diagnosis pada umur 7 tahun
Pasti Cerebral Palsy
Tidak
Cerebral
Palsy
Curiga
Cerebral
Palsy
Pasti
Cerebral
Palsy
Ringan 125 89 4 32
Sedang 71 28 3 40
Berat 33 1 0 32
229 118 7 104
Ada beberapa kecendrungan untuk melihat beberapa variasi kelaianan
motorik, tidak hanya kaku atau lemah atau deformitas sendi. Cerebral Palsy
bersifat tidak progresif dari defisit sistem motorik. Perubahan Klinis dari Cerebral
Palsy mengubah secara individual, dengan mengubah dari kedewasaan,
perkembangan serta kemungkinan untuk kembali sembuh. Definisi secara implisit
meliputi Kelainan Progresif sistem saraf pusat seperti tumor dan proses
22
degeneratif. Cerebral Palsy melibatkan satu atau lebih dari ekstermitas dan sering
sekali batang tubuh. Ini menyebabkan gangguan dari fungsi motor volunter dan
mengakibatkan beberapa gejala. Oleh karena itu, Masalah anak-anak dengan CP
harus dievaluasi dalam perspektif pertumbuhan dan perkembangan normal anak-
anak dengan penyakit, seperti infeksi telinga, yang membutuhkan tindakan medis
pengobatan.3
Klasifikasi Cerebral Palsy
Cerebral Palsy telah dikasifikasikan dalam beberapa cara oleh Liitle (1862)
dan Ingram (1964), beberapa literatur mengkalsifikasikanya berdasarkan:
a. Penemuan neuropathological pada autopsi
b. Beberapa yang dianggap faktor
c. Gejala klinik neurologi
Beberapa praktisi sekarang mengkasifikasikan hal tersebut berdasarkan Gejala
klinik neurologi. Gejala klinik dari Cerebral Palsy sangatlah kompleks dan susah
untuk dikategorikan. Pemeriksaan pada pendertia Cerebral Plasy akan
menghasilkan beberapa tanda variasi, tetapi beberapa refrensi dimana tanda itu
muncul sangatlah bervariasi. Menurut Develompmental Medical Children
Neurology, 2004, klasifikasi Cerebral Palsy didasarkan pada tabel 1.2.
Tabel 1.2. Klasisfikasi Cerebral Palsy
Bagian Tubuh yang terkena Ganguan Motorik yang terekna
Hemiplegia/hemiparese Spastik
Diplegia Ataksia/Hipotonia
Tetraplegia/Quadriplegia Atetoid/Diskinetik
1) Spastik
Cerebral palsy spastic sejauh ini merupakan jenis yang paling umum,
terjadi pada 70% sampai 80% dari semua kasus. Selain itu, kejang Cerebral
23
Palsy menyertai salah satu dari jenis lain dalam 30% dari semua kasus. Orang
dengan tipe ini hipertonik dan memiliki kondisi neuromuskuler yang berasal
dari kerusakan saluran kortikospinalis atau korteks motor yang mempengaruhi
kemampuan sistem saraf untuk menerima asam gamma amino butirat oleh
kecacatan. Cerebral Palsy spastik lebih lanjut diklasifikasikan oleh topografi
tergantung pada daerah tubuh yang terkena, ini termasuk:
- Spastik hemiplegia (satu sisi yang terkena).
Umumnya, cedera otot-saraf dikendalikan oleh sisi kiri otak akan
menyebabkan defisit kanan tubuh, dan sebaliknya. orang yang memiliki
spastik hemiplegia adalah rawat jalan, meskipun mereka umumnya
memiliki equinus dinamis pada sisi yang terkena dan terutama diresepkan
pergelangan kaki orthoses untuk mencegah kata equinus.
- Spastic diplegia (ekstremitas bawah yang terpengaruh dengan sedikit atau
tidak ada kelenturan tubuh bagian atas).
Bentuk paling umum dari bentuk kejang. Kebanyakan orang dengan
kejang diplegia sepenuhnya rawat jalan dan memiliki gaya gunting. Lutut
tertekuk dan pinggul untuk berbagai tingkat yang umum. Hip masalah,
dislokasi, dan dalam tiga-perempat dari diplegics kejang, juga strabismus
(mata juling), dapat hadir juga. Selain itu, orang-orang sering rabun dekat.
Kecerdasan seseorang dengan spastic diplegia tidak terpengaruh oleh
kondisi tersebut.
- Spastic tetraplegia (semua empat anggota badan yang terkena dampak
yang sama).
Orang dengan quadriplegia kejang adalah yang paling mungkin untuk
dapat berjalan, atau jika mereka bisa, ingin berjalan, karena otot-otot
mereka terlalu ketat dan terlalu banyak usaha untuk melakukannya.
Beberapa anak dengan quadriplegia juga memiliki tremor hemiparetic,
sebuah gemetar tak terkendali yang mempengaruhi anggota badan pada
satu sisi tubuh dan mengganggu pergerakan normal.
Kadang-kadang, istilah-istilah seperti monoplegia, paraplegia, triplegia, dan
pentaplegia juga dapat digunakan untuk merujuk pada manifestasi spesifik dari
kelenturan tersebut.
24
2) Ataksia
Ataksia (ICD-10 G80.4) tipe gejala dapat disebabkan oleh kerusakan otak
kecil. Bentuk ataksia kurang umum adalah jenis cerebral palsy, terjadi di paling
banyak 10% dari semua kasus. Beberapa individu memiliki hypotonia dan
tremor. Keterampilan motorik seperti menulis, mengetik, atau menggunakan
gunting mungkin akan terpengaruh, serta keseimbangan, terutama saat
berjalan. Hal ini umum bagi individu untuk memiliki kesulitan dengan visual
dan / atau pengolahan pendengaran.
3) Athetoid / dyskinetic
Athetoid atau dyskinetic adalah campuran otot - dan kadang-kadang hipotonia
(Hypotonia biasanya akan terjadi sebelum 1 tahun; nada otot akan meningkat
dengan usia dan kemajuan Hypertonia). Orang dengan Cerebral Palsy athetoid
mengalami kesulitan menahan diri dalam posisi, tegak mantap untuk duduk
atau berjalan, dan sering menunjukkan gerakan disengaja. Untuk beberapa
orang dengan Cerebral Palsy athetoid, butuh banyak kerja dan konsentrasi
untuk mendapatkan tangan mereka ke tempat tertentu (seperti menggaruk
hidung mereka atau meraih cangkir). Karena nada campuran mereka dan
kesulitan menjaga posisi, mereka tidak mungkin dapat memegang benda-benda
(seperti sikat gigi atau pensil). Sekitar seperempat dari semua orang dengan CP
telah athetoid CP. Kerusakan terjadi pada sistem motor ekstrapiramidal dan /
atau saluran piramidal dan ganglia basal. Ini terjadi pada 10% sampai 20%
persen dari semua kasus.
C. Epidemiologi Cerebral Palsy
Begitu banyak penyebab cerep, jumlah pasti dari berbagai penelitian tidak
sepenuhnya sama. Namun, ada kesamaan luar biasa dalam prevalensi di seluruh
dunia, dari Swedia pada tahun 1980 dengan prevalensi 2,4 per 1000 dan 2,5 per
1000 di awal 1990-an, 2,3 per 1000 dari Atlanta, dan 1,6 per 1000 di Cina.
Mengingat kesulitan dalam membuat diagnosis yang spesifik, dan terutama
menemukan kasus ringan, angka-angka mungkin mencerminkan lebih banyak
variasi dalam menghitung daripada perbedaan jelas dalam prevalensi. Sebuah
laporan dari Inggris, yang merupakan perwakilan dari banyak penelitian,
25
menunjukkan bahwa belum ada banyak perubahan dalam prevalensi selama 40
terakhir tahun. Namun, pola cerebral palsy telah bergeser lebih ke arah diplegia
dan spastik quadriplegia dan jauh dari hemiplegia dan perubahan athetosis.Hal ini
mungkin mencerminkan perawatan medis meningkat dengan perawatan kebidanan
yang lebih baik dan beberapa peningkatan kejadian dari korban yang selamat dari
neonatal unit perawatan intensif. Juga, kelahiran kembar telah meningkat dengan
meningkatnya umur maternal, dan ini kelahiran kembar memiliki risiko jauh lebih
tinggi mengembangkan CP. Dilaporkan prevalensi per kehamilan untuk kelahiran
tunggal adalah 0,2%, 1,5% untuk kembar, untuk kembar tiga 8,0%, dan untuk
kembar empat 43%.
Pada KONIKA V Medan (1981), R. Suhasim dan Titi Sularyo melaporkan
2,46% dari jumlah penduduk Indonesia menyandang gelar cacat, dan di antaranya
± 2 juta adalah anak. CP merupakan jenis cacat pada anak yang terbanyak
dijumpai. Di Jaipur, Meenakshi Sharma dkk (1981) menyelidiki 219 CP, 150 di
antaranya adalah laki-laki dan 69 perempuan. Terdiri dari 42 anak umur kurang 1
tahun, 113 antara 1 - 5 tahun, 52 antara 5 - 10 tahun dan 12 di atas 10 tahun.
Angka kejadiannya sekitar 1 – 5 per 1000 anak. Laki-laki lebih banyak dari
pada wanita. Sering terdapat pada anak pertama, mungkin anak pertama lebih
sering mengalami kesulitan pad waktu dilahirkan. Angka kejadiannya lebih tinggi
pada bayi BBLR dan anak kembar. Umur ibu sering lebih dari 40 tahun, lebih-
lebih pada multipara.
Franky (1994) pada penelitiannya di RSUP Sanglah Denpasar, mendapatkan
bahwa 58,3 % penderita cerebral palsy yang diteliti adalah laki-laki, 62,5 % anak
pertama, umur ibu semua dibawah 30 tahun, 87,5 % berasal dari persalinan
spontan letak kepala dan 75 % dari kehamilan cukup bulan.
D. Etiologi Cerebral Palsy
Cerebral palsy terjadi akibat kerusakan otak saat periode prenatal, natal dan
post natal. Sekitar 70-80% terjadi akibat kerusakan otak saat prenatal. Bayi lahir
prematur dan gangguan pertumbuhan saat kehamilan baik pada bayi prematur
maupun yang cukup bulan sebagai penyebab yang sering didapatkan saat prenatal.
4,6
26
Resiko terjadinya CP 25-31 kali lebih tinggi pada bayi berat lahir kurang
dari 1500 gram dan didapatkan 1/3 bayi dengan gejala CP dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram. Bayi lahir prematur merupakan faktor tersering dan secara
konsisten berhubungan dengan CP. Bayi kecil menurut usia kehamilan (intra
uterine growth retardation) yang lahir setelah 32 minggu meningkatkan resiko
menderita CP. Data terakhir diduga disebabkan oleh intrauterine undernutrisi dan
hipoksia kronik, yang dapat dideteksi pada pemeriksaan darah fetal, menunjukkan
asidosis atau peningkatan konsentrasi eritropoetin dan adanya redistribusi aliran
darah fetal dengan pemeriksaan USG Doppler. 4,6
Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan natal lebih berperan
daripada faktor pascanatal. Studi oleh Nelson dkk (1986) menyebutkan bayi
dengan berat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi prenatal, faktor genetik,
malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin merupakan faktor penyebab
cerebral palsy. 4,5
Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga periode yaitu:
1. Prenatal
Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir.
a. Malformasi kongenital.
b. Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin
(misalnya; rubela, toksoplamosis, sifilis, sitomegalovirus, atau infeksi
virus lainnya).
c. Radiasi.
d. Toksik gravidarum.
e. Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa,
anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal).
2. Natal
Faktor natal yaitu segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir
sampai satu bulan kehidupan.
a. Anoksia / hipoksia.
27
Brain injury. Terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, CPD,
partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, SC dan partus dengan
menggunakan instrument tertentu.
b. Perdarahan intra cranial (otak).
Pendarahan batang otak, terjadi gangguan pernapasan dan gangguan
sirkulasi menyebabkan anoksia.
Pendarahan pada ruang subarachnoid, terjadi penyumbatan LCS
menyebabkan hidrosefalus.
Pendarahan pada ruang subdural, terjadi tekanan pada korteks serebri
menyebabkan kelumpuhan spastis.
c. Ikterus.
Kerusakan jaringan otak karena bilirubin.
Gangguan pada ganglia basalis akibat masuknya bilirubin.
Pada inkompatibel golongan darah (pada RH).
d. Prematuritas.
Resiko perdarahan otak disebabkan faktor pembuluh darah, pembekuan, dan
enzim terbentuk belum sempurna mengakibatakan pendarahan.
Contohnya:
Gambar 15– Daerah pendarahan pada otak
28
e. Meningitis Purulenta
Pada masa bayi.
Pengobatan tidak adekuat mengakibatkan sekuele.
3. Postnatal
Post natal dimulai dari bulan pertama kehidupan sampai 2 tahun atau sampai
5 tahun kehidupan, atau sampai 16 tahun. Setiap kerusakan pada jaringan otak
yang mengganggu perkembangan. Penyebab postnatal cerebral palsy mungkin
tumpang tindih dengan prenatal dan neonatal.
Berikut penyebab cerebral palsy post natal:
a. Trauma kapitis.
b. Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis,
ensefalomielitis.
c. Kern icterus.
Meskipun sulit untuk mengasimilasi data, antara 10% dan 25% dari
kasus cerebral palsy terjadi pada postnatal. Kekerasan pada anak
menyebabkan trauma non accidental pada otak yang belum matang karena
trauma tumpul dengan patah tulang tengkorak atau jatuh ke dalam pola
sindrom bayi terguncang. Sindrom bayi terguncang terjadi biasanya pada
anak kurang dari 1 tahun. Ketika seorang penjaga bayi bolak-balik
mengguncang bayi untuk menenangkan tangisan. Goncangan kuat ini
menyebabkan peregangan, geser, dan merobek akson panjang dan kapiler
di korteks otak .
Gambar-15 Shaken baby.
Ket: Shaken baby syndrome
creates an injury in which axons
are disrupted by the shear forces
created from the violent shaking
of the head. The brain of the baby
is like an egg in which the liquid
center is enclosed in a solid outer
shell. By vigorous shaking, the
egg yolk can be broken without
breaking the shell of the egg. In
the same way, vigorous shaking of
a baby’s head can cause tissue
disruption. This shearing stress
disrupts brain tissue, especially the
long migrating axons of the
cerebral cortex. The trauma of the
shaken baby does not usually cause a skull fracture and may not even cause intracranial bleeding, but it often
causes severe long-term neurologic impairment because of the cellular disruptions.
29
Jika bayi bertahan hidup, mereka sering memiliki pola spastik quadriplegi
berat. Bahkan anak-anak dengan keterlibatan motorik kurang parah sering
memiliki keterbelakangan mental yang mendalam bersamaan. Trauma kepala
tumpul juga dapat terjadi dari kekerasan terhadap anak, jatuh, atau kecelakaan
kendaraan bermotor, dan ini melibatkan cedera langsung serta cedera sekunder
dari pembengkakan otak. Sebagian besar anak dengan trauma tumpul pulih dan
tidak memiliki cacat motorik.Namun, jika ada perdarahan unilateral, pada anak
sering meninggalkan cacat motorik pola hemiplegia. Pola spastik quadriplegi
banyak pada anak-anak dengan perdarahan hebat dan tidak mampu melakukan
aktivitas sosial dalam masyarakat. Banyak anak dengan cedera kepala tertutup
memiliki ataksia sebagai gangguan utama. Trauma kepala tumpul juga dapat
terjadi dari kekerasan terhadap anak, jatuh, atau kendaraan bermotorkecelakaan,
dan ini melibatkan cedera langsung serta cedera sekunder dari pembengkakan
otak.
E. Patofisiologi Cerebral Palsy
Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu
induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi dan induksi ventral,
berlangsung pada minggu ke 56 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa
mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis,
anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya.
Gambar 16. Diferensiasi normal dan
abnormal dari neural tube.
Ket: In the earliest stage, the neural
plate differentiates from the ectoderm,
then enfolds to create a neural tube.
Failure of this enfolding causes neural
tube defects (16). During the
embryonic stage, this neural tube
develops complex folding with the
formation of flexures. During the
period of 30 to 100 days of embryonic
life, the brain demarcates and develops
the cerebral hemispheres. During the
rest of gestation, there is a large growth
of mass and cell specialization (17).
30
Fase selanjutnya terjadi proliferasi
neuron, yang terjadi pada masa gestasi
bulan ke 24. Gangguan pada fase ini
bisa mengakibatkan mikrosefali,
makrosefali. Stadium selanjutnya yaitu
stadium migrasi yang terjadi pada masa
gestasi bulan 35. Migrasi terjadi melalui
dua cara yaitu secara radial,
berdiferensiasi dan daerah
periventnikuler dan subventrikuler ke lapisan sebelah dalam korteks serebri;
sedangkan migrasi secara tangensial sudah berdiferensiasi dan zone germinal
menuju ke permukaan korteks serebri. Gangguan pada masa ini bisa
mengakibatkan kelainan kongenital seperti polimikrogiri, agenesis korpus
kalosum.
Ket : As the brain matures, the cells proliferate centrally and migrate toward the cortex. During
this migration, trailing connections remain to the deep layer. This migration is an important
element in the formation of the gyri of the cerebral cortex. Defects in the migration lead to a
smooth brain surface called lissencephaly.
Gambar 17- Perkembangan otak saat natal
Gambar 18– Proliferasi neuron pada otak
31
Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa
tahun pascanatal. Gangguan pada stadium ini akan mengakibatkan translokasi
genetik, gangguan metabolisme. Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai
beberapa tahun pasca natal. Pada stadium ini terjadi proliferasi sd neuron, dan
pembentukan selubung mialin. Kelainan neuropatologik yang terjadi tergantung
pada berat dan ringannya kerusakan.
Jadi kelainan neuropatologik yang terjadi sangat kompleks dan difus yang
bisa mengenai korteks motorik traktus piramidalis daerah paraventrikuler ganglia
basalis, batang otak dan serebelum. Anoksia serebri sering merupakan komplikasi
perdarahan intraventrikuler dan subependim Asfiksia perinatal sering
berkombinasi dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis.
Kern ikterus secara klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh
tubuh dan akan menempati ganglia basalis, hipokampus, sel-sel nukleus batang
otak; bisa menyebabkan cerebral palsy tipe atetoid, gangguan pendengaran dan
mental retardasi. Infeksi otak dapat mengakibatkan perlengketan meningen,
sehingga terjadi obstruksi ruangan subaraknoid dan timbul hidrosefalus.
Perdarahan dalam otak bisa meninggalkan rongga yang berhubungan
dengan ventrikel. Trauma lahir akan menimbulkan kompresi serebral atau
perobekan sekunder. Trauma lahir ini menimbulkan gejala yang ireversibel. Lesi
ireversibel lainnya akibat trauma adalah terjadi sikatriks pada sel-sel hipokampus
yaitu pada kornu ammonis, yang akan bisa mengakibatkan bangkitan epilepsi.
F. Gambaran Klinis Cerebral Palsy
Gambaran klinis cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya jaringan
otak yang mengalami kerusakan, yaitu :
a. Paralisis. Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia,
triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
b. Gerakan involunter. Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor
dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
c. Ataksia. Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum.
Penderita biasanya memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan
32
menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan
sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung.
d. Kejang. Dapat bersifat umum atau fokal.
e. Retardasi mental. Ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral
palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia.
Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya
disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi
serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila
korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada
anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan
dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak,
perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
f. Gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus, atau kelainan
refraksi), gangguan bicara, gangguan sensibilitas.
g. Problem emosional terutama pada saat remaja.
Selain gangguan-gangguan yang telah disebutkan di atas, terdapat pula gangguan
motorik, self care, productivity, dan leisure.
a. Gangguan motorik.
Hipertonus muncul pada kelompok otot, tonus dapat terjadi secara
berubah-ubah yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan yang tidak disadari.
Refleks primitif masih tetap muncul, seperti:
- Asymmetrical tonic neck reflex (ATNR)
- Ket. The asymmetric tonic neck reflex is
activated by turning the child’s head. The side
to which the face turns causes the shoulder to
abduct with elbow and hand extension. The leg
on the same side also develops full extension.
On the opposite side, the shoulder is also
abducted but the elbow and hand are fully
flexed and the leg is flexed at the hip, knee,
and ankle. By turning the head to the opposite
side, the pattern reverses.
Gambar 19– Asymmetrical Tonic neck Reflex
33
- Symmetrical Tonic Neck Reflex (STNR),
- Tonic Labyrinthine Reflex (TLR)
Ket: The tonic labyrinth reflex
shows the baby with abducted
shoulders, flexed elbows, adducted
extended hips, and extended knees
and ankles. This posture primarily
occurs with the baby in the supine
position.
- Moro Reflek
Ket : The Moro reflex is initiated with
a loud noise, such as a hand clap, that
causes the child to have full extension
of the head, neck, and back. The
shoulders abduct and the elbows
extend. The legs also have full
extension. After a short time, the
pattern reverses and the head, neck,
and spine flex; the arms are brought to
the midline; and the legs flex.
- Positive Supporting Reflex
Ket : The parachute reaction is initiated
by holding the child at the pelvis and
tipping him head down. As the child is
lowered toward the floor, he should
extend the arms as if he were going to
catch himself with his arms. This self-
protection response should be present by
11 months of age. If the child has
hemiplegia he will often only reach out
with the extremity that is not affected.
The affected extremity may remain
flexed, or will extend at the shoulder and
elbow but with the hand kept fisted
Gambar 20 – Tonic Labyrinth Reflex
Gambar 21– Moro Reflex
Gambar 22– Positif Supporting reflex
34
b. Self Care
Pasien pada umumnya mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari, seperti makan, berpakaian, dan berhias. Pasien juga membutuhkan
bantuan untuk mencapai kemandirian.
c. Productivitas
Pasien pada umumnya membutuhkan bantuan untuk melaksanakan
tanggung jawab melakukan pekerjaan rumah. Pada usia sekolah, pasien sering
mengalami kesulitan dengan pekerjaan di sekolah seperti membaca dan menulis.
Pada usia dewasa mungkin membutuhkan bantuan untuk memilih pilihan
pekerjaan.
G. Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa fisioterapi diperoleh dari anamnesis lengkap mengenai riwayat
perjalanan penyakit, riwayat kehamilan, imunisasi, tumbuh kembang,
pemeriksaan-pemeriksaan khusus termasuki kemampuan motorik anak dengan
memperhatikan faktor resiko. Apabila anamnesis dilakukan secara benar dan tepat
maka akan menentukan ketepatan dari diagnosa yang akan di tegakkan.
H. Prognosis Cerebral Palsy
Beberapa faktor berpengaruh terhadap prognosis penderita cerebral palsy
seperti tipe klinis, keterlambatan dicapainya milestones, adanya reflek patologik
dan adanya defisit intelegensi, sensoris dan gangguan emosional. Anak dengan
hemiplegi sebagian besar dapat berjalan sekitar umur 2 tahun, kadang diperlukan
short leg brace, yang sifatnya sementara. Didapatkannya tangan dengan ukuran
lebih kecil pada bagian yang hemiplegi, bisa disebabkan adanya disfungsi sensoris
di parietal dan bisa menyebabkan gangguan motorik halus pada tangan tersebut.
Lebih dari 50% anak tipe diplegi belajar berjalan pada usia sekitar 3 tahun, tetapi
cara berjalan sering tidak normal dan sebagian anak memerlukan alat bantu.
Aktifitas tangan biasanya ikut terganggu, meskipun tidak tampak nyata. Anak
dengan tipe kuadriplegi, 25% memerlukan perawatan total, sekitar 33% dapat
berjalan, biasanya setelah umur 3 tahun. Gangguan fungsi intelegensi paling
35
sering didapatkan dan menyertai terjadinya keterbatasan dalam aktifitas.
Keterlibatan otot-otot bulber, akan menambah gangguan yang terjadi pada tipe ini.
6
Sebagian besar anak yang dapat duduk pada umur 2 tahun dapat belajar
berjalan, sebaliknya anak yang tetap didapatkan reflek moro, asimetri tonic neck
reflex, ekstensor thrust dan tidak munculnya reflek parasut biasanya tidak dapat
belajar berjalan. Hanya sedikit anak yang tidak dapat duduk pada umur 4 tahun
akan belajar berjalan. 7
I. Penatalaksanaan Fisioterapi
Penanganan fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy yaitu dengan mengejar
suatu keterlambatan tahap perkembangan motorik kasar sesuai usia anak, guna
mencapai manfaat yang maksimal dan menguntungkan untuk tahap
perkembangan yang berkelanjutan. Tujuan dari fisioterapi disini adalah membantu
anak mencapai perkembangan terpenting secara maksimal bagi sang anak, yang
berarti bukan untuk menyembuhkan penyakit Cerebral Palsy. Hal ini harus
dikomunikasikan sejak dari awal antara fisioterapis dengan pengasuhnya agar
tujuan terapi tercapai.
Fisioterapi juga membantu anak belajar untuk menggerakkan tubuhnya
dengan cara/gerakan yang tepat (appropriate ways). Misalnya hypertonus pada
anak dengan Cerebral Palsy dapat menyebabkan pasien berjalan dengan cara yang
salah yang dapat mengganggu posturnya, hal ini disebut sebagai kompensasi.
Tanpa fisioterapi sebagian banyak anak dengan Cerebral Palsy menyesuaikan
gerakannya untuk mengkompensasi pola spastisitas yang dimilikinya, jika
berkelanjutan akan timbul nyeri atau salah postur.
Tujuan fisioterapi adalah untuk mengajarkan pada anak gerakan fisik yang
tepat. Untuk itu diperlukan seorang fisioterapis yang ahli dan berpengetahuan
dalam masalah yang sering terjadi pada anak Cerebral Palsy seperti spastisitas,
keterbatasan gerak pada sendinya, gerak involunter, serta pemahamam mengenai
pola dan posisi gerak anak; seperti pada saat terlentang, berguling, telungkup,
merayap, duduk, ke duduk, merangkak, berlutut, berdiri, ke berdiri, dan berjalan.
36
Fisioterapi dapat dilakukan dua minggu sekali untuk terapi, tetapi terlebih
dahulu fisioterapi melakukan pemeriksaan dan menyesuaikan dengan kebutuhan
yang dibutuhkan anak dalam seminggu. Di sini peran orangtua sangat diperlukan
karena merekalah yang nantinya paling berperan dalam melakukan latihan
dirumah selepas diberikan terapi. Untuk itu sangat dianjurkan untuk orangtua atau
pengasuh mendampingi anak selama sesi terapi agar mereka mengetahui jenis
komponen terapi apa yang harus dilakukan dirumah.
1. Teknologi Intervensi Fisioterapi
Metode yang digunakan untuk melakukan intervensi fisioterapi dalam kasus
Cerebral Palsy adalah metode Bobath.
1. a. Bobath
Bobath atau Neuro Development Treatment (NDT) yaitu suatu teknik yang
dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode ini
khususnya ditujukan untuk menangani gangguan sistem saraf pusat pada bayi dan
anak-anak. Metode NDT mempunyai beberapa teknik, yaitu Inhibisi, Key Point of
Control, Fasilitasi, dan Stimulasi Propriosepsi.8
Tujuan konsep NDT:
1) Memperbaiki dan mencegah postur dan pola gerakan abnormal
2) Mengajarkan postur dan pola gerak yang normal
Prinsip terapi dan penanganan:
1) Simetris dalam sikap dan gerakan
2) Seaktif mungkin mengikuti sertakan sisi yang sakit pada segala kegiatan
3) Pemakaian gerakan-gerakan ADL dalam terapi
4) Konsekuensi selama penanganan (ada tahap-tahap dalam terapi)
5) Pembelajaran bukan diarahkan pada gerakannya, tetapi pada perasaan
gerakan
6) Terapi dilakukan secara individu
1. b. Teknik terapi:
Metode ini dimulai dengan mula-mula menekankan reflek-reflek abnormal
yang patologis menjadi penghambat terjadinya gerakan-gerakan normal. Pada
teknik Inhibisi, anak harus ditempatkan dalam sikap tertentu yang dinamakan
37
Reflek Inhibiting Posture (RIP) yang bertujuan untuk menghambat aktivitas
refleks yang abnormal, reaksi asosiasi, dan tonus yang abnormal. Fasilitasi
bertujuan untuk memperkuat pola postur yang normal sebagai dasar gerakan,
mengembangkan reaksi keseimbangan, mengembangakan dan membentuk pola
gerakan dasar yang tepat. Stimulasi digunakan untuk mempengaruhi tonus
postural, mengatur koordinasi, dan memfasilitasi respon otomatis normal. Teknik
dalam stimulasi dapat berupa tapping dan/atau pressure. Tapping akan
memberikan stimulus berkelanjutan yang nantinya dapat memudahkan anak
mengatur posisinya. Key Point of Control yaitu titik yang digunakan terapis
dalam inhibisi dan fasilitasi. KPoC harus dimulai dari proksimal ke distal atau
bergerak mulai dari kepala-leher-trunk-kaki dan jari kaki. Dengan bantuan KPoC,
pola inhibisi dapat dilakukan pada penderita cerebral palsy dengan mengarahkan
pada pola kebalikannya.8
2. Rencana Pengkajian Fisioterapi
Sebelum melakukan intervensi terhadap pasien dengan kasus Cerebral Palsy,
seorang fisioterapi harus melakukan proses fisioterapi sebagai berikut:
2. a. Anamnesis
Anamnesis adalah pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab
kepada pasien maupun dengan keluarga pasien. Anamnesis dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Anamnesis umum
Data yang dapat diperoleh dari anamnesis umum berupa keterangan tentang
nama, umur, jenis kelamin, agama, hobi, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan
alamat pasien.
2. Anamnesis khusus
a) Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan yang paling diprioritaskan.
b) Riwayat penyakit sekarang
Mencakup tentang keluhan pasien sehinggga berupaya mencari pelayanan
ke fisioterapi, tempat keluhan, kapan terjadinya, bagaimana kualitasnya,
faktor yang memperberat atau memperingan, dan riwayat pengobatan.
38
c) Riwayat penyakit dulu
Berisikan tentang riwayat penyakit yang pernah dialami sebelum penyakit
sekarang.
d) Riwayat keluarga
Meliputi adakah anggota keluarga yang pernah mengalami riwayat
penyakit serupa atau lainnya.
e) Riwayat psikososial
Menjelaskan kondisi sosial, ekonomi pasien dan keluarga.
f) Riwayat imunisasi
Mengenai kelengkapan imunisasi berdasarkan lima imunisasi utama, yaitu:
Campak, DPT, Polio, BCG, dan Hepatitis.
g) Riwayat kelahiran
Meliputi:
- Pre natal (lama kehamilan, umur ibu hamil, riwayat jatuh saat kehamilan,
konsumsi obat-obatan, rokok/minuman beralkohol, dsb)
- Natal (proses kelahiran, kondisi bayi ketika dilahirkan, pecah ketuban dini,
dsb)
- Post natal (riwayat kejang, jatuh, dsb)
h) Riwayat tumbuh kembang
Mencakup pencapaian kemampuan motorik kasar anak pada umur yang
spesifik.
2. b. Pemeriksaan
Pemeriksaan meliputi:
a. Pemeriksaan umum
Cara datang, kesadaran, kooperatif, berat badan, tinggi badan, status gizi,
suhu badan, lingkar kepala.
b. Pemeriksaan khusus
1. Inspeksi
Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera
penglihatan untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian
tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk,
warna, posisi, ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien.
39
2. Palpasi
Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan
perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan.
Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran,
pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari
jaringan/organ tubuh. Dengan kata lain bahwa palpasi merupakan tindakan
penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak terlihat.
3. Move
- Melihat komponen-komponen yang ada ketika pasien di posisikan
terlentang, telungkup, merayap, duduk, berlutut, merangkak, berdiri dan
berjalan
- Pemeriksaan tonus postural
- Pemeriksaan 7 refleks primitif
- Pemeriksaan fungsi bermain
4. Pemeriksaan Biopsikososial
- Kognitif : Batasan fungsi kognitif meliputi memori, konsentrasi, atensi,
orientasi ruang dan waktu.
- Intrapersonal : Interpersonal dapat dilihat dari kondisi pasien dalam
menerima keadaannya dan semangat serta keinginan pasien dalam
menerima keadaannya dan semangat serta keinginan pasien dalam
melakukan program terapi.
- Interpersonal : Interpersonal adalah untuk mengetahui hubungan interaksi
dan komunikasi antara pasien dengan terapis atau tim medis lainnya.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang digunakan untuk
menuatkan diagnosa medik.
3. Problematik Fisioterapi
Pencatatan Problematik Fisioterapi disusun berurutan berdasarkan
prioritas masalah.
40
4. Diagnosa Fisioterapi
Meliputi gangguan gerak dan fungsi, jaringan spesifik yang terkena dan
patologi.
5. Program Fisioterapi
- Tujuan:
1) Tujuan jangka pendek
2) Tujuan jangka panjang
- Modalitas:
1) Alternatif
2) Terpilih
- Intervensi Fisioterapi:
1) Uraian tindakan
2) Dosis (Intensitas, frekuensi, durasi, repetisi)
6. Home Program:
Dapat berupa :
1. Anjuran
2. Larangan
3. Hal-hal apa yang harus dilakukan
4. Hal-hal apa yang harus dihindari
7. Evaluasi
Dilakukan sebelum dan setelah intervensi.
41
BAB III
LEMBAR ASSESMENT FISIOTERAPI
RSPAD Gatot Soebroto
Nama Fisioterapi : Sri Widayat Peminatan : Pediatri
Nama Dokter : dr.Aminudin, Sp.KFR Ruangan : Poli
Nomer Registrasi : 31.41.28 Tgl Pemeriksaan: 15 Oktober 2012
A. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN
Nama Jelas : An.M A
Tempat & tgl lahir : Jakarta, 19 November 2008 (3 tahun 11 bulan)
Alamat : Jl. Menteng Rawa Panjang RT 009/07
Pendidikan terakhir : Ayah : SMA
Ibu : SMA
Pekerjaan : Ayah : Paspampres
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Hobi : -
Diagnosa Medik : CP Spastik Quadriplegi Berat
B. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PASIEN (Alloananmnesa)
KU : Belum bisa tengkurap
RPS : Os datang belum bisa tengkurap. Pada saat dalam kandungan
usia 8 bulan Os sudah diketahui menderita hidrochephalus. Os
mendapat penanganan RSPAD sejak lahir tanggal 19
42
November 2008. Os dirawat di inkubator selama 12 hari dan
diberi infus. Hari ke-3 dirawat diketahui dari hasil tes
laboratorium Os mempunyai bilirubin yang tinggi. Setelah
dirawat 12 hari, Os pulang dan 1 minggu kemudian Os
dipanggil untuk melakukan operasi pemasangan VP shunt.
Sebelum operasi Os melakukan tes darah dan puasa. Kemudian
esoknya tanggal 10 Desember 2008 Os melakukan operasi
pemasangan VP Shunt di sebelah kanan kepala. Setelah 5 hari
dirawat Os pulang. Dirumah orangtua Os membawanya ke
tukang pijat bayi setiap minggu selama 2 bulan karena Os
belum bisa apa-apa. Ternyata pijat yang dilakukan membuat
VP Shunt pindah ke usus dan ujungnya keluar ke anus.
Akhirnya Os melakukan operasi pengangkatan VP Shunt
tanggal 7 Februari 2009, VP shunt diangkat dan tidak dipasang
selama 1 bulan. Os kembali melakukan operasi pemasangan
VP Shunt tanggal 20 Maret 2009, VP Shunt dipasang di
sebelah kiri kepala. Os dirawat selama 8 hari, setelah itu Os
pulang. 26 Desember 2009 Os datang ke RSPAD untuk
melakukan kontrol VP Shunt ke dr.bedah syaraf. Dari dr.
Bedah syaraf Os dirujuk ke dr. Rehab Medik untuk dilakukan
fisioterapi dengan keluhan belum bisa tengkurap.
RPD : Kejang (+), Demam (+), pemasangan VP Shunt
RPK : -
R.Psi : Anak ke-2 dari 2 bersaudara, saudara perempuan (7 tahun)
normal, diasuh oleh keluarga besar, usia ibu 28 tahun, usia ayah
32 tahun.
R.Imunisasi: lengkap
R.Kelahiran
Prenatal : hamil usia 28 tahun, kehamilan yang kedua, tahu kehamilan
saat usia kandungan 1 bulan, rutin periksa ke bidan puskesmas
tiap bulan, sakit (-), jatuh (-), pendarahan (-)
43
Natal : lahir usia kehamilan 34 minggu, spontan di RSPAD dibantu
oleh dokter, proses kehamilan 12 jam, ketuban pecah saat
melahirkan berwarna hijau encer, biru(+), BBL: 3,4 kg, PL : 55
cm, lingkar kepala 37 cm (normal 34cm)
Postnatal : operasi pemasangan VP Shunt
R.Tumbang:
- umur 1 tahun angkat kepala,
- belum pernah tengkurap,
- belum pernah berguling,
- belum pernah merayap,
- belum pernah duduk,
- belum pernah merangkak,
- belum pernah berdiri,
- belum pernah berjalan
C. PEMERIKSAAN (O)
1. Pemeriksaan Umum
a. Cara Datang : digendong
b. Kesadaran : compos mentis
c. Kooperatif / tidak kooperatif
d. Berat badan : 13 kg
e. Tinggi Badan : 106 cm
f. Lingkar Kepala : 50,5 cm
g. Status Gizi : Indeks Masa Tubuh =
=
= 11,57
Ket :Berdasarkan IMT termasuk dalam kategori Kurang Berat Badan
h. Suhu : Afebris
2. Pemeriksaan Khusus
44
a.Inspeksi (pada posisi terlentang di matras)
- Bentuk fisik : kepala nampak besar tidak sesuai dengan
proporsi tubuh, retraksi shoulder, pectus karinatum, elbow
fleksi, tangan menggenggam, hip semifleksi dan adduksi,
knee semifleksi dan ankle plantar fleksi.
- Pola gerakan : lambat tetapi tiba-tiba cepat dan ada gerakan
berulang dipengaruhi oleh spastisitas.
b. Palpasi
Tonus Postural : tinggi
c. Auskultasi
Letak Sputum
Lobus kanan Lobus kiri
Upper (-) Upper (-)
Middle (-)
Lower (-)
Lower (-)
d. Movement
Terlentang (diposisikan terlentang)
- Kepala cenderung menoleh ke arah kanan
- Retraksi shoulder
- Kedua elbow fleksi
- Jari-jari tangan menggenggam
- Hiperekstensi trunk
- Kedua hip semifleksi dan adduksi
- Kedua knee semifleksi
- Kedua ankle plantar fleksi
- Jari-jari kaki fleksi
Telungkup (tidak bisa telungkup sendiri, diposisikan telungkup)
45
- Head lifting (-)
- Head control (-)
- Forearm support (-)
- Hand support (-)
- Hiperekstensi trunk
- Kedua Hip semifleksi
- Kedua knee semifleksi
- Kedua ankle plantar fleksi
Berguling (tidak bisa berguling, dibantu berguling)
- Dibantu berguling via shoulder
- tidak ada reaksi pada upper dan lower ekstremitas
- rotasi trunk (-)
- ada gerakan involunteer (tremor pada kaki sebelah kanan)
Duduk (tidak bisa duduk, diposisikan duduk bersila)
- Fiksasi pada trunk dan kedua tangan
- Head lifting (-)
- Head control (-)
- Trunk control (-)
- Hand support (-)
- Weight bearing (-)
- Balance (-)
- Protektive reaction (-)
Merangkak (tidak bisa merangkak, diposisikan merangkak)
- Fiksasi pada kedua elbow dan pelvic
- Head lifting (-)
- Head control (-)
- Rotasi trunk (-)
- Transfer weight bearing (-)
- Stabilisasi hip (-)
- Hand support (-)
- Tangan menggenggam
- Hip adduksi
46
- Ankle plantar fleksi
Berdiri (tidak bisa berdiri, diposisikan berdiri)
- Fiksasi pada hip
- Head control (-)
- Shoulder retraksi
- Elbow fleksi
- Jari-jari tangan menggenggam
- Trunk control (-)
- Weight bearing (-)
- Balance (-)
- Hip adduksi dan semifleksi
- Knee semifleksi
- Ankle plantar fleksi
Berjalan (tidak bisa berjalan, diposisikan berjalan)
- Fiksasi pada hip
- Stimulasi pada hip namun tidak ada reaksi melangkah
e. MMT
Kelompok
Otot
MMT
Dexter Sinister
Shoulder muscle group
Kesan3-
Kesan3-
Elbow muscle group
Wirst muscle group
Hip muscle group
Knee muscle group
Ankle muscle group
47
f. ROM (Pasif)
Grup otot Dextra Sinistra
Shoulder Flexi
FullROM
FullROM
Ekstensi
Adduksi
Abduksi
Endorotasi
Eksorotasi
Elbow Fleksi FullROM
FullROM
Ekstensi
Wrist Fleksi
Full
ROM
Full
ROM
Ekstensi
Hip Fleksi
FullROM
FullROM
Ekstensi
Adduksi
Abduksi
Endorotasi
Eksorotasi
Knee Fleksi
Full
ROM
Full
ROM
Ekstensi
48
Ankle Dorso fleksi
Full
ROM
Full
ROM
Plantar Fleksi
g. Pemeriksaan Tonus
Inspeksi : (posisi terlentang) anak terlihat spastis dengan ciri-
ciri elbow flexi, plantar flexi wrist, tangan mengenggam, hip
semifleksi,adduksi,dan endorotasi, lutut semifleksi, ankle plantar
fleksi dan saat melakukan gerakan ada tremor di tungkai kanan.
Palpasi : tonus postural tinggi pada ekstremitas atas dan
bawah
Movement :
Pemeriksaan Spastisitas: Asworth Scale
Sendi elbow dextra dan sinistra : nilai 2
Sendi knee dextra dan sinistra : nilai 2
Keterangan : nilai 2 artinya peningkatan tonus hampir nyata di
seluruh LGS, ada tahanan saat awal hingga akhir gerakan, masih
bisa digerakkan , full ROM.
h. Tes Khusus
1. Pemeriksaan 7 Refleks Primitif
- ATNR(+) = 1 (abnormal)
- STNR(-) = 0 (normal)
- Moro(+) = 1 (abnormal)
- Ekstensor Thrust(-) = 0 (normal)
- Neck Righting(-) = 0 (normal)
- Parachute(-) = 1 (abnormal)
- Foot Placement(-) = 1 (abnormal)
Total Score 4
Keterangan : total score 4 (abnormal>2)
Prognosis berjalan : Tidak bisa berjalan
49
2. Pemeriksaan Fungsi bermain
- Visus : melihat mainan (+)
- Auditory : mengikuti sumber bunyi (+)
- meraih mainan (-)
- menggenggam mainan (-)
- melepas mainan (-)
- memainkan mainan (-)
3. Pemeriksaan Biopsikososial
Kognitif :Os belum mampu berkomunikasi
Interpersonal :Os mampu berinteraksi dengan terapis dan mampu
berinteraksi dengan ibunya
Intrapersonal :Os mampu berinteraksi dengan lingkungan
D. PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN PENUNJANG
- USG kepala (20/11/08) : kesan : hidrochepalus
- MRI kepala (26/11/08) :congenital malformation of brain
(hydranenchepaly)
- Lab. Bilirubin (21/11/08) : bilirubin total (7,4 mg/dL)
E. IDENTIFIKASI PROBLEMATIK FISIOTERAPI
1. URUTAN MASALAH FISIOTERAPI BERDASARKAN
PRIORITAS
1. Tonus postural tinggi
2. Head lifting (-)
3. Head control (-)
4. Hand support (-)
5. Trunk Control (-)
6. Belum bisa telungkup
7. Belum bisa berguling
50
8. Belum bisa merayap
9. Belum bisa duduk
10. Belum bisa merangkak
11. Fungsi bermain tidak sesuai usia
2. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Gangguan tumbuh kembang belum bisa telungkup, berguling,
merayap, duduk, merangkak, berdiri, dan berjalan sehubungan dengan
adanya spastisitas karena hidrochephalus yang mengakibatkan cerebral
palsy.
F. PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI (P)
1. Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik
Tanggal : 03/12/2009
- Bobath 2x/minggu
- Inhibisi spastik
2. Tujuan
a. Tujuan Jangka Pendek
1. Menurunkan Spastisitas
2. Meningkatkan Head Lifting
3. Meningkatkan Head control
4. Meningkatkan Hand support
5. Meningkatkan Trunk Control
6. Mampu telungkup
7. Mampu berguling
8. Mampu merayap
9. Mampu duduk
10. Mampu merangkak.
11. Dapat bermain (menggenggam, meraih, memainkan
mainan)
51
b. Tujuan Jangka Panjang
1. Meningkatkan tujuan jangka pendek
2. Maintenance agar tidak terjadi komplikasi
c. Modalitas
Alternatif : Bobath, Massage, AFR (Aktivitas Fungsional
Rekreasi), Hidroterapi, IRR (Infra Red Radiation)
Terpilih : Bobath dan AFR
3. Metoda Pemberian Fisioterapi
No Jenis Metoda Dosis Keterangan
1.
Terapi
Latihan
Bobath
F: 2 x seminggu
I : Toleransi Pasien
D: 5 menit/10x
Elongasi trunk
- Mengurangi spastisitas
- Mempermudah berguling
F : 2 x seminggu
I : Toleransi pasien
D: 5 menit/10x
Fasilitasi Berguling
- Mengurangi spastisitas
- Mengenalkan/mengajarkan
cara berguling
- Meningkatkan rotasi trunk
F : 2 x seminggu
I : Toleransi pasien
D: 10 menit
Di posisikan duduk bersila
- Mengenalkan posisi duduk
- Meningkatkan head lifting,
head control, trunk control,
balance, weight bearing, hand
support
- Menurunkan spastisitas
52
F : 2 x seminggu
I : Toleransi pasien
D: 5-10 menit
Diposisikan merangkak
- Mengenalkan posisi
merangkak
- Meningkatkan head lifting,
head control, trunk control,
hand support, weight bearing.
2 AFR
F: 2 x seminggu
I: Toleransi Pasien
D: 5-10 menit
- meningkatkan fungsi bermain
- meningkatkan komunikasi
antara pasien dan terapis
4. Uraian Tindakan Fisioterapi
a) Posisi duduk
Posisi anak : diposisikan duduk bersila
Posisi terapis : duduk dibelakang anak
Tindakan :
- Inhibisi Spastik dan Hand Support
Terapis memposisikan anak duduk bersila untuk melawan
pola spastik pada kaki yaitu fleksi dan adduksi hip, tangan
anak diletakan di depan tubuhnya dengan posisi ekstensi.
Terapis membantu memfiksasi elbow anak untuk melawan
pola spastiknya yaitu fleksi elbow dan jari-jari yang
menggenggam.
- Head Control
Terapis memposisikan tegak kepala anak, kemudian anak di
stimulasi dengan mainan agar tetap mempertahankan
posisinya.
- Trunk Control
Terapis memposisikan tegak tubuh anak dengan bantuan
kaki terapis yang menyangga punggung anak. Bahu anak di
tegakkan agar tidak round back.
53
- Balance duduk
Terapis memposisikan anak duduk bersila lalu tubuh anak
digerakkan ke depan dengan tangan terapis memegang dada
pasien, digerakkan ke belakang dengan tangan terapis
memegang punggung pasien dan digerakkan ke kanan dan
ke kiri dengan kedua tangan terapis memegang kedua tangan
anak.
- Weight Bearing saat duduk
Terapis memposisikan anak duduk bersila dengan
memberikan fiksasi pada hip.
b) Elongasi Trunk
Posisi anak : diposisikan tidur miring
Posisi terapis : disebelah kanan anak
Tindakan : Inhibisi Spastik dan Fasilitasi Berguling
Terapis memberikan fiksasi pada bahu anak dengan tangan
kiri dan pada hip anak dengan tangan kanan. Terapis
menggerakkan hip anak ke depan dan menggerakkan bahu
anak ke belakang. Gerakan dilakukan secara perlahan dan
bergantian.
c) Fasilitasi Berguling Via Shoulder
Posisi anak : diposisikan terlentang
Posisi terapis : di atas kepala anak
Tindakan :
Terapis meletakkan tangan kiri anak di atas kepala , lalu
terapis menggerakkan tangan kanan hingga tubuhnya miring.
Terapis memberi stimulasi taktil di dekat axilla anak agar
anak menggerakkan tubuhnya ke posisi telungkup.
d) Diposisikan Merangkak
Posisi anak : diposisikan merangkak
Posisi terapis : satu terapis di belakang anak dan satu terapis di
depan anak
Tindakan :
54
- Head Control
Kepala anak diposisikan tegak, kemudian anak di stimulasi
dengan mainan agar tetap mempertahankan posisinya
- Hand support
Terapis memfiksasi kedua elbow anak
- Balance dalam posisi merangkak
Terapi memfiksasi pelvic anak lalu menggerakkan pelvic ke
kanan dan ke kiri.
5. Program untuk di rumah
a. Anak jangan terlalu sering ditidurkan.
b. Anak diposisikan duduk bersila tiga kali sehari.
c. Anak sering diajak komunikasi.
d. Orang tua mengulang terapi di rumah seperti yang diajarkan oleh
terapis.
G. EVALUASI
Setelah 2x terapi
No Problem Sebelum ( 8 Oktober
2012)
Sesudah (15
Oktober2012)
1 Tonus Postural Tinggi Tinggi
2 Head Lifting - -
3 Head Control - -
4 Hand Support - -
5 Trunk Control - -
6 Telungkup - -
55
7 Berguling - -
8 Merayap - -
9 Duduk - -
10 Merangkak - -
11 Fungsi Bermain - -
Ket : (-) Tidak ada perbaikan sebelum dan sesudah terapi.
H. PROGNOSA
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad Sanam : Malam
- Quo ad Fungsionam : Malam
- Quo ad Cosmeticam : Malam
56
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cerebral Palsy merujuk kepada beberapa kondisi yang erat kaitanya
dengan defisit sistem saraf pusat yang bersifat tidak progresif dan didapat pada
awal kehidupan. Masalah pada Cerebral Palsy biasanya didapat pada awal
kelahiran. Cerebral Palsy bersifat permanen tetapi tidak mengubah kerusakan
neurodevelomnetal yang disebabkan kecacatan atau kerusakan yang bersifat tidak
progresif dalam satu atau beberapa lokasi di otak yang immature.
Penanganan fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy yaitu dengan mengejar
suatu keterlambatan tahap perkembangan motorik kasar sesuai usia anak, guna
mencapai manfaat yang maksimal dan menguntungkan untuk tahap
perkembangan yang berkelanjutan. Tujuan dari fisioterapi disini adalah membantu
anak mencapai perkembangan terpenting secara maksimal bagi sang anak, yang
berarti bukan untuk menyembuhkan penyakit Cerebral Palsy. Hal ini harus
dikomunikasikan sejak dari awal antara fisioterapis dengan pengasuhnya agar
tujuan terapi tercapai.
Metoda yang diberikan untuk kasus Cerebral Palsy adalah metode Bobath
atau Neuro Development Treatment (NDT) yaitu suatu teknik yang dikembangkan
oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode ini khususnya ditujukan
untuk menangani gangguan sistem saraf pusat pada bayi dan anak-anak. Metode
Bobath pada kasus Cerebral Palsy mempunyai beberapa teknik, yaitu Inhibisi, Key
Point of Control, Fasilitasi, dan Stimulasi Propriosepsi.
B. Saran
Untuk mengurangi angka kejadian Cerebral Palsy diharapkan kepada
orang tua untuk menghindari faktor-faktor resiko yang berkaitan dengan Cerebral
Palsy, diantaranya:
57
1) Mengontrol kehamilan secara rutin untuk mencegah infeksi dalam
kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin dan mengawasi
perkembangan janin.
2) Menghindari cedera saat kehamilan, kelahiran, dan pasca kelahiran
3) Menjaga asupan gizi ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cogher L, Savage E, Smith, Michael. Cerebral Palsy The Child and Young
Person. London. Chapman and Hall Medical. 1992
2. Levitt, Sophie. Treatment of Cerebral Palsy and Motor Delay. London.
Blackwell Science. 1995
3. Campbell S, Linden DWV, Palisano RJ. Physical Therapy for Children.
Philadelphia. 1999
4. Adyana Oka I M. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi. Cermin
Dunia Kedokteran. 1995; 104; 37 – 40
5. P Nigel, Korzeniewski S et al. The Role of the Intrauterine and Perinatal
Environment in Cerebral Palsy. Neoreviews 2005;6;e133-e140
6. Taft T L, Cerebral Palsy. Pediatrics in Review. Pediatrics’ in Review. 1995;
16 (11) : 35 – 45
7. Sala A D, Grant A D. PROGNOSIS FOR AMBULATION IN CEREBRAL
PALSY. Developmental Medicine and Child Neurology.1995; 37: 1020 –
1026
8. Eckersley Pamea M., Elements of Paediatric Physiotherapy.1993; 4 (18):
335-339
9. (ebook/ miller, freeman. Physical therapy of cerebral palsy.New York)
10. (http://nadhiefsblog.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-anak-
dengan.html) diunduh sabtu 13oktober 2012 pukul 20.53

More Related Content

What's hot

Kegawatdaruratan psikiatri
Kegawatdaruratan psikiatriKegawatdaruratan psikiatri
Kegawatdaruratan psikiatri
Yeni Anggraini
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
Agus Gunardi
 
Dmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveDmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressive
Student
 
Osteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentationOsteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentation
gapini
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Jafar Nyan
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referat
Novi Vie Opie
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
aauyahilda
 

What's hot (20)

Kegawatdaruratan psikiatri
Kegawatdaruratan psikiatriKegawatdaruratan psikiatri
Kegawatdaruratan psikiatri
 
12 nervus cranial
12 nervus cranial 12 nervus cranial
12 nervus cranial
 
Referat low back pain
Referat low back painReferat low back pain
Referat low back pain
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Presentasi Tekanan Intrakranial
Presentasi Tekanan IntrakranialPresentasi Tekanan Intrakranial
Presentasi Tekanan Intrakranial
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
Proses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan frakturProses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan fraktur
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Dmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveDmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressive
 
Stroke case Philjeuwbens
Stroke case Philjeuwbens Stroke case Philjeuwbens
Stroke case Philjeuwbens
 
Skdi new
Skdi newSkdi new
Skdi new
 
Pemeriksaan Lengkap Genetalia Wanita dan Pria
Pemeriksaan Lengkap Genetalia Wanita dan PriaPemeriksaan Lengkap Genetalia Wanita dan Pria
Pemeriksaan Lengkap Genetalia Wanita dan Pria
 
Ileus obstruksi
Ileus obstruksiIleus obstruksi
Ileus obstruksi
 
Osteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentationOsteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentation
 
GCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat KesadaranGCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat Kesadaran
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referat
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien
 

Viewers also liked

Makalah anatomi-fisiologi
Makalah anatomi-fisiologiMakalah anatomi-fisiologi
Makalah anatomi-fisiologi
Iifah Arifah
 
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Uzlifati Jannatin Alfafa
 
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisAsuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
neng elis
 
Asuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam Komunitas
Asuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam KomunitasAsuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam Komunitas
Asuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam Komunitas
Lilis c'Ben
 

Viewers also liked (16)

Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
 
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsypenatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
 
PPT Cerebral palsy
PPT Cerebral palsy PPT Cerebral palsy
PPT Cerebral palsy
 
Kti irmawati budiman
Kti irmawati budimanKti irmawati budiman
Kti irmawati budiman
 
Makalah anatomi-fisiologi
Makalah anatomi-fisiologiMakalah anatomi-fisiologi
Makalah anatomi-fisiologi
 
Fisioterapi
FisioterapiFisioterapi
Fisioterapi
 
Askep tumor otak yani 44444 AKPER PEMDA MUN
Askep tumor otak yani 44444 AKPER PEMDA MUNAskep tumor otak yani 44444 AKPER PEMDA MUN
Askep tumor otak yani 44444 AKPER PEMDA MUN
 
Ilmu komunikasi profesi
Ilmu komunikasi profesiIlmu komunikasi profesi
Ilmu komunikasi profesi
 
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
 
Down Syndrome (Materi Biologi)
Down Syndrome (Materi Biologi)Down Syndrome (Materi Biologi)
Down Syndrome (Materi Biologi)
 
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisAsuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
 
Fraktur Humerus
Fraktur HumerusFraktur Humerus
Fraktur Humerus
 
Laporan kasus ppok
Laporan kasus ppokLaporan kasus ppok
Laporan kasus ppok
 
ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA DI KOMUNITAS
ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA  DI KOMUNITASASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA  DI KOMUNITAS
ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA DI KOMUNITAS
 
Frozen shoulder
Frozen shoulderFrozen shoulder
Frozen shoulder
 
Asuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam Komunitas
Asuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam KomunitasAsuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam Komunitas
Asuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam Komunitas
 

Similar to kasus-cerebral-palsy

Laporan Biologi (Jaringan Hewan)
Laporan Biologi (Jaringan Hewan)Laporan Biologi (Jaringan Hewan)
Laporan Biologi (Jaringan Hewan)
Monika Sihaloho
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
Is Wanto
 

Similar to kasus-cerebral-palsy (20)

KONSEP DASAR PRAKTIK KEBIDANAN (MAKALAH SISTEM SARAF SUSAH TIDUR/INSOM)
KONSEP DASAR PRAKTIK KEBIDANAN (MAKALAH SISTEM SARAF SUSAH TIDUR/INSOM)KONSEP DASAR PRAKTIK KEBIDANAN (MAKALAH SISTEM SARAF SUSAH TIDUR/INSOM)
KONSEP DASAR PRAKTIK KEBIDANAN (MAKALAH SISTEM SARAF SUSAH TIDUR/INSOM)
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervical
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervicalPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervical
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervical
 
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docxKel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
 
Buku Anatomi Versi Link.pdf
Buku Anatomi Versi Link.pdfBuku Anatomi Versi Link.pdf
Buku Anatomi Versi Link.pdf
 
Kelompok 4 sistem regulasi pada manusia
Kelompok 4 sistem regulasi pada manusiaKelompok 4 sistem regulasi pada manusia
Kelompok 4 sistem regulasi pada manusia
 
Laporan Biologi (Jaringan Hewan)
Laporan Biologi (Jaringan Hewan)Laporan Biologi (Jaringan Hewan)
Laporan Biologi (Jaringan Hewan)
 
Materi PDF M2KB2 - Anatomi Fisiologi
Materi PDF M2KB2  - Anatomi FisiologiMateri PDF M2KB2  - Anatomi Fisiologi
Materi PDF M2KB2 - Anatomi Fisiologi
 
Materi M2KB2 - Anatomi Fisiologi
Materi M2KB2 -  Anatomi FisiologiMateri M2KB2 -  Anatomi Fisiologi
Materi M2KB2 - Anatomi Fisiologi
 
Makro fungsi panca indera zahra
Makro fungsi panca indera zahraMakro fungsi panca indera zahra
Makro fungsi panca indera zahra
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
 
SISTEM SARAF DAN HORMON
SISTEM SARAF DAN HORMONSISTEM SARAF DAN HORMON
SISTEM SARAF DAN HORMON
 
Makalah sistem persarafan
Makalah sistem persarafanMakalah sistem persarafan
Makalah sistem persarafan
 
Makalah sistem persarafan
Makalah sistem persarafanMakalah sistem persarafan
Makalah sistem persarafan
 
Ssp4 rpp sistem saraf_pertm. 1&2
Ssp4 rpp sistem saraf_pertm. 1&2Ssp4 rpp sistem saraf_pertm. 1&2
Ssp4 rpp sistem saraf_pertm. 1&2
 
Kb 2 adaptasisel
Kb 2 adaptasiselKb 2 adaptasisel
Kb 2 adaptasisel
 
Adaptasi Sel
Adaptasi SelAdaptasi Sel
Adaptasi Sel
 
Modul praktikum jiwa
Modul praktikum jiwaModul praktikum jiwa
Modul praktikum jiwa
 
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSDTugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
 
3.1.1.1 pengantar blok 3.1
3.1.1.1   pengantar blok 3.13.1.1.1   pengantar blok 3.1
3.1.1.1 pengantar blok 3.1
 
Makalah sistem persarafan AKPER PEMKAB MUNA
Makalah sistem persarafan AKPER PEMKAB MUNA Makalah sistem persarafan AKPER PEMKAB MUNA
Makalah sistem persarafan AKPER PEMKAB MUNA
 

Recently uploaded

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 

Recently uploaded (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 

kasus-cerebral-palsy

  • 1. 1 Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat disusun oleh: Andriani Putri Agustania 1006719734 Febie Karmani Putra 1006719936 Gina Fazrina 1006719961 Nurul Hikmah Purwaningtyas 1006720250 Putri Damayanti 1006778314 Tari Sarastuti 1006778402 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI BIDANG STUDI KEDOKTERAN PROGRAM VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA OKTOBER 2012
  • 2. i LEMBAR PENGESAHAN Makalah konferensi kasus telah dikoreksi, disetujui, dan diterima oleh Pembimbing Praktek Klinik Program Vokasi Bidang Studi Kedokeran Program Studi Fisioterapi untuk melengkapi tugas Praktek Klinik I, pada: Hari : Rabu Tanggal : 17 Oktober 2012 Nama Pembimbing : (Tanda Tangan) Sri Widayat Ismiati, S.Pd., SST.Ft. …………………..
  • 3. ii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah laporan kasus ini yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat”. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas dalam Praktek Klinik I Semester V mahasiswa Universitas Indonesia Program Vokasi Bidang Studi Kedokteran Program Studi Fisioterapi. dan sebagai bahan pembelajaran mengenai kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing, staf, dan dokter di RSPAD Gatot Soebroto yang telah membantu dalam memberikan kelengkapan materi makalah ini dan kepada para instruktur fisioterapi di RSPAD Gatot Soebroto, juga pasien yang telah bersedia memberikan waktu untuk menjadi objek dalam makalah ini, kepada orang tua dan teman-teman Fisioterapi yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap saran dan kritik membangun dari pembaca guna penulisan makalah berikutnya yang lebih baik. Jakarta, 17 Oktober 2012 Penyusun
  • 4. iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ...........................................................i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI.....................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR .........................................................................................v DAFTAR TABEL.............................................................................................vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan B. Tujuan Penulisan C. Rumusan Masalah D. Manfaat Penulisan E. Metode Penulian F. Sistematika Penulisaan BAB II PEMBAHASAN A. Anatomi dan Fisiologi Otak B. Definisi Cerebral Palsy C. Epidemiologi Cerebral Palsy D. Etiologi Cerebral Palsy E. Patofisiologi Cerebral Palsy F. Gambaran Klinis Cerebral Palsy G. Diagnosa Fisioterapi H. Prognosis Cerebral Palsy I. Penatalaksanaan Fisioterapi BAB III LEMBAR ASSESSMENT FISIOTERAPI A. Pengumpulan Data Identitas Pasien B. Pengumpulan Data Riwayat Penyakit C. Pemeriksaan
  • 5. iv 1. Pemeriksaan Umum 2. Pemeriksaan Khusus D. Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang E. Identifikasi Problematik Fisioterapi F. Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan Prioritas G. Diagnosis Fisioterapi H. Program Pelaksanaan Fisioterapi I. Pengumpulan Data Program Fisioterapi dari Dokter Rehabilitasi Medik J. Tujuan K. Metode Pemberian Fisioterapi L. Uraian Tindakan M. Program untuk di Rumah N. Evaluasi O. Prognosis BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52
  • 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Cerebral Palsy merupakan kondisi yang erat kaitanya dengan defisit sistem saraf pusat yang bersifat tidak progresif. Masalah pada Cerebral Palsy biasanya didapat pada awal kelahiran. Cerebral Palsy bersifat permanen tetapi tidak mengubah kerusakan neurodevelomnetal yang disebabkan kecacatan atau kerusakan yang bersifat tidak progresif dalam satu atau beberapa lokasi di otak yang immature. Dalam kasus ini dibutuhkan tim dari pelayanan kesehatan masyarakat berupa Fisioterapi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak serta fungsi tubuh manusia sepanjang daur kehidupan dengan pelaksanaan manual, modality, pelatihan fungsi, dan komunikasi. Berdasarkan keadaan di atas, maka perlu adanya suatu bahasan dan intervensi Fisioterapi dalam menangani masalah yang dihadapi oleh pasien dengan Cerebral Palsy. Oleh karena itu, sebagai calon Fisioterapis, penulis merasa bertanggungjawab dan dituntut untuk membantu mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan kapasitas fungsional sesuai derajat cerebral palsy yang dimiliki pasien. B. Tujuan Penulisan Tujuan Umum: 1. Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kelulusan dalam praktek klinik. 2. Untuk menerapkan pengetahuan penulis dalam penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat
  • 7. 2 Tujuan Khusus: 1. Mengetahui anatomi otak dan sistem saraf pusat 2. Mengetahui definisi dan epidemiologi dari Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat 3. Mengetahui patofisiologi dan etiologi Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat 4. Mengetahui manifestasi klinis dan prognosis Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat 5. Mengetahui anamnesa, problematik dan diagnosis, serta intervensi Fisioterapi yang tepat dalam penatalaksanaan kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat ? 2. Apa saja kekhususan yang harus diperhatikan dalam penanganan Fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat ? D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis: Dengan penulisan makalah ini, akan menambah pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman bagi penulis dalam penatalaksanaan Fisioterapi pada kondisi Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat. 2. Bagi Institusi: Dapat digunakan sebagai bahan kajian dan laporan kasus, serta menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. 3. Bagi Masyarakat Umum: Menambah pengetahuan dikalangan masyarakat umum tentang terapi yang bermanfaat bagi pasien dengan kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Berat .
  • 8. 3 E. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan adalah Metode Penanganan Langsung serta Metode Studi Pustaka dan Website. F. Sistematika Penulisan 1. Kata Pengantar 2. Daftar Isi 3. Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan B. Tujuan Penulisan C. Rumusan Masalah D. Manfaat Penulisan E. Metode Penulisan 4. Bab II Pembahasan Kasus 5. Bab III Laporan Kasus 6. Bab IV Penutup 7. Daftar Pustaka
  • 9. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Anatomi dan Fisiologi Otak Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat, yang terdiri atas jaras saraf di otak dan medula spinalis, dan system saraf perifer, yang terdiri atas saraf yang mempersarafi bagian tubuh lainnya. Koordinasi system saraf pusat dan perifer memungkinkan kita bergerak, berbicara, berpikir, dan berespons. 1. KONSEP FISIOLOGIS 1) NEURON Neuron, yang juga disebut dengan sel saraf , adalah unit fungsional system saraf dan merupakan sel yang sangat khusus. Maturasi saraf terjadi sebelum atau segera setelah lahir. Saat matur, neuron tidak menjalani reproduksi sel dan tidak dapat diganti. Setiap neuron berfungsi untuk menerima stimulus yang dating dari, dan mengirim stimulus yang keluar ke saraf lain, otot, atau kelenjar. Neuron melewati dan menerima sinyal melalui perubahan aliran ion bermuatan listrik bolak-balik melintasi membrane sel neuron. 2) BAGIAN NEURON Kebanyakan neuron memiliki empat bagian : dendrite, ujung aferen yang menerima sinyal yang dating; badan sel, bagian tengah yang mengandung nucleus; akson, pemanjangan tempat lewatnya sinyal; dan terminal akson, yang bercabang dari akson dan menyampaikan sinyal ke sel lain. - Dendrit Dendrit adalah perluasan saraf dari badan sel. Dendrit adalah bagian neuron yang menerima stimulasi dari saraf lain. Setiap neuron dapat memiliki cabang dendrite. Eksitasi neuron biasanya berawal di dendrite. Dendrit membawa eksitasinya ke segmen yang berdekatan, yaitu badan sel
  • 10. 4 - Badan Sel Badan sel mengandung organel tipikal sel manusia. Nukleus, yang mengandung informasi genetic neuron, mengarahkan produksi protein, enzim, dan neurotransmitter yang diperlukan oleh saraf untuk fungsi tepatnya. Badan sel mengantarkan zat tersebut ke bagian neuron lainnya sesuai kebutuhan. Walaupun eksitasi saraf biasanya berawal dengan eksitasi dendrite, badan sel kadangkala dapat distimulasi secara langsung oleh stimulus yang dating dari neuron lain dan oleh stimulus kimia dan listrik. Badan sel menyampaikan sinyal listrik ke segmen berikutnya, yaitu akson. - Akson Tonjolan dari badan sel adalah akson, bagian pangkalnya disebut segmen inisial atau zona pemicu. Akson adalah serabut panjang tempat lewatnya sinyal listrik yang dimulai di dendrite dan badan sel. Akson mentransmisikan sinyal awal ke neuron lain atau ke otot atau kelenjar. Percabangan batang utama akson dapat berupa serabut kolateral multiple. Serabut kolateral menyampaikan informasi ke banyak sel saraf lain yang saling berhubungan, dengan meningkatkan pengaruh neuron di sepanjang system saraf. Di sepanjang akson, protein kontraktil dan mikrotubulus mengangkut zat yang dihasilkan di badan sel. Akson juga disebut serabut saraf ; banyak serabut saraf yang melintas bersama di suatu berkas disebut saraf. Pada beberapa saraf, akson ditutup oleh lapisan lemak yang terisolasi yang disebut, myelin. Mielin diproduksi ketika sel penyokong membungkus membrane plasmanya di sekitar akson. Pada system saraf perifer, sel penyokong adalah sel Schwann. Pada system saraf pusat, myelin dihasilkan oleh tipe sel khusus, oligodendrosit. Mielin meningkatkan kecepatan sinyal listrik yang ditransmisikan melalui akson. - Terminal Akson Di ujung setiap batang akson utama dan kolateral, percabangan meluas. Percabangan akson yang terakhir ini disebut terminal akson. Melalui terminal akson, sinyal listrik disampaikan ke dendrite atau badan sel neuron kedua. Di system saraf perifer, sinyal juga dapat disampaikan ke sel otot atau kelenjar.
  • 11. 5 - Kategori Neuron Neuron yang membawa informasi dari system saraf perifer ke system saraf pusat disebut neuron sensorik atau neuron aferen. Neuron ini adalah satu-satunya tipe sel saraf yang tidak memiliki dendrite, tetapi memiliki reseptor di ujung distalnya yang mendekati stimulus kimia atau fisik. Neuron yang membawa informasi keluar dari system saraf ke berbagai organ target (sel otot, saraf lain, atau kelenjar) disebut neuron motorik atau neuron eferen. Kelompok neuron ketiga menyampaikan pesan antara neuron aferen dan neuron eferen. Neuron ini disebut interneuron. Hamper 99% dari semua neuron di tubuh adalah interneuron dan semua interneuron terletak di system saraf pusat - Sinaps Gambar 1- Serabut saraf dalam medulla. Akson atau silinder aksis berjalan dari sel ke ujung akhir serabut saraf, dilindungi sebuah sarung berlemak – sarung meduler yang diselingi nodus ranvier Gambar 2 – Klasifikasi sel saraf sesuai dengan fungsinya ; aferen, interneuron, dan eferen
  • 12. 6 Sinaps adalah titik pertautan antara dua neuron. Neuron berkomunikasi satu sama lain dengan melepaskan zat kimia ke dalam celah kecil (celah sinaps) yang memisahkan satu neuron dengan neuron lainnya. Zat kimia yang dilepaskan neuron tertentu disebut neurotransmitter. Biasanya neurotransmitter dilepaskan dari terminal akson satu neuron, berdifusi melintasi celah sinaps, dan berikatan dengan reseptor pada dendrite atau badan sel neuron lain. Sel yang melepaskan neurotransmitter disebut neuron prasinaps. Neuron yang melengkapi sinaps disebut neuron pascasinaps. - Neurotransmitter dan Neuromodulator Kebanyakan neurotransmitter disintesis di badan sel dan disalukan mellui akson ke terinal akson. Seringkali kotransmitter, yang disebut dengan neuromodulator, adalah tipe zat kimia yang sedikit berbeda dengan neurotransmitter. Neuromodulator biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bekerja dan dapat berfungsi untuk meningkatkan atau mengurangi transkripsi DNA dan sintesis protein. Neuron modulator sering mempengaruhi respon sel pascasinaps terhadap neurotransmitter, dan berkaitan dengan fungsi jangka panjang seperti belajar, mood, dan perkembangan. Contoh neurotransmitter dan neuromodulator adalah sebagai berikut : monoamine-norepinefrin, serotonin, dopamine, dan histamine; asam amino-asam gama-aminobutirat (gama-aminobutyric acid, GABA), glisin, glutamate, dan aspartat;asetilkolin; dan neuropeptida, yang meliputi endorphin, enkelfalin dan substansi P, peptide intestinal vasoaktif (vasoactive intestinal peptide, VIP) dan adenosine trifosfat (ATP). Gambar 3- Di sinaps, neuron prasinaps melepaskan zat kimia yang berdifusi melintasi celah sinaps dan berikatan dengan sel pasca sinaps.
  • 13. 7 Bahkan beberapa gas dapat berfungsi sebagai neurotransmitter, yang meliputi nitrogen monoksida dan karbon dioksida. Gas tidak berikatan dengan reseptor pascasinaps, namun berdifusi ke dalam sel pascasinaps untuk melakukan kerja. Beberapa neurotransmitter (mis., asetilkolin an norepinefrin) dapat merangsang atau menghambat sel pascasinaps. Akan tetapi, neurotransmitter seringkali memiliki efek yang sama (eksitasi atau inhibisi) pada semua sel yang diikatnya. Contoh neurotransmitter inhibisi adalah GABA, glisin , nitrogen, monoksida dan biasanya dopamine. Glutamin adalah contoh neurotransmitter eksitasi. 3) PELINDUNG OTAK Pelindung otak terdiri dari : • Rambut, kulit, tulang tengkorak (cranium) • Darah sinus venosus • Meninges , yang terbagi menjadi : – Dura mater – Membran Araknoid – Pia mater • Cairan Serebrospinal (CSS) - Meninges Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti oleh membrane tipis yang disebut “meninges” yang melindungi struktur syaraf , membawa pembuluh darah, dan dengan sekresi sejenis cairan, yaitu cairan serebro-spinal yang berfungsi memperkecil benturan atau goncangan. Meninges/ meningia terdiri atas 3 lapis, yaitu; pia mater (“little mother”), yang terdapat tepat di atas otak, araknoid (“seperti laba-laba”) sebagai lapisan tengah, dan dura mater (“thick mother”) di bagian luar. Gambar 4- Bagian-bagian pelindung otak dan medulla spinalis
  • 14. 8 Ruangan di atas dura mater disebut epidural, dan ruangan di bawah dura mater tetapi di atas araknoid disebut subdural. Ruang epidural dan subdural berisi banyak pembuluh darah kecil. Kerusakan pada pembuluh darah tersebut menyebabkan penimbunan darah di ruang epidural atau subdural. CSS bersirkulasi di ruang subaraknoid (di bawah araknoid, di atas pia mater). Meningitis adalah radang pada meninges ,gejalanya berupa bertambahnya jumlah dan berubahnya susunan cairan serebro-spinal (CSS). Infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri atau virus; dan diagnosis dapat dilakukan dengan memeriksa cairan serebro-spinal yang diambil melalui pungsi lumbal. - Pia mater Pia mater berada di dalam celah-celah pada otak dan sumsum tulang belakang. Karena letaknya sangat erat , pia mater berfungsi menyediakan darah pada otak dan sumsum tulang belakang. - Araknoid Merupakan selaput halus yang memisahkan pia mater dari dura mater. - Dura mater Duramater padat dan keras, terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar yang melapisi tengkorak, dan lapisan dalam yang bersatu dengan lapisan luar, kecuali pada bagian tertentu, tempat sinus-sinus terbentuk, dan tempat dura mater membentuk bagian-bagian berikut : Falks serebri yang terletak diantara kedua hemisfer otak. Tepi atas falks serebri membentuk sinus longitudinalis superior atau sinus sagitalis superior yang menerima darah vena dari otak, dan tepi bawah falks serebri membentuk sinus longitudinalis inferior atau sinus sagitalis inferior yang menyalurkan darah keluar falks serebri. Tentorium serebeli memisahkan serebelum dari serebrum. Diafragma selae adalah sebuah lipatan berupa cincin dalam dura mater dan yang menutupi sela tursika, yaitu sebuah lekukan pada tulang sphenoid , yang berisi hipofisis. 4) CAIRAN SEREBROSPINAL DAN VENTRIKEL Cairan serebro-spinal bersifat alkali dan tidak berwarna. Walaupun CSS dibentuk dari plasma yang mengalir melalui otak, konsentrasi elektrolit dan
  • 15. 9 glukosanya berbeda dari konsentrasi plasma. Tekanannya adalah 60 sampai 140 mm air. Fungsi CSS yaitu bekerja sebagai buffer, melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari getaran fisik, menghantarkan makanan ke jaringan sistem syaraf pusat. CSS dibentuk sebagi hasil filtrasi, difusi, dan transport aktif yang melintasi kapiler khusus ke dalam ventrikel (rongga) otak, terutama ventrikel lateral. Jaringan kapiler yang berperan dalam pembentukan CSS disebut pleksus koroideus. Pleksus koroid dibentuk jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat halus dan ditutupi bagian pia mater yang membelok ke dalam ventrikel dan menyalurkan cairan serebro-spinal. Saat berada di dalam ventrikel, CSS mengalir ke arah batang otak. Melalui lubang kecil di batang otak, CSS bersirkulasi ke permukaan otak dan medulla spinalis. Di permukaan otak , CSS masuk ke system vena dan kembali ke jantung. Dengan demikian, CSS terus-menerus mengalami resirkulasi pada system saraf pusat. Apabila jalur konduksi ventrikel untuk CSS mengalami sumbatan, dapat terjadi penimbunan cairan, yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan di dalam dan permukaan otak. Gambar 5 - Arah aliran : Ventrikel lateral  Ventrikel III  Ventrikel IV  ruang subaraknoid yang mengelilingi seluruh otak dan medula spinalis à vili araknoid à vena  absorpsi
  • 16. 10 - Sistem ventrikuler Sistem ventrikel terdiri atas beberapa rongga dalam otak yang berhubungan satu sama lain. Ke dalam rongga-rongga itulah pleksus koroid menyalurkan cairan serebro-spinal. Kedua ventrikel lateral, masing-masing berada satu pada tiap hemisfer otak, bersambung dengan ventrikel ketiga yang terletak pada garis tengah antara kedua thalamus. Ventrikel ketiga bersambung dengan ventrikel keempat, yang terdapat diantara serebelum, pons, dan medulla oblongata, melalui saluran kecil, akuaduktus serebri. Celah-celah pada atap ventrikel keempat memungkinkan cairan serebro-spinal memasuki ruang subaraknoid yang mengelilingi keseluruhan otak dan sumsum tulang belakang. - Pungsi lumbal. Karena sumsum tulang belakang berakhir pada ketinggian vertebrae lumbalis pertama atau kedua dan ruang subarachnoid memanjang terus hingga ketinggian vertebrae sakralis kedua, contoh cairan serebro-spinal dapat disedot keluar dengan menyuntikkan jarum pungsi lumbal ke dalam ruang sub arakhnoid di antara titik-titik ini, dan tindakan ini disebut pungsi lumbal. Pemeriksaan cairan serebro-spinal yang dilakukan dengan cara tersebut dapat mengungkapkan keterangan penting tentang kemungkinan adanya meningitis dan perdarahan subaraknoid pada otak. 2. BAGIAN-BAGIAN OTAK Perkembangan otak terletak di dalam rongga cranium tengkorak. Otak berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran : otak awal, yang disebut otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Otak depan, menjadi belahan otak (hemisferium serebri), korpus striatum dan talami (thalamus dan hipotalamus) Otak tengah, otak tengah (diensefalon) Otak belakang, pons Varoli medulla Oblongata ketiga bagian ini membentuk Batang otak serebelum
  • 17. 11 1) SEREBRUM Mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak, yang masing-masing disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Serebrum terdiri atas 2 belahan (hemisfer) besar sel saraf (substansi kelabu) dan serabut saraf (substansi putih). Lapisan luar substansi kelabu disebut korteks. Kedua hemisfer otak itu dipisahkan celah yang dalam, tetapi bersatu kembali pada bagian bawahnya melalui korpus kalosum , yaitu masa substansi putih yang terdiri atas serabut syaraf. Di sebelah bawahnya lagi terdapat kelompok-kelompok substansi kelabu atau ganglia basalis. Fungsi serebrum. Hal ini telah disinggung dalam berbagai hal yang telah diuraikan di atas. Singkatnya adalah : Korteks serebri mengandung pusat-pusat lebih tinggi yang berfungsi mengontrol mental, tingkah laku, pikiran, kesadaran, moral, kemauan, kecerdasan, kemampuan berbicara, bahasa, dan beberapa perasaan khusus. Berbagai daerah pada otak. Fisura-fisura dan ulkus-ulkus membagi hemisfer otak menjadi beberapa daerah. Korteks serebri bergulung-gulung dan terlipat secara tidak teratur, sehingga memungkinkan luas permukaan substansi kelabu bertambah. Lekukan diantara gulungan-gulungan itu disebut sulkus, dan sulkus yang paling dalam membentuk fisura longitudinal dan lateralis. Fisura- fisura dan sulkus-sulkus ini membagi otak dalam beberapa daerah atau “lobus” yang letaknya sesuai dengan tulang yang berada di atasnya, seperti lobus frontalis, temporalis, parietalis, dan oksipitalis. Fisura longitudinalis adalah celah dalam pada bidang medial yang membagi serebrum menjadi hemisfer kanan dan kiri. Sekeping tipis dura mater yang disebut falks serebri menyelipkan dirinya ke dalam fisura itu. Dengan cara yang sama sebagian kecil dura mater, yang disebut falks serebeli, membagi serebelum menjadi hemisfer kanan dan kiri. Sulkus lateralis, atau fisura silvius , memisahkan lobus temporalis dari lobus frontalis (pada sebelah anterior) dan dari lobus parietalis pada sebelah posterior. Sulkus sentralis atau fisura Rolando memisahkan lobus frontalis dari lobus parietalis. Lobus oksipitalis terletak di belakang lobus parietalis dan
  • 18. 12 Gambar 7- Alur penerimaan impuls (input, proses, dan output) Gambar 6- Susunan substansia putih pada otak bersandar pada tentorium serebeli, yaitu sebuah lipatan dura mater yang memisahkan fosa kranialis tengah dan fosa kranialis posterior di bawahnya. Korteks serebri terdiri atas banyak lapisan sel saraf yang merupakan substansi kelabu serebrum. Korteks serebri ini tersusun dalam banyak gulungan-gulungan dan lipatan yang tidak teratur, dan dengan demikian menambah daerah permukaan korteks serebri, persis sama seperti melipat sebuah benda yang justru memperpanjang jarak sampai titik ujung yang sebenarnya. Substansi putih terletak agak lebih dalam dan terdiri atas serabut saraf milik sel- sel pada korteks. Substansi putih pada hemisfer otak terdiri atas serabut saraf yang bergerak ke dan dari korteks, dan menyambungkan berbagai “pusat” pada otak dengan sumsum tulang belakang. Korteks serebri dibagi menjadi beberapa daerah , sebagian memiliki fungsi motorik, dan sebagian lagi memiliki fungsi sensorik. Daerah motorik terletak persis di depan sulkus sentralis, dan memanjang terus hingga sulkus lateralis. Daerah motorik korteks mengandung sel-sel besar yang merupakan awal jalur motorik yang mengendalikan gerakan pada sisi lain tubuh. Keseluruhan tubuh justru dilukiskan terbalik yaitu : berturut-turut dari atas ke bawah adalah daerah motorik yang mengendalikan anggota badan bawah, badan, anggota badan atas, leher, dan akhirnya kepala, seperti yang diperlihatkan dalam.
  • 19. 13 Pada orang-orang yang lazim menggunakan anggota badannya yang sebelah kanan, Daerah Broca terletak pada sisi kiri hemisfer, sebaliknya pada orang-orang kidal, Daerah Broca terletak pada sisi kanan hemisfer. Korteks sensorik terletak persis di belakang sulkus sentralis. Di sini berbagai sifat perasaan dirasakan dan lantas ditafsir. Daerah auditorik (pendengaran) terletak pada lobus temporalis, persis di bawah fisura longitudinalis. Di sini kesan atas suara diterima dan ditafsirkan. Daerah visual (penglihatan) terletak pada ujung lobus oksipitalis yang menerima bayangan serta kesan-kesan untuk ditafsirkan. Pusat pengecapan dan penciuman terletak agak di sebelah depan pada lobus temporalis. 2) TALAMUS Talamus menerima semua informasi sensorik yang datang (kecuali bau) dan secara berturut-turut menyampaikan informasi tersebut melalui berbagai traktus aferen ke bagian ain korteks serebri. Serabut desendens dari korteks serebri juga berjalan ke bawah menuju thalamus. Fugsi korteks serebri bergantung pada penyampaian thalamus. Talamus juga merupakan bagian dari system aktivasi reticular (RAS) , suatu kelompok neuron yang luas yang penting dalam membuat individu terjaga. Talamus menerima informasi nyeri dan menyampaikannya ke korteks serebri. Gambar 8– Lobus-lobus pada otak memiliki fungsi yang berbeda-beda
  • 20. 14 3) HIPOTALAMUS Hipotalamus membentuk dasar diensefalon. Hipotalamus merupakan organ saraf dan endokrin penting yang bertanggungjawab untuk mempertahankan homeostasis (kestabilan lingkungan internal). Hipotalamus mengintegrasikan dan mengarahkan informasi mengenai pengaturan suhu tubuh, lapar, dan haus, aktivitas system saraf otonom, dan status emosi. Pengaturan kadar beberapa hormone, termasuk hormone hipofisis. 4) GANGLIA BASALIS Beberapa kelompok kecil substansi kelabu yang disebut ganglia atau nuclei basalis terbenam dalam massa substansi putih pada setiap hemisfer otak. Ganglia basalis tersusun dari beberapa struktur yang dapat dipisahkan secara anatomis atau fisiologis, yang mencakup nucleus kaudatus dan putamen, dan globus palidus. Struktur ini berhubungan erat dengan massa substansi kelabu yang lain, yaitu thalamus yang terletak ditengah–tengah struktur itu. Semua proyeksi ke dan dari ganglia basalis melalui thalamus. Ganglia basalis penting untuk menginhibisi gerakan yang tidak perlu, mengontrol gerakan yang sangat terampil yang memerlukan pola dan kecepatan respons tanpa pemikiran yang disengaja. Ada kemungkinan besar system nucleus dan serabut ini, yang merupakan bagian system ekstra-piramidal , mempengaruhi tonus dan sikap tubuh , menyatukan dan Gambar 9– Daerah pada hipotalamus yang berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, lapar, dan haus, aktivitas system saraf otonom, dan status emosi
  • 21. 15 menyesuaikan gerakan-gerakan otot-sadar utama, yang merupakan tugas jalur motorik desendens yang besar, atau system pyramidal. Gangguan pada daerah-daerah ini menyebabkan tremor atau gemetaran pada saat tidak bergerak; apabila bergerak, gerakan akan menjadi kaku. Contohnya pada penyakit Parkinson atau paralisis agitans, yaitu keadaan progresif yang bermula pada saat seseorang menginjak masa setengah umur. Gangguan itu tampak berupa kepala tegang dan kaku, badan membungkuk, lengan dengan jari-jemari yang kaku menggelantung di samping, jempol mendekati jari-jari lain seperti menggelintir pil secara ritmik. Paha kaku dan agak susah bergerak. Pasien yang menderita sakit ini hanya mampu melangkah dengan langkah-langkah pendek dan pelan. Kapsula interna terbentuk oleh berkas-berkas serabut motorik dan sensorik yang menyambung korteks serebri dengan batang otak dan sumsum tulang belakang. Pada saat melintasi pulau-pulau substansi kelabu, berkas-berkas saraf ini berpadu satu sama lain dengan eratnya. Trombosis arteri yang melayani kapsula interna dapat menimbulkan kerusakan pada salah satu sisi tubuh (hemiplegia); kerusakan serebro-vaskuler seperti itu disebut “stroke”. 5) BATANG OTAK Batang otak terdiri atas otak tengah (diensefalon), pons Varoli dan medulla Oblongata. Otak tengah mengandung pusat-pusat yang mengendalikan Gambar 10– Potongan melintang otak yang menunjukkan ganglia basalis
  • 22. 16 keseimbangan dan gerakan-gerakan mata. Pons Varoli memiliki banyak serabut yang berjalan menyilang pons untuk menghubungkan kedua lobus serebelum; dan menghubungkan ke korteks serebri. Medula oblongata mengandung nucleus atau badan sel dari berbagai saraf otak yang penting. Selin itu, medulla oblongata mengandung “pusat-pusat vital” yang berfungsi mengendalikan pernapasan dan system kardio-vaskuler. 6) SEREBELUM Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Serebelum mempunyai hubungan dengan berbagai bagian lain system persarafan. Tetapi hubungannya yang terutama adalah dengan hemisfer serebri pada sisi yang lain dengan batang otak. Selain itu, serebelum menerima serabut dari sumsum tulang beakang dan berhubungan dengan pusat-pusat reflex penglihatan pada atap otak tengah (diensefalon), dengan thalamus, dengan serabut-serabut saraf pendengaran. Fungsi serebelum adalah mengatur sikap dan aktivitas sikap badan. Serebelum berperan penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan. Bila serabut kortiko-spinal yang melintas dari korteks serebri ke sumsum tulang belakang mengalami penyilangan, dan dengan demikian mengendalikan gerakan sisi lain tubuh , hemisfer, serebeli mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri. Gambar 11- Bagian-bagian batang otak
  • 23. 17 Cedera unilateral pada serebelum mengakibatkan gangguan pada sikap dan tonus otot. Gerakan sangat tidak terkoordinasi. Seorang pasien yang mengalami gangguan tersebut mungkin tidak sanggup memasukkan makanan ke mulutnya sendiri , terombang-ambing sewaktu berjalan, dan cenderung jatuh ke arah sisi badan yang mendapat cedera. Semua gerakan sadar dan otot-otot anggota badan menjadi lemah, dan cara bicarapun lambat. 7) SISTEM LIMBIK Sistem limbic adalah kelompok difus neuron dari area yang berbeda di otak. Neuron di system limbic meliputi serabut dari semua lobus otak depan dan hubungan yang luas dari hipotalamus dan thalamus. Area otak tengah dan otak belakang juga mengirimkan proyeksi yang membentuk system limbic. Hipokampus dianggap sebagai bagian system limbic dan berperan penting dalam member kode dan mengonsolidasi memori. Amigdala, yang juga dianggap sebagai bagian system limbic, terlibat dalam pembentukan emosi, agresi, dan perilaku Gambar 12– Cerebellum Gambar 13– Lokasi cingulate gyrus, thalamus, hipocampus dan amygdala
  • 24. 18 seksual. Belajar dan perilaku juga dipengaruhi oleh beberapa system limbic dan hubungan saraf-saraf otak. Penyakit atau kerusakan pada saraf otak menyebakan timbul gejala-gejala sebagai berikut : 1. Kehilangan daya penciuman 2. Penglihatan kabur atau hilang 3. Penglihatan rangkap , juling 4. Rasa sakit yang persisten (terus-menerus) pada wajah, atau rasa kaku pada wajah bila diadakan langkah-langkah pembedahan guna meringankan rasa sakit yang persisten itu, sakit gigi dan pengunyahan lemah. 5. Paralisa otot wajah 6. Tinitus atau pekak, pusing vestibular, kehilangan keseimbangan 7. Kesulitan menelan 8. Lidah lemah, yang mengakibatkan sulit mengunyah dan bicara 3. SAWAR DARAH OTAK Sawar darah-otak adalah struktur unik system vascular otak yang mencegah lewatnya material dari darah ke cairan seebrospinal di otak. Sawar darah-otak terbentuk dari sel endotel yang berikatan erat di kapiler otak dan dari sel yang melapisi ventrikel yang membatasi difusi dan filtrasi. Fungsi transport khusus mengatur cairan yang keluar dari sirkulasi umum untuk membasahi sel otak.. Banyak obat dan zat kimia tidak dapat menembus sawar darah-otak. Gambar14 - Sawar darah otak
  • 25. 19 4. ALIRAN DARAH OTAK DAN METABOLISME OTAK Otak menerima sekitar 15% curah jantung. Tingginya kecepatan aliran darah ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan otak yang terus-menerus tinggi akan glukosa dan oksigen. Otak bersifat unik karena otak biasanya hanya menggunakan glukosa sebagai sumber untuk fosforilasi oksidatif dan produksi ATP. Tidak seperti sel yang lain, sel otak tidak menyimpan glukosa sebagai glikogen; dengan demikian, otak harus secara terus-menerus menerima oksigen dan glukosa melalui aliran darah otak. Deprivasi oksigen selama 5 menit dan deprivasi glukosa selama 15 menit, dapat menyebabkan kerusakan otak yang signifikan. Fungsi otak sangat bergantung pada aliran darah, sehingga mungkin untuk mengidentifikasi bagian otak mana yang melakukan tugas apa dengan mengukur aliran darah otak selama aktivitas otak yang spesifik. Penelitian memperlihatkan bahwa ketika melakukan banyak kerja mental, otak mula-mula memproduksi ATP melalui glikolisis anaerob, bukan melalui fosforilasi oksidatif. Glikolisis anaerob bergantung pada glukosa, tetapi tidak memerlukan oksigen. Otak tetap melakukan hal ini walaupun tersedia oksigen. Akibatnya adalah pemakaian dan deplesi glukosa yang cepat, disertai peningkatan kadar oksigen secara bersamaan. Dalam waktu singkat, otak mulai melakukan fosforilasi oksidatif. 5. TEKANAN INTRAKRANIAL Tekanan di dalam cranium disebut tekanan intracranial (TIK). TIK ditentukan oleh volume darah di otak, volume CSS, dan volume jaringan otak. Dalam keadaan normal, TIK berkisar dari 5 sampai 15 mmHg. 6. HEMISFER OTAK 1) Gangguan pada serebrum. Penyakit atau kerusakan yang timbul setelah cedera atau yang menyusul kecelakaan serebrovaskuler pada otak, tergantung daerah dan neuron yang terserang: bisa menjadi menyerang saraf motorik dan sensorik yang berjalan melalui kapsula interna dalam perjalanannya ke dan dari otak.
  • 26. 20 Paralisa motorik jenis spastic, dengan gejala kaku otot dan reflex meninggi, merupakan akibat dari neuron atas yang terkena cedera. Hemiplegia hanya dapat menyerang lengan dan tungkai sebelah saja, sedangkan otot wajah, kepala, leher, dan badan-kendati badan kering tidak terkena-mungkin terserang juga. Paralisa sensorik sebagai akibat cedera pada jalur sensorik. Gerak reflex tidak normal Ketidaknormalan ini melibatkan juga reflex organic pupil mata yang mengalami kontraksi atau tidak dapat berkontraksi, reflex kandung kemih yang terserang mrnyrbabkan paralisa sfingter, dan dinding kandung kemih mengalami retensi urin yang melebihi daya tampung sehingga meluap; selain itu rectum dapat terserang juga dengan akibat adanya gangguan reflex defekasi. Karena hemisfer serebri juga merupakan bagian otak, tempat terdapat fungsi-fungsi yang bernilai tinggi, seperti bicara, penglihatan, pengecapan, penciuman, dan ingatan, kerusakan pada bagian ini akan menimbulkan banyak gejala. 2) Spastisitas dan kekakuan. Pada saat keadaan paralisis berlalu, otot mendapat kembali tonusnya, kendati masih lemah. Anggota gerak yang terserang menjadi spastic dan kaku. Gerak reflex terjadi, khusunya pada bagian yang mempunyai hubungan dengan kelompok otot fleksor dan abductor, walaupun tidak terdapat pengendalian sadar atas gerakan ini. Kemampuan pengendalian sadar hilang. Pada tahap ini ada kemungkinan terjadi deformitas. 3) Ensefalitis Ensefalitis adalah peradangan pada jaringan otak, yang biasanya disebabkan infeksi virus. 4) Meningitis adalah peradangan pada selaput otak. 5) Kraniotomi Kraniotomi adalah melubangi tengkorak, yang umumnya dilaksanakan bila terdapat tumor, darah, atau gumpalan darah, ataupun fraktur yang dapat menekan otak.
  • 27. 21 B. Definisi Cerebral Palsy Cerebral Palsy merujuk kepada beberapa kondisi yang erat kaitanya dengan defisit sistem saraf pusat yang bersifat tidak progresif dan didapat pada awal kehidupan. 1 Masalah pada Cerebral Palsy biasanya didapat pada awal kelahiran. Cerebral Palsy bersifat permanen tetapi tidak mengubah kerusakan neurodevelomnetal yang disebabkan kecacatan atau kerusakan yang bersifat tidak progresif dalam satu atau beberapa lokasi di otak yang immature. 2 . Di beberapa survey, tidak ada konsistensi hubungan antara kasus Cerebral Palsy yang kelainananya didapat setelah Periode Neonatal. Dibeberapa studi besar mengenai tanda neurologi pada anak, Nelsoon dan Elenberg (1982) mendeskripsikan dari 37 282 anak-anak dar umur 1 tahun sampi 7 tahun. (tabel 1.1.) Tabel 1.1 Anak yang hidup dengan Cerebral palsy Diagnosis pada umur 1 tahun Diagnosis pada umur 7 tahun Pasti Cerebral Palsy Tidak Cerebral Palsy Curiga Cerebral Palsy Pasti Cerebral Palsy Ringan 125 89 4 32 Sedang 71 28 3 40 Berat 33 1 0 32 229 118 7 104 Ada beberapa kecendrungan untuk melihat beberapa variasi kelaianan motorik, tidak hanya kaku atau lemah atau deformitas sendi. Cerebral Palsy bersifat tidak progresif dari defisit sistem motorik. Perubahan Klinis dari Cerebral Palsy mengubah secara individual, dengan mengubah dari kedewasaan, perkembangan serta kemungkinan untuk kembali sembuh. Definisi secara implisit meliputi Kelainan Progresif sistem saraf pusat seperti tumor dan proses
  • 28. 22 degeneratif. Cerebral Palsy melibatkan satu atau lebih dari ekstermitas dan sering sekali batang tubuh. Ini menyebabkan gangguan dari fungsi motor volunter dan mengakibatkan beberapa gejala. Oleh karena itu, Masalah anak-anak dengan CP harus dievaluasi dalam perspektif pertumbuhan dan perkembangan normal anak- anak dengan penyakit, seperti infeksi telinga, yang membutuhkan tindakan medis pengobatan.3 Klasifikasi Cerebral Palsy Cerebral Palsy telah dikasifikasikan dalam beberapa cara oleh Liitle (1862) dan Ingram (1964), beberapa literatur mengkalsifikasikanya berdasarkan: a. Penemuan neuropathological pada autopsi b. Beberapa yang dianggap faktor c. Gejala klinik neurologi Beberapa praktisi sekarang mengkasifikasikan hal tersebut berdasarkan Gejala klinik neurologi. Gejala klinik dari Cerebral Palsy sangatlah kompleks dan susah untuk dikategorikan. Pemeriksaan pada pendertia Cerebral Plasy akan menghasilkan beberapa tanda variasi, tetapi beberapa refrensi dimana tanda itu muncul sangatlah bervariasi. Menurut Develompmental Medical Children Neurology, 2004, klasifikasi Cerebral Palsy didasarkan pada tabel 1.2. Tabel 1.2. Klasisfikasi Cerebral Palsy Bagian Tubuh yang terkena Ganguan Motorik yang terekna Hemiplegia/hemiparese Spastik Diplegia Ataksia/Hipotonia Tetraplegia/Quadriplegia Atetoid/Diskinetik 1) Spastik Cerebral palsy spastic sejauh ini merupakan jenis yang paling umum, terjadi pada 70% sampai 80% dari semua kasus. Selain itu, kejang Cerebral
  • 29. 23 Palsy menyertai salah satu dari jenis lain dalam 30% dari semua kasus. Orang dengan tipe ini hipertonik dan memiliki kondisi neuromuskuler yang berasal dari kerusakan saluran kortikospinalis atau korteks motor yang mempengaruhi kemampuan sistem saraf untuk menerima asam gamma amino butirat oleh kecacatan. Cerebral Palsy spastik lebih lanjut diklasifikasikan oleh topografi tergantung pada daerah tubuh yang terkena, ini termasuk: - Spastik hemiplegia (satu sisi yang terkena). Umumnya, cedera otot-saraf dikendalikan oleh sisi kiri otak akan menyebabkan defisit kanan tubuh, dan sebaliknya. orang yang memiliki spastik hemiplegia adalah rawat jalan, meskipun mereka umumnya memiliki equinus dinamis pada sisi yang terkena dan terutama diresepkan pergelangan kaki orthoses untuk mencegah kata equinus. - Spastic diplegia (ekstremitas bawah yang terpengaruh dengan sedikit atau tidak ada kelenturan tubuh bagian atas). Bentuk paling umum dari bentuk kejang. Kebanyakan orang dengan kejang diplegia sepenuhnya rawat jalan dan memiliki gaya gunting. Lutut tertekuk dan pinggul untuk berbagai tingkat yang umum. Hip masalah, dislokasi, dan dalam tiga-perempat dari diplegics kejang, juga strabismus (mata juling), dapat hadir juga. Selain itu, orang-orang sering rabun dekat. Kecerdasan seseorang dengan spastic diplegia tidak terpengaruh oleh kondisi tersebut. - Spastic tetraplegia (semua empat anggota badan yang terkena dampak yang sama). Orang dengan quadriplegia kejang adalah yang paling mungkin untuk dapat berjalan, atau jika mereka bisa, ingin berjalan, karena otot-otot mereka terlalu ketat dan terlalu banyak usaha untuk melakukannya. Beberapa anak dengan quadriplegia juga memiliki tremor hemiparetic, sebuah gemetar tak terkendali yang mempengaruhi anggota badan pada satu sisi tubuh dan mengganggu pergerakan normal. Kadang-kadang, istilah-istilah seperti monoplegia, paraplegia, triplegia, dan pentaplegia juga dapat digunakan untuk merujuk pada manifestasi spesifik dari kelenturan tersebut.
  • 30. 24 2) Ataksia Ataksia (ICD-10 G80.4) tipe gejala dapat disebabkan oleh kerusakan otak kecil. Bentuk ataksia kurang umum adalah jenis cerebral palsy, terjadi di paling banyak 10% dari semua kasus. Beberapa individu memiliki hypotonia dan tremor. Keterampilan motorik seperti menulis, mengetik, atau menggunakan gunting mungkin akan terpengaruh, serta keseimbangan, terutama saat berjalan. Hal ini umum bagi individu untuk memiliki kesulitan dengan visual dan / atau pengolahan pendengaran. 3) Athetoid / dyskinetic Athetoid atau dyskinetic adalah campuran otot - dan kadang-kadang hipotonia (Hypotonia biasanya akan terjadi sebelum 1 tahun; nada otot akan meningkat dengan usia dan kemajuan Hypertonia). Orang dengan Cerebral Palsy athetoid mengalami kesulitan menahan diri dalam posisi, tegak mantap untuk duduk atau berjalan, dan sering menunjukkan gerakan disengaja. Untuk beberapa orang dengan Cerebral Palsy athetoid, butuh banyak kerja dan konsentrasi untuk mendapatkan tangan mereka ke tempat tertentu (seperti menggaruk hidung mereka atau meraih cangkir). Karena nada campuran mereka dan kesulitan menjaga posisi, mereka tidak mungkin dapat memegang benda-benda (seperti sikat gigi atau pensil). Sekitar seperempat dari semua orang dengan CP telah athetoid CP. Kerusakan terjadi pada sistem motor ekstrapiramidal dan / atau saluran piramidal dan ganglia basal. Ini terjadi pada 10% sampai 20% persen dari semua kasus. C. Epidemiologi Cerebral Palsy Begitu banyak penyebab cerep, jumlah pasti dari berbagai penelitian tidak sepenuhnya sama. Namun, ada kesamaan luar biasa dalam prevalensi di seluruh dunia, dari Swedia pada tahun 1980 dengan prevalensi 2,4 per 1000 dan 2,5 per 1000 di awal 1990-an, 2,3 per 1000 dari Atlanta, dan 1,6 per 1000 di Cina. Mengingat kesulitan dalam membuat diagnosis yang spesifik, dan terutama menemukan kasus ringan, angka-angka mungkin mencerminkan lebih banyak variasi dalam menghitung daripada perbedaan jelas dalam prevalensi. Sebuah laporan dari Inggris, yang merupakan perwakilan dari banyak penelitian,
  • 31. 25 menunjukkan bahwa belum ada banyak perubahan dalam prevalensi selama 40 terakhir tahun. Namun, pola cerebral palsy telah bergeser lebih ke arah diplegia dan spastik quadriplegia dan jauh dari hemiplegia dan perubahan athetosis.Hal ini mungkin mencerminkan perawatan medis meningkat dengan perawatan kebidanan yang lebih baik dan beberapa peningkatan kejadian dari korban yang selamat dari neonatal unit perawatan intensif. Juga, kelahiran kembar telah meningkat dengan meningkatnya umur maternal, dan ini kelahiran kembar memiliki risiko jauh lebih tinggi mengembangkan CP. Dilaporkan prevalensi per kehamilan untuk kelahiran tunggal adalah 0,2%, 1,5% untuk kembar, untuk kembar tiga 8,0%, dan untuk kembar empat 43%. Pada KONIKA V Medan (1981), R. Suhasim dan Titi Sularyo melaporkan 2,46% dari jumlah penduduk Indonesia menyandang gelar cacat, dan di antaranya ± 2 juta adalah anak. CP merupakan jenis cacat pada anak yang terbanyak dijumpai. Di Jaipur, Meenakshi Sharma dkk (1981) menyelidiki 219 CP, 150 di antaranya adalah laki-laki dan 69 perempuan. Terdiri dari 42 anak umur kurang 1 tahun, 113 antara 1 - 5 tahun, 52 antara 5 - 10 tahun dan 12 di atas 10 tahun. Angka kejadiannya sekitar 1 – 5 per 1000 anak. Laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Sering terdapat pada anak pertama, mungkin anak pertama lebih sering mengalami kesulitan pad waktu dilahirkan. Angka kejadiannya lebih tinggi pada bayi BBLR dan anak kembar. Umur ibu sering lebih dari 40 tahun, lebih- lebih pada multipara. Franky (1994) pada penelitiannya di RSUP Sanglah Denpasar, mendapatkan bahwa 58,3 % penderita cerebral palsy yang diteliti adalah laki-laki, 62,5 % anak pertama, umur ibu semua dibawah 30 tahun, 87,5 % berasal dari persalinan spontan letak kepala dan 75 % dari kehamilan cukup bulan. D. Etiologi Cerebral Palsy Cerebral palsy terjadi akibat kerusakan otak saat periode prenatal, natal dan post natal. Sekitar 70-80% terjadi akibat kerusakan otak saat prenatal. Bayi lahir prematur dan gangguan pertumbuhan saat kehamilan baik pada bayi prematur maupun yang cukup bulan sebagai penyebab yang sering didapatkan saat prenatal. 4,6
  • 32. 26 Resiko terjadinya CP 25-31 kali lebih tinggi pada bayi berat lahir kurang dari 1500 gram dan didapatkan 1/3 bayi dengan gejala CP dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi lahir prematur merupakan faktor tersering dan secara konsisten berhubungan dengan CP. Bayi kecil menurut usia kehamilan (intra uterine growth retardation) yang lahir setelah 32 minggu meningkatkan resiko menderita CP. Data terakhir diduga disebabkan oleh intrauterine undernutrisi dan hipoksia kronik, yang dapat dideteksi pada pemeriksaan darah fetal, menunjukkan asidosis atau peningkatan konsentrasi eritropoetin dan adanya redistribusi aliran darah fetal dengan pemeriksaan USG Doppler. 4,6 Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan natal lebih berperan daripada faktor pascanatal. Studi oleh Nelson dkk (1986) menyebutkan bayi dengan berat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi prenatal, faktor genetik, malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin merupakan faktor penyebab cerebral palsy. 4,5 Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga periode yaitu: 1. Prenatal Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir. a. Malformasi kongenital. b. Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin (misalnya; rubela, toksoplamosis, sifilis, sitomegalovirus, atau infeksi virus lainnya). c. Radiasi. d. Toksik gravidarum. e. Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal). 2. Natal Faktor natal yaitu segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan kehidupan. a. Anoksia / hipoksia.
  • 33. 27 Brain injury. Terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, CPD, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, SC dan partus dengan menggunakan instrument tertentu. b. Perdarahan intra cranial (otak). Pendarahan batang otak, terjadi gangguan pernapasan dan gangguan sirkulasi menyebabkan anoksia. Pendarahan pada ruang subarachnoid, terjadi penyumbatan LCS menyebabkan hidrosefalus. Pendarahan pada ruang subdural, terjadi tekanan pada korteks serebri menyebabkan kelumpuhan spastis. c. Ikterus. Kerusakan jaringan otak karena bilirubin. Gangguan pada ganglia basalis akibat masuknya bilirubin. Pada inkompatibel golongan darah (pada RH). d. Prematuritas. Resiko perdarahan otak disebabkan faktor pembuluh darah, pembekuan, dan enzim terbentuk belum sempurna mengakibatakan pendarahan. Contohnya: Gambar 15– Daerah pendarahan pada otak
  • 34. 28 e. Meningitis Purulenta Pada masa bayi. Pengobatan tidak adekuat mengakibatkan sekuele. 3. Postnatal Post natal dimulai dari bulan pertama kehidupan sampai 2 tahun atau sampai 5 tahun kehidupan, atau sampai 16 tahun. Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan. Penyebab postnatal cerebral palsy mungkin tumpang tindih dengan prenatal dan neonatal. Berikut penyebab cerebral palsy post natal: a. Trauma kapitis. b. Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis, ensefalomielitis. c. Kern icterus. Meskipun sulit untuk mengasimilasi data, antara 10% dan 25% dari kasus cerebral palsy terjadi pada postnatal. Kekerasan pada anak menyebabkan trauma non accidental pada otak yang belum matang karena trauma tumpul dengan patah tulang tengkorak atau jatuh ke dalam pola sindrom bayi terguncang. Sindrom bayi terguncang terjadi biasanya pada anak kurang dari 1 tahun. Ketika seorang penjaga bayi bolak-balik mengguncang bayi untuk menenangkan tangisan. Goncangan kuat ini menyebabkan peregangan, geser, dan merobek akson panjang dan kapiler di korteks otak . Gambar-15 Shaken baby. Ket: Shaken baby syndrome creates an injury in which axons are disrupted by the shear forces created from the violent shaking of the head. The brain of the baby is like an egg in which the liquid center is enclosed in a solid outer shell. By vigorous shaking, the egg yolk can be broken without breaking the shell of the egg. In the same way, vigorous shaking of a baby’s head can cause tissue disruption. This shearing stress disrupts brain tissue, especially the long migrating axons of the cerebral cortex. The trauma of the shaken baby does not usually cause a skull fracture and may not even cause intracranial bleeding, but it often causes severe long-term neurologic impairment because of the cellular disruptions.
  • 35. 29 Jika bayi bertahan hidup, mereka sering memiliki pola spastik quadriplegi berat. Bahkan anak-anak dengan keterlibatan motorik kurang parah sering memiliki keterbelakangan mental yang mendalam bersamaan. Trauma kepala tumpul juga dapat terjadi dari kekerasan terhadap anak, jatuh, atau kecelakaan kendaraan bermotor, dan ini melibatkan cedera langsung serta cedera sekunder dari pembengkakan otak. Sebagian besar anak dengan trauma tumpul pulih dan tidak memiliki cacat motorik.Namun, jika ada perdarahan unilateral, pada anak sering meninggalkan cacat motorik pola hemiplegia. Pola spastik quadriplegi banyak pada anak-anak dengan perdarahan hebat dan tidak mampu melakukan aktivitas sosial dalam masyarakat. Banyak anak dengan cedera kepala tertutup memiliki ataksia sebagai gangguan utama. Trauma kepala tumpul juga dapat terjadi dari kekerasan terhadap anak, jatuh, atau kendaraan bermotorkecelakaan, dan ini melibatkan cedera langsung serta cedera sekunder dari pembengkakan otak. E. Patofisiologi Cerebral Palsy Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi dan induksi ventral, berlangsung pada minggu ke 56 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis, anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya. Gambar 16. Diferensiasi normal dan abnormal dari neural tube. Ket: In the earliest stage, the neural plate differentiates from the ectoderm, then enfolds to create a neural tube. Failure of this enfolding causes neural tube defects (16). During the embryonic stage, this neural tube develops complex folding with the formation of flexures. During the period of 30 to 100 days of embryonic life, the brain demarcates and develops the cerebral hemispheres. During the rest of gestation, there is a large growth of mass and cell specialization (17).
  • 36. 30 Fase selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi pada masa gestasi bulan ke 24. Gangguan pada fase ini bisa mengakibatkan mikrosefali, makrosefali. Stadium selanjutnya yaitu stadium migrasi yang terjadi pada masa gestasi bulan 35. Migrasi terjadi melalui dua cara yaitu secara radial, berdiferensiasi dan daerah periventnikuler dan subventrikuler ke lapisan sebelah dalam korteks serebri; sedangkan migrasi secara tangensial sudah berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke permukaan korteks serebri. Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan kongenital seperti polimikrogiri, agenesis korpus kalosum. Ket : As the brain matures, the cells proliferate centrally and migrate toward the cortex. During this migration, trailing connections remain to the deep layer. This migration is an important element in the formation of the gyri of the cerebral cortex. Defects in the migration lead to a smooth brain surface called lissencephaly. Gambar 17- Perkembangan otak saat natal Gambar 18– Proliferasi neuron pada otak
  • 37. 31 Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun pascanatal. Gangguan pada stadium ini akan mengakibatkan translokasi genetik, gangguan metabolisme. Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal. Pada stadium ini terjadi proliferasi sd neuron, dan pembentukan selubung mialin. Kelainan neuropatologik yang terjadi tergantung pada berat dan ringannya kerusakan. Jadi kelainan neuropatologik yang terjadi sangat kompleks dan difus yang bisa mengenai korteks motorik traktus piramidalis daerah paraventrikuler ganglia basalis, batang otak dan serebelum. Anoksia serebri sering merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan subependim Asfiksia perinatal sering berkombinasi dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis. Kern ikterus secara klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh tubuh dan akan menempati ganglia basalis, hipokampus, sel-sel nukleus batang otak; bisa menyebabkan cerebral palsy tipe atetoid, gangguan pendengaran dan mental retardasi. Infeksi otak dapat mengakibatkan perlengketan meningen, sehingga terjadi obstruksi ruangan subaraknoid dan timbul hidrosefalus. Perdarahan dalam otak bisa meninggalkan rongga yang berhubungan dengan ventrikel. Trauma lahir akan menimbulkan kompresi serebral atau perobekan sekunder. Trauma lahir ini menimbulkan gejala yang ireversibel. Lesi ireversibel lainnya akibat trauma adalah terjadi sikatriks pada sel-sel hipokampus yaitu pada kornu ammonis, yang akan bisa mengakibatkan bangkitan epilepsi. F. Gambaran Klinis Cerebral Palsy Gambaran klinis cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya jaringan otak yang mengalami kerusakan, yaitu : a. Paralisis. Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran. b. Gerakan involunter. Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran. c. Ataksia. Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita biasanya memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan
  • 38. 32 menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung. d. Kejang. Dapat bersifat umum atau fokal. e. Retardasi mental. Ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif. f. Gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus, atau kelainan refraksi), gangguan bicara, gangguan sensibilitas. g. Problem emosional terutama pada saat remaja. Selain gangguan-gangguan yang telah disebutkan di atas, terdapat pula gangguan motorik, self care, productivity, dan leisure. a. Gangguan motorik. Hipertonus muncul pada kelompok otot, tonus dapat terjadi secara berubah-ubah yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan yang tidak disadari. Refleks primitif masih tetap muncul, seperti: - Asymmetrical tonic neck reflex (ATNR) - Ket. The asymmetric tonic neck reflex is activated by turning the child’s head. The side to which the face turns causes the shoulder to abduct with elbow and hand extension. The leg on the same side also develops full extension. On the opposite side, the shoulder is also abducted but the elbow and hand are fully flexed and the leg is flexed at the hip, knee, and ankle. By turning the head to the opposite side, the pattern reverses. Gambar 19– Asymmetrical Tonic neck Reflex
  • 39. 33 - Symmetrical Tonic Neck Reflex (STNR), - Tonic Labyrinthine Reflex (TLR) Ket: The tonic labyrinth reflex shows the baby with abducted shoulders, flexed elbows, adducted extended hips, and extended knees and ankles. This posture primarily occurs with the baby in the supine position. - Moro Reflek Ket : The Moro reflex is initiated with a loud noise, such as a hand clap, that causes the child to have full extension of the head, neck, and back. The shoulders abduct and the elbows extend. The legs also have full extension. After a short time, the pattern reverses and the head, neck, and spine flex; the arms are brought to the midline; and the legs flex. - Positive Supporting Reflex Ket : The parachute reaction is initiated by holding the child at the pelvis and tipping him head down. As the child is lowered toward the floor, he should extend the arms as if he were going to catch himself with his arms. This self- protection response should be present by 11 months of age. If the child has hemiplegia he will often only reach out with the extremity that is not affected. The affected extremity may remain flexed, or will extend at the shoulder and elbow but with the hand kept fisted Gambar 20 – Tonic Labyrinth Reflex Gambar 21– Moro Reflex Gambar 22– Positif Supporting reflex
  • 40. 34 b. Self Care Pasien pada umumnya mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari, seperti makan, berpakaian, dan berhias. Pasien juga membutuhkan bantuan untuk mencapai kemandirian. c. Productivitas Pasien pada umumnya membutuhkan bantuan untuk melaksanakan tanggung jawab melakukan pekerjaan rumah. Pada usia sekolah, pasien sering mengalami kesulitan dengan pekerjaan di sekolah seperti membaca dan menulis. Pada usia dewasa mungkin membutuhkan bantuan untuk memilih pilihan pekerjaan. G. Diagnosa Fisioterapi Diagnosa fisioterapi diperoleh dari anamnesis lengkap mengenai riwayat perjalanan penyakit, riwayat kehamilan, imunisasi, tumbuh kembang, pemeriksaan-pemeriksaan khusus termasuki kemampuan motorik anak dengan memperhatikan faktor resiko. Apabila anamnesis dilakukan secara benar dan tepat maka akan menentukan ketepatan dari diagnosa yang akan di tegakkan. H. Prognosis Cerebral Palsy Beberapa faktor berpengaruh terhadap prognosis penderita cerebral palsy seperti tipe klinis, keterlambatan dicapainya milestones, adanya reflek patologik dan adanya defisit intelegensi, sensoris dan gangguan emosional. Anak dengan hemiplegi sebagian besar dapat berjalan sekitar umur 2 tahun, kadang diperlukan short leg brace, yang sifatnya sementara. Didapatkannya tangan dengan ukuran lebih kecil pada bagian yang hemiplegi, bisa disebabkan adanya disfungsi sensoris di parietal dan bisa menyebabkan gangguan motorik halus pada tangan tersebut. Lebih dari 50% anak tipe diplegi belajar berjalan pada usia sekitar 3 tahun, tetapi cara berjalan sering tidak normal dan sebagian anak memerlukan alat bantu. Aktifitas tangan biasanya ikut terganggu, meskipun tidak tampak nyata. Anak dengan tipe kuadriplegi, 25% memerlukan perawatan total, sekitar 33% dapat berjalan, biasanya setelah umur 3 tahun. Gangguan fungsi intelegensi paling
  • 41. 35 sering didapatkan dan menyertai terjadinya keterbatasan dalam aktifitas. Keterlibatan otot-otot bulber, akan menambah gangguan yang terjadi pada tipe ini. 6 Sebagian besar anak yang dapat duduk pada umur 2 tahun dapat belajar berjalan, sebaliknya anak yang tetap didapatkan reflek moro, asimetri tonic neck reflex, ekstensor thrust dan tidak munculnya reflek parasut biasanya tidak dapat belajar berjalan. Hanya sedikit anak yang tidak dapat duduk pada umur 4 tahun akan belajar berjalan. 7 I. Penatalaksanaan Fisioterapi Penanganan fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy yaitu dengan mengejar suatu keterlambatan tahap perkembangan motorik kasar sesuai usia anak, guna mencapai manfaat yang maksimal dan menguntungkan untuk tahap perkembangan yang berkelanjutan. Tujuan dari fisioterapi disini adalah membantu anak mencapai perkembangan terpenting secara maksimal bagi sang anak, yang berarti bukan untuk menyembuhkan penyakit Cerebral Palsy. Hal ini harus dikomunikasikan sejak dari awal antara fisioterapis dengan pengasuhnya agar tujuan terapi tercapai. Fisioterapi juga membantu anak belajar untuk menggerakkan tubuhnya dengan cara/gerakan yang tepat (appropriate ways). Misalnya hypertonus pada anak dengan Cerebral Palsy dapat menyebabkan pasien berjalan dengan cara yang salah yang dapat mengganggu posturnya, hal ini disebut sebagai kompensasi. Tanpa fisioterapi sebagian banyak anak dengan Cerebral Palsy menyesuaikan gerakannya untuk mengkompensasi pola spastisitas yang dimilikinya, jika berkelanjutan akan timbul nyeri atau salah postur. Tujuan fisioterapi adalah untuk mengajarkan pada anak gerakan fisik yang tepat. Untuk itu diperlukan seorang fisioterapis yang ahli dan berpengetahuan dalam masalah yang sering terjadi pada anak Cerebral Palsy seperti spastisitas, keterbatasan gerak pada sendinya, gerak involunter, serta pemahamam mengenai pola dan posisi gerak anak; seperti pada saat terlentang, berguling, telungkup, merayap, duduk, ke duduk, merangkak, berlutut, berdiri, ke berdiri, dan berjalan.
  • 42. 36 Fisioterapi dapat dilakukan dua minggu sekali untuk terapi, tetapi terlebih dahulu fisioterapi melakukan pemeriksaan dan menyesuaikan dengan kebutuhan yang dibutuhkan anak dalam seminggu. Di sini peran orangtua sangat diperlukan karena merekalah yang nantinya paling berperan dalam melakukan latihan dirumah selepas diberikan terapi. Untuk itu sangat dianjurkan untuk orangtua atau pengasuh mendampingi anak selama sesi terapi agar mereka mengetahui jenis komponen terapi apa yang harus dilakukan dirumah. 1. Teknologi Intervensi Fisioterapi Metode yang digunakan untuk melakukan intervensi fisioterapi dalam kasus Cerebral Palsy adalah metode Bobath. 1. a. Bobath Bobath atau Neuro Development Treatment (NDT) yaitu suatu teknik yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode ini khususnya ditujukan untuk menangani gangguan sistem saraf pusat pada bayi dan anak-anak. Metode NDT mempunyai beberapa teknik, yaitu Inhibisi, Key Point of Control, Fasilitasi, dan Stimulasi Propriosepsi.8 Tujuan konsep NDT: 1) Memperbaiki dan mencegah postur dan pola gerakan abnormal 2) Mengajarkan postur dan pola gerak yang normal Prinsip terapi dan penanganan: 1) Simetris dalam sikap dan gerakan 2) Seaktif mungkin mengikuti sertakan sisi yang sakit pada segala kegiatan 3) Pemakaian gerakan-gerakan ADL dalam terapi 4) Konsekuensi selama penanganan (ada tahap-tahap dalam terapi) 5) Pembelajaran bukan diarahkan pada gerakannya, tetapi pada perasaan gerakan 6) Terapi dilakukan secara individu 1. b. Teknik terapi: Metode ini dimulai dengan mula-mula menekankan reflek-reflek abnormal yang patologis menjadi penghambat terjadinya gerakan-gerakan normal. Pada teknik Inhibisi, anak harus ditempatkan dalam sikap tertentu yang dinamakan
  • 43. 37 Reflek Inhibiting Posture (RIP) yang bertujuan untuk menghambat aktivitas refleks yang abnormal, reaksi asosiasi, dan tonus yang abnormal. Fasilitasi bertujuan untuk memperkuat pola postur yang normal sebagai dasar gerakan, mengembangkan reaksi keseimbangan, mengembangakan dan membentuk pola gerakan dasar yang tepat. Stimulasi digunakan untuk mempengaruhi tonus postural, mengatur koordinasi, dan memfasilitasi respon otomatis normal. Teknik dalam stimulasi dapat berupa tapping dan/atau pressure. Tapping akan memberikan stimulus berkelanjutan yang nantinya dapat memudahkan anak mengatur posisinya. Key Point of Control yaitu titik yang digunakan terapis dalam inhibisi dan fasilitasi. KPoC harus dimulai dari proksimal ke distal atau bergerak mulai dari kepala-leher-trunk-kaki dan jari kaki. Dengan bantuan KPoC, pola inhibisi dapat dilakukan pada penderita cerebral palsy dengan mengarahkan pada pola kebalikannya.8 2. Rencana Pengkajian Fisioterapi Sebelum melakukan intervensi terhadap pasien dengan kasus Cerebral Palsy, seorang fisioterapi harus melakukan proses fisioterapi sebagai berikut: 2. a. Anamnesis Anamnesis adalah pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab kepada pasien maupun dengan keluarga pasien. Anamnesis dapat dikelompokkan menjadi: 1. Anamnesis umum Data yang dapat diperoleh dari anamnesis umum berupa keterangan tentang nama, umur, jenis kelamin, agama, hobi, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan alamat pasien. 2. Anamnesis khusus a) Keluhan utama Untuk mengetahui keluhan yang paling diprioritaskan. b) Riwayat penyakit sekarang Mencakup tentang keluhan pasien sehinggga berupaya mencari pelayanan ke fisioterapi, tempat keluhan, kapan terjadinya, bagaimana kualitasnya, faktor yang memperberat atau memperingan, dan riwayat pengobatan.
  • 44. 38 c) Riwayat penyakit dulu Berisikan tentang riwayat penyakit yang pernah dialami sebelum penyakit sekarang. d) Riwayat keluarga Meliputi adakah anggota keluarga yang pernah mengalami riwayat penyakit serupa atau lainnya. e) Riwayat psikososial Menjelaskan kondisi sosial, ekonomi pasien dan keluarga. f) Riwayat imunisasi Mengenai kelengkapan imunisasi berdasarkan lima imunisasi utama, yaitu: Campak, DPT, Polio, BCG, dan Hepatitis. g) Riwayat kelahiran Meliputi: - Pre natal (lama kehamilan, umur ibu hamil, riwayat jatuh saat kehamilan, konsumsi obat-obatan, rokok/minuman beralkohol, dsb) - Natal (proses kelahiran, kondisi bayi ketika dilahirkan, pecah ketuban dini, dsb) - Post natal (riwayat kejang, jatuh, dsb) h) Riwayat tumbuh kembang Mencakup pencapaian kemampuan motorik kasar anak pada umur yang spesifik. 2. b. Pemeriksaan Pemeriksaan meliputi: a. Pemeriksaan umum Cara datang, kesadaran, kooperatif, berat badan, tinggi badan, status gizi, suhu badan, lingkar kepala. b. Pemeriksaan khusus 1. Inspeksi Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera penglihatan untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien.
  • 45. 39 2. Palpasi Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Dengan kata lain bahwa palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak terlihat. 3. Move - Melihat komponen-komponen yang ada ketika pasien di posisikan terlentang, telungkup, merayap, duduk, berlutut, merangkak, berdiri dan berjalan - Pemeriksaan tonus postural - Pemeriksaan 7 refleks primitif - Pemeriksaan fungsi bermain 4. Pemeriksaan Biopsikososial - Kognitif : Batasan fungsi kognitif meliputi memori, konsentrasi, atensi, orientasi ruang dan waktu. - Intrapersonal : Interpersonal dapat dilihat dari kondisi pasien dalam menerima keadaannya dan semangat serta keinginan pasien dalam menerima keadaannya dan semangat serta keinginan pasien dalam melakukan program terapi. - Interpersonal : Interpersonal adalah untuk mengetahui hubungan interaksi dan komunikasi antara pasien dengan terapis atau tim medis lainnya. 5. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang digunakan untuk menuatkan diagnosa medik. 3. Problematik Fisioterapi Pencatatan Problematik Fisioterapi disusun berurutan berdasarkan prioritas masalah.
  • 46. 40 4. Diagnosa Fisioterapi Meliputi gangguan gerak dan fungsi, jaringan spesifik yang terkena dan patologi. 5. Program Fisioterapi - Tujuan: 1) Tujuan jangka pendek 2) Tujuan jangka panjang - Modalitas: 1) Alternatif 2) Terpilih - Intervensi Fisioterapi: 1) Uraian tindakan 2) Dosis (Intensitas, frekuensi, durasi, repetisi) 6. Home Program: Dapat berupa : 1. Anjuran 2. Larangan 3. Hal-hal apa yang harus dilakukan 4. Hal-hal apa yang harus dihindari 7. Evaluasi Dilakukan sebelum dan setelah intervensi.
  • 47. 41 BAB III LEMBAR ASSESMENT FISIOTERAPI RSPAD Gatot Soebroto Nama Fisioterapi : Sri Widayat Peminatan : Pediatri Nama Dokter : dr.Aminudin, Sp.KFR Ruangan : Poli Nomer Registrasi : 31.41.28 Tgl Pemeriksaan: 15 Oktober 2012 A. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN Nama Jelas : An.M A Tempat & tgl lahir : Jakarta, 19 November 2008 (3 tahun 11 bulan) Alamat : Jl. Menteng Rawa Panjang RT 009/07 Pendidikan terakhir : Ayah : SMA Ibu : SMA Pekerjaan : Ayah : Paspampres Ibu : Ibu Rumah Tangga Hobi : - Diagnosa Medik : CP Spastik Quadriplegi Berat B. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PASIEN (Alloananmnesa) KU : Belum bisa tengkurap RPS : Os datang belum bisa tengkurap. Pada saat dalam kandungan usia 8 bulan Os sudah diketahui menderita hidrochephalus. Os mendapat penanganan RSPAD sejak lahir tanggal 19
  • 48. 42 November 2008. Os dirawat di inkubator selama 12 hari dan diberi infus. Hari ke-3 dirawat diketahui dari hasil tes laboratorium Os mempunyai bilirubin yang tinggi. Setelah dirawat 12 hari, Os pulang dan 1 minggu kemudian Os dipanggil untuk melakukan operasi pemasangan VP shunt. Sebelum operasi Os melakukan tes darah dan puasa. Kemudian esoknya tanggal 10 Desember 2008 Os melakukan operasi pemasangan VP Shunt di sebelah kanan kepala. Setelah 5 hari dirawat Os pulang. Dirumah orangtua Os membawanya ke tukang pijat bayi setiap minggu selama 2 bulan karena Os belum bisa apa-apa. Ternyata pijat yang dilakukan membuat VP Shunt pindah ke usus dan ujungnya keluar ke anus. Akhirnya Os melakukan operasi pengangkatan VP Shunt tanggal 7 Februari 2009, VP shunt diangkat dan tidak dipasang selama 1 bulan. Os kembali melakukan operasi pemasangan VP Shunt tanggal 20 Maret 2009, VP Shunt dipasang di sebelah kiri kepala. Os dirawat selama 8 hari, setelah itu Os pulang. 26 Desember 2009 Os datang ke RSPAD untuk melakukan kontrol VP Shunt ke dr.bedah syaraf. Dari dr. Bedah syaraf Os dirujuk ke dr. Rehab Medik untuk dilakukan fisioterapi dengan keluhan belum bisa tengkurap. RPD : Kejang (+), Demam (+), pemasangan VP Shunt RPK : - R.Psi : Anak ke-2 dari 2 bersaudara, saudara perempuan (7 tahun) normal, diasuh oleh keluarga besar, usia ibu 28 tahun, usia ayah 32 tahun. R.Imunisasi: lengkap R.Kelahiran Prenatal : hamil usia 28 tahun, kehamilan yang kedua, tahu kehamilan saat usia kandungan 1 bulan, rutin periksa ke bidan puskesmas tiap bulan, sakit (-), jatuh (-), pendarahan (-)
  • 49. 43 Natal : lahir usia kehamilan 34 minggu, spontan di RSPAD dibantu oleh dokter, proses kehamilan 12 jam, ketuban pecah saat melahirkan berwarna hijau encer, biru(+), BBL: 3,4 kg, PL : 55 cm, lingkar kepala 37 cm (normal 34cm) Postnatal : operasi pemasangan VP Shunt R.Tumbang: - umur 1 tahun angkat kepala, - belum pernah tengkurap, - belum pernah berguling, - belum pernah merayap, - belum pernah duduk, - belum pernah merangkak, - belum pernah berdiri, - belum pernah berjalan C. PEMERIKSAAN (O) 1. Pemeriksaan Umum a. Cara Datang : digendong b. Kesadaran : compos mentis c. Kooperatif / tidak kooperatif d. Berat badan : 13 kg e. Tinggi Badan : 106 cm f. Lingkar Kepala : 50,5 cm g. Status Gizi : Indeks Masa Tubuh = = = 11,57 Ket :Berdasarkan IMT termasuk dalam kategori Kurang Berat Badan h. Suhu : Afebris 2. Pemeriksaan Khusus
  • 50. 44 a.Inspeksi (pada posisi terlentang di matras) - Bentuk fisik : kepala nampak besar tidak sesuai dengan proporsi tubuh, retraksi shoulder, pectus karinatum, elbow fleksi, tangan menggenggam, hip semifleksi dan adduksi, knee semifleksi dan ankle plantar fleksi. - Pola gerakan : lambat tetapi tiba-tiba cepat dan ada gerakan berulang dipengaruhi oleh spastisitas. b. Palpasi Tonus Postural : tinggi c. Auskultasi Letak Sputum Lobus kanan Lobus kiri Upper (-) Upper (-) Middle (-) Lower (-) Lower (-) d. Movement Terlentang (diposisikan terlentang) - Kepala cenderung menoleh ke arah kanan - Retraksi shoulder - Kedua elbow fleksi - Jari-jari tangan menggenggam - Hiperekstensi trunk - Kedua hip semifleksi dan adduksi - Kedua knee semifleksi - Kedua ankle plantar fleksi - Jari-jari kaki fleksi Telungkup (tidak bisa telungkup sendiri, diposisikan telungkup)
  • 51. 45 - Head lifting (-) - Head control (-) - Forearm support (-) - Hand support (-) - Hiperekstensi trunk - Kedua Hip semifleksi - Kedua knee semifleksi - Kedua ankle plantar fleksi Berguling (tidak bisa berguling, dibantu berguling) - Dibantu berguling via shoulder - tidak ada reaksi pada upper dan lower ekstremitas - rotasi trunk (-) - ada gerakan involunteer (tremor pada kaki sebelah kanan) Duduk (tidak bisa duduk, diposisikan duduk bersila) - Fiksasi pada trunk dan kedua tangan - Head lifting (-) - Head control (-) - Trunk control (-) - Hand support (-) - Weight bearing (-) - Balance (-) - Protektive reaction (-) Merangkak (tidak bisa merangkak, diposisikan merangkak) - Fiksasi pada kedua elbow dan pelvic - Head lifting (-) - Head control (-) - Rotasi trunk (-) - Transfer weight bearing (-) - Stabilisasi hip (-) - Hand support (-) - Tangan menggenggam - Hip adduksi
  • 52. 46 - Ankle plantar fleksi Berdiri (tidak bisa berdiri, diposisikan berdiri) - Fiksasi pada hip - Head control (-) - Shoulder retraksi - Elbow fleksi - Jari-jari tangan menggenggam - Trunk control (-) - Weight bearing (-) - Balance (-) - Hip adduksi dan semifleksi - Knee semifleksi - Ankle plantar fleksi Berjalan (tidak bisa berjalan, diposisikan berjalan) - Fiksasi pada hip - Stimulasi pada hip namun tidak ada reaksi melangkah e. MMT Kelompok Otot MMT Dexter Sinister Shoulder muscle group Kesan3- Kesan3- Elbow muscle group Wirst muscle group Hip muscle group Knee muscle group Ankle muscle group
  • 53. 47 f. ROM (Pasif) Grup otot Dextra Sinistra Shoulder Flexi FullROM FullROM Ekstensi Adduksi Abduksi Endorotasi Eksorotasi Elbow Fleksi FullROM FullROM Ekstensi Wrist Fleksi Full ROM Full ROM Ekstensi Hip Fleksi FullROM FullROM Ekstensi Adduksi Abduksi Endorotasi Eksorotasi Knee Fleksi Full ROM Full ROM Ekstensi
  • 54. 48 Ankle Dorso fleksi Full ROM Full ROM Plantar Fleksi g. Pemeriksaan Tonus Inspeksi : (posisi terlentang) anak terlihat spastis dengan ciri- ciri elbow flexi, plantar flexi wrist, tangan mengenggam, hip semifleksi,adduksi,dan endorotasi, lutut semifleksi, ankle plantar fleksi dan saat melakukan gerakan ada tremor di tungkai kanan. Palpasi : tonus postural tinggi pada ekstremitas atas dan bawah Movement : Pemeriksaan Spastisitas: Asworth Scale Sendi elbow dextra dan sinistra : nilai 2 Sendi knee dextra dan sinistra : nilai 2 Keterangan : nilai 2 artinya peningkatan tonus hampir nyata di seluruh LGS, ada tahanan saat awal hingga akhir gerakan, masih bisa digerakkan , full ROM. h. Tes Khusus 1. Pemeriksaan 7 Refleks Primitif - ATNR(+) = 1 (abnormal) - STNR(-) = 0 (normal) - Moro(+) = 1 (abnormal) - Ekstensor Thrust(-) = 0 (normal) - Neck Righting(-) = 0 (normal) - Parachute(-) = 1 (abnormal) - Foot Placement(-) = 1 (abnormal) Total Score 4 Keterangan : total score 4 (abnormal>2) Prognosis berjalan : Tidak bisa berjalan
  • 55. 49 2. Pemeriksaan Fungsi bermain - Visus : melihat mainan (+) - Auditory : mengikuti sumber bunyi (+) - meraih mainan (-) - menggenggam mainan (-) - melepas mainan (-) - memainkan mainan (-) 3. Pemeriksaan Biopsikososial Kognitif :Os belum mampu berkomunikasi Interpersonal :Os mampu berinteraksi dengan terapis dan mampu berinteraksi dengan ibunya Intrapersonal :Os mampu berinteraksi dengan lingkungan D. PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN PENUNJANG - USG kepala (20/11/08) : kesan : hidrochepalus - MRI kepala (26/11/08) :congenital malformation of brain (hydranenchepaly) - Lab. Bilirubin (21/11/08) : bilirubin total (7,4 mg/dL) E. IDENTIFIKASI PROBLEMATIK FISIOTERAPI 1. URUTAN MASALAH FISIOTERAPI BERDASARKAN PRIORITAS 1. Tonus postural tinggi 2. Head lifting (-) 3. Head control (-) 4. Hand support (-) 5. Trunk Control (-) 6. Belum bisa telungkup 7. Belum bisa berguling
  • 56. 50 8. Belum bisa merayap 9. Belum bisa duduk 10. Belum bisa merangkak 11. Fungsi bermain tidak sesuai usia 2. DIAGNOSA FISIOTERAPI Gangguan tumbuh kembang belum bisa telungkup, berguling, merayap, duduk, merangkak, berdiri, dan berjalan sehubungan dengan adanya spastisitas karena hidrochephalus yang mengakibatkan cerebral palsy. F. PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI (P) 1. Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik Tanggal : 03/12/2009 - Bobath 2x/minggu - Inhibisi spastik 2. Tujuan a. Tujuan Jangka Pendek 1. Menurunkan Spastisitas 2. Meningkatkan Head Lifting 3. Meningkatkan Head control 4. Meningkatkan Hand support 5. Meningkatkan Trunk Control 6. Mampu telungkup 7. Mampu berguling 8. Mampu merayap 9. Mampu duduk 10. Mampu merangkak. 11. Dapat bermain (menggenggam, meraih, memainkan mainan)
  • 57. 51 b. Tujuan Jangka Panjang 1. Meningkatkan tujuan jangka pendek 2. Maintenance agar tidak terjadi komplikasi c. Modalitas Alternatif : Bobath, Massage, AFR (Aktivitas Fungsional Rekreasi), Hidroterapi, IRR (Infra Red Radiation) Terpilih : Bobath dan AFR 3. Metoda Pemberian Fisioterapi No Jenis Metoda Dosis Keterangan 1. Terapi Latihan Bobath F: 2 x seminggu I : Toleransi Pasien D: 5 menit/10x Elongasi trunk - Mengurangi spastisitas - Mempermudah berguling F : 2 x seminggu I : Toleransi pasien D: 5 menit/10x Fasilitasi Berguling - Mengurangi spastisitas - Mengenalkan/mengajarkan cara berguling - Meningkatkan rotasi trunk F : 2 x seminggu I : Toleransi pasien D: 10 menit Di posisikan duduk bersila - Mengenalkan posisi duduk - Meningkatkan head lifting, head control, trunk control, balance, weight bearing, hand support - Menurunkan spastisitas
  • 58. 52 F : 2 x seminggu I : Toleransi pasien D: 5-10 menit Diposisikan merangkak - Mengenalkan posisi merangkak - Meningkatkan head lifting, head control, trunk control, hand support, weight bearing. 2 AFR F: 2 x seminggu I: Toleransi Pasien D: 5-10 menit - meningkatkan fungsi bermain - meningkatkan komunikasi antara pasien dan terapis 4. Uraian Tindakan Fisioterapi a) Posisi duduk Posisi anak : diposisikan duduk bersila Posisi terapis : duduk dibelakang anak Tindakan : - Inhibisi Spastik dan Hand Support Terapis memposisikan anak duduk bersila untuk melawan pola spastik pada kaki yaitu fleksi dan adduksi hip, tangan anak diletakan di depan tubuhnya dengan posisi ekstensi. Terapis membantu memfiksasi elbow anak untuk melawan pola spastiknya yaitu fleksi elbow dan jari-jari yang menggenggam. - Head Control Terapis memposisikan tegak kepala anak, kemudian anak di stimulasi dengan mainan agar tetap mempertahankan posisinya. - Trunk Control Terapis memposisikan tegak tubuh anak dengan bantuan kaki terapis yang menyangga punggung anak. Bahu anak di tegakkan agar tidak round back.
  • 59. 53 - Balance duduk Terapis memposisikan anak duduk bersila lalu tubuh anak digerakkan ke depan dengan tangan terapis memegang dada pasien, digerakkan ke belakang dengan tangan terapis memegang punggung pasien dan digerakkan ke kanan dan ke kiri dengan kedua tangan terapis memegang kedua tangan anak. - Weight Bearing saat duduk Terapis memposisikan anak duduk bersila dengan memberikan fiksasi pada hip. b) Elongasi Trunk Posisi anak : diposisikan tidur miring Posisi terapis : disebelah kanan anak Tindakan : Inhibisi Spastik dan Fasilitasi Berguling Terapis memberikan fiksasi pada bahu anak dengan tangan kiri dan pada hip anak dengan tangan kanan. Terapis menggerakkan hip anak ke depan dan menggerakkan bahu anak ke belakang. Gerakan dilakukan secara perlahan dan bergantian. c) Fasilitasi Berguling Via Shoulder Posisi anak : diposisikan terlentang Posisi terapis : di atas kepala anak Tindakan : Terapis meletakkan tangan kiri anak di atas kepala , lalu terapis menggerakkan tangan kanan hingga tubuhnya miring. Terapis memberi stimulasi taktil di dekat axilla anak agar anak menggerakkan tubuhnya ke posisi telungkup. d) Diposisikan Merangkak Posisi anak : diposisikan merangkak Posisi terapis : satu terapis di belakang anak dan satu terapis di depan anak Tindakan :
  • 60. 54 - Head Control Kepala anak diposisikan tegak, kemudian anak di stimulasi dengan mainan agar tetap mempertahankan posisinya - Hand support Terapis memfiksasi kedua elbow anak - Balance dalam posisi merangkak Terapi memfiksasi pelvic anak lalu menggerakkan pelvic ke kanan dan ke kiri. 5. Program untuk di rumah a. Anak jangan terlalu sering ditidurkan. b. Anak diposisikan duduk bersila tiga kali sehari. c. Anak sering diajak komunikasi. d. Orang tua mengulang terapi di rumah seperti yang diajarkan oleh terapis. G. EVALUASI Setelah 2x terapi No Problem Sebelum ( 8 Oktober 2012) Sesudah (15 Oktober2012) 1 Tonus Postural Tinggi Tinggi 2 Head Lifting - - 3 Head Control - - 4 Hand Support - - 5 Trunk Control - - 6 Telungkup - -
  • 61. 55 7 Berguling - - 8 Merayap - - 9 Duduk - - 10 Merangkak - - 11 Fungsi Bermain - - Ket : (-) Tidak ada perbaikan sebelum dan sesudah terapi. H. PROGNOSA - Quo ad Vitam : Bonam - Quo ad Sanam : Malam - Quo ad Fungsionam : Malam - Quo ad Cosmeticam : Malam
  • 62. 56 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Cerebral Palsy merujuk kepada beberapa kondisi yang erat kaitanya dengan defisit sistem saraf pusat yang bersifat tidak progresif dan didapat pada awal kehidupan. Masalah pada Cerebral Palsy biasanya didapat pada awal kelahiran. Cerebral Palsy bersifat permanen tetapi tidak mengubah kerusakan neurodevelomnetal yang disebabkan kecacatan atau kerusakan yang bersifat tidak progresif dalam satu atau beberapa lokasi di otak yang immature. Penanganan fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy yaitu dengan mengejar suatu keterlambatan tahap perkembangan motorik kasar sesuai usia anak, guna mencapai manfaat yang maksimal dan menguntungkan untuk tahap perkembangan yang berkelanjutan. Tujuan dari fisioterapi disini adalah membantu anak mencapai perkembangan terpenting secara maksimal bagi sang anak, yang berarti bukan untuk menyembuhkan penyakit Cerebral Palsy. Hal ini harus dikomunikasikan sejak dari awal antara fisioterapis dengan pengasuhnya agar tujuan terapi tercapai. Metoda yang diberikan untuk kasus Cerebral Palsy adalah metode Bobath atau Neuro Development Treatment (NDT) yaitu suatu teknik yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode ini khususnya ditujukan untuk menangani gangguan sistem saraf pusat pada bayi dan anak-anak. Metode Bobath pada kasus Cerebral Palsy mempunyai beberapa teknik, yaitu Inhibisi, Key Point of Control, Fasilitasi, dan Stimulasi Propriosepsi. B. Saran Untuk mengurangi angka kejadian Cerebral Palsy diharapkan kepada orang tua untuk menghindari faktor-faktor resiko yang berkaitan dengan Cerebral Palsy, diantaranya:
  • 63. 57 1) Mengontrol kehamilan secara rutin untuk mencegah infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin dan mengawasi perkembangan janin. 2) Menghindari cedera saat kehamilan, kelahiran, dan pasca kelahiran 3) Menjaga asupan gizi ibu hamil.
  • 64. DAFTAR PUSTAKA 1. Cogher L, Savage E, Smith, Michael. Cerebral Palsy The Child and Young Person. London. Chapman and Hall Medical. 1992 2. Levitt, Sophie. Treatment of Cerebral Palsy and Motor Delay. London. Blackwell Science. 1995 3. Campbell S, Linden DWV, Palisano RJ. Physical Therapy for Children. Philadelphia. 1999 4. Adyana Oka I M. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi. Cermin Dunia Kedokteran. 1995; 104; 37 – 40 5. P Nigel, Korzeniewski S et al. The Role of the Intrauterine and Perinatal Environment in Cerebral Palsy. Neoreviews 2005;6;e133-e140 6. Taft T L, Cerebral Palsy. Pediatrics in Review. Pediatrics’ in Review. 1995; 16 (11) : 35 – 45 7. Sala A D, Grant A D. PROGNOSIS FOR AMBULATION IN CEREBRAL PALSY. Developmental Medicine and Child Neurology.1995; 37: 1020 – 1026 8. Eckersley Pamea M., Elements of Paediatric Physiotherapy.1993; 4 (18): 335-339 9. (ebook/ miller, freeman. Physical therapy of cerebral palsy.New York) 10. (http://nadhiefsblog.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-anak- dengan.html) diunduh sabtu 13oktober 2012 pukul 20.53