Dokumen tersebut membahas tentang konsep hibrida dalam peradaban Islam, di mana Islam mampu mempertemukan keunggulan-keunggulan akhlaq lokal dengan rahmatan lil 'alamin. Islam mempertahankan warisan budaya yang baik seperti hilful fudhul dan mengoptimalkan potensi manusia seperti Umar bin Khattab dan Khalid bin Walid. Peradaban Islam hadir untuk menyempurnakan akhlaq manusia bukan menghilangkan
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Islam & Budaya Hibrida
1. HIBRIDA
Ardhianto Murcahya, S.Psi.
Pernah mendengar istilah hibrida? Ya, istilah ini biasanya muncul bersamaan dan
berasosiasi dengan rumpun kata tumbuh-tumbuhan atau kosakata-kosakata yang
berhubungan dengan dunia flora atau pertanian. Jagung hibrida, padi hibrida, dan
sebagainya. Maknanya adalah persilangan atau pertemuan dua jenis tumbuhan yang
masing-masing memiliki keunggulan namun juga memiliki kekurangan. Nah, tekhnologi
hibrida mempertemukan dua keunggulan itu kedalam jenis tumbuhan baru. Jika padi
jenis A memiliki bulir yang besar namun tidak tahan terhadap serangan hama,
sementara padi jenis B memiliki bulir yang kecil namun tahan terhadap serangan hama,
maka disilangkanlah kedua jenis padi tersebut menjadi padi jenis C yang memiliki bulir
yng besar dan tahan terhadap serangan hama. Begitulah kira-kira gambaran tentang
hibrida.
Ia mempertemukan 2 (dua) atau lebih keunggulan dan mereduksi kekurangan-
kekurangan yang ada. Bukan hanya pada tumbuhan dan flora, dan ketika saya membaca
sebuah buku yang ditulis prof. Komarudin Hidayat berjudul Psikologi Beragama, bahwa
hibrida juga smampu diterapkan ke dalam sebuah peradaban, bahkan hibrida
merupakan sifat khas sebuah peradaban besar. Ia mempertemukan beberapa
keunggulan perilaku akhlaq manusia dan menghilangkan akhlaq dan perilaku yang
buruk. Begitupun dengan islam, sebuah peradaban yang besar. Melalui rasulullah saw.
dengan risalah yang dibawanya, salah satu misinya ialah menyempurnakan akhlaq
manusia. Disempurnakan seperti apa? Yah disempurnakan dengan pemurnian aqidah
dan ibadah hanya kepada Allah. Karena jahiliyah bukanlah bermakna bodoh tak bisa
membaca dan menulis, tapi jahiliyah ialah kesombongan yang menolak kebenaran
( QS. Al-Fath : 26), tercampurinya ibadah dengan kesyirikan. Nah itulah yang harus
diluruskan, itulah yang harus dibenarkan kembali. Itulah keburukan akhlaq yang harus
dihilangkan. Sementara akhlaq-akhlaq yang baik tetap dipertahankan dan dioptimalkan,
2. dan diperindah dengn celupan sibghoh Allah.
Akhlaq baik sebenarnya merupakan warisan budaya lokal, atau sudah ada dalam
kearifan lokal bangsa arab ketika itu. Salah satu buktinya ialah ketika Rasulullah saw.
baru saja menerima wahyu pertama dari gua hira’. Khadhijah Binti Khuwailid, sang istri
berkata menguatkan rasulullah yang dicekam ketakutan, “ Tidak, demi Allah, Alah sama
sekali tidak akan menghinakanmu, karena engkau adalah penyambung silaturahim,
ikut membawakan beban orang lain, memberi makan orang miskin, menjamu tamu
dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.” Itu adalah sebagian akhlaq mulia
rasulullah yang disukai oleh orang-orang arab. Jadi kesantunan sosial telah ada ketika
itu. Kearifan-kearifan lokal dan sistem akhlaq yang baik pun sudah ada. Hanya saja masa
jahiliyah tidak memiliki standard kebenaran, sehingga yang benar jadi samar-samar.
Terbelenggu oleh syahwat dan syubhat.
Tentunya warisan budaya yang sering disebut dengan kearifan lokal, muncul
karena adanya getar-getar suara fithrah atau hati nurani. Dan hati nurani tidak akan
pernah bertentangan dengan syariat, karena suara fithrah berasal dari ruh, dan ruh
berasal Tuhan. Dan kebenaran pula hadir dari sana. Alhaqqu min robbikum. Maka bila
ada warisan budaya yang bertentangan dengan syariat atau terindikasi pelanggaran
syariat didalamnya, sudah bisa dipastikan itu bukanlah kearifan lokal tetapi kebathilan
lokal meski itu tradisi warisan leluhur. Seperti jawaban yahudi, Rafi' Ibn Huraimallah
dan Malik ibn 'auf, saat menolak dakwah rasulullah. "Hai Muhammad! Kami akan
mengikuti jejak nenek moyang kami, karena mereka lebih pintar dan lebih baik daripada
kami." Ayat 170 surah Al Baqarah turun sebagai teguran kepada orang-orang yang
hanya mengikuti jejak nenek moyangnya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa'id
atau 'Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,"
mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati
dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga),
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
3. mendapat petunjuk?" ( QS. Al- Baqarah : 170)
Hilful fudhul
Salah satu akhlaq warisan budaya sebelum datangnya islam yang dipertahankan
bahkan mendapat pujian dari rasulullah adalah sebuah trakat, konsensus yang bernama
hilful fudhul. Hilful fudhul adalah sebuah konsensus yang terjadi di kalangan bangsa-
bangsa quraisy sebelum islam. Kearifan lokal, jika kita menyebutnya. Konsesus ini
terjadi antara kabilah suku quraisy antara lain bani hasyim, bani al muthalib, terjadi
pada bulan dzulqa’dah bertempat di rumah Abdullah ibn jad’an At Taimy seorang yang
dituakan dan memiliki kedudukan terhormat diantara kabilah-kabilah quraisy. Isi dari
konsensus dirumah abdullah ibn jud’an tersebut ialah bahwa tak seorang pun dari
penduduk makkah dan juga yang lainnya terdzalimi dan terampas hak-haknya. Siapa
yang teraniaya, terdzalimi, maka anggota konsensus hilful fudhul wajib melakukan
advokasi atau pembelaan terhadap orang tersebut, tak peduli dari kabilah mana ia
berasal. Mulia bukan? Ini adalah sebuah kearifan lokal dari masa jahiliyah yang bisa di
terapkan dan dipertahankan ketika peradaban islam bersemi. Rasulullah saw. pun
memuji adanya konsensus ini dengan bersabda “Aku pernah mengikuti perjanjian yang
dilakukan di rumah abdullah ibn jad’an, suatu perjanjian yang bila aku diajak kembali
melakukannya dalam islam tentu aku akan sambut” ( HR. Al Humaidi, sanadnya shahih
dalam Al Bidayah Wan Nihayah, ibnu katsir )
Pancaran Dua Pesona
Nah, dalam peradaban besar memiliki sifat hibrida. Mempertemukan dua atau
lebih keunggulan-keunggulan akhlaq, dan kearifan lokal membingkainya dengan
keindahan islam yang rahmatan lil alamin. Atau jika meminjam istilah ustadz anis matta,
peradaban islam dibangun dalam 2 keunggulan yaitu pesona islam yang rahmatan lil
alamin dan pesona akhlaq muslim yang menawan. Keduanya saling melengkapi dan
tidak tergantikan. Pesona islam yang rahmatan lil alamin hanya akan menjadi sesuatu
yang utopis (angan-angan) bila tidak ada pesona akhlaq manusia muslimnya yang
4. menawan. Pesona akhlaq yang menawan saja yang tidak dibingkai dalam islam tentulah
tiada berarti dan sia-sia. Seperti konsensus hilful fudhul, ia sebuah kearifan lokal yang
baik, sebuah sistem akhlaq yang menentramkan, berkeadilan, bila tidak dibingkai oleh
islam sebagai world view –meminjam istilah Prof. Malik Badri, pakar psikologi islam-,
maka tidak ada standard kebenaran atau yang sering dilontarkan para pengidap sepilis –
JIL dan antek-anteknya- bahwa kebenaran itu relatif. Tentu akan sangat berbahaya,
ketika hilful fudhul yang mempesona ini, misalnya dipergunakan oleh seorang dari
kabilah tertentu yang mencuri milik kabilah yang lain kemudian dia dihukum potong
tangan oleh kabilah tersebut misalnya, lalu ia meminta suaka kepada abdullah ibn
jad’an, karena pelaku tadi merasa telah didzalimi dengan dipotong tangannya. Tentulah
bisa terjadi pertumpahan darah dan perang antar kabilah. Seperti hal nya pancasila di
indonesia, ia adalah sebuah warisan budaya, kearifan lokal yang indah. Namun sering
digunakan oleh kelompok anti islam sebagai ‘alat penyerang’ untuk melumpuhkan
perjuangan islam. Maka diperlukan sebuah standard kebenaran absolut yang tiada
berubah-ubah, al haqq min robbikum, kebenaran itu dari Tuhanmu. Sebuah kebenaran
mutlak sebagai sebuah world view. Sebuah kacamata, yang memiliki standar kebenaran
baku dan absolut. Dan inilah islam.
Kamu yang terbaik dalam jahiliyah, Kamu yang terbaik dalam
islam
“Khoirukum fi jahiliyah, khoirukum fil islam” demikian sabda rasulullah saw. yang
bermakna kamu yang terbaik ketika di masa jahiliyah mu adalah kamu yang terbaik
ketika masa islam. Seperti yang tertulis diatas, bahwa misi kenabian rasulullah saw.
adalah menyempurnakan akhlaq, menselaraskannya dan memperindah dengan islam
sebagai sebuah world view yang kan membingkai akhlaq nan indah tersebut. Jadi islam
hadir bukan untuk mengkebiri potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang muslim. Islam
justru membawa potensi-potensi tersebut ke ufuk yang tertinggi, puncak aktualisasi diri.
Adalah Umar Ibn Al Khattab, seorang sahabat rasulullah yang juga menjadi salah
satu Khalifah yang mendapatkan petunjuk (khulafaurrasyidin). Sebelum islam ia adalah
5. seorang pegulat di pasar ukazh, atau preman pasar jika kita menyebutnya. Pernah
mengubur hidup-hidup putri nya yang baru saja dilahirkan karena ketika masa jahiliyah
anak perempuan adalah beban yang tidak memberikan keuntungan. Ia paling ditakuti
oleh semua kabilah quraisy. Namun ketika hidayah Allah menyapanya melalui surat
thaha yang dibaca Fathimah, adiknya. Ia berislam. Dan keislamannya adalah tonggak
sejarah perubahan periode dakwah dari sembunyi-sembunyi menjadi dakwah terbuka
terang-terangan. Islamnya umar menjadikan kepercayaan diri kaum muslimin untuk
secara terang-terangan menunjukkan jati dirinya sebagai muslim. “siapa yang ingin anak
– anaknya menjadi yatim, istrinya menjadi janda, dan ibunya menangis, silakan hadang
saya dibalik bukit itu, aku akan berhijrah bersama Rasulullah” itulah ungkapan Umar Ibn
Al Khaththab ketika hendak berhijrah. Potensinya ketika jahiliyah tidak hilang bahkan
menjadi semakin gemilang bersama islam di dadanya. Bahkan ia termasuk sahabat yang
lisannya apabila berpendapat selalu dibenarkan oleh wahyu, contoh ketika peristiwa
turunnya ayat tentang hijab bagi istri-istri nabi dan ketika kematian munafiqin Abdullah
ibn ubay ibn sahlul. Umar Ibn Khaththab yang dengan kekuatan fisik yang ditakuti ketika
masa jahiliyah, menjadikan dirinya bergelar al faruq, yang tiada gentar untuk
membedakan kebenaran dan kebathilan, yang membuat iblis pun memilih memutar
jalan daripada bertemu umar , saking takutnya.
Adapula Khalid Ibn AlWalid, Panglima pasukan quraisy ketka perang uhud yang
berhasil memukul mundur dan membuat pasukan kaum muslimin pontang-panting dan
didera kekalahan paling menyakitkan. Ketika ia berislam, ia bergelar pedang Allah yang
terhunus. Dengan pedangnya ia berhasil memenangkan setiap peperangan. Bahkan ia
bersama Abu Ubaidillah ibn Jarrah berhasil menaklukkan damaskus. Dan masih banyak
lagi kisah-kisah inspiratif para shahabat shahabiyah yang menunjukan bahwa bersama
islam potensi yang dimilikinya semakin teroptimalkan dan teraktualisasi hingga ke ufuk
tinggi. Inilah peradaban hibrida itu, potensi-potensi yang ada teroptimalkan, sistem
akhlaq kearifan lokal terlestarikan, sementara keburukan jahiliyahnya terreduksi dan
menghilang. Ia menjadi manusia-manusia paripurna, yang memancarkan pesona islam
yang rahmatan lil alamin dan pesona akhlaq yang menawan. islam selalu berhasil
6. berakulturasi dengan budaya-budaya setempat, semakin memperkaya khazanah untuk
para da’i nya menyeru selain dengan keunggulan – keunggulan potensi yang dimiliki
masing-masing pribadi da’i. Sesuai dengan kaidah fiqh dakwah khatibu naas bi lughati
qaumihim, serulah manusia dengan bahasa kaumnya, bukan sekedar bahasa tetapi
budaya-budaya lokal setempat. Seorang yang berbakat mencipta lagu dan bermain
musik, ia bisa mengoptimalkan potensi dan bakatnya melalui seni nasyid. Dan masih
banyak hal, karena jika kamu adalah yang terbaik ketika di jahiliyahmu , tetaplah akan
menjadi yang terbaik dan gemilang ketika dalam masa islam mu. Wallahu a’lam
bishawab.