1. BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Allah mengatakan dalam al-Qur’an surah al-Ahqaaf : 10
“Katakanlah: Terangkanlah kepadaku bagaimana pendapatmu jika al-Qur’an itu dating
dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (
kebenaran ) yang serupa dengan ( yang dsebut ) dlaam al-Qur’an lalu dia beriman, sedang
kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orangorang yang zalim”.
Allah juga mengatakan dalam surah al-An’am : 125
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya
Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama ) Islam. Dan barangsiapa yang
dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit,
seolah-olah sudah mendaki ke langit. Begitulah Allah melimpahkan siksa kepada orangorang yang tidak beriman”.
Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya
peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan
menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan
dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati,
mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya
dengan baik.
Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang berani
ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan
oleh Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan
takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi yang lemah,
yang pada zaman modern ini, kita sebut peran advokasi.
Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja
berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik
pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
B
Tujuan Penulisan
Untuk mendapatkan bagaimana penerapan agama dalam kebidanan dan dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan masyarakat.
C. Manfaat
2. •
Dapat memberikan pengetahuan tentang Hubungan agama dan profesi kebidanan
•
Dapat menerapkan profesi kebidanan dalam pelayanannya sesuai agama dan etika
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kebidanan
Pengertian
Bidan
Dalam
bahasa
inggris,
kata
Midwife
(Bidan)
berarti
“withwoman”(bersama wanita, mid = together, wife = a woman. Dalam bahasaPerancis, sage
femme (Bidan) berarti “ wanita bijaksana”,sedangkan dalam bahasalatin, cum-mater (Bidan)
bearti ”berkaitan dengan wanita”.Menurut churchill, bidan adalah ” a health worker who may
or may not formallytrained and is a physician, that delivers babies and provides associated
maternalcare” (seorang petugas kesehatan yang terlatih secara formal ataupun tidak danbukan
seorang dokter, yang membantu pelahiran bayi serta memberi perawatanmaternal terkait).
Definisi Bidan (ICM) : bidan adalah seorang yang telah menjalaniprogram pendidikan bidan
yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telahberhasil menyelesaikan studi terkait serta
memenuhi persyaratan untuk terdaftardan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan.
Bidan merupakan salah satuprofesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat manusia.
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan, yangterakreditasi,
memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sahmendapat lisensi untuk
3. praktek kebidanan. Yang diakui sebagai seorangprofesional yang bertanggungjawab, bermitra
dengan perempuan dalammemberikan dukungan, asuhan dan nasehat yang diperlukan selama
kehamilan,persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri
sertamemberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak.
Islam adalah dinu al-‘amal. Dalam arti bahwa Islam mengedepankan kebaikan amal
sebagai bukti dari keimanan dan pemahaman. Selanjutnya, penerapan amal justru akan
mempercepat dan memperkokoh bangunan keimanan dan pemahaman terhadap Islam. Tentu
saja semua ini dilakukan dengan menjaga agar setiap amal yang dilakukan senantiasa
dilandasi oleh al-ikhlas dan al-fahmu. Terutama mempunyai sifat at-tawaddu'.
Dalam jiwa setiap manusia, tidak peduli apakah dia dari Asia, Amerika, Afrika,
Australia atau Eropa, sangat perlu memiliki sifat tawaddu', yaitu sifat merendahkan diri
yang menjunjung tinggi integritas kesamaan derajat dan diwujudkan dalam kehidupan sosial.
Hal ini sejalan dengan Firman Allah SWT dan Hadist Nabi Muhammad saw. Yang berbunyi:
َواخفض جنَاحكَ ِل ْلمؤْ منِين
ِ ُ
َ َ ْ ِْ َ
Artinya: Dan Tundukkanlah sayapmu - yakni rendahkanlah dirimu -kepada kaum
mu'minin." (al-Hijr: 88)
َّ
ٍَ
، قََ ال رسول هللا - صلى هللا عليه وسلم - : (( إن هللا أوحى إلَي أن ت َواضعُوا حتَّى الَ يفخَر أحدٌ علَى أحد
َ
َ َ َ َْ
َ َ ْ َّ ِ َ ْ
َ
ٍَ
والَ يَبغي أحدٌ علَى أحد )) رواه مسلم
ِْ َ
َ َ
Artinya: "Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadaku, hendaklah engkau
semua itu bersikap tawadhu', sehingga tidak ada seseorang yang membanggakan dirinya di
atas orang lain dan tidak pula seseorang itu menganiaya kepada orang lain - kerana orang
yang dianiaya dianggapnya lebih hina dari dirinya sendiri." (Riwayat Muslim).
Bagi seorang bidan dalam menjalankan tugasnya tentu harus mempunyai sifat
tawaddu' (merendahkan diri), demi memberikan pelayanan yang baik bagi pasiennya. Hal ini
pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw ketika ada seorang hamba sahaya wanita dari
golongan hamba sahaya -wanita yang ada di Madinah mengambil tangan Nabi s.a.w. lalu
wanita itu berangkat dengan beliau s.a.w. ke mana saja yang dikehendaki oleh wanita itu." Ini
menunjukkan bahawa beliau s.a.w. selalu merendahkan diri. Mungkin ini adalah merupakan
sebuah motivasi yang perlu dijadikan pedoman bagi seorang bidan dalam menjalankan
tugasnya sebagai bidan. Seorang bidan harus memilih kata-kata yang paling sopan dan
disampaikan dengan cara yang lembut, karena sikap seperti itulah yang dilakukan Rasulullah,
ketika berbincang dengan para sahabatnya, sehingga terbangun suasana yang menyenangkan.
4. Hindari kata yang kasar, menyakitkan, merendahkan, mempermalukan, serta hindari pula
nada suara yang keras dan berlebihan. Tawadlu', berendah hati adalah awal terbentuknya
cinta dan silaturakhim. Sikap ini muncul atas kesadaran diri, betapa sebagai makhluk Allah,
seorang Muslim terbatas dalam banyak hal, termasuk juga ilmu pengetahuan. Allah lah AlIlm, Al-Haq, sementara produk akal fikiran manusia hanyalah dzon (dugaan, rekaan, hipotesis
belaka). Allah lah sumber kebenaran, sedang dari manusia datang kesalahan.
B.
Peran Agama dalam Kebidanan
Adapun aspek-aspek pendekatan melalui agama dalam memberikan pelayanan kebidanan dan
kesehatan diantaranya :
1. Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya
2. Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi cita-cita
dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi dirinya,
keluarga, masyarakat serta bangsa.
3. Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dalam segala aktivitasnya
4. Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala hal-hal/perbuatan yang
bertentangan dengan ajarannya.
C. Larangan profesi dalam kebidanan yang bertentang dengan agama (Aborsi)
Pembunuhan banyak macamnya, tetapi ulama fikih menyepakati dua macam
pembunuhan, yaitu pembunuhan sengaja dan pembunuhan tak sengaja, karena keduanya
disebutkan di dalam Al Quran dan Al Karim.
pembunuhan dengan sengaja terdapat di dalam banyak ayat, antara lain firman Allah,
“Dan barangsiapa yang mebunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah
jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya.” (Qs. An-Nisaa’ (4): 93)
sedangkan pembunuhan dengan tidak sengaja ditunjukkan oleh firman Allah,
“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali
karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena
tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
membayar diat yang diserahkkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka
(keluarga terbunuh) bersedekah…”(Qs. An-Nisaa’ (4) 92)
5. ulama fikih madzhab Hanafi, Syafi’i dan sebuah riwayaat dari Iman Malik, berpendapat
bahwa pembunuhan memiliki jenis ketiga, yaitu pembunuhan syibhul ‘amdi (serupa
kesengajaan).
meskipun tidak disebutkan di dalam Al Qur’an , tetapi jenis pembunuhan ini disebutkan
dalam sumber syariat kedua –Sunnah Nabawiyyah Muthahharah–, yaitu dalam sabda Nabi
SAW,
“Korban pembunnuhan karena kesalahan menyerupai sengaja, korban pembunuhan dengan
cambuk dan tongkat, (tebusannya) seratus unta, empat puluh di antara nya mengandung anak
unta didalam perutnya”
Sebagian ulama fikih madzhab Hanafi, berpendapat bahwa pembunuhan memiliki lima jenis,
tiga jenis diantaranya telah disebutkan yaitu sengaja, ttak sengaja, dan menyyerupai
kesengajaan. Lalu, pembunuhan yang terjadi karena suatu kesalahan yang tidak disengaja,
yaitu pembunuhan yang mencangkup alasan syar’i yang diterima, seperti orang tiidur
berbalik menimpa orang lain hingga membunuhnya.
yang kelima yaitu pembunuhan dengan sebab, yakni pembunuhan yang terjadi dengan
perantara, seperti orang menggali lubang atau sumur di tanah yang bukan miliknnya, atau
dijalan umum lalu ada seseorang jatuh kedalam nya dan mati. dalam hal ini, saksisaksi qishash (hukuman) saat menarik kesaksian mereka setelah si terdakwa dihukum mati
akibat kesaksian mereka, berarti mereka membunuhnya karena sebab.
D. Tugas Pokok Profesi Kebidanan
Hak, kewajiban dan tanggung jawab.hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik
dalam kehidupan sosial sehari-hari. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang
diterimanya. Hak pasti berhubungan dengan individu, yaitu pasien, sedangkan bidan
mempunyai kewajiban untuk pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien
sedang kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan.
Kewajiban Bidan
1. Bidang wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara
bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.
2. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien.
3. Bidan wajib meruju pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan kahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
6. 4. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk di dampingi suami atau
keluarga
5. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai
degnan keyakinannya.
6. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
7. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan
serta resiko yang mungkin timbul
E. Larangan Bagi Seorang Bidan Secara Umum Maupun Dalam Agama
1. Bidan di larang melakukan Aborsi
2. Bidan di larang memakai perhiasan saat menolong persalinan
3. Bidan di larang berkuku panjang karena berbahaya bagi keselamatan ibu dan bayi
4. Bidan di larang menceritakan apapun yang terjadi saat menolong persalinan kecuali di
mintai keterangan oleh pihak pengadilan.
5. Menganjurkan
ibu
untuk
memberikan
ASI
pada
situasi
yang
tidak
diperbolehkan,seperti:
6. Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus
pemberian ASI tidak dibenarkan:
7. Tidak mau bekerja sama dengan Dukun beranak
8. Melaksanakan tugasnya yang bertentangan dengan UU kebidanan dan tidak sesuai
dengan kode etik kebidanan
F.Peran Bidan Menyelamatkan Ibu Dan Anak
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun
sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan
berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan.
Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi. Pertama: yang laten yaitu
kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat bebagai faktor termasuk pelayanan
kesehatan yang relatif kurang baik. Kedua ialah timbulnya penyakit degeneratif yaitu
menopause dan kanker.
Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global yang semakin
ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia Indonesia yang berkualitas tinggi
sebagai generasi penerus bangsa yang harus disiapkan sebaik mungkin secara terencana,
terpadu dan berkesinambungan. Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak
7. dini yakni sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa
bahkan sampai usia lanjut.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan
strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan
kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan
paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa
siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk
menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan
segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya
kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan output.
Ada beberapa hambatan dalam penempatan bidan di desa antara lain:
1. Umur bidan relatif muda dan bukan dari desa sendiri.
2. Kesulitan menyesuaikan diri di tengah masyarakat.
3. Bidan bukan pegawai negeri sehingga tidak mempunyai penghasilan tetap.
4. Kemampuan desa untuk membangun Polindes masih terbatas sehingga banyak di antara
bidan desa tidak mendapat dukungan sarana dari masyarakat.
5. Perkawinan bidan desa yang segera meningkatkan desa dan pindah mengikuti suami.
6. Pendidikan belum mencukupi untuk mampu mandiri sehingga bidan kurang berfungsi.
7. Karena berusia muda, bidan belum mendapat kepercayaan masyarakat sehingga orientasi
kepada dukun masih dominan.
G. Bidan sebagai Profesi
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagaii pelayan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai
tugas yang sangat unik, yaitu:
1.
Selalu
mengedepankan
fungsi
ibu
sebagai
pendidik
bagi
anak-anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui
proses pendidikan dan jenjang tertentu
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan
mutu pelayanan kepada masyarakat,
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang
teguh kode etik profesi.
8. Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan anggota profesi
yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus diimbangi dengan
kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan selalu berpartisipasi aktif
dalam pelayanan kesehatan.
Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan tergolong
jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan struktural dan
jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur
berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang
ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan
negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional
juga berorientasi kwalitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional
profesional, dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat tunjangan profesional.
9. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan yang diakui
oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi
persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan.Sebagai
anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai pelayan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Kebidanan sebagai profesi merupakan komponen yang paling penting dalam
meningkatkan kesehatan perempuan.
B. Saran
· Agar pemerintah terus berupaya mendukung profesi bidan dengan cara meningkatkan
kwalitas SDM bidan melalui penyediaan fasilitas pendidikan bagi bidan.
· Bagi organisasi diharapkan agar terus berupaya mengembangkan pelayanan dan
pengetahuan bagi semua bidan secara adil dan merata.
· Bidan sebagai tenaga profesional diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dalam
organisasi dan mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan etika profesi.
DAFTAR PUSTAKA
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/04/pandangan-agama-terhadap-bidang-mediskebidanan/
http://web-kemal.blogspot.com/2012/05/bidan-sebagai-profesi.html
http://viorenshaflody.blogspot.com/2011/09/makalah-peran-dan-fungsi-bidan-uud.html
http://dhezulva.blogspot.com/2011/10/bidan-sebagai-profesi.html
http://marisisinaga.blogspot.com/2010/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html