a. Kontak dengan budaya lain dan sistem pendidikan formal yang maju merupakan faktor pendorong utama perubahan sosial budaya.
b. Sikap toleransi terhadap perbuatan baru dan sistem stratifikasi sosial yang terbuka juga mendorong terjadinya inovasi.
c. Sementara itu, kurangnya hubungan antar masyarakat dan sikap yang sangat tradisional merupakan penghambat utama perubahan.
1. Pengertian Perubahan Sosial Menurut Para Ahli
Beberapa pakar mengemukakan pengertian perubahan sosial diantaranya sebagai berikut.
a. selo soemardjan
perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamnya nilai, sikap, dan
pola perilaku kelompok-kelompok dalam masyarakat.
b. william F. Ogburn
perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan, baik material maupun immaterial yang
menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur
immaterial
c. Mac Iver Dalam bukunya Society A Textbook of Sosiology (1937)
Perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan (sosial relation) atau perubahn
terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
d. John Luwis Gillin dan John Philip Gillin dalam bukunya Cultural Antropology
Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima, yang disebabkan oleh
perubahan-perubahan kondisi goegrafis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi
maupun karena adanya difusi atau penemuan baru dalam masyarakat tersebut.
e. Samuel Koening
Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan
manusia. Modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern maupun eksteren.
Definisi dan pengertian tentang perubahan sosial menurut para ahli diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Kingsley Davis: perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi masyarakat.
2. Mac Iver: perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan
sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan
sosial.
3. Gillin dan Gillin: perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari
cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan
material, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-penemuan
baru dalam masyarakat.
Perubahan Budaya
Fase penilaian budaya mengandung dua tugas. Satu adalah menilai budaya organisasi yang sudah
ada, dan lainnya adalah mempertimbangkan budaya organisasi yang diinginkan. Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang budaya sebenarnya dalam organisasi, seseorang
dapat menggunakan kombinasi alat. Satu cara di antaranya adalah dengan melakukan wawancara
pribadi di antara sampel yang menjadi representasi dalam organisasi.
Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara satu persatu atau diskusi kelompok fokus, untuk menilai
budaya yang sudah ada maupun mempertimbangkan budaya yang diinginkan dalam organisasi.
Selain wawancara dan diskusi, survei juga dapat dilakukan di antara sampel peserta yang mewakili.
Untuk mendapatkan masukan yang akurat, survei ini harus dilakukan dengan jaminan penuh atas
kerahasiaannya.
Budaya yang diinginkan tidak sekadar mencakup aspirasi pribadi dan organisasi, tetapi juga
mempertimbangkan permintaan lingkungan eksternal (termasuk kompetisi, pelanggan, pemegang
saham, dan stakeholder lain) yang memungkinkan organisasi bersaing dan berhasil.
Culture Gap Analysis (Analisis Kesenjangan Budaya)
Fase ini menyangkut analisis terhadap kesenjangan antara budaya organisasi yang sudah ada dengan
yang diinginkan. Analisis ini melihat orang, kebijakan, proses, teknologi, strategi, dan struktur
organisasi. Satu cara untuk menganalisis kesenjangan adalah dengan melihat pada apa yang sedang
menghalangi organisasi dari pencapaian visi, misi, dan tujuan yang diinginkan.
2. Cara lainnya adalah dengan mendefinisikan hubungan yang hilang menjadi sumber daya mereka,
gaya kepemimpinan yang tepat atau perilaku orang, yang perlu ditunjukkan untuk memungkinkan
organisasi mencapai tahap masa depan yang diinginkan. Hasil dari analisis kesenjangan akan
memberikan masukan untuk mengembangkan program perubahan dan memengaruhi dan
membentuk budaya organisasi.
Influencing Culture Change (Memengaruhi Perubahan Budaya)
Inti dari perubahan budaya adalah perubahan pola pikir. Hal ini menyangkut mempelajari cara baru
dalam berpikir, bekerja, dan interaksi satu dengan lainnya dan memungkinkan memperoleh sikap
dan keterampilan baru di tempat kerja. Untuk melakukan ini, perlu untuk memengaruhi dan
membentuk keyakinan, asumsi, dan nilai-nilai manusia di tempat kerja.
Sebagai permulaan, agen perubahan yang memimpin perubahan budaya harus menjadi model peran
lebih dulu. Sikap dan perilaku sehari-hari di tempat kerja harus mencerminkan apa yang
didefinisikan sebagai budaya yang diinginkan. Perilakunya yang konsisten dengan budaya yang
diinginkan akan mendorong orang lain untuk melebihi mereka.
Perubahan berikutnya harus mengubah kebijakan organisasi, prosedur dan sistem diselaraskan
dengan budaya baru. Karenanya, setiap praktik yang tidak konsisten tidak selaras dengan pola
perilaku yang diinginkan harus dihapuskan. Untuk memastikan pengaruh jauh ke depan dari budaya
baru, organisasi dapat melakukan pelatihan secara luas dalam organisasi untuk mengomunikasikan
sistem keyakinan baru, nilai-nilai inti, dan pola perilaku yang diinginkan. Program orientasi dapat
pula dilakukan untuk rekrutmen baru maupun staf yang ada untuk membantu mereka memodifikasi
pola pikirnya pada pola perilaku yang diinginkan di tempat kerja.
Organisasi harus mengkapitalisasi setiap saluran komunikasi mungkin untuk dipublikasikan secara
luas dan mengomunikasikan budaya organisasi baru. Newsletters, e-mail, rapat, dan kegiatan
bersama merupakan saluran yang berguna untuk mempromosikan dan memperkuat budaya baru
dalam organisasi.
Cara baru lain yang sangat efektif memulai proses budaya perubahan dalam organisasi adalah
melalui proses rekrutmen. Calon yang potensial diseleksi tentang nilai-nilai yang benar dan pola
perilaku yang cocok dengan budaya yang diinginkan. Calon diwawancara melalui dan diseleksi atas
dasar memiliki nilai, berpikir, dan pola perilaku kondusif pada budaya yang diinginkan.
Beberapa organisasi juga melakukan reorganisasi tenaga kerja. Orang dengan keyakinan, nilai-nilai,
dan perilaku yang konsisten dengan budaya organisasi ditempatkan sebagai penanggung jawab,
sedangkan lainnya dikesampingkan. Oleh karena itu, pemimpin baru akan mengembangkan orang
dan menanamkan praktik budaya baru dalam organisasi. Tipe restrukturisasi tenaga kerja dengan
menggoyang seluruh isinya, sering diperlukan untuk mengubah budaya adalah sudah sangat tua,
birokratis dan organisasi kuno dalam situasi krisis. Sering tuntutan kompetisi dan lingkungan yang
berubah cepat memaksakan tipe pendekatan yang harus dilakukan untuk berubah cepat dan efektif
untuk memungkinkan organisasi bertahan.
Perubahan budaya memerlukan monitoring secara tetap dan penyesuaian pendekatan untuk
mencapai hasil yang efektif. Persoalan pokok perubahan yang efektif adalah bagaimana organisasi
mengimplementasikan sistem penghargaan kinerja mengenal, mendorong, dan memperkuat praktik
budaya yang diinginkan.
Sustaining The New Culture (Melanjutkan Budaya Baru)
Melanjutkan budaya baru memerlukan perbaikan usaha terus-rnenerus dalam memengaruhi dan
memperkuat perilaku aktual di tempat kerja atas dasar harian. Keberlanjutan budaya baru terletak
dalam nilai dan pentingnya tempat pemimpin dalam memelihara konsistensi praktik yang diinginkan
dalam aktivitas dan tugas sehari-hari di tempat kerja.
Oleh karena itu, aliran gagasan dan saran yang konstan untuk mempromosikan dan memperkuat
budaya baru diperlukan untuk orang menginternalisasikan keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku baru.
Hubungan yang konstan antara kinerja positif dan hasil pada budaya baru juga memberikan
kredibilitas lebih besar. Sekali orang melihat manfaat budaya baru tidak hanya untuk organisasi,
tetapi juga untuk individu yang ingin melanjutkan praktik tersebut.
Namun, organisasi yang menjalankan perubahan budaya organisasi mungkin menghadapi staf yang
tidak bahagia dan tidak puas. Hal ini merupakan gejala dari kebutuhan intrinsik yang tidak
terpenuhi. Kebutuhan tersebut mungkin merupakan keinginan akan pengakuan dan apresiasi atau
perasaan penting, menjadi bagian dan kejujuran. Mungkin juga merupakan kebutuhan merasakan
kesenangan atas prestasi, kebanggaan atas keterlibatan atau kesenangan atas sharing.
3. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang diinginkan dan budaya organisasi yang produktif
manajemen puncak, pemimpin, manajer, dan staf harus bekerja secara harmonis untuk mencapai
kerja sama saling menguntungkan.
Mereka juga harus memastikan tercapainya praktik semacam ini di tempat kerja: (a) orang menjadi
jelas tentang arah yang dihadapi organisasi, (b) orang terlibat dan pandangan atau masukan mereka
diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan, (c) tempat kerja bersahabat dan berarti orang
menikmati untuk datang bekerja, (d) komunikasi jelas, pada waktunya dan relevan, (e) orang
mendapatkan sumber daya dan mendukung keperluan mereka untuk melakukan pekerjaan, (f) orang
dihargai, dikenal, dan terapresiasi untuk melakukan pekerjaan yang baik, (g) orang dijaga tetap
memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di dalam organisasi, (h) orang dijaga akuntabel atas
pekerjaan mereka dan mereka mengaku sepenuhnya pada setiap masalah yang mungkin tirnbul, (i)
usaha individu dan tim dihargai dan dikenal secara jujur, Q) terdapat peluang untuk belajar dan
kemajuan karier, (k) terdapat spirit antusiasme dan merasa menjadi bagian, (l) mengasuh orang
adalah praktik dalam sebuah organisasi, dan (m) menguasai pelajaran perubahan budaya korporasi.
Disarikan dari buku: Komunikasi Organisasi Lengkap, Penulis: Prof. Dr Khomsahrial Romli, M. SI,
. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan
a. Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu
menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru tersebut
dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing dengan budaya
sendiri. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya
kebudayaan yang ada.
b . Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran dan mem-
biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia
untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak.
c . Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya lebih baik
lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain.
d . Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat
merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat diberikan
agarsemakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e . Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada
anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin
hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat
mengembangkan kemampuan dirinya.
f . Heterogenitas Penduduk
4. Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang
berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan
demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat dalam
upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.
g . Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju
dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan
tuntutan zaman.
h. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa
perlawanan, pertentangan, dan gerakan revolusi untuk mengubahnya.
i . Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas
dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
2. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan
a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan
yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat menjadi
statis.
b . Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, contohnya
masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di bawah pengaruh
masyarakat lain (terjajah).
c . Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit
menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang bersangkutan
didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
d . Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan
Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan akan
menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat
5. berupaya menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau
kebudayaan yang telah ada.
e . Adanya Kepentingan-Kepentingan yang Telah Tertanam dengan Kuat ( Vested Interest
Interest)
Organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan strata akan menghambat terjadinya perubahan.
Golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi tentunya akan mempertahankan
statusnya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan terhambatnya proses perubahan.
f . Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain,
misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari Barat karena belum
bisa melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup
diri dari pengaruh-pengaruh asing.
g . Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan sebagai usaha
yang berlawanan dengan ideologi
masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
h. Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah.
Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya,
memotong padi dengan mesin dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan
kebiasaan masyarakat masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong
padi tidak akan digunakan.
i . Nilai Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya
Buruk dan Tidak Mungkin Diperbaiki Pandangan tersebut adalah pandangan pesimistis. Masyarakat
cenderung menerima kehidupan apa adanya dengan dalih suatu kehidupan telah diatur oleh Yang
Mahakuasa. Pola pikir semacam ini tentu saja tidak akan memacu pekembangan kehidupan
manusia.