SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Download to read offline
BAB II
                          TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Status gizi
2.1.1. Pengertian status gizi

       Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002).
       Keadaan gizi merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau
keadaan fisiologis akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa
dkk, 2002).
       Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu
(Supariasa dkk, 2002).
       Dibedakan antara status gizi buruk, baik dan lebih di antaranya:
       1. Gizi seimbang adalah sesuai antara suplai dan kebutuhan zat gizi.
       2. Gizi kurang adalah suplai tidak mencukupi kebutuhan zat gizi.
       3. Gizi lebih adalah suplai melebihi kebutuhan zat gizi.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
       UNICEF telah mengembangkan kerangka konsep gizi makro              sebagai
salah satu strategi untuk menanggulangi masalah gizi kurang. Dalam kerangka
tersebut ditunjukan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh penyebab
langsung dan penyebab tak langsung (Azwar, 2004).
a. Secara langsung
       Timbulnya gizi kurang secara langsung, tidak hanya dikarenakan asupan
makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan
tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya akan menderita gizi kurang. Demikian
juga pada anak yang tidak memperoleh asupan makanan yang cukup, maka daya



                                                                                6
7



tahan tubuhnya akan menjadi lemah dan akan mudah terserang penyakit (Azwar,
2004).
b. Secara tidak langsung
         Ada 3 penyebab tidak langsung untuk terjadinya gizi kurang yaitu:
   Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai
   Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
   seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik, jumlah maupun
   mutu gizinya.
   Pola pengasuh anak kurang memadai
   Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu,
   perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan
   baik (fisik, mental, sosial).
   Pelayanan kesehatan lingkungan kurang memadai
   Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan
   air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap
   keluarga yang membutuhkan.
         Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan,
dan keterampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola
pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan (Azwar, 2004).
         Berbagai masalah nasional seperti krisis ekonomi, sosial, politik secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
tingkat pendidikan, pendapatan serta status kesehatan masyarakat salah satu
diantaranya adalah status gizi. Dimana gizi buruk dapat mengakibatkan berbagai
dampak negatif yang cukup fatal dan berakibat buruk pada masa kehidupan
berikutnya yang sulit diperbaiki (Azwar, 2004).
2.1.3. Penilaian status gizi
a. Secara langsung

         Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
8



1) Antropometri
   Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
   dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
   gizi (Supariasa, dkk., 2002).
          Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Antropometri
Keunggulan                                        Kelemahan
Prosedur sederhana, aman dan dapat Tidak sensitif, metode ini tidak dapat
dilakukan dalam jumlah sampel yang                mendeteksi status gizi dalam waktu singkat.
  besar.                                          Disamping itu tidak dapat membedakan
                                                  kekurangan zat gizi tertentu seperti Zink dan
                                                  Fe.
Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli,            Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan
tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang           penurunan penggunaan energi) dapat
sudah dilatih dalam waktu singkat dapat                 menurunkan spesifikasi dan sensivitas
melakukan          pengukuran    antropometri.    pengukuran antropometri.
Kader      gizi     (posyandu)    tidak   perlu
seorang ahli, tetapi dengan pelatihan
singkat       ia      dapat      melaksanakan
kegiatannya secara rutin.
Alat murah, mudah dibawa.                         Kesalahan yang terjadi saat pengukuran
                                                  dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan
                                                  validitas pengukuran antropometri gizi.
Metode ini tepat dan akurat, karena dapat
dibakukan.
Dapat mendeteksi atau menggambarkan
riwayat gizi dimasa lalu.
Umumnya dapat mendeteksi status gizi
sedang, kurang, dan gizi buruk.
Metode antropometri dapat mengevaluasi
perubahan status gizi pada periode
tertentu, atau dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
9



Kesalahan terjadi karena :
a. Pengukuran
b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
c. Analisis dan asumsi yang keliru


Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:
a) Berat Badan menurut Umur (BB/U)
   Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
   tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
   mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu
   makan. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
   Sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
   (current nutrition status) (Supariasa dkk, 2002).
Kelebihan indeks BB/U:
   (1) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
   (2) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
   (3) Berat badan dapat berfluktuasi
   (4) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
   (5) Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)


Kelemahan indeks BB/U:
   (1) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat
       edema maupun asites
   (2) Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit
      ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik
   (3) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia
       lima tahun
   (4) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau
       gerakan anak pada saat penimbangan
   (5) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial
       budaya setempat.
10



2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
   Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
   pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
   dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat
   badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu
   yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak
   dalam waktu yang relatif lama. Sehingga indeks ini mengganbarkan status gizi
   masa lampau (Supariasa dkk, 2002)
Keuntungan indeks TB/U:
   (1) Baik untuk menilai status gizi masa lampau
   (2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa


Kelemahan indeks TB/U:
   (1)    Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
   (2)    Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak
         sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya
   (3) Ketepatan umur sulit didapat


3) Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
           Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan
   perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik
   seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-
   ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan
   melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan
   dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan
   (Supariasa dkk, 2002).
           Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara
   antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh)
   digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi
   ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran
   antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan
11



   komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat
   mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).
            Indeks IMT/U paling baik untuk mengukur keadaan status gizi yang
   menggambarkan keadaan status gizi masa lalu dan masa kini.


Tabel 2. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, IMT/U
Standard WHO 2007
   NO Indeks            yang Batas pengelompokan         Sebutan status gizi
        dipakai
   1    BB/U                  < -3SD                     sangat kurus
                              <-2 SD s/d -3SD            kurus
                              > -2SD s/d +1 SD           Normal
                              > +1SD s/d +2SD            Risiko gemuk
                              > +2SD s/d +3SD            gemuk
                              >+3SD                      sangat gemuk
   2    TB/U                   < -3 SD                   Sangat Pendek
                              < -2SD s/d -3 SD           Pendek
                              > -2SD s/d +2 SD           Normal
                              > 2SD s/d +3SD             Tinggi
   3    IMT/U                 < -3SD                     Sangat Kurus
                              <-2 SD s/d -3SD            Kurus
                              > -2SD s/d +1 SD           Normal
                              > +1SD s/d +2SD            Risiko gemuk
                              > +2SD s/d +3SD            Gemuk
                              >+3SD                      Sangat gemuk
       Sumber : www.who.int/growthref/en


2) Klinis
   Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
   gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang
   dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi yang dapat dilihat pada jaringan
   epitel di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ yang dekat dengan
   permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa dkk, 2002).
12



3) Biokimia
          Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
   laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
   tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa
   jaringan tubuh seperti hati dan otot.
          Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan
   terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang
   kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong
   untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa dkk, 2002).
4) Biofisik
   Pemeriksaan biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
   kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan
   jaringan (Supariasa dkk, 2002)
   Contoh: Tes adaptasi gelap
b. Secara tidak langsung
   1) Survei konsumsi makanan
        Yaitu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat
        jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi
        makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi
        pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi
        kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa dkk, 2002).
        Contoh: Recall 24 jam
   2) Statistik Vital
        Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
        kematian berdasarkan umur, data kesakitan dan kematian akibat-akibat
        penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
        Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
        langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa dkk, 2002).
   3)            Faktor Ekologi
        Dengan mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
        sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan
        budaya seperti: iklim, tanah dan irigasi. Pengukuran faktor ekologi
13



       dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu
       masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi
       (Supariasa dkk, 2002).
2.1.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak sekolah
       Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan
pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)
(Soetjiningsih, 2002).
b. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikikan rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2002).
       Kualitas anak masa kini merupakan penentu SDM dimasa yang akan
datang. Pembangunan manusia di masa depan dimulai dengan pembinaan anak
masa sekarang. Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas di masa yang akan
datang maka anak perlu dipersiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang
seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya (Soetjiningsih, 2002).
       Nutrisi yang adekuat dan seimbang, merupakan kebutuhan akan asuh yang
terpenting. Nutrisi adalah termasuk pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertama
kehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat
terutama pertumbuhan otak (Soetjiningsih, 2002).
       Keberhasilan      perkembangan   anak    ditentukan    oleh   keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan otak. Jadi dapat dikatakan bahwa nutrisi, selain
14



mempengaruhi        pertumbuhan,   juga   mempengaruhi         perkembangan   otak
(Soetjiningsih, 2002).
       Kebutuhan akan energi pada anak untuk tumbuh kembang pada umumnya:
       Tabel 3. kebutuhan akan energi pada anak
       Usia anak                           Kebutuhan energi

       Anak 7-9 tahun                      80 kkal/kgBB/hari

       Anak laki-laki 10-12tahun           60-70 kkal/kgBB/hari

       Anak perempuan 10-12 tahun          50-60 kkal/kgBB/hari



       Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak
terhadap aspek fisik. Sedangkan pertumbuhan berkaitan dengan pematangan
fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara
sinkron pada setiap individu (Soetjiningsih, 2002).
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
       Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak, yaitu:
a. Faktor genetik
   Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
   anak. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan
   lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
b. Faktor lingkungan
   Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
   potensi bawaan. Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi:
   1) Faktor lingkungan yang mempengaruhi bayi pada waktu masih dalam
       lingkungan (faktor prenatal), antara lain;
       a) Gizi ibu pada waktu hamil.
       b) Mekanis.
       c) Toksin/zat kimia.
       d) Endokrin.
       e) Radiasi.
       f) Infeksi
       g) Stress.
15



       h) Imunitas.
   2) Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir
   (faktor postnatal):
       a) Lingkungan biologis antara lain: ras atau suku bangsa, jenis kelamin
          umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit
          kronis, fungsi metabolisme, hormon.
       b) Faktor fisik: cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, Sanitasi,
          keadaan, radiasi.
       c) Faktor psikososial: stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman,
          kelompok sebaya, stres, sekolah.
       d) Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: pekerjaan/pendapatan
          keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam
          keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat istiadat,
          norma-norma,        tabu-tabu,   urbanisasi,   kehidupan   politik   dalam
          masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran
          dan lain lain.
2.1.6. Anak Usia Sekolah (6-12tahun)
       Anak usia sekolah adalah generasi penerus bangsa, dan kualitas bagsa
dimasa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak ini. Upaya peningkatan kualitas
SDM (Sumber Daya Manusia) harus dilakukan sejak dini, sistematis dan
berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal
tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar
(Yusuf, 2010).
       Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik
lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan
orang tua. Walaupun pertumbuhan fisik anak SD cenderung lambat, namun tak
dapat disangkal bahwa kebutuhan gizi yang seimbang di usia SD tetap perlu
diperhatikan. Hal ini mengingat, pada usia SD, anak berada pada masa
pertumbuhan yang kelak akan berpengaruh pada masa-masa selanjutnya
(Moehdji, 2003).
       Bahwa menjelang usia 6-12 tahun anak menjadi lebih tinggi dan berat. Hal
ini karena pada usia tersebut terjadi perkembangan skeletal dan muskular yang
16



banyak berkaitan dengan jaringan tulang atau kerangka otot seseorang dan
biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat daripada putra (Moehdji, 2003).
       Karakteristik anak sekolah meliputi:
            Pertumbuhan tidak secepat bayi.
            Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal)
            Lebih aktif memilih makanan yang disukai
            Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat
            Pertumbuhan lambat
            Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.
       Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanak sejak
usia 6 tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai dengan kondisi yang
sangat memenuhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak, akhir masa
kanak-kanak memiliki beberapa ciri:
a. Usia sekolah dasar adalah suatu masa ketika anak diharapkan memperoleh
   dasar-dasar    pengetahuan     yang      dinggap   penting   untuk   keberhasilan
   penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai
   ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupun ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi adalah sutu masa ketika anak membentuk
   kebiasan untuk mencapai sukses atau sangat sukses, yang cenderung menetap
   sampai dewasa, bahwa tingkat prilaku pada masa kanak-kanak mempunyai
   korelasi yang tinggi dengan prilaku prestasi pada masa dewasa (Yusuf, 2010).
2.1.7. Gizi Seimbang
   Gizi seimbang adalah pola makan yang seimbang antar zat gizi yang diperoleh
   dari aneka ragam makanan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi untuk hidup
   sehat, cerdas dan produktif.

     Pemasyarakatan pemahaman gizi seimbang:
       1.   Tahun 1950 melalui slogan 4 sehat 5 sempurna
       2. Tahun 1994 melalui pedoman umum gizi seimbang (PUGS)
4 sehat 5 sempurna
Pola makan sehari-hari yang terdiri dari:
            Makanan pokok sumber karbohidrat/kalori.
17



             Lauk-pauk sumber protein hewani dan nabati.
             Sayur-mayur sumber vitamin dan mineral.
             Buah-buahan sumber vitamin dan mineral.
             Susu sumber lemak, protein dan lemak.
Pedoman Umum Gizi Seimbang
Pedoman ini berisi 13 pesan dasar gizi seimbang disertai dengan logo tumpeng
(kerucut).
Pesan dasar tersebut antara lain:
      Makanlah aneka ragam makanan
      Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
      Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
      Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan
       energi
      Gunakan garam beryodium
      Makanlah makanan sumber zat besi
      Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan
      Biasakan makan pagi
      Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
      Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
      Hindari minum minuman beralkohol
      Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
      Bacalah label makanan yang dikemas
18



Gambar 1. Gizi Seimbang




2.1.8. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar
       Anak sekolah dasar berada dalam masa pertumbuhan yang cepat dan aktif.
Dalam kondisi ini anak harus mendapat makanan bergizi dalam kulitas dan
kuantitas yang tepat. Kualitas hidangan menunjukan adanya semua zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu
terhadap yang lain. Kuantitas menunjukan kuantum masing-masing zat, terhadap
kebutuhan tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh baik dari
segi kualitas dan kuantitasnya maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan
gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi yang adekuat (Setiawati, 2005).
       Fase usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk
menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan tubuh akan
energi jauh lebih besar dibandingkan usia sebelumnya, karena anak sekolah lebih
banyak melakukan aktivitas fisik seperti bermain, berolahraga atau membantu
orangtuanya. Memasuki usia 10-12 tahun, anak semakin membutuhkan energi dan
zat gizi yang lebih besar dibanding anak yang berusia di bawahnya. Pada usia ini
pemberian makanan untuk anak laki-laki dan perempuan mulai dibedakan
(Setiawati, 2005).
       Gizi menjadi masalah yang penting bagi anak sekolah, karena gizi bisa
mencerdaskan anak. Anak yang kekurangan gizi mudah mengantuk dan kurang
19



bergairah yang dapat menganggu proses belajar di sekolah dan menurun prestasi
belajarnya, daya pikir anak juga akan kurang, karena pertumbuhan otaknya tidak
optimal. Orang tua perlu memerikan perhatian pada anak usia sekolah, karena
pada umumnya mereka disibukkan dengan berbagai kegiatan di luar rumah
sehingga cenderung melupakan waktu makan termasuk kebiasaan makan pagi.
Makan pagi yang cukup akan memenuhi kebutuhan energi selama belajar di
sekolah, sekaligus mencegah penurunan kadar gula darah yang berakibat pada
terganggunya konsentrasi anak dalam menerima pelajaran di sekolah (Setiawati,
2005).
         Pola asupan makanan yang tidak seimbang pada anak usia sekolah dalam
jangka waktu yang lama akan menyebabkan kurangnya gizi dalam tubuh. Anak
usia sekolah sangat memerlukan asupan makanan yang seimbang untuk
menunjang tumbuh kembangnya. Anak sekolah perlu mendapat asupan gizi yang
seimbang, sehingga akan tumbuh sesuai perkembangan usianya dan ada
kesesuaian antara BB/umur, TB/umur dan BB/TB (Setiawati, 2005).
         Setiap   orang   dalam   siklus   hidupnya   selalu   membutuhkan   dan
mengkonsumsi berbagai bahan makanan. Pada awal usia 6 tahun anak sudah
mulai masuk sekolah. Hal ini akan mempengaruhi kebiasaan makan anak. Zat gizi
yaitu zat-zat yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai yang
sangat penting, yaitu:
a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama
   bagi mereka yang masih dalam proses pertumbuhan.
b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari
         Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan kebutuhan gizi anak kelompok
usia sekolah:
20



 Tabel 4. Unsur-unsur Zat Gizi Yang Diperlukan Anak Usia Sekolah
Umur          Energi      Pospor    Vitamin       Vitamin   Tiamin   Kalsium   Zat
(tahun)       (Kkalori)   (gram)    A(RE)         D         (mg)     (mg)      Besi
                                                  (μg)                         (mg)
L/P : 7-9     1900        37        400           10        1        500       10
L: 10-12      2050        50        500           10        1        700       14
P: 13-5       2400        60        600           10        1        700       17
L: 10-12      2050        50        500           8         1        700       14
P: 13-5       2100        70        500           8         1        700       19
 Sumber: widya karya pangan dan gizi (2004)



 2.2. Kecerdasan

 2.2.1. Pengertian kecerdasan

            Intelegensi merupakan sebuah konsep abstrak yang sulit didefinisikan
 secara memuaskan. Hingga sekarang, masih belum dijumpai sebuah definsi
 tentang intelegensi yang dapat diterima secara universal. Meskipun demikian, dari
 sekian banyak definsi tentang dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga klasifikasi
 berikut: (Desminta, 2008)

           Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan
            situasi-situasi yang sangat beragam
           Kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan
           Keamampuan untuk berfikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep
            abstrak dan dan menggunakan secara luas simbol-simbol dan konsep-
            konsep

            Sedangkan IQ ( Intelligence Quotient ) adalah skor yang diperoleh dari
 sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit
 indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan
 kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Intelligence Quotient atau yang biasa
 disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia
21



yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis
pada awal abad ke-20 (Walgito, 2004).

       Inti kecerdasan intelektual ialah aktivitas otak. Tingkat kecerdasan seorang
anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ memegang peranan penting untuk
suksesnya anak dalam belajar. Menurut penelitian, IQ atau daya tangkap
seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat
dipengaruhi oleh garis keturunan (genetik) yang dibawanya dari keluarga ayah
dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup (Desminta, 2008).


2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual
       Bayley (1979) di dalam studinya menemukan beberapa faktor yang
mempengaruhi kemampuan intelektual individu, yaitu:
a. Keturunan:
   Studi korelasi nilai-nilai tes intelegensi di antara anak dan orang tua, atau
   dengan kakek-neneknya, menunjukkan adanya pengaruh faktor keturunan
   terhadap tingkat kemampuan mental seseorang sampai pada tingkat tertentu.
b. Latar belakang sosial ekonomi:
   Pendapatan keluarga, pekerjaan orangtua dan faktor-faktor sosial ekonomi
   lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu
   mulai usia 3 tahun sampai dengan remaja.
c. Lingkungan hidup:
   Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual
   yang kurang baik pula. Lingkungan yang dinilai paling buruk bagi
   perkembangan intelegensi adalah panti-panti asuhan serta institusi lainnya,
   terutama bila anak ditempatkan di sana sejak awal kehidupannya.
d. Status gizi:
   Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik maka diperlukan zat makanan
   yang adekuat. Makanan yang kurang baik secara kualitas maupun kuantitas
   akan menyebabkan gizi kurang. Keadaan gizi kurang dapat mengakibatkan
   perubahan struktural dan fungsional pada otak. Jenis makanannya yang
   mengandung Protein, Karbohidrat, Lemak, Vitamin dan Mineral.
22



         Menurut Georgieff (2007), Otak manusia mengalami perubahan struktural
dan fungsional yang luar biasa antara minggu ke 24 dan minggu 42 setelah
konsepsi. Sel-sel otak mulai terbentuk pada trimester pertama kehamilan,dan
berkembang pesat sejak dalam rahim. Perkembangan ini berlanjut saat setelah
lahir hingga usia 2 atau 3 tahun, periode tercepat usia 6 bulan pertama. Setelah
usia tersebut praktis tidak ada pertumbuhan lagi, kecuali pembentukan sel neuron
baru untuk mengganti sel otak yang rusak. Dengan demikian diferensiasi dan
pertumbuhan otak berlangsung hanya sampai usia 3 tahun.

2.2.3. Penilaian kecerdasan (Intelegence Question)

         Nilai yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasaan. Tes ini memberikan
indikasi mengenai taraf kecerdasaan seseorang dan menggambarkan kecerdasaan
seseorang secara keseluruhan (Walgito, 2004).
         Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan
adalah :

                          Usia Mental Anak
                                            x 100      IQ
                          Usia Sesungguhnya


         Umur mental (MA/mental age) diketahui dari hasil pengerjaan soal- soal
tes, sedangkan umur kronologis (CA/chronologic age) diketahui dari tanggal
kelahiran. Angka 100 digunakan sebagai bilangan pengali supaya IQ bernilai 100
bila MA sama dengan CA. Bila MA < CA = Maka IQ < 100. Sebaliknya bila
MA > CA = maka IQ > 100 (Desminta, 2008).
Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang
rata-rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4 tahun. Inilah yang disebut
dengan Usia Mental. Berarti IQ si anak adalah 4/3 x 100 = 133 (Desminta, 2008).
         Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak matang, tidak terjadi
perkembangan lagi bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.
Dengan demikian, MA akan mengalami stagnasi dan penurunan pada waktu
tertentu, tetapi CA terus bertambah. Bila rumus diatas tetap dipakai, maka skor IQ
seorang akan turun bila diukur kembali setelah ia berumur 50 tahun (Desminta,
2008).
23



Tabel 5. Skala Skor IQ Menurut Binet

       IQ                     Klasifikasi               Tingkat sekolah
       Diatas 139             Sangat superior           Orang yang sangat pandai

       120-139                Superior                  Dapat         menyelesaikan
                                                        studi di universitas tanpa
                                                        banyak kesulitan
       110-119                Diatas rata-rata          Dapat         menyelesaikan
                                                        sekolah      lanjutan    tanpa
                                                        kesulitan
       90-109                 Rata-rata                 Dapat         menyelesaikan
                                                        sekolah lanjutan
       80-89                  Dibawah rata-rata         Dapat          meyelesaikan
                                                        sekolah dasar
       70-79                  Borderline                Dapat              mempelajari
                                                        sesuatu tapi lambat
       Di bawah 70            Terbelakang secara        Tidak       bisa     mengikuti
                               Mental                   pendidikan di sekolah


2.2.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Otak
       Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak
awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun
otak terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun pertumbuhannya tidak
sepesat pada masa bayi (Desminta, 2008).
       Pada saat bayi, mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari
otak dewasa, dan pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90%
otak orang dewasa. Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang
dewasa (3 pon), menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian
oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya (Desminta, 2008).
       Jumlah sel otak secara keseluruhan adalah satu trilyun sel termasuk 100
milyar sel aktif dan 900 milyar sel lainnya yang menempel, memberikan makan
dan mengisolasi sel-sel yang aktif. Masing-masing sel otak manusia membentuk
jaringan atau yang dinamakan dendrit, sampai sebanyak 20.000 tiap sel otaknya.
Tiap jaringan yang terbentuk dirangsang oleh informasi yang masuk ke dalam
24



otak. Saat janin mulai terbentuk dalam perut ibu, sel neuron berkembang dengan
penambahan kecepatan yang luar biasa, yaitu 250.000 sel per menitnya. Semakin
banyak jaringan yang terbentuk (dendrit), semakin cerdas dan kreatif anak
tersebut, yang akan mempengaruhi hasil prestasi belajar anak tersebut.
       Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan otak adalah nutrisi,
salah satunya adalah asam amino. Zat yang bersumber dari protein ini sangat
membantu proses pengolahan informasi di otak, dimana indikatornya dengan
menggunakan TB/U, anak yang tinggi kurus akan lebih cerdas dibandingkan
dengan anak yang pendek dan gemuk.
       Saat bayi lahir, seluruh neuron sudah lengkap seperti manusia dewasa.
Setelah itu, perkembangan yang terjadi adalah pembentukan jaringan-jaringan
yang menghubungkan antara neuron yang satu dengan neuron yang lain: sinaps
(Windura, 2008).
       Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan
myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat
dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan
kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem saraf. Beberapa ahli psikologi
perkembangan percaya bahwa myelination adalah penting dalam pematangan
sejumlah kemampuan anak-anak (Desminta, 2008).
       Otak tumbuh maksimum di usia 0 – 18 tahun, dan pertumbuhan yang pesat
terjadi pada usia anak usia 0 – 5 tahun, para ahli mengatakannya sebagai The
Golden Age (masa keemasan) sebab di usia ini otak tumbuh 90 % dan 100 %
setelah anak berusia 18 tahun.
       Hingga usia dewasa awal (19–40 tahun), kematangan otak manusia baru
tercapai. Terutama, pada bagian korteks prefrontal, yang berfungsi sebagai pusat
perencanaan (planning), mencari jalan keluar (problem solving), nalar, emosi,
gerakan dan sebagian pusat bicara manusia, masih ada banyak kesempatan yang
mendukung tumbuh-kembang otak selama proses maturitas otak masih berjalan.
       Menurut Judith Rapoport dan Paul Thompson kematangan otak terjadi
secara bertahap: bagian otak yang pertama kali menjadi matang adalah bagian
depan dan belakang, yang antara lain berfungsi memproses sensasi indrawi dan
melakukan gerakan. Kemudian, diikuti oleh maturitas bagian otak yang berfungsi
25



mengembangkan orientasi spasial dan bahasa. Sedangkan bagian otak dengan
fungsi-fungsi yang lebih lanjut, seperti mengintegrasikan informasi dari berbagai
indra, matang paling akhir.
       Kapasitas otak tidak terbatas terbukti dari penilitian Prof, Marc
Rosenweig, apabila dalam 1 detik saja kita bisa mengingat 10 informasi baru, jika
kita terus mengingat informasi-informasi baru tanpa berhenti selama 100 tahun ke
depan, kita baru saja mempergunakan kapasitas otak kita kurang dari 10% saja
(Windura, 2008).
       Namun pertumbuhan dan perkembangan otak akan maksimal hanya jika
anak mendapatkan rangsangan dari lingkungannya, rangsangan yang dimaksud
adalah semua obyek dan perlakuan yang didapat anak dari lingkungan yang
melibatkan semua indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan
indera pengecap. Semua alat indera ini harus dioptimalkan untuk menyerap
semaksimal mungkin stimulus dari luar dirinya.
       Peranan orang tua sebagai orang yang terdekat dengan anak begitu besar
dan sangat menentukan keberhasilan anak dalam perkembangan intelektual dan
pribadinya. Anak akan menjadi apa dan siapa kelak di kemudian hari sangat
tergantung pada bagaimana orang tua mengambil bagian dalam membentuk dan
mengarahkannya sejak kecil.
2.2.5. Fungsi Otak Manusia
       Secara struktural, otak dibangun oleh komponen seluler yang meliputi sel-
sel saraf (neuron) dan sel-sel pendukung (neuroglia), komponen air, ion-ion,
karbohidrat, lemak, dan protein. Jumlah sel saraf dalam otak: 100.000.000.000
dan jumlah sinaps yang dibentuk 1014 (Pasiak, 2009). Secara fungsional, transmisi
pesan dalam otak melibatkan neuron, neurotransmitter, sinaps, reseptor, ion-ion
dan molekul-molekul. Neurotransmisi itu dapat berlangsung dengan cara elektris
(sinaps elektris) maupun kemis (sinaps kimia) (Pasiak, 2009).
       Otak terbagi menjadi 2 sisi, yaitu sisi kiri dan sisi kanan yang disebut
hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Hemisfer kiri berfungsi sebagai pengendali IQ
(Intelligence Quotient) seperti hal perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa,
hitungan dan logika. Karena bersifat logis maka ia berhubungan erat dengan
pembentukan kecerdasan anak pada pendidikan formal. Daya ingat hemisfer kiri
26



bersifat jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri
maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan
matematika (Pasiak, 2009).
         Hemisfer kanan bertanggung jawab untuk dalam perkembangan EQ
(Emotional Quotient), seperti hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau
ruang, emosi, musik dan warna. Daya ingat hemisfer kanan bersifat panjang (long
term memory). Bila terjadi kerusakan pada hemisfer kanan misalnya pada
penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang terganggu adalah
kemampuan visual dan emosi misalnya (Pasiak, 2009).
         Berbagai aktivitas yang menstimulasi kedua hemisfer secara bersamaan
akan mendorong perkembangan inteligen secara global. Sementara itu
hipokampus berfungsi untuk interaksi sosial, emosi dan memori (Pasiak, 2009).
2.2.6. Nutrisi Bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Otak
         Otak merupakan organ yang banyak mengandung lemak. Lemak ada tiga
jenis yaitu trigliserida, asam lemak fosfolipid, dan sterol. Yang merupakan
komponen pembentuk sel-sel otak adalah asam lemak fosfolipid. Sel-sel saraf
(neuron) mempunyai selubung atau lapisan yang dinamakan mielin. Sebagian
besar lemak dibutuhkan untuk pembentukan sel neuron dan myelin (Jensen,
2007).
         Nutrisi sangat mempengaruhi otak, seperti vitamin dan nutrisi lainnya
sangat penting bagi perkembangan otak kita, pemeliharaan sel-sel saraf dan
metabolisme otak. Glukosa yang merupakan gula darah adalah satu-satunya
sumber energi bagi sel-sel otak kita (Jensen, 2008).
a. Nutrisi utama bagi otak (Pasiak, 2009) :
   1) Air merupakan komponen utama (80%) darah. Fungsi air adalah alat
         transportasi untuk nutrien dan sampah-sampah yang terbentuk akibat
         proses kimia dalam sel. Air bersih yang tersedia cukup dapat membentuk
         menjadi konsentrasi dan kewaspadaan.
   2) Protein, ditemukan dalam daging, ikan, susu, keju dan biji-bijian. Protein
         menyediakan materi untuk pembangunan struktur tubuh, termasuk otak.
         Juga digunakan sebagai meningkatkan fungsi mental dan membangkitkan
         semangat.
27



3) Karbohidrat ditemukan dalam biji-bijian dan buah. Setelah dicerna
   karbohidrat dipecah menjadi glukosa yang merupakan sumber energi
   utama bagi otak.
4) Lemak, ada dua jenis lemak dalam makanan, asam lemak jenuh dan tak
   jenuh. Asam lemak jenuh ganda dikenal dengan Omega-6 (misalnya asam
   linoleat dan AA) dan Omega-3 (misalnya asam α-linolenat, EPA, dan
   DHA) sering di sebut asam lemak esensial (ALE). ALE inilah yang dapat
   meningkatkan ukuran otak dan jumlah sel otak, memperbaiki penglihatan,
   dan membantu belajar. Sumber utama ALE adalah ikan salmon, kacang-
   kacangan,   biji-bijian.   Paling   penting   bagi   otak   adalah   asam
   dokosaheksanoat (DHA) dan asam arakhidonat (AA). DHA turut
   merancang pembentukan sistem saraf, memperbanyak dendrit dan
   menebalkan myelin pembungkus saraf.
5) Vitamin dan mineral diperlukan untuk pertumbuhan dan fungsi otak.
   Vitamin B kompleks berperan penting dalam menghasilkan energi bagi
   otak. Vitamin A, C dan E merupakan antioksidan kuat dan penting untuk
   meningkatkan serta menjaga memori pada usia lanjut. Mineral berperan
   penting dalam menjaga kekuatan otak. Magnesium dan Mangan
   dibutuhkan untuk memberikan energi bagi otak. Sodium, potasium dan
   kalsium sangat penting untuk komunikasi sel saraf dan mempermudah
   pengiriman pesan.
28



Gambar 2. Nutrisi bagi otak




       (Eric Jensen, 2008)
Beberapa tips nutrisi bagi guru: (Jensen, 2008)
              Kekurangan vitamin dan mineral dapat disebabkan oleh makanan
       yang tidak memadai maupun penyerapan nutrient yang kurang baik oleh
       tubuh. kedua hal ini dapat menyebabkan kelelahan, kehilangan selera,
       konsentrasi yang buruk, memori yang berkurang, dan sebagainnya. Bila
       ada masalah diantara para siswa, mintalah saran dari konsultan
       medis/keseharan yang ada disekolah
              Jika sekolah berlokasi di wilayah miskin, ada kecenderungan kuat
       bahwa banyak siswa yang tidak makan dengan layak. Mulailah berinisiatif
       mengambil langkah-langkah untuk mencari program bantuan makan pagi
       dan siang dari negara untuk sekolah.
              Monitorlah menu yang ada di program makan siang kantin yang
       ada dan berikan usulan untuk memasukkan menu makanan tambahan yang
       kaya vitamin.
29



               Ajarilah kepada siswa mengenai hubungan antara makanan
       bernutrisi dengan kognisi dan kondisi tubuh yang baik.
               Dosis vitamin yang berlebihan tidak member manfaat dan justru
       dapat menjadi racun. Jagalah untuk tetap berada dalam ketentuan dosis
       yang dianjurkan.


2.3. Prestasi Belajar
2.3.1. Pengertian Prestasi Belajar
       Prestasi dari bahasa Belanda “prestatie,” dalam bahasa Indonesia menjadi
prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi dalam literature selalu dihubungkan
dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh (Robert M. Gagne dalam
Djamarah, 2002), bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang
dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang.
       Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari
hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Djamarah, 2002).
       Sehingga Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang
dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya
dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi
target dalam ketiga kriteria tersebut (Djamarah, 2002).
       Berdasarkan penilaian yang dilaksanakan guru disekolah, maka prestasi
belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan
pernyataan verbal (kualitatif). Prestasi belajar yang dituangkan   dalam   bentuk
angka misalnya 10,9,8 dan seterusnya. Sedangkan prestasi belajar yang
dituangkan dalam bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang,
kurang dan sebagainya (Djamarah, 2002).
2.3.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
       Menurut Slameto (2010), secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar dan prestasi belajar digolongkan menjadi dua
bagian yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada
30



dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor
yang ada di luar individu.


a. Faktor Intern
1) Kondisi fisik
       Kondisi fisiologis umum dari pelajar sangat berpengaruh terhadap proses
dan hasil belajar. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan
belajarnya dari orang dalam keadaan lelah atau sakit. Anak yang kekurangan gizi,
belajarnya tidak sebaik anak yang sehat. Mereka lebih lekas lelah, mudah
mengantuk, dan sulit menerima pelajaran. Kekurangan gizi disertai anemia akan
mengurangi ketahanan fisik anak sehingga konsentrsi belajar anak menurun dan
akhirnya akan mengurangi prestasi belajar (Slameto, 2010).
       Selain kondisi fisiologis, bahwa yang tidak kalah pentingnya adalah
kondisi pancaindera. Berfungsinya alat pancaindera dengan baik merupakan
syarat yang memungkinkan proses belajar berjalan dengan baik. Dalam sistem
pendidikan, dewasa ini diantara pancaindera manusia yang paling berperan dalam
proses belajar adalah mata dan pendengaran. Hal ini penting, karena sebagian
besar hal yang dipelajari oleh manusia, dipelajarinya melalui penglihatan dan
pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau
bahkan cacat mental akan menghambat dirinya di dalam menangkap pelajaran,
sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi hasil prestasi belajarnya disekolah
(Slameto, 2010).
2) Kondisi Psikologis
a) Kecerdasan
       Intelegensia atau kecerdasan merupakan faktor yang besar peranannya
dalam menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mengikuti program
pendidikan. Pada umumnya seseorang yang mempunyai taraf kecerdasan tinggi
akan lebih baik prestasinya dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai
taraf kecerdasan yang sedang atau rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Edward dan Coleman menunjukkan adanya hubungan yang erat antara hasil tes
intelegensia dengan prestasi belajar (Slameto, 2010).
31



         Pada umumnya sistem nilai yang ditekankan pada dunia pendidikan adalah
pencapaian prestasi belajar. Sering kegagalan dalam mencapai prestasi yang
diharapkan dapat dicari keterangannya antaralain dari hasil tes integensi.
         Hal penting yang sering dihubungkan dengan kepandaian seseorang yaitu
daya ingat. Kuatnya daya ingat seseorang tergantung 3 faktor:
(1) Kapasitas Otak
   Telah terbukti bahwa kapasitas seseorang berhubungan serat dengan faktor
   gizi pada masa awal kehidupan, terutama pada masa didalam kandungan dan
   balita. Dikatakan bahwa intelegensi seseorang sangat dipengaruhi oleh
   perkembangannya selama dalam kandungan dan semasa kanak-kanak.
(2) Minat/Perhatian
   Jika perhatian untuk mengetahui sesuatu begitu besar, akan lebih mudah kita
   untuk mengetahuinya. Apa yang dialami dalam hidup sangat mempengaruhi
   minat kita, lingkungan kita juga mempengaruhi. Namun jika dalam
   pengalaman hidup kita menemukan hal yang kontradiksi dengan apa yang kita
   inginkan maka kita bisa tidak tertarik pada bidnag tersebut. Kalau sejak dini
   anak kerap kali mendapatkan informasi yang menarik maka perhatian anak
   akan ilmu tersebut menjadi lebih besar.
(3) Asosiasi Dengan Peristiwa Lain
   Sering kita akan lebih mudah mengingat sesuatu bila kita menghubungkannya
   dengan peristiwa yang lain. Kita akan lebih mudah menjawab soal ujian, jika
   sebelumnya kita pernah berdebat soal itu dengan teman sekelas.
b) Bakat
         Bakat ditinjau terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan
sesuatu sedikit sekali tergantung pada latihan mengenai hal tersebut (Slameto,
2010).
c) Motivasi
         Motivasi sangat penting dalam keberhasilan belajar. Ada 2 macam
motivasi: motivasi intrinsik (dari dalam) yaitu motivasi yang fungsinya tidak usah
dirangsang dari luar karena memang dalam diri sendiri telah ada dorongan itu.
Motivasi ekstrinsik (dari luar) adalah motivasi yang berfungsi karena ada
32



rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik lebih menunjang keberhasilan belajar
dibandingkan motivasi ekstrinsik (Slameto,2010).
d) Konsentrasi
       Kemampuan konsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan. Keluhan kurang
konsentrasi sering ditemui, terutama pada anak kecil, sering didapati adanya
gangguan pemusatan pada perhatian bisa disertai hiperaktifitas maupun tanpa
hiperaktifitas. Di dalam setiap langkah belajar, apakah itu didalam kelas ataupun
belajar sendiri diperlukan konsentrasi pikiran yang tinggi (Slameto,2010).
b. Faktor Ekstern
       Bahan atau alat yang harus dipelajari adalah merupakan masukan mentah
ikut menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi dan bagaimana hasil yang
dapat diharapkan. Belajar mengenai ketrampilan dan ketrampilan soal tidaklah
sama. Taraf kesukaran yang harus dipelajari sangat berpengaruh terhadap proses
dan hasil belajar (Slameto, 2010).
1) Lingkungan
   Lingkungan alami, misalkan keadaan suhu, kelembaban udara juga
   berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar dengan udara yang
   segar akan lebih baik hasilnya dibandingkan belajar dalam keadaan yang
   panas dan pengap. Untuk belajar yang baik diperlukan kondisi-kondisi:
   a) Kondisi fisik lingkungan: tempat belajar sendiri, tempat belajar yang tidak
   ramai, dan tempat belajar yang cukup penerangannya.
   b) Kondisi fisik anak: betapa cerdas dan rajinnya seorang anak, tapi kalau
   sering sakit pasti sukar sekali memperoleh kemajuannya dalam pelajarannya:
   keadaan fisik lemah merupakan penghalang sangat besar untuk dapat
   menyelesaikan pelajarannya. Gejala-gejala yang menunjukkan adanya
   gangguan kesehatan badan harus diberi perhatian sepenuhnya; kelalaian atau
   keganasan.
   Lingkungan sosial berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar.
2) Instrumental
   Faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar
   yang diharapkan. Yang termasuk dalam faktor ini adalah gedung,
   perlengkapan belajar, alat praktikum dan fasilitas lainnya. Dan dapat berupa
33



   faktor lunak seperti: kurikulum, program, pedoman belajar, tenaga
   pengajarnya dan sebagainya.
2.3.3. Pengukuran prestasi belajar
         Pengukuran yang dilakukan dengan memberikan skor yang dilanjutkan
dengan penilaian, penskoran adalah langkah awal dalam mengolah hasil pekerjaan
siswa dan merupakan pengubahan jawaban tes menjadi angka-angka, atau dengan
istilah kita mengadakan kuantifikasi. Penilaian adalah ubahan dari skor, dan sudah
dijadikan satu dengan skor-skor lain serta telah disesuaikan pengaturannya dengan
standar tertentu (Djamarah, 2002).
         Standar yang dipakai oleh sekolah adalah standar yang sudah ditetapkan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan menggunakan
kurikulum berbasis kompetensi, dimana unsur pentingnya adalah partisipasi
masyarakat, tranparansi dan akuntabilitas public. Atas dasar itu, laporan kemajuan
hasil belajar peserta didik dibuat sebagai pertanggungjawaban lembaga sekolah
kepada orang tua, komite sekolah (Djamarah, 2002).
         Pelaporan prestasi belajar mempunyai perhitungan sebagai berikut:
Nilai Ulangan Harian 1, 2, dan 3 dijumlah dan rata-rata
Nilai Ulangan Tengah Semester
Nilai Ulangan Akhir Semester
         Rumus perhitungan untuk nilai rapor adalah:
                  (60% × nilai ulangan harian rata-rata) + ( 20% × nilai ulangan
                  tengah semester) + ( 20% × nilai ulangan akhir sekolah)


Tabel 5. Kriteria Prestasi Belajar Nilai Rapor
Nilai                           Prestasi belajar
86-100                          Baik Sekali
71-85                           Baik
56-70                           Cukup
41-55                           Kurang
< 40                            Sangat kurang
Sumber: Buku Laporan Pendidikan, 2008
34



2.3.4. Pengertian evaluasi belajar
         Dalam sebuah tulisan tentang Penilaian Hasil Belajar, Annurachman
(2009) mengemukakan banyak orang mencampuradukan pengertian antara
evaluasi, pengukuran, tes dan penilaian, padahal keempatnya memiliki pengertian
yang berbeda.
         Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program
yang direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak dan dapat pula
untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaanya (Annurachman, 2009).
         Secara umum evaluasi bertujuan untuk melihat sejauhmana suatu program
atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan
(Annurachman, 2009).
2.3.5. Hubungan Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa
         Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak
cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung
lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi
ketidakmampuan berfungsi normal (Anwar, 2008).
         Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan
pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang
juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan
ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh
terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008).
         Masalah-masalah gizi yang terjadi di Indonesia masih sangat banyak
antara lain Kekurangan Energi Protein (KEP), Anemia, Kurang Vitamin A
(KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)                      yang sangat
mempengaruhi konsentrasi dan kemampuan belajar siswa (Depkes, 2005).
         Nutrisi yang baik menunjang pemfungsian neuron-neuron yang sehat.
Kebutuhan paling penting untuk otak adalah oksigen dan glukosa. Yang      kedua,
otak membutuhkan air-air murni setiap hari untuk pembelajaran yang optimal.
Otak terdiri 80% air dan sangat sensitif terhadap perubahan tingkat pH (Jansen,
2007).
         Selain air dan oksigen, Judith Wurtman, dari MIT (1986) mengatakan
bahwa asam amino dapat mempengaruhi tahap pembelajaran baik secara positif
35



maupun negatif. Kandungannya di dalam protein dangat penting bagi otak. Rata-
rata lima belas sampai tiga puluh gram perhari sudah cukup untuk mengkonsumsi
protein (Jansen, 2007).
2.3.6. Hubungan IQ terhadap Prestasi Belajar
       Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan
hasil belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor
salah satunya IQ. Bahwa intelegensi (IQ) hanya merupakan salah satu faktor yang
ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Interaksi antar berbagai faktor
(internal dan eksternal) yang menjadi determinan atau penentu bagaimana hasil
akhir proses belajar yang dialami individu. Peranan masing-masing faktor penentu
tidak selalu sama dan tetap.
       Banyak orang berpendapat untuk meraih prestasi yang tinggi dalam
belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang juga tinggi.
Hal ini karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan
dalam belajar (Bachtiar, 2009).
       Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan
siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan
inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi, tetapi
memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah. Namun, ada siswa yang
walaupun kemampuan inteligensinya rendah, dapat meraih prestasi belajar yang
relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor
yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang
mempengaruhi. Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi
kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain di
antaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), yakni
kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati,
mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama
(Bachtiar, 2009).
       Hasil penilitian tentang hubungan IQ dengan prestasi belajar telah banyak
dilakukan. Pada umumnya hasil yang diperoleh signifikan. Hal ini menunjukkan
ada korelasi yang cukup tinggi antara IQ dengan prestasi belajar, semakin tinggi
IQ siswa semakin tinggi pula prestasi yang diperoleh.
36



2.4. Penelitian terkait yang pernah dilakukan
       Dari hasil penelitian prestasi belajar siswa di salah satu sekolah dasar di
kecamatan Selo kabupaten Boyolali yang dilakukan pada tahun 2005, ternyata
masih ada prestasi belajar siswa di bawah nilai rata-rata yaitu 7,04 sebesar 44,8%
(Sukadi, 2005) untuk itu penulis melakukan penelitian tentang hubungan status
gizi terhadap prestasi belajar.
       Dari hasil analisa Eti (1987) dengan uji korelasi p<0,05 dapat diketahui
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dan protein
(status gizi) dengan prestasi belajar murid SD Negeri Kebon jeruk 02 pagi.
       Dari hasil penelitian Siti Rahayu (2006) yang berjudul Hubungan status
gizi dengan tingkat prestasi belajar SDN Kerta Raharja IV Karawang didapatkan
hubungan yang bermakna antara status gizi dengan tingkat prestasi belajar.
       Di Indonesia, penelitian mengenai hubungan antara IQ dengan prestasi
belajar telah banyak dilakukan. Penelitian Utami Munandar menunjukkan adanya
korelasi yang signifikan antara IQ dengan prestasi belajar sebesar r = 0,72 di SD
dan r = 0,58 di SMP. Berbagai hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
besarnya hubungan antara prestasi belajar dan intelegensi masih belum dapat
disimpulkan secara konsklusif.
37



   2.5. Kerangka teori


      Gambar 3
      Kerangka teori faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Intern
Faktor fisik
- Umum (status gizi, anemia)
- Pancaindera (penglihatan, pendengaran)
Faktor psikologis
- Kecerdasan (IQ,EQ,SQ)
- Bakat
- Motivasi
- Konsentrasi
- Dan sebagainya                                                   Prestasi belajar




Ekstern
   - Bahan
   - Bagan 2
       Lingkungan (alami, sosial)
   - Bagan 2
       Instrumental (kurikulum, program,
       guru/tenaga pengajar, sarana dan fasilitas )



   II.6. Kerangka konsep
          Berdasarkan uraian dari latar belakang, tujuan penelitian, dan landasan
      teori yang sudah dijelaskan sebelumnya maka kerangka konsep yang dapat
      dibuat sebagai berikut :
38



Gambar 4
Kerangka Konsep Penelitian

                       Faktor internal
                       Faktor fisik
                       - Umum (status gizi, anemia)
                       - Pancaindera (penglihatan, pendengaran)
                       Faktor psikologis
                       - Kecerdasan (IQ,EQ,SQ)
                       - Bakat
                       - Motivasi
                       - Konsentrasi
                       - Dan sebagainya


         Status Gizi

                                                         Prestasi Belajar

                 IQ


                         Faktor external
                            - Lingkungan (alami, sosial)
                            - Instrumental (kurikulum,
                                program, guru/tenaga pengajar,
                                sarana dan fasilitas)

Variabel independent : status gizi, IQ
Variabel dependent : prestasi belajar


                 : area yang diteliti
2.7. Hipotesis
H1 : Ada hubungan antara status gizi (BB/U) dengan prestasi belajar siswa-
       siswi kelas I SD Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011
H2 : Ada hubungan antara status gizi (TB/U) dengan prestasi belajar siswa-
       siswi kelas I SD Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011
H3 : Ada hubungan antara status gizi (IMT/U) dengan prestasi belajar siswa-
       siswi kelas I SD Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011
H4 : Ada hubungan antara IQ terhadap prestasi belalajar siswa-siswi kelas I SD
       Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011

More Related Content

What's hot

KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
Sii AQyuu
 
Makalah Status GIZI
Makalah Status GIZIMakalah Status GIZI
Makalah Status GIZI
Apapunituzar
 
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Nika Meiliana
 
Buku pedoman-pelayanan-anakdfr
Buku pedoman-pelayanan-anakdfrBuku pedoman-pelayanan-anakdfr
Buku pedoman-pelayanan-anakdfr
Fuzzam Loperasta
 
Makalah mengenai gizi
Makalah mengenai giziMakalah mengenai gizi
Makalah mengenai gizi
asep nababan
 
Materi pelatihan jabfung nutrisionis
Materi pelatihan jabfung nutrisionisMateri pelatihan jabfung nutrisionis
Materi pelatihan jabfung nutrisionis
may cece
 
gizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdf
gizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdfgizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdf
gizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdf
tutihartati9
 
Gizi remaja &amp; masalahnya dikes 2018 1
Gizi remaja &amp; masalahnya  dikes 2018 1Gizi remaja &amp; masalahnya  dikes 2018 1
Gizi remaja &amp; masalahnya dikes 2018 1
dwianjani111
 
buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf
buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdfbuku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf
buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf
tutihartati9
 

What's hot (20)

KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
 
86071312 52175609-ba-b-ii-akbid
86071312 52175609-ba-b-ii-akbid86071312 52175609-ba-b-ii-akbid
86071312 52175609-ba-b-ii-akbid
 
Makalah Status GIZI
Makalah Status GIZIMakalah Status GIZI
Makalah Status GIZI
 
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
 
Modul 2
Modul 2Modul 2
Modul 2
 
PPG FIX - Copy
PPG FIX - CopyPPG FIX - Copy
PPG FIX - Copy
 
Buku pedoman-pelayanan-anakdfr
Buku pedoman-pelayanan-anakdfrBuku pedoman-pelayanan-anakdfr
Buku pedoman-pelayanan-anakdfr
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Sandjaja, 2009
Sandjaja, 2009Sandjaja, 2009
Sandjaja, 2009
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal Penelitian
 
Makalah mengenai gizi
Makalah mengenai giziMakalah mengenai gizi
Makalah mengenai gizi
 
Materi pelatihan jabfung nutrisionis
Materi pelatihan jabfung nutrisionisMateri pelatihan jabfung nutrisionis
Materi pelatihan jabfung nutrisionis
 
Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar
 
Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013
 
Paper pak patra
Paper pak patraPaper pak patra
Paper pak patra
 
gizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdf
gizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdfgizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdf
gizianaksekolahdasarfinall-170222043652.pdf
 
294 700-1-sm
294 700-1-sm294 700-1-sm
294 700-1-sm
 
Gizi remaja &amp; masalahnya dikes 2018 1
Gizi remaja &amp; masalahnya  dikes 2018 1Gizi remaja &amp; masalahnya  dikes 2018 1
Gizi remaja &amp; masalahnya dikes 2018 1
 
buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf
buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdfbuku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf
buku-panduan-sosialisasi-tata-laksana-diare-balita-2011.pdf
 

Viewers also liked

Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
Rc Suntown
 
Faktor Faktor yang berhubungan dengan Sisa Makanan Biasa pada Pasien Pasca Me...
Faktor Faktor yang berhubungan dengan Sisa Makanan Biasa pada Pasien Pasca Me...Faktor Faktor yang berhubungan dengan Sisa Makanan Biasa pada Pasien Pasca Me...
Faktor Faktor yang berhubungan dengan Sisa Makanan Biasa pada Pasien Pasca Me...
dela aristi
 
Ibu menyusui.doc
Ibu menyusui.docIbu menyusui.doc
Ibu menyusui.doc
Giffward
 
Pujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihPujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsih
Yeni Oktarina
 
101338 rina kusumawati-fkik
101338 rina kusumawati-fkik101338 rina kusumawati-fkik
101338 rina kusumawati-fkik
Ucu Solihin
 
Yustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lkYustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lk
rundee87
 

Viewers also liked (20)

hardy
hardyhardy
hardy
 
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)
 
Engko zzz
Engko zzzEngko zzz
Engko zzz
 
Faktor Faktor yang berhubungan dengan Sisa Makanan Biasa pada Pasien Pasca Me...
Faktor Faktor yang berhubungan dengan Sisa Makanan Biasa pada Pasien Pasca Me...Faktor Faktor yang berhubungan dengan Sisa Makanan Biasa pada Pasien Pasca Me...
Faktor Faktor yang berhubungan dengan Sisa Makanan Biasa pada Pasien Pasca Me...
 
Ibu menyusui.doc
Ibu menyusui.docIbu menyusui.doc
Ibu menyusui.doc
 
Kerangka konsep
Kerangka konsepKerangka konsep
Kerangka konsep
 
Pujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihPujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsih
 
101338 rina kusumawati-fkik
101338 rina kusumawati-fkik101338 rina kusumawati-fkik
101338 rina kusumawati-fkik
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Cover depan
Cover depanCover depan
Cover depan
 
Yustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lkYustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lk
 
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih (Pleurotus ostrea...
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih (Pleurotus ostrea...Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih (Pleurotus ostrea...
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih (Pleurotus ostrea...
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
skripsi kegawatdaruratan
skripsi kegawatdaruratanskripsi kegawatdaruratan
skripsi kegawatdaruratan
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUANG T...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUANG T...FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUANG T...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUANG T...
 
Anak
AnakAnak
Anak
 
Kti 10
Kti 10Kti 10
Kti 10
 
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WI...
 
Asuhan keperawatan hipertensi
Asuhan keperawatan hipertensiAsuhan keperawatan hipertensi
Asuhan keperawatan hipertensi
 

Similar to Bab ii

materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan ANTROPOMETRI.ppt
materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan  ANTROPOMETRI.pptmateri gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan  ANTROPOMETRI.ppt
materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan ANTROPOMETRI.ppt
NicholasGmarzai1
 
3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau gizi3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau gizi
Joni Iswanto
 
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literaturDigital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Rivai Beta
 
Penilaian st gizi
Penilaian st giziPenilaian st gizi
Penilaian st gizi
Priyo1212
 
STUNTING DAN WASTING PPT.pptx
STUNTING DAN WASTING PPT.pptxSTUNTING DAN WASTING PPT.pptx
STUNTING DAN WASTING PPT.pptx
SahalKhoironi1
 
Asuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahun
Asuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahunAsuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahun
Asuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahun
enggar46
 
MAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docx
MAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docxMAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docx
MAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docx
AlyLiah
 

Similar to Bab ii (20)

KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptxKONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI  PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
GIZI dan Makanan
GIZI dan MakananGIZI dan Makanan
GIZI dan Makanan
 
materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan ANTROPOMETRI.ppt
materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan  ANTROPOMETRI.pptmateri gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan  ANTROPOMETRI.ppt
materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan ANTROPOMETRI.ppt
 
PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI
 
3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau gizi3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau gizi
 
Data rekap balita gizi buruk tahun 2014/2015
Data rekap balita gizi buruk tahun 2014/2015Data rekap balita gizi buruk tahun 2014/2015
Data rekap balita gizi buruk tahun 2014/2015
 
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literaturDigital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
 
Penilaian st gizi
Penilaian st giziPenilaian st gizi
Penilaian st gizi
 
STUNTING DAN WASTING PPT.pptx
STUNTING DAN WASTING PPT.pptxSTUNTING DAN WASTING PPT.pptx
STUNTING DAN WASTING PPT.pptx
 
Asuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahun
Asuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahunAsuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahun
Asuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahun
 
Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3
 
PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI  PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI
 
MAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docx
MAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docxMAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docx
MAKALAH_KEBUTUHAN_NUTRISI.docx
 
Gizi buruk
Gizi burukGizi buruk
Gizi buruk
 
8. Failure to thrive.pptx
8. Failure to thrive.pptx8. Failure to thrive.pptx
8. Failure to thrive.pptx
 
STU.pptx
STU.pptxSTU.pptx
STU.pptx
 

Bab ii

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status gizi 2.1.1. Pengertian status gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002). Keadaan gizi merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologis akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa dkk, 2002). Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa dkk, 2002). Dibedakan antara status gizi buruk, baik dan lebih di antaranya: 1. Gizi seimbang adalah sesuai antara suplai dan kebutuhan zat gizi. 2. Gizi kurang adalah suplai tidak mencukupi kebutuhan zat gizi. 3. Gizi lebih adalah suplai melebihi kebutuhan zat gizi. 2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi UNICEF telah mengembangkan kerangka konsep gizi makro sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah gizi kurang. Dalam kerangka tersebut ditunjukan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh penyebab langsung dan penyebab tak langsung (Azwar, 2004). a. Secara langsung Timbulnya gizi kurang secara langsung, tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya akan menderita gizi kurang. Demikian juga pada anak yang tidak memperoleh asupan makanan yang cukup, maka daya 6
  • 2. 7 tahan tubuhnya akan menjadi lemah dan akan mudah terserang penyakit (Azwar, 2004). b. Secara tidak langsung Ada 3 penyebab tidak langsung untuk terjadinya gizi kurang yaitu: Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik, jumlah maupun mutu gizinya. Pola pengasuh anak kurang memadai Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik (fisik, mental, sosial). Pelayanan kesehatan lingkungan kurang memadai Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan (Azwar, 2004). Berbagai masalah nasional seperti krisis ekonomi, sosial, politik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan, pendapatan serta status kesehatan masyarakat salah satu diantaranya adalah status gizi. Dimana gizi buruk dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif yang cukup fatal dan berakibat buruk pada masa kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki (Azwar, 2004). 2.1.3. Penilaian status gizi a. Secara langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
  • 3. 8 1) Antropometri Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, dkk., 2002). Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Antropometri Keunggulan Kelemahan Prosedur sederhana, aman dan dapat Tidak sensitif, metode ini tidak dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. besar. Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti Zink dan Fe. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang penurunan penggunaan energi) dapat sudah dilatih dalam waktu singkat dapat menurunkan spesifikasi dan sensivitas melakukan pengukuran antropometri. pengukuran antropometri. Kader gizi (posyandu) tidak perlu seorang ahli, tetapi dengan pelatihan singkat ia dapat melaksanakan kegiatannya secara rutin. Alat murah, mudah dibawa. Kesalahan yang terjadi saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lalu. Umumnya dapat mendeteksi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
  • 4. 9 Kesalahan terjadi karena : a. Pengukuran b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan c. Analisis dan asumsi yang keliru Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu: a) Berat Badan menurut Umur (BB/U) Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutrition status) (Supariasa dkk, 2002). Kelebihan indeks BB/U: (1) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum (2) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis (3) Berat badan dapat berfluktuasi (4) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil (5) Dapat mendeteksi kegemukan (overweight) Kelemahan indeks BB/U: (1) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites (2) Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik (3) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia lima tahun (4) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan (5) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat.
  • 5. 10 2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Sehingga indeks ini mengganbarkan status gizi masa lampau (Supariasa dkk, 2002) Keuntungan indeks TB/U: (1) Baik untuk menilai status gizi masa lampau (2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa Kelemahan indeks TB/U: (1) Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun (2) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya (3) Ketepatan umur sulit didapat 3) Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran- ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan (Supariasa dkk, 2002). Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan
  • 6. 11 komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004). Indeks IMT/U paling baik untuk mengukur keadaan status gizi yang menggambarkan keadaan status gizi masa lalu dan masa kini. Tabel 2. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, IMT/U Standard WHO 2007 NO Indeks yang Batas pengelompokan Sebutan status gizi dipakai 1 BB/U < -3SD sangat kurus <-2 SD s/d -3SD kurus > -2SD s/d +1 SD Normal > +1SD s/d +2SD Risiko gemuk > +2SD s/d +3SD gemuk >+3SD sangat gemuk 2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek < -2SD s/d -3 SD Pendek > -2SD s/d +2 SD Normal > 2SD s/d +3SD Tinggi 3 IMT/U < -3SD Sangat Kurus <-2 SD s/d -3SD Kurus > -2SD s/d +1 SD Normal > +1SD s/d +2SD Risiko gemuk > +2SD s/d +3SD Gemuk >+3SD Sangat gemuk Sumber : www.who.int/growthref/en 2) Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi yang dapat dilihat pada jaringan epitel di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa dkk, 2002).
  • 7. 12 3) Biokimia Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa dkk, 2002). 4) Biofisik Pemeriksaan biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan (Supariasa dkk, 2002) Contoh: Tes adaptasi gelap b. Secara tidak langsung 1) Survei konsumsi makanan Yaitu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa dkk, 2002). Contoh: Recall 24 jam 2) Statistik Vital Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, data kesakitan dan kematian akibat-akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa dkk, 2002). 3) Faktor Ekologi Dengan mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya seperti: iklim, tanah dan irigasi. Pengukuran faktor ekologi
  • 8. 13 dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Supariasa dkk, 2002). 2.1.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak sekolah Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut: a. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 2002). b. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikikan rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2002). Kualitas anak masa kini merupakan penentu SDM dimasa yang akan datang. Pembangunan manusia di masa depan dimulai dengan pembinaan anak masa sekarang. Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas di masa yang akan datang maka anak perlu dipersiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya (Soetjiningsih, 2002). Nutrisi yang adekuat dan seimbang, merupakan kebutuhan akan asuh yang terpenting. Nutrisi adalah termasuk pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertama kehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat terutama pertumbuhan otak (Soetjiningsih, 2002). Keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan otak. Jadi dapat dikatakan bahwa nutrisi, selain
  • 9. 14 mempengaruhi pertumbuhan, juga mempengaruhi perkembangan otak (Soetjiningsih, 2002). Kebutuhan akan energi pada anak untuk tumbuh kembang pada umumnya: Tabel 3. kebutuhan akan energi pada anak Usia anak Kebutuhan energi Anak 7-9 tahun 80 kkal/kgBB/hari Anak laki-laki 10-12tahun 60-70 kkal/kgBB/hari Anak perempuan 10-12 tahun 50-60 kkal/kgBB/hari Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik. Sedangkan pertumbuhan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu (Soetjiningsih, 2002). 2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu: a. Faktor genetik Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. b. Faktor lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi: 1) Faktor lingkungan yang mempengaruhi bayi pada waktu masih dalam lingkungan (faktor prenatal), antara lain; a) Gizi ibu pada waktu hamil. b) Mekanis. c) Toksin/zat kimia. d) Endokrin. e) Radiasi. f) Infeksi g) Stress.
  • 10. 15 h) Imunitas. 2) Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal): a) Lingkungan biologis antara lain: ras atau suku bangsa, jenis kelamin umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, hormon. b) Faktor fisik: cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, Sanitasi, keadaan, radiasi. c) Faktor psikososial: stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stres, sekolah. d) Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat istiadat, norma-norma, tabu-tabu, urbanisasi, kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain lain. 2.1.6. Anak Usia Sekolah (6-12tahun) Anak usia sekolah adalah generasi penerus bangsa, dan kualitas bagsa dimasa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak ini. Upaya peningkatan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar (Yusuf, 2010). Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Walaupun pertumbuhan fisik anak SD cenderung lambat, namun tak dapat disangkal bahwa kebutuhan gizi yang seimbang di usia SD tetap perlu diperhatikan. Hal ini mengingat, pada usia SD, anak berada pada masa pertumbuhan yang kelak akan berpengaruh pada masa-masa selanjutnya (Moehdji, 2003). Bahwa menjelang usia 6-12 tahun anak menjadi lebih tinggi dan berat. Hal ini karena pada usia tersebut terjadi perkembangan skeletal dan muskular yang
  • 11. 16 banyak berkaitan dengan jaringan tulang atau kerangka otot seseorang dan biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat daripada putra (Moehdji, 2003). Karakteristik anak sekolah meliputi: Pertumbuhan tidak secepat bayi. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal) Lebih aktif memilih makanan yang disukai Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat Pertumbuhan lambat Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja. Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanak sejak usia 6 tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai dengan kondisi yang sangat memenuhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak, akhir masa kanak-kanak memiliki beberapa ciri: a. Usia sekolah dasar adalah suatu masa ketika anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dinggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupun ekstrakurikuler b. Periode kritis dalam berprestasi adalah sutu masa ketika anak membentuk kebiasan untuk mencapai sukses atau sangat sukses, yang cenderung menetap sampai dewasa, bahwa tingkat prilaku pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan prilaku prestasi pada masa dewasa (Yusuf, 2010). 2.1.7. Gizi Seimbang Gizi seimbang adalah pola makan yang seimbang antar zat gizi yang diperoleh dari aneka ragam makanan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat, cerdas dan produktif. Pemasyarakatan pemahaman gizi seimbang: 1. Tahun 1950 melalui slogan 4 sehat 5 sempurna 2. Tahun 1994 melalui pedoman umum gizi seimbang (PUGS) 4 sehat 5 sempurna Pola makan sehari-hari yang terdiri dari: Makanan pokok sumber karbohidrat/kalori.
  • 12. 17 Lauk-pauk sumber protein hewani dan nabati. Sayur-mayur sumber vitamin dan mineral. Buah-buahan sumber vitamin dan mineral. Susu sumber lemak, protein dan lemak. Pedoman Umum Gizi Seimbang Pedoman ini berisi 13 pesan dasar gizi seimbang disertai dengan logo tumpeng (kerucut). Pesan dasar tersebut antara lain:  Makanlah aneka ragam makanan  Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi  Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi  Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi  Gunakan garam beryodium  Makanlah makanan sumber zat besi  Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan  Biasakan makan pagi  Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya  Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur  Hindari minum minuman beralkohol  Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan  Bacalah label makanan yang dikemas
  • 13. 18 Gambar 1. Gizi Seimbang 2.1.8. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar berada dalam masa pertumbuhan yang cepat dan aktif. Dalam kondisi ini anak harus mendapat makanan bergizi dalam kulitas dan kuantitas yang tepat. Kualitas hidangan menunjukan adanya semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukan kuantum masing-masing zat, terhadap kebutuhan tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh baik dari segi kualitas dan kuantitasnya maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi yang adekuat (Setiawati, 2005). Fase usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan tubuh akan energi jauh lebih besar dibandingkan usia sebelumnya, karena anak sekolah lebih banyak melakukan aktivitas fisik seperti bermain, berolahraga atau membantu orangtuanya. Memasuki usia 10-12 tahun, anak semakin membutuhkan energi dan zat gizi yang lebih besar dibanding anak yang berusia di bawahnya. Pada usia ini pemberian makanan untuk anak laki-laki dan perempuan mulai dibedakan (Setiawati, 2005). Gizi menjadi masalah yang penting bagi anak sekolah, karena gizi bisa mencerdaskan anak. Anak yang kekurangan gizi mudah mengantuk dan kurang
  • 14. 19 bergairah yang dapat menganggu proses belajar di sekolah dan menurun prestasi belajarnya, daya pikir anak juga akan kurang, karena pertumbuhan otaknya tidak optimal. Orang tua perlu memerikan perhatian pada anak usia sekolah, karena pada umumnya mereka disibukkan dengan berbagai kegiatan di luar rumah sehingga cenderung melupakan waktu makan termasuk kebiasaan makan pagi. Makan pagi yang cukup akan memenuhi kebutuhan energi selama belajar di sekolah, sekaligus mencegah penurunan kadar gula darah yang berakibat pada terganggunya konsentrasi anak dalam menerima pelajaran di sekolah (Setiawati, 2005). Pola asupan makanan yang tidak seimbang pada anak usia sekolah dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kurangnya gizi dalam tubuh. Anak usia sekolah sangat memerlukan asupan makanan yang seimbang untuk menunjang tumbuh kembangnya. Anak sekolah perlu mendapat asupan gizi yang seimbang, sehingga akan tumbuh sesuai perkembangan usianya dan ada kesesuaian antara BB/umur, TB/umur dan BB/TB (Setiawati, 2005). Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan. Pada awal usia 6 tahun anak sudah mulai masuk sekolah. Hal ini akan mempengaruhi kebiasaan makan anak. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai yang sangat penting, yaitu: a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama bagi mereka yang masih dalam proses pertumbuhan. b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan kebutuhan gizi anak kelompok usia sekolah:
  • 15. 20 Tabel 4. Unsur-unsur Zat Gizi Yang Diperlukan Anak Usia Sekolah Umur Energi Pospor Vitamin Vitamin Tiamin Kalsium Zat (tahun) (Kkalori) (gram) A(RE) D (mg) (mg) Besi (μg) (mg) L/P : 7-9 1900 37 400 10 1 500 10 L: 10-12 2050 50 500 10 1 700 14 P: 13-5 2400 60 600 10 1 700 17 L: 10-12 2050 50 500 8 1 700 14 P: 13-5 2100 70 500 8 1 700 19 Sumber: widya karya pangan dan gizi (2004) 2.2. Kecerdasan 2.2.1. Pengertian kecerdasan Intelegensi merupakan sebuah konsep abstrak yang sulit didefinisikan secara memuaskan. Hingga sekarang, masih belum dijumpai sebuah definsi tentang intelegensi yang dapat diterima secara universal. Meskipun demikian, dari sekian banyak definsi tentang dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga klasifikasi berikut: (Desminta, 2008)  Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi-situasi yang sangat beragam  Kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan  Keamampuan untuk berfikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep abstrak dan dan menggunakan secara luas simbol-simbol dan konsep- konsep Sedangkan IQ ( Intelligence Quotient ) adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia
  • 16. 21 yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20 (Walgito, 2004). Inti kecerdasan intelektual ialah aktivitas otak. Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penelitian, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetik) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup (Desminta, 2008). 2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual Bayley (1979) di dalam studinya menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual individu, yaitu: a. Keturunan: Studi korelasi nilai-nilai tes intelegensi di antara anak dan orang tua, atau dengan kakek-neneknya, menunjukkan adanya pengaruh faktor keturunan terhadap tingkat kemampuan mental seseorang sampai pada tingkat tertentu. b. Latar belakang sosial ekonomi: Pendapatan keluarga, pekerjaan orangtua dan faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu mulai usia 3 tahun sampai dengan remaja. c. Lingkungan hidup: Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual yang kurang baik pula. Lingkungan yang dinilai paling buruk bagi perkembangan intelegensi adalah panti-panti asuhan serta institusi lainnya, terutama bila anak ditempatkan di sana sejak awal kehidupannya. d. Status gizi: Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik maka diperlukan zat makanan yang adekuat. Makanan yang kurang baik secara kualitas maupun kuantitas akan menyebabkan gizi kurang. Keadaan gizi kurang dapat mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional pada otak. Jenis makanannya yang mengandung Protein, Karbohidrat, Lemak, Vitamin dan Mineral.
  • 17. 22 Menurut Georgieff (2007), Otak manusia mengalami perubahan struktural dan fungsional yang luar biasa antara minggu ke 24 dan minggu 42 setelah konsepsi. Sel-sel otak mulai terbentuk pada trimester pertama kehamilan,dan berkembang pesat sejak dalam rahim. Perkembangan ini berlanjut saat setelah lahir hingga usia 2 atau 3 tahun, periode tercepat usia 6 bulan pertama. Setelah usia tersebut praktis tidak ada pertumbuhan lagi, kecuali pembentukan sel neuron baru untuk mengganti sel otak yang rusak. Dengan demikian diferensiasi dan pertumbuhan otak berlangsung hanya sampai usia 3 tahun. 2.2.3. Penilaian kecerdasan (Intelegence Question) Nilai yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasaan. Tes ini memberikan indikasi mengenai taraf kecerdasaan seseorang dan menggambarkan kecerdasaan seseorang secara keseluruhan (Walgito, 2004). Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan adalah : Usia Mental Anak x 100 IQ Usia Sesungguhnya Umur mental (MA/mental age) diketahui dari hasil pengerjaan soal- soal tes, sedangkan umur kronologis (CA/chronologic age) diketahui dari tanggal kelahiran. Angka 100 digunakan sebagai bilangan pengali supaya IQ bernilai 100 bila MA sama dengan CA. Bila MA < CA = Maka IQ < 100. Sebaliknya bila MA > CA = maka IQ > 100 (Desminta, 2008). Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang rata-rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4 tahun. Inilah yang disebut dengan Usia Mental. Berarti IQ si anak adalah 4/3 x 100 = 133 (Desminta, 2008). Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak matang, tidak terjadi perkembangan lagi bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan. Dengan demikian, MA akan mengalami stagnasi dan penurunan pada waktu tertentu, tetapi CA terus bertambah. Bila rumus diatas tetap dipakai, maka skor IQ seorang akan turun bila diukur kembali setelah ia berumur 50 tahun (Desminta, 2008).
  • 18. 23 Tabel 5. Skala Skor IQ Menurut Binet IQ Klasifikasi Tingkat sekolah Diatas 139 Sangat superior Orang yang sangat pandai 120-139 Superior Dapat menyelesaikan studi di universitas tanpa banyak kesulitan 110-119 Diatas rata-rata Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan tanpa kesulitan 90-109 Rata-rata Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan 80-89 Dibawah rata-rata Dapat meyelesaikan sekolah dasar 70-79 Borderline Dapat mempelajari sesuatu tapi lambat Di bawah 70 Terbelakang secara Tidak bisa mengikuti Mental pendidikan di sekolah 2.2.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Otak Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun pertumbuhannya tidak sepesat pada masa bayi (Desminta, 2008). Pada saat bayi, mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak dewasa, dan pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak orang dewasa. Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 pon), menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya (Desminta, 2008). Jumlah sel otak secara keseluruhan adalah satu trilyun sel termasuk 100 milyar sel aktif dan 900 milyar sel lainnya yang menempel, memberikan makan dan mengisolasi sel-sel yang aktif. Masing-masing sel otak manusia membentuk jaringan atau yang dinamakan dendrit, sampai sebanyak 20.000 tiap sel otaknya. Tiap jaringan yang terbentuk dirangsang oleh informasi yang masuk ke dalam
  • 19. 24 otak. Saat janin mulai terbentuk dalam perut ibu, sel neuron berkembang dengan penambahan kecepatan yang luar biasa, yaitu 250.000 sel per menitnya. Semakin banyak jaringan yang terbentuk (dendrit), semakin cerdas dan kreatif anak tersebut, yang akan mempengaruhi hasil prestasi belajar anak tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan otak adalah nutrisi, salah satunya adalah asam amino. Zat yang bersumber dari protein ini sangat membantu proses pengolahan informasi di otak, dimana indikatornya dengan menggunakan TB/U, anak yang tinggi kurus akan lebih cerdas dibandingkan dengan anak yang pendek dan gemuk. Saat bayi lahir, seluruh neuron sudah lengkap seperti manusia dewasa. Setelah itu, perkembangan yang terjadi adalah pembentukan jaringan-jaringan yang menghubungkan antara neuron yang satu dengan neuron yang lain: sinaps (Windura, 2008). Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem saraf. Beberapa ahli psikologi perkembangan percaya bahwa myelination adalah penting dalam pematangan sejumlah kemampuan anak-anak (Desminta, 2008). Otak tumbuh maksimum di usia 0 – 18 tahun, dan pertumbuhan yang pesat terjadi pada usia anak usia 0 – 5 tahun, para ahli mengatakannya sebagai The Golden Age (masa keemasan) sebab di usia ini otak tumbuh 90 % dan 100 % setelah anak berusia 18 tahun. Hingga usia dewasa awal (19–40 tahun), kematangan otak manusia baru tercapai. Terutama, pada bagian korteks prefrontal, yang berfungsi sebagai pusat perencanaan (planning), mencari jalan keluar (problem solving), nalar, emosi, gerakan dan sebagian pusat bicara manusia, masih ada banyak kesempatan yang mendukung tumbuh-kembang otak selama proses maturitas otak masih berjalan. Menurut Judith Rapoport dan Paul Thompson kematangan otak terjadi secara bertahap: bagian otak yang pertama kali menjadi matang adalah bagian depan dan belakang, yang antara lain berfungsi memproses sensasi indrawi dan melakukan gerakan. Kemudian, diikuti oleh maturitas bagian otak yang berfungsi
  • 20. 25 mengembangkan orientasi spasial dan bahasa. Sedangkan bagian otak dengan fungsi-fungsi yang lebih lanjut, seperti mengintegrasikan informasi dari berbagai indra, matang paling akhir. Kapasitas otak tidak terbatas terbukti dari penilitian Prof, Marc Rosenweig, apabila dalam 1 detik saja kita bisa mengingat 10 informasi baru, jika kita terus mengingat informasi-informasi baru tanpa berhenti selama 100 tahun ke depan, kita baru saja mempergunakan kapasitas otak kita kurang dari 10% saja (Windura, 2008). Namun pertumbuhan dan perkembangan otak akan maksimal hanya jika anak mendapatkan rangsangan dari lingkungannya, rangsangan yang dimaksud adalah semua obyek dan perlakuan yang didapat anak dari lingkungan yang melibatkan semua indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan indera pengecap. Semua alat indera ini harus dioptimalkan untuk menyerap semaksimal mungkin stimulus dari luar dirinya. Peranan orang tua sebagai orang yang terdekat dengan anak begitu besar dan sangat menentukan keberhasilan anak dalam perkembangan intelektual dan pribadinya. Anak akan menjadi apa dan siapa kelak di kemudian hari sangat tergantung pada bagaimana orang tua mengambil bagian dalam membentuk dan mengarahkannya sejak kecil. 2.2.5. Fungsi Otak Manusia Secara struktural, otak dibangun oleh komponen seluler yang meliputi sel- sel saraf (neuron) dan sel-sel pendukung (neuroglia), komponen air, ion-ion, karbohidrat, lemak, dan protein. Jumlah sel saraf dalam otak: 100.000.000.000 dan jumlah sinaps yang dibentuk 1014 (Pasiak, 2009). Secara fungsional, transmisi pesan dalam otak melibatkan neuron, neurotransmitter, sinaps, reseptor, ion-ion dan molekul-molekul. Neurotransmisi itu dapat berlangsung dengan cara elektris (sinaps elektris) maupun kemis (sinaps kimia) (Pasiak, 2009). Otak terbagi menjadi 2 sisi, yaitu sisi kiri dan sisi kanan yang disebut hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Hemisfer kiri berfungsi sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient) seperti hal perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika. Karena bersifat logis maka ia berhubungan erat dengan pembentukan kecerdasan anak pada pendidikan formal. Daya ingat hemisfer kiri
  • 21. 26 bersifat jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan matematika (Pasiak, 2009). Hemisfer kanan bertanggung jawab untuk dalam perkembangan EQ (Emotional Quotient), seperti hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik dan warna. Daya ingat hemisfer kanan bersifat panjang (long term memory). Bila terjadi kerusakan pada hemisfer kanan misalnya pada penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang terganggu adalah kemampuan visual dan emosi misalnya (Pasiak, 2009). Berbagai aktivitas yang menstimulasi kedua hemisfer secara bersamaan akan mendorong perkembangan inteligen secara global. Sementara itu hipokampus berfungsi untuk interaksi sosial, emosi dan memori (Pasiak, 2009). 2.2.6. Nutrisi Bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Otak Otak merupakan organ yang banyak mengandung lemak. Lemak ada tiga jenis yaitu trigliserida, asam lemak fosfolipid, dan sterol. Yang merupakan komponen pembentuk sel-sel otak adalah asam lemak fosfolipid. Sel-sel saraf (neuron) mempunyai selubung atau lapisan yang dinamakan mielin. Sebagian besar lemak dibutuhkan untuk pembentukan sel neuron dan myelin (Jensen, 2007). Nutrisi sangat mempengaruhi otak, seperti vitamin dan nutrisi lainnya sangat penting bagi perkembangan otak kita, pemeliharaan sel-sel saraf dan metabolisme otak. Glukosa yang merupakan gula darah adalah satu-satunya sumber energi bagi sel-sel otak kita (Jensen, 2008). a. Nutrisi utama bagi otak (Pasiak, 2009) : 1) Air merupakan komponen utama (80%) darah. Fungsi air adalah alat transportasi untuk nutrien dan sampah-sampah yang terbentuk akibat proses kimia dalam sel. Air bersih yang tersedia cukup dapat membentuk menjadi konsentrasi dan kewaspadaan. 2) Protein, ditemukan dalam daging, ikan, susu, keju dan biji-bijian. Protein menyediakan materi untuk pembangunan struktur tubuh, termasuk otak. Juga digunakan sebagai meningkatkan fungsi mental dan membangkitkan semangat.
  • 22. 27 3) Karbohidrat ditemukan dalam biji-bijian dan buah. Setelah dicerna karbohidrat dipecah menjadi glukosa yang merupakan sumber energi utama bagi otak. 4) Lemak, ada dua jenis lemak dalam makanan, asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak jenuh ganda dikenal dengan Omega-6 (misalnya asam linoleat dan AA) dan Omega-3 (misalnya asam α-linolenat, EPA, dan DHA) sering di sebut asam lemak esensial (ALE). ALE inilah yang dapat meningkatkan ukuran otak dan jumlah sel otak, memperbaiki penglihatan, dan membantu belajar. Sumber utama ALE adalah ikan salmon, kacang- kacangan, biji-bijian. Paling penting bagi otak adalah asam dokosaheksanoat (DHA) dan asam arakhidonat (AA). DHA turut merancang pembentukan sistem saraf, memperbanyak dendrit dan menebalkan myelin pembungkus saraf. 5) Vitamin dan mineral diperlukan untuk pertumbuhan dan fungsi otak. Vitamin B kompleks berperan penting dalam menghasilkan energi bagi otak. Vitamin A, C dan E merupakan antioksidan kuat dan penting untuk meningkatkan serta menjaga memori pada usia lanjut. Mineral berperan penting dalam menjaga kekuatan otak. Magnesium dan Mangan dibutuhkan untuk memberikan energi bagi otak. Sodium, potasium dan kalsium sangat penting untuk komunikasi sel saraf dan mempermudah pengiriman pesan.
  • 23. 28 Gambar 2. Nutrisi bagi otak (Eric Jensen, 2008) Beberapa tips nutrisi bagi guru: (Jensen, 2008) Kekurangan vitamin dan mineral dapat disebabkan oleh makanan yang tidak memadai maupun penyerapan nutrient yang kurang baik oleh tubuh. kedua hal ini dapat menyebabkan kelelahan, kehilangan selera, konsentrasi yang buruk, memori yang berkurang, dan sebagainnya. Bila ada masalah diantara para siswa, mintalah saran dari konsultan medis/keseharan yang ada disekolah Jika sekolah berlokasi di wilayah miskin, ada kecenderungan kuat bahwa banyak siswa yang tidak makan dengan layak. Mulailah berinisiatif mengambil langkah-langkah untuk mencari program bantuan makan pagi dan siang dari negara untuk sekolah. Monitorlah menu yang ada di program makan siang kantin yang ada dan berikan usulan untuk memasukkan menu makanan tambahan yang kaya vitamin.
  • 24. 29 Ajarilah kepada siswa mengenai hubungan antara makanan bernutrisi dengan kognisi dan kondisi tubuh yang baik. Dosis vitamin yang berlebihan tidak member manfaat dan justru dapat menjadi racun. Jagalah untuk tetap berada dalam ketentuan dosis yang dianjurkan. 2.3. Prestasi Belajar 2.3.1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi dari bahasa Belanda “prestatie,” dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi dalam literature selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh (Robert M. Gagne dalam Djamarah, 2002), bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang. Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Djamarah, 2002). Sehingga Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut (Djamarah, 2002). Berdasarkan penilaian yang dilaksanakan guru disekolah, maka prestasi belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan pernyataan verbal (kualitatif). Prestasi belajar yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya 10,9,8 dan seterusnya. Sedangkan prestasi belajar yang dituangkan dalam bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang, kurang dan sebagainya (Djamarah, 2002). 2.3.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Menurut Slameto (2010), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan prestasi belajar digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada
  • 25. 30 dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. a. Faktor Intern 1) Kondisi fisik Kondisi fisiologis umum dari pelajar sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang dalam keadaan lelah atau sakit. Anak yang kekurangan gizi, belajarnya tidak sebaik anak yang sehat. Mereka lebih lekas lelah, mudah mengantuk, dan sulit menerima pelajaran. Kekurangan gizi disertai anemia akan mengurangi ketahanan fisik anak sehingga konsentrsi belajar anak menurun dan akhirnya akan mengurangi prestasi belajar (Slameto, 2010). Selain kondisi fisiologis, bahwa yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi pancaindera. Berfungsinya alat pancaindera dengan baik merupakan syarat yang memungkinkan proses belajar berjalan dengan baik. Dalam sistem pendidikan, dewasa ini diantara pancaindera manusia yang paling berperan dalam proses belajar adalah mata dan pendengaran. Hal ini penting, karena sebagian besar hal yang dipelajari oleh manusia, dipelajarinya melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya di dalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi hasil prestasi belajarnya disekolah (Slameto, 2010). 2) Kondisi Psikologis a) Kecerdasan Intelegensia atau kecerdasan merupakan faktor yang besar peranannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mengikuti program pendidikan. Pada umumnya seseorang yang mempunyai taraf kecerdasan tinggi akan lebih baik prestasinya dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai taraf kecerdasan yang sedang atau rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Edward dan Coleman menunjukkan adanya hubungan yang erat antara hasil tes intelegensia dengan prestasi belajar (Slameto, 2010).
  • 26. 31 Pada umumnya sistem nilai yang ditekankan pada dunia pendidikan adalah pencapaian prestasi belajar. Sering kegagalan dalam mencapai prestasi yang diharapkan dapat dicari keterangannya antaralain dari hasil tes integensi. Hal penting yang sering dihubungkan dengan kepandaian seseorang yaitu daya ingat. Kuatnya daya ingat seseorang tergantung 3 faktor: (1) Kapasitas Otak Telah terbukti bahwa kapasitas seseorang berhubungan serat dengan faktor gizi pada masa awal kehidupan, terutama pada masa didalam kandungan dan balita. Dikatakan bahwa intelegensi seseorang sangat dipengaruhi oleh perkembangannya selama dalam kandungan dan semasa kanak-kanak. (2) Minat/Perhatian Jika perhatian untuk mengetahui sesuatu begitu besar, akan lebih mudah kita untuk mengetahuinya. Apa yang dialami dalam hidup sangat mempengaruhi minat kita, lingkungan kita juga mempengaruhi. Namun jika dalam pengalaman hidup kita menemukan hal yang kontradiksi dengan apa yang kita inginkan maka kita bisa tidak tertarik pada bidnag tersebut. Kalau sejak dini anak kerap kali mendapatkan informasi yang menarik maka perhatian anak akan ilmu tersebut menjadi lebih besar. (3) Asosiasi Dengan Peristiwa Lain Sering kita akan lebih mudah mengingat sesuatu bila kita menghubungkannya dengan peristiwa yang lain. Kita akan lebih mudah menjawab soal ujian, jika sebelumnya kita pernah berdebat soal itu dengan teman sekelas. b) Bakat Bakat ditinjau terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu sedikit sekali tergantung pada latihan mengenai hal tersebut (Slameto, 2010). c) Motivasi Motivasi sangat penting dalam keberhasilan belajar. Ada 2 macam motivasi: motivasi intrinsik (dari dalam) yaitu motivasi yang fungsinya tidak usah dirangsang dari luar karena memang dalam diri sendiri telah ada dorongan itu. Motivasi ekstrinsik (dari luar) adalah motivasi yang berfungsi karena ada
  • 27. 32 rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik lebih menunjang keberhasilan belajar dibandingkan motivasi ekstrinsik (Slameto,2010). d) Konsentrasi Kemampuan konsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan. Keluhan kurang konsentrasi sering ditemui, terutama pada anak kecil, sering didapati adanya gangguan pemusatan pada perhatian bisa disertai hiperaktifitas maupun tanpa hiperaktifitas. Di dalam setiap langkah belajar, apakah itu didalam kelas ataupun belajar sendiri diperlukan konsentrasi pikiran yang tinggi (Slameto,2010). b. Faktor Ekstern Bahan atau alat yang harus dipelajari adalah merupakan masukan mentah ikut menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi dan bagaimana hasil yang dapat diharapkan. Belajar mengenai ketrampilan dan ketrampilan soal tidaklah sama. Taraf kesukaran yang harus dipelajari sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar (Slameto, 2010). 1) Lingkungan Lingkungan alami, misalkan keadaan suhu, kelembaban udara juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar dengan udara yang segar akan lebih baik hasilnya dibandingkan belajar dalam keadaan yang panas dan pengap. Untuk belajar yang baik diperlukan kondisi-kondisi: a) Kondisi fisik lingkungan: tempat belajar sendiri, tempat belajar yang tidak ramai, dan tempat belajar yang cukup penerangannya. b) Kondisi fisik anak: betapa cerdas dan rajinnya seorang anak, tapi kalau sering sakit pasti sukar sekali memperoleh kemajuannya dalam pelajarannya: keadaan fisik lemah merupakan penghalang sangat besar untuk dapat menyelesaikan pelajarannya. Gejala-gejala yang menunjukkan adanya gangguan kesehatan badan harus diberi perhatian sepenuhnya; kelalaian atau keganasan. Lingkungan sosial berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar. 2) Instrumental Faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Yang termasuk dalam faktor ini adalah gedung, perlengkapan belajar, alat praktikum dan fasilitas lainnya. Dan dapat berupa
  • 28. 33 faktor lunak seperti: kurikulum, program, pedoman belajar, tenaga pengajarnya dan sebagainya. 2.3.3. Pengukuran prestasi belajar Pengukuran yang dilakukan dengan memberikan skor yang dilanjutkan dengan penilaian, penskoran adalah langkah awal dalam mengolah hasil pekerjaan siswa dan merupakan pengubahan jawaban tes menjadi angka-angka, atau dengan istilah kita mengadakan kuantifikasi. Penilaian adalah ubahan dari skor, dan sudah dijadikan satu dengan skor-skor lain serta telah disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu (Djamarah, 2002). Standar yang dipakai oleh sekolah adalah standar yang sudah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi, dimana unsur pentingnya adalah partisipasi masyarakat, tranparansi dan akuntabilitas public. Atas dasar itu, laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orang tua, komite sekolah (Djamarah, 2002). Pelaporan prestasi belajar mempunyai perhitungan sebagai berikut: Nilai Ulangan Harian 1, 2, dan 3 dijumlah dan rata-rata Nilai Ulangan Tengah Semester Nilai Ulangan Akhir Semester Rumus perhitungan untuk nilai rapor adalah: (60% × nilai ulangan harian rata-rata) + ( 20% × nilai ulangan tengah semester) + ( 20% × nilai ulangan akhir sekolah) Tabel 5. Kriteria Prestasi Belajar Nilai Rapor Nilai Prestasi belajar 86-100 Baik Sekali 71-85 Baik 56-70 Cukup 41-55 Kurang < 40 Sangat kurang Sumber: Buku Laporan Pendidikan, 2008
  • 29. 34 2.3.4. Pengertian evaluasi belajar Dalam sebuah tulisan tentang Penilaian Hasil Belajar, Annurachman (2009) mengemukakan banyak orang mencampuradukan pengertian antara evaluasi, pengukuran, tes dan penilaian, padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaanya (Annurachman, 2009). Secara umum evaluasi bertujuan untuk melihat sejauhmana suatu program atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan (Annurachman, 2009). 2.3.5. Hubungan Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal (Anwar, 2008). Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008). Masalah-masalah gizi yang terjadi di Indonesia masih sangat banyak antara lain Kekurangan Energi Protein (KEP), Anemia, Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang sangat mempengaruhi konsentrasi dan kemampuan belajar siswa (Depkes, 2005). Nutrisi yang baik menunjang pemfungsian neuron-neuron yang sehat. Kebutuhan paling penting untuk otak adalah oksigen dan glukosa. Yang kedua, otak membutuhkan air-air murni setiap hari untuk pembelajaran yang optimal. Otak terdiri 80% air dan sangat sensitif terhadap perubahan tingkat pH (Jansen, 2007). Selain air dan oksigen, Judith Wurtman, dari MIT (1986) mengatakan bahwa asam amino dapat mempengaruhi tahap pembelajaran baik secara positif
  • 30. 35 maupun negatif. Kandungannya di dalam protein dangat penting bagi otak. Rata- rata lima belas sampai tiga puluh gram perhari sudah cukup untuk mengkonsumsi protein (Jansen, 2007). 2.3.6. Hubungan IQ terhadap Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya IQ. Bahwa intelegensi (IQ) hanya merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Interaksi antar berbagai faktor (internal dan eksternal) yang menjadi determinan atau penentu bagaimana hasil akhir proses belajar yang dialami individu. Peranan masing-masing faktor penentu tidak selalu sama dan tetap. Banyak orang berpendapat untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang juga tinggi. Hal ini karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar (Bachtiar, 2009). Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi, tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah. Namun, ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain di antaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama (Bachtiar, 2009). Hasil penilitian tentang hubungan IQ dengan prestasi belajar telah banyak dilakukan. Pada umumnya hasil yang diperoleh signifikan. Hal ini menunjukkan ada korelasi yang cukup tinggi antara IQ dengan prestasi belajar, semakin tinggi IQ siswa semakin tinggi pula prestasi yang diperoleh.
  • 31. 36 2.4. Penelitian terkait yang pernah dilakukan Dari hasil penelitian prestasi belajar siswa di salah satu sekolah dasar di kecamatan Selo kabupaten Boyolali yang dilakukan pada tahun 2005, ternyata masih ada prestasi belajar siswa di bawah nilai rata-rata yaitu 7,04 sebesar 44,8% (Sukadi, 2005) untuk itu penulis melakukan penelitian tentang hubungan status gizi terhadap prestasi belajar. Dari hasil analisa Eti (1987) dengan uji korelasi p<0,05 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dan protein (status gizi) dengan prestasi belajar murid SD Negeri Kebon jeruk 02 pagi. Dari hasil penelitian Siti Rahayu (2006) yang berjudul Hubungan status gizi dengan tingkat prestasi belajar SDN Kerta Raharja IV Karawang didapatkan hubungan yang bermakna antara status gizi dengan tingkat prestasi belajar. Di Indonesia, penelitian mengenai hubungan antara IQ dengan prestasi belajar telah banyak dilakukan. Penelitian Utami Munandar menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara IQ dengan prestasi belajar sebesar r = 0,72 di SD dan r = 0,58 di SMP. Berbagai hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa besarnya hubungan antara prestasi belajar dan intelegensi masih belum dapat disimpulkan secara konsklusif.
  • 32. 37 2.5. Kerangka teori Gambar 3 Kerangka teori faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Intern Faktor fisik - Umum (status gizi, anemia) - Pancaindera (penglihatan, pendengaran) Faktor psikologis - Kecerdasan (IQ,EQ,SQ) - Bakat - Motivasi - Konsentrasi - Dan sebagainya Prestasi belajar Ekstern - Bahan - Bagan 2 Lingkungan (alami, sosial) - Bagan 2 Instrumental (kurikulum, program, guru/tenaga pengajar, sarana dan fasilitas ) II.6. Kerangka konsep Berdasarkan uraian dari latar belakang, tujuan penelitian, dan landasan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya maka kerangka konsep yang dapat dibuat sebagai berikut :
  • 33. 38 Gambar 4 Kerangka Konsep Penelitian Faktor internal Faktor fisik - Umum (status gizi, anemia) - Pancaindera (penglihatan, pendengaran) Faktor psikologis - Kecerdasan (IQ,EQ,SQ) - Bakat - Motivasi - Konsentrasi - Dan sebagainya Status Gizi Prestasi Belajar IQ Faktor external - Lingkungan (alami, sosial) - Instrumental (kurikulum, program, guru/tenaga pengajar, sarana dan fasilitas) Variabel independent : status gizi, IQ Variabel dependent : prestasi belajar : area yang diteliti 2.7. Hipotesis H1 : Ada hubungan antara status gizi (BB/U) dengan prestasi belajar siswa- siswi kelas I SD Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011 H2 : Ada hubungan antara status gizi (TB/U) dengan prestasi belajar siswa- siswi kelas I SD Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011 H3 : Ada hubungan antara status gizi (IMT/U) dengan prestasi belajar siswa- siswi kelas I SD Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011 H4 : Ada hubungan antara IQ terhadap prestasi belalajar siswa-siswi kelas I SD Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011