3. 1. KEBEBASAN MEMILIH POSISI MENERAN
Seorang bidan hendaknya membiarkan
ibu bersalin dan melahirkan memilih sendiri
posisi persalinan yang diinginkannya dan
bukan berdasarkan keinginan bidannya
sendiri. Dengan kebebasan untuk
memutuskan posisi yang dipilihnya, ibu
akan lebih merasa aman.
4. 2. MANFAAT PILIHAN POSISI BERDASARKAN
KEINGINAN IBU
Memberikan banyak manfaat
Sedikit rasa sait dan ketidaknyamanan
Kala 2 persalinan menjadi lebih pendek
Laserasi perineum lebih sedikit
Lebih membantu meneran
5. MACAM-MACAM POSISI MENERAN
1. Posisi terlentang (supine)
Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi
lebih lama, besar kemungkinan terjadinya laserasi
perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf
kaki dan punggung.
6. 2. Posisi duduk/setengah duduk
Posisi ini akan membantu dalam penurunan janin dengan
bantuan gravitasi bumi untuk menurunkan janin kedalam
panggul dan terus turun kedasar panggul. Posisi berjongkok
akan memaksimumkan sudut dalam lengkungan Carrus, yang
akan memungkinkan bahu besar dapat turun ke rongga panggul
dan tidak terhalang (macet) diatas simpisis pubis.
7. 3. Posisi jongkok/ berdiri
Jongkok atau berdiri memudahkan penuran kepala janin,
memperluas panggul sebesar dua puluh delapan persen lebih
besar pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan
meneran. Namun posisi ini beresiko terjadinya laserasi (
perlukaan jalan lahir).
8. 4. Berbaring miring kekiri
Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi
penekanan pada vena cava inferior sehingga dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia, karena
suplay oksigen tidak terganggu, dapat member suasana
rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan dan dapat
pencegahan terjadinya laserasi/robekan jalan lahir.
9. 5. Posisi merangkak
Posisi ini akan meningkatkan oksigenisasi bagi bayi dan
bisa mengurangi rasa sakit punggung bagi ibu. Posisimerangkak
sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit punggung,
mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan
pada perineum berkurang.
10. CARA MENERAN
Menurut Manuaba (2001)
1. Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama
kontraksi.
2. Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran.
3. Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara
kontraksi.
4. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin
merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik lutut
kearah dada dan menempelkan dagu ke dada.
5. Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
6. Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran
bayi.
11. Menurut JNPK-KR (2007)
1.
2.
3.
4.
5.
Parturien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga
dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul.
Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada,
sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir.
His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga kekuatannya
optimal.
Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan
denagn demikian diafragma abdominal membantu dorongan
kearah jalan lahir.
Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan
selanjutnya ditarik kembali utnuk dipergunakan mengejan.
12. Menurut Sarwono (2005)
1. Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua
pahanya sampai batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga
dagu mendekati dadanya dan dapat melihat perutnya.
2. Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri
atau kekanan tergantung pada letak punggung janin, hanya
satu kaki dirangkul, yakni kaki yang berda diatas. Posisi
yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini baik
dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna.
13. Hal yang harus diperhatikan pada saat
mengejan menurut Sarwono (2002)
1.
2.
3.
Mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan
pembukaan lengkap.
Pasien tidur terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua
tangan memegang kaki atau tepi tempat tidur sebelah
atas, bila kondisi janin kurang baik, pasien mengejan
dalam posisi miring.
Pada permulaan his, pasien disuruh menarik nafas
dalam, tutup mulut, mengejan sekuat-kuatnya dan
selama mungkin, bila his masih kuat menarik nafas
pengejanan dapat diulang kembali. Bila his tidak ada,
pasien istirahat, menunggu datangnya his berikutnya.