1. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-8-
Modul 1
1.1. Judul : Gaya ƊGaya dan Keseimbangan Gaya
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah membaca modul, mahasiswa bisa memahami pengertian tentang gaya.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan konsep pengertian tentang gaya dan bagaimana
bisa melakukan penjumlahannya
1.1.1. Pendahuluan
Gaya serta sifat-sifatnya perlu difahami dalam ilmu Mekanika Teknik
karena dalam ilmu tersebut, mayoritas membicarakan tentang gaya,
sedang Mekanika Teknik adalah merupakan mata kuliah dasar keahlian
yang perlu dimengerti oleh semua sarjana Teknik Sipil. Jadi dengan
memahami sifat-sifat gaya, mahasiswa akan lebih mudah memahami
permasalahan yang terjadi di pelajaran Mekanika Teknik. Misal pada
suatu jembatan, kendaraan yang lewat adalah merupakan suatu beban
luar yang ditampilkan dalam bentuk gaya.
Contoh :
* Suatu kendaraan yang terletak diatas jembatan
* Beban roda kendaraan pada jembatan tersebut adalah
suatu beban atau gaya.
gaya
struktur jembatan
2. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-9-
1.1.2. Pengertian tentang Gaya dan Garis Kerja gaya
Gaya
adalah
merupakan
vektor
yang
mempunyai
besar
dan
arah.
Penggambarannya biasanya berupa garis dengan panjang sesuai dengan
skala yang ditentukan. Jadi panjang garis bisa dikonversikan dengan
besarnya gaya.
*
Contoh 1
Orang berdiri dengan berat 50 kg
arah berat = kebawah (sesuai arah gravitasi)
ditunjukkan dengan gambar anak panah ke bawah
dengan skala 1 cm = 50 kg
Panjang gaya
1 cm
Jadi 50 kg adalah gaya yang diakibatkan oleh orang berdiri tersebut dengan arah
gaya kebawah yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan panjang 1 cm
karena panjang 1 cm setara dengan berat 50 kg.
* Contoh 2
Batu diatas meja dengan berat 10 kg
Arah berat = kebawah (sesuai arah
gravitasi) ditunjukkan dengan gambar
anak panah dengan skala 1 cm = 10 kg
Panjang gaya = 1 cm
Jadi 10 kg adalah gaya yang diakibatkan oleh batu yang menumpu di atas meja
dengan arah gaya ke bawah yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan
panjang 1 cm karena panjang 1 cm setara dengan gaya 10 kg.
* Contoh 3
15 kg
Orang mendorong mobil
mogok kemampuan orang
mendorong tersebut adalah 15 kg.
1 cm
Panjang gaya
Arah dorongan kesamping kanan ditunjukkan
dengan gambar anak panah arah kesamping
dengan skala 1 cm = 15 kg
3. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-10-
Jadi 15 kg adalah gaya yang diberikan oleh orang untuk mendorong mobil
mogok dengan arah kesamping kanan, yang diwakili sebagai gambar anak panah
dengan panjang 1 cm karena 1 cm setara dengan 15 kg.
Garis kerja gaya adalah garis lurus yang melewati gaya
Seperti contoh di bawah :
Contoh
*
Garis kerja gaya orang yang mempunyai
berat 50 kg tersebut adalah vertikal
Garis kerja
gaya
Orang dengan berat 50 kg
garis kerja gaya
15 kg
Garis kerja gaya untuk
mendorong mobil
mogok tersebut
adalah horisontal
Titik tangkap gaya adalah titik awal bermulanya gaya tersebut.
Contoh: mobil mogok diatas jembatan, roda mobil serta tumpuan tangan
orang yang mendorong adalah merupakan titik tangkap gaya.
titik tangkap gaya
Titik tangkap gaya
gaya
50 kg
4. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-11-
1.1.3. Sifat Gaya
Gaya dan titik tangkap gaya bisa dipindah-pindahkan asal masih dalam
daerah garis kerja gaya
Contoh dalam gambar K dan K1 adalah merupakan gaya.
Ga
Posisi gaya K lama
Posisi gaya K baru
mb
ar
garis kerja gaya
Posisi gaya K1 lama
1.1
.
Ga
K1
mb
ar
Posisi gaya K1 baru
gar
is kerja gaya
1.1.4. Penjumlahan Gaya
Penjumlahan gaya bisa dilakukan secara analitis maupun grafis.
1.1.4.1. Penjumlahan secara grafis
Penjumlahan 2 gaya yang mempunyai titik tangkap yang sama, jadi
gaya-gaya tersebut sebidang, bisa secara langsung dijumlahkan
secara grafis.
A
C
K1
R = K1 + K2
D
K2
Titik tangkap gaya
B
K1, K2 adalah gaya-gaya yang
akan dijumlahkan
Urut-urutan penjumlahan
Buat urut-urutan penjumlahan
garis sejajar dengan K1 dan K2
di ujung gaya, (K1 diujung K2
dan sehingga K2 diujung K1 )
membentuk bentuk jajaran
genjang D.A.C.B
Salah satu diagonal yang
panjang tersebut yaitu R
5. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-12-
Gambar 1.2. Penjumlahan gaya secara grafis
Penjumlahan 2 gaya yang sebidang, tapi titik tangkapnya tidak sama..
Gaya-gaya tersebut bisa dipindahkan sepanjang garis kerja gaya.
Gamb
R = K1 + K2
A
-
B
ar 1.3
Penju
-
Posisi awal (K2)KK2
2
K1 dan K2 adalah gaya-gaya
yang akan dijumlahkan.
2 gaya tersebut tidak mempunyai titik tangkap yang
sama, tapi masih sebidang.
Posisi awal1 (K1)
KK
1
mlaha
n gaya
secara
0
K1
C
grafis,
yang
titik tangkapnya tidak sama
Urutan-urutan penjumlahan
- Gaya K1 dipindah searah garis kerja gaya sampai garis kerja
gaya K1 bertemu dengan garis kerja gaya K2, pertemuannya di titik
0.
- Buat garis-garis sejajar gaya K1 dan K2 di ujung-ujung gaya yang
berlainan sehingga membentuk suatu jajaran genjang, OABC
- Salah satu diagonal yang terpanjang (R) adalah merupakan jumlah dari
K1 dan K2.
6. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-13-
Penjumlahan 3 gaya yang mempunyai titik tangkap tunggal
Penjumlahan tersebut bisa dilakukan secara bertahap
C
E
R1=K1+K2
R2
R1
K2
A
R2
R2 = R + K
1
3
= K1 + K2 + K3
B
K1, K2 dan K3 adalah gaya-gaya
yang akan dijumlahkan dengan
K1
titik tangkap tunggal.
Urut-urutan penjumlahan.
0
K3 D
Jumlahkan dulu K1, K2 dengan
cara
Gambar 1.4. Penjumlahan 3
gaya secara grafis
membuat
garis
sejajar
dengan gaya-gaya tersebut (K1,
K2) di ujung-ujung gaya yang
berlainan sehingga membentuk
suatu jajaran genjang 0ACB
Salah satu diagonal terpanjang yaitu R1 adalah merupakan jumlah K1 +
K2
Buat garis sejajar K3 dan
R1 di ujung gaya-gaya
yang berlainan
sehingga membentuk jajaran genjang 0CED
Salah satu diagonal terpanjang (R2) adalah jumlah dan R1 dan K3
sehingga sama dengan jumlah antara K1, K2 dan K3.
Penjumlahan 3 gaya yang tidak mempunyai titik tangkap tunggal
Penjumlahan tersebut dilakukan secara bertahap
Titik tangkap gaya bisa dipindahkan sepanjang garis kerja gaya.
7. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-14-
Urut-urutan penjumlahan
(posisi awal)
K1
(Posisi awal)
K2
R1 = K1 + K2
C
K1, K2 dan K3 adalah gayagaya yang akan dijumlahkan.
A
K1
Kerjakan dulu penjumlahan
antara K1 dan K2 dengan
B
cara :
K2
Tarik
gaya
K1
dan
K2
sehingga titik tangkapnya
0
bertemu pada satu titik di
R2 = R1 + K3
= K1 + K2 + K3
O.
F
Buat garis sejajar K1 dan K2
pada
ujung-ujung
yang
D
berlainan
gaya
sehingga
membentuk jajaran genjang OACB
R1
E
Posisi awal (K3)
K3
terpanjang yaitu R1 adalah
01
Gambar 1.5. Penjumlahan 3 gaya yang tidak
mempunyai titik tunggal, secara
grafis
Salah satu diagonal yang
merupakan jumlah dari K1
dan K2.
Tarik
gaya
R1
dan
K3
sehingga titik tangkapnya
bertemu pada titik di 01
8. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-15-
Buat garis sejajar R1 dan K3 melalui ujung gaya yang berlainan sehingga
membentuk jajaran genjang 01, D F E, salah satu diagonal yang terpanjang
adalah R2 yang merupakan jumlah antara R1 dan K3 berarti jumlah antara K1
dan K2 dan K3.
K3
9. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-16-
a
K1
b1
D
K1
A
B K2
C
K3
K2
K4
titik tangkap
Oƞ
R
K1
O
c
K3
d
K4
Rƞ
e
Polygon Batang
Jari-jari Polygon
Gambar 1.6. Polygon batang dan jari-jari polygon
Gaya K1, K2, K3 dan K4 adalah gaya-gaya yang mau dijumlahkan
Untuk pertolongan, perlu dibuat jari-jari polygon (lihat gambar)
dengan cara sebagai berikut :
-
buat rangkaian gaya K1, K2, K3 dan K4 secara berurutan dimana tiap-tiap
gaya sejajar dengan gaya aslinya (pada gambar jari-jari polygon).
-
pangkal gaya K1 dan ujung gaya K4 merupakan jumlah (resultante) gaya
K1, K2, K3 dan K4 yaitu R, yang diwakili oleh garis sepanjang a-e tapi
letak titik tangkapnya belum betul.
-
Ambil titik 0 sembarang di daerah sekitar R
-
Tarik garis dari 0 ke ujung-ujung gaya sehingga ketemu titik a, b, c, d,
dan e, garis - garis tersebut diberi tanda titik satu buah ( ) sampai
lima buah (
) pada garis tersebut. Garis-garis tersebut dinamakan
jari-jari polygon.
-
Dari gaya-gaya asal yang akan dijumlahkan ditarik garis sejajar O a
- Dari titik A dibuat garis sejajar K1 di (titik A. memotong gaya K2 di titik B
)
(
) memotong gaya Ob
Dari titik B dibuat garis sejajar Oc (
) memotong K3 di
10. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-17-
titik C.
Dari titik C dibuat garis sejajar Od (
) memotong K4 di D.
Dari titik D dibuat garis sejajar Oe
(
dan garis
(
)
, perpanjangan garis
(
)
)
pada polygon batang akan ketemu di titik Oƞ
yang merupakan titik tangkap jumlah (resultante) gaya-gaya K1, K2, K3
dan K4.
Dari titik Oƞ dibuat garis sejajar R yaitu garis Rƞ.
Jadi Rƞ adalah merupakan jumlah (resultante) dari gaya-gaya K1, K2, K3
dan K4 dengan titik tangkap yang betul, dengan garis kerja melewati 0ƞ
1.1.4.2. Penjumlahan secara analitis
Dalam penjumlahan secara analitis kita perlu menentukan titik pusat
(salib sumbu) koordinat, yang mana biasanya sering dipakai adalah
sumbu oxy. Didalam salib sumbu tersebut gaya-gaya yang akan
dijumlahkan, diproyeksikan.
Contoh :
Pernjumlahan 2 gaya yang mempunyai titik tangkap tunggal
y
y
K2
K2 y
K1
K1 y
O
E
F
K1x
x
K2x
K1 dan K2 adalah gayagaya yang akan dijumlahkan dimana mempunyai
titik tangkap tunggal di O ;
Eadalah sudut antara K1
dengan sumbu ox
Fadalah sudut antara K2
dengan sumbu ox
K1 dan K2 diuraikan searah
Gambar 1.7. Penjumlahan gaya secara analitis dengan sumbu x dan y
K1x = K1 cos E
;
K2x = K2 cos F
K1y = K1 sin E
;
K2y = K2 sin F
11. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-18-
Semua komponen yang searah ox dijumlahkan demikian juga yang
searah dengan oy.
Rx = K1x + K2x
Rx = § Kx
Ry = K1y + K2y
Ry = § Ky
Jumlah gaya total yang merupakan penjumlahan secara analitis dari
komponen-komponen tersebut adalah :
R=
Rx ² Ry ²
Penjumlahan 2 gaya dengan letak titik tangkap berbeda
K1
y
K1 dan K2 adalah gaya-gaya
yang akan dijumlah-kan
dengan letak titik tangkap
berbeda.
K1 membentuk sudut E
dengan sumbu ox
K2
membentuk
sudut
Fdengan sumbu ox.
K1y
E
K2
K2y
F
K1 dan K2 diuraikan searah
dengan sumbu x dan y
O
K1x
K2x
Gambar 1.8. Penjumlahan gaya dengan titik
tangkap berbeda, secara analitis
x
K1x = K1 cos E ; K2x = K2
cos F
K1y = K1 cos E ; K2y = K2
sin F
Semua Komponen yang searah ox dijumlahkan demikian juga yang searah
oy.
Rx = K1x + K2x
Ry = K1y + K2y
Rx = § Kx
Ry = § Ky
Jumlah gaya-gaya total yang merupakan penjumlahan secara analitis dari
komponen-komponen tersebut adalah :
12. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-19-
R=
Rx ² Ry ²
1.1.5. Latihan
1.
Dua gaya yang mempunyai titik tangkap
yang sama seperti seperti pada gambar.
K1 = 5 ton dan K2 = 7 ton, sudut yang
dibentuk antara 2 gaya tersebut adalah
45°.
Cari besarnya jumlah gaya-gaya tersebut
(R) baik secara analitis maupun grafis
K1
45°
K2
2.
K1
Dua gaya K1 dan K2 tidak mempunyai titik
tangkap yang sama
K1 = 10 ton dan K2 = 4 ton
Garis kerja ke dua gaya tersebut bertemu dan
K2
membentuk sudut 60°
Cari besarnya jumlah gaya-gaya tersebut (R) baik secara analitis maupun garfis.
3.
5 ton
7 ton
9 ton
4 ton
0
K1
K2
K3
Empat gaya K1, K2, K3 dan
K4, dengan besar dan arah
seperti pada gambar
K4
Cari besar dan arah jumlah gaya-gaya tersebut (R) dengan cara polygon batang.
1.1.6. Rangkuman
Gaya adalah suatu besaran vektor yang mempunyai besar dan arah serta
diketahui letak titik tangkapnya.
Gaya bisa dipindah-pindah sepanjang garis kerja gaya
Penjumlahan gaya-gaya bisa dilakukan secara grafis ataupun analitis.
Penjumlahan gaya lebih dari 4 buah bisa memakai cara grafis dengan
bantuan polygon batang.
13. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-20-
1.1.7. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-kunci
yang ada, secara bertahap.
Soal 1 dan 2 ada jawaban secara analitis dan grafis, sedang soal no. 3
hanya berupa grafis, skor penilaian ada di tabel bawah untuk mengontrol
berapa skor yang didapat.
No. soal Sub Jawaban
1
Analitis
Grafis
2
Analitis
Grafis
3
Grafis
Jari-jari polygon
Polygon batang
Jawaban
R = 11,1 ton
sdt = 22,5° dari
sumbu x
R = 11,1 ton
sdt = 22,5° dari
sumbu x
R = 12,5 ton
sdt = 30° dari
sumbu x
R = 12,5 ton
sdt = 30° dari
sumbu x
Skor Nilai
R = 24 ton
50
50
50
50
50
50
1.1.8. Daftar Pustaka
1.
Samuel E. French, ƏDeterminate StructuresƐ ITP (International
Thomson Publishing Company) 1996. Bab I.
2.
Suwarno. ƏMekanika Teknik Statis TertentuƐ UGM bab I.
3.
Soemono. ƏStatika IƐ ITB. Bab I
1.1.9. Senarai
Gaya
= mempunyai besar dan arah
Resultante
= jumlah
15. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-22-
1.2. JUDUL : PENGGAMBARAN STRUKTUR DALAM MEKANIKA TEKNIK
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca bagian ini, maka siswa bisa memahami secara jelas apa itu
bentuk-bentuk struktur di bidang teknik sipil, sehingga dalam menerima
pelajaran akan lebih mudah menerima.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menunjukkan konsep dasar tentang struktur dalam suatu
bidang Teknik Sipil, mengerti tentang beban, kolom, balok, reaksi dan gaya
dalam, serta bisa menggambar skema struktur dalam mekanika teknik.
1.2.1. Pendahuluan
Dalam disiplin ilmu teknik sipil dimana mahasiswa akan diajak bicara
tentang bangunan gedung, jembatan dan lainsebagainya, maka mahasiswa perlu
tahu bagaimana cara penggambarannya dalam mata kuliah mekanika teknik, apa
itu
beban,
balok,
kolom,
reaksi,
gaya
dalam
dan
bagaimana
penggambarannya dalam mata kuliah mekanika teknik.
Contoh :
a. bentuk gedung bertingkat dalam penggambaran di mekanika teknik
kolom
Kolom = tiang-tiang vertical
Balok = batang-batang
horisontal
balok
perletakan
Gambar 1.9. Gambar portal gedung bertingkat dalam mekanika
teknik
cara
16. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-23-
b. bentuk jembatan sederhana dalam penggambarannya di mekanika teknik.
balok
perletaka
n
Gambar 1.10. Gambar jembatan dalam mekanika teknik
1.2.2. Beban
Didalam suatu struktur pasti ada beban, beban yang bisa bergerak umumnya
disebut beban hidup misal : manusia, kendaraan, dan lain
sebagainya. Beban yang tidak dapat bergerak disebut beban mati,
misal : meja, peralatan dan lainsebagainya. Ada beberapa macam
beban yaitu beban terpusat dan beban terbagi rata.
a. Beban terpusat
Beban terpusat adalah beban yang terkonsentrasi di suatu tempat.
a.1.
manusia yang berdiri diatas jembatan
P
beban terpusat
Penggambaran dalam mekanika teknik
a.2.
Kendaraan berhenti diatas jembatan
P1
P2
P3
Penggambaran dalam mekanika teknik
17. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-24-
Notasi beban terpusat = P
Satuan beban terpusat = ton, kg, Newton, dan lainsebagainya,
Gambar 1.11. Gambar beban terpusat dalam mekanika teknik
b. Beban terbagi rata
Beban terbagi rata adalah beban yang tersebar secara merata baik kearah
memanjang maupun ke arah luas.
anak-anak berbaris diatas
jembatan
q t/mƞ
Penggambaran dalam mekanika teknik
Notasi beban terbagi rata = q
Satuan beban terbagi rata =
ton/mƞ, kg/cm
Newton/mƞ dan lainsebagainya.
Gambar 1.12. Penggambaran beban terbagi rata dalam mekanika teknik
18. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-25-
1.2.3. Perletakan
y
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah membaca modul bagian ini, maka siswa bisa memahami pengertian
tentang perletakan dan bagaimana pemakaian perletakan ini pada suatu
struktur.
y
Tujuan Pembelajaran Khusus :
Mahasiswa dapat menunjukkan konsep dasar dan pengertian tentang
struktur, konsep pengertian tentang perletakan, serta konsep kedudukan
perletakan dalam suatu struktur.
1.2.3.1.
Pendahuluan
Dalam bidang teknik sipil kita selalu membicarakan masalah bangunan
seperti bangunan gedung, jembatan, dan lainsebagainya. Bangunan-bangunan
tersebut harus terletak diatas permukaan bumi, hubungan antara bangunan
tersebut dengan lapisan permukaan bumi dikaitkan dengan suatu pondasi.
Bangunan yang terletak diatas permukaan bumi disebut bangunan atas,
sedang yang masuk pada lapisan permukaan bumi disebut dengan bangunan
bawah. Hubungan antara bangunan atas dan bawah melalui suatu tumpuan
yang disebut dengan ƠPerletakanơ.
Contoh :
a. Hubungan antara bangunan atas jembatan dan bangunan bawah pondasi.
Struktur jembatan
(bangunan atas)
perletakan
Pondasi
Penggambaran pada mekanika
(bangunan
struktur
19. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-26-
Gambar 1.13. Gambar perletakan jembatan dalam mekanika teknik
b. Hubungan antara bangunan gedung dan pondasi
Bangunan gedung (bangunan
atas)
muka tanah
Perletakan (tumpuan)
Pondasi (bangunan bawah)
Penggambaran pada mekanika teknik
1.2.3.2.
perletakan
Gambar 1.14. Gambar perletakan gedung
(tumpuan)dalam mekanika teknik
Macam-Macam Perletakan
Dalam mekanika teknik perletakan berfungsi untuk menjaga struktur
supaya kondisinya stabil.
Ada 4 macam perletakan dalam mekanika teknik yaitu : rol, sendi, jepit dan
perodel.
a.
Rol
Strukt
silinder baja
Bentuk perletakan rol, pada
suatu struktur jembatan yang
bertugas
untuk
menyangga
sebagian dari jembatan. (Gambar
1.15)
Karena struktur harus stabil
maka perletakan rol tersebut
tidak boleh turun jika kena beban
Rv
Perletakan rol bila dilihat dari gambar struktur, atas, olehtersebut bias bergeser
dari maka rol karena itu rol
ke arah horizontal. jadi tidak bisa mempunyai reaksi horizontal, bisa berputar jika
tersebut harus mempunyai reaksi
Gambar 1.15. Skema perletakan rol
diberi beban momen jadi tidak mempunyai reaksi momen.
Pada perletakan
Rol
Rv
Penggambaran perletakan rol dalam bidang mekanika
teknik, ada reaksi vertikal.
20. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-27-
Balok jembatan
Gambar 1.16. Aplikasinya perletakan rol dalam
mekanika teknik
Rv
b. Sendi
Strukt
RH
silinder baja
Bentuk perletakan sendi pada suatu
struktur jembatan, yang bertugas
untuk menyangga sebagian dari
jembatan (Gambar 1.17).
Karena struktur harus stabil, maka
perletakan sendi tidak boleh turun
jika kena beban dari atas, oleh
Rv
karena itu
Gambar 1.17. Skema perletakan Sendi
Pada perletakan
mempunyai
sendi tersebut harus
reaksi
vertikal
(Rv).
Selain itu perletakan sendi tidak
boleh
bergeser
horizontal.
Oleh
karena itu perletakan sendi harus
mempunyai reaksi horizontal (RH),
RH
Rv
sendi tersebut bisa berputar jika
Penggambaran
perletakan
sendi dalam
diberi beban momen. Jadi sendi tidak
mekanika teknik, ada reaksi vertikal dan
horisontal punya reaksi momen.
balok
jembatan
Gambar 1.18. Aplikasinya perletakan sendi
di dalam mekanika teknik
RH
c. Jepit
Rv
Bentuk perletakan jepit dari suatu
21. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-28-
Penggambaran perletakan jepit dalam
mekanika teknik, ada reaksi vertikal,
horizontal, dan momen
RH
RM
RV
RH
Gambar 1.20.
Aplikasi perletakan
jepit di dalam mekanika
teknik
RM
R
d. Pendel V
balok baja
pendel
Gambar 1.21. Skema perletakan
pendel pada suatu
struktur baja
RR
R
Bentuk perletakan jepit dari suatu
struktur, bertugas untuk menyangga
sebagian dari struktur baja (Gambar
1.21.)
Pendel tersebut hanya bisa menyangga
sebagian jembatan, hanya searah
dengan sumbu pendel tersebut, jadi
hanya mempunyai satu reaksi yang
searah dengan sumbu pendel.
Penggambaran perletakan pendel
dalam mekanika teknik, ada reaksi
searah pendel.
22. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-29-
balok baja
Gambar
1.22.
Aplikasi
pendel
pende
l
perletakan
di
mekanika teknik
dalam
23. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-30-
1.3. JUDUL : KESEIMBANGAN BENDA
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan bisa mengerti apa yang
disebut keseimbangan pada suatu benda.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat memahami pengertian keseimbangan dalam suatu
struktur dan syarat-syarat apa yang diperlukan, serta manfaatnya dalam
struktur tersebut.
1.3.1. Pendahuluan
Dalam bidang teknik sipil mahasiswa selalu diajak berbicara tentang
bangunan gedung, jembatan dan lain sebagainya. Bangunanƛbangunan
tersebut supaya tetap berdiri, maka struktur-strukturnya harus dalam
keadaan seimbang, hal itu merupakan syarat utama. Apa saja syaratsyaratnya supaya suatu bangunan tetap seimbang, dan bagaimana cara
menyelesaikannya, mahasiswa perlu mengetahuinya.
Contoh : benda dalam keadaan seimbang (tidak bisa bergerak)
kotak
lem
meja
Gambar 1.23. suatu kotak yang dilem diatas meja
1.3.2. Pengertian tentang keseimbangan
Sebuah kotak yang dilem diatas meja, maka kotak tersebut dalam keadaan
seimbang, yang berarti kotak tersebut tidak bisa turun, tidak bisa bergeser
horisontal dan tidak bisa berguling.
a. Keseimbangan vertikal
24. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-31-
kalau kotak tersebut dibebani
Pv
Kotak
Lem
secara vertikal (Pv), maka
kotak tersebut tidak bisa turun,
yang berarti meja tersebut
mampu memberi perlawanan
vertikal (Rv), perlawanan
Meja
Pv
vertikal tersebut (Rv) disebut
reaksi vertikal.
Rv
Gambar 1.24. Keseimbangan
vertikal
Kotak
Bandingkan hal tersebut diatas
dengan kotak yang berada di
atas lumpur
Kalau kotak tersebut dibebani
Lumpur
secara vertikal (Pv), maka
kotak tersebut langsung
tenggelam, yang berarti
Kotak tenggelam
lumpur tersebut tidak mampu
memberi perlawanan secara
vertikal (Rv).
(Gambar 1.25)
Gambar 1.25. Kotak tenggelam dalam lumpur
b. Keseimbangan horisontal
Kotak
PH
Lem
RH
Kalau kotak tersebut dibebani
secara horisontal (PH), maka
kotak
tersebut
tidak
bisa
bergeser secara horisontal, yang
meja
berarti lem yang merekat antara
kotak dan
meja
tersebut
25. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-32-
mampu
Gambar 1.26. Keseimbangan horizontal
memberi perlawanan horisontal (RH), sehingga bisa menahan kotak untuk tidak
bergeser. Perlawanan horisontal tersebut (RH) disebut reaksi horisontal.
Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas meja tanpa di
lem
Kalau kotak tersebut
dibebani secara
kotak yang
bergeser
PH
horisontal (PH), maka
kotak tersebut
langsung bergeser,
karena tidak ada yang
menghambat, yang
berarti meja tersebut
tidak mampu memberi
perlawanan horisontal
(RH)
(Gambar 1.27)
Gambar 1.27. Kotak yang bergeser
Karena beban horizontal
c. Keseimbangan Momen
Kalau kotak tersebut dibebani momen (PM), maka kotak tersebut tidak bisa
berputar (tidak bisa terangkat), yang berarti lem perekat antara kotak dan meja
tersebut mampu memberikan perlawanan momen (RM), perlawanan momen
tersebut (RM) disebut dengan reaksi momen.
PM
Kotak
Lem
Meja
26. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-33-
Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas meja tanpa di
lem.
Kalau
PM
Kotak yang terangkat
kotak
dibebani
tersebut
momen
(PM),
maka kotak tersebut bisa
terangkat,
Meja
karena
tidak
ada lem yang mengikat
antara kotak dan meja
tersebut,
meja
mampu
yang
berarti
tersebut
tidak
memberikan
perlawanan momen (RM).
Gambar 1.29. Kotak yang terangkat karena beban momen
d Keseimbangan Statis
PM
PV
Kalau kotak tersebut
di lem diatas meja,
Kotak
PH
yang
Lem
RH
berarti
harus
stabil, benda tersebut
harus tidak bisa turun,
Meja
RV
tidak
bisa
bergeser
horisontal, dan tidak
bisa terangkat.
RM
Gambar 1.30. Keseimbangan statis
27. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-34-
Kalau kotak tersebut dibebani secara vertikal (PV), tumpuannya mampu
memberi perlawanan secara vertikal pula, agar kotak tersebut tidak bisa
turun syarat minimum RV = PV, atau RV - PV = 0 atau 7V = 0 (jumah gayagaya vertikal antara beban dan reaksi harus sama dengan nol).
Kalau kotak tersebut dibebani secara horisontal (PH ), maka pada
tumpuannya mampu memberi perlawanan secara horisontal (RH ). Agar
kotak tersebut tidak bisa bergeser secara horisontal maka syarat minimum
RH = PH atau RH ƛ PH = 0 atau 7H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal
antara beban dan reaksi harus sama dengan nol)
Kalau kotak tersebut dibebani secara momen (PM ), maka pada
tumpuannya mampu memberi perlawanan secara momen (RM ). Agar
kotak tersebut tidak bisa terpuntir (terangkat), maka syarat minimum RM
= PM atau RM - PM = 0 atau 7M = 0 (jumlah gaya-gaya momen beban
dan reaksi harus sama dengan nol).
Dari variasi tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa suatu benda yang
stabil atau dalam keadaan seimbang, maka harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
-
7V = 0 (jumlah gaya-gaya vertikal antara aksi (beban) dan reaksi harus
sama dengan nol)
-
7H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal antara aksi (beban) dan reaksi sama
dengan nol)
-
7M = 0 (jumlah gaya-gaya momen antara aksi (beban) dan reaksi harus
sama dengan nol).
1.3.4. Latihan
1. Suatu benda diatas meja dengan berat sendiri = 5 kg
Pv = 5
kg
28. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-35-
Berapa reaksi vertikal yang terjadi
supaya balok tersebut tidak turun
?.
Rv = ?
2. Suatu kantilever (konsol) dengan beban seperti pada gambar.
PV = 5 kg
PH = 2 kg
PM = 5 kgm
Cari reaksi-reaksi yang terjadi supaya konsol tersebut tak roboh.
1.3.5. Rangkuman
o Macam-Macam Beban
- Beban terpusat; notasi; P; satuan; kg atau ton atau Newton
- Beban terbagi rata; notasi; q; satuan kg/mƞ atau ton/mƞ atau Newton /
mƞ
o Macam Perletakan
- Rol punya 1 reaksi
Rv
- Sendi punya 2 reaksi
- Jepit punya 3 reaksi
- Pendel punya 1 reaksi
Rv dan RH
Rv; RH dan RM
sejajar dengan batang pendel
o Syarat Keseimbangan
Ada 3 syarat keseimbangan yaitu :
7v = 0
7H = 0
7M = 0
1.3.6. Penutup
29. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-36-
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-kunci
yang ada.
Nomor Soal
1
2
Reaksi yang ada
Rv
Rv
RH
RM
Besar Reaksi
5 kg
5 kg
2 kg
5 kg m
Arah
o
o
p
1
1.3.7. Daftar Pustaka
1. Suwarno, ƏMekanika Teknik Statis TertentuƐ UGM Bab I.
2. Soemono ƏStatika IƐITB Bab I
1.3.8. Senarai
-
Beban = aksi
-
Reaksi = perlawanan aksi
30. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-37-
MODUL 2 :
ARTI KONSTRUKSI STATIS TERTENTU DAN CARA
PENYELESAIANNYA
2.1. JUDUL : KONSTRUKSI STATIS TERTENTU
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan mengerti apa yang disebut dengan konstruksi statis tertentu.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa selain dapat mengerti apa yang disebut dengan konstruksi statis
tertentu, mengetahui syarat-syarat apa yang diperlukan dan bagaimana cara
pemanfaatannya.
2.1.1. Pendahuluan
Dalam bangunan teknik sipil, seperti gedung-gedung, jembatan dan lain
sebagainya, ada beberapa macam sistem struktur, mulai dari yang
sederhana sampai dengan yang kompleks; sistim yang paling sederhana
tersebut disebut dengan konstruksi statis tertentu. Mahasiswa diwajibkan
memahami struktur yang paling sederhana sebelum melangkah ke yang
lebih kompleks.
Contoh : contoh struktur sederhana yaitu balok jembatan diatas 2 tumpuan.
Balok jembatan diatas 2
Balok jembatan
perletakan A dan B
B
A
rol
sendi
Perletakan A adalah rol
Perletakan B adalah sendi
31. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-38-
Gambar 2.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika
Teknik
2.1.2. Definisi Statis Tertentu
Suatu konstruksi disebut statis tertentu jika bisa diselesaikan dengan syaratsyarat keseimbangan.
Ada beberapa syarat-syarat keseimbangan
Sesuai dengan materi yang sebelumnya ada 3 (tiga) syarat keseimbangan yaitu :
§ V ! 0 ( jumlah gaya gaya vertikal sama dengan nol)
§ H ! 0 ( jumlah gaya gaya horisontal sama dengan nol)
§ M ! 0 ( jumlah momen sama dengan nol)
Kalau dalam syarat keseimbangan ada 3 persamaan,maka pada konstruksi statis
tertentu yang harus bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan,
jumlah bilangan yang tidak diketahui dalam persamaan tersebut maximum
adalah 3 buah. Jika dalam menyelesaikan suatu konstruksi tahap awal yang
harus dicari adalah reaksi perletakan, maka jumlah reaksi yang tidak diketahui
maksimum adalah 3.
2.1.3. Contoh
Balok diatas dua perletakan dengan
a).
P
beban P seperti pada gambar.
A = sendi dengan 2 reaksi tidak
RAH
B
A
diketahui (RAV
dan
RAH adalah
reaksi-reaksi vertikal dan horizontal
RAV
RBV
diketahui (RBV = reaksi vertikal di B)
di A).
B=
rol
dengan
reaksi
tidak
32. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-39-
Gambar 2.2. Konstruksi statis tertentu
Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 3 buah, maka konstruksi
tersebut adalah konstruksi statis tertentu.
b).
P
Suatu konstruksi kolom yang berkonsol dengan
perletakan di A adalah jepit.
A = jepit dengan 3 reaksi yang tidak diketahui.
RAV = reaksi vertical di A
RAH = reaksi horizontal di A
RM
RM = momen di A.
RAH
A
Jumlah reaksi yang tidak diketahui ada 3 buah, maka
konstruksi tersebut adalah statis tertentu.
RAV
Gambar 2.3. Konstruksi statis tertentu
c)
P
A
B
Gambar 2.4. Konstruksi statis
tidak tertentu
Balok diatas 2 perletakan
A = sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui RAV
dan RAH (reaksi vertikal dan reaksi horisontal di A).
B = sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui RBV
dan RBH (reaksi vertical dan reaksi horizontal di B).
Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 4
buah, sedang persamaan syarat keseimbangan hanya
ada 3, maka konstruksi tersebut statis tak tertentu.
33. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-40-
2.1.4. Latihan
a).
suatu balok ABC berkantilever terletak diatas
dua perletakan dengan beban P seperti pada
gambar. Perletakan A adalah sendi dan di B
adalah rol.
Tunjukkan apakah konstruksi tersebut statis
tertentu atau bukan.
b).
P
C
A
B
suatu balok ABC terletak diatas
perletakan dengan beban P
gambar. Perletakan A dan C
sendi.
Tunjukkan apakah konstruksi
statis tertentu atau bukan.
dua
seperti pada
adalah
P
B
C
tersebut
2.1.5. Rangkuman
Konstruksi disebut statis
A
tertentu, jika bisa diselesaikan dengan persamaan syarat-syarat
keseimbangan.
Persamaan syarat-syarat keseimbangan adalah 3 buah
7V = 0
7H = 0
dan 71 = 0
2.1.6. Penutup
Untuk mengukur prestasi,mahasiswa bisa melihat kunci dari soal-soal yang
ada sebagai berikut :
Jawaban Soal
P
titik
C
A
B
Macam Perletakan
A
B
Sendi
sendi
Total reaksi
Jumlah
reaksi
2 buah
1 buah
3 buah
34. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-41-
Bisa diselesaikan dengan persamaan syarat keseimbangan. Jadi
diatas adalah statis tertentu.
b)
konstruksi
P
B
C
A
Itik
A
B
Macam Perletakan Jumlah reaksi
Sendi
2 buah
sendi
2 buah
Total reaksi
4 buah
Persamaan tidak bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan. Jadi
konstruksi statis tidak tertentu.
2.1.7. Daftar Pustaka
1. Suwarno ƠMekanika Teknik Statis Tertentuơ UGM bab I
2. Suwarno ƠStatika Iơ ITB bab I
2.1.8. Senarai
Konstruksi statis tertentu = konstruksi yang bisa diselesaikan
syarat-syarat keseimbangan
dengan
2.2. JUDUL : GAYA DALAM
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca bagian ini mahasiswa bisa mengetahui apa yang disebut
dengan gaya dalam dan bisa mengetahui bagaimana cara
mencarinya.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menggunakan teori yang telah diberikan untuk menghitung
gaya dalam suatu struktur serta bisa menggambarkan gaya-gaya
dalam tersebut secara rinci pada struktur statis tertentu.
2.2.1. Pendahuluan
Bangunan teknik sipil pada umumnya terbuat dari struktur beton, kayu, baja dan lain-lain. Dalam pembuatan
struktur-struktur tersebut perlu diketahui ukruan atau yang lazim disebut dengan demensi dari tiap-tiap elemen
35. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-42strukturnya (balok, kolom, pelat, dansebagainya). Untuk menentukan demensi-demensi dari elemen struktur tersebut,
memerlukan gaya dalam.
Contoh :
a).
o
P1
Dua buah struktur seperti pada gambar (a)
dan (b) dengan beban (P) dan bentang (l)
berbeda.
B
A
o
Gaya dalam yang diterima pada struktur (a)
berbeda pula dengan gaya dalam yang
L1
diterima oleh struktur (b), maka demensi dari
struktur (a) akan berbeda pula dengan
struktur (b).
Gambar 2.5. Contoh (a)
Gambar 2.6. Contoh (b)
P2
2.2.2. Pengertian tentang Gaya Dalam
B
A
L2
Ada 2 (dua) orang yang mempunyai bentuk tubuh yang
berbeda, satu kecil, pendek (A), yang satu lagi besar,
tinggi (B). Jika kedua-duanya membawa barang beban P
= 5 kg, maka kedua tangan orang A dan B tersebut
tertegang.
P
P
Untuk A orangnya pendek,kecil dalam membawa beban P
tersebut urat-urat yang ada pada tangannya tertegang
dan menonjol keluar sehingga kita bisa melihat alur uratP = 5 kg
P = 5 kg
uratnya. Namun hal ini tidak terjadi pada B karena
orangnya besar, tinggi. Yang menjadikan urat-urat tangan
orang (A) tersebut menonjol sehingga tampak dari luar
A
B
adalah karena adanya gaya dalam pada tangan tersebut
akibat beban P = 5 kg. Kalau beban P tersebut dinaikkan
secara bertahap, sampai suatu saat tangan A tidak mampu
Gambar 2.7. Orang membawa
membawa beban tersebut, demikian juga untuk orang B.
beban
Beban maksimum yang dipikul oleh orang A akan lebih kecil dari pada beban maksimum yang bisa dipikul oleh
orang B karena diameter lengan orang A lebih kecil dari diameter lengan orang B.
2.2.3. Macam-macam Gaya dalam
P1
P
P
B beban
reaksi A
RB
RA
l
Suatu balok terletak pada 2
perletakan
dengan
beban
seperti pada gambar, maka
balok tersebut akan menderita
beberapa gaya dalam yaitu :
y Balok menderita beban
lentur yang menyebabkan
balok
bentuk
tersebut
berubah
melentur.
Gaya
dalam yang menyebabkan
Gambar 2.8. Balok diatas 2 perletakan dan
menerima beban P (sehingga melendut)
pelenturan balok tersebut
disebut
momen
yang
37. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-44-
o Balok tersebut menderita gaya tekan karena adanya beban P dari kiri dan
kanan. Balok yang menerima gaya yang searah dengan sumbu batang,
maka akan menerima beban gaya dalam yang disebut Normal yang diberi
notasi N.
o Balok tersebut menderita gaya lintang, akibat adanya reaksi perletakan
atau gaya-gaya yang tegak lurus ( B ) sumbu batang, balok tersebut
menerima gaya dalam yang disebut gaya lintang dan diberi notasi D.
2.2.4. Gaya Dalam Momen
a). Pengertian Momen (M)
c
q
kg/mƞ
P (kg)
A
B
c
Suatu balok yang terletak diatas 2
tumpuan dengan beban seperti pada
gambar, ada beban terbagi rata q (kg/mƞ)
dan beban terpusat P (kg).
Balok tersebut akan menerima beban
lentur sehingga balok akan melendut,
x
l
(m)
RA
RB
yang berarti balok tersebut menerima
beban
lentur
atau
momen.
(atau
menerima gaya dalam momen)
Gambar 2.9. Balok yang menerima
beban terpusat dan terbagi rata
Definisi
Momen adalah perkalian antara gaya x jarak.
Balok yang terletak antara tumpuan A dan B menderita (menerima) momen.
Momen untuk daerah balok antara perletakan A ke perletakan B
dengan variable x bisa ditulis sebagai berikut :
I
(1)
II
Mx = RA . x ƛ q.x. ½ x
1)
gaya jarak gaya jarak
(dihitung dari kiri ke potongan c-c) Ʀ.(pers.
38. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-45-
Misal kita ambil potongan c-c yang terletak sejarak x dari A
I
RA (reaksi di A) merupakan
gaya
x = adalah jarak dari RA ke potongan c-c
sejauh x
II
qx = merupakan gaya dari beban terbagi rata
sejauh x yang diberi notasi (Q1 = qx)
½x=
adalah jarak dari titik berat beban
terbagi rata sepanjang x ke potongan
c-c
q (kg/mƞ) titik berat qx
c
½x
c
Q1= qx
x
Gambar 2.10. Gambar potongan struktur bagian
kiri
Kalau dihitung dari sebelah kanan ke (c-c)
I
II
Mx = RB (l-x) ƛ q (l ƛ x) . ½ (l -x) (dihitung dari kanan) ƦƦƦ.
(pers. 2)
Kalau diambil di potongan c-c
RB (reaksi di B) merupakan
gaya
I
(l-x) = jarak dari RB ke potongan c-c
Q (l-x) = merupakan gaya dari beban terbagi rata
sejauh (l-x) q (l-x) = Q2
½ (l-x) =
adalah jarak dari
titik
berat beban terbagi
39. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-46-
II
c
c
q (kg/mƞ)
titik berat dari q (l-x)
(2)
Kalau menghitung besarnya momen di cboleh dari kiri potongan seperti pada
persamaan (1) ataupun menghitung dari
kanan potongan seperti pada persamaan
dan hasilnya pasti sama.
y
½ (l-x)
Dalam
Q2 = q (lx)
l -x
c
Tanda Gaya
Momen
Untuk memberi perbedaan antara momentertekan
Gambar 2.11. Gambar potongan struktur bagian
momen yang mempunyai arah berbeda, maka
tertekankanan perlu memberi tanda terhadap momen
tersebut.
Jika momen tersebut mampu melentur suatu
tertarik
tertarik
balok sehingga serat atas tertekan dan serat
Tanda momen (+) *
Tanda momen (+) *
bawah tertarik maka momen tersebut diberi
tanda (+) = positif. Demikian juga sebaliknya.
Tanda momen (-) *
Gambar 2.12. Tanda momen
2.2.5. Gaya Lintang (D)
c
P
(kg)
q (kg/mƞ)
Kalau dilihat, balok yang terletak
diatas 2 (dua) perletakan A dan
B, menerima gaya-gaya yang
c
arahnya
B (tegak
lurus)
terhadap sumbu balok. GayaRA
RB
Gambar 2.13. Gambar balok menerima
beban
gaya tersebut adalah RA ; q dan
RB
gaya-gaya tersebut yang
memberi gaya lintang terhadap
40. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-47-
Definisi : Gaya lintang adalah gaya-gaya yang B dengan sumbu
batang.
Kalau kita ambil salah satu potongan antara perletakan A-B yaitu c-c,
maka coba gaya-gaya apa saja yang arahnya B (tegak lurus) terhadap
sumbu AB.
y
(1)
kalau dilihat dari C ke kiri potongan, maka
Dc = RA ƛ q x = RA ƛ Q1 (gaya lintang di c yang dihitung dari kiri
potongan)
x
c
q (kg/mƞ)
c
Q1=q x
RA
Gambar 2.14. Potongan balok bagian kiri
y
(2)
Kalau dihitung dari titik c ke kanan potongan, maka
D1 = RB ƛ q (l-x) ƛ P
= RB ƛ Q2 ƛ P
(gaya lintang di c yang dihitung dari
kanan
potongan)
P
c
c
q (kg/mƞ)
Q2 = q (lx)
(l ƛ x)
RB
Gambar 2.15. Potongan balok bagian kanan
41. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-48-
y
Tanda Gaya Lintang
P
C
A
B
RB
Untuk membedakan gaya lintang, maka
perlu memberi tanda (+) dan (-).
Definisi :
C
* Gaya lintang diberi tanda positif jika
C
dilihat di kiri potongan titik yang
RA
ditinjau,
jumlah gaya arahnya ke
atas, atau kalau dilihat di kanan
RB
potongan, jumlah gaya arahnya ke
Gambar 2.16. Skema gaya lintang dengan tanda positif (+)
Coba dilihat pada Gambar 1 dari kalau kita mau menghitung besarnya
gaya lintang di c (Dc).
C
Dilihat dari kiri potongan C, gaya yang ada hanya RA, jadi
jumlah gaya-gayanya yang B sumbu hanya RA dengan arah
RA
o (keatas) jadi tanda gaya lintang adalah positip.
P
Jika dilihat dari kanan potongan c, gaya yang
C
ada B terhadap sumbu adalah RB ( o ) keatas
dan
RB
P
(q )
kebawah.
Karena
RB
adalah
merupakan reaksi, maka P RB sehingga
jumlah antara P dan RB
arah ( q ) kebawah,
42. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-49-
*
P
A
Definisi :
B
D
* Gaya lintang diberi tanda negatif,
jika dilihat di kiri titik potongan
P
D
yang ditinjau arahnya kebawah
( q ) dan bila ditinjau di kanan titik
A
D
potongan yang ditinjau arahnya
B
ke atas.
Gambar 2.17. Gambar 2
Skema gaya lintang
dengan tanda negatif (-)
Coba dilihat pada Gambar 2.17 bagaimana kalau kita mau menghitung besarnya
gaya
P
D
lintang di D (DD).
Dilihat dari kiri potongan D, gaya-gaya yang B
sumbu hanya RA dan P, karena RA
RA
adalah
reaksi. Jadi RA P, maka resultante gaya-gaya
antara RA dan P arahnya adalah kebawah ( q ),
D
maka gaya lintangnya tandanya negatif.
Jika dilihat di sebelah kanan potongan gayagaya yang B sumbu hanya RB dengan arah ke
RB
atas ( o ), Jadi gaya lintangnya tandanya adalah
43. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-50-
Jadi untuk menghitung gaya lintang, baik dihitung dari kiri ataupun kanan hasilnya harus sama.
2.2.6. Pengertian Tentang Gaya Normal (N)
Definisi :
P
A
Gaya normal adalah gaya-gaya yang
arahnya sejajar (//) terhadap sumbu
beban balok.
* Jadi kalau kita lihat balok yang
B
RA
RB
seperti pada Gambar
Gambar 3
Gambar 2.18. Balok tanpa beban
normal
2.18 yang
mana tidak ada gaya-gaya yang
sejajar sumbu batang, berarti balok
tersebut
tidak
mempunyai
gaya
normal (N).
P
P
Kalau dilihat pada Gambar 3.19
dimana ada gaya-gaya yang //
Gambar 4
RA
RB
Gambar 2.19. Balok menerima beban gaya
normal
(sejajar) sumbu batang yaitu P,
maka pada batang AB (Gambar
3.19) menerima gaya normal (N)
sebesar P.
* Tanda Gaya Normal
- Jika gaya yang ada arahnya menekan balok, maka tanda gaya normalnya
P
adalah negatif (-) { €
€p
P
n
€€ }.
44. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-51-
- Jika gaya yang ada arahnya menarik balok, maka tanda gaya normalnya
P
€€
adalah positif (+) { n
P
€
€p }.
2.2.7. Ringkasan Tanda Gaya Dalam
M
M
tekan
tanda momen positif
(+)
tarik
tarik
tanda momen negatif ()
tekan
M
M
tanda gaya lintang positif (+)
tanda gaya lintang negatif (-)
tanda gaya normal negatif (-)
45. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-52-
tanda gaya normal positif (+)
Gambar 2.20. Ringkasan tanda gaya dalam
2.2.8. Contoh : Penyelesaian Soal 1
Sebuah balok statis tertentu diatas 2 perletakan dengan beban seperti pada
gambar,
P1 = 2 2 t (º), P2 = 6t (¶), P3 = 2t (´)
P4 = 3t ; q1 = 2 t/mƞ; q2 = 1 t/mƞ
P1 = 2 2 t
P1v = 2 t
45
°
C
P1H = 2 t A
q2 = 1 t/mƞ
P2 = 6 ton
q1 = 2t/mƞ
D P = 2t
3
E
B
RBV
6m
RAV
2m
10
m
2m
RBH
P4 = 3 ton
46. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-53-
Gambar 2.21. Balok diatas 2 perletakan dan pembebanannya
Diminta :
Gambar bidang momen, gaya lintang dan bidang normal.
(Bidang M, N, dan D)
Jawab :
Mencari reaksi vertical
Dimisalkan arah reaksi vertical di A
RA (µ) keatas dan arah reaksi vertical di B
RB (µ) juga keatas.
Mencari RAV
dengan 7MB = 0 (jumlah momen-momen terhadap titik B = 0)
RAV.10 ƛ P1R.12 ƛ q1.6.7 ƛ P2.4 + 2.q2.1 = 0
RAV =
2.12 2.6.7 6.4 2.1.1
= 13 ton (µ)Karena tanda + berarti arah
sama dengan permisalan (+)
10
Pemberian tanda pada persamaan berdasarkan atas arah momen, yang searah
diberi tanda sama, sedang yang berlawanan arah diberi tanda berlawanan.
RBV 71%!
RBV.10 ƛ q2.q1 ƛ P2.6 ƛ q1.6.3 + P1R.2 = 0
RBV =
1.2 .1 6.6 2.6.3 2.2
= 9 ton (µ)
10
Karena tanda RBV adalah positif berarti arah reaksi RBV sama dengan permisalan
yaitu (µ) keatas.
Untuk mengetahui apakah reaksi di A (RA) dan reaksi di B (RB) adalah benar,
maka perlu memakai kontrol yaitu § V = 0
(P1R + q1.6 + P2 + q2.2) ƛ (RAR + RBR) = 0
(2 + 2.6 + 6 + 1.2) ƛ (13 + 9) = 0
Beban vertikal Reaksi vertikal
47. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-54-
Mencari Raksi Horizontal
Karena perletakan A = rol tidak ada RAH.
Perletakan B = sendi
ada RBH.
Untuk mencari RBH dengan memakai syarat keseimbangan ( § H = 0)
§H = 0
RBH = P1H + P3 + P4
= 2 + 2 + 3 = 7 ton (³)
Menghitung dan Menggambar Gaya Lintang (D)
Dihitung secara bertahap
Daerah C A lihat dari kiri
Gaya lintang dari C ke A bagian kiri adalah konstan
DA kr = P1R = - 2 ton (gaya lintang (D) di kiri titik A, di kiri potongan arah gaya
lintang kebawah (¶)
DA kn (gaya lintang (D) di kanan titik A)
DA kn = - P1R + RAR = -2 + 13 = 11 ton (di kiri potongan arah gaya lintang ke
atas).
A
D
Beban P1 = 2 2 (45°) bisa diuraikan
menjadi P1V = 2t (¶) dan P1H = 2t ( )
P2 = 6
q1 = 2
ton
2t
t/mƞ
P3 = 2
ton
C
D
6m
RA = 13 t
X
48. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-55-
Variabel x berjalan dari A ke D (sebelah kiri titik P2), sedang beban yang dihitung
dimulai dari titik C.
Dx = -2 + 13 ƛ q1 x = (-P1V + RA ƛ q1x)
Persamaan (Linier)
Untuk x = 0
didapat
DAkn = -2 + 13 = + 11 ton
2.6
didapat
Untuk x = 6 m
(di kiri potongan arah gaya
DD kr= -2 + 13 ƛ 12 = - 1ton
lintang ke bawah)
DD kn : sedikit di kanan titik D, melampaui beban P2.
DD kn : -2 + 13 ƛ 12 ƛ 6 = - 7 ton (dikiri potongan arah gaya lintang ke bawah)
Dari titik D s/d B tidak ada beban, jadi Bidang D sama senilai DD kn (konstan dari
D sampai B).
Daerah B-E
2m
B
q2 = 1
t/mƞ
E
P4 = 3 ton
x.2
RBV = 9 ton
Lebih mudah kalau dihitung dari kanan dari E menuju B.
Variabel x2 berjalan dari E ke B.
DE = 0
Dx2 = q2 . x2 = + x2 (persamaan liniear)
49. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-56-
DB kn kanan perletakan B (x2 = 2 m)
DB kn = + 2 ton
(kanan
potongan
arah ke
kebawah)
DB kr (kiri titik B) DB kr = + 2 ƛ 9 = - 7 ton (kanan potongan arah ke atas)
Melewati
perletakan B
MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG NORMAL (N)
Daerah CD
dihitung dari kiri sampai D, P2 tidak termasuk dari C ke D nilai
gaya normal konstan.
ND kr = - P1H = - 2 ton (gaya normal menekan batang)
dihitung dari kiri (beban yang dihitung mulai dari titik C, batang
Daerah DB
dari D ke B nilai gaya normal konstan).
ND kn = (-2 ƛ 2) ton = - 4 ton (gaya normal menekan batang)
NB kr = NDkn = - 4 ton
Daerah BE
dihitung dari kanan, dari E ke B nilai gaya normal konstan.
NB kn = + 3 ton (gaya normal menarik batang)
Kalau dihitung dari kiri, dimana gaya normal dihitung dari titik C.
Dari kiri
DBkn = (-4 + 7) t = + 3 ton (gaya normal menarik batang)
MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG MOMEN (M)
Daerah C
A
C
P1V = 2t
A
P1H = 2t
2m
x
50. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-57-
Variabel x berjalan dari C ke A
Mx = - P1v . x = - 2 x (linier)
Untuk x = 0
x=2
Mc = 0
MA = - 2.2 = - 4 tm.
(momen P1v . x mengakibatkan serat atas tertarik
(-) ).
Daerah A D
sehingga tanda negatif
51. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-58-
Gaya-gaya yang dihitung mulai dari titik C
q1 = 2 t/mƞ
P1V = 2t
C
A
D
P1H = 2t
x.1
RAV =
13t
2
m
6
m
Variabel x1 berjalan dari A ke D
Mx1 = -P1V (2 + x1) + RA.x1 ƛ ½ q1 x1²
Mx1
= -2 (2 + x1) + 13 x1 ƛ ½ q1 x12 (persamaan parabola)
= - ½ q1 x12 + 11 x1 ƛ 4
MENCARI MOMEN MAXIMUM
D Mx1
!0
d x1
d Mx1
! q1 x1 11 ! 0
d x1
p x1 ! 5.5.m
Letak dimana harga Mmax = Letak dimana harga (D = 0)
2.22.
x1 = 5.5 m
Mmax = - ½ .2 (5.5)² + 11.5.5 ƛ 4
= 26.25 tm.
lihat pada Gambar
52. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-59-
Mencari titik dimana M = 0
Mx1
= - ½ .q1.x12 + 11 x1 ƛ 4 = 0
= x12 ƛ 11 x1 + 4 = 0
x1 = 0.3756 m (yang dipakai)
x1ƞ = 10.62 m (tidak mungkin)
Untuk x1 = 6
MD = -36 + 66 ƛ 4 = + 26 tm
Daerah E-B (dihitung dari kanan, titik E ke titik B) variabel x2 berjalan dari E
ke B
q2 = 1 t/mƞ
B
E
2m
x2
Dihitung dari kanan
Parabola
Mx2 = - ½ q2 x22
didapat
Untuk x2 = 0
ME = 0
didapat
Untuk x2 = 2
MB = - ½ . 1.4 = -2 tm
P4 = 3 t
53. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-60-
P1H
P2 = 6
ton
q1 =
2t/mƞ
P1V = 2 t
C
=2t
A
D
q2 =
1t/mƞ
B
P3 = 2
ton
RBV
ton
RAV = 13 t
11
2
+
-
1
t
6
t
2
t
RBH
7t
=9
E P4 = 3
ton
=
+
-
7
t
BIDANG D
2
t
2
t
4t
+
BIDANG N
3
t
5.5 m
linier
-
4 tm
-
2 tm parabola
+
0.286
0.3756 parabola
linier
BIDANG M
Gambar 2.22. Gambar bidang M, N, D balok diatas 2 tumpuan
54. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-61-
2.2.9. Contoh 2
Diketahui:
KONSOL (CANTILEVER)
P2
D
=
P1
q=1
t/mƞ
1t
C
2t
2m
A
Ditanya : Gambar bidang M, N, D
B
1m
Suatu konstruksi konsol (cantilever) dengan
perletkan di D = jepit dengan beban P1 = 2t
= (¶); P2 = 1t (¶) dan beban terbagi rata q = 1
t/mƞ
3m
x1
RD
Jawab : Mencari reaksi di D dengan syarat
keseimbangan
RD = ?
x2
7v = 0
RD ƛ P2 ƛ P1 ƛ q.5 = 0
RD = 2 + 1 + 5.1 = 8 t (o)
Untuk menggambar gaya dalam kita bisa dari kiri
atau kanan, pilih yang lebih mudah dalam hal
ini pilih yang dari kanan.
BIDANG D
Bidang D (dari kanan)
5
8
+
DA kr = + 2 ton
Daerah A B
1t
x1 merupakan variabel yang bergerak dari A ke B
Dx1 = 2 + q. x1
BIDANG M
Untuk x = 3 DB kn = 2 + 1.3 = 5 ton (dari
kanan potongan arah gaya ke bawah tanda
positif (+) ).
10.5
parabola
24.5
32.5
parabola
linierGambar 2.23. Bidang M, N,
D
Balok cantilever
x2 merupakan variabel yang bergerak dari A ke C
Daerah B C
Dx2 = 2 + 1 + q . x2
Untuk x2 = 3 DB kr = 2 + 1 + 1.3 = 6 ton
Untuk x2 = 5 DC = 2 + 1 + 5 = 8 ton
Daerah M B
Bidang A (dari kanan)
MA = 0
55. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-62-
2
Daerah B - C : Mx2 = -P1 x2 ƛ P2 (x2 ƛ3) ƛ ½ q x2
: MC = -2.5 ƛ 1.2 ƛ ½ .1.5² = - 24.5 tm (
)
MD : - P1.6 ƛ P2.3 ƛ 5.1 (2.5 + 1) = -12 ƛ 3 ƛ 5.3,5 = 32,5 t (
)
2.2.10. Latihan
Balok diatas 2 tumpuan.
Soal 1
P1 = 4t
P2 = 4 2t
45 °
HA
A
B
VA
RB
2m
3m
3m
Soal 2
P ! 3 32 2t
t
P=
45°
q = 1 t/m'
HA
A
D
B
VA
C
RB
2m
4m
2m
Balok AB dengan beban
seperti tergambar
A = sendi
B = rol
P1 = 4 ton
P2 = 4 2 ton
Ditanyakan;
a) reaksi perletakan
b) bidang N, D dan M
Balok ADCB dengan beban
seperti tergambar
A = sendi
B = rol
P1 = 3 2 ton q = 1 ton/m·
Ditanyakan;
a) reaksi perletakan
b) bidang N, D dan M
56. MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK)
-63-
Soal 3
¤
2
¢¡
q
, t/m'
°
HA
2 2t
A
B
£
6m
P1
VA
2t
C
RB
2m
2m
Balok ADCB dengan beban seperti tergambar :
A = sendi
B = rol ; P1 = 2 ton
P2 = 2 2 ton ;
Ditanyakan; a). reaksi perletakan
b). bidang N, D dan M
q = 1,5 ton /m·
57. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-1-
2.2.11. Rangkuman
Dalam suatu konstruksi ada gaya dalam sebagai berikut :
M (momen) dengan tanda
+
-
D (gaya lintang) dengan tanda
+
-
N (gaya normal) dengan tanda
+
-
2.2.12. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat kunci dari soal -soal
yang ada sebagai berikut :
Jawaban Soal No. 1
Keterangan
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
A : VA
B : RB
A : HA
A²D
D²B
A²C
C²D
D²B
A
C
D
B
4.5 ton
3.5 ton
4 ton
4 ton
0
4.5 ton
0.5 ton
3.5 ton
0
9 tm
10.5 tm
0
o
o
p
- tekan
Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
Momen = M
+
+
+
+
58. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-2-
Jawaban Soal No. 2
Keterangan
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
A : VA
B : RB
A : HA
A²D
D²B
A ² D kiri
D kanan
B kiri
B kanan
C
A
D
B
C
2 m kanan
D
3 ton
6 ton
3 ton
3 ton
0
3 ton
0
4 ton
2 ton
0
0
6 tm
2 tm
0
4 tm
o
o
p
- tekan
Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
Momen = M
+
+
+
+
Jawaban Soal No. 3
Keterangan
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
A : VA
B : RB
A : HA
A²D²B²C
A
D kiri
D kanan ² B kiri
B kanan ² C
X = 3.08 m kanan A
A
X = 3.08 m
D
B
C
4.625 ton
4.375 ton
2 ton
2 ton
4.625 ton
4.375 ton
2.375 ton
2 ton
0
0
7.13 tm
0.75 tm
4.0 tm
0
o
o
p
- tekan
+
+
Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
Momen = M
+
+
-
59. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-3-
2.3. Hubungan Antara Momen (M) ; Gaya Lintang D dan q
(Muatan)
Pada gambar terdapat potongan sepanjang dx batang yang diberi beban
terbagi rata (qx), potongan tersebut antara I dan II
sepanjang dx. Dengan beban sepanjang dx tersebut kita
akan mencari hubungan antara beban, gaya lintang dan
momen.
qx
qx.dx
Mx
beban
½ dx
Dx
M x + dMx
D x + dDx
I
batang
II
qx = beban terbagi rata
Mx = momen di potongan I ( )
Dx = gaya lintang di potongan I ( o)
qx . dx = berat beban terbagi rata
Sepanjang dx
Dx + dDx = gaya lintang di potongan
II (¶)
dDx = selisih gaya lintang antara
Potongan I dan II.
Mx + dMx = momen di potongan II (
)
dMx = selisih momen antara I dan II
dx
Gambar 2.24. distribusi gaya dalam pada balok
sepanjang dx
Keseimbangan gaya ƛ gaya vertikal 7V = 0 di potongan II
Dx ƛ qx dx ƛ (Dx + d Dx) = 0 (kiri ada Dx (o) dan qx dx (q) dan kanan
ada Dx + d Dx
(q)
dDx = - qx dx
d Dx
! qx
dx
(turunan pertama dari gaya lintang adalah beban)
Keseimbangan momen
7 M = 0 di potongan II
Mx + Dx dx ƛ qx .dx . ½ dx ƛ (Mx + d Mx) = 0
½ q. dx² - 0
d Mx = Dx . dx
o Kiri ada Mx ; Dx dx dan qx.dx. ½
dx dan kanan ada Mx + dMx
o ½ qx.dx² } 0 karena dx = cukup
kecil dan dx² bertambah kecil
sehingga bisa diabaikan.
60. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-4-
d Mx
! Dx
dx
* turunan pertama dari momen adalah gaya lintang
2.4. Balok Miring
Pada pelaksanaan sehari -hari sering kita menjumpai balok yang
posisinya miring seperti : tangga, dalam hal ini kita harus tahu
bagaimana menyelesaikannya.
2.4.1. Pengertian Dasar
Balok miring adalah suatu balok yang berperan sebagai pemikul
struktur yang posisinya membentuk sudut dengan bidang datar,
misal : tangga, balok atap dan lain sebagainya.
Pada kenyataan sehari -hari balok-balok tersebut bisa berdiri
sendiri atau digabungkan dengan balok vertikal atau horisontal.
Seperti pada gambar.
Dasar Penyelesaian
Dalam
penyelesaian
struktur,
terutama untuk menghitung dan
menggambar gaya dalam adalah
(a)
sama
dengan
balok
biasa
(horizontal). Namun disini perlu
lebih
berhati-hati
menghitung
(b)
Gambar 2.25. Skema balok miring
karena
dalam
baloknya
61. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-5-
Dalam hal ini mahasiswa bisa lebih mendalam dalam pengetrapan
pengertian gaya -gaya dalam pada semua kondisi balok.
2.4.2. Contoh soal
Diketahui
Suatu balok miring di atas 2 tumpuan, perletakan A = sendi duduk di
bidang horizontal, perletakan B = rol duduk pada bidang miring //
dengan sumbu batang. Beban P 1 = 4 t vertikal di C dan beban P2 =
4t vertikal di D, dan beban terbagi rata q = 1 t/mƞ dari D ke B dengan
arah vertikal.
Ditanya : Gambar bidang M, N, D
Jawab:
q = 1 t/mƞ
B
rol
P2=4
t
P 1=4
RB
D
E 1m
A
C
1m
Di B
3 m = rol jadi reaksinya hanya
satu B sumbu batang
5
1m
3
send
R AH
E
RAV
4m
1m
1m
2m
4
di B = rol jadi reaksinya hanya
satu B sumbu batang
62. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-6-
Gambar 2.26.a. Pembebanan pada balok miring
Untuk mencari reaksi kita lebih cepat kalau yang dicari reaksi di B dulu.
Reaksi di B RB B bidang sentuh
RB dicari dengan 7 MA = 0
RB.5 ƛ q.2.3 ƛ P2.2 ƛ P1.1 = 0
18
! 3.6 ton (arah R B B sumbu batang)
RB.5 ƛ 1.2.3 ƛ 4.2 ƛ 4.1 = 0 RB =
5
Untuk mencari R AV dicari dulu R AH dengan syarat keseimbangan horizontal.
RAH 7H = 0
RAH ƛ RB sin2 = 0
3
RAH = .3.6 ton = 2.16 ton
5
Mencari R AV dengan 7 M B = 0
RAV 7 MB = 0
RAV.4 ƛ RAH.3 ƛ P 1.3 ƛ P2.2 ƛ q.2.1 = 0
RAV.4 ƛ 2.16.3 ƛ 4.3 ƛ 4.2 ƛ 2.1.1 = 0
RAV = 7.12 ton
63. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-7-
MENGHITUNG BIDANG NORMAL (N)
Beban P dan q diuraikan menjadi :
- // sumbu batang
- B sumbu batang
1
m
q
a
E
E
b
q
Gambar 2.26.b. Distribusi beban pada balok miring
Gaya yang // sebagai bata ng
menjadi gaya normal (N)
Gaya yang B sebagai batang
menjadi gaya lintang (D)
ND kn = -2q . sin E = -2 .1. 3/5 = -1.2 ton
(dari kanan)
ND kr = - (4 + 2) sin E = -6 .3/5 = - 3.6 ton
NC kr = - (4 + 4 + 2) sin E = -10. 3/5 = - 6 ton
MENGHITUNG GAYA LINTANG (D) (dari kanan)
DB kr = - RB = - 3.6 ton
Dari B ke D
Dx = - 3.6 + q.x . cos E
DD kn = - 3.6 + q.2 . cos E= - 3.6 + 2. 4/5 = - 2 ton
DD kr = -3.6 + (2 + 4) 4/5 = 1.2 ton
Dc kr = - 3.6 + (2 + 4 + 4) cos.E!4.4 ton
4/5
a
® ! q sin E ¾
¯
¿
b
° ! q cos E À
64. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-8-
1 t/mƞ
B
4t
4t
3m
D
x
C
A
1m
1m
2m
1 t/mƞ
MENGHITUNG BIDANG MOMEN (M)
Dihitung dari kanan
B
B ke D
4
t
x
1
Mx = RB .
.q.x ²
cos E 2
4
t
RB
D
C
x
A
Untuk x = 0
MB = 0
Untuk x = 2
M D = 3.6 .
2
1
.1.4 ! 7 tm
4/5 2
x
cos E
E
x
Mc
= RB .
3
- q.2.2 ƛ P.1
cos E
= 3,6 . 3,75 ƛ 2.2 ƛ 4.1 = + 5.5 tm
Gambar bidang M, N, D
1 t/mƞ
4t
B
65. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-9-
Seperti teori sebelumnya kita bisa menghitung gaya -gaya dalam dari dan
hasilnya harus sama. Seperti contoh dibawah ini.
Gambar 2.27. Bidang gaya dalam pada balok miring
66. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-10-
PERHITUNGAN DARI KIRI
RAV diuraikan menjadi :
RAV. Cos E (gaya B sumbu batang)
RAV . sin%
E
E
E
RAV. Sin E (gaya // sumbu batang)
RAV . cos E
RAV
RAH
RAH diuraikan menjadi :
R AH sin E
A
E
RAH. sin E (gaya B sumbu batang)
RAH. cos E (gaya // sumbu batang)
RAH cos E
N = - (RAV . sin E + RAH . Cos E) RAH = 2.16 t
D = + RAV . cos E - RAH . sin E
Sin E = 3/5
Cos E = 4/5
RAV = 7.12
NA kn = - (7.12 . 3/5 + 2.16 . 4/5) = - 6 ton
t
Gaya normal di C kanan ke D kiri adalah konstan
Di Nc kanan ada pengaruh beban P = 4 ton.
NC kn = - [(7.12 ƛ 4). 3/5 + 2,16 . 4/5] = - 3.6 ton
Gaya normal di D kanan ada pengaruh P = 4 ton.
NDkn = - [(7,12 ƛ 4 ƛ 4) 3/5 + 2,16 . 4/5] = - 1,2 ton
Gaya normal dari D ke B linier { NB = - 1.2 + q.2 . sin E
NB = - 1,2 + 2.1 . 3/5 = 0 ton
Gaya lintang DA kn = R AV cos E - R AH sin E
Gaya lintang dari A kn ke C kiri adalah konstan.
DA kn = 7.12 . 4/5 ƛ 2,16 . 3/5 = 4,4 ton
Gaya lintang di C kanan ada pengaruh P = 4 ton
Gaya lintang dari C kanan ke D kiri adalah konstan
Dc kn = (7,12 ƛ 4) 4/5 ƛ 2,16 . 3/5 = 1,2 ton
Gaya lintang di D kanan ada pengaruh P = 4t
DD kn = (7,12 ƛ 4 ƛ 4) 4/5 ƛ 2,16 . 3/5 = - 2 ton.
Gaya lintang dari D ke B adalah linier karena ada beban terbagi rata.
DB = -2 ƛ 2.1 . 4/5 = - 3,6 ton
2.5. Beban Segitiga
Pada kenyataan di lapangan beban tak hanya terpusat a tau terbagi
rata, namun ada yang berbentuk segitiga seperti beban tekanan ,
beban tekanan tanah dan lain sebagainya.
2.5.1. Pengertian Dasar
Beban segitiga seiring terjadi pada kenyataan di lapangan seperti
beban tekanan air dan tekanan tanah.
Contoh
dinding
dinding tangki
tangki
air
67. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
2.5.2.
Gambar 2.28.a. Diagram beban segitiga
-11-
68. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-12-
Dasar Penyelesaian
Prinsip dasar penyelesaiannya adalah sama dengan yang lain -lain
namun kita harus lebih hati -hati karena bebannya membentuk
persamaan.
Persamaan a x =
x
.a
l
a t/mƞ
ax
A
B
Px
RA =
a.l
6
2/3x 1/3x
RB =
a .l
ton
2
x
Gambar 2.28.b. Beban segitiga pada struktur
P=
l
Mencari Reaksi Perletakan
Titik berat beban P : 2/3 l dari A atau 1/3 l dari B
1/ 3 l
1/3 l
§ M B ! 0 p R A .l P .12/3 ! 0 p R A !
/ 3l l
P
l
1 / 3 l a.l a.l
ton
RA !
x
!
2
6
l
2/3 l
§ M A ! 0 p R B .l P . 2 / 3 l ! 0 p R B !
P
l
2 / 3 l a.l a.l
x !
R !
ton
l
2
3
Menghitung Bidang D (dari kiri)
X = variable bergerak dari A ke B
x
Di potongan x ax = . a
l
Beban segitiga sepanjang x Px = ½ x. ax
ax ²
x
Beban Px = ½ x . . a !
2l
l
Persamaan gaya lintang :
a.l ax ²
Dx = RA ƛ Px =
(parabola)
6 2l
Persamaan pangkat 2
Mencari tempat dimana gaya lintang = 0
a .l
3
71. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-15-
1 t/m'
¥
P
¥
q
3t
C
Balok miring ABC
ditumpu di A = sendi,
B = rol, seperti
tergambar
Beban q = 1 t/m· , P =
3 ton
Ditanyakan;
a) reaksi
perletakan
b) bidang N, D
dan M
B
30°
A
HA
VA
6m
1m
Soal 2
q = 1.5 t/m'
P=4t
RB
E
.
A
HA
3m
B
VA
4m
3m
Portal ACB dengan
perletakan A = sendi ,
B = rol, seperti
tergambar;
Beban q = 1 t/m· , P =
3 ton
Ditanyakan;
a) reaksi
perletakan
b) bidang N, D
dan M
Soal 3 : Balok dengan beban segitiga.
¦
q
t/m'
X
RHA
A
VA
RB
L
Balok AB dengan beban segitiga seperti tergambar
A = sendi, B = rol
Ditanyakan;
a) reaksi perletakan
c) bidang N, D dan M
Soal 4
72. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-16-
RHA
§
q
3 t/m'
A
C
B
RAV
RB
2m
4m
Balok ABC dengan beban segi tiga q = 3 t/m ditumpu pada A = sendi ,
B = rol, seperti tergambar;
Ditanyakan;
a) reaksi perletakan
b) bidang N, D dan M
2.5.4. Rangkuman
Balok miring adalah balok yang seiring dipergunakan dalam struktur
tangga, ketelitian perhitungan perlu.
Beban segitiga (() adalah beban yang terjadi akibat tekanan air dan
tekanan tanah, besarnya merupakan fungsi x.
-
2.5.5. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat kunci soal -soal
yang ada sebagai berikut :
Soal no. 1
Keterangan
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
Reaksi miring
A : VA
B : RB
Atau : H B
VB
A : HA
4.12 ton
5.63 t
2.815 t
4.88 t
3 ton
o
A
B kiri
B kanan ² C
A
B kiri
B kanan ² C
X = 2.88m jarak miring dr A
A
B
C
X = 2.88 m
9.76 ton
1.50 t
1.50 t
2.16 t
t
2.6 t
0
0
3 tm
0
3.11 tm
Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
Momen = M
n
o
p
- tekan
- tekan
- tekan
+
+
+
73. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-17-
Jawaban soal no. 2
Keterangan
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
A : VA
B : RB
A : HA
Sin E
Cos E
A
C bawah
C kanan ² B
A
C kiri
C kanan ² B
A
C
X = 2 m horisontal
dari A
B
6 ton
4 ton
0
3/5
4/5
3.6 ton
0
0
5.2 ton
0
4 ton
0
12 tm(max)
9 tm
o
o
p
Reaksi horisontal
Data pendukung
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
Momen = M
- tekan
+
+
+
0
Jawaban soal no. 3
Keterangan
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
A : RAV
q.l
6
q.l
3
0
0
q.l
6
q.l
3
0
o
B : RB
Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
A : RAH
A-B
A «««..
B «««..
X=
L
3
= 0.5774 L dari A
Momen = M
A
B
C
X=
Jawaban soal no. 4
L
3
««««.
o
+
-
0
0
0.06415 x q
x l2
(max)
+
74. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-18-
Keterangan
Titik
Nilai
Tanda/arah
Reaksi vertikal
A : VA
B : RB
A : RAH
A²B-C
A
B kiri
B kanan
C
X = 2.24m dari B
A
B
X = 2.24m
4.5 ton
4.5 ton
0
0
4.5 ton
3.5 ton
1 ton
0
0
0
0.67 tm
3.73 tm
o
o
p
Reaksi horisontal
Gaya normal = N
Gaya lintang = D
Momen = M
2.5.6. Daftar Pustaka
-
Suwarno, ƏMekanika Teknik Statis TertentuƐ, UGM, Bab I
-
Soemono, ƏStatika IƐ, ITB, Bab I.
2.5.7. Senarai
Balok miring = balok yang membentuk sudut
Beban segitiga
= besarnya merupakan fungsi x
+
+
+
75. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
4/5 RB
-19-
RB
3/5 R B
catatan : q.2.2
2 = panjang beban terbagi rata
2 = jarak titik berat q ke titik D.
x
Di ujung titik A RAV dan RAH diuraikan menjadi gaya -gaya yang B (tegak
lurus) dan // (sejajar) dengan sumbu
x
= jarak R B ke sepanjang batang
cos E
BD
x
.a
l
a .l
ton
Resultante Beban : P =
2
Persamaan garis ax =
Diketahui :
76. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-20-
Balok di atas 2 perletakan A dan B, dengan beban segitiga diatasnya,
tinggi beban di atas perletakan B adalah 3 ton/mƞ= h.
Ditanya : Selesaikan dan gambar bidang gaya dalamnya
Pada pelaksanaan sehari -hari sering dijumpai beban yang berbentuk
linier segitiga, seperti bebab Tekanan tanah dan beban air pada
tandon air, bagaimana penyelesaiannya bisa lihat dalam contoh soal.
Balok statis tertentu diatas 2 perletakan dengan beban U (segitiga)
seperti pada gambar.
Tahap penyelesaiannya adalah sebagai berikut :
Persamaan a x =
x
.a
l
a t/mƞ
ax
A
B
Px
RA =
a.l
6
RB =
2/3x 1/3x
P=
a .l
ton
2
x
l
2/3 l
1/3 l
a.l
3
77. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-21-
2.6. Gelagar Tidak Langsung
2.6.1. Pengertian Dasar
Ada beberapa macam model jembatan yang ada di lapangan yaitu jembatan
yang terbuat dari beton dan jembatan yang terbuat dari kayu,
bambu, dan profil baja.
Kalau jembatan yang terbuat dari beton karena bentuknya bisa
dibuat sesuai dengan yang diinginkan, maka dalam hal ini roda
kendaraan bisa diterima langsung oleh plat lantai yang terbuat dari
beton tersebut.
Plat lantai kendaraan yang
terbuat dari beton
Gambar 2.30.
Jembatan dengan
gelagar langsung
Jembatan yang roda kendaraannya bisa diterima langsung oleh plat lantai
kendaraan yang terbuat dari beton disebut dengan gelagar
langsung.
Untuk jembatan yang terbuat dari kayu, bambu, baja, maka roda
kendaraan tidak bisa secara langsung diterima oleh struktur kayu,
bambu atau baja tersebut, melainkan harus lewat suatu perantara
yang disebut dengan gelagar melintang, gelagar memanjang dan
plat lantai dasar (lihat Gambar 2.31).
Untuk jembatan dimana yang roda kendaraan tidak bisa langsung
diterima oleh struktur utama disebut dengan gelagar tidak langsung
atau beban tidak langsung yang mana da lam penggambaran
seperti pada Gambar 2.31.
78. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-22-
arah
muatan
aspa
l
Gel.
melintang
Potongan
melintang
Gelagar
induk
Gel.
memanjang
Potongan Melintang
Gambar 2.31. Skema gelagar tidak langsung dari suatu
jembatan
79. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-23-
2.6.2. Skema Penggambaran MuatanTidak Langsung dalam
Mekanika Teknik
Untuk mempercepat perhitungan maka struktur dengan muatan tak
langsung harus mengalami penyederha naan.
gel. memanjang
gel. melintang
gel. induk /
Gambar 2.32. Penyederhanaan awal, gel. tida k
langsung
Gambar 2.33.
Penyederhanaan
akhir, untuk
gel. tidak
2.6.3. Cara distribusi beban
Karena roda kendaraan tidak langsung diterima oleh gelagar utama (gel. induk),
melainkan lewat perantara gelagar melintang, maka beban yang
diterima oleh gelagar induk tidak selalu sama dengan beban yang
berada diatas jembatan.
q kg/mƞ
P
beban terbagi
rata
gel. melintang
P
beban
terbagi
rata
diatas gel. memanjang
P
P
P
gelagar induk / utama
beban terbagi rata tersebut akan
ditransfer ke gelagar induk melewati
gelagar
melintang
jadi
yang
sebenarnya beban merata, mas uk ke
gelagar induk (utama) menjadi beban
80. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
a
-24-
Q
Jika beban terpusat Q berada diantara gel.
b
melintang, maka Q tersebut didistribusi
menjadi beban Q 1 dan Q 2. dimana
Q2 =
P
Q1
b
a
Q dan Q1 !
x
x
Q2
A
Gambar 2.35. Distribusi beban terpusat pada gelagar tidak langsung
BEBAN TAK LANGSUNG
Contoh :
Suatu gelagar yang tidak langsung mendapat beban q t/m¶ dengan jumlah bentang gel. memanjang
genap.
II
I
q
t/mƞ
II
P/2
I
gelagar
induk
6P
P
P
P
Potongan I ƛ I = tepat diatas gel.
melintang
Potongan II-II = ditengah-tengah gel.
melintang
3 q P II I
P
Menghitung momen di potongan I -I
P
P/2
3qP
M I (untuk potongan I -I)
M I = RA . 2P - P/2 . 2P
- P. P
= 6q P² - qP² - qP²
= 4 q P²
(muatan tidak langsung)
81. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-25-
Kalau dicek memakai muatan langsung adalah :
M I = beban langsung
M I = 3.q P . 2P - ½ q (2P)²
= 6q P² - 2 q P² = 4 q P²
Catatan :
Besar M (momen) pada titik balok penghubung (gel. Melintang) boleh
dihitung sebagai beban langsung.
Penyelesaian :
P=qP
RA = RB = 3q P
Beban diantara perletakan P = q P
Beban di atas perletakan P/2 = q P/2
Perhitungan Momen
Pada Potongan II q t/mƞ
II
Dengan memakai beban langsung
MII
= 3 qP . 1.5 P - ½ q (1.5 P)²
= 4.5 P² - 1.125 qP²
II
P
= 3.375 qP²
P/2
3qP
qP
½ qP
II
Jika dihitung dengan beban tidak langsung
P
P/2
3qP
q t/mƞ
II
M II
= 3q P . 1.5P - ½ q P . 1.5 P
- q P . ½ P = 3.25 q P²
Perbedaan momen (0.125 q P²)
q t/mƞ
Perbedaan tersebut adalah dari :
P
Momen lantai =
0.125 qP²
kendaraa
1
q P ² ! 0.125 q P ²
8
82. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-26-
Catatan :
Momen tidak langsung (diantara gelagar)
MII
= M langsung ƛ M. lantai
= 3.375 q P² - 0.125 q P²
= 3.25 q P²
jadi dalam hal ini ada perbedaan nilai perhitungan momen pada gelagar
tak langsung untuk potongan dibawah gelagar melintang dan potongan
diantara gelagar melintang.
Perhitungan gaya lintang (D)
½
P
P
P
P
½ P
P
P
Walaupun beban terbagi rata, tapi kalau
gelagarnya tidak langsung, maka gambar
bidang D (bidang gaya lintang), garisnya
3P
3P
P
2½
P
bukan linier, namun s eperti gaya lintang
beban terpusat.
P
+
P
P
P
2½
P
Bidang D
Gambar 2.37. Bidang gaya l intang (D) dari gelagar
tidak langsung
83. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-27-
2.6.4. Latihan
Soal 1:
Balok AB mendapat beban tak langsung
seperti tergambar, q = 1,5 t/mƞ
sepanjang bentang.
Ditanyakan :
a). Gaya reaksi V A,
H A , RB
b). Bidang N, D, M
q = 1.5 t/mƞ
A
1 2
3
HA
VA P
P
P
=
2m
5
B
4
P
R B
Soal 2 :
P1=3t
1m
2
3
1
P2=1t
4
5
6
HA
P
P
= 3m
P
P
B
P
RB
VA
C
Balok ABC mendapat beban tak
langsung seperti tergambar,
3t
P 2 = 1t
Ditanyakan : a). Gaya reaksi V A, H A,
RB
b). Bidang N, D, M.
2.6.5. Rangkuman
-
Gelagar tidak langsung biasanya terdapat pada jembatan kayu
atau baja
-
Apapun
bentuk
beban
yang
terdapat
diatas
jembatan,
transfernya ke gelagar utama selalu berbentuk beban terpusat.
2.6.6. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci kunci yang ada.
P1 =
84. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
Soal no 1
Keterangan
Reaksi Vertikal
Reaksi Horizontal
Beban Pada Titik
Gaya Normal = N
Gaya Lintang = D
Momen = M
-28-
Titik
A : VA
B : RB
A : HA
1
2
3
4
5
1-2-3-4-5
1-2
2-3
3-4
4-5
A=1
2
3
4
5=B
Nilai
6t
6t
0
1,5 t
3,0 t
3,0 t
3,0 t
1,5 t
0
4,5 t
1,5 t
1,5 t
4,5 t
0
9 tm
12 tm
9 tm
0
Arah / Tanda
o
o
Titik
A : VA
B : RB
A : HA
1
2
3
4
5
6
1-2-3-4-5-6
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
A=1
2
3
4
Nilai
1,75 t
2,25 t
0
0
2t
1t
0
0
1t
0
1,75 t
0,25 t
1,25 t
1,25 t
1,00 t
0
5,25 tm
4,5 tm
0,75 tm
Arah / Tanda
o
q
q
q
q
q
Soal No. 2
Keterangan
Reaksi Vertikal
Reaksi Horizontal
Beban Pada Titik
Gaya Normal = N
Gaya Lintang = D
Momen = M
q
q
q
85. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
5=B
6=C
AƛBƛC
3,0 tm
0
0
A
B kiri
B Kanan
C
X = 2.24 m dari
B
A
B
X = 2.24 m
4.5 ton
3.5 ton
1 ton
0
0
+
+
Gaya Normal = N
Gaya Lintang = D
Momen = M
-29-
0
0.67 tm
3.73 tm
+
2.6.7. Daftar Pustaka
-
Soemono, ƏStatika IƐ, ITB-Bab I
-
Suwarno, ƏMekanika Teknik Statis TertentuƐ, UGM Bab I.
2.6.8. Senarai
Muatan tak langsung = beban tak langsung = beban yang tak
langsung terletak di balok induk.
86. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
2.7.
-30-
Garis Pengaruh
2.7.1. Pendahuluan
Kalau kita meninjau atau melihat suatu jembatan, maka struktur
tersebut selalu dilewati oleh suatu muatan yang berjalan.
Di sisi lain kalau kita meng analisa struktur maka yang dicari dari struktur tersebut
adalah, reaksi-reaksi kemudian gaya -gaya dalamnya yaitu, gaya momen,
gaya lintang dan gaya normal. Jika dua hal tersebut dipadukan, maka
kaitannya adalah : Berapa besarnya nilai maksimum dari gaya -gaya dalam
di suatu tempat di struktur tersebut, jika ada muatan yang berjalan di
atasnya ?. Untuk menjawab hal tersebut diperlukan suatu garis pengaruh.
Garis pengaruh ini sebagai alat bantu untuk mencari nilai reaksi; gaya
momen, gaya lintang, dan gaya no rmal,
jika di atas struktur jembatan
tersebut berjalan suatu muatan.
2.7.2. Pengertian Dasar
Untuk mempermudah suatu penyelesaian, maka didalam suatu
garis pengaruh, muatan yang dipakai sebagai standard adalah
beban P sebesar satu satuan (ton atau kg atau Newto n) yang
berjalan diatas struktur suatu jembatan tersebut.
Sedang bentuk garis pengaruh tersebut adalah suatu garis yang
menunjukkan nilai dari apa yang akan dicari tersebut misal : Reaksi
(R) atau gaya momen (M) atau, gaya lintang (D) atau gaya normal
(N) di suatu tempat pada gelagar tersebut.
Definisi
Garis pengaruh : adalah garis yang menunjukkan besarnya R (Reaksi),
atau gaya dalam M (Momen), atau N (Normal), atau D (Lintang)
disuatu titik akibat pengaruh dari muatan sebesar 1 ton berjalan.
87. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-31-
Contoh 1 : Mencari garis pengaruh Reaksi (R A dan R B)
x
x = variabel sesuai letak (posisi) P yang bergerak
P=1
ton
dari titik A ke titik B
A
B
Muatan P = 1 ton berjalan dari A ke B
G.P.R A (Garis Pengaruh Reaksi di A)
RA
l
RB
7 MB = 0
RA =
G.P. R A
RA . l ƛ P (l-x) = 0
P(l - x) l x
!
ton (linier )
l
l
Untuk P di A
Untuk P di B
+
1 ton
x=0
x=l
RA = 1 ton
RA = 0 ton
G.P.RB (Garis Pengaruh Reaksi di B)
7 M A = 0 R B.l ƛ P.x = 0
P.x x
RB =
ton (linier)
!
l
l
G.P. R B
+
1 ton Untuk P di A
Untuk P di B
Gambar 2.38. Gambar garis pengaruh R A dan
RB
x=0
x=l
RB = 0
RB = 1 ton
88. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-32-
2.7.3. Kegunaan dari suatu Garis Pengaruh
X
P=1
t
A
B
RA
1t
l
RB
Ini adalah GP.R A (Garis Pengaruh Reaksi di
A)
Garis ini menunjukkan besarnya nilai R A sesuai
dengan posisi P yang berjalan diatas gelagar
+
GP.R A
+
C
A
a
1t
+
b
y1
GP.RA
y2
+
GP.R B
P=1
t
Gambar 2.39
D
A
c
1t
d
y3
+
GP.RA
GP.RB
Gambar 2.40
P= 4
ton
+
y4 +
C
A
a
1t
Ini adalah GP.R B (Garis Pengaruh Reaksi di
B)
Garis ini menunjukkan besarnya n ilai R B sesuai
B dengan posisi P yang berjalan diatas gelagar
P=1 GP.R B
t
* Jika beban P = 1 ton berada di titik C
sejauh a dari perletakan A dan sejauh b
dari perletakan B, maka besarnya reaksi di
A RA = y1 dan besarnya reaksi di B R B
= y2, dimana
1t
b
a
y1 =
ton
dan y 2 =
ton, jadi
l
l
b
a
ton dan R B =
ton
RA =
l
l
B Gambar 2.39. Kegunaan dari garis pengaruh
untuk beban di titik c
* Jika beban P = 1 ton berada di atas titik D
sejauh c dari perletakan A dan sejauh d
dari perletakan B, maka besarnya reaksi
di A R A = y3 dan besarnya reaksi di B
1t
RB = y4, dimana
d
c
ton
dan y 4 =
ton, jadi
y3 =
l
l
d
c
RA =
ton dan R B =
ton
B
l
l
b
Gambar
1t
+
y1
GP.R A
y2
2.40.
Kegunaan
digaris
pengaruh untuk beban di
titik D
Bagaimana kalau P tidak sama dengan
1 ton
Jika P = 4 ton terletak di titik c
Maka untuk y1 dan RB 4 . y2
Gambar 2.41.
Kegunaan garis pengaruhRA = 4 .beban tidak=sama atau
4b
4a
dengan 1 ton
RA =
dan RB !
l
l
GP.R B
+
1t
89. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-33-
P=6
t
Jika P = 6 ton terletak ti titik D
D
A
B
c
d
RA =
y3
+
1t
Maka RA = 6 . y3 dan R B = 6 y4 atau
c
6d
ton dan R B ! 6 ton
l
l
Gambar 2.42. Kegunaan garis pengaruh
GP.R A
untuk beban P = 6t
y4
GP.RB
+
+
1t
Bagaimana kalau ada beberapa muatan :
P= 4
ton
P2= 6
ton
C
A
D
a
P1 = 4t di c, sejarak dari titik A, sejarak b
b
sejarak d dari titik B, maka
y3
GP.RA
+
y2
GP.R B
dari titik B, dan P 2 = 6t sejarak c dari titik A,
d
y1
Jika di atas gelagar ada muatan
B
c
1t
y
y4
1t
+
RA = 4y1 + 6y3 = 4 .
b
d
ton 6 ton
l
l
RB = 4 y2 + 6 y4 = 4
c
a
ton 6 ton
l
l
Gambar 2.43. Kegunaan garis pengaruh
untuk beban P 1 = 4 ton dan P 2
= 6 ton
Beberapa Contoh
1.
Mencari Garis Pengaruh Gaya Lintang (G.P.D)
P = 1 ton berjalan dari A ke B
X = variabel yang bergerak sesuai dengan posisi P dari A ke B
C = suatu titik terletak antara A ƛ B
90. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-34-
P = 1t
G.P. Dc (Garis Pengaruh Gaya Lintang di
C)
x
B
A
P berjalan dari A ke C
C
7 MA = 0
RA
RB
l
RB =
a
b
RB . l ƛ P.x = 0
Px x
! ton
l
l
Dc dihitung dari kanan
Dc = -RB =
P = 1t
x
ton (linier)
l
Untuk P di A
x=0
Dc = 0
Untuk P di C kr x = a
Dc = -
x
A
a
ton
l
B
C
a
l
G.P. R B
P berjalan dari C ke B
P (l x ) l x
RA =
!
ton
l
l
Dc dihitung dari kiri
+
b/l
Dc = RA =
G.P. R A
G.P. D c
l x
ton (linier )
l
Untuk P di C kn
Dc =
x=a
l a b
! ton
l
l
ll
! 0 ton
l
Gambar 2.44. Gambar garis pengaruh
gaya lintang
92. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-36-
3. Contoh lain
Diketahui : Balok ABC diatas 2
perletakan A dan B
P
x
D
C
B
A
2
m
l=6
m
l 1= 2 m
Ditanya : Gambar Garis Pengaruh R A,
RB, M D, DD, DBkn
Jawab :
GP.R A : 7 MB = 0
GP.RA
1t
GP.R B : 7 . M A = 0
GP.R B
+
1t
Untuk P di A
Untuk P di B
Untuk P di C
8 8
! !
RB =
l 6
4
3
2/3
ton
GP.M D
GP.R A.2
4
tm
3
GP.R B
GP.DD
-
2
3
1
t
3
+
GP.R A
x=0
x=l
x=8
4
ton
3
x
ton
lt
RB = 0
RB = 1 ton
RB =
GP. MD
P antara A-D
-
+
1
t
3
lx
ton
l
1/3
t
Untuk P di A x = 0 RA = 1 ton
Untuk P di B x = l RA = 0
Untuk P di C x = 8
1
l 8 68
2
RA =
!
! ton ! ton
3
l
6
6
-
+
GP.R B.4
RA =
lihat kanan bagian
x
M D = RB . 4 =
. 4 tm
l
Untuk P di A x = 0 MD = 0
Untuk P di D x = 2 m
2.4 4
MD =
! tm
6
3
P antara D-C lihat bagian
l x
M D = RA . 2 =
.2
l
Untuk P di D x = 2m
4
l 2
62
.2 ! tm
.2 !
MD =
3
l
6
Untuk P di B x = 8 m
2
68
MD =
. t ! tm
3
63
93. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-37-
GP.DD
P antara A-D
lihat kanan bagian
x
ton
l
x = 0 DD = 0
x = 2 DD = -2/6 ton = -1/3 ton
D D = - RB = P di A
P di D
P antara D-C
D D = RA =
lihat kiri bagian
l x
ton
l
P di D
x=2
P di B
x=6m
62 2
! ton
6
3
DD = 0
P di C
x=8m
DD =
DD =
68
1
! ton
6
3
GP.DBkr
Bkn
Bkr
C
B
A
P antara A-Bkr
lihat kanan bagian
DBkr = - RB
P antara B-C
GP.DBkr
-
1t
GP.R A
lihat kiri bagian
DBkr = + RA
1/3
t
GP.DBkn
GP.R B
P antara A ƛ B
lihat kanan bagian
DBkn = 0
GP.D Bkn
P antara B ƛ C
DBkn = P = 1 ton
+
1t
lihat kanan bagian
GP.MB
2 tm
P antara A ƛ B
lihat kanan bagian
MB = 0
GP.M B
-
P antara B ƛ C
lihat kanan bagian
M B = -x tm
x
x=0
P di C
Gambar 2.46.
Gambar knmacam-macam garis
P di B
x = 2m
MB = 0
M B = -2 tm
95. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-39-
2.7.5. Rangkuman
o
Garis pengaruh adalah : garis yang menunjukkan besarn ya reaksi atau
gaya-gaya dalam disuatu titik, akibat muatan berjalan sebesar 1 ton.
o
Beban yang dipakai untuk garis pengaruh adalah satu satuan muatan
(ton atau kg atau Newton).
2.7.6. Penutup
o Untuk
mengukur
prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil jawaban
sebagai berikut :
Jawaban soal no. 1
Keterangan
P = 1 ton di titik
Nilai
RA
A
B
A
B
A
1 ton
0
0
1 ton
0
3
t
8
5
8
RB
DI
I kiri
I kanan
MI
A
B
I
RA max.
= + 5.5 ton
D I (+) max. = + 3.3 ton
MI max.
= + 9 tm
Mmax. Max. = + 9.1875 tm
0
0
15
tm
8
Tanda/arah
+
o
+
o
+
+
96. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-40-
Jawaban soal no. 2
Keterangan
P = 1 ton di titik
Nilai
RA
A
B
C
A
B
C
A
I kiri
I kanan
B
C
A
B
I
C
A
B
C
1 ton
0
0.3 ton
0
1 ton
1.3 ton
0
0.4 ton
0.6 ton
0
0.3 ton
0
0
2.4 tm
1.2 tm
0
0
3 TM
RB
DI
MI
MB
RB max.
MI max.
Tanda/arah
+
o
-
o
+
+
o
o
+
-
+
-
-
= + 5.175 ton
= + 9.18 tm
2.7.7. Daftar Pustaka
- Soemono, ƏStatika IƐ, ITB, Bab I.
-
Suwarno, ƏMekanika Teknik Statis TertentuƐ, UGM Bab I.
2.7.8. Senarai
- Garis pengaruh
-
Beban berjalan
97. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-41-
MODUL : 3 : ARTI BALOK GERBER DAN CARA
PENYELESAINNYA
3.1. Judul : BALOK GERBER
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca materi ini diharapkan mahasiswa mengerti apa arti
balok gerber serta mengetahui bagaimana cara menyelesaikan struktur
tersebut.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa diharapkan bisa mengerti dengan seksama tentang pengertian
balok gerber, syarat -syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan dan
mahasiswa bisa menggambarkan bidang -bidang gaya dalam balok
tersebut.
3.1.1. Pendahuluan
Didalam kenyataan se -hari-hari jarang dijumpai jembatan y ang
berbentang Satu.
(
). Untuk mengatasi penyeberangan sungai
yang mempunyai lebar
100 m
penampang cukup besar (100m) (
) maka dibuatlah suatu
jembatan yang berbentang lebih dari satu, sehingga mempunyai
perletakan 2 buah.
a).
A
B
Jembatan berbentang
satu
Kalau dilihat pada gambar b,
perletakan dari jembatan tersebut
2 buah, yaitu 3 buah dimana A =
sendi; B = rol dan C = rol. Kalau di
perletakan A terdapat 2 reaksi
(karena A = sendi) yaitu R AH dan
R AV, perletakan di B terdapat 1
reaksi (karena B = rol) yaitu R BV,
perletakan di C ada 1 reaksi (karena
C = rol) yaitu R , maka jumlah
98. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
b).
A
-42-
B
C
Jembatan berbentang lebih dari
satu
Gambar 3.1. Macam-macam bentang
jembatan
Jika dalam persamaan keseimbangan hanya punya 3 buah ( 7V = 0; 7H =
0; 7M = 0) berarti untuk bisa menyelesaikan struktur jembatan (b) masih
memerlukan 1 buah persamaan baru lagi, supaya bilangan yang tidak
diketahui yaitu RAV; RAH; RBV, RCV bisa didapat sedang untuk konstruksi
statis tertentu persamaan yang tersedia hanya 3 buah yiatu 7V = 0; 7H =
0; 7M = 0. dalam keadaan tersebut konstruksi jembatan (b) disebut
dengan kontruksi statis tidak tertentu.
Kalau 1 (satu) persamaan baru tadi bisa disediakan maka syarat syarat keseimbangan masih bisa dipakai untuk menyelesaikan konstruksi
jembatan (b) tersebut (4 buah bilangan yang dicari yaitu R AV; RAH; RBV,
RCV dengan 4 buah persamaan yaitu 7V = 0; 7H = 0; 7M = 0 dan 1 (satu)
persamaan baru). Dalam kondisi tersebut konstruksi masih
tertentu,
karena
masih
bisa
diselesaikan
dengan
statis
syarat -syarat
keseimbangan dan konstruksinya dinamakan dengan konstruksi balok
gerber.
A
B
D
C
Sendi
gerber
Gambar 3.2. Skema balok gerber
Jika 1 (satu) persamaan baru tersebut
dengan memberikan 1 buah perletakan
baru di D yang berbentuk sendi, maka
persamaan baru tersebut adalah 7 M D =
0
Sedang titik D tersebut disebu t dengan
sendi gerber
3.1.2. Definisi Balok Gerber
Dengan uraian seperti dalam pendahuluan, maka bisa didefinisikan
bahwa :
99. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-43-
Konstruksi balok gerber :
adalah suatu konstruksi balok jembatan yang
mempunyai jumlah reaksi perletakan 3 buah,
namun masih bisa diselesaikan dengan syarat syarat keseimbangan.
100. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-44-
Contoh :
Sendi gerber
RAH
B
A
RAV
D
RBV
C
RCV
Suatu
konstruksi
balok
gerber
ABC
dengan
perletakan :
A = sendi, dimana ada 2
reaksi yaitu R AV dan R AH.
B = rol, dimana ada 1 reaksi
yaitu R BV.
C = rol, dimana ada 1 reaksi
yaitu R CV
Jadi jumlah reaksi adalah 4
buah yaitu, R ; R ; R dan
Persamaan yang tersedia adalah :
3 (tiga) buah persamaan syarat keseimbangan yaitu 7V = 0; 7H = 0
dan 7M = 0
1 (satu) buah persamaan baru yaitu 7 M D = 0
Jadi jumlah persamaan ada 4 (empat) buah yaitu 7V = 0; 7H = 0; 7M = 0
dan 7M D = 0.
Kondisi kontruksi tersebut adalah :
Jumlah bilangan yang tidak diketahui = jumlah persamaan yang ada ( 7V
= 0; 7H = 0; 7M = 0 dan 7MD = 0) = jumlah persamaan
(yaitu R AV; RAH; RBV dan R CV) = jumlah bilangan yang dicari
Maka konstruksi tersebut, disebut dengan konstruksi balok ge rber, yang
masih statis tertentu.
101. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-45-
3.1.3. Bentuk Sendi Gerber
Kalau balok gerber tersebut adalah dibuat dari balok beton, maka bentuk
konstruksi gerber tersebut seperti pada gambar.
Sendi gerber
D
A
B
C
RAH
R AV
RB
RC
Detail perletakan D
(sendi gerber)
Gambar 3.3. Detail sendi gerber
102. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-46-
D
B
A
C
RAH
RAV
RCV
RBV
D
B
A
C
RAH
RCV
RAV
RBV
atau
D
C
RDH
RDV
A
B
RAH
RDV
R CV
D
RDH
RAV
R BV
Gambar 3.4. Skema pemisahan balo k gerber
Catatan : Reaksi di balok DC menjadi (beban) pada balok AB.
Jadi kalau diuraikan balok gerber ABC tersebut merupakan gabungan dari
2 balok statis tertentu DC dan ABD, dimana balok DC tertumpu di balok
AB.
3.1.4. Menentukan letak sendi gerber
B
A
beban = q
kg/mƞ
C
103. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-47-
Jika dalam balok ABC, sendi gerber
belum ada, maka konstruksinya masih
statis tak tertentu, dan jika diberi beban
terbagi rata sebesar q kg/mƞ, maka
gambar bidang momennya (bidang M)
seperti gambar dibawahnya. Bagaimana
cara mencari bidang momen (bidang M)
tersebut, untuk mahasiswa semester I
belum bisa mengerjakan, jadi untuk
sementara diterima saja. Kalau dilihat
dari sub bab 3.1.2. dimana di titik D
dibuat sendi gerber dengan persamaan
baru 7M D = 0, maka alangkah tepatnya
jika untuk menentukan posisi di titik D
dicari tempat-tempat yang momennya
Gambar 3.5. Balok statis tak
tentu dan skema
bidang momennya
Dalam hal seperti tersebut diatas, alternatif tempat dimana momennya
sama dengan nol adalah titik 1 dan 2 yang posisinya di kiri dan kanan
perletakan B. Karena kita hanya membutuhkan 1 (satu) buah persamaan
baru, maka kita cukup memilih salah sa tu dari 2 (dua) alternatif tersebut
sendi gerber
diatas, sehingga struktur bisa diselesaikan.
D
B
C
Cara memilih : alternatif (1), jika kita
a1 A
1
memilih titik (1) sebagai sendi gerber,
maka gambarnya adalah seperti pada
1
A
Gambar a 1 dimana balok AD terletak di
D
B
a2
C
atas balok DBC, balok tersebut jika
disederhanakan
D
Gambar
A
a 2,
akan
dan
seperti
jika
pada
diuraikan
strukturnya akan seperti pada gambar
a3
B
C
TIDAK MUNGKIN
Gambar 3.6. Penentuan sendi gerber
yang tak mungkin
Perhatikan
a 3.
Apakah mungkin ?
104. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-48-
Lihat balok AD, perletakan A = sendi dengan 2 reaksi (R AV, RAH)
perletakan D = sendi dengan 2 reaksi (R DV, RDH), sehingga jumlah reaksi
ada 4 (empat) buah, sehingga strukturnya adalah statis tidak tertentu.
Perhatikan balok DBC; perletakan B = rol dengan 1 buah reaksi (R
BV);
perletakan C = rol dengan 1(satu) buah reaksi (R CV), sehingga jumlah
reaksi hanya ada 2 (dua) buah, karena kedua perletakan B dan C adalah
rol, maka struktur balok DBC tidak stabil sendi gerber adalah tidak
Alternatif 2
mungkin.
D
sendiC
gerber
b1
Jika yang
2
A
B
sebagai
C
B
b2
dipilih adalah titik (2)
sendi
gerber,
maka
gambarnya adalah seperti gambar
(b1) dimana balok DC terletak diatas
A
balok
ABD,
gambarnya
RDH
C
D
B
D
tersebut
disederhanakan
jika
akan
seperti pada gambar (b 2), dan jika
diuraikan strukturnya ak an menjadi
RDV
b3 A
balok
RDH
seperti pada gambar (b 3) apakah
mungkin ?.
Perhatikan balok DC yag terletak
diatas balok ABD. Perletakan D =
Gambar 3.7. Balok gerber dan cara
pemisahannya
sendi mempunyai 2 (dua) reaksi
yaitu
R DV
dan
R DH,
sedang
Jumlah letak reaksi adalah 3 (tiga), maka konstruksi balok DC adalah
statis tertentu
y Perhatikan balok ABD, perletakan A = sendi, mempunyai 2 (dua) reaksi
yaitu R AH dan R AV, perletak B = rol, mempunyai 1 (satu) reaksi yaitu
RBV.
Jumlah total reaksi adalah 3 (tiga) buah, jadi konstruksi balok ABD
masih statis tertentu.
y Jadi pemilihan titik (2) sebagai sen di gerber adalah mungkin.
106. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-50-
3.1.5. Mekanisme Penyelesaian Balok Gerber
a
A
D
B
C
Jika
ada
suatu
konstruksi
balok
gerber seperti pada gambar a, maka
D
b1
1
yang
perlu
dikerjakan
pertama
adalah memisahkan balok tersebut
A
B
menjadi beberapa konstruksi balok
C
statis tertentu.
D
b2
A
Jika
gambar
RD
B
konstruksinya
(a),
memisahkan
seperti
maka
kita
konstruksi
pada
bisa
tersebut
b1 dan b 2
C1
C
beberapa
konstruksi
menjadi
beberapa
konstruksi
tertentu
seperti
pada gambar (b) atau (c),
tidak
D
C
A
menjadi
tersebut
RD
dimana
gambar (b) terdiri dari gambar (b 1)
dan (b 2), demikian juga gambar (c)
B
D
C
RD
RD
C2
A
B
C1 dan C2
statis
mungkin
Gambar 3.8. Skema penyelesaian balok gerber
Tinjauan gambar b 1 dan b2
107. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-51-
Titik D dari balok ABD (gambar (b1) menumpu pada titik D pada balok DC,
dan jika dijabarkan (diuraikan) strukturnya akan menjadi seperti gambar
(b2), dimana titik D pada balok ABD menumpu pada titik D balok DC,
sehingga reaksi R D dari balok ABD akan menjadi beban (aksi) pada titik D
balok DC.
Perhatikan struktur balok ABD (gambar b2), per letakan A = sendi (ada
2 reaksi); perletakan B = rol (ada 1 reaksi), perletakan D = sendi (ada
2 reaksi). Jadi total perletakan balok ABD ada 5 (lima) buah, jadi balok
ABD merupakan balok statis tidak tertentu.
Perhatikan balok DC (gambar b2), titik D = be bas (tak mempunyai
tumpuan), jadi tidak ada reaksi, perletakan, c = rol (ada 1 reaksi), jadi
jumlah total reaksi hanya ada 1 buah yaitu R CV di C. Dalam kondisi
seperti tersebut diatas balok DC merupakan balok yang tidak stabil
atau labil. Sehingga alternatif (b) adalah tidak mungkin.
Tinjauan gambar (c1) dan (2)
Titik D dari balok DC (gambar (C1) menumpu pada titik D balok ABD, dan
jika diuraikan strukturnya akan menjadi seperti pada gambar (C2), dimana
titik D dari balok DC menumpu pada titik D balok ABD, sehingga reaksi RD
dari balok DC akan menjadi beban (aksi) pada titik D balok ABD.
Perhatikan struktur balok DC gambar (C2), perletakan D = sendi, (ada
2 reaksi), perletakan C = rol (ada 1 reaksi) total jumlah perletakan
ada 3 (tiga) buah.
Jadi balok DC adalah balok statis tertentu
Perhatikan struktur balok ABD (gambar (C2)), perletakan A = sendi
(ada 2 reaksi), perletakan B = rol (ada 1 reaksi) jumlah perletakan
ada 3 (tiga) buah. Jadi balok ABD adalah balok statis tertentu juga.
Jadi alternatif (C) adalah mungkin.
108. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-52-
Tahapan Penyelesaian
q
Sendi gerber
P
D
a
A
B
Kalau kita mempunyai balok
gerber ABC seperti pada gambar
(a), yang kemudian diuraikan
seperti pada gambar (b), maka
tahapan pengerjaannya adalah
sebagai berikut :
C
P
y
D
C
y
RD
q
RD
b
RC
y
D
A
B
y
y
Gambar 3.9. Skema pemisahan balok gerber
Balok DC dikerjakan dulu
sehingga menemukan R D
dan R C.
Reaksi R D dari balok DC
akan menjadi beban di titik
D dan balok ABD.
Dengan beban yang ada (q)
dan beban R D, maka balok
AB bisa diselesaikan.
Bidang-bidang gaya dalam
(M, N, D) bisa diselesaikan
sendiri-sendiri pada balok
DC dan AB.
Penggambaran bidang M, N,
D balok gerber merupakan
penggabungan dari bidang
M, N, D dari masing-masing
109. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-53-
3.1.6. Contoh Soal
Suatu
P=4t
(a)
q = 2t /mƞ
1m
struktur
balok
gerber
ABC
dengan beban seperti pada gambar.
C
S
A = rol
;
B = sendi
C = rol
B
A
;
S = sendi gerber
Beban P = 4 ton, dengan jarak 1 m
dari A, dan beban terbagi rata q = 2
2m
4m
6m
t/mƞ dari B ke C.
Ditanya : Gambar bidang M, N, D.
x
Jawab: Struktur balok gerber seperti
P=4t
pada gambar (a) kalau diuraikan akan
S
(b) A
menjadi struktur seperti pada gambar
Rs =
x1
RA = 3t
(b).
2 t/mƞ
Balok AS harus diselesaikan lebih
x2
Rs
C
S
balok As menjadi beban / aksi ke
B
3
tm
(c)
dahulu, baru selanjutnya reaksi Rs dari
-
balok SBC
R B = 7 1/3 t
2
tm
+
RC = 5
8.0287
tm
2 Balok A-S (mencari RA dan RS)
t
3
7 MS = 0
RA. 4 ƛ P.3 = 0
RA.=
+
7 MA = 0
BID. M
5.667 m
RS. 4 ƛ P.1 = 0
RS =
2.833 m
P.3 4.3
!
! 3t
4
4
P.1 4.1
!
! 1t
4
4
Reaksi Rs = 1t akan menjadi beban di
titik S pada balok S B C (gambar (b))
Balok S B C (mencari RB dan R C)
6.33t
3t
1t
7 MC = 0
+
+
RB.6 ƛ RS.8 ƛ q.6.3 = 0
-
BID. D
RB.6 ƛ 1.8 ƛ 2.6.3 = 0
2
5
t
1
44
3
RB =
t!7 t
3
6
7 MB = 0
BID. N
Gambar 3.10.
Gambar-gambar gaya
Bidang Momen (M)
dalam balok gerber
RC.6 + RS.2 ƛ q.6.3 = 0
RC.6 + 1.2 ƛ 2.6.3 = 0
34
! 5 2 / 3t
6
110. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-54-
Balok A-S
Daerah A
P (P = letak beban P = 4t)
Mx = RA.x = 3.x (linear)
x=0
MA = 0
x=1
MP = 3 tm (momen dibawah P)
Daerah P
S
Mx = RA.x-P (x-1) = 3.x ƛ 4 (x-1)
x=1
MP = 3 tm
x=4
MS = 0
Balok SBC
Daerah S
B (dari kiri)
Mx1 = - Rs.x1 = - 1.x1 (linear)
= -x1
x1 = 0
Ms = 0
x2 = 2
MB = -2 tm
Daerah C
B (dari kanan)
Mx2 = Rc.x2 -
1
.q x2² (parabola)
2
Mx2 = 5.667.x 2 -
1
.2.x2²
2
= 5.667 x 2 - x2²
Mencari M max
dMx 2
=0
dx 2
5.667 ƛ 2 x2 = 0
= x2 = 2.833 m (lokasi dimana terletak M max
M x2 max =5.667. 2.833 ƛ (2.833)²
= 16.0546 ƛ 8.02589 = 8.0287 tm.
Mencari titik dimana momen = 0
M x =5,667 x 2 ƛ x22 = 0
X2 (5,667-x2 ) = 0
x2 =5,667 m ( Letak dimana momen = 0 )
Bidang D ( GAYA LINTANG )
111. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-55-
Balok A-S
Daerah A P ( dari Kiri )
D2 = + Ra = + 3 + ( Konstan )
Daerah P S ( Dari kiri )
Dx = + R a - P = 3 ƛ 4 = -1 t (Konstan )
Balok S Ɗ B C
Daerah S B ( Dari Kiri )
Dx = - Rs = -1 t (Konstan)
Daerah C
B (Dari Kanan)
Dx2 = - Rc + q . x
2
= - 5,667 + 2 . x
2
(Linieair)
X2 = 0
Dc = - 5,667 t
X2 = 6
Dbkn = -5,667 + 2.6 = + 6,333 t
Mencari titik dimana D = 0
-5,667 + 2X 2 = 0
X2 = 2,833 m
(Letak D = 0 sama dengan letak
Bidang N ( Normal )
Bidang N tidak ada
3.1.6. Latihan
M max )
112. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
Dalam
-56-
mempraktekan teori ƛ teori yang ada di depan ( bagian
sebelumnya ), maka perlu diadakan (diberi) suatu latihan
.
1).
P = 5t
q = 2t/mƞ
S
B
A
C
2
m
5m
2
m
4m
Beban : P = 5t, 2m dari A
q = 2t/mƞ sepanjang
bentang SC.
Gambar : bidang-bidang
gaya dalamnya (Bidang
M, N, D)
P=5
2t
45°
2).
S
Suatu
balok
gerber
dengan
beban
dan
struktur seperti gambar,
dengan perletakan A =
sendi,
B = rol
C = rol,
S = sendi
gerber
Suatu
balok gerber dengan
beban dan struktur seperti
A
B
2m
3m
3m
pada
gambar
dengan
perletakan :
A = jepit,
B = rol
S = sendi gerber
Beban
P = 5
2 t dengan
sudut 45° terletak di tengah
bentang SB.
Gambar :
bidang- bidang
3.1.8. Rangkuman
o
Balok gerber adalah :
- Suatu balok yang mempunyai jumlah reaksi lebih besar dari 3 buah,
tapi masih bisa diselesaikan dengan syarat -syarat keseimbangan.
Atau
- Rangkaian dari beberapa balok statis tertentu.
o
Tahap awal penyelesaiannya adalah : balok tersebu t harus diuraikan
lebih dahulu, dan di sendi gerber ditentukan daerah bagian balok
tertumpu
113. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-57-
mana yang terletak diatas (tertumpu) dan mana yang menumpu (
)
o
Penyelesaiannya dilakukan secara bertahap dari masing -masing balok
tersebut.
o
Balok
yang
salah
satu
perletakannya tertumpu
(menumpang)
diselesaikan terlebih dahulu.
o
Gambar bidang gaya dalamnya adalah merupakan gabungan dari
masing-masing balok tersebut.
3.1.9. Penutup
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat sebagian jawaban
dari soal-soal tersebut diatas sebagai kontrol.
Soal No. 1
Keterangan
Gaya Lintang (D)
Gaya Normal (N)
1.4 ton
o
B
7.6 ton
o
4 ton
o
C
Momen (M)
Arah
S
Keterangan
Harga
A
Reaksi
Titik
4 ton
o
Titik
A
B
S
C
A
B kiri
B kanan
C
-
Harga
0
8 tm
0
0
1.4 ton
3.6 ton
4 ton
4 ton
-
Tanda
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
-
114. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-58-
Soal 2
Keterangan
5 ton
5 tm
2.5 ton
B
2.5 ton
A
5 tm
S
0
di P
7,5 tm
B
0
A
2.5 ton
(+)
B
2.5 ton
(-)
A
5 ton
(-)
S
5 ton
(-)
P kiri
Gaya Normal (N)
AH
S
Gaya Lintang (D)
2.5 ton
MA
Momen (M)
Harga
AV
Reaksi
Titik
Tanda
5 ton
(-)
(-)
(+)
3.1.10. Daftar Pustaka
1. Soemono ƏStatika IƐ ITB bab V
2. Suwarno. ƏMekanika Teknik Statis TertentuƐ UGM bab V-4
3.1.11. Senarai :
Sendi Gerber : tempat penggabu ngan balok satu dengan balok lainnya.
3.2. Garis Pengaruh Balok Gerber
115. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-59-
3.2.1. Pendahuluan
Seperti halnya balok diatas 2 perletakan, maka untuk balok gerber
inipun kita harus mencari besarnya reaksi, atau gaya momen (M)
atau gaya lintang (D) atau gaya normal (N), jika ada muatan yang
berjalan diatas balok gerber tersebut.
Pengertian dasar dan definisinya sama dengan garis pengaruh
balok diatas 2 perletakan.
Standart
beban
yang
dipakai
juga
sama
yaitu
muatan
berjalan dengan beban P = 1 t on atau satu satuan beban.
3.2.2. Prinsip Dasar
Yang perlu diperhatikan dalam membuat garis pengaruh balok
gerber adalah :
(a
)
B
A
S
o Harus bisa memisahkan balok yang
C
mana yang disangga dan yang mana
yang menyangga.
o Dalam gambar sebelah
o Balok SC yang disangga
RS
RS
(b
)
RC o Balok ABS yang menyangga.
B
A
o Kalau ada muatan berjalan diatas ABS
P
RA
maka reaksi di S (R S) dan reaksi di C
RB
ada
(Rc) tidak ada (Gambar d).
RS
RS
RC
ada
o Namun jika ada muatan berjalan diatas
(c
)
balok S-C
maka reaksi di A (R A), reaksi
di B (R B); reaksi di S (Rs) dan reaksi di C
(Rc) semuanya ada (Gambar c).
RA ada
R B ada
P
tidak
ada
reaksi
(d
)
RA ada
tidak
ada
reaksi
RB ada
Gambar 3.11.
Reaksi perletakan pada balok
gerber dengan muatan berjalan diatas
116. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-60-
Contoh
Balok gerber seperti pada gambar
Cari garis pengaruh reaksi -reaksinya
P=1 x1
x
P=1t
t
S
A
l
B
C
l
a
1
2
S
A
RS
RS
B
C
GP.R A (Garis Pengaruh Reaksi di A)
P berjalan dari A ke S
x = variable bergerak sesuai posisi P dari A
ke C
7 Ms = 0
P (l1 x ) l1 x
RA =
ton
!
l1
l1
Untuk P di A x = 0 RA = 1 ton
Untuk P di S x = l1 RA = 0
P dari S ke C
RA
tidak ada pengaruh terhadap
GP.R S (Garis Pengaruh Reaksi di S)
GP.R A
1t
+
P dari A
Rs =
GP.R S
+
ke S
Px
x
!
l1 l1
P di A x = 0 Rs = 0
P di S x = l1 RS = 1t
P dari S ke C tidak ada pengaruh untuk
reaksi
di S (Rs)
GP.R B (Garis Pengaruh Reaksi di B)
x1 variabel bergerak dari C ke A sesuai
118. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-62-
Gambar 3.13. Garis pengaruh D I-I dan M I-I
G.P.MI-I (Garis Pengaruh Momen di Potongan I-I)
P berjalan di kiri potongan I -I (perhitungan dari kanan)
M I = Rs . c =
x
Px
.c
.c !
l t1
l t1
Untuk P di A
x=0
Untuk P di I-I
MI = 0
x=b
MI =
b.c
l1
P berjalan di kanan potongan (perhitungan dari kiri)
l x
M I = RA . b = 1
.b
l1
Untuk P di I-I
x=b
l b
c.b
MI = 1
.b !
l1
l1
Jika P berjalan dari S ke C tidak ada M I
x
d
P
S
A
B
e
II
C
G.P. D II-II (Garis Pengaruh Gaya
Lintang di potongan II -II)
II
a
l1
A
S
l2
P berjalan dari A ke P otongan II
(perhitungan kanan potongan II)
DII = - Rc (sama dengan g.p. Rc)
119. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
Sama dengan g.p.
Rc
-63-
Sama dengan g.p.
RB
G.P. M II-II (Garis Pengaruh Momen di
potongan II-II)
a/l2.
b
d/l2 .
e
+
P berjalan dari A ke II (perhitungan
dari kanan potongan)
MII = Rc . e (sama dengan GP.Rc x
e)
Untuk P di S
g.p. Rc.e
Rs = 1t
Rc = -
g.p. R B.d
M II = -
Gambar 3.14. Garis pengaruh D II-II dan
M II-II
P berjalan dari II ke C (perhitungan dari kiri)
M II = RB . d
Untuk P di II
RB =
e
l2
M II =
e
l2
dtm
e
l2
d
Untuk P di II
Rc =
a
l2
.e
d
l2
M II = -
d
.e
l2
a
l2
120. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-64-
3.2.3. MENCARI HARGA MOMEN DAN GAYA LINTANG DENGAN
GARIS
PENGARUH
Jika ada suatu rangkaian muatan atau muatan terbagi rata
berjalan diatas gelagar berapa momen maximum di titik C
dan berapa gaya lintang maximum di titik C.
A
C
B Mencari harga Mc
a
b
l
Kondisi muatan seperti pada 1)
Mc = P1 y1 + P 2 y2 + P3 y3
* P
P2
P3
1
Kondisi muatan seperti pada 2)
1)
Mc = P1ƞ y1ƞ + P2ƞ y2ƞ + P3ƞ y3ƞ + P4ƞ
*
y4 ƞ
P4ƞ
2) P 1ƞ P2ƞ P3ƞ
y1 ƞ
y2
y3 y 1 y4 ƞ y2
C
A
Mc = 7 P.y
y3
B
Untuk muatan terbagi rata = q t/mƞ
GP.Mc
d
P.a.b x
l
q t/mƞ
d Mc = y.q dx
Mc =
´ y.qdx ! q ´ y dx
GP.Mc
´ y dx ! luas bagian yang diarsir ! F
+
Mc = q F
Luas =
F
q dx = muatan q sejarak dx, dimana dx 0 (mendekati
0)
y
P 1ƞ
P2 ƞ
P 3ƞ
P 4ƞ
y
= ordinat dibawah dx
Mencari harga Dc
Untuk beban titik
GP.Dc
+
Dc = -P1ƞ y1ƞ + P 2ƞ y2ƞ + P 3ƞ y3ƞ + P4ƞ y4ƞ
y1ƞ
-
y2ƞ
y3ƞ
y4ƞ
Dc = q F
Beban terbagi rata
Dc = q F
121. MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)
-65-
q t/mƞ
Luas = F
GP.Dc
+
-
Gambar 3.15. Mencari gaya lintang (D) dan momen (M) dengan garis
pengaruh