Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Jurnal agung sudarmawan
1. 1
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIABETES
MELITUS DENGAN PENERAPAN POLA HIDUP SEHAT
KELUARGA DI PUSKESMAS SUKOHARJO
KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2014
Agung Sudarmawan
STIKes AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
INTISARI
Data World Health Organization (WHO) tahun 2007 Indonesia menempati
urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes melitus terbesar di dunia.
Penanganan yang tepat untuk menangani faktor penyebab serta komplikasi
diabetes melitus dapat dikendalikan dengan adanya kemauan merubah gaya hidup
sehat dari penderita diabetes melitus.
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pengetahuan
keluarga tentang diabetes melitus dengan penerapan pola hidup sehat keluarga.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
crossectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga dengan anggota
keluarga menderita diabetes melitus tipe II di Puskesmas Sukoharjo. Sampel pada
penelitian ini berjumlah 31 responden yang diambil dengan menggunakan teknik
simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah berbentuk
kuesioner yang terdiri dari 14 pertanyaan pengetahuan tentang diabetes melitus
dan 23 pertanyaan tentang penerapan pola hidup sehat keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga memiliki pengetahuan baik
tentang diabetes melitus yaitu sebanyak 26 (83,9%) responden dan sebagian besar
keluarga telah menerapkan pola hidup sehat dengan baik yaitu sebanyak 20
responden dengan persentase 64,5 %. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan keluarga tentang diabetes melitus dengan penerapan
pola hidup sehat keluarga (p=0,023; nilai p<0,05).
Bagi keluarga yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus diharapkan
dapat menerapkan pola hidup sehat dan melakukan kontrol gula darah minimal
satu tahun sekali.
2. 2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terjadinya transisi epidemiologi
yang paralel dengan transisi
demografi dan transisi teknologi di
Indonesia dewasa ini telah
mengakibatkan perubahan pola
penyakit dari penyakit infeksi ke
penyakit tidak menular. Penyakit
tidak menular tersebut meliputi
penyakit degeneratif dan man made
diseases yang merupakan faktor
utama masalah morbiditas dan
mortalitas (Bonita, 2001).
Diabetes melitus merupakan
penyakit endokrin yang umum
terjadi dan menjadi masalah
kesehatan diseluruh dunia. American
Diabetes Association 2010
mendefinisikan diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya (Ernawati, 2013).
International Diabetes
Federation (IDF) memprediksi
kenaikan jumlah pasien diabetes
melitus usia 20-79 tahun didunia
sebanyak 366 juta pada tahun 2011
menjadi 552 juta pada tahun 2030
(Whiting, et al. 2011). Data World
Health Organization (WHO) tahun
2007 Indonesia menempati urutan
keempat dengan jumlah penderita
diabetes melitus terbesar di dunia
setelah India, Cina, dan Amerika
Serikat dengan prevalensi 8,6 % dari
seluruh penduduk Indonesia. Jumlah
penduduk dunia sendiri yang
menderita diabetes melitus berjumlah
171 juta jiwa pada tahun 2000 dan
diperkirakan pada tahun 2030
menjadi 366 juta penderita. Total
penderita diabetes melitus Indonesia
menurut Depkes RI tahun 2008
mencapai 8.246.000 jiwa pada tahun
2000 dan diperkirakan menjadi
21.257.000 jiwa penderita pada
tahun 2030.
Data prevalensi diabetes di
Indonesia berdasarkan wawancara
yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5
persen. Diabetes melitus terdiagnosis
dokter atau gejala sebesar 2,1 persen.
Prevalensi diabetes yang terdiagnosis
dokter tertinggi terdapat di DI
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta
(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan
Kalimantan Timur (2,3%),
sedangkan untuk provinsi Lampung
mencapai angka 0.7% (Riskesdas,
2013). Sedangkan jumlah penderita
diabetes melitus di Kabupaten
Pringsewu pada tahun 2013
mencapai 449 jiwa (Dinkes
Pringsewu, 2014) dan pada tahun
2012 terdapat 79 kunjungan kasus
diabetes melitus di Puskesmas
Sukoharjo dan meningkat menjadi
208 kunjungan pasien pada tahun
2013.
Peningkatan pasien diabetes
melitus menurut Waspadji (2010)
dilihat secara epidemiologi
dikarenakan empat faktor. Faktor
yang pertama adalah faktor
demografi, jumlah penduduk yang
bertambah, penduduk usia lanjut
yang bertambah banyak, serta
urbanisasi yang tak terkendali.
Faktor kedua gaya hidup yang
kebarat-baratan, penghasilan yang
tinggi, restoran siap santap, teknologi
canggih menimbulkan sendentary
life (kurang gerak badan).
Diabetes melitus akan
mengakibatkan timbulnya
komplikasi akut dan kronis apabila
tidak ditangani dengan baik.
Komplikasi diabetes melitus dapat
muncul secara akut dan secara
3. 3
kronik, yaitu timbul beberapa bulan
atau beberapa tahun sesudah
mengidap diabetes melitus. Menurut
PERKENI (2011), Black dan Hawks
(2009) komplikasi diabetes melitus
meliputi hipoglikemia, ketoasidosis
diabetic dan sindrom HHNK
(hiperosmolar nonketotik).Sehingga
kualitas hidup penderita diabetes
melitus perlu ditangani dengan
penanganan yang tepat.
Penanganan yang tepat untuk
menangani faktor penyebab serta
komplikasi tersebut dapat
dikendalikan dengan adanya
kemauan merubah gaya hidup sehat
dari penderita diabetes melitus
(Hendra, 2007). Pasien diabetes
melitus dalam hal gaya hidup, perlu
perencanaan makan (diet), latihan
(olahraga), pemantauan glukosa
darah, terapi (bila diperlukan) dan
pendidikan kesehatan.
Hasil studi pendahuluan
penelitian di Puskesmas Sukoharjo
menunjukkan angka penderita
diabetes melitus yang berobat ke
Puskesmas pada tahun 2012
sebanyak 79 pasien dan meningkat
menjadi 208 pasien pada tahun 2013.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
petugas Puskesmas Sukoharjo
penderita diabetes melitus datang
hampir tiap bulan atau dua bulan
sekali untuk melakukan pengecekan
gula darah, pengobatan, dan cek
laboratorium serta perawatan luka
diabetes melitus. Pada periode bulan
Januari-Agustus tahun 2014, jumlah
kunjungan penderita diabetes melitus
di Puskesmas Sukoharjo mencapai
208 pasien. Diabetes melitus
merupakan penyakit yang diturunkan
dan dapat juga ditimbulkan akibat
gaya hidup yang tidak sehat. Hall ini
yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan jumlah penderita
diabetes melitus setiap tahunnya.
Dari hasil prasurvey pada 10
keluarga pasien diabetes melitus di
Puskesmas Sukoharjo, didapatkan
data bahwa 7 (70%) dari 10 keluarga
pasien diabetes melitus tersebut
mengatakan pengelolaan makanan
belum sesuai dengan kebutuhan
pasien diabetes melitus, mereka
mengatakan bahwa masakan yang
dimasak untuk pasien dan keluarga
tidak ada perbedaannya. Selain itu, 5
(50%) dari 10 pasien yang
diwawancarai mengatakan bahwa
kurang memberikan motivasi kepada
pasien untuk rutin meminum obat
diabetes melitus dengan teratur.
Berdasarkan uraian di atas,
peneliti tertarik untuk memilih judul
penelitian hubungan pengetahuan
keluarga tentang diabetes melitus
dengan penerapan pola hidup sehat
keluarga di Puskesmas Sukoharjo
Kabupaten Pringsewu Tahun 2014.
Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan
pengetahuan keluarga tentang
diabetes melitus dengan penerapan
pola hidup sehat keluarga di
Puskesmas Sukoharjo Kabupaten
Pringsewu Tahun 2014.
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Melitus
American Diabetes Association
(ADA) 2010, mendefinisikan
Diabetes melitus (DM) sebagai suatu
kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya (Ernawati, 2013). Sedangkan
Price & Wilson (2006)
mendefinisikan DM sebagai
4. 4
gangguan metabolism yang secara
genetic dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat.
Pengelolaan DM bertujuan
jangka pendek yaitu menghilangkan
gejala atau keluhan DM dan
mempertahankan rasa nyaman dan
sehat serta tujuan jangka panjang
yaitu mencegah penyulit baik
makroangiopati maupun neuropati
dengan tujuan menurunkan angka
mortalitas dan mordibitas
(PERKENI, 2011).
Pengetahuan
Pengetahuan adalah “hasil tahu”
dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap
suatu obyek tertentu. Penginderaan
ini terjadi melalui panca indra
manusia yang sebagian besar
pengetahuan tersebut diperoleh
melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat
penting bagi terbentuknya tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan bertahan
lebih lama daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010).
Apabila penerimaan perilaku
yang baru didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap positif, maka
perilaku tersebut akan bertahan lebih
lama (long lasting). Sebaliknya,
apabila tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran, maka
perilaku tersebut tidak akan bertahan
lama (Notoatmodjo, 2010).
Gaya Hidup Sehat
Gaya hidup sehat adalah suatu
gaya hidup dengan memperhatikan
faktor-faktor tertentu yang
mempengaruhi kesehatan, antara lain
makanan dan olahraga. Selain itu
gaya hidup seseorang juga
mempengaruhi tingkat kesehatannya,
misalnya jika suka merokok dan
minum minuman keras, tentu saja
bukan pola hidup sehat (Anne,
2010).
Gaya hidup menurut Nugraheni
(2011) adalah pola hidup seseorang
di dunia yang diekspresikan dalam
aktivitas, minat, dan opininya. Gaya
hidup menggambarkan “keseluruhan
diri seseorang” dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.Gaya hidup
menggambarkan seluruh pola
seseorang dalam beraksi dan
berinteraksi di dunia. Secara umum
dapat diartikan sebagai suatu gaya
hidup yang dikenali dengan
bagaimana orang menghabiskan
waktunya (aktivitas), apa yang
penting orang pertimbangkan pada
lingkungan (minat), dan apa yang
orang pikirkan tentang diri sendiri
dan dunia di sekitar (opini). Gaya
hidup adalah perilaku seseorang
yang ditunjukkan dalam aktivitas,
minat dan opini khususnya yang
berkaitan dengan citra diri untuk
merefleksikan status sosialnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelittian yang akan
digunakan dalam penelitian ini
adalah kuantitatif. Yaitu merupakan
jenis penelitian untuk mendapatkan
gambaran yang akurat dari sebuah
karakteristik masalah yang berbentuk
mengklasifikasikan suatu data
(Notoatmodjo, 2010).
Penelitian ini dilaksanakan di
Puskesmas Sukoharjo Kabupaten
Pringsewu pada bulan Desember
tahun 2014.
5. 5
Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh keluarga dengan
anggota keluarga menderita diabetes
melitus tipe II di Puskesmas
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu
yaitu berjumlah 208 pasien.
Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan tehnik
total populasi dikarenakan jumlah
populasi kurang dari 100 orang,
sampel dalam penelitian ini
berjumlah 31 responden. Apabila
populasi < 100 lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi, dan
apabila subjeknya > 100 lebih baik
diambil 10-15% atau 20-25%
(Arikunto, 2010). Cara pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan teknik simple
random sampling.
Metode statistik data untuk
analisa data yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisa univariat
dan bivariat dengan rumus Chi
Square dan batas kemaknaaan α =
0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi
Penelitian
Wilayah kerja Puskesmas
Sukoharjo terdiri dari satu kecamatan
dengan 13 desa dan Puskesmas
Pembantu sebanyak 6 unit. Dari
jumlah penduduk sebanyak 44.931
jiwa dan luas wilayah Puskesmas
Sukoharjo adalah 47,41 Km, maka
kepadatan penduduk rata-rata adalah
695,82/Km2
.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian univariat
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden (48,4%) berusia 40-60
tahun yaitu sebanyak 15 responden.
Berdasarkan jenis kelamin,
responden pada penelitian ini
sebagian besar berjenis kelamin
perempuan yaitu 19 responden
(61,3%). Dari tabel 4.1 juga dapat
dilihat bahwa sebagian besar
responden berpendidikan SMU
dengan prosentase 51,6% atau
sebanyak 16 responden.
Selain itu sebagian besar
responden memiliki pengetahuan
yang baik yaitu sebanyak 26
responden dengan persentase 83,9%
dan responden yang menerapkan
pola hidup sehat dengan baik yaitu
sebanyak 20 ressponden dengan
persentase 64,5%.
Sedangkan hasil bivariat adalah
sebagai berikut:
Pengetahua
n keluarga
Penerapan gaya hidup
sehat
Total
P value
Buruk Baik
n % n % n %
Kurang 4 12,
9
1 3,2 5 16,
1
0,023
Baik 7 22,
6
19 61,
3
26 83,
9
Jumlah 11 35,
5
20 64,
5
31 10
0
Berdasarkan hasil pengisian
kuesioner dari 31 responden yang
tersaji pada tabel 4.4 diketahui
bahwa pengetahuan keluarga tentang
diabetes melitus dalam kategori baik
dan penerapan pola hidup sehat
keluarga dalam kategori baik yaitu
sebanyak 19 responden dengan
presentase 61,3 %. Berdasarkan tabel
di atas dketahui bahwa nilai
significancy untuk variabel dukungan
keluarga menunjukkan angka 0,023.
Oleh karena p<0,05, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan
keluarga tentang diabetes melitus
dengan penerapan pola hidup sehat
keluarga.
Beberapa perilaku yang dijadikan
indikator penerapan pola hidup sehat
6. 6
dalam penelitian ini meliputi
perilaku tidak merokok, pola makan
sehat dan seimbang, dan aktivitas
fisik yang teratur. Menurut peneliti,
pengetahuan keluarga yang baik
tentang diabetes melitus akan
mempengaruhi perilaku keluarga
dalam kehidupan sehari-hari. Ketika
keluarga mengerti dan memahami
tentang diabetes melitus, maka
keluarga akan berusaha untuk
menjaga diri mereka agar tidak
terserang diabetes melitus. Perilaku
sehat untuk menghindari diabetes
melitus dapat dipengaruhi oleh
pengalaman pribadi dan juga karena
pengaruh lingkungan sekitar.
Ketika seseorang tahu bahwa
salah satu penyebab diabetes melitus
adalah pola makan yang tidak sehat,
maka mereka akan menjaga pola
makan mereka agar tidak menjadi
obesitas dan terserang diabetes
melitus. Hal ini diperkuat oleh hasil
penelitian dari Sumangkut (2013)
menyatakan bahwa hubungan pola
makan dengan kejadian diabetes
melitus tipe-2 (p=0,000). Makanan
memegang peranan dalam
peningkatan kadar gula darah. Pada
proses makan, makanan yang di
makan akan di cerna di dalam
saluran cerna dan kemudian akan di
ubah menjadi suatu bentuk gula yang
di sebut glukosa.
Penelitian lain dari Fitriyani
(2012) mengungkapkan bahwa ada
hubungan kejadian diabetes melitus
tipe 2 dengan aktivitas fisik
(p=0,032). Orang yang aktivitas
sehari-harinya ringan memiliki risiko
2,68 kali untuk menderita diabetes
melitus tipe 2 dibandingkan dengan
orang yang aktivitas fisik sehari-
harinya sedang dan berat (OR=2,68;
95% CI=1,11-6,46). Aktivitas fisik
sangat berperan dalam mengontrol
gula darah. Pada saat tubuh
melakukan aktivitas fisik maka
sejumlah glukosa akan diubah
menjadi energi. Aktivitas fisik
mengakibatkan insulin semakin
meningkat sehingga kadar gula
dalam darah akan berkurang. Pada
orang yang jarang berolahraga, zat
makanan yang masuk ke dalam
tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun
dalam tubuh sebagai lemak dan gula.
Jika insulin tidak mencukupi untuk
menubah glukosa menjadi energi
maka akan timbul diabetes melitus.
Setelah beraktivitas fisik selama 10
menit, glukosa darah akan meningkat
sampai 15 kali dari jumlah
kebutuhan pada keadaan biasa.
Sedangkan menurut (Laseduw,
2013) merokok juga dapat
meningkatkan resiko terserang
diabetes. Hal ini disebabkan karena
merokok dapat memperparah
penyakit gula pada
seseorang. Sejumlah penelitian telah
dilakukan untuk mencari tahu apa
kaitannya antara merokok dengan
tidak normalnya kadar gula dalam
darah seseorang. Dalam penelitian
yang melibatkan sekitar 1,2 juta
orang partisipan telah menyatakan
bahwa ada hubungan langsung antara
kebiasan merokok dengan
meningkatnya resiko penyakit
diabetes.
Bagi para perokok berat yang
dapat menghabiskan lebih dari 20
batang rokok per hari akan memiliki
resiko terserang diabetes sebesar
61%, sedangkan orang yang masuk
dalam golongan perokok ringan
memiliki angka kenaikan resiko
terserang diabetes sebesar 29%.
Merokok dapat menyebab diabetes
melitus karena aktivitas seperti
7. 7
merokok sangat mungkin menjadi
sumber penyebab dari adanya
resistensi insulin yang dapat
menyebabkan diabetes tipe 2, serta
dapat menyebabkan respon yang
tidak mencukupi terhadap hormon
insulin dalam tubuh.
Dari paparan diatas, maka
peneliti berasumsi bahwa dengan
menerapkan pola hidup sehat dengan
baik maka akan mengurangi faktor
resiko seseorang untuk menderita
diabetes melitus. Perilaku tidak
merokok, pola makan sehat dan
seimbang, dan aktivitas fisik yang
teratur merupakan faktor-faktor yang
dapat dikendalikan oleh seseorang
agar tidak terserang diabetes melitus.
Beberapa keluarga berasumsi bahwa
ketika salah satu orangtua mereka
ada yang menderita diabetes melitus
maka dengan otomatis mereka akan
mempunyai bibit untuk terkena
diabetes juga. Oleh karena itu
mereka berupaya untuk menjaga pola
hidup mereka untuk tidak terkena
diabetes melitus seperti orangtua
mereka.
Namun dari hasil penelitian
ditemukan juga tujuh responden
dengan pengetahuan baik namun
memiliki pola hidup yang tidak sehat
meskipun mereka mempunyai
riwayat keluarga dengan diabetes
melitus. Hal ini dapat disebabkan
oleh pengaruh lingkungan sekitar
seperti sudah terbiasa mengkonsumsi
makan makanan yang berlemak,
makanan siap saji dan makanan yang
manis. Riwayat keluarga yang
disertai dengan pola hidup yang tidak
sehat akan meningkatkan resiko
seseorang untuk menderita diabetes
melitus. Zahtamal (2007) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa
pendugaan faktor risiko riwayat
keluarga dengan diabetes melitus
diperoleh probabilitas untuk
terjadinya diabetes melitus pada
orang dengan tidak adaa riwayat
keluarga menderita diabetes melitus
dan ada riwayat keluarga adalah
lebih kurang 1 banding 4 dengan
asumsi sekitar 73% kasus diabetes
melitus dapat dicegah dengan
memperhatikan factor risiko adanya
riwayat keluarga menderita diabetes
melitus.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Keluarga pasien diabetes melitus
di Puskesmas Sukoharjo yang
memiliki pengetahuan baik
tentang diabates melitus yaitu
sebanyak 26 responden dengan
persentase 83,9 % dan 5
responden dengan persentase 16,1
% memiliki pengetahuan kurang.
2. Keluarga pasien diabetes melitus
di Puskesmas Sukoharjo sebagian
besar keluarga telah menerapkan
pola hidup sehat dengan baik
yaitu sebanyak 20 responden
dengan persentase 64,5 %.
3. Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan
keluarga tentang diabetes melitus
dengan penerapan pola hidup
sehat keluarga di Puskesmas
Sukoharjo (p=0,023).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan,
maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
8. 8
1. Bagi keluarga yang memiliki
riwayat penyakit diabetes melitus
diharapkan dapat menerapkan
pola hidup sehat seperti pola
makan yang sehat, aktivitas fisik
yang cukup dan rajin untuk
melakukan kontrol gula darah
minimal satu tahun sekali dan
bagi keluarga yang tidak memiliki
riwayat diabetes melitus
diharapkan tetap menjaga gaya
hidup yang sehat agar tidak
menderita diabetes.
2. Bagi tenaga kesehatan di
Puskesmas Sukoharjo diharapkan
agar dapat memberikan pelayanan
yang baik dalam pengobatan
pasien DM dengan
mengedepankan promotif baik
pada pasien DM maupun pada
keluarganya sehingga keluarga
dengan riwayat DM bisa
melakukan pencegahan lebih dini.
3. Bagi peneliti berikutnya, perlu
diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai perbedaan pola hidup
keluarga dengan riwayat DM dan
keluarga dengan tidak riwayat
DM.
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association.
2010. Position Statement:
Standards of Medical Care in
Diabetes 2010. Diabetes Care,
35 (Suppl.1) Diakses tanggal
13 Oktober 2014 dari
http://care.diabetesjournals.or
g
Anne Ahira. 2010. Pengertian Pola
Hidup Sehat. Diakses tanggal
12 Oktober 2014 dari
http://www.anneahera.com/pe
ngertian-pola-hidup-sehat-
8691.htm.
Aqib, Z. 2011. Pendidikan
Keterampilan Hidup Sehat
(life skill). Cet. I. Bandung:
Yrama Widya
Arikunto, S. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek (ed. Revisi). Bina
Aksara. Jakara
Black, J.M. & Hawks, J.H. 2009.
Medical Surgical Nursing.
Clinical Management for
Positive Outcomes. Eighth
Edition. St. Louis: Saunders,
an imprint of Elsevier, Inc.
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Cet.
2. Jakarta: Rineka Cipta
Ernawati. 2013. Penatalaksanaan
Keperawatan Diabetes Melitus
Terpadu Dengan Penerapan
Teori Keperawatan Self Care
Orem. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media
Fitriyani (2012). Faktor Risiko
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Puskesmas Kecamatan
Citangkil dan Puskesmas
Kecamatan Pulo Merak Kota
Cilegon. Diakses tanggal 12
Oktober 2014 dari
http://%3A%2F%2Flib.ui.ac.i
d%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%
2F20318875-S-PDF-
Fitriyani.pdf&ei=
Guyton, A.C. & Hall, J.E. 2008.
Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Alih
bahasa:Irawati, dkk. Editor:
Luqman Yanuar Rachman,
dkk edisi 11. Cetakan I.
Jakarta: EGC
Haryanto. Februari 5, 2012.
Pengertian Pendidikan
Menurut Ahli. Diakses tanggal
13 Oktober 2014 dari
http://belajarpsikologi.com/pe
9. 9
ngertian-pendidikan-menurut-
ahli/.
Hairi, L. M. 2013. Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan Tentang
Diabetes MElitus Dengan
Gaya Hidup Penderita
Diabetes Melitus Tipe II di
Desa Nyatnyono. Diakses
tanggal 20 Januari 2014 dari
www.google.co.id/search?hl=i
d&ei=Ci7DVJbGGMPamgwp
7iLQCQ&q=hairi
Hendra. 2007. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Terpadu.
Jakarta: FKUI
Laseduw, J. 2013. Rokok Dapat
Sebabkan Diabetes dan
Bahaya Kesehatan Lainnya.
Diakses tanggal 13 Oktober
2014 dari
http://necturajakarta.blogspot.
com/2013/07/rokok-dapat-
sebabkan-diabetes-dan.html
Nash. Mei 6, 2013. Jenjang
Pendidikan di Indonesia.
http://kangnas.blogspot.com/2
013/05/jenjang-pendidikan-di-
indonesia.html. Diakses 13
Oktober 2014.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
.2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
. 2010. Promosi
Kesehatan & Ilmu Perilaku.
Edisi Revisi. Jakarta. Rineka
Cipta.
Nugraheni. 2011. Gaya Hidup.
Diakses tanggal 13 Oktober
2014 dari
http://sosiologibudaya.wordpr
ess.com/2011/05/18/gaya-
hidup/
PERKENI. 2011. Konsensus
Pengelolaan Dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta: PB
PERKENI
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan
Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2013. Diakses
tanggal 1 Oktober 2014 dari
http://depkes.go.id/downloads/
riskesdas2013/Hasil%20Riske
sdas%202013.pdf
Sujatmiko, I. 2012. Konsep, Fungsi,
Tujuan, dan Aliran-aliran
Pendidikan.
http://pendidikan4sejarah.blog
spot.com/2011/03/konsep-
fungsi-tujuan-dan-aliran-
aliran.html. Diakses tanggal
12 Oktober 2014
Sumangkut, S. 2013. Hubungan Pola
Makan Dengan Kejadian
Penyakit Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Poli Interna BLU
RSUP Prof. Dr.R.D Kandou
Manado. ejournal
keperawatan (e-Kp) Volume 1.
Nomor 1. Agustus 2013.
Diakses tanggal 12 Oktober
2014 dari
http://download.portalgaruda.
org/article.php?article=14102
6&val=5798
Waspadji, S. (2010). Diabetes,
Mekanisme Dasar dan
Pengelolaannya Yang
Rasional, dalam Sidartawan,
S, Pradana, S., & Imam, S,
Penatalaksanaan diabetes
terpadu (hal36-37). Jakarta:
Balai Penerbitan FKUI
Whiting, D.R., Guariguata, L., Weil,
C., Shaw, J. 2011. IDF
Diabetes Atlas: Global
10. 10
Estimates of the Prevalence of
Diabetes for 2011 and 2030.
Diabetes Research and
Clinical Practice.
Wikipedia. 2014. Pendidikan.
Diakses tanggal 12 Oktober
2014 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Pe
ndidikan.
Zahtamal. 2007. Faktor-faktor Risiko
Pasien Diabetes Melitus.
Berita Kedokteran
Masyarakat, Vol. 23 No. 3.
Diakses tanggal 22 Januari
2015 dari
www.google.co.id/search?hl=i
d&q=hubungan+makanan+da
n+dm