SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
                             REPUBLIK INDONESIA




                           PERATURAN
            KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
                       REPUBLIK INDONESIA
              NOMOR HK.03.1.23.12.11.10217 TAHUN 2011
                             TENTANG
                    OBAT WAJIB UJI EKIVALENSI

              DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

            KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
                      REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang   : bahwa untuk melaksanakan diktum Ketiga Peraturan Kepala
              Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
              Nomor HK.00.05.3.1818 Tahun 2005 tentang Pedoman Uji
              Bioekivalensi, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan
              Pengawas Obat dan Makanan tentang Obat Wajib Uji
              Ekivalensi;
Mengingat   : 1. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
                 Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
                 Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
                 Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah
                 terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;
              2. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit
                 Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non
                 Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah
                 terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005;
              3. Peraturan       Menteri      Kesehatan         Nomor
                 1010/Menkes/Per/XI/2008   tentang   Registrasi  Obat
                 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
                 Kesehatan Nomor 1120/Menkes/Per/XII/2008;
              4. Peraturan      Menteri        Kesehatan         Nomor
                 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi;
              5. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
                 Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi
                 dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan
                 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala
                 Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.21.4231
                 Tahun 2004;
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
                                REPUBLIK INDONESIA




                                      -2-

                6. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
                   Nomor    02002/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Tata
                   Laksana Uji Klinik;
                7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
                   Nomor HK.00.05.3.1818 Tahun 2005 tentang Pedoman Uji
                   Bioekivalensi;
                8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
                   Nomor      HK.00.05.1.3682 Tahun 2005 tentang Tata
                   Laksana Uji Bioekivalensi;
                9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
                   Nomor      HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 tentang
                   Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat;

                               MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT                         DAN
             MAKANAN TENTANG OBAT WAJIB UJI EKIVALENSI.


                                  BAB I
                             KETENTUAN UMUM

                                    Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1.   Obat adalah obat jadi termasuk produk biologi, yang merupakan bahan
     atau paduan bahan digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
     sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
     pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan, dan
     kontrasepsi untuk manusia.
2.   Obat Copy adalah obat yang mengandung zat aktif dengan komposisi,
     kekuatan, bentuk sediaan, rute pemberian, indikasi dan posologi sama
     dengan obat yang sudah disetujui.
3.   Obat Komparator adalah obat yang digunakan sebagai pembanding dalam
     uji ekivalensi in vivo dan/atau in vitro untuk pembuktian ekivalensi suatu
     obat copy.
4.   Pendaftar adalah industri farmasi yang telah mendapat izin industri
     farmasi sesuai ketentuan perundang-undangan.
5.   Registrasi Baru adalah registrasi obat yang belum mendapat izin edar di
     Indonesia.
6.   Registrasi Ulang adalah registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
                                   REPUBLIK INDONESIA




                                         -3-

7.    Uji Ekivalensi adalah uji in vivo dan/atau in vitro untuk menentukan
      ekivalensi antara obat uji (obat copy) dengan obat komparator.
8.    Uji Ekivalensi in vivo yang selanjutnya disebut Uji Bioekivalensi adalah uji
      bioavailabilitas atau farmakodinamik komparatif yang dirancang untuk
      menunjukkan bioekivalensi antara obat uji (obat copy) dengan obat
      inovator/komparator.
9.    Uji Ekivalensi in vitro yang selanjutnya disebut Uji Disolusi Terbanding
      adalah uji disolusi komparatif yang dilakukan untuk menunjukkan
      similaritas  profil    disolusi   antara    obat   uji    dengan    obat
      inovator/komparator.


                                       BAB II
                          OBAT WAJIB UJI EKIVALENSI

                                       Pasal 2

(1)   Obat Copy wajib dilakukan Uji Ekivalensi.
(2)   Uji Ekivalensi terhadap Obat Copy sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
      dilakukan dengan pembanding Obat Komparator.
(3)   Uji Ekivalensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
      a.   Uji Bioekivalensi; atau
      b.   Uji Disolusi Terbanding.
(4)   Uji Bioekivalensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, wajib
      dilakukan untuk Obat Copy dengan kelas terapi sebagaimana tercantum
      dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
      ini.
(5)   Selain Obat Copy yang tercantum dalam Lampiran sebagaimana dimaksud
      pada ayat (4) dengan kelas terapi yang sama wajib dilakukan Uji Disolusi
      Terbanding.
(6)   Terhadap Obat Copy pertama dapat dipersyaratkan untuk wajib dilakukan
      Uji Bioekivalensi berdasarkan hasil pengkajian.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
                                    REPUBLIK INDONESIA




                                          -4-

                                        BAB III
                        PELAKSANAAN UJI EKIVALENSI


                                        Pasal 3
Uji Ekivalensi terhadap Obat Copy sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dilaksanakan sebagai persyaratan dalam:
a.    Registrasi Baru; dan
b.    Registrasi Ulang.
                                        BAB IV

                                OBAT KOMPARATOR

                                        Pasal 4
(1)   Obat Komparator yang digunakan dalam Uji Ekivalensi harus obat
      inovator yang memiliki Izin Edar di Indonesia.
(2)   Dalam hal obat inovator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari
      tempat produksi yang berbeda dengan tempat produksi obat inovator yang
      terdaftar di Indonesia, maka harus dilakukan Uji Disolusi Terbanding
      untuk membuktikan ekivalensi kedua obat inovator.
(3)   Jika Obat Komparator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tersedia,
      maka dapat dipilih dengan urutan prioritas sebagai berikut:
      a.   Obat yang telah terdaftar di negara yang tergabung dalam
           International Conference on Harmonization (ICH) dan negara
           asosiasinya (associated countries);
      b.   Obat Copy yang telah terbukti bioekivalen terhadap obat inovator
           dengan hasil paling mendekati obat inovator; atau
      c.   Obat yang termasuk dalam daftar prakualifikasi World Health
           Organization (WHO).
                                        BAB V
                                        SANKSI

                                        Pasal 5

Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini dapat dikenai sanksi
administratif berupa:
a. penundaan pemberian Izin Edar; atau
b. pembekuan Izin Edar.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
                                 REPUBLIK INDONESIA




                                         -5-

                                  BAB VI
                           KETENTUAN PERALIHAN

                                       Pasal 6

Obat Copy yang masih dalam proses registrasi, Obat Copy yang didaftarkan
sebagai Registrasi Baru, dan Obat Copy yang didaftarkan sebagai Registrasi
Ulang yang wajib Uji Bioekivalensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(4) sampai dengan 2 (dua) tahun sejak Peraturan ini berlaku, dapat dilakukan
Uji Disolusi Terbanding dengan komitmen dan wajib menyerahkan laporan
hasil Uji Bioekivalensi paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan ini berlaku.


                                  BAB VII
                            KETENTUAN PENUTUP

                                       Pasal 7

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.



                           Ditetapkan di Jakarta
                           pada tanggal 30 Desember 2011
                           KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
                           REPUBLIK INDONESIA,

                                ttd.

                           KUSTANTINAH



Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 Januari 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

      ttd.

AMIR SYAMSUDIN

   BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 120
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
                                REPUBLIK INDONESIA




                                    LAMPIRAN
                                    PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT
                                    DAN MAKANAN REPUBLIK INDON ESIA
                                    NOMOR HK.03.1.23.12.11.10217 TAHUN 2011
                                    TENTANG
                                    OBAT WAJIB UJI EKIVALENSI

          DAFTAR OBAT COPY YANG M ENGANDUNG ZAT AKTIF
                    WAJIB UJI BIOEKIVALENSI


1. OBAT DIABETES
   1.1. Obat Penurun Glukosa Darah
        1. Acarbose
        2. Glibenclamide
        3. Gliclazide
        4. Glimepiride
        5. Glipizide
        6. Gliquidone
        7. Metformin
        8. Nateglinide
        9. Pioglitazone
        10. Repaglinide

2. ANTITROMBOTIK
        1. Cilostazol
        2. Clopidogrel
        3. Warfarin

3. OBAT KARDIOVASKULAR
   3.1. Anti aritmia
        1. Amiodarone
        2. Disopyramide
        3. Digoxin
   3.2. Anti angina
        1. Isosorbide Dinitrate

4. ANTIHIPERTENSI
   4.1. Diuretik
        1. Furosemide
        2. Indapamide
        3. Spironolakton
   4.2. Beta Bloker
        1. Atenolol
        2. Bisoprolol
        3. Carvedilol
        4. Metoprolol
   4.3. Antagonis Kalsium
        1. Nifedipine
        2. Nimodipine
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
                             REPUBLIK INDONESIA


                                   -2-
   4.4. Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
        1. Captopril
        2. Enalapril
        3. Lisinopril
        4. Perindopril
        5. Ramipril
   4.5. Antagonis Reseptor Angiotensin II
        1. Candesartan
        2. Irbesartan
        3. Losartan
        4. Valsartan

5. OBAT PENURUN KADAR LIPID
       1. Atorvastatin
       2. Fenofibrat
       3. Gemfibrozil

6. KONTRASEPSI HORMONAL SISTEM IK
       1. Desogestrel
       2. Estradiol sipionat
       3. Ethynil estradiol
       4. Levonorgestrel
       5. Linestrenol

7. OBAT SALURAN KEM IH
   7.1. Obat untuk Disfungsi Ereksi
        1. Sildenafil
        2. Tadalafil
   7.2. Obat untuk BPH (Benign Prostatic Hypertrophy)
        1. Tamsulosin
        2. Terazosin

8. ANTI INFEKSI
   8.1. Antibiotik Sistemik
        1. Azithromycin
        2. Cefixime
        3. Cefpodoxime
        4. Ciprofloxacin
        5. Doxycycline
        6. Levofloxacin
        7. Ofloxacin
   8.2. Antimikotik Sistemik
        1. Fluconazole
        2. Itraconazole
        3. Ketoconazole
        4. Voriconazole
   8.3. Obat Tuberculosis
        1. Rifampicin
   8.4. Antiviral Sistemik
        1. Aciclovir
        2. Didanosine
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
                              REPUBLIK INDONESIA


                                    -3-
        3. Efavirenz
        4. Entecavir
        5. Lamivudine
        6. Nevirapine
        7. Ribavirin
        8. Stavudine
        9. Zidovudine
   8.5. Anti M alaria
        1. Artemether
        2. Artesunate
9. OBAT OSTEOPOROSIS
        1. Alendronate
        2. Clodronate
        3. Risedronate

10. OBAT SISTEM SARAF PUSAT
    10.1. Antiepilepsi
          1. Carbamazepine
          2. Gabapentin
          3. Levetiracetam
          4. Phenytoin
          5. Valproic acid
    10.2. Anti Parkinson
          1. Levodopa
    10.3. Antipsikotik
          1. Clozapine
          2. Olanzapine
          3. Risperidone
    10.4. Antiansietas
          1. Alprazolam
    10.5. Hipnotik dan Sedatif
          1. Zolpidem
    10.6. Antidepresan
          1. Amitriptyline
          2. Imipramin
    10.7. Psikostimulan
          1. Methylphenidate
    10.8. Lain-lain
          1. Naltrexone

11. Obat dengan bentuk sediaan lepas termodifikasi (modified release)


                       KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
                       REPUBLIK INDONESIA,

                            ttd.

                       KUSTANTINAH

More Related Content

What's hot

Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01roywidhie
 
Materi kuliah tamu S1 yang kedua bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 yang kedua bioekuivalensiMateri kuliah tamu S1 yang kedua bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 yang kedua bioekuivalensiGilang Rizki Al Farizi
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiSurya Amal
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CNovi Fachrunnisa
 
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiUji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiGuide_Consulting
 
Rangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika Dasar
Rangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika DasarRangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika Dasar
Rangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika DasarNesha Mutiara
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilArwinAr
 
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Novi Fachrunnisa
 
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsaEka Selvina
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamolYudia Susilowati
 
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar FarmasiPermenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar FarmasiUlfah Hanum
 
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologisPengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologisdimaswp
 

What's hot (20)

Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
 
Materi kuliah tamu S1 yang kedua bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 yang kedua bioekuivalensiMateri kuliah tamu S1 yang kedua bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 yang kedua bioekuivalensi
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
Evaluasi Granul
Evaluasi GranulEvaluasi Granul
Evaluasi Granul
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
 
Rheologi
RheologiRheologi
Rheologi
 
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiUji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Suspensi
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Rangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika Dasar
Rangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika DasarRangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika Dasar
Rangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika Dasar
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan steril
 
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
 
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
 
soal farmasetika
soal farmasetikasoal farmasetika
soal farmasetika
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamol
 
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar FarmasiPermenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
Permenkes RI No. 34 th 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologisPengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
 
Alasan pelrut etanol 96
Alasan pelrut etanol 96Alasan pelrut etanol 96
Alasan pelrut etanol 96
 

Similar to Peraturan Kepala Badan POM tentang obat wajib uji ekivalen

Peraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi CPOB
Peraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi  CPOBPeraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi  CPOB
Peraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi CPOBBambang Priyambodo
 
Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011kurniabanta
 
Cara pembuatan obat tradisional yang baik (cpotb) 2011
Cara pembuatan obat tradisional yang baik (cpotb) 2011 Cara pembuatan obat tradisional yang baik (cpotb) 2011
Cara pembuatan obat tradisional yang baik (cpotb) 2011 heyjuli
 
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorPer kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorUlfah Hanum
 
Hubungi 0852-2222-3459 SERVICE AC MAKASSAR
Hubungi 0852-2222-3459 SERVICE AC MAKASSARHubungi 0852-2222-3459 SERVICE AC MAKASSAR
Hubungi 0852-2222-3459 SERVICE AC MAKASSARService AC Makassar
 
Per kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiotPer kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiotIinSuhesti1
 
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBFPermenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBFSainal Edi Kamal
 
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdfPermenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdfizzatulsyarly
 
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdfPermenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdfrizrikaamalia
 
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdfPermenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdfDayarniBulolo
 
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdfPermenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdfpramudyawardhana2
 
Permenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
Permenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakitPermenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
Permenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakitickamooduto
 
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdfPermenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdfJuliRita2
 
Permenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbfPermenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbfADIJM
 
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdftulus14
 
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)Ida Part II
 

Similar to Peraturan Kepala Badan POM tentang obat wajib uji ekivalen (20)

Peraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi CPOB
Peraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi  CPOBPeraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi  CPOB
Peraturan Kepala Badan POM tentang sertifikasi CPOB
 
Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011
 
CPOB 2012
CPOB 2012CPOB 2012
CPOB 2012
 
Cara pembuatan obat tradisional yang baik (cpotb) 2011
Cara pembuatan obat tradisional yang baik (cpotb) 2011 Cara pembuatan obat tradisional yang baik (cpotb) 2011
Cara pembuatan obat tradisional yang baik (cpotb) 2011
 
Petunjuk tehnik cpotb
Petunjuk tehnik cpotbPetunjuk tehnik cpotb
Petunjuk tehnik cpotb
 
Permenkes 1010 Registrasi Obat 2008
Permenkes 1010   Registrasi Obat 2008Permenkes 1010   Registrasi Obat 2008
Permenkes 1010 Registrasi Obat 2008
 
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorPer kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
 
Hubungi 0852-2222-3459 SERVICE AC MAKASSAR
Hubungi 0852-2222-3459 SERVICE AC MAKASSARHubungi 0852-2222-3459 SERVICE AC MAKASSAR
Hubungi 0852-2222-3459 SERVICE AC MAKASSAR
 
Per kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiotPer kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiot
 
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBFPermenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
 
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdfPermenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdf
 
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdfPermenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
 
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdfPermenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
 
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdfPermenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 (1).pdf
 
Permenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
Permenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakitPermenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
Permenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
 
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdfPermenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016.pdf
 
Permenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbfPermenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbf
 
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
 
Permenkes 1799 2010
Permenkes 1799 2010Permenkes 1799 2010
Permenkes 1799 2010
 
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
 

Peraturan Kepala Badan POM tentang obat wajib uji ekivalen

  • 1. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.12.11.10217 TAHUN 2011 TENTANG OBAT WAJIB UJI EKIVALENSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan diktum Ketiga Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.3.1818 Tahun 2005 tentang Pedoman Uji Bioekivalensi, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Obat Wajib Uji Ekivalensi; Mengingat : 1. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; 2. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005; 3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1010/Menkes/Per/XI/2008 tentang Registrasi Obat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1120/Menkes/Per/XII/2008; 4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi; 5. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.21.4231 Tahun 2004;
  • 2. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -2- 6. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02002/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Tata Laksana Uji Klinik; 7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.3.1818 Tahun 2005 tentang Pedoman Uji Bioekivalensi; 8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.1.3682 Tahun 2005 tentang Tata Laksana Uji Bioekivalensi; 9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG OBAT WAJIB UJI EKIVALENSI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Obat adalah obat jadi termasuk produk biologi, yang merupakan bahan atau paduan bahan digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia. 2. Obat Copy adalah obat yang mengandung zat aktif dengan komposisi, kekuatan, bentuk sediaan, rute pemberian, indikasi dan posologi sama dengan obat yang sudah disetujui. 3. Obat Komparator adalah obat yang digunakan sebagai pembanding dalam uji ekivalensi in vivo dan/atau in vitro untuk pembuktian ekivalensi suatu obat copy. 4. Pendaftar adalah industri farmasi yang telah mendapat izin industri farmasi sesuai ketentuan perundang-undangan. 5. Registrasi Baru adalah registrasi obat yang belum mendapat izin edar di Indonesia. 6. Registrasi Ulang adalah registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar.
  • 3. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -3- 7. Uji Ekivalensi adalah uji in vivo dan/atau in vitro untuk menentukan ekivalensi antara obat uji (obat copy) dengan obat komparator. 8. Uji Ekivalensi in vivo yang selanjutnya disebut Uji Bioekivalensi adalah uji bioavailabilitas atau farmakodinamik komparatif yang dirancang untuk menunjukkan bioekivalensi antara obat uji (obat copy) dengan obat inovator/komparator. 9. Uji Ekivalensi in vitro yang selanjutnya disebut Uji Disolusi Terbanding adalah uji disolusi komparatif yang dilakukan untuk menunjukkan similaritas profil disolusi antara obat uji dengan obat inovator/komparator. BAB II OBAT WAJIB UJI EKIVALENSI Pasal 2 (1) Obat Copy wajib dilakukan Uji Ekivalensi. (2) Uji Ekivalensi terhadap Obat Copy sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan pembanding Obat Komparator. (3) Uji Ekivalensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. Uji Bioekivalensi; atau b. Uji Disolusi Terbanding. (4) Uji Bioekivalensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, wajib dilakukan untuk Obat Copy dengan kelas terapi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (5) Selain Obat Copy yang tercantum dalam Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan kelas terapi yang sama wajib dilakukan Uji Disolusi Terbanding. (6) Terhadap Obat Copy pertama dapat dipersyaratkan untuk wajib dilakukan Uji Bioekivalensi berdasarkan hasil pengkajian.
  • 4. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -4- BAB III PELAKSANAAN UJI EKIVALENSI Pasal 3 Uji Ekivalensi terhadap Obat Copy sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilaksanakan sebagai persyaratan dalam: a. Registrasi Baru; dan b. Registrasi Ulang. BAB IV OBAT KOMPARATOR Pasal 4 (1) Obat Komparator yang digunakan dalam Uji Ekivalensi harus obat inovator yang memiliki Izin Edar di Indonesia. (2) Dalam hal obat inovator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari tempat produksi yang berbeda dengan tempat produksi obat inovator yang terdaftar di Indonesia, maka harus dilakukan Uji Disolusi Terbanding untuk membuktikan ekivalensi kedua obat inovator. (3) Jika Obat Komparator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tersedia, maka dapat dipilih dengan urutan prioritas sebagai berikut: a. Obat yang telah terdaftar di negara yang tergabung dalam International Conference on Harmonization (ICH) dan negara asosiasinya (associated countries); b. Obat Copy yang telah terbukti bioekivalen terhadap obat inovator dengan hasil paling mendekati obat inovator; atau c. Obat yang termasuk dalam daftar prakualifikasi World Health Organization (WHO). BAB V SANKSI Pasal 5 Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini dapat dikenai sanksi administratif berupa: a. penundaan pemberian Izin Edar; atau b. pembekuan Izin Edar.
  • 5. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -5- BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 6 Obat Copy yang masih dalam proses registrasi, Obat Copy yang didaftarkan sebagai Registrasi Baru, dan Obat Copy yang didaftarkan sebagai Registrasi Ulang yang wajib Uji Bioekivalensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) sampai dengan 2 (dua) tahun sejak Peraturan ini berlaku, dapat dilakukan Uji Disolusi Terbanding dengan komitmen dan wajib menyerahkan laporan hasil Uji Bioekivalensi paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan ini berlaku. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 7 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2011 KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. KUSTANTINAH Diundangkan di Jakarta pada tanggal 26 Januari 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 120
  • 6. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDON ESIA NOMOR HK.03.1.23.12.11.10217 TAHUN 2011 TENTANG OBAT WAJIB UJI EKIVALENSI DAFTAR OBAT COPY YANG M ENGANDUNG ZAT AKTIF WAJIB UJI BIOEKIVALENSI 1. OBAT DIABETES 1.1. Obat Penurun Glukosa Darah 1. Acarbose 2. Glibenclamide 3. Gliclazide 4. Glimepiride 5. Glipizide 6. Gliquidone 7. Metformin 8. Nateglinide 9. Pioglitazone 10. Repaglinide 2. ANTITROMBOTIK 1. Cilostazol 2. Clopidogrel 3. Warfarin 3. OBAT KARDIOVASKULAR 3.1. Anti aritmia 1. Amiodarone 2. Disopyramide 3. Digoxin 3.2. Anti angina 1. Isosorbide Dinitrate 4. ANTIHIPERTENSI 4.1. Diuretik 1. Furosemide 2. Indapamide 3. Spironolakton 4.2. Beta Bloker 1. Atenolol 2. Bisoprolol 3. Carvedilol 4. Metoprolol 4.3. Antagonis Kalsium 1. Nifedipine 2. Nimodipine
  • 7. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -2- 4.4. Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme) 1. Captopril 2. Enalapril 3. Lisinopril 4. Perindopril 5. Ramipril 4.5. Antagonis Reseptor Angiotensin II 1. Candesartan 2. Irbesartan 3. Losartan 4. Valsartan 5. OBAT PENURUN KADAR LIPID 1. Atorvastatin 2. Fenofibrat 3. Gemfibrozil 6. KONTRASEPSI HORMONAL SISTEM IK 1. Desogestrel 2. Estradiol sipionat 3. Ethynil estradiol 4. Levonorgestrel 5. Linestrenol 7. OBAT SALURAN KEM IH 7.1. Obat untuk Disfungsi Ereksi 1. Sildenafil 2. Tadalafil 7.2. Obat untuk BPH (Benign Prostatic Hypertrophy) 1. Tamsulosin 2. Terazosin 8. ANTI INFEKSI 8.1. Antibiotik Sistemik 1. Azithromycin 2. Cefixime 3. Cefpodoxime 4. Ciprofloxacin 5. Doxycycline 6. Levofloxacin 7. Ofloxacin 8.2. Antimikotik Sistemik 1. Fluconazole 2. Itraconazole 3. Ketoconazole 4. Voriconazole 8.3. Obat Tuberculosis 1. Rifampicin 8.4. Antiviral Sistemik 1. Aciclovir 2. Didanosine
  • 8. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA -3- 3. Efavirenz 4. Entecavir 5. Lamivudine 6. Nevirapine 7. Ribavirin 8. Stavudine 9. Zidovudine 8.5. Anti M alaria 1. Artemether 2. Artesunate 9. OBAT OSTEOPOROSIS 1. Alendronate 2. Clodronate 3. Risedronate 10. OBAT SISTEM SARAF PUSAT 10.1. Antiepilepsi 1. Carbamazepine 2. Gabapentin 3. Levetiracetam 4. Phenytoin 5. Valproic acid 10.2. Anti Parkinson 1. Levodopa 10.3. Antipsikotik 1. Clozapine 2. Olanzapine 3. Risperidone 10.4. Antiansietas 1. Alprazolam 10.5. Hipnotik dan Sedatif 1. Zolpidem 10.6. Antidepresan 1. Amitriptyline 2. Imipramin 10.7. Psikostimulan 1. Methylphenidate 10.8. Lain-lain 1. Naltrexone 11. Obat dengan bentuk sediaan lepas termodifikasi (modified release) KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. KUSTANTINAH