Bab ini membahas pengelompokan agregat berdasarkan ukuran butir nominal, bentuk, berat volume, dan gradasi. Agregat dikelompokan menjadi agregat halus dengan ukuran kurang dari 5 mm, dan agregat kasar dengan ukuran lebih dari 5 mm. Bentuk agregat meliputi bulat, tidak teratur, bersudut, panjang, dan pipih. Berdasarkan beratnya, agregat dibedakan menjadi normal, ringan, dan berat. Gradasi agregat ad
1. BAB
PENGELOMPOKAN AGREGAT
A. Agregat dikelompokan berdasarkan:
1.
Ukuran Butir Nominal
Ukuran agregat dapat mempengaruhi kekuatan tekan beton. Untuk
perbandingan bahan-bahan campuran tertentu, kekuatan tekan beton
berkurang bila ukuran maksimum bertambah besar, dan juga akan menambah
kesulitan dalam pengerjaanya. Ukuran dan bentuknya harus disesuaikan
dengan syarat yang diberikan oleh ASTM, BS atau SNI/SII. Seperti yang
diuraikan diatas, ukuran agregat lebih banyak pula berpengaruh terhadap
kemudahan pengerjaan (workability). Pemilihan ukuran maksimum dari
agregat ini cenderung tergantung dari jenis cetakan dan tulangan. Untuk
strukutur beton bertulang SK SNI T-15-1991-03 memberikan batasan untuk
butir agregat maksimum yang digunakan sebesar 40mm.
2. Bentuk
Bentuk agregat belum terdefinisikan secara jelas, sehingga sifat-sifat
tersebut sulit diukur
dengan baik.
Sejumlah
peneliti telah banyak
membicarakan hal ini, salah satunya adalah Mather yang menyatakan bahwa
bentuk butir agregat ditentukan oleh dua sifat yang tidak saling tergantung
yaitu kebulatan/ketajaman sudut (sifat yang tergantung pada ketajaman
relatif , secara numerik dinyatakan dengan rasio antara jari-jari rata-rata
dari sudut lengkung ujung atau sudut butir dari jari-jari maksimum lengkung
salah satu ujung/sudutnya) dan oleh sperikal yaitu rasio antara luas
permukaan dengan volume butir.
1
2. Bentuk agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara alamiah bentuk
agregat
dipengaruhi
oleh
proses
geologi
batuan.
Setelah
dilakukan
penambangan, bentuk agregat dipengaruhi oleh cara peledakan maupun mesin
pemecah batu dan teknik yang digunakan.
Jika dikonsolidasikan, butiran yang bulat akan menghasilkan campuran
beton yang lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih.
Penggunaan pasta semennyapun akan lebih ekonomis. Bentuk-bentuk agregat
ini lebih banyak berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton segar
(fresh concrete).Tes standar yang dapat digunakan dalam menentukan
bentuk agregat ini adalah ASTM D-3398.
3. Berat Volume Beton
Berdasarkan beratnya, agregat dibedakan menjadi 3 yaitu; agregat
normal, agregat ringan, dan agregat berat.
4. Gradasi
Gradasi agregat ialah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini
bervariasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade),
gradasi menerus (continous grade), dan gradasi seragam (uniform grade).
Untuk mengetahui gradasi tersebut dilakukan pengujian melalui analisa ayak
sesuai dengan standar dari BS-812, ASTM C-33, C136, ASHTO T.27 ataupun
standar
Indonesia. Beberapa ukuran saringan yang digunakan untuk
mengetahui gradasi agregat ditunjukkan oleh table berikut :
2
3. BRITISH
STANDAR ISO
STANDARD
ASTMEII
BS-812
STANDARD JERMAN
(BS.410,1976)
128 mm
100 mm
-
-
64
90 mm
-
-
-
75 mm
75 mm
-
-
63 mm
63 mm
63 mmm
-
50 mm
50 mm
-
32
37,5 mm
37,5 mm
31,5 mm
-
25 mm
28 mm
-
16
19 mm
20 mm
16 mm
-
12,5 mm
14 mm
-
8
9,5 mm
10 mm
8 mm
4
4075 mm
5,0 mm
4 mm
2
2,36 mm
2,36 mm
2 mm
1
1,18 mm
1,18 mm
1 mm
500 µm
600 µm
600 µm
500 µm
250 µm
300 µm
300 µm
250 µm
125 µm
150 µm
150 µm
-
62µm
75 µm
75 µm
-
5. Tekstur Permukaan
Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin.
Berdasarkan pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi
sangat halus (glassy), halus, granular, kasar, berkristal (crystalline), berpori,
dan berlubang-lubang. Secara numerik belum dipakai untuk menentukan
definisi dari susunan permukaan agregat. Permukaan yang kasar akan
menghasilkan ikatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan permukaan
agregat yang licin. Jenis lain dari permukaan agregat adalah mengkilap dan
kusam.
3
4. Ukuran susunan agregat tergantung dari kekerasan, ukuran molekul,
tekstur batuan dan besarnya gaya yang bekerja pada permukaan butiran yang
telah membuat licin atau kasar permukaan tersebut. Secara umum susunan
permukaan ini sangat berpengaruuh pada kemudahan pekerjaan. Semakin licin
permukaan agregat akan semakin sulit beton untuk dikerjakan.
B. Jenis Agregat Berdasarkan Ukuran Butir Nominal
1. Agregat Halus
1.1
Pengertian Agregat Halus
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai
bahan
pengisi dalam campuran mortar (adukan) dan beton.
Atau didefinisikan sebagai bahan yang dipakai sebagai pengisi,
dipakai bersama dengan bahan perekat dan membentuk suatu massa yang
keras, padat bersatau yang disebut beton
Selain seperti diuraikan diatas, fungsi utama agregat halus adalah
sebagai bahan pengisi diatara agregat kasar, sehingga ikatan menjadi
lebih kuat
Agregat halus dalam beton adalah pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh pemecah batu. Agregat halus berperan penting sebagai
pembentuk beton dalam pengendalian workability, kekuatan dan keawetan
beton, oleh karena itu pemakaian pasir sebagai pembentuk beton harus
dilakukan secara selektif.
4
5. 1.2 Syarat agregat halus
Syarat agregat halus yang dipakai sebagai campuran beton menurut
Peraturan Beton Indonesia 1971 SNI–2 :
a. Agregat halus atau pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan
keras. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal artinya tidak pecah
atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari atau hujan.
b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur melampaui 5% (ditentukan
terhadap berat kering) maka agregat halus harus dicuci.
c. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat.
Sisa diatas ayakan 1 mm harus minimum 10% berat.
Sisa diatas ayakan 0.25 mm harus berkisar 80%-95% berat.
d. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan
yang diakui.
e. Persyaratan gradasi untuk agregat halus
5
6. Tabel 1.5 Persyaratan gradasi agregat halus SK-SNI-T-15-1990-03
Ukuran saringan
Prosentase lolos saringan
(mm)
Daerah 1
Daerah 2
Daerah 3
10,00
100
100
100
100
4,80
90-100
90-100
90-100
95-100
2,40
60-95
75-100
85-100
95-100
1,20
30-70
55-90
75-100
90-100
0,60
15-34
35-59
60-79
80-100
0,30
5-20
8-30
12-40
15-50
0,15
0-10
0-10
0-10
0-15
Daerah 4
Sumber : Teknologi Beton; Kardiyono Tjokrodimulyoo. 1994
Keterangan:
Daerah I : pasir kasar
Daerah II : pasir agak kasar
Daerah III : pasir agak halus
Daerah IV : pasir halus
Beberapa pemeriksaan untuk mendapatkan kondisi agregat halus yang
memenuhi standar antara lain :
1. Pemeriksaan kadar lumpur sesuai dengan British Standard dengan kadar
lumpur maksimum 5%.
6
7. 2. Pemeriksaan kadar kotoran organik sesuai dengan British Standard dengan
ketentuan warna larutan harus lebih muda no 3 standar organik plate.
3. Pemeriksaan specific gravity dan absorbsi air pada pasir sesuai dengan
standar British Standard.
4. Pemeriksaan analisa saringan sesuai dengan British Standard.
2. Agregat Kasar
2.1. Pengertian agregat kasar
Agregat kasar dalam beton dapat berupa kerikil sebagai hasil
disintegrasi alam dari batuan atau batuan pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar
adalah agregat dengan butiran lebih dari 5 mm. Untuk memilih agregat
yang digunakan sebagai campuran beton ditentukan dari mutu, jenis
konstruksi dan ketersediaan bahan.
2.2. Syarat agregat kasar
Menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 3.4 Syarat agregat kasar yang akan
dipakai sebagai bahan campuran beton :
a. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak
berpori. Agregat kasar yang mengandung butiran-butiran pipih hanya
boleh dipakai apabila jumlah butiran-butiran pipih tidak melampaui 20%
dari berat agregat seluruhnya. Butiran-butiran agregat kasar harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh cuaca seperti terik
matahari atau hujan.
7
8. b. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering). Yang dimaksud dengan lumpur adalah bagianbagian yang dapat melampaui ayakan 0.063. Apabila kadar lumpur
melampaui dari 1% (ditentukan terhadap berat kering).
C. Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk
1. Agregat Bulat
Agregat ini terbentuk karena terjadinya pengikisan oleh air atau
keseluruhannya terbentuk karena pergeseran. Rongga udaranya minimum
33%, sehingga rasio luas permukaannya kecil. Beton yang dihasilkan dari
agregat ini kurang cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan
atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antar agregat kurang kuat.
2. Agregat bulat sebagian atau tidak teratur
Agregat ini secara alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian
terbentuk karena pergeseran sehingga permukaan atau sudut-sudutnya
berbentuk bulat. Rongga udara pada agregat ini lebih tinggi, sekitar 35%38%, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen agar mudah
dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini belum cukup baik untuk
struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi,
karena ikatan antar agregat belum cukup baik (masih kurang kuat).
3. Agregat Bersudut
Agregat ini mempunyai sudut-sudut yang Nampak jelas, yang terbentuk
ditempat-tempat perpotongan bidang-bidang dengan permukaan kasar.
Rongga udara pada agregat ini berkisar antara 38%- 40%, sehingga
membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton
yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada
kekuatan atau untuk beton mutu tinggi karena ikatan antar agregatnya baik
8
9. (kuat). Agregat ini dapat juga digunakan untuk bahan lapis perkerasan (rigid
pavement).
4. Agregat Panjang
Agregat ini panjangnya >lebarnya>tebalnya. Agregat disebut panjang jika
ukuran terbesarnya lebih dari 9/5 ukuran rata-rata. Ukuran rata- rata
adalah ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran agragat. Sebagai
contoh, agregat dengan ukuran rata-rata 15 mm, akan lolos ayakan 19mm dan
tertahan oleh ayakan 10mm. Agregat ini dinamakan panjang jika ukuran
terkecil butirannya lebih kecil dari 27 mm (9/5 x 15mm). Agregat jenis ini
akan berpengaruh buruk pada mutu beton yang akan dibuat. Agregat jenis ini
cenderung berada dirata-rata air sehingga akan terdapat rongga dibawahnya.
Kekuatan tekan dari beton yang menggunakan agragat ini buruk.
5. Agregat Pipih
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuranukuran lebar dan tebalnya lebih kecil. Agregat pipih sama dengan agregat
panjang, tidak baik untuk campuran beton mutu tinggi. Dinamakan pipih jika
ukuran terkecilnya kurang dari 3/5 ukuran rata- ratanya. Untuk contoh
diatas agregat disebut pipih jika lebih kecil dari 9mm. Menurut (Galloway,
1994) agregat pipih mempunyai perbandingan antara panjang dan lebar
dengan ketebalan dengan rasio 1:3 yang dapat digambarkan sama dengan uang
logam.
6. Agregat Pipih Dan Panjang
Agregat jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada
lebarnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya. Karena ikatan
antar agregatnya baik (kuat). Agregat ini dapat juga digunakan untuk bahan
lapis perkerasan (rigid pavement).
9
10. D. Jenis Agregat Berdasarkan Berat Volume Beton
1. Agregat Ringan
Digunakan untuk menghasilkan beton yang ringan dalam sebuah bangunan
yang memperhitungkan berat dirinya. Agregat ringan digunakan dalam
bermacam produk beton, misalnya bahan-bahan untuk isolasi atau lahan
untuk pra-tekan. Agregat ini paling banyak digunakan untuk beton-beton
pra-cetak. Beton yang dibuat dengan agregat ringan mempunyai sifat tahan
api yang baik. Kelemahannya adalah ukuran pori pada beton yang dibuat
dengan agrergat ini besar, sehingga penyerapannya besar pula. Jika tidak
diperhatikan hal ini akan menyebabkan beton yang dihasilkan menjadi
kurang baik kualitasnya. Agregat ringan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
yang dihasilkan melalui pembekahan (expanding) dan yang dihasilkan dari
pengolahan bahan alam. Disarankan agar penakarannya menggunakan
volume. Berat isi agregat ini berkisar 350-880 kg/m3 untuk agregat
kasarnya dan 750-1200 kg/m3 untuk agregat halusnya. Campuran kedua
agregat tersebut mempunyai berat isi maksimum 1040 kg/m3. Agregat
ringan yang digunkan dalam campuran beton harus memenuhi syarat mutu
dari ASTM C-330, ” Specification For Lighweight Agragates For
Structural Concrete”.
2. Agregat Normal
Dihasilkan dari pemecahan batuan dengan quarry atau langsung dari
sumber alam. Agregat ini biasanya berasal dari granit, basalt, kuarsa dan
sebagainya. Berat jenis rata-ratanya adalah 2.5 – 2.7 atau tidak boleh
kurang dari 1.2 kg/dm3. Beton yang dibuat dengan agregat normal adalah
beton normal, yaitu beton yang dibuat dengan isi 2.200 - 2.500 kg/m3 (SK.
SNI.T-15-1990:1). Kekuatan tekannya sekitar 15-40 Mpa. Ketentuan dan
persyaratan dari SII.0052-80 “Mutu Dan Cara Uji Agregat Beton” harus
dipenuhi. Bila tidak tercakup dalam SII.0052-80, maka agregat harus
10
11. memenuhi
ketentuan
ASTM
C-33,
“
Specification
For
Concrete
Aggregates”(PB-89, 1989:9).
3. Agregat Berat
Agregat berat mempunyai berat jenis lebih besar dari 2.800 kg/m3.
Contohnya adalah magnetic (fe304), barites (BaSO4), dan serbuk besi.
Berat jenis beton yang dihasilkan dapat mencapai 5 kali berat jenis
bahannya. Beton yang dibuat dengan agragat ini biasanya digunakan sebagai
pelindung dari radiasi sinar-X.
Untuk mengetahui apakah suatu agregat termasuk agregat berat, ringan
atau normal dapat diperiksa berat isinya. Standar yang digunakan adalah
C.29. Definisi berat isi sendiri adalah berat dalam satuan volume untuk
setiap partikel (Brink, R.H and Timms, A.G, 1966)
Ukuran maksimum yang diizinkan dalam ASTM C29 adalah 6 in(150 mm).
Alat yang digunakan dalam menentukan berat isi adalah bejana silinder
dengan butir yang telah ditentukan sesuai dengan syarat seperti yang
tercantum dalam table dibawah ini. Dalam hal in ukuran nominal agregat
merupakan ukuran maksimum dan volume alat ukur tidak boleh kurang dari
95% dari volume yang tercantum pada tabel.
Ukuran Max Butiran Agregat
Kapasitas Alat
in
mm
Ft3
M3
0.5
12.5
0.1
0.0023
1
25.0
0.6667
0.0093
1.5
37.5
0.5
0.014
3
75
1
0.028
4.5
112
2.5
0.070
6
150
3.5
0.100
Sumber
: ASTM C.29-1995, P.2
11
12. E. Jenis Agregat Berdasarkan Gradasi
1. Gradasi Seragam
Agregat yang mempunyai ukuran yang sama didefinisikan sebagai
agregat seragam. Agregat ini terdiri dari batas yang sempit dari ukuran
fraksi, agregat dengan gradasi ini biasanya dipakai unutk beton ringan
yaitu jenis beton tanpa pasirv(nir-pasir), atau untuk mengisi agregat
dengan gradasi sela, atau untuk campuran agregat yang kurang baik atau
tidak memenuhi syarat.
2. Gradasi Menerus
Didefinisikan jika agregat yang semua ukuran butirnya ada dan
terdistribusi dengan baik. Agregat ini lebih sering dipakai dalam
campuran beton. Untuk mendapatkan angka pori yang kecil dan
kemampatan yang tinggi sehingga terjadiinterlocking yang baik, campuran
beton membutuhkan variasi ukuran butir agregat. Dibandingkan dengan
gradasi sela atau seragam, gradas menerus adalah yang paling baik.
3. Gradasi Sela
Jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu set
ayakan tidak ada, maka gradasi ini akan menunjukkan satu garis horizontal
dalam grafiknya. Keistimewaan dari gradasi ini antara lain :
a. Pada nilai faktor air semen tertentu, kemudahan pengerjaan akan
lebih tinggi bila kandungan pasir lebih sedikit.
b. Pada kondisi kelecakan yang tinggi, lebih cenderung mengalami
segregasi, oleh karena itu gradasi sela disarankan dipakai pada tingkat
kemudahan pengerjaan yang rendah, yang pemadatannya menggunakan
penggetaran (vibration).
c. Gradasi ini tidak berpengaruh buruk pada kekuatan beton.
12
13. F. Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur Permukaan
1. Agregat licin/halus (glassy)
Agregat jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan
agregat dengan permukaan kasar. Dari hasil penelitian, kekasaran agregat
akan menambah kekuatan gesekan antara pasta semen dengan permukaan
butir agregat sehingga beton yang menggunakan agregat ini cenderung
metunya lebih rendah. Agregat licin terbentuk dari akibat pengikisan oleh
air, atau akibat patahnya batuan (rocks)berbutir halus atau batuan yang
berlapis-lapis.
2. Berbutir (granular)
Pecahan agregat jenis ini berbentuk bulat dan seragam.
3. Kasar
Pecahan kasar dapat terdiri dari batuan berbutir halu atau kasar yang
mengandung bahan-bahan berkristal yang tidak dapat terlihat dengan jelas
melalui pemeriksaan visual.
4. Kristalin (cristalline)
Agregat jenis ini mengandung Kristal-kristal yang nampak dengan jelas
melalui pemeriksaan visual.
5. Berbentuk sarang lebah (honeycombs)
Tampak
dengan
jelas
pori-porinya
dan
rongga-rongganya.
pemeriksaan visual, kita dapat melihat lubang-lubang pada batuannya.
13
Melalui
14. BAB
PENGUJIAN AGREGAT
Tujuan : Mendapatkan bahan-bahan campuran beton yang memenuhi syarat,
sehingga
beton yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan.
A. Standart Mutu Beton
1. SII 0052-80 (Mutu U dan cara uji agregat beton)
2. ASTM C 33-82 (Standart sepesification for concrete aggregates)
3. ASTM C 330-80 Spesification for light weight for structural concrete
(Agregat Ringan)
B. Agregat Normal (SII-052)
1. Agregat Halus
Modulus Halus
Modulus halus butir
Modulus halus butir 1.5 s/d 3.8
Didapat dari perhitungan analisa saringan agregat halus
Butiran pasir harus terdiri dari beraneka ragam, jika diuji dengan
test ayakan ISO
- Sisa di atas ayakan 4 mm minimal 2 % berat total
- Sisa di ayakan 1 mm minimum 10 % berat total
- Sisa di ayakan 0.25 mm minimum 80 – 90 % berat total
14
15. Kadar Lumpur
Kadar lumpur atau bagian yang kecil dari 70 mikron (0.075) max 5%
BERAT JENIS dan DAYA SERAP AGREGAT
Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh
agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat
jenis dari beton sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran
agregat dalam campuran beton. Hubungan antara berat jenias dan daya
serap adalah jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat maka semakin
kecil daya serap agregat tersebut
Kadar Zat Organik
Kadar zat organik yang terkandung ditentukan dengan mencampurkan
agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%.
Bandingkan warna larutan perendam dengan warna standar/pembanding
tidak lebih tua dari warna standar.
Kekerasan Butir
Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir
pembanding yang berasal dari pasir kwarsa Bangka memberikan angka tidak
lebih dari 2.20.
Kekalan
Kekekalan agregat dapat diuji dengan menggunakan larutan kimia untuk
memeriksa reaksinya pada agregat (PB 89,1990). Agregat harus memenuhi
syarat seperti yang tercantum dalam SII.0052-80 “Mutu dan Cara Uji
15
16. agregat beton” untuk beton normal atau yang memenuhi syarat ASTM C.3386, “Standard Specification for Concrete Aggregates” .
Max bagian yang hancur jika diuji dengan :
jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
: 10%
dan jika dipakai magnesium sulfatbagian yang hancur : 15%
2. Agregat Kasar
Untuk memeriksa agregat kasar ,kerikil alam dan batu pecah
dilakukan sama seperti pengujian pada pasir ditambah dengan pemeriksaan
kekerasan dan ketahanan aus.
i. Pemeriksaan Kekerasan kerikil dilakukan dengan bejana Rudellof, bagian
yang hancur ( tembus ayakan 2 mm) tidak boleh lebih dari 30 %
ii.
Pemeriksaan ketahanan aus dilakukan dengan mesin uji aus “ LOS
ANGELES”, bagian yang hancur tidak boleh lebih dari 50 %.
iii. Pemeriksaan Berat Jenis dan Daya Serap Air Agregat kasar.
Pemeriksaan Mutu Aggregat
a. Modulus Halus Butir
MHB agregat kasar = 6.0 : 7.1
b. Kadar Lumpur
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0.075) max
1%.
c. Kadar Bagian Lemah
Jika diuji dengan goresan batang tembaga max 5%.
16
17. d. Kekalan
Maksimal bagian yang hancur jika diuji dengan:
Natrium Sulfat
: 12%
Magnesium Sulfat : 18%
e. Sifat Reaktif
Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali semen (Na2O)
lebih besar dari 0.6%.
f. Kandungan Butiran Panjang
Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih dari 20%.
C. Agregat Normal Menurut ASTMC . 33
Agregat normal yang dipakai dalam campuran beton sesuai dengan ASTM,
berat isinya tidak boleh kurang dari 1200 kg/m3.
a. Agregat halus
Modulus halus butir 2,3 sampai 3,12.
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm
atau
No.200) dalam persen berat maksimum,
–
Untuk beton yang mengalarni abrasi sebesar 3,0%
–
Untuk beton jenis lainnya sebesar 5%.
Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan
maksimum
3%.
Kandungan arang dan lignit.
–
Bila
tampak
permukaan
beton
dipandang
diekspos), maksimurn 0,5 %
–
Beton jenis lainnya, maksimum (l - 0.5) %
17
penting
(beton
akan
18. Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur agregat halus
dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%, tidak menghasilkan warna
yang lebih tua dibanding warna standar. Jika warnanya lebih tua maka
ditolak kecuali :
–
Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau yang
sejenis
–
Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat
dengan pasir standar silika hasilnya menunjukan nilai lebih besar dari
95%.
Uji kuat tekan sesuai dengan cara ASTM C.87
Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton
yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan
dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana
penggunaan semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari 0,6%.
Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
–
maksimum 10%, dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%.
b. Agregat Kasar
Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton
yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan
dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, di mana
penggunaan semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari 0,6%.
Sifat fisika yang mencakup kekerasan agregat diuji dengan bejana
Los
Angeles. Batas ijin partikel yang berpengaruh buruk terhadap beton dan
sifat fisika yang diijinkan untuk agregat kasar. (Limits for Agregat
Deleterious Substances and Physical Requirement of Coarse Aggregates
for Concrete).
18
20. Contoh Hasil Analisis Ayakan
Berat Contoh Pasir 1000 gram
No
Ukuran
Ayakan
Berat tertinggal
% kumulatif
tertinggal
% lewat
ayakan
(%)
(gram)
Berat kumulatif
tertinggal (gram)
(%)
Batas atas
Bats bawah
(%)
(%)
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(f)
(f)
1
9.5 mm
0
0
0
100
100
100
2
4.75 mm
20
20
2
98
100
95
3
2.36 mm
27
47
4.7
95.3
100
80
4
1.18 mm
58
105
10.5
89.5
85
50
5
0.6 mm
179
284
28.1
71.6
60
25
6
0.3 mm
529
813
81.3
18.7
30
10
7
0.15 mm
172
985
98.5
1.5
0
15
8
Pan
15
1000
100
0
0
0
9
Jumlah
1000
MODULUS KEHALUSAN
Modulus Kehalusan / Fineness Modulus / FM = Jumlah % kumulatif yang
tertinggal di setiap ayakan / 100
Jika FM makin besar, maka pasir tersebut semakin kasar
FM untuk pasir berkisar antara 2.3 – 3.1
Untuk contoh diatas
FM
0 2 4.7 10.5 28.4 81.3 98.5
100
2.254
20
22. E. K E K U A T A N A G R E G A T
Kekuatan beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu
sepanjang kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akn dibuat
maka agregat tersebut masih cukup aman digunakan sebagai campuran beton.
Pada kasus-kasus tertentu, beton mutu tinggi yang mengalami konsentrasi
tegangan lokal cenderung mempunyai tegangan lebih tinggi daripada kekuatan
seluruh beton. Dalam hal ini kekuatan agregat menjadi kritis.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kekuatan agreg a t
Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir
agregat
dapat bersifat kurang kuat karena dua hal, yaitu:
a. Karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat
tetapi tidak baik dalam hal pengikatan (interlocking). Granite misalnya,
terdiri dari bahan yang kuat dan keras yaitu kristal Quardsdan Feldspar,
tetapi bersifat kurang kuat dan modulus elastisitasnya lebih rendah dari
pada gabbros dan diabeses. Hal ini terjadi karena butir- butir granit tidak
terikat dengan baik.
b. Porositas yang besar.
Porositas yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan ketahanan
terhadap beban kejut.
Kekerasan atau kekuatan butir-butir agregat tergantung dari bahannya dan
tidak dipengaruhi oleh lekatan antar butir satu dengan lainnya. Agregat yang
lebih kuat biasanya mempunyai modulus elastisitas (sifat dalam pengujian beban
uniaxal) yang lebih tinggi. Butir-butir yang lemah (lebih rendah dari pasta semen)
22
23. tidak dapat menghasilkan kekuatan beton yang dapat diandalkan. Kekerasa
sedang
mungkin
justru
lebih
menguntungkan,
Karena
dapat
mengurangi
konsentrasi tegangan yang terjadi, atau pembasahan atau pengeringan, atau
pemanasan dan pendinginan dengan demikian membantu mengurangi kemungkinan
terjadinya retakan dalam beton.
Butiran yang lemah dan lunak perlu dibatasi nilai minimumnya jika
ketahanan terhadap abrasi yang kuat diperlukan.Modulus elastisitas agregat juga
penting diketahui karena memberikan kontribusi dalam modulus elastisitas beton.
CARA PENGUJIAN KEKUATAN AGREGAT
Untuk menguji kekuatan agregat dapat menggunakan bejana Rudelloff
ataupun Los Angelos Test. Sesuai dengan SII.0052-80 (PB, 1989) untuk
agregat normal dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Kekerasan Agregat
Kekerasan degan bejana RUDOLLOFF
bag.hancur menembus ayakan 2mm
Kelas & Mutu
Beton
(%) max
Kekerasan dengan bejana geser
LOS ANGELES, bag. Hancur
menembus ayakan 1,7 mm,
(%) max
Fraksi Butir
9,5 - 19 mm
Beton Kelas I &
mutu B0 & B1
Beton Kelas II &
mutu K125 &
K175,
K225
Beton Kelas III &
mutu > K225/
beton perletakan
Fraksi Butir
19 - 30 mm
22 - 30
24 - 32
40 - 50
14 - 22
16 - 24
27 - 40
< 14
< 16
< 27
Bejana Rudolloff yang banyak digunakan di negara Inggris berupa bejana
yang berbentuk silinder baja dengan garis tengah bagian dalam 11.8 cm dan
23
24. tingginya 40 cm dilengkapi dengan stempel pada dasarnya. Cara pengujiannya,
butiran agregat dimasukkan kedalam silinder tersebut dan diletakkan stempel
kemudian ditekan dengan gaya tekan 20 ton selama 20 menit. Bagian yang
hancur yang lebih kecil dari 2 mm kemudian ditimbang. Beratnya merupakan
kekuatan dari agregat yang dinyataan dalam persen hancur. Semakin banyak
bagian yang hancur semakin rendah kekuatan agregat tersebut.
Cara Rudolloff agak kurang tepat jika dipakai untuk menguji agregat yang
lemah, karena perkiraan akan terjadi gesekan yang kuat dengan dinding
silinder baja selama penekanan mengakibatkan beban yang ditahan butr-butir
berkurang, sehingga nilai yang dihasilkan nampaknya lebih tinggi dari nilai yang
sebenarnya.
Cara uji kekuatan yang lainnya dengan menggunakan alat Los Angelos Test.
Mesin ini berupa silinder baja yang tertutup di kedua sisinya dengan diameter
71 cm dan panjang 50 cm. Silinder bertumpu pada sebuah sumbu horizontal
tempat berputar. Pada silinder terdapat lubang untuk memasukkan benda uji
dan tertutup rapat sedemikian sehingga permukaan dalam silinder tidak
terganggu. Dibagian dalam silinder terdapat blade baja melintang penuh
setinggi 8.9 cm. Silinder ini dilengkapi dengan bola-bola baja dengan diameter
rata-rata 4.68 cm dan berat masing-masing antara 390-445 gram atau sesuai
dengan gradasi benda uji seperti pada tabel berikut ini :
24
25. Tabel Berat & Gradasi Benda Uji
Lubang ayakan
Lolos
Tertahan
38,1
25,4
19,05
12,7
9,51
25,4
19,05
12,7
9,51
6,35
6,35
Berat benda uji
Gradasi
Gradasi
Gradasi
A
B
C
4,75
1250
1250
1250
1250
1250
1250
1250
1250
Tabel Jumlah & Berat Bola Baja Sesuai dengan
Gradasi
Gradasi
Jumlah Bola
Berat Semua Bola
A
B
C
12
11
8
5000±25
4584±25
3330±20
Untuk mengetahui nilai Los Angelos, silinder diputar dengan kecepatan 3033 rpm. Pengujian ini nampak lebih memuaskan jika dipakai untuk menguji
agregat normal. Caranya dengan mengukur butiran yang pecah pada akhir
putaran ke- 100 kali yang pertama dibandingkan dengan putaran ke-500.
Umumnya jika butiran yang pecah pada akhir ke-100 sudah lebih besar dari
20% (SNI memberi nilai batas 27%) daripada ke-500 dianggap bagian yang
lunak sudah terlalu banyak.
Cara lainnya dengan melakukan uji keuletan (toughness) caranya diberi
beban dengan sebuah mesin kejut (crushing value) dimana nilai kejut ini
biasanya berhubungan dengan kekerasan agregat. Uji kejut dilaksanakan
dengan menggunakan silinder baja dengan diameter dan tebal 25 cm yang
dijatuhi hammer seberat 2kg, dengan tinggi jatuh mulai dari 1 cm dan
25
26. kelipatannya. Nilai kejut yang baik lebih besar dari 19, sedangkan nilai yang
kurang dari 13 dianggap jelek. Uji kuat tekan pada campuran beton dapatjuga
digunakan untuk mengukur kekuatan agregat yaitu dengan membuat kubus
ukuran 50-200 mm yang kemudian diberi tekanan dengan menggunakan mesin
tekan sampai pecah.
F. Sifat-Sifat Agregat Dalam Campuran Beton
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Sifatsifat ini harus kita ketahui dan pelajari agar dapat mengambil tindakan yang
positif dalam megatasi masalah yang timbul. Agregat yang digunakan
diindonesia harus memenuhi syarat SII 0052-80, “Mutu dan Cara Uji Agregat
Beton” dan dalam hal-hal yang tidak termuat dalam SII 0052-80 makaagregat
tersebut harus memenuhi syarat dan ketentuan yang diberikan oleh ASTM C33- 82, “Standard Specification For Concrete Aggregates” (ulasan PB,
1989:14).
Serapan Air dan Kadar Air Agregat
Pada saat terbentuknya agregat kemungkinan terjadinya udara yang
terjebak dalam lapisan agregat atau terjadi karena dekomposisi mineral
pembentuk akibat perubahan cuaca, mak terbentuklah lubang, atau rongga
kecil didalam butiran agregat (pori). Pori dalam agregat mempunyai variasi
yang cukup besardan menyebar diseluruh tubuh butiran. Pori mungkin menjadi
reservoir air bebas didalam agregat. Presentasi berat air yang mampu diserap
agregat didalam air disebut sebagai serapan air, sedangkan benyaknya air yang
terkandung dalam agregat disebut kadar air .
26
27. i. SERAPAN AIR
Serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat
pada kondisi jenuh permukaan kering (JPK), atau saturated surface dry
(SSD), kondisi ini merupakan :
a. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam
beton, sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air dari
pastanya.
b. Kadar air di lapangan lebih banyak mendekati kondisi SSD daripada
kondisi kering tungku
Resapan efektif dinyatakan dengan banyaknya jumlah yang diperlukan
agregat dalam kodisi kering udara (Wku) menjadi SSD (WSSD), rumusnya
adalah:
Ref =WSSD-WKUWSSD×100%
Resapan efektif (Ref) dipakai untuk menghitung berat air yang akan diserap
(Wsr) oleh agregat (Wag)dalam adukan beton, yaitu dengan rumus :
Wsr= Ref.Wag
Sehingga kelebihan air dalam campuran beton yang merupakan kontribusi dari
agregat dapat dihitung dengan rumus :
Akel= WBHS- WSSDWSSD×100%
Air kelebihan ini dipakai untuk menghitung berat tambahan (Wtam) terhadap
campuran adukan beton, yaitu :
27
28. Wtam=Akel.Wag
Kelebihan (Wag)dan berat pada kondisi SSD (WSSD) dapat digunakan untuk
menghitung banyaknya kandungan air (Kair) dalam agregat yang dinyatakan dalam
rumus:
KAir= WAgr- WSSDWSSD×100%
ii. KADAR AIR
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat.
Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1) Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
2) Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya kering tetapi
megandung sedikit air dalam porinya dan masih dapat menyerap air.
3) Jenuh kering permukaan (JPK), yaitu keadaan dimana tidak air di permukaan
agregat , tetapi masih dapat menyerap air. Dalam kondisi ini air dalam agregat
tidak akan menambah atau mengurangi air pada campuran beton.
4) Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak mengandung
air, sehngga akan menyebabkan penambahan pada kadar air campuran beton.
Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai, yaitu
kering tungku dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinyatakan dalam presentase
dan dapat dihitung sebagai berikut :
KA= W1- W2W2×100%
28
29. Jika agregat basah ditimbang beratnya (W1 ), kemudian dikeringkan dalam
tungku dengan suhu 1000±50 sampai beratnya konstan (biasanya selama 16-24
jam), kemudian ditimbang beratnya (W2), maka kadar airnya (KA) dapat
diketahui.
G. Mix Design
Beberapa metode dalam perancangan beton:
1) Metode ACI (American Conceat Institute) Method, mensyaratkan suatu
campuran perancangan beton dengan mempertimbangkan sisi ekonomisnya dengan
memperhatikan ketersediaan bahan-bahan dilapangan, kemudahan pekerjaan,
serta keawetan dan kekuatan pekerjaan beton. Cara ACI melihat bahwa dengan
ukuran agregat tertentu, jumlah air perkubik akan menentukan tingkat
konsistensi dari campuran beton yang pada akhirnya akan mempengaruhi
peleksanaan pekerjaan (workability).
2) Metode Road Note No.4, cara perancangan ini ditekankan pada pengaruh
gradasi agregat terhadap kemudahan pengerjaan.
3) Metode SK.SNI T-15-1990-03./ Current British Method (D0E) , disusun
oleh British Departement of Environment pada tahun 1975 untuk menggantikan
Road Note.4 diInggris. Untuk kondisi diindonesia telah diadakan penyesuaian
pada besarnya variasi kuat tekan beton.
4) Metode campuran Coba-coba, cara coba-coba dikembangkan berdasarkan
cara metode ACI, Road Note No.4 dan SK.SNI T-15-1990-03, setelah dilakukan
pelaksanaan dan evaluasi. Cara ini berusaha mendapatkan pori-pori yang minimum
atau kepadatan beton yang maksimum artinya bahwa kebutuhan kebutuhan
agregat halus maksimum untuk mendapatkan kebutuhan semen minimum.
29