1. Diskusi Kelompok
“Media E- Learning”
Pemakalah: Moh Wifaqul Idaini
Hasil Diskusi
1. Bagaimana teknik evaluasi elearning?
Evaluasi merupakan sebuah proses untuk menganalisis sebuah prosedur dari aspek
kualitasnya (Timothy, 2000: 220). Dalam bidang pendidikan, evaluasi merupakan proses yang
sistematis guna mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi serta menyimpulkan
sejauh mana tingkat pencapaian tujuan pembelajaran (Gronlund, 1990: 5). Jadi, evaluasi e-
learning adalah proses menganalisis kualitas proses pembelajaran berbasis Web (e-learning) dan
sejauh mana ketercapaian dari proses e-learning tersebut untuk dapat dirasakan para pembelajar.
Dalam pengukuran evaluasi e-learning dapat digunakan alat ukur yang sam a
de n gan p em b el aj a r a n di kelas. Oleh karena itu, tidak perlu mengembangkan atau
menerapkan teori baru untuk mengukur keberhasilan e-learning, hanya perlu meneruskan sistem
yang sudah ada dan sudah diterapkan dalam pembelajaran di kelas selama ini dengan
mengembangkan alat-alat teknologi sebagai media evaluasi e-learning.
Evaluasi dapat dilakukan pada tiga waktu, yaitu (Timothy, 2000: 220-221):
1. Sebelum proses pembelajaran (before)
Evaluasi ini dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung dan berfungsi untuk
mengukur potensi pelajar tentang materi yang akan disampaikan, sehingga instruktur dapat
menganalisis kebutuhan pelajar berdasarkan latar belakang pengetahuan yang telah dimiliki.
2. Pada saat proses pembelajaran (during)
Evaluasi ini bertujuan mengukur dan menganalisis proses pembelajaran serta merevisinya
menjadi lebih baik.
3. Setelah proses pembelajaran (after)
Evaluasi yang dilakukan setelah proses pembelajaran berfungsi untuk mengukur
efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran yang telah berlangsung demi perbaikan di masa
yang akan datang.
2. 2. Bagaimana Cara mengatasi kelemahan Pembelajaran e-learning ?
Menurut Soekartawi (dalam Kedasih, 2007:3) hal ini mungkin dapat diatasi dengan cara :
1. Disediakan forum untuk berdiskusi antara guru dengan peserta didik dan antar peserta
didik,
2. Diberikan keterampilan menguasai teknologi kepada pengajar
3. Disediakan fasilitas jaringan dan koneksi internet di tempat-tempat pendidikan
4. Disediakan software pembelajaran
5. Adanya kebijakan yang mendukung pelaksanaan progran e-learning
Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002)
mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang elearning, yaitu :
a. Sederhana
Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi
dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi
pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat
diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem
e-learning-nya.
b. Personal
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang
guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi
yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala
persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di
depan layar komputernya.
c. Cepat
Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan
dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat
dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
Sedangkan Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-
learning.
a. e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat,
menyimpan atau memunculkan kembali,mendistribusikan, dan sharing pembelajaran
dan informasi.
3. b. e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar
teknologi internet.
c. e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran
yang menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan.
3. Nilai karakter apa yang bisa diterapkan dalam pembelajaran E- Learning?
Pendidikan karakter merupakan hal yang baru sekarang ini meskipun bukan sesuatu yang
baru. Penanaman nilai-nilai sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak
dahulu kala. Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman, agaknya menuntut adanya
penanaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap
pengajaran. Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini
semakin memudar.
Dalam hal ini media elearning bisa diterapkan semua nilai- nilai karakter. Setiap mata
palajaran bahkan mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik.
Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda.
Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam tiap mata pelajaran dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Pendidikan Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun,
disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman,
patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras,
dan adil.
2. Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur,
mengahrgai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
3. Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung
jawab, ingin tahu, santun, nasionalis.
4. Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis,
kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras.
5. Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur,
bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri,
bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu
4. 6. Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerja sama,
patuh pada aturan sosial
7. Seni Budaya: Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain,
ingin, jujur, disiplin, demokratis
8. Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri,
mengahrgai karya dan prestasi orang lain
9. TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab,
dan menghargai karya orang lain.
10. Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan, menghargai karya orang lain, nasional, peduli.
Bagaimana kesemuanya diaplikasikan? Setiap nilai utama tersebut dapat dimasukkan ke dalam
pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan konfirmasi.
Bagian pertama adalah Eksplorasi, antara lain dengan cara:
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema
materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar
dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif,
kerjasama)
2. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama,
saling menghargai, peduli lingkungan)
3. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai
yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
4. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan
(contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
Bagian kedua adalah Elaborasi, nilai-nilai yang dapat ditanamkan antara lain:
1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas
tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang
ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
3. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
5. 4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai
yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
5. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan:
jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok
(contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
8. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri,
kerjasama)
9. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan
rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama)
Dan bagian ketiga adalah konfirmasi, nilai-nilainya antara lain:
a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling
menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar
yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan
kekurangan)
d) Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:
Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta
didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
6. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi
(contoh nilai yang ditanamkan: kritis)
Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan:
cinta ilmu); dan
Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
4. E-learning cocoknya diterapkan dimana?
Semua jenjang baik itu Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama ,sekolah
menengah Atas maupun Perguruan tinggi.
5. Sekolah mana yang sudah melaksanakan pembelajaran E-learning?
Contohnya untuk daerah jogyakarta yaitu SMA N 7 Yogyakarta, SMA N 8
yogyakarta, SMKN 4 yogyakarta, SMA Muhammadiyah 2 yogyakarta, SMA
muhammadiyah 1 yogyakarta
Bahkan menurut sumber data/ berita yaitu dari TEMPO Interaktif, Yogyakarta
- Kementerian Komunikasi dan Informatika menargetkan pada tahun 2014, seluruh
Sekolah Menengah Pertama di Indonesia sudah menerapkan program pembelajaran
berbasis teknologi informasi (e-learning). Kementerian ini juga menobatkan Yogyakarta
sebagai pionir program e-learning di Indonesia, karena daerah ini telah memulai
pelaksanaan program-program berbasis teknologi informasi di sekolah atau e-education.
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengatakan hingga saat
ini di Indonesia, program pengajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
baru diresmikan pada 110 sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta saja.
“Untuk tahap selanjutnya kita targetkan TIK ini sudah diterapkan pada 500
sekolah yang terdiri dari 300 SD dan 200 SMP di DI Yogyakarta," kata Tifatul saat
meresmikan Program e-education di SMP Negeri 1 Bantul, Yogyakarta, Sabtu 26 Maret
2011. "Dan pada 2014, untuk seluruh SMP di Indonesia sudah e-learning.
6. Ranah Afektif yang diterapkan dalam pembelajaran E-learning?
Sudah dijelaskan diatas, tidak ada bedanya pada pembelajaran dengan menggunakan media yang
lain. Contoh:
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap
dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui
dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian
angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu
lembar pengamatan.
7. Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah:
1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran,
kerelaan, mengarahkan perhatian
2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas
dalam merespon, mematuhi peraturan
3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen
terhadap nilai
4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak,
mengorganisasi sistem suatu nilai
Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya
mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.
Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone,
Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran PAI
7 6 5 4 3 2 1
Saya senang balajar PAI
Pelajaran agama bermanfaat
Pelajaran PAI membosankan
Dst….
Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran PAI
1. Pelajaran PAI bermanfaat SS S TS STS
1. Pelajaran PAI sulit
1. Tidak semua harus belajar PAI
1. Sekolah saya menyenangkan
Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
8. Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa
Minat Membaca
Nama Pembelajar:_____________________________
No Deskripsi Ya/Tidak
1 Saya lebih suka membaca dibandingkan dengan
melakukan hal-hal lain
2 Banyak yang dapat saya ambil hikmah dari buku yang
saya baca
3 Saya lebih banyak membaca untuk waktu luang saya
4 Dst…………..