1. PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI MENYAMBUT USIA BALIG KELAS IV
SDN CIJULANGADEG TAHUN PELAJARAN 2023/2024
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas
PPG PAI Daljab Angkatan 2 Tahun 2023
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas IV SD Negeri Cijulangadeg)
Oleh :
ELIH MAHMUDAH, S.Pd.I
NUPTK. 8047770671130033
PENDIDIKAN PROFESI GURU PAI DALAM JABATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
TAHUN 2023
2. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting terhadap kehidupan
manusia. Oleh karena itu, cara yang dapat dilakukan untuk memajukan
pendidikan yaitu dengan menumbuhkan semangat belajar. Namun dewasa ini
banyak kalangan pelajar yang menganggap bahwa belajar merupakan suatu
kegiatan atau aktivitas yang membosankan, mereka hanya duduk diam
mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran, tanpa adanya suatu
tindakan atau kegiatan sebagai pengalaman dalam belajar. Menurunya
semangat dan keinginan siswa dalam belajar akan sangat berdampak buruk
terhadap hasil belajar yang dicapai.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di SDN
Cijulangadeg ditemukan fakta bahwa hasil belajar siswa kelas IV pada materi
Menyambut Usia Balig masih rendah. Hal ini dikarenakan penggunaan model
pembelajaran yang tidak tepat dengan materi pembelajaran, rendahnya
perhatian atau aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, kurangnya rasa
ingin tahu dan motivasi siswa dalam belajar terhadap materi yang disampaikan.
Dalam penelitian ini solusi yang diharapkan peneliti mencoba
mengetengahkan salah satu solusi dalam bentuk pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan. Berdasarkan latar belakang diatas maka
peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas mengenai “ Penerapan Model
Pembelajaran Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
3. 2
Materi Menyambut Usia Balig Kelas IV SDN Cijulangadeg Tahun
Pelajaran 2023/2024 “ .
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan gambaran latar belakang masalah tersebut, maka masalah
dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Siswa belum menunjukkan keaktifan dan ketertarikan untuk
menerima materi pelajaran
2. Hasil belajar siswa yang rendah, hal ini dilihat dari nilai UH 1
sebagian besar siswa masih mendapatkan nilai di bawah KKM.
C. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini dalah :
1. Bagaimana hasil pembelajaran PAI siswa sebelum
menggunakan model pembelajaran talking stick di kelas IV SDN
Cijulangadeg?
2. Bagaimana penerapan pembelajaran model talking stick pada
matapelajaran PAI di kelas IV SDN Cijulangadeg?
3. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
PAI materi menyambut usia balig setelah di gunakan model
pembelajaran talking stick di kelas IV SDN Cijulangadeg?
4. 3
D. Tujuan Penelitian
Pelaksanaan Metode Talking Stick bertujuan untuk meningkatkan
Antusias, Tanggung Jawab, Percaya diri siswa dalam belajar PAI,
sehingga meningkatkan hasil belajar Siswa Pada Materi Menyambut Usia
Balig kelas IV SDN Cijulangadeg Kec. Cikalong kab. Tasikmalaya
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu: “Melalui Model
pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi Menyambut Usia Balig pada siswa kelas IV di SDN Cijulangadeg.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat Penelitian ini bagi sekolah, guru dan peneliti lain.
1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah
satu alternatif untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran di sekolah.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
alternatif strategi pembelajaran.
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan
dalam melakukan penelitian yang sejenis atau materi yang lain.
G. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah
yang meliputi;
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas IV SD Negeri
Cijulangadeg Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
5. 4
2. Penelitian ini dilakukan pada bulan September dan Oktober Tahun 2023
semester ganjil tahun pelajaran 2023/2024.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Menyambut Usia Balig.
6. 5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Penegertian Belajar
Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam semua hal,
baik dalam ilmu pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan atau
kecakapan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
seabagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan,
keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat
seseorang. Rasulullah saw., menyatakan dalam salah satu hadistnya bahwa
manusia harus belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat. Orang tua wajib
membelajarkan anak-anaknya agar kelak dewasa ia mampu hidup mandiri dan
mengembangkan dirinya, demikian juga sebuah sya’ir Islam dalam baitnya
berbunyi; “belajar sewaktu kecil ibarat melukis di atas batu”.
Menurut teori kognitif belajar adalah perceptual, tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi peserta pemahamannya tentang situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.14 Selain menurut para ahli,
agama juga turut serta dalam mengemukakan pandangannya mengenai
pengertian belajar. Anjuran belajar juga disebutkan dalam hadis, Rasulullah
SAW bersabda:
7. 6
Artinya : “Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda: Barang siapa yang menempuh jalan menuntut ilmu, akan
dimudahkan Allah jalan untuknya ke surga”. (HR. Muslim, At-Tirmidzi,
Ahmad dan Al-Baihaqi).
Dalam hadis ini Rasulullah SAW menggunakan pendekatan
fungsional. Beliau memberikan motivasi belajar kepada para sahabat
(umatnya) dengan mengemukakan manfaat, keuntungan dan kemudahan yang
akan didapat oleh setiap orang yang berusaha mengikuti proses belajar.
Dalam perspektif Islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap
orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam penggalan ayat Al-Qur’an Surah Az-Zumar ayat 9
yang berbunyi:
Artinya: (Apakah kamu hai orang yang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran” (QS. Az-Zumar:9)
Ayat ini menjelaskan bahwa mereka memiliki akal yang membimbing
mereka untuk melihat akibat dari sesuatu, berbeda dengan orang yang tidak
8. 7
mempunyai akal, maka ia menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya.
Sehingga mereka mengutamakan ilmu dari pada kebodohan dan
mengutamakan ketaatan dari pada kemaksiatan. Orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui berbeda. Perihalnya
sama dengan orang yang alim dengan orang yang jahil. Sesungguhnya orang
yang dapat menerima pelajaran sama artinya dengan orang yang mau
menerima nasehat hanyalah orang-orang yang berakal yakni orang-orang yang
memiliki pikiran.
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hanya orang-orang yang
berakal dan memiliki pikiran yang sehat lah yang mudah dalam mengambil
pelajaran, dan orang-orang yang seperti itu akan memiliki akal pikiran sehat
dan iman yang kuat. Islam mewajibkan setiap beriman untuk memperoleh
ilmu pengetahuan semata-mata dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan
manusia.
Hal itu ditegaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Mujadilah ayat 11 yang
berbunyi:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan
kepadamu, ”Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan
9. 8
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara mu dan orang-
orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti terhadap apa
yang kamu kerjakan”.
Ayat ini menyatakan orang-orang yang berlapang-lapang dalam suatu
majelis untuk melakukan amal-amal kebaikan, maka Allah akan memberi
kelapangan dan akan meninggikan orang yang beriman karena ketaatannya
dan meninggikan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara
guru dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka
maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media
pembelajaran.
Pembelajaran ternyata tidak berdiri sendiri artinya tidak hanya
dilakukan oleh anak tanpa melibatkan orang lain, keadaan lain, benda lain,
akan tetapi pembelajaran beriteraksi dengan berbagai hal. Untuk itu benar bila
dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan sumber belajar, dan lingkungan untuk mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan baru. Tiga kata kunci dalam pembelajaran begitu penting yaitu :
proses interaksi, sumber dan lingkungan, serta pengetahuan dan keterampilan
baru.
2. Ciri – ciri Belajar
Mohammad Surya mengemukakan ada delapan ciri yang menandai
perubahan tingkah laku, yaitu: (1) perubahan yang disadari dan disengaja, (2)
perubahan yang berkesinambungan, (3) perubahan yang fungsional, (4)
perubahan yang bersifat positif, (5) perubahan yang bersifat aktif, (6)
10. 9
perubahan yang relatif permanen, (7) perubahan yang bertujuan dan (8)
perubahan perilaku secara keseluruhan.
Gagne mengemukakan bahwa perubahan perilaku mencakup empat
hal, yakni sebagai berikut:
1) Informasi verbal, yaitu penguasaan informasi dalam bentuk bahasa,
baik secara tertulis maupun tulisan.
2) Kecakapan intelektual, yaitu keterampilan seseorang dalam
melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakn
simbol-simbol.
3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan seseorang untuk melakukan
pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya.
4) Sikap, yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan seseorang
untuk memilih tindakan yang akan dilakukan.
5) Kecakapan motorik, yaitu hasil belajar yang berupa kecakapan
pergerakan yang dikontrol oleh fisik.
3. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Benjamin S. Bloom Tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu
kognitif, efektif, dan psikomotorik. Menurut Hamalik hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, dan sikap-sikap serta
apersepsi dan abilitas.
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk
mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran
menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran
11. 10
demikian memungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiyah
yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)
menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Menurut
Winkel hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya.
Menurut Syafaruddin hasil belajar pada hakikatnya merupakan tingkat
penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti
program pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran pada satu jenjang
program pendidikan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan menurut Hamid
hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang
nilai dari penggunaan suatu metode dibawah kondisi yang berbeda. Efek ini
bisa berupa efek yang sengaja dirancang, karena itu ia berupa efek yang di
inginkan dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode
pembelajaran tertentu.
Dari penjelasan tersebut dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah
tujuan belajar yang meliputi perubahan tingkah laku berupa
pengetahuan dan keterampilan pemahaman materi. Hasil belajar merupakan
tolak ukur bagi seorang guru untuk mengambil langkah baru untuk materi
berikutnya.
12. 11
a. Faktor – factor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting
dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya
mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut munadi dalam
hamzah meliputi faktor internal dan eksternal yaitu:
a. Faktor Internal
1. Faktor Fisiologis
Secara umum, kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan
sebagainya. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima
materi pelajaran.
2. Faktor Psikologis
Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi
fsikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil
belajarnya. Beberapa faktor psikologis, meliputi intelegensi (IQ), perhatian
minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa.
b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor
lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan social lingkungan
alam misalnya suhu, dan kelembaban.
13. 12
2. Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-
faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-
tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor- faktor instrumental ini berupa
kurikulum, sarana, dan guru.
4. Model Pembelajaran
Model-model pembelajaran diturunkan dari beberapa istilah, yaitu
pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan
teknik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
berlangsung dikelas dapat mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Strategi
merupakan rencana yang disusun untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain, strategi adalah “a plan for achieving goals”,
sedangkan metode adalah “away for achieving goals”. Metode pembelajaran
adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk mewujudkan rencana yang telah
disusun secara nyata dan praktis di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan metode pembelajaran.
14. 13
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar
yang meliputi segala aspek sebelumnya sedang dan sesudah pembelajaran
yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara
langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
1. Pengertian Talking Stick
Model pembelajaran ini adalah, guru menyiapkan tongkat, sajian
materi pokok, siswa membaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil
tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian
tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada siswa lain
dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing
kesimpulan refleksi-evaluasi.
Model pembelajaran talking stick merupakan satu dari sekian banyak
satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran yang dijadikan
sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan dari
guru setelah siswa mempelajari materi pelajaran.
Istilah talking stick (tongkat berbicara) sebenarnya istilah yang sudah
berumur panjang. Karena model ini berawal dari kebiasaan penduduk asli
Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan
pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Dan dengan
perkembangan informasi dan teknologi, model ini diadobsi untuk
dipergunakan dalam system pembelajaran di sekolah- sekolah.
Pembelajaran dengan model talking stick mendorong peserta didik
untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan model talking
stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan
15. 14
dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari
materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktifitas ini.
Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya.
Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat
tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang
menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru
demikian seterusnya. Ketika stick bergulir dari peserta didik lainnya,
seyogianya diiringi music.
Langkah akhir dari model pembelajaran talking stick adalah guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap
materi yang telah dipelajarinya. Guru memberikan ulasan terhadap seluruh
jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik
merumuskan kesimpulannya.
2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Talking Stick
a. Guru menyiapkan sebuah tongkat
b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
membaca dan mempelajari materi.
c. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan
mempelajarinya, peserta didik menutup bukunya.
d. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta
didik, setelah itu guru memberikan pertanyan dan peserta didik
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
16. 15
seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
e. Guru memberikan kesimpulan
f. Evaluasi
g. Penutup
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick
Kelebihan :
a. Siswa lebih dapat memahami materi karena diawali dari
penjelasan seorang guru.
b. Siswa lebih dapat menguasai materi ajar karena ia diberikan
kesempatan untuk mempelajarinya kembali melalui buku paket
yang tersedia.
c. Daya ingat siswa lebih baik sebab ia akan ditanyai kembali
tentang yang diterangkan dan dipelajarinya.
d. Siswa tidak jenuh karena ada tongkat sebagai pengikat daya
tarik siswa mengikuti pelajaran hal tersebut.
e. Pelajaran akan tuntas sebab pada bagian akhir akan diberikan
kesimpulan oleh guru.
Kekurangan :
Kekurangan dari model-model pembelajara talking stick ini adalah :
a. Kurang terciptanya interaksi antara siswa alam proses belajar
mengajar.
b. Kurangnya menciptakan daya nalar siswa sebab ia lebih bersifat
memahami apa yang ada di dalam buku.
17. 16
c. Kemampuan menganalisis permasalahan tersebut sebab siswa
hanya mempelajari dari apa-apa yang ada di dalam buku saja.
5. Pendidikan Agama Islam di SD
Merujuk pada Undang-Undang yang berlaku di Negara Indonesia,
bahwa setiap warga harus beragama. Artinya warga harus memiliki agama
yang telah ditetapkan dibumi Nusantara, yaitu Islam, Hindu, Budha, Protestan
dan Katolik.Untuk itu, agama memiliki peran yang amat penting dalam
kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan
suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa
pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia, maka internalisasi
nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan,
yang ditempuh melalui pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Adapun pendidikan Agama Islam yang diberikan mengikuti tuntunan
bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan
manusia yang bertaqwa kepada Allah dan berakhlak mulia.Sedangkan
tujuannya adalah menghasilkan manusia yang: jujur, adil, berakhlak mulia,
etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik secara personal
maupun sosial. Dengan demikian, tuntutan visi ini mendorong
dikembangkannya standar kompetensi sesuai dengan jenjang persekolahan
secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:
a. Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain
penguasaan materi.
18. 17
b. Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan
yang tersedia.
c. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk
mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan, Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar, (2006:1).
Dengan demikian, pendidikan agama Islam diharapkan menghasilkan
manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, taqwa, ahkhlak dan
aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan. Khususnya dalam
memajukan peradaban bangsa yang beradab dan bermartabat. Manusia seperti
itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan dan
perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup
lokal, nasional, regional maupun global.
1. Tujuan Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam disajikan pada Jengjang SD bertujuan:
a. Menumbuhkembangkan aqidah melalui: pemberian, pemupukan dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya
kepada Allah SWT.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, disiplin, toleransi (tasamuh), menjaga
19. 18
keharmonisan secara personal dan sosial, serta mengembangkan
budaya agama dalam komunitas sekolah, SK dan SD, Ibid, (2006:2).
2. Ruang Lingkup Isi Materi Pendidikan Agama Islam.
Adapun ruang lingkup PAI di Jenjang SD meliputi aspek:
a. Al-Qu’an – Hadits, menjelaskan beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits
Nabi, serta menjelaskan beberapa hukum bacaannya.
b. Aqidah, menjelaskan berbagai konsep keimanan meliputi enam rukun
iman dalam Islam.
c. Akhlak, menjelaskan berbagai sifat terpuji yang harus diikuti dan sifat
tercela yang harus dijauhi.
d. Fiqh (hukum/syari’ah Islam), menjelaskan berbagai konsep keagamaan
yang terkait dengan masalah ibadah dan muamalah.
e. Tarekh dan Kebudayaan Islam, menjelaskan sejarah perkembangan
(peradaban) islam yang bisa diambil manfaatnya untuk diterapkan di
masa sekarang, SK dan SD, Ibid, (2006:2) dan Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi SD pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam, Ibid, (2004:18).
Bertolak pada kelima aspek tersebut, maka Pendidikan Agama Islam
menekankan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara: hubungan
manusia dengan Allah, hubungan manusia sesama manusia, hubungan
manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan alam
sekitarnya.
6. Materi Menyambut Usia Balig
Baligh merupakan istilah dalam hukum Islam yang menunjukkan
seseorang telah mencapai kedewasaan. "Baligh" diambil dari kata bahasa Arab
20. 19
yang secara bahasa memiliki arti "sampai", maksudnya "telah sampainya
usia seseorang pada tahap kedewasaan".
A. Tanda-Tanda Usia Balig Menurut Ilmu Fikih
Fikih ialah Ilmu tentang hukum Islam. Fikih membahas tentang tata
aturan ibadah baik yang berhubungan dengan Allah Swt. atau yang
berhubungan dengan sesama manusia. Di antara bahasannya adalah tentang
tanda-tanda balig.Tanda-tanda balig terjadi pada anak laki-laki dan perempuan.
Ada juga yang khusus terjadi pada perempuan saja.
Tanda – tanda balig menurut ilmu fikih antara lain :
1. Mimpi Basah
2. Haid/ Mensturasi bagi Perempuan
3. Berusia 15 Tahun
B. Kewajiban Mandi Bagi yang berhadas besar
Anak yang mengalami mimpi basah dan haid itu sedang berhadas besar.
Untuk bersuci dari hadas besar dan bisa melakukan ibadah seperti salat dan
membaca Al-Qur’an maka ia wajib mandi terlebih dahulu.
Tatacara mandi adalah sebagai berikut :
1. Mencuci kedua telapak tangan (3x)
2. Mencuci alat kelamin dengan tangan kiri.
3. Membersihkan tangan kiri (menggosokkan ke tanah atau pakai
sabun)
4. Berwudlu sempurna
21. 20
5. Menyisir rambut kepala dengan air. Jika rambut lebat, atau
menuangkan air sebanyak 3 kali jika yakin air bisa masuk ke
pangkal rambut
6. Menuangkan air pada anggota badan
7. Membasuk kaki
Niat mandi dilakukan dalam hati pada awal basuhan anggota badan.
C. Larangan bagi orang yang berhadas besar :
1. Shalat, sujud tilawah, dan sujud syukur
2. Membaca, menyentuh, memegang, membawa Al-Qur'an
3. Berdiam diri di Masjid (Iktikaf)
4. Tawaf
D. Tanda Balig Menurut Ilmu Biologi
Laki-laki:
Perubahan fisik:
1. Wajah yang ditumbuhi jambang, kumis dan jenggot.
2. Tumbuh rambut alat kelamin dan rambut ketiak.
3. Badan tampak lebih kekar dan berotot.
4. Tumbuh jakun.
5. Suaranya terdengar lebih berat.
6. Pertumbuhan badan bertambah cepat/cepat besar.
7. Gerak menjadi lebih aktif.
8. Nafsu makan meningkat, makan lebih banyak.
Perkembangan mental:
22. 21
1. Laki-laki menjadi cenderung bersikap cuek, tenang, dan rasional.
2. Bila mengalami masalah, maka ia cenderung diam dan menyelesaikan
secara praktis.
Perempuan
Perubahan fisik:
1. Haid
2. Membesarnya pinggul dan payudara,
3. Tumbuh rambut pada alat kelamin dan ketiak.
4. Kulit perempuan lenih halus dibanding laki-laki.
5. Suaranya tmenjadi lebih merdu
6. Pertumbuhan badan bertambah cepat/cepat besar.
7. Gerak menjadi lebih aktif,
8. Nafsu makan meningkat, makan lebih banyak.
Perkembangan mental:
1. Perempuan menjadi cenderung mengutamakan perasaan, ingin dimanja
dan penuh perhatian.
2. Apabila menghadapi sebuah masalah ia mudah menangis, mengadu,
atau menyesali diri.
E. Kewajiban setelah Usia Balig
Tanda-tanda balig telah kita pelajari bersama. Selanjutnya, sangat
penting bagi kalian untuk mengetahui kewajiban-kewajibanyang harus
dilakukan oleh anak yang telah balig. Bila kalian telah mengalami tanda-tanda
balig berarti kalian telah disebut mukalaf. Mukalaf artinya orang dewasa yang
wajib menjalankan hukum agama. Semua aturan agama wajib kalian indahkan.
23. 22
Aturan dalam akidah (keimanan), ibadah, dan akhlak. Seluruh perbuatan
akan dibalas oleh Allah Swt. Amal baik dengan pahala dan amal buruk dengan
dosa.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan diambil dari hasil penelitian orang lain yang
memiliki relevansi dengan penelitian yang sedang dilakukan. Hal ini dapat
dilihat dari salaha satu variable yang digunakan maupun keduanya. Bagian
yang diambil dari penelitian yang relevan adalah judul penelitian, temuan
penelitian serta perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variable yang penulis teliti
adalah sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Anato Fani, Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah, Universitas IAIN Sunan Ampel,
Surabaya dengan judul penelitian “Pengaruh Penerapan Metode
Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Di
SMP Negeri 4 Surabaya”. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa
penerapan metode Talking Stick di SMP Negeri 4 Surabaya dalam
proses pelaknsanaannya dapat berjalan secara efektif dan efisien
atau tergolong cukup baik, karena hasil perhitungan prosentese
berada pada rentang 56% - 76 % tepatnya yaitu 75,5%. Untuk hasil
belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Surabaya
tergolong baik, hal ini dilihat dari hasil perhitungan median antara
71-85 tepatnya 77,5.
24. 23
2. Penelitian yang dilakukan oleh Komariah, Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
dengan judul penelitiannya “Penerapan Metode Word Square dan
Talking Stick Dalam Pembelajaran Ibadah Meuamalah Untuk
Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas VIII B SMP
Muhammadiyah”. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa :1) Penerapan metode Word Square dan Talking Stick
dalam pemebelajaran Ibadah Muamalah di kelas VIII B SMP
MUhammadiyah 2 Kalasan dilaksanakan dalam tiga siklus. Secara
keseluruhan pelaksanaan tindakan berjalan dengan lancer, sesuai
dengan rencana yang telah disusun dan dilakukan refleksi di setiap
siklusnya. Terjadi perubahan perilaku peserta didik secara bertahap
dalam mengikuti pembelajaran. 2) peningkatan keaktifan peserta
didik dalam pembelajaran Ibadah Muamalah dengan Metode Word
Square dan Talking Stick cukup signifikan. Peningkatan keaktifan
peserta didik terlihat pada perhatian peserta didik terhadap
penjelasan guru, berani bertanya dan mengungkapkan pendapat,
antusiasme dalam mengerjakan tugas, kemauan menjawab
pertanyaan, mencatat materi pelajaran, dan perasaan senang
terhadap materi pelajaran. Keaktifan peserta didik dilihat dari hasil
angket pada observasi siklus I keaktifan peserta didik 46,7 % pada
siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 76,6 % dan pada
siklus III menjadi 87,8 %. Demikian pula dari hasil lembar
observasi keaktifan guru pada siklus I adalah 40%, pada siklus II
25. 24
menjdai 60%, dan pada siklus III mengalami peningkatan lagi
menjadi 85%. Dengan demikian secara keseluruhan keaktifan
peserta didik dan guru mengalami peningkatan. Peningkatan
keaktifan tersebut terjadi secara bertahap dari kategori sedang dan
akhirnya menjadi tinggi.
Dari hasil penelitian yang relevan diatas, menunjukkan bahwa metode
Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Namun yang membedakan
penelitian- penelitian diatas dengan penelitian ini adalah:
1. Upaya penelitian yang relevan cenderung untuk meningkatkan
hasil belajar dan keaktifan belajar.
2. Yang menjadi objek dalam penelitian yang relevan diatas, adalah
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), sehingga materi yang
digunakan dalam penelitian tersebut berbeda dengan materi yang
akan penulis lakukan pada penelirian ini.
Meskipun demikian, dari beberapa perbedaan diatas, yang menjadi
kesamaan antara yang relevan dengan penelitian ini adalah bahwa sebagai
solusi untuk mengatasi persoalan yang terjadi dalam proses sebagai solusi
untuk mengatasi persoalan yang terjadi dalam proses pembelajaran, dilakukan
tindakan menggunakan metode pembelajaran Talking Stick.
C. Kerangka Berfikir
Dalam kegiatan belajar mengajar, model pembelajaran menempati
posisi yang penting dan dapat menentukan pencapaian hasil belajar yang baik.
Salah satunya faktor yang turut mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa
26. 25
adalah lemahnya model pembelajaran yang digunakan guru selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung.
Oleh karena itu untuk, mencapai hasil belajar yang lebih baik terutama
dalam PAI guru harus mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran
yang sesuai dan cocok dengan materi pelajaran dan kemampuan siswa.
Dalam mencapai keberhasilan siswa dalam mempelajari materi guru
harus menggunakan model pembelajaran aktif bukan hanya metode ceramah.
Model pembelajaran talking stick merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan kualitas pelajaran dalam kelas dan sekaligus meningkatkan hasil
belajar siswa.
Pemilihan dalam model pembelajaran talking stick tentu akan
mempengaruhi proses belajar mengajar didalam kelas, karena dengan begitu
pembelajaran akan sangat membantu guru dalam menjelaskan materi. Selain
menjelaskan materi juga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa
dalam mempelajari PAI Materi menyambut usia balig.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban atas masalah yang
diteliti.Hipotesis didasarkan atas kerangka berpikir, yang berisikan pernyataan
sebagai jawaban masalah penelitian yang diatasi dengan tindakan penelitian.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah : “dengan penerapan metode Talking Stick dengan baik dan tepat dapat
meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas IV
SDN Cijulangadeg”.
27. 26
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan
bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang
diinginkan dapat dicapai.
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di Kelas IV SD Negeri Cijulangadeg Kecamatan Cikalong
Kabupaten Tasikmalaya.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 Bulan
yaitu di bulan Oktober – November (semester geanjil tahun pelajaran
2023/2024). Pelaksannan Tindakan pada tiap tiap Siklus dibuat satu kali
pertemuan dilaksanakan pada bulan Oktober minggu ke 4, Siklus 1
pertemuan pertama pada tanggal 26 Oktober 2023. Siklus II dilaksanakan
pada tanggal 6 Novemeber 2023.
28. 27
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV SD Negeri Cijulangadeg
Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya dengan jumlah siswa 15
yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 4 siswa laki-laki.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang
memfokuskan pada penerapan model pembelajaran talking stick sebagai
upaya untuk meningkatkan hasil belajar PAI kelas IV SD Negeri Cijulangadeg
Kec. Cikalong Kab. Tasikmalaya. Berdasarkan kajian konseptual-teoritis
tentang langkah-langkah penelitian tindakan kelas, berikut ini merupakan
langkah-langkah atau prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh
guru. Adapun langkah-langkah tindakan praktis tersebut meliputi (1)
perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi atau pengamatan, (4) refleksi. Untuk
memberikan gambaran secara lebih jelas Berdasarkan kerangka pemikiran
diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
“Melalui penerapan model pembelajaran talking stick dapat meningkatakan
hasil belajar PAI kelas IV SD Negeri Cijulangadeg Kec. Cikalong Kab.
Tasikmalaya”.
C. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi dalam proses pelaksanaan pembelajaran talking stick, observasi
29. 28
aktivitas siswa dan guru, interview siswa dan guru, angket evaluasi proses
pembelajaran dan tes formatif.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Wawancara
Secara umum yang dimaksud dengan wawncara adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab
secara lisan, sepihak, berhadapan muka dan dengan dan dengan arah tujuan
yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara yang dapat dilakukan dalam
kaitannya dengan pengumpulan data penelitian yaitu : (1) wawancara
terpimpin (guided interview) yang juga dikenal dengan sebutan wawancara
berstruktur atau wawancara sistematis, (2) wawancara tidak terpimpin (un-
guided interview) yang dikenal dengan istilah wawancara sederhana atau
wawancara bebas.
Sehubungan dengan intstumen yang digunakan dalam wawancara,
arikunto dalam P. Manurung membedakan dua jenis pedoman wawancara
yaitu :
a. Pedoman wawancara tidak berstuktur adalah pedoman wawancara
yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.
b. Pedoman wawancara yang berstruktur adalah pedoman wawancara
yang disusun secara rinci sehingga menyerupai check list.
30. 29
2. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap realita atau hal yan dijadikan objek pengamatan. Observasi sebagai
metode pengumpulan data banyak digunakan untuk mengamati tingkah laku
individu atau proses terjadinya suatu kegiatan.
3. Tes
Pengumpulan data penelitian dapat dilakukan dengan tes atau
pengujian. Tes adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-
tugas yang distandarisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok
untuk dikerjakan, dijawab, atau direspons baik dalam bentuk tertulis, lisan
maupun perbuatan. Tes juga dapat diatikan sebagai alat pengukur yang
mempunyai standar objektif sehingga dapat dipergunakan untuk mengukur
dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Beberapa tes yang biasa digunakan dalam penelitian misalnya tes
bakat, tes intelegensi, tes minat, tes prestasi, tes kepribadian dan sebagainya.
Untuk menentukan jenis tes mana yang dipakai dalam penelitian, tergantung
jenis dan tujuan pemelitian itu sendiri. Tes yang baik adalah tes yang objektif,
valid dan reliable.
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh
31. 30
dengan tujuan untuk mengetahui proses pembelajajaran dengan menerapkan
metode talking stick, prestasi belajar yang dicapai siswa, dan untuk
mengetahui faktor penghambat dan pendukung serta upaya yang dilakukan
dalam mengatasi hambatan dan dukungan peningkatan prestasi PAI siswa
Kelas IV SD Negeri Cijulangadeg Kecamatan Cikalong Kabupaten
Tasikmalaya.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
a. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
sehingga diperoleh rata-rata tes formatif:
b. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum
yang ditetapkan di SDN Cijulangadeg pada Pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) di kelas IV, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah
mencapai skor 72% atau nilai 72, dan kelas disebut tuntas belajar bila di
kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau
sama dengan 72%.
32. 31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data penelitian yang diperoleh berupa data observasi berupa pengamatan
pengelolaan metode pembelajaran Talking Stick dan pengamatan aktivitas siswa
dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
pengelolaan metode pembelajaran Talking Stick yang digunakan untuk
mengetahui hambatan dan tantangan dalam penerapan metode pembelajaran
Talking Stick dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan
aktivitas siswa dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
setelah diterapkan metode pembelajaran Talking Stick.
B. Uji Hipotesis
1. Deskirpsi Hasil Pratindakan
Hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dipengaruhi oleh
cara mengajar guru atau model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Pembelajaran Semakin sesuai model pembelajaran yang diterapkan oleh guru
terhadap kondisi belajar siswa, maka akan semakin baik pula hasil belajar siswa.
Sebelum melaksanakan tindakan, langkah awal yang dilakukan peneliti
adalah melakukan observasi ke lokasi penelitian. Peneliti meminta izin kepada
kepala sekolah untuk melakukan observasi awal disekolah terhadap hasil belajar
PAI siswa. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru PAI guna
33. 32
mendapatkan informasi dan data-data hasil ulangan siswa. Untuk mengetahui hal
tersebut selanjutnya peneliti melakukan diskusi dengan guru PAI untuk menyusun
jadwal penelitian. Kemudian peneliti menusun soal-soal tes awal untuk
mengetahui tentang kemampuan PAI siswa khusunya pada materi menyambut
usia balig.
Untuk mengetahui dengan jelasnya siswa diberikan tes awal (pre-test). Tes
awal dilaksanakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi
menyambut usia balig sebelum diberi tindakan. Tes awal juga dilakukan untuk
mengetahui gambaran kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-
soal yang diberikan.
Berdasarkan tes awal yang diberikan, kemampuan siswa sebelum diberi
tindakan, dapat dilihat pada table barikut :
Tabel 1
Nilai Hasil Belajar Siswa
No Nama siswa
Nilai
Keterangan
KKM
Nilai
Siklus 1
1. Afifah Naila Nurjannah 71 70 Tidak Tuntas
2. Deandra Dwi Aprillya 71 80 Tuntas
3. Denies Suwandi 71 70 Tidak Tuntas
4. Ela Nurlaila Putri 71 50 Tidak Tuntas
5. Moch Fawaz Al Ghifary Ramdani 71 70 Tidak Tuntas
6. Naura Aulia Shifa 71 70 Tidak Tuntas
7. Nova Aldiansyah 71 70 Tidak Tuntas
8. Novi Amelia 71 69 Tidak Tuntas
9. Rafa Arfiana Putra Febriansyah 71 58 Tidak Tuntas
34. 33
10. Shypa NuralPAI 71 60 Tidak Tuntas
11. Siti Nurkamilah 71 65 Tidak Tuntas
12. Tiara Maulani Putri 71 64 Tidak Tuntas
13. Viola Katrun Nada 71 80 Tuntas
14. Puja Alinta 71 60 Tidak Tuntas
15. Kiani Putri 71 60 Tidak Tuntas
Jumlah 1023
Rata – rata 68,20
Jumlah Siswa Tuntas 2
Jumlah Siswa Tidak Tuntas 13
Persentase Ketuntasan 13,33%
Dari tabel data hasil tes awal diatas, maka:
Jumlah siswa yang tuntas = 2
Jumlah siswa yang tidak tuntas = 13
Persentase ketuntasan klasikal = 13,33 %
Persentase ketidak tuntasan = 86,67 %
Rata-rata kelas = 68,20
Berdasarkan tabel diatas, pada tes awal yang diberikan kepada siswa
sebanyak 13 orang atau 86,67 % siswa yang belum tuntas dengan perolehan nilai
<75. Sedangkan siswa yang tuntas mendapatkan nilai diatas KKM sebanyak 2
orang atau 13,33 %. Maka dapat dijelaskan bahwa kemampuann menyeselaikan
soal materi menyambut usia balig.
35. 34
2. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus 1
a. Permasalahan I
Bedasarkan hasil pratindakan yang telah peneliti lakukan diatas, maka
diketahui beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi proses pembelajaran
sebgai berikut :
a. Model pembelajaran yang dilakukan selama ini kurang variatif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
b. Kurangnya penggunaan media atau alat dalam proses pembelajaran.
c. Model yang selama ini kurang melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran.
d. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran PAI.
Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka dilakukan penelitian
tindakan. Kegiatan penelitian tindakan yang dilakukan pada siklus I (pertama)
meliputi :
b. Tindakan siklus I
Berdasarkan analisis kesulitan-kesulitan siswa dalam mengerjakan soal
pre-test, maka pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan perencaan untuk
mengatasi kesulitan kesulitan tersebut. Kegiatan perencanaan tindakan I adalah
sebagai berikut :
a. Menyusun jadwal kegiatan pelaksanaan pembelajaran.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran talking stick
36. 35
dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran menyelesaikan soal
materi menyambut usia balig.
c. Mempersiapkan materi pelajaran yang akaan diajarkan.
d. Mempersiapkan media atau alat bantu agar siswa dapat memahami
materi menyambut usia balig.
e. Mempersiapkan lembar kerja siswa.
f. Memperiapkan lembar post-test I untuk mengukur hasil belajar siswa.
g. Mempersiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk mengamati
hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran talking stick.
Setelah tahap perencanaan disusun, maka langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan diberikan dengan melakukan
kegiatan mengajar dimana peneliti bertindak sebagai guru. Selnjutnya diakhiri
dengan memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui hasil yang dicapai
melalui pemberian tindakan. Pemberian tindakan ini terdiri atas tiga tahap yaitu :
1. Kegiatan Pendahuluan ( 10 Menit )
Orientasi :
1) Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar
2) Peserta didik dan Guru memulai dengan berdoa bersama.
3) Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama
dengan guru.
4) Menyanyikan lagu satu nusa satu bangsa.
5) Membaca surat al-falaq Bersama-sama
37. 36
Apersepsi :
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru mengajukan pertanyaan berdasar buku siswa yaitu: Apakah
kalian telah mengetahui tanda-tanda balig menurut fikih? Apakah ada
perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan?
3) Peserta didik menjawab pertanyaan guru sesuai dengan keadaan
masing-masing. Kemudian guru memberi penjelasan tentang maksud
dari Ilmu fikih.
4) Guru melakukan apersepsi dengan meminta peserta didik untuk
mengamati cerita gambar pada gambar 4.3. Peserta didik didorong
untuk memahami isi dialog pada antara Amin dan Tengku. Kemudian
menjelaskan tentang materi pelajaran yang akan dipelajari dan
keuntungan mempelajarinya.
Kegiatan Inti ( 50 Menit )
Sintaks 1 Orientasi Peserta didik pada masalah
1) Mengamati gambar dan Vidio
https://youtu.be/adiBL_OulQg?si=X4DjyVFqlW77GZF8
2) Guru menyiapkan sebuah tongkat (satu kelas).
3) Peserta didik diminta membaca kisah tentang mimpi basah.
4) Setelah selesai membaca kisah tentang mimpi basah dan
memahaminya, peserta didik menutup bukunya.
38. 37
5) Guru memberikan kepada peserta didik secara acak dan bergiliran,
setelah itu guru memberikan pertanyaan atau memberikan kesempatan
untuk menceritakan kisah yang telah dikuasainya.
6) Peserta Didik yang Memegang Tongkat Harus Menjawabnya Atau
Menjelaskannya, Demikian Seterusnya Hingga Sebagian Besar Peserta
Didik Mendapat Tugas Untuk Menjawab Pertanyaan Atau
Menceritakan Kisah.
7) Peserta didik menyampaikan kesimpulan.
8) Pada rubrik Aktivitasku peserta didik membuat kesimpulan tentang
mimpi basah.
9) Pada materi haid kegiatan pembelajaran hampir serupa dengan
kegiatan pembelajaran pada materi mimpi basah. Guru diharapkan
dapat berinovasi agar pembelajaran tidak membosankan. Misalnya
dengan ice breaking yang menghibur atau iringan instrumen lagu pada
metode ¬talking stick.
10) Setelah melakukan kegiatan aktivitas kelompok, peserta didik
mempelajari materi tanda ke 3 usia balig yakni berumur lima belas
tahun dalam hitungan kalender hijriyah.
11) Pada materi tata cara mandi wajib, guru dengan metode demonstrasi
memeragakan tatacara mandi sesuai urutan di Buku Siswa
12) Peserta didik mempraktikkan tata cara mandi wajib bagi yang berhadas
besar.
39. 38
13) Peserta didik membaca larangan-larangan bagi orang yang berhadas
besar.
14) Dengan metode artikulasi peserta didik menyebutkan hal-hal yang
dilarang bagi orang yang berhadas besar.
Sintak 2 Mengorganis asikan Peserta didik untuk belajar
1) Peserta didik dibagi menjadi 3 kelompok.
2) Peserta didik diberikan lembar kerja (LKPD).
3) Peserta didik diberi penjelasan oleh guru mengenai tugas- tugas yang
harus diselesaikan.
Sintaks 3 : Membimbing kegiatan belajar kelompok
1) Peserta didik menyimak penjelasan guru.
2) Peserta didik secara berkelompok mengidentifikasi permasalahan
mengenai tanda-tanda usia balig menurut ilmu fikih yang terdapat pada
LKPD.
3) Peserta didik menerima informasi tentang tanda-tanda usia balig
menurut ilmu fikih.
4) Peserta didik bersama - sama dengan guru bertanya jawab tanda-tanda
usia balig menurut ilmu fikih.
Sintaks 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
1) Peserta didik dibimbing dan dPAIntau oleh guru mengenai
penyelesaian tugas kelompok tentang penyelesaian pamasalahan
serta hasilnya.
40. 39
2) Peserta didik melakukan diskusi mengenai penyelesaian tugas
kelompok.
Sintaks 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
1) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
2) Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya kepada kelompok
yang lain.
3) Peserta didik bersama guru membahas materi yang telah dipelajari
melalui LKPD.
4) Peserta didik diberi motivasi, penguatan, masukan oleh guru
mengenai materi yang telah dipelajari.
5) Peserta didik menyampaikan kesimpulan.
6) Peserta didik mendapat penguatan materi dan kesimpulan sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7) Guru Bersama peserta didik meyegarkan suasana belajar dengan
tepuk pada rubrik Ayo Tepuk. Guru dapat memodifikasi dan
mengimprovisasi kegiatan ini supaya peserta didik semakin senang
dan semangat belajar.
Kegiatan Penutup ( 10 Menit )
1) Peserta didik mengerjakan tes formatif.
2) Peserta didik menyerahkan tes formatif yang telah dikerjakan.
3) Peserta didik memberikan refleksi dan kesimpulan tentang
pembelajaran yang baru dilaksanakan.
41. 40
4) Guru memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran pada
pertemuan selanjutnya.
5) Guru menutup pembelajaran dan secara bergantian memberikan
kesempatan kepada peserta didik lain untuk memimpin do’a
Bersama setelah selesai pembelajaran.
c. Tahap Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan/observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang berlangsung antara lain :
1. Peneliti bersama dengan guru mengamati keaktifan peserta didik
pada saat kegiatan pembelajaran.
2. Guru mengamati aktifitas peneliti dalam mengelola pembelajaran
selama kegiatan pembelajaran yang berlangsung.
3. Peneliti mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat
pembelajaran.
d. Hasil Tes Siklus 1
Tabel 2
Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Nama siswa
Nilai
Keterangan
KKM
Nilai
Siklus 1
1. Afifah Naila Nurjannah 71 72 Tuntas
2. Deandra Dwi Aprillya 71 80 Tuntas
3. Denies Suwandi 71 70 Tidak Tuntas
4. Ela Nurlaila Putri 71 50 Tidak Tuntas
42. 41
5. Moch Fawaz Al Ghifary Ramdani 71 80 Tuntas
6. Naura Aulia Shifa 71 80 Tuntas
7. Nova Aldiansyah 71 75 Tuntas
8. Novi Amelia 71 69 Tidak Tuntas
9. Rafa Arfiana Putra Febriansyah 71 58 Tidak Tuntas
10. Shypa NuralPAI 71 60 Tidak Tuntas
11. Siti Nurkamilah 71 65 Tidak Tuntas
12. Tiara Maulani Putri 71 64 Tidak Tuntas
13. Viola Katrun Nada 71 80 Tuntas
14. Puja Alinta 71 60 Tidak Tuntas
15. Kiani Putri 71 60 Tidak Tuntas
Jumlah 1023
Rata – rata 68,20
Jumlah Siswa Tuntas 6
Jumlah Siswa Tidak Tuntas 9
Persentase Ketuntasan 40%
Dari tabel data hasil tes awal diatas, maka:
Jumlah siswa yang tuntas = 6
Jumlah siswa yang tidak tuntas = 9
Persentase ketuntasan klasikal = 40 %
Persentase ketidak tuntasan = 60 %
Rata-rata kelas = 68,20
43. 42
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kemampuan menyelesaikan
soal materi menyambut usia balig tersebut meningkat dari hasil tes awal yang
dilakukan sebelumnya. Dari 15 siswa, diperoleh 6 orang siswa telah mencapai
ketuntasan belajar dengan perolehan nilai >71. Ketuntasan klasikal mencapai 40
%. Sedangkan siswa yang tidak tuntas berjumlah 9 orang siswa dengan perolehan
nilai <71 atau sebesar 60% yaitu lebih dari setengah dari jumlah seluruh siswa.
Selanjutnya hasil dari tes siklus I digunakan sebagai acuan dalam
memberikan tindakan diskiklus II untuk meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal materi menyambut usia balig. Sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar dan dapat mencapai ketuntasan klasikal dalam meneyelesaikan soal
materi menyambut usia balig tersebut.
e. Tahap Refleksi (Reflecting)
Setelah dilaksanakan perencanaan, tindakan dan pengamatan, maka tahap
selanjutnya yang dilaksanakan peneliti adalah refleksi dengan menggunakan
model talking stick. Dengan model pembelajaran tersebut apakah dapat meningkat
hasil belajar siswa.tahap refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tindakan
seberapa besar tingkat perubahan kemampuan siswa sebelum dan sesudah
dilakukan tindakan. Dan mengkaji keberhasilan belajar siswa sebagai persiapan
tindakan selanjutnya.
Adapun refleksi yang di dapatkan pada siklus I ini adalah penggunaan
model pembelajaran talking stick pada siklus ini kurang maksimal, hal ini
disebabkan oleh beberapa masalah antara lain :
a. Masih ada siswa yang bermain sendiri.
44. 43
b. Masih ada siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru.
c. Guru belum optimal dalam mempraktikkan model pembelajaran
talking stick.
d. Beberapa siswa belum paham aturan pembelajaran talking stick.
Dengan adanya masalah tersebut, maka peneliti akan melakukan tindakan
pada siklus II untuk memperbaiki hasil belajar pada siklus I.