Dokumen ini membahas tentang rindu akan Firdaus, yaitu tempat kebahagiaan mula-mula sebelum Adam dan Hawa berdosa. Firdaus hanya akan dinikmati oleh mereka yang jujur dan tulus beribadah kepada Tuhan. Dokumen ini juga mencontohkan penjahat di salib yang dengan jujur memohon agar diberi tempat di Firdaus oleh Yesus.
1. Rindu Firdaus
Oleh : Theny Panie
*marginalia dari khotbah Pdt. Yandy Manobe, S.Th
Ingat hari di mana Adam dan Hawa jatuh dalam dosa? Adam menyalahkan hawa, padahal
sebelumnya Adam bilang, "Inilah dia, tulang dari tulangku..."
Setelah itu, manakala mereka sadar telah telanjang, malulah mereka. Dosa jadi penyebab
manusia harus jauh dari Firdaus, tempat dimana kehidupan kita begitu dekat dengan Allah.
Tentang Firdaus ini, pasti Anda juga ingat juga dua laki-laki yang tersalib di samping Yesus.
Karena dosa, keduanya disalib, tapi saat seorang dari mereka menyampaikan keinginannya agar
Yesus pun kelak ingat akan dia, kepadanya Yesus anugerahkan inti, pusat awal kehidupan itu,
Firdaus (Luk. 23:43).
Begitulah Firdaus selalu dihubungkan dengan kebahagian mula-mula sekali, dan dengan
demikian juga sebagai tujuan orang benar pada zaman yang akan datang. Paulus menggunakan
gambaran itu ketika ia menyatakan pengalamannya tentang diangkat ke sorga ketiga (2 Kor.
12:1-4). Gereja di Efesus juga dijanjikan pahala kesetiaan di Firdaus Allah, di mana anggota-
anggotanya akan makan dari pohon kehidupan (Why. 2:7). Siapa saja bisa merindukan Firdaus.
Tapi Firdaus hanya akan jadi bagian mereka yang bersih hatinya, yang melakukan banyak hal
untuk kemuliaan Tuhan.
Ada hal sederhana yang Adam dan Hawa lupakan, mereka tak jujur pada Allah, lalu saling
melempar kesalahan. Beda dengan penjahat di sisi salib Yesus, dengan jujur dia minta Yesus tak
lupa akan dia dan dia jadi bagian dari orang-orang yang menikmati Firdaus.
Inti kehidupan yang mula-mula akan jadi milik kita jika kita lebih tulus dalam melakukan
sesuatu. Seperti catatan dalam Kolose 3:23, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan
segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."
Seperti Anda, saya pun rindukaan Firdaus itu dan selalu berjuang untuk memaknai hidup ini
secara lebih baik setiap harinya. Memang susah, apalagi kalau apa yang kita lakukan kemudian
dilihat orang lain dengan cara pandang mereka yang sempit.
Salam