SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
Aplikasi Pewarna Alami Antosianin Dari Kelopak Rosela
               Pada Produk Yoghurt Dalam Rangka
         Penganekaragaman Produk Pangan Fungsional

                        Sawarni Hasibuan, Mardiah, Saptuti
         Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan, Universitas Djuanda Bogor
                            E-mail : sawarni02@yahoo.com

                                           Abstract
        Peranan bahan pewarna dalam produk pangan sudah tidak diragukan lagi,
  namun saat ini ada kecenderungan untuk membatasi penggunaan pewarna sintetis
  yang aman untuk makanan (food grade) mengingat dampak negatifnya bagi
  kesehatan. Pemanfaatan pewarna alami pada produk pangan tidak hanya
  berfungsi sebagai zat warna semata, tetapi juga dapat memberikan manfaat
  fungsional. Tujuan umum penelitian ini adalah mendukung penganekaragaman
  alternatif bahan pewarna alami dari kelopak rosela yang memiliki manfaat
  fungsional yang difortifikasi pada produk yoghurt.
        Penelitian dilakukan dalam dua tahapan. Tahap pertama adalah
  mendapatkan metode ekstraksi antosianin terbaik dan tahap kedua melakukan
  fortifikasi pewarna merah antosianin rosela pada produk yoghurt dan menguji
  stabilitasnya selama penyimpanan. Hasil penelitian menyimpulkan penggunaan
  pelarut etanol 95% pada suhu kamar memberikan hasil terbaik dengan rata-rata
  kadar antosianin 424,81 mg/l dan vitamin C 264,00 mg/100g. Stabilitas zat warna
  antosianin rosela yang difortifikasi pada produk yoghurt selama 8 hari
  penyimpanan mengalami penurunan. Semakin lama waktu penyimpanan, maka
  semakin rendah kadar antosianin dan semakin tinggi nilai pH yoghurt.

  Kata kunci : rosela, etanol, antosianin, yoghurt.


                                     PENDAHULUAN

       Bahan pewarna merupakan zat tambahan yang memegang peranan penting
dalam produk makanan dan minuman. Tujuan penambahan bahan pewarna pada
produk pangan umumnya adalah untuk memberikan penampilan yang lebih
menarik. Sampai saat ini penggunaan pewarna sintetis begitu pesat digunakan
pada produk pangan dan seringkali disalahgunakan. Penyalahgunaan pewarna
sintetis dapat memicu berbagai penyakit, seperti kanker, stroke, dan penyakit
jantung (Erni 1986). Penggunaan bahan pewarna sintetis yang boleh digunakan
untuk makanan (food grade) juga harus dibatasi jumlahnya. Di beberapa negara
maju, seperti Eropa dan Jepang bahkan telah melarang penggunaan beberapa
pewarna sintetis seperti pewarna tartrazine dan metanil yellow yang umumnya
digunakan untuk memberikan warna kuning, rodhamin B untuk warna merah, dan
lain sebagainya.
       Diversifikasi penggunaan pewarna alami pada produk pangan sesungguhnya
lebih menguntungkan, karena disamping menghasilkan warna yang diharapkan
beberapa sumber pewarna alami juga dapat meningkatkan nilai gizi dan memiliki
manfaat fungsional. Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) dapat menjadi sumber
pewarna alami merah karena dalam bunga ini terkandung antosianin. Disamping
menghasilkan pigmen antosianin, bunga ini dikenal juga memiliki banyak khasiat
(manfaat fungsional) bagi kesehatan.
Antosianin termasuk golongan senyawa flavonoid. Antosianin berperan
terhadap timbulnya warna merah hingga biru pada beberapa bunga, buah dan
daun. Dalam mengekstrak antosianin diperlukan metode yang sesuai dengan sifat
bahan (sumber pigmen), agar hasil rendemen dan stabilitas pigmen yang tinggi.
Beberapa metode ekstraksi antosianin dari bahan alami, telah banyak dilaporkan
seperti ekstraksi dengan pelarut organik yang diasamkan. Senyawa golongan
flavonoid termasuk senyawa polar dan dapat diekstraksi dengan pelarut yang
bersifat polar diantaranya etanol dan air.
      Antosianin umumnya stabil pada pH 2-5 sehingga aplikasi antosianin
sebagai bahan pewarna tambahan dapat dilakukan pada makanan yang
mempunyai pH rendah (Rayner 1993). Yoghurt adalah salah satu produk pangan
yang berbasis asam (pH rendah). Biasanya yoghurt memiliki pH 4 - 4,5 sehingga
aplikasi ekstrak antosianin dapat dilakukan pada yoghurt. Di beberapa negara
Eropa kelopak rosela juga dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada produk
juice, sirup, jam, puding dan cake. Kelopak bunga rosela memberikan warna
merah menarik, sehingga dapat menggantikan pewarna sintetik amaranth yang
telah dilarang penggunaannya.
      Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh kondisi optimal
ekstraksi pewarna alami dari kelopak rosela, mengetahui konsentrasi optimum
penggunaan pewarna alami rosela dalam proses pengolahan yoghurt, dan
mempelajari tingkat keseragaman dan stabilitas zat warna alami dari rosela selama
proses pengolahan dan penyimpanan yoghurt.

                           METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat
      Bahan utama adalah kelopak buah atau bunga rosela. Bahan kimia yang
digunakan yaitu etanol 95%, asam asetat glasial dan aquades. Bahan pembuatan
yoghurt yaitu susu sapi segar, susu skim, gula, stater yang terdiri dari
Lactobasillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dan gelatin. Sedangkan
bahan kemasan yang digunakan adalah polyethylene (PE) dan alumunium foil.
      Peralatan yang digunakan ialah alat-alat gelas, timbangan analitik, blender,
hotplate, termometer, water bath, kertas saring, vakum filtrasi, almunium foil,
botol gelap, refrigerator, panci, bunsen, baskom, inkubator, pH-meter dan
spektro-fotometer.

Waktu dan Tempat
      Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama bulan Juli 2008 sampai dengan
Juli 2009, bertempat di UPT Sartika Universitas Djuanda, Bogor.

Tahapan Penelitian
      Penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu ekstraksi antosianin dan aplikasi
ekstrak antosiani pada produk yoghurt dan uji stabilitasnya.
1. Penelitian tahap pertama
   Penelitian tahap ini bertujuan untuk mendapatkan ekstrak antosianin dengan
   konsentrasi antosianin yang tinggi. Ekstraksi antosianin kelopak rosela
   dilakukan dengan metode maserasi sebagaimana disajikan pada Gambar 1.
   Analisis kimia hasil ekstrak dan kelopak rosela segar meliputi konsentrasi
antosianin, pH dan kadar vitamin C. Uji kadar antosianin dilakukan
   menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm.
2. Penelitian tahap kedua
   Pada tahap kedua dilakukan fortifikasdi ekstrak antosianin pada produk
   yoghurt. Tujuannya adalah untuk melihat stabilitas ekstrak antosianin dalam
   yoghurt. Yoghurt yang telah ditambahkan ekstrak disimpan dalam refrigerator
   suhu 80C selama 8 hari. Selama waktu penyimpanan dilakukan pengamatan
   kestabilan ekstrak antosianin dengan menguji kadar antosianin dan pH. Interval
   waktu pengujian adalah pada umur simpan 0 hari, 2 hari, 4 hari, 6 hari, dan 8
   hari.



                                       Kelopak rosela
                                           segar



                     Pelarut :      Blender hingga halus
          Etanol + CH3COOH
                        0.1%
              Aquades , 600C
                                          Ekstraksi


                                        Homogenisasi


                                           Inkubasi
                                 (suhu dingin dan suhu ruang)


                   Ekstrak 1              Filtrasi 1                    Ampas 1



                                          Filtrasi 2                    Ampas 2



                                          Ekstrak 2



                                        Pencampuran


                                          Pemekatan



                                           Ekstrak
                                       antosianin rosela


            Gambar 1 Diagram alir ekstraksi antosianin kelopak bunga rosela
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
      Rancangan percobaan yang digunakan pada tahap ekstraksi antosianin
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dua faktor yaitu faktor A (jenis
pelarut) dan faktor B (suhu) dimana masing-masing faktor terdiri dari dua taraf
perlakuan (A1=etanol 95%+0,1% asam asetat glasial, A2=aquades dan B1=suhu
dingin 190C, B2=suhu ruang 270C) dengan tiga ulangan.
      Sementara untuk uji stabilitas antosianin dalam yoghurt digunakan uji t dua
contoh berpasangan dan regresi linear sederhana. Sampel disimpan selama 8 hari
dan diuji pada 0 hari, 2 hari, 4 hari, 6 hari dan 8 hari. Hasil uji pada 0 hari
digunakan sebagai sempel pembanding pada setiap hari uji.


                         HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Tahap Pertama
       Sebelum dilakukan ekstraksi antosianin dari kelopak segar rosella, terlebih
dahulu dilakukan analisis konsentrasi antosianin dan vitamin C pada bahan baku
kelopak rosella segar yang digunakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai
rata-rata konsentrasi antosianis pada kelopak rosella segar sebesar 193,46 mg/l
dan vitamin C sebesar 248,88 mg/100g.
        Ekstraksi antosianin kelopak bunga rosela dilakukan dengan cara maserasi.
Menurut Harborne (1987), ekstraksi adalah proses penarikan komponen zat aktif
serta melarutkan dalam pelarut tertentu. Pemilihan metode ekstraksi senyawa
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu sifat jaringan tanaman, sifat kandungan zat
aktif serta kelarutan dalam pelarut yang digunakan.
        Proses ekstraksi antosianin dari kelopak rosela dilakukan dengan
menggunakan pelarut etanol dan aquades. Pemilihan pelarut disesuaikan dengan
sifat kepolaran antosianin. Sifat kepolaran pelarut berpengaruh pada konsentrasi
antosianin yang terekstrak. Semakin polar pelarut maka konsentrasi antosianin
semakin tinggi dan sebaliknya.
        Sebelum ekstraksi, kelopak bunga rosela ditimbang dan dicuci pada air
mengalir selanjutnya dihancurkan dengan blender hingga diperoleh homogenat.
Penghancuran bertujuan menyeragamkan ukuran kelopak bunga rosela pada tiap
proses ekstraksi dan mengecilkan ukuran untuk memperluas permukaan kontak
dengan pelarut saat ekstraksi (Francis 1982). Dalam keadaan demikian pigmen
yang dapat diekstrak akan semakin banyak. Ekstraksi dilakukan selama 2 jam
dibantu dengan pengadukan menggunakan stirer. Proses tersebut dilakukan pada
suhu dingin (19oC) dan suhu ruang (27oC). Penggunaan suhu tersebut bertujuan
menghindari kerusakan antosianin akibat kerusakan oleh suhu. Ekstraksi
dilakukan dua tingkatan sehingga dihasilkan filtrat berwarna merah pudar pada
tingkatan kedua. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan proses ekstraksi
pigmen antosianin yang ada dalam kelopak bunga rosela. Setelah itu dilakukan
inkubasi selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan dengan penyaring
vakum untuk memisahkan filtrat dengan residu. Filtrat kemudian dipekatkan
dengan cara menguapkan pelarut, pemekatan dilakukan dengan water bath pada
suhu 50±10oC. Penggunaan suhu tersebut dilakukan untuk menghindari kerusakan
berlebih akibat panas. Filtrat yang sudah pekat ditambahkan dengan dan
dipekatkan kembali. Penambahan aquades ke dalam ekstrak yang sudah pekat
dimaksudkan untuk mengganti pelarut awal dengan air sehingga diperoleh ekstrak
aqueous.
Hasil analisis kadar antosianin, pH, dan kadar vitamin C pada ekstrak
antosianin yang dihasilkan dari kelopak bunga rosela disajikan berturut-turut pada
Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.

Kadar Antosianin
        Berdasarkan hasil analisis kadar antosianin pada Tabel 1, perlakuan jenis
pelarut (A) dan suhu ekstraksi (B) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar antosianin yang terekstrak dari kelopak rosela. Hasil uji Duncan
menunjukkan bahwa efisiensi ekstraksi antosianin menggunakan pelarut etanol
(95%) yang ditambahkan 0,1% asam asetat glasial (A1) lebih tinggi dibandingkan
pelarut aquades (A2). Menurut Robinson (1995), ekstraksi senyawa golongan
flavonoid dianjurkan pada suasana asam karena asam berfungsi mendenaturasi
membran sel tanaman, kemudian melarutkan pigmen antosianin sehingga dapat
keluar dari sel serta mencegah oksidasi flavonoid. Asam dalam etanol akan
mendenaturasi membran sel tanaman kemudian melarutkan pigmen antosianin
keluar sel.

    Tabel 1 Rata-rata kadar antosianin hasil ekstraksi kelopak rosela segar
    Perlakuan                    A1                        A2            Rata-rata
            o                           a                        c
    B1 (19 C)                  387,69                   311,72            349,70x
    B2 (27oC)                 424,81b                   326,29d           375,55y
    Rata-rata A               406,25p                   319,01q
     Keterangan:
     A = jenis pelarut ekstraksi, B = suhu ekstraksi
     a,b,c,d : berbeda nyata (P<0,05) untuk pengaruh interaksi (AB)
     p, q : berbeda sangat nyata (P<0,01) untuk perlakuan A
     x, y : berbeda sangat nyata (P<0,01) untuk perlakuan B

        Perlakuan suhu dingin 19oC (B1) berbeda nyata dengan perlakuan suhu
ruang 27oC (B2). Perbedaan suhu ekstraksi dapat mengakibatkan perbedaan
kecepatan kelarutan komponen dalam kelopak bunga rosela dan kemudian
antosianin teroksidasi. Hal ini disebabkan pada suhu dingin kecepatan terlarut
komponen-komponen dalam kelopak bunga rosela termasuk antosianin tidak
secepat pada suhu ruang. Menurut Geankoplis (1983), semakin tinggi suhu
ekstraksi maka kecepatan perpindahan massa dari terlarut ke pelarut akan semakin
tinggi karena suhu mempengaruhi nilai-nilai koefisien transfer massa dari suatu
komponen.
       Interaksi antara jenis pelarut dan suhu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap
kadar antosianin (P<0,05). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rata-rata
kadar antosianin setelah dipekatkan berkisar antara 311,72-424,81 mg/L. Kadar
antosianin tertinggi didapatkan dari perlakuan A1B2 yaitu sebesar 424,81 mg/L
dan hasil tersebut berbeda dengan perlakuan A1B1, A2B1 dan A2B2.

Derajat Keasaman (pH)
       Hasil uji nilai pH ekstrak antosianin rosela pada Tabel 2 menunjukkan
bahwa perlakuan jenis pelarut, suhu ekstraksi, dan interaksinya berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap nilai pH larutan antosianin yang terekstrak dari kelopak
rosella. Hasil uji Duncan memperlihatkan perlakuan etanol yang ditambahkan
0,1% asam asetat glasial berbeda nyata dengan aquades. Nilai pH pada perlakuan
etanol yang ditambahkan 0,1% asam asetat glasial cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut aquades. Perlakuan suhu juga berpengaruh nyata
pada nilai pH ekstrak. Uji beda Duncan memperlihatkan perlakuan suhu dingin
19oC berbeda nyata dengan suhu ruang 27oC. Nilai pH pada perlakuan suhu kamar
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan suhu dingin, yaitu 1,78.

  Tabel 2 Rata-rata nilai pH pada hasil ekstraksi kelopak rosela segar
    Perlakuan                      A1                        A2          Rata-rata
    B1 (19oC)                   1,60c                       2,53a         2,07x
    B2 (27oC)                   1,40d                       2,17b         1,78y
       Rata-rata                1,50p                       2,35q
    Keterangan:
    A = jenis pelarut ekstraksi, B = suhu ekstraksi
    a,b,c,d : berbeda nyata (P<0,05) untuk pengaruh interaksi (AB)
    p, q : berbeda nyata (P<0,05) untuk perlakuan A
    x, y : berbeda nyata (P<0,05) untuk perlakuan B

       Berdasarkan uji Duncan disimpulkan bahwa semua interaksi perlakuan
berbeda nyata. Nilai rata-rata pH ekstrak yang telah dipekatkan berkisar antara
1,40-2,53. Nilai rata-rata terendah didapatkan dari ekstraksi dengan menggunakan
pelarut etanol yang ditambahkan 0,1% asam asetat glasial pada suhu ruang 27oC
(A1B2) yaitu 1,40. Nilai rata-rata pH hasil pemekatan perlakuan A1B2 berbeda
nyata dengan A1B1, A2B1 dan A2B2. Hal ini disebabkan karena kadar antosianin
pada perlakuan A1B2 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan A1B1, A2B1
dan A2B2. Warna pigmen antosianin sensitif terhadap nilai pH. Di dalam larutan
pH rendah pigmen akan berwarna merah dan pada pH tinggi akan terjadi
perubahan warna menjadi tidak berwarna. Herper (1968), berpendapat bahwa
pada kisaran pH 1-3, pigmen antosianin berada dalam bentuk ion oxonium (I)
yang berwarna merah. Tingginya kadar antosianin menandakan bahwa tingginya
jumlah pigmen. Sehingga semakin tinggi kadar antosianin semakin tinggi pula
jumlah pigmen yang berada dalam bentuk ion oxonium (I). Pada Gambar 2
terlihat bahwa semakin tinggi kadar antosianin maka semakin rendah pH ekstrak.




                                                                  

                                   ,

   Gambar 1 Rata-rata kadar antosianin dan pH ekstrak rosella pada setiap perlakuan
Kadar Vitamin C
       Nilai rata-rata kadar vitamin C pada ekstrak yang dipekatkan berkisar
antara 199,47-264,00 mg/100gr. Nilai rata-rata tertinggi didapat dari perlakuan
pelarut etanol 95% yang ditambahkan asam asetat glasial yaitu 264,00 mg/100gr
dan terendah dari perlakuan pelarut aquades yaitu 199,47 mg/100gr. Kelopak
bunga rosela mengandung vitamin C (asam askorbat) dalam jumlah yang tinggi
yaitu sebanyak 260-280 mg untuk setiap 100 g kelopak kering (Anonim 2005).

 Tabel 3 Rata-rata kadar vitamin C hasil ekstraksi kelopak rosela segar
    Perlakuan                    A1                          A2           Rata-rata
    B1 (19oC)                  252,27a                     199,47a        225,87x
    B2 (27oC)                  264,00a                     205,33a        234,67x
     Rata-rata                 258,13p                     202,40q
   Keterangan:
   A = jenis pelarut ekstraksi, B = suhu ekstraksi
   a : tidak berbeda nyata (P0,05) untuk pengaruh interaksi (AB)
   p, q: berbeda sangat nyata (P0,01) untuk perlakuan A
   x : tidak berbeda nyata pengaruh perlakuan

       Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tinggi rendahnya kandungan
vitamin C dipengaruhi oleh tingginya kadar antosianin dan nilai pH ekstrak.
Winarno (2002), menjelaskan bahwa kondisi media yang asam akan
memperlambat proses oksidasi vitamin C. Ekstrak antosianin kelopak bunga
rosela segar mempunyai keasaman yang tinggi sehingga kecepatan reaksi oksidasi
berjalan lebih lambat, sehingga meminimalkan kehilangan sejumlah vitamin C
pada bahan. Asam askorbat yang terdegradasi menjadi peroksida akibat oksidasi
dapat berinteraksi dan menguraikan antosianin berpengaruh menurunkan
konsentrasi antosianin, meski demikian mekanisme reaksinya belum jelas hingga
saat ini. (Hanum 2000).

Penelitian Tahap Kedua

        Yoghurt dikemas dalam cup plastik dari bahan polyethylene (PE). Bahan
pengemas tersebut merupakan bahan pengemas yang biasa digunakan untuk
produk berasam sedang seperti yoghurt. Cup kemudian ditutupi dengan
alumunium foil dan disimpan pada suhu refrigerator dengan suhu 8 oC. Berat
setiap kemasan yaitu 50 g. Konsentrasi ekstrak antosianin yang ditambahkan yaitu
45 tetes atau sekitar 1,52 g. Penentuan penambahan ekstrak didasarkan pada
terlihatnya warna ekstrak antosianin pada yoghurt hingga yoghurt berwarna ungu.
        Susu segar yang digunakan pada pembuatan yoghurt memiliki kandungan
lemak yang cukup tinggi. Menurut Hutching (1999), penambahan antosianin ke
dalam produk susu akan memberikan warna ungu karena kehadiran lemak dalam
susu mengurangi kemampuan warna merah antosianin dan meningkatkan derajat
warna biru. Penambahan ekstrak pewarna yang digunakan pada produk susu harus
lebih banyak dari pangan lainnya karena keberadaan lemak dalam susu
mengurangi kemampuan pewarna memberi warna. Uji stabilitas antosianin dalam
yoghurt dilakukan selama 8 hari. Selama penyimpanan setiap 2 hari dilakukan uji
kadar antosianin dan nilai pH.
Kadar Antosianin

        Gambar 2 memperlihatkan nilai rata-rata kadar antosianin dalam yoghurt
selama 8 hari penyimpanan. Pada gambar tersebut terlihat bahwa terjadi
penurunan kadar antosianin dalam yoghurt. Selama penyimpanan, kadar
antosianin berkurang yang berarti naiknya tingkat kecerahan produk. Menurunnya
kadar antosianin disebabkan karena rusaknya senyawa antosianin. Warna yang
semakin pudar menyebabkan produk terlihat semakin pucat. Warna putih pada
susu juga berpengaruh terhadap pengukuran kadar antosianin.
        Hasil uji t menunjukkan bahwa kadar antosianin pada hari kedua tidak
berbeda nyata dengan hari ke nol, tetapi berbeda nyata dengan hari keempat,
keenam dan kedelapan. Pada hari kedua rata-rata penurunan kadar antosianin
sekitar 2,15 mg/L. Pada hari hari keempat, keenam dan kedelapan rata-rata
penurunan yang telah terjadi yaitu 4,68 mg/L, 6,71 mg/L dan 8,88 mg/L.

                                             66
                                             64       64,2239
                                             62              62,0702
                   Kadar Antosianin (mg/L)




                                             60                      59,5418
                                             58                             57,7093
                                             56                                       55,3398
                                             54
                                             52
                                             50                 Y = 64,203 − 1,106 χ
                                             48
                                             46
                                             44
                                             42
                                                                                          R 2 = 0,998
                                             40
                                                  0       2      4       6        8      10     12   14   16   18   20
                                                                             Lama Penyimpanan (Hari)


 Gambar 2 Rata-rata kadar antosianin (mg/l) dalam yoghurt selama 8 hari penyimpanan

       Berdasarkan uji regresi linear sederhana diketahui bahwa nilai koefisien
determinasi (r2) dan korelasi (r) antara variabel lama penyimpanan dengan kadar
antosianin sebesar 0,99 yang mengindikasikan bahwa terdapat korelasi yang
sangat tinggi antara kadar antosianin dan lama penyimpanan. Semakin lama
penyimpanan maka kadar antosianin pada produk yoghut menurun signifikan.
       Dengan adanya penurunan kadar antosianin maka dapat dikatakan bahwa
senyawa antosianin yang ada dalam yoghurt kehilangan warna merahnya. Lama
penyimpanan merupakan faktor yang berkaitan dengan terjadinya degradasi warna
antosianin, semakin lama waktu penyimpanan maka hasil degradasi antosianin
akan semakin tinggi. Menurut CaiCorke (1999), peningkatan lama penyimpanan
menyebabkan akumulasi senyawa hasil degradasi flavilium menjadi pseudobasa
hingga akhirnya menjadi kalkon terus meningkat. Hal tersebut mengakibatkan
berkurangnya derajat kemerahan dan peningkatan kecerahan yoghurt. Penurunan
kadar antosianin diduga terjadi karena dekomposisi antosianin dari bentuk aglikon
menjadi kalkon yang tidak berwarna dan akhirnya membentuk α-diketon yang
berwarna coklat, serta oksidasi antosianin sehingga kation flavium yang berwarna
merah kehilangan proton dan berubah struktur menjadi karbinol yang tidak
memberi warna (Markakis 1982).

Derajat Keasaman
     Yoghurt yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki nilai pH 4,41.
Menurut CampbellMarshall (1975), yoghurt yang baik memiliki derajat
keasaman 4,4-4,5 dan total asam laktat 0,85-0,95%. Setelah ditambahkan ekstrak
antosianin pH yoghurt menurun pada kisaran 3,70. Gambar 3 memperlihatkan
                                                 3,7
nilai rata-rata yoghurt selama 8 hari penyimpanan.
           rata
       Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai pH pada hari ke nol berbeda nyata
                                              p
terhadap nilai pH hari kedua, keempat, keenam dan kedelapan. Pada hari kedua
rata-rata penurunan pH sekitar 0,03. Pada hari hari keempat, keenam dan
     rata
kedelapan rata-rata penurunan yang telah terjadi yaitu 0,11; 0,12 dan 0,15.
                 rata
       Berdasarkan uji regresi linear sederhana diketahui bahwa nilai koefisien
         erdasarkan
determinasi antara variabel lama penyimpanan dengan nilai pH adalah 0,969   0,969,
berarti korelasi pH dengan lama penyimpanan sangat tinggi. Model linear yang
didapatkan untuk persamaan regresi nilai pH dan lama penyimpanan adalah
  dapatkan
Y = 3,744 + 0,019 χ . Semakin lama penyimpanan maka nilai pH akan semakin
meningkat.




                                                    Y = 3,744 + 0,019 χ
                                                    R 2 = 0,939



          Gambar 3 Rata
                   Rata-rata pH dalam yoghurt selama 8 hari penyimpanan
                                                             enyimpanan

       Meningkatnya nilai pH selama penyimpanan menandak menandakan terjadinya
penurunan kadar antosianin. Laju kerusakan antosianin tergantung pada pH,
rendahnya nilai pH menghasilkan tingkat kestabilan yang lebih besar. Peningkatan
nilai pH menyebabkan kation flavilum menjadi tidak stabil dan mudah mengalami
transformasi struktural menjadi senyawa tidak berwarna seperti kalkon.
           asi
       Faktor pH tidak hanya mempengaruhi warna antosianin, tetapi juga
mempengaruhi kestabilannya. Antosianin umumnya lebih stabil pada larutan asam
dibandingkan pada larutan netral atau alkali (Markakis 1982). Dalam keadaan
                                               (Markakis
asam, struktur dominan antosianin berada dalam bentuk inti kation flavinium yang
terprotonisasi dan kekurangan elektoron (Jackman Smith 1996). Faktor yang
                                          (JackmanSmith
mempengaruhi stabilitas antosianin adalah pH, temperatur, sinar dan oksige serta
                                                                    oksigen
faktor lainnya seperti ion logam.
       Tinsley dan Bockian (1960) di dalam Eskin (1979) melaporkan bahwa
degradasi antosianin tergantung pada jumlah pigmen yang ada dalam bentuk
pseudobasa. Keduanya menyimpulkan bahwa kerusakkan antosianin dalam
kondisi beroksigen dipengaruhi oleh pH dan secara langsung berhubungan dengan
      si
jumlah pigmen dalam bentuk pseudobasa.


                         KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
       Ekstrak antosianin dari kelopak rosela yang telah dipekatkan berwarna
merah keunguan. Hasil analisis kkadar antosianin, nilai pH dan kadar vitamin C
ekstrak antosianin yang telah dipekatkan berturut-turut adalah 311,72-424,81
                                                    turut
mg/l, 1,40-2,53 dan 199,47 264,00 mg/100gr. Kadar antosianin tertinggi (424,81
           2,53     199,47-264,00
mg/L), nilai pH terendah (1,40) dan kadar vitamin C tertinggi (264,00 mg/100gr)
didapatkan dari ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol yang ditambahkan
0,1% asam asetat glasial pada suhu ruang (A1B2).
       Yoghurt yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki pH 4,41 dan turun
menjadi sekitar 3,7 setelah ditambahkan ekstrak antosianin. Selama 8 hari
penyimpanan yoghurt mengalami penurunan kadar antosianin dan peningkatan
nilai pH. Pada hari kedua, keempat, keenam dan kedelapan rata-rata penurunan
kadar antosianin yang telah terjadi yaitu 2,15 mg/L, 4,68 mg/L, 6,71 mg/L dan
8,88 mg/L. Sedangkan penurunan nilai pH-nya yaitu 0,03; 0,11; 0,12 dan 0,15.
Lama waktu penyimpanan yoghurt berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap
kadar antosianin dan nilai pH. Semakin lama waktu penyimpanan, semakin
rendah kadar antosianin dan semakin tinggi nilai pH yoghurt.

Saran
       Perlu dilakukan penelitian lanjutan penggunaan berbagai jenis asam dalam
pelarut serta penggunaan suhu ekstraksi untuk meningkatkan kadar antosianin
ekstrak. Untuk mempermudah penggunaan dan meningkatkan daya simpan,
ekstrak antosianin bisa dibuat dalam bentuk bubuk sehingga kemungkinan
kerusakan ekstrak dapat dikurangi. Perlu juga diteliti peluang-peluang fortifikasi
ekstrak antosianin rosella pada produk-produk asam lainnya seperti minuman
berkarbonasi, es krim dan tablet effervescent.


                             DAFTAR PUSTAKA

Rayner P. 1993. Colors. Di Dalam Smith J. (ed). 1993. Food Additives User’s
       Handbok. Blackie Academic and Professional, London.
Harborne I B. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
       Terjemahan K. Radmawinata dan I. Soediso, Penerbit ITB, Bandung,
       1987, 69 – 94, 142 – 158, 234 – 238. 11. Buckingham. J., et al., (eds),
       “Dictionary of Natural Product”, Chapman and Hall, London, 1352, 3863,
       4453.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-6.
       Penerjemah : Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB Bandung.
Geankoplis C J. 1983. Transport Processes and Unit Operation. Allyn and Dalcon
       Inc., Boston.
Hanum T. 2000. ekstraksi dan stabilitas zat pewarna alami dari katul beras ketan
       hitam (Oryza sativa glutinosa). Bul. Teknologi dan industri pangan 11 (I) :
       17 – 23.
Herper. 1968. Changes in The Molecular Structure of Pelargonidin Chloride With
       pH. Di Dalam Eskin, N. A. Michael. 1979. Plant Pigments, Flavor and
       Textures. Academic Press, London.
Hutching JB. 1999. Food Color and Appearance. Second Edition. Aspen
       Publishers, Inc. Maryland.
Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.
Cai Y, Corke H. 1999. Amaranthus Betacyanin Pigments Applied in Model Food
       System. J. Food Sci. 64 (5) : 869 – 873.
Markakis P. 1982. Antocyanins as Food Additives. Di dalam Antocyanins as Food
       Color. Markakis, P. (ed). Academic Press, New York.

More Related Content

What's hot

PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas Nadiyayoo
 
Bagian 2 klasifikasi alkaloid
Bagian 2 klasifikasi alkaloidBagian 2 klasifikasi alkaloid
Bagian 2 klasifikasi alkaloidDinda Gusti Ayu
 
Bab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitianBab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitianDianaEP
 
Kinetika Amanda Patricia 11.70.0102
Kinetika Amanda Patricia 11.70.0102Kinetika Amanda Patricia 11.70.0102
Kinetika Amanda Patricia 11.70.0102Hendra Budi
 
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Fendi Pradana
 
Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)evindatoh
 
Bagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunderBagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunderDinda Gusti Ayu
 
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...Annisa Listyaindra
 
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinPraregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinMaulana Sakti
 
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pareIsolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah parePuspita Eka Rohmah
 
Membuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan GalenikaMembuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan GalenikaWulung Gono
 

What's hot (19)

PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas
 
239 580-1-pb
239 580-1-pb239 580-1-pb
239 580-1-pb
 
3322 6485-1-sm
3322 6485-1-sm3322 6485-1-sm
3322 6485-1-sm
 
297839843
297839843297839843
297839843
 
Translatr
TranslatrTranslatr
Translatr
 
Bagian 2 klasifikasi alkaloid
Bagian 2 klasifikasi alkaloidBagian 2 klasifikasi alkaloid
Bagian 2 klasifikasi alkaloid
 
Alasan pelrut etanol 96
Alasan pelrut etanol 96Alasan pelrut etanol 96
Alasan pelrut etanol 96
 
Bab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitianBab iii metodologi penelitian
Bab iii metodologi penelitian
 
Kinetika Amanda Patricia 11.70.0102
Kinetika Amanda Patricia 11.70.0102Kinetika Amanda Patricia 11.70.0102
Kinetika Amanda Patricia 11.70.0102
 
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
 
Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)
 
9iv9re1613904637
9iv9re16139046379iv9re1613904637
9iv9re1613904637
 
Jurnal review alkaloid
Jurnal review alkaloidJurnal review alkaloid
Jurnal review alkaloid
 
Bagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunderBagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunder
 
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...
Mikrobiologi: Aktivitas antimikroba dari Terminalia arjuna Wight & Arn: Tanam...
 
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinPraregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
 
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pareIsolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
 
uji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdfuji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdf
 
Membuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan GalenikaMembuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan Galenika
 

Similar to Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt

PPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxPPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxIrenee9
 
Farmakognosi (PEMANFAATAN EKSTRAK PEGAGAN SEBAGAI MINUMAN KESEHATAN DALAM BE...
Farmakognosi (PEMANFAATAN EKSTRAK PEGAGAN SEBAGAI MINUMAN KESEHATAN  DALAM BE...Farmakognosi (PEMANFAATAN EKSTRAK PEGAGAN SEBAGAI MINUMAN KESEHATAN  DALAM BE...
Farmakognosi (PEMANFAATAN EKSTRAK PEGAGAN SEBAGAI MINUMAN KESEHATAN DALAM BE...Mifta Finanti
 
PPT Kelompok 2_Tugas RPH_19A (1).pptx
PPT Kelompok 2_Tugas RPH_19A (1).pptxPPT Kelompok 2_Tugas RPH_19A (1).pptx
PPT Kelompok 2_Tugas RPH_19A (1).pptxlindawatisetyaningru
 
PPT OUTLINE PROPOSAL FITOKIMIA 1.pptx
PPT OUTLINE PROPOSAL FITOKIMIA 1.pptxPPT OUTLINE PROPOSAL FITOKIMIA 1.pptx
PPT OUTLINE PROPOSAL FITOKIMIA 1.pptxWawaSAT
 
Jurnal praktikum fitofarmasi 3
Jurnal praktikum fitofarmasi 3Jurnal praktikum fitofarmasi 3
Jurnal praktikum fitofarmasi 3Caesalpinia Swartz
 
57 article text-120-1-10-20180423
57 article text-120-1-10-2018042357 article text-120-1-10-20180423
57 article text-120-1-10-20180423Lailatul Rofiah
 
modul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70 2.pdf
modul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70 2.pdfmodul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70 2.pdf
modul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70 2.pdfssuser2ba3c9
 
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alamstandarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alamyosy5
 
Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)
Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)
Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)Verry Yanto
 
4290-17058-1-PB.pdf
4290-17058-1-PB.pdf4290-17058-1-PB.pdf
4290-17058-1-PB.pdfIsoSuwarso1
 
modul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70.pptx
modul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70.pptxmodul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70.pptx
modul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70.pptxheri santosa
 

Similar to Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt (20)

PPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxPPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptx
 
Teritik Restik
Teritik RestikTeritik Restik
Teritik Restik
 
13547 41803-1-pb
13547 41803-1-pb13547 41803-1-pb
13547 41803-1-pb
 
Farmakognosi (PEMANFAATAN EKSTRAK PEGAGAN SEBAGAI MINUMAN KESEHATAN DALAM BE...
Farmakognosi (PEMANFAATAN EKSTRAK PEGAGAN SEBAGAI MINUMAN KESEHATAN  DALAM BE...Farmakognosi (PEMANFAATAN EKSTRAK PEGAGAN SEBAGAI MINUMAN KESEHATAN  DALAM BE...
Farmakognosi (PEMANFAATAN EKSTRAK PEGAGAN SEBAGAI MINUMAN KESEHATAN DALAM BE...
 
Pp seminar asam urat
Pp seminar asam uratPp seminar asam urat
Pp seminar asam urat
 
Bahan tambahan makanan
Bahan tambahan makananBahan tambahan makanan
Bahan tambahan makanan
 
PPT Kelompok 2_Tugas RPH_19A (1).pptx
PPT Kelompok 2_Tugas RPH_19A (1).pptxPPT Kelompok 2_Tugas RPH_19A (1).pptx
PPT Kelompok 2_Tugas RPH_19A (1).pptx
 
PPT OUTLINE PROPOSAL FITOKIMIA 1.pptx
PPT OUTLINE PROPOSAL FITOKIMIA 1.pptxPPT OUTLINE PROPOSAL FITOKIMIA 1.pptx
PPT OUTLINE PROPOSAL FITOKIMIA 1.pptx
 
Jurnal praktikum fitofarmasi 3
Jurnal praktikum fitofarmasi 3Jurnal praktikum fitofarmasi 3
Jurnal praktikum fitofarmasi 3
 
57 article text-120-1-10-20180423
57 article text-120-1-10-2018042357 article text-120-1-10-20180423
57 article text-120-1-10-20180423
 
ECO ENZYME sharing.pptx
ECO ENZYME sharing.pptxECO ENZYME sharing.pptx
ECO ENZYME sharing.pptx
 
Trepium Sertik
Trepium SertikTrepium Sertik
Trepium Sertik
 
modul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70 2.pdf
modul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70 2.pdfmodul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70 2.pdf
modul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70 2.pdf
 
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alamstandarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
 
Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)
Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)
Daya hambat bakteri madu (alami dan kemasan)
 
Artikel Gargarisma.pdf
Artikel Gargarisma.pdfArtikel Gargarisma.pdf
Artikel Gargarisma.pdf
 
9. ririn.pdf
9. ririn.pdf9. ririn.pdf
9. ririn.pdf
 
4290-17058-1-PB.pdf
4290-17058-1-PB.pdf4290-17058-1-PB.pdf
4290-17058-1-PB.pdf
 
Jurnal -sintha
Jurnal  -sinthaJurnal  -sintha
Jurnal -sintha
 
modul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70.pptx
modul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70.pptxmodul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70.pptx
modul-belajar-eco-enzyme-rev-10-70.pptx
 

More from Sawarni H

Material Balance for ISO 14000 Implementation in Fruit Industry
Material Balance for ISO 14000 Implementation in Fruit Industry Material Balance for ISO 14000 Implementation in Fruit Industry
Material Balance for ISO 14000 Implementation in Fruit Industry Sawarni H
 
Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan
Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan
Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan Sawarni H
 
ISO 14000 Material Balance Industri Buah
ISO 14000 Material Balance Industri BuahISO 14000 Material Balance Industri Buah
ISO 14000 Material Balance Industri BuahSawarni H
 
Bioethanol from arrowroot tuber
Bioethanol from arrowroot tuberBioethanol from arrowroot tuber
Bioethanol from arrowroot tuberSawarni H
 
Prioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran Hewan
Prioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran HewanPrioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran Hewan
Prioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran HewanSawarni H
 
Ti 17 sawarni h univ djuanda
Ti 17 sawarni h univ djuandaTi 17 sawarni h univ djuanda
Ti 17 sawarni h univ djuandaSawarni H
 
Bioethanol from indonesia's arrowroot tuber
Bioethanol from indonesia's arrowroot tuberBioethanol from indonesia's arrowroot tuber
Bioethanol from indonesia's arrowroot tuberSawarni H
 
Produksi bioetanol umbi garut
Produksi bioetanol umbi garutProduksi bioetanol umbi garut
Produksi bioetanol umbi garutSawarni H
 
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurtAplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurtSawarni H
 
Produksi bioetanol umbi garut
Produksi bioetanol umbi garutProduksi bioetanol umbi garut
Produksi bioetanol umbi garutSawarni H
 
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurtAplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurtSawarni H
 

More from Sawarni H (11)

Material Balance for ISO 14000 Implementation in Fruit Industry
Material Balance for ISO 14000 Implementation in Fruit Industry Material Balance for ISO 14000 Implementation in Fruit Industry
Material Balance for ISO 14000 Implementation in Fruit Industry
 
Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan
Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan
Gap Analysis Rancangan SMKP UKM Pengolahan Ikan
 
ISO 14000 Material Balance Industri Buah
ISO 14000 Material Balance Industri BuahISO 14000 Material Balance Industri Buah
ISO 14000 Material Balance Industri Buah
 
Bioethanol from arrowroot tuber
Bioethanol from arrowroot tuberBioethanol from arrowroot tuber
Bioethanol from arrowroot tuber
 
Prioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran Hewan
Prioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran HewanPrioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran Hewan
Prioritas Pengembangan Bioenergi Perdesaan Berbasis Biogas Kotoran Hewan
 
Ti 17 sawarni h univ djuanda
Ti 17 sawarni h univ djuandaTi 17 sawarni h univ djuanda
Ti 17 sawarni h univ djuanda
 
Bioethanol from indonesia's arrowroot tuber
Bioethanol from indonesia's arrowroot tuberBioethanol from indonesia's arrowroot tuber
Bioethanol from indonesia's arrowroot tuber
 
Produksi bioetanol umbi garut
Produksi bioetanol umbi garutProduksi bioetanol umbi garut
Produksi bioetanol umbi garut
 
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurtAplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
 
Produksi bioetanol umbi garut
Produksi bioetanol umbi garutProduksi bioetanol umbi garut
Produksi bioetanol umbi garut
 
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurtAplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt
 

Recently uploaded

ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARUATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARUsayangkamuu240203
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesialangkahgontay88
 
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptxPERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptxinichaneldhea
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptxlulustugasakhirkulia
 
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...unikbetslotbankmaybank
 
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptPelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptJhonSutarka1
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkajaunikbetslotbankmaybank
 
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxMedia Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxItaaNurlianaSiregar
 
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1alvinjasindo
 
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxLAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxAnissaPratiwi3
 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNajlaNazhira
 
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdfPPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdfAgusyunus2
 
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOTSTRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOTRikoMappedeceng1
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxMuhammadDidikJasaGb
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...FORTRESS
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solojasa marketing online
 
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBambu hoki88
 
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita taniAdministrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tanikwtkelurahanmekarsar
 

Recently uploaded (20)

ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARUATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
 
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptxPERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
 
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
 
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptPelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
 
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxMedia Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
 
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
 
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxLAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
 
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotecabortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
 
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdfPPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
 
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
 
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOTSTRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
 
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
 
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita taniAdministrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
 

Aplikasi antosianin rosela pada produk yoghurt

  • 1. Aplikasi Pewarna Alami Antosianin Dari Kelopak Rosela Pada Produk Yoghurt Dalam Rangka Penganekaragaman Produk Pangan Fungsional Sawarni Hasibuan, Mardiah, Saptuti Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan, Universitas Djuanda Bogor E-mail : sawarni02@yahoo.com Abstract Peranan bahan pewarna dalam produk pangan sudah tidak diragukan lagi, namun saat ini ada kecenderungan untuk membatasi penggunaan pewarna sintetis yang aman untuk makanan (food grade) mengingat dampak negatifnya bagi kesehatan. Pemanfaatan pewarna alami pada produk pangan tidak hanya berfungsi sebagai zat warna semata, tetapi juga dapat memberikan manfaat fungsional. Tujuan umum penelitian ini adalah mendukung penganekaragaman alternatif bahan pewarna alami dari kelopak rosela yang memiliki manfaat fungsional yang difortifikasi pada produk yoghurt. Penelitian dilakukan dalam dua tahapan. Tahap pertama adalah mendapatkan metode ekstraksi antosianin terbaik dan tahap kedua melakukan fortifikasi pewarna merah antosianin rosela pada produk yoghurt dan menguji stabilitasnya selama penyimpanan. Hasil penelitian menyimpulkan penggunaan pelarut etanol 95% pada suhu kamar memberikan hasil terbaik dengan rata-rata kadar antosianin 424,81 mg/l dan vitamin C 264,00 mg/100g. Stabilitas zat warna antosianin rosela yang difortifikasi pada produk yoghurt selama 8 hari penyimpanan mengalami penurunan. Semakin lama waktu penyimpanan, maka semakin rendah kadar antosianin dan semakin tinggi nilai pH yoghurt. Kata kunci : rosela, etanol, antosianin, yoghurt. PENDAHULUAN Bahan pewarna merupakan zat tambahan yang memegang peranan penting dalam produk makanan dan minuman. Tujuan penambahan bahan pewarna pada produk pangan umumnya adalah untuk memberikan penampilan yang lebih menarik. Sampai saat ini penggunaan pewarna sintetis begitu pesat digunakan pada produk pangan dan seringkali disalahgunakan. Penyalahgunaan pewarna sintetis dapat memicu berbagai penyakit, seperti kanker, stroke, dan penyakit jantung (Erni 1986). Penggunaan bahan pewarna sintetis yang boleh digunakan untuk makanan (food grade) juga harus dibatasi jumlahnya. Di beberapa negara maju, seperti Eropa dan Jepang bahkan telah melarang penggunaan beberapa pewarna sintetis seperti pewarna tartrazine dan metanil yellow yang umumnya digunakan untuk memberikan warna kuning, rodhamin B untuk warna merah, dan lain sebagainya. Diversifikasi penggunaan pewarna alami pada produk pangan sesungguhnya lebih menguntungkan, karena disamping menghasilkan warna yang diharapkan beberapa sumber pewarna alami juga dapat meningkatkan nilai gizi dan memiliki manfaat fungsional. Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) dapat menjadi sumber pewarna alami merah karena dalam bunga ini terkandung antosianin. Disamping menghasilkan pigmen antosianin, bunga ini dikenal juga memiliki banyak khasiat (manfaat fungsional) bagi kesehatan.
  • 2. Antosianin termasuk golongan senyawa flavonoid. Antosianin berperan terhadap timbulnya warna merah hingga biru pada beberapa bunga, buah dan daun. Dalam mengekstrak antosianin diperlukan metode yang sesuai dengan sifat bahan (sumber pigmen), agar hasil rendemen dan stabilitas pigmen yang tinggi. Beberapa metode ekstraksi antosianin dari bahan alami, telah banyak dilaporkan seperti ekstraksi dengan pelarut organik yang diasamkan. Senyawa golongan flavonoid termasuk senyawa polar dan dapat diekstraksi dengan pelarut yang bersifat polar diantaranya etanol dan air. Antosianin umumnya stabil pada pH 2-5 sehingga aplikasi antosianin sebagai bahan pewarna tambahan dapat dilakukan pada makanan yang mempunyai pH rendah (Rayner 1993). Yoghurt adalah salah satu produk pangan yang berbasis asam (pH rendah). Biasanya yoghurt memiliki pH 4 - 4,5 sehingga aplikasi ekstrak antosianin dapat dilakukan pada yoghurt. Di beberapa negara Eropa kelopak rosela juga dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada produk juice, sirup, jam, puding dan cake. Kelopak bunga rosela memberikan warna merah menarik, sehingga dapat menggantikan pewarna sintetik amaranth yang telah dilarang penggunaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh kondisi optimal ekstraksi pewarna alami dari kelopak rosela, mengetahui konsentrasi optimum penggunaan pewarna alami rosela dalam proses pengolahan yoghurt, dan mempelajari tingkat keseragaman dan stabilitas zat warna alami dari rosela selama proses pengolahan dan penyimpanan yoghurt. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan utama adalah kelopak buah atau bunga rosela. Bahan kimia yang digunakan yaitu etanol 95%, asam asetat glasial dan aquades. Bahan pembuatan yoghurt yaitu susu sapi segar, susu skim, gula, stater yang terdiri dari Lactobasillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dan gelatin. Sedangkan bahan kemasan yang digunakan adalah polyethylene (PE) dan alumunium foil. Peralatan yang digunakan ialah alat-alat gelas, timbangan analitik, blender, hotplate, termometer, water bath, kertas saring, vakum filtrasi, almunium foil, botol gelap, refrigerator, panci, bunsen, baskom, inkubator, pH-meter dan spektro-fotometer. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama bulan Juli 2008 sampai dengan Juli 2009, bertempat di UPT Sartika Universitas Djuanda, Bogor. Tahapan Penelitian Penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu ekstraksi antosianin dan aplikasi ekstrak antosiani pada produk yoghurt dan uji stabilitasnya. 1. Penelitian tahap pertama Penelitian tahap ini bertujuan untuk mendapatkan ekstrak antosianin dengan konsentrasi antosianin yang tinggi. Ekstraksi antosianin kelopak rosela dilakukan dengan metode maserasi sebagaimana disajikan pada Gambar 1. Analisis kimia hasil ekstrak dan kelopak rosela segar meliputi konsentrasi
  • 3. antosianin, pH dan kadar vitamin C. Uji kadar antosianin dilakukan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. 2. Penelitian tahap kedua Pada tahap kedua dilakukan fortifikasdi ekstrak antosianin pada produk yoghurt. Tujuannya adalah untuk melihat stabilitas ekstrak antosianin dalam yoghurt. Yoghurt yang telah ditambahkan ekstrak disimpan dalam refrigerator suhu 80C selama 8 hari. Selama waktu penyimpanan dilakukan pengamatan kestabilan ekstrak antosianin dengan menguji kadar antosianin dan pH. Interval waktu pengujian adalah pada umur simpan 0 hari, 2 hari, 4 hari, 6 hari, dan 8 hari. Kelopak rosela segar Pelarut : Blender hingga halus Etanol + CH3COOH 0.1% Aquades , 600C Ekstraksi Homogenisasi Inkubasi (suhu dingin dan suhu ruang) Ekstrak 1 Filtrasi 1 Ampas 1 Filtrasi 2 Ampas 2 Ekstrak 2 Pencampuran Pemekatan Ekstrak antosianin rosela Gambar 1 Diagram alir ekstraksi antosianin kelopak bunga rosela
  • 4. Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan pada tahap ekstraksi antosianin adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dua faktor yaitu faktor A (jenis pelarut) dan faktor B (suhu) dimana masing-masing faktor terdiri dari dua taraf perlakuan (A1=etanol 95%+0,1% asam asetat glasial, A2=aquades dan B1=suhu dingin 190C, B2=suhu ruang 270C) dengan tiga ulangan. Sementara untuk uji stabilitas antosianin dalam yoghurt digunakan uji t dua contoh berpasangan dan regresi linear sederhana. Sampel disimpan selama 8 hari dan diuji pada 0 hari, 2 hari, 4 hari, 6 hari dan 8 hari. Hasil uji pada 0 hari digunakan sebagai sempel pembanding pada setiap hari uji. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Sebelum dilakukan ekstraksi antosianin dari kelopak segar rosella, terlebih dahulu dilakukan analisis konsentrasi antosianin dan vitamin C pada bahan baku kelopak rosella segar yang digunakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rata-rata konsentrasi antosianis pada kelopak rosella segar sebesar 193,46 mg/l dan vitamin C sebesar 248,88 mg/100g. Ekstraksi antosianin kelopak bunga rosela dilakukan dengan cara maserasi. Menurut Harborne (1987), ekstraksi adalah proses penarikan komponen zat aktif serta melarutkan dalam pelarut tertentu. Pemilihan metode ekstraksi senyawa ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu sifat jaringan tanaman, sifat kandungan zat aktif serta kelarutan dalam pelarut yang digunakan. Proses ekstraksi antosianin dari kelopak rosela dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol dan aquades. Pemilihan pelarut disesuaikan dengan sifat kepolaran antosianin. Sifat kepolaran pelarut berpengaruh pada konsentrasi antosianin yang terekstrak. Semakin polar pelarut maka konsentrasi antosianin semakin tinggi dan sebaliknya. Sebelum ekstraksi, kelopak bunga rosela ditimbang dan dicuci pada air mengalir selanjutnya dihancurkan dengan blender hingga diperoleh homogenat. Penghancuran bertujuan menyeragamkan ukuran kelopak bunga rosela pada tiap proses ekstraksi dan mengecilkan ukuran untuk memperluas permukaan kontak dengan pelarut saat ekstraksi (Francis 1982). Dalam keadaan demikian pigmen yang dapat diekstrak akan semakin banyak. Ekstraksi dilakukan selama 2 jam dibantu dengan pengadukan menggunakan stirer. Proses tersebut dilakukan pada suhu dingin (19oC) dan suhu ruang (27oC). Penggunaan suhu tersebut bertujuan menghindari kerusakan antosianin akibat kerusakan oleh suhu. Ekstraksi dilakukan dua tingkatan sehingga dihasilkan filtrat berwarna merah pudar pada tingkatan kedua. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan proses ekstraksi pigmen antosianin yang ada dalam kelopak bunga rosela. Setelah itu dilakukan inkubasi selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan dengan penyaring vakum untuk memisahkan filtrat dengan residu. Filtrat kemudian dipekatkan dengan cara menguapkan pelarut, pemekatan dilakukan dengan water bath pada suhu 50±10oC. Penggunaan suhu tersebut dilakukan untuk menghindari kerusakan berlebih akibat panas. Filtrat yang sudah pekat ditambahkan dengan dan dipekatkan kembali. Penambahan aquades ke dalam ekstrak yang sudah pekat dimaksudkan untuk mengganti pelarut awal dengan air sehingga diperoleh ekstrak aqueous.
  • 5. Hasil analisis kadar antosianin, pH, dan kadar vitamin C pada ekstrak antosianin yang dihasilkan dari kelopak bunga rosela disajikan berturut-turut pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3. Kadar Antosianin Berdasarkan hasil analisis kadar antosianin pada Tabel 1, perlakuan jenis pelarut (A) dan suhu ekstraksi (B) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar antosianin yang terekstrak dari kelopak rosela. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa efisiensi ekstraksi antosianin menggunakan pelarut etanol (95%) yang ditambahkan 0,1% asam asetat glasial (A1) lebih tinggi dibandingkan pelarut aquades (A2). Menurut Robinson (1995), ekstraksi senyawa golongan flavonoid dianjurkan pada suasana asam karena asam berfungsi mendenaturasi membran sel tanaman, kemudian melarutkan pigmen antosianin sehingga dapat keluar dari sel serta mencegah oksidasi flavonoid. Asam dalam etanol akan mendenaturasi membran sel tanaman kemudian melarutkan pigmen antosianin keluar sel. Tabel 1 Rata-rata kadar antosianin hasil ekstraksi kelopak rosela segar Perlakuan A1 A2 Rata-rata o a c B1 (19 C) 387,69 311,72 349,70x B2 (27oC) 424,81b 326,29d 375,55y Rata-rata A 406,25p 319,01q Keterangan: A = jenis pelarut ekstraksi, B = suhu ekstraksi a,b,c,d : berbeda nyata (P<0,05) untuk pengaruh interaksi (AB) p, q : berbeda sangat nyata (P<0,01) untuk perlakuan A x, y : berbeda sangat nyata (P<0,01) untuk perlakuan B Perlakuan suhu dingin 19oC (B1) berbeda nyata dengan perlakuan suhu ruang 27oC (B2). Perbedaan suhu ekstraksi dapat mengakibatkan perbedaan kecepatan kelarutan komponen dalam kelopak bunga rosela dan kemudian antosianin teroksidasi. Hal ini disebabkan pada suhu dingin kecepatan terlarut komponen-komponen dalam kelopak bunga rosela termasuk antosianin tidak secepat pada suhu ruang. Menurut Geankoplis (1983), semakin tinggi suhu ekstraksi maka kecepatan perpindahan massa dari terlarut ke pelarut akan semakin tinggi karena suhu mempengaruhi nilai-nilai koefisien transfer massa dari suatu komponen. Interaksi antara jenis pelarut dan suhu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap kadar antosianin (P<0,05). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rata-rata kadar antosianin setelah dipekatkan berkisar antara 311,72-424,81 mg/L. Kadar antosianin tertinggi didapatkan dari perlakuan A1B2 yaitu sebesar 424,81 mg/L dan hasil tersebut berbeda dengan perlakuan A1B1, A2B1 dan A2B2. Derajat Keasaman (pH) Hasil uji nilai pH ekstrak antosianin rosela pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan jenis pelarut, suhu ekstraksi, dan interaksinya berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai pH larutan antosianin yang terekstrak dari kelopak rosella. Hasil uji Duncan memperlihatkan perlakuan etanol yang ditambahkan 0,1% asam asetat glasial berbeda nyata dengan aquades. Nilai pH pada perlakuan
  • 6. etanol yang ditambahkan 0,1% asam asetat glasial cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pelarut aquades. Perlakuan suhu juga berpengaruh nyata pada nilai pH ekstrak. Uji beda Duncan memperlihatkan perlakuan suhu dingin 19oC berbeda nyata dengan suhu ruang 27oC. Nilai pH pada perlakuan suhu kamar cenderung lebih rendah dibandingkan dengan suhu dingin, yaitu 1,78. Tabel 2 Rata-rata nilai pH pada hasil ekstraksi kelopak rosela segar Perlakuan A1 A2 Rata-rata B1 (19oC) 1,60c 2,53a 2,07x B2 (27oC) 1,40d 2,17b 1,78y Rata-rata 1,50p 2,35q Keterangan: A = jenis pelarut ekstraksi, B = suhu ekstraksi a,b,c,d : berbeda nyata (P<0,05) untuk pengaruh interaksi (AB) p, q : berbeda nyata (P<0,05) untuk perlakuan A x, y : berbeda nyata (P<0,05) untuk perlakuan B Berdasarkan uji Duncan disimpulkan bahwa semua interaksi perlakuan berbeda nyata. Nilai rata-rata pH ekstrak yang telah dipekatkan berkisar antara 1,40-2,53. Nilai rata-rata terendah didapatkan dari ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol yang ditambahkan 0,1% asam asetat glasial pada suhu ruang 27oC (A1B2) yaitu 1,40. Nilai rata-rata pH hasil pemekatan perlakuan A1B2 berbeda nyata dengan A1B1, A2B1 dan A2B2. Hal ini disebabkan karena kadar antosianin pada perlakuan A1B2 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan A1B1, A2B1 dan A2B2. Warna pigmen antosianin sensitif terhadap nilai pH. Di dalam larutan pH rendah pigmen akan berwarna merah dan pada pH tinggi akan terjadi perubahan warna menjadi tidak berwarna. Herper (1968), berpendapat bahwa pada kisaran pH 1-3, pigmen antosianin berada dalam bentuk ion oxonium (I) yang berwarna merah. Tingginya kadar antosianin menandakan bahwa tingginya jumlah pigmen. Sehingga semakin tinggi kadar antosianin semakin tinggi pula jumlah pigmen yang berada dalam bentuk ion oxonium (I). Pada Gambar 2 terlihat bahwa semakin tinggi kadar antosianin maka semakin rendah pH ekstrak. , Gambar 1 Rata-rata kadar antosianin dan pH ekstrak rosella pada setiap perlakuan
  • 7. Kadar Vitamin C Nilai rata-rata kadar vitamin C pada ekstrak yang dipekatkan berkisar antara 199,47-264,00 mg/100gr. Nilai rata-rata tertinggi didapat dari perlakuan pelarut etanol 95% yang ditambahkan asam asetat glasial yaitu 264,00 mg/100gr dan terendah dari perlakuan pelarut aquades yaitu 199,47 mg/100gr. Kelopak bunga rosela mengandung vitamin C (asam askorbat) dalam jumlah yang tinggi yaitu sebanyak 260-280 mg untuk setiap 100 g kelopak kering (Anonim 2005). Tabel 3 Rata-rata kadar vitamin C hasil ekstraksi kelopak rosela segar Perlakuan A1 A2 Rata-rata B1 (19oC) 252,27a 199,47a 225,87x B2 (27oC) 264,00a 205,33a 234,67x Rata-rata 258,13p 202,40q Keterangan: A = jenis pelarut ekstraksi, B = suhu ekstraksi a : tidak berbeda nyata (P0,05) untuk pengaruh interaksi (AB) p, q: berbeda sangat nyata (P0,01) untuk perlakuan A x : tidak berbeda nyata pengaruh perlakuan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tinggi rendahnya kandungan vitamin C dipengaruhi oleh tingginya kadar antosianin dan nilai pH ekstrak. Winarno (2002), menjelaskan bahwa kondisi media yang asam akan memperlambat proses oksidasi vitamin C. Ekstrak antosianin kelopak bunga rosela segar mempunyai keasaman yang tinggi sehingga kecepatan reaksi oksidasi berjalan lebih lambat, sehingga meminimalkan kehilangan sejumlah vitamin C pada bahan. Asam askorbat yang terdegradasi menjadi peroksida akibat oksidasi dapat berinteraksi dan menguraikan antosianin berpengaruh menurunkan konsentrasi antosianin, meski demikian mekanisme reaksinya belum jelas hingga saat ini. (Hanum 2000). Penelitian Tahap Kedua Yoghurt dikemas dalam cup plastik dari bahan polyethylene (PE). Bahan pengemas tersebut merupakan bahan pengemas yang biasa digunakan untuk produk berasam sedang seperti yoghurt. Cup kemudian ditutupi dengan alumunium foil dan disimpan pada suhu refrigerator dengan suhu 8 oC. Berat setiap kemasan yaitu 50 g. Konsentrasi ekstrak antosianin yang ditambahkan yaitu 45 tetes atau sekitar 1,52 g. Penentuan penambahan ekstrak didasarkan pada terlihatnya warna ekstrak antosianin pada yoghurt hingga yoghurt berwarna ungu. Susu segar yang digunakan pada pembuatan yoghurt memiliki kandungan lemak yang cukup tinggi. Menurut Hutching (1999), penambahan antosianin ke dalam produk susu akan memberikan warna ungu karena kehadiran lemak dalam susu mengurangi kemampuan warna merah antosianin dan meningkatkan derajat warna biru. Penambahan ekstrak pewarna yang digunakan pada produk susu harus lebih banyak dari pangan lainnya karena keberadaan lemak dalam susu mengurangi kemampuan pewarna memberi warna. Uji stabilitas antosianin dalam yoghurt dilakukan selama 8 hari. Selama penyimpanan setiap 2 hari dilakukan uji kadar antosianin dan nilai pH.
  • 8. Kadar Antosianin Gambar 2 memperlihatkan nilai rata-rata kadar antosianin dalam yoghurt selama 8 hari penyimpanan. Pada gambar tersebut terlihat bahwa terjadi penurunan kadar antosianin dalam yoghurt. Selama penyimpanan, kadar antosianin berkurang yang berarti naiknya tingkat kecerahan produk. Menurunnya kadar antosianin disebabkan karena rusaknya senyawa antosianin. Warna yang semakin pudar menyebabkan produk terlihat semakin pucat. Warna putih pada susu juga berpengaruh terhadap pengukuran kadar antosianin. Hasil uji t menunjukkan bahwa kadar antosianin pada hari kedua tidak berbeda nyata dengan hari ke nol, tetapi berbeda nyata dengan hari keempat, keenam dan kedelapan. Pada hari kedua rata-rata penurunan kadar antosianin sekitar 2,15 mg/L. Pada hari hari keempat, keenam dan kedelapan rata-rata penurunan yang telah terjadi yaitu 4,68 mg/L, 6,71 mg/L dan 8,88 mg/L. 66 64 64,2239 62 62,0702 Kadar Antosianin (mg/L) 60 59,5418 58 57,7093 56 55,3398 54 52 50 Y = 64,203 − 1,106 χ 48 46 44 42 R 2 = 0,998 40 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Lama Penyimpanan (Hari) Gambar 2 Rata-rata kadar antosianin (mg/l) dalam yoghurt selama 8 hari penyimpanan Berdasarkan uji regresi linear sederhana diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (r2) dan korelasi (r) antara variabel lama penyimpanan dengan kadar antosianin sebesar 0,99 yang mengindikasikan bahwa terdapat korelasi yang sangat tinggi antara kadar antosianin dan lama penyimpanan. Semakin lama penyimpanan maka kadar antosianin pada produk yoghut menurun signifikan. Dengan adanya penurunan kadar antosianin maka dapat dikatakan bahwa senyawa antosianin yang ada dalam yoghurt kehilangan warna merahnya. Lama penyimpanan merupakan faktor yang berkaitan dengan terjadinya degradasi warna antosianin, semakin lama waktu penyimpanan maka hasil degradasi antosianin akan semakin tinggi. Menurut CaiCorke (1999), peningkatan lama penyimpanan menyebabkan akumulasi senyawa hasil degradasi flavilium menjadi pseudobasa hingga akhirnya menjadi kalkon terus meningkat. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya derajat kemerahan dan peningkatan kecerahan yoghurt. Penurunan kadar antosianin diduga terjadi karena dekomposisi antosianin dari bentuk aglikon menjadi kalkon yang tidak berwarna dan akhirnya membentuk α-diketon yang berwarna coklat, serta oksidasi antosianin sehingga kation flavium yang berwarna merah kehilangan proton dan berubah struktur menjadi karbinol yang tidak memberi warna (Markakis 1982). Derajat Keasaman Yoghurt yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki nilai pH 4,41. Menurut CampbellMarshall (1975), yoghurt yang baik memiliki derajat keasaman 4,4-4,5 dan total asam laktat 0,85-0,95%. Setelah ditambahkan ekstrak
  • 9. antosianin pH yoghurt menurun pada kisaran 3,70. Gambar 3 memperlihatkan 3,7 nilai rata-rata yoghurt selama 8 hari penyimpanan. rata Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai pH pada hari ke nol berbeda nyata p terhadap nilai pH hari kedua, keempat, keenam dan kedelapan. Pada hari kedua rata-rata penurunan pH sekitar 0,03. Pada hari hari keempat, keenam dan rata kedelapan rata-rata penurunan yang telah terjadi yaitu 0,11; 0,12 dan 0,15. rata Berdasarkan uji regresi linear sederhana diketahui bahwa nilai koefisien erdasarkan determinasi antara variabel lama penyimpanan dengan nilai pH adalah 0,969 0,969, berarti korelasi pH dengan lama penyimpanan sangat tinggi. Model linear yang didapatkan untuk persamaan regresi nilai pH dan lama penyimpanan adalah dapatkan Y = 3,744 + 0,019 χ . Semakin lama penyimpanan maka nilai pH akan semakin meningkat. Y = 3,744 + 0,019 χ R 2 = 0,939 Gambar 3 Rata Rata-rata pH dalam yoghurt selama 8 hari penyimpanan enyimpanan Meningkatnya nilai pH selama penyimpanan menandak menandakan terjadinya penurunan kadar antosianin. Laju kerusakan antosianin tergantung pada pH, rendahnya nilai pH menghasilkan tingkat kestabilan yang lebih besar. Peningkatan nilai pH menyebabkan kation flavilum menjadi tidak stabil dan mudah mengalami transformasi struktural menjadi senyawa tidak berwarna seperti kalkon. asi Faktor pH tidak hanya mempengaruhi warna antosianin, tetapi juga mempengaruhi kestabilannya. Antosianin umumnya lebih stabil pada larutan asam dibandingkan pada larutan netral atau alkali (Markakis 1982). Dalam keadaan (Markakis asam, struktur dominan antosianin berada dalam bentuk inti kation flavinium yang terprotonisasi dan kekurangan elektoron (Jackman Smith 1996). Faktor yang (JackmanSmith mempengaruhi stabilitas antosianin adalah pH, temperatur, sinar dan oksige serta oksigen faktor lainnya seperti ion logam. Tinsley dan Bockian (1960) di dalam Eskin (1979) melaporkan bahwa degradasi antosianin tergantung pada jumlah pigmen yang ada dalam bentuk pseudobasa. Keduanya menyimpulkan bahwa kerusakkan antosianin dalam kondisi beroksigen dipengaruhi oleh pH dan secara langsung berhubungan dengan si jumlah pigmen dalam bentuk pseudobasa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ekstrak antosianin dari kelopak rosela yang telah dipekatkan berwarna merah keunguan. Hasil analisis kkadar antosianin, nilai pH dan kadar vitamin C ekstrak antosianin yang telah dipekatkan berturut-turut adalah 311,72-424,81 turut mg/l, 1,40-2,53 dan 199,47 264,00 mg/100gr. Kadar antosianin tertinggi (424,81 2,53 199,47-264,00
  • 10. mg/L), nilai pH terendah (1,40) dan kadar vitamin C tertinggi (264,00 mg/100gr) didapatkan dari ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol yang ditambahkan 0,1% asam asetat glasial pada suhu ruang (A1B2). Yoghurt yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki pH 4,41 dan turun menjadi sekitar 3,7 setelah ditambahkan ekstrak antosianin. Selama 8 hari penyimpanan yoghurt mengalami penurunan kadar antosianin dan peningkatan nilai pH. Pada hari kedua, keempat, keenam dan kedelapan rata-rata penurunan kadar antosianin yang telah terjadi yaitu 2,15 mg/L, 4,68 mg/L, 6,71 mg/L dan 8,88 mg/L. Sedangkan penurunan nilai pH-nya yaitu 0,03; 0,11; 0,12 dan 0,15. Lama waktu penyimpanan yoghurt berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap kadar antosianin dan nilai pH. Semakin lama waktu penyimpanan, semakin rendah kadar antosianin dan semakin tinggi nilai pH yoghurt. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan penggunaan berbagai jenis asam dalam pelarut serta penggunaan suhu ekstraksi untuk meningkatkan kadar antosianin ekstrak. Untuk mempermudah penggunaan dan meningkatkan daya simpan, ekstrak antosianin bisa dibuat dalam bentuk bubuk sehingga kemungkinan kerusakan ekstrak dapat dikurangi. Perlu juga diteliti peluang-peluang fortifikasi ekstrak antosianin rosella pada produk-produk asam lainnya seperti minuman berkarbonasi, es krim dan tablet effervescent. DAFTAR PUSTAKA Rayner P. 1993. Colors. Di Dalam Smith J. (ed). 1993. Food Additives User’s Handbok. Blackie Academic and Professional, London. Harborne I B. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Terjemahan K. Radmawinata dan I. Soediso, Penerbit ITB, Bandung, 1987, 69 – 94, 142 – 158, 234 – 238. 11. Buckingham. J., et al., (eds), “Dictionary of Natural Product”, Chapman and Hall, London, 1352, 3863, 4453. Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-6. Penerjemah : Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB Bandung. Geankoplis C J. 1983. Transport Processes and Unit Operation. Allyn and Dalcon Inc., Boston. Hanum T. 2000. ekstraksi dan stabilitas zat pewarna alami dari katul beras ketan hitam (Oryza sativa glutinosa). Bul. Teknologi dan industri pangan 11 (I) : 17 – 23. Herper. 1968. Changes in The Molecular Structure of Pelargonidin Chloride With pH. Di Dalam Eskin, N. A. Michael. 1979. Plant Pigments, Flavor and Textures. Academic Press, London. Hutching JB. 1999. Food Color and Appearance. Second Edition. Aspen Publishers, Inc. Maryland. Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta. Cai Y, Corke H. 1999. Amaranthus Betacyanin Pigments Applied in Model Food System. J. Food Sci. 64 (5) : 869 – 873. Markakis P. 1982. Antocyanins as Food Additives. Di dalam Antocyanins as Food Color. Markakis, P. (ed). Academic Press, New York.